• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian penelitian"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 PENELITIAN TERDAHULU

Penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian – penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan maupun kelebihan yang telah ada. Peneliti juga menggali informasi dari buku maupun skripsi untuk mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

2.1.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu

NO JUDUL HASIL PENELITIAN RELEVANSI

1.

“Eksistensi Budaya Bahari Tradisi Petik Laut Di Muncar Banyuwangi”

(Eko Setiawan : 2016)

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa”Petik laut yang di lakukan di Muncar Banyuwangi merupakan suatu bentuk syukur masyarakat yang notabene bermata pencaharian sebagai nelayan atas hasil alam laut yang melimpah selama satu tahun terakhir ini,dalam mewujudkan rasa syukur tersebut masyarakat melaksanakan sebuah tradisi yang bernama tradisi petik laut setiap tahun pada bulan syuro atau muharom.”Penelitian ini

Dalam penelitian ini memiliki relevansi yaitu petik laut merupakan sebuah bentuk syukur yang dilakukan oleh masyarakat

nelayan maupun

masyarakat yang tinggal di sekitar pantai pesisir.

Dalam penelitian ini mengungkapkan sebuah mitos yang telah dipercaya sejak dahulu yang di percaya tradisi ini harus dilakukan oleh nelayan

(2)

25 berfokus pada cara masyarakat

mengungkapkan sebuah mitos yang di wujudkan melalui prosesi ritual yang di dalamnya terdapat nilai religious yang di gabungkan dengan adat osin.”

maupun masyarakat

sekitar untuk

meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan di daerah pantai pesisir tersebut.

2. “Pemertahanan Tradisi Budaya, petik Laut Oleh Nelayan Hindu Dan Islam di Desa Pekutan, Jembrana – Bali.”

(Ida Ayu Komang Sintia : 2014)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa,”Di daerah Jembrana Bali merupakan daerah yang memiliki pantai pesisir dan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, masyarakat Jembrana – Bali jika menginginkan hasil alam laut yang sangat melimpah mereka melakukan sebuah tradisi selametan yang di lakukan di laut yang di sebut”“ petik laut””petuk laut tersebut merupakan acara syukuran yang di tujukan kepada penunggu laut atau penguasa laut. Terdapat beberapa hal untuk menjaga kelestarian sebuah tradisi petik laut oleh masyarakat Jembrana.

Tradisi petik laut di Desa Jembrana merupakan sarana yang di lakukan oleh masyarakat maupun warga nelayan untuk

Dalam penelitian ini memiliki relevan yaitu”setiap daerah Peissir

sebagaian besar

masyarakatnya bermata pencahairan sebagai nelayan, sehingga masyarakat untuk mendapatkan ikan yang melimpah yaitu dengan cara melakukan selametan laut atau dengan sebutan

“petik laut” alasan di pertahankan sebuah tradisi ini karena tradisi petik laut ini merupakan sebuah bentuk dari warga desa pekutatan melakukan sebuah silaturahmi dengan yang lainnya meski memiliki kepercayaan

agama yang

berbeda,”tetapi dengan

(3)

26 menjaga suatu silaturahmi antara

masyarakat di Desa Tersebut.

Generasi milenial merupakan dijadikan sebegai penerus sebuah tradisi yang telah di wariskan oleh masyarakat Desa Pekutatan.”

diadakan petik laut ini semua memiliki tujuan yang sama terhadap tuhan masing – masing. Generasi pemuda sebagai generasi yang akan meneruskan sebuah tradisi yang ada di desa tersebut agar sebuah tradisi tetap bisa dipertahankan.

3. Dinamika”Tradisi Petik Laut”Di Kelurahan Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten

Lamongan.

(Siska Pratiwi : 2013)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa “Petik Laut yang di lakukan di kelurahan Blimbing mengalami sebuah perubahan dalam susunan acara serta makna bagi masyarakat nelayan.

“Sebelum tahun 1970 di laksanakan dengan memotong kepala kerbau tapi setelah tahun 1970 telah di gantikan dengan kepala sapi, dan di sertai di berikan acara hiburan kepada masyarakat,”Dahulu”masyarakat nelayan tersebut melakukan penghormatan pelaksanaan tradisi petik laut tidaklah terllau penting sehingga mereka mendahulukan melaut dari pada menghadiri pelaksanaan tradisi petik laut.”

Hasil Penelitian relevensi bahwa petik laut tersebut mengalami perubahan dalam susuna acara sejak tahun 1970, tradisi petik laut dilakukan dengan beberapa serangkaian yaitu dengan memotong kepala kerbau atau sapi akan tetapi di setiap daerah berbeda beda, dan dinamika perubahan di setiap daerah berbeda – beda di desa blimbing tersebut kegiatan memotong kepala sapi dihapus akan tetapi diganti dengan melakukan kegiatan hiburan untuk

(4)

27 masyarakat sekitar pantai tersebut.

4. “Sejarah Dan Pengaruh Nilai - Nilai Islam Dalam Tradisi Petik Laut (Rokat Tase’) Di Desa Pasongsongan

Kecamatan Pasongsongan

Kabupaten Sumenep”

(Ahmad Shofiyullah Fajar : 2020 )

Hasil Penelitian menunjukkan

“bahwa tradisi petik laut adalah sebagai permohonan atau doa kepada Allah agar masyarakat pesisir Pasongsongan khusunya para nelayan diberikan keselamatan dan limpahan rejeki dengan ritual acara-acara yang sudah ada sejak dulu. Yaitu dengan diawali pembacaan hataman al-quran selama tiga hari, pelepasan arung laut (Ancak)

Hasil penelitian relevansi ialah”tradisi petik laut sebagai permohonan atau doa kepada Allah agar masyarakat pesisir khususnya untuk para nelayan dan masyarkat sekitar pantai pesisir,”

serangkaian acara dilakukan dengan

“pembacaan hataman al – quran selama tiga hari dan melakukan pelepasan arung laut (ancak) yang di yang didalam ancak itu ada

beberapa macam sasajen, diteruskan dengan acara hiburan seperti ludruk, kontes sapi sonok, sandur, topeng dan sronen. nilai- nilai keislaman yang ada dalam acara ini yaitu istigasah dan doa pangrokat, dan acara petik laut ini diakhiri dengan pengajian Akbar dengan mengundang kiai kondang untuk mengisi mauidhah hasanah.”

dalam ancak tersebut terdapat beberapa sesajen yang akan dilarungkan ke laut. Dalam kegiatan tersebut terdapat nilai nilai keislaman yaitu istigasah dan doa pangrokat serta pengajian akbar yang dilakukan oleh masyarakat dekat pesisir pantai tersebut.”

(5)

28 5. “Implementation Of

The Value Of Mutual Cooperation Through Local Wisdom In Petik Laut District Mayangan

Probolinggo City In Social Studies”

(Abdul Halim, Ludfi Arya Wardana : 2017)

The results showed that”The results showed that (1) learning the values of mutual cooperation shows that students are already reflecting in part the character of mutual aid; (2) the values of local wisdom Petik Laut, such as: (a) the value of togetherness, (b) the value of tolerance, and (c) the value of mutual cooperation; (3) the implementation of the values of mutual cooperation through local wisdom Petik Laut showed that the students do with the activities of voluntary work, cooperation throw trash regardless of social status, and were able to share during a break, regardless of their gender, social status, religion or age difference”

The relevant research results show that the values of local wisdom values are taken from the sea, namely togetherness, the value of tolerance and the value of mutual cooperation. The application of mutual cooperation values through the local wisdom of Petik Laut shows that students who carry out community service activities, mutual cooperation throw away garbage”regardless of social status, and are able to share breaks regardless of their social status.

gender, social status, religion or age difference”

Dari hasil penelitian terdahulu, maka penulis dalam melakukan penelitian menemukan kebaruan dengan judul penelitian Makna Sosial Tradisi Petik Laut. Penelitian ini ingin melihat bagaimana makna sosial pada masyarakat terhadap pelaksanaan tradisi petik laut di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.

(6)

29 2.2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Makna Sosial

Makna”sosial merupakan salah satu hal yang menarik didalam kajian sosiologi dari berbagai sudut padang sosiologi. Kumpulan kelompok orang atau masyarakat merupakan suatu komunitas yang melakukan interaksi sosial dengan kehidupan lingkungan sekitarnya.”Suatu tindakan perilaku masyarakat mempunyai sebuah faktor yang melatar belakangi tindakan dari masyarakat tersebut. Perilaku tindakan masyarakat pada dasarnya memiliki tujuan tersendiri bagi dirinya maupun orang lain. Makna sosial merupakan motif yang timbul untuk mmenuhi kebutuhan dari setiap individunya di dalam lingkungan sosial tersebut”(Saputra, 2016).

Syamsurijjal & Musayyidah, 2014:253) makna merupakan suatu hal yang berada dalam ujaran. Ujaran yang disampaikan dalam tradisi petik laut memliki makna sendiri yang diyakini penduduk setempat. Pemaknaan dalam ujaran tersebut menjadi salah satu bagian yang penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat di pesisir, kecamtan Besuki, Kabupaten Situbondo.”Suatu hal yang tidak dapat di lupakan oleh masyarakat ialah pandangan presepsi makna sosial tradisi petik laut Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer oleh”“Geter Salim dan Yeny Salim”

Presepsi merupakan pandangan dari seorang individu mengenai makna sosial mengenai sesutu hal yang di terima oleh masyarakat atau makna sosial bagi masyarakat Desa Pesisir mengenai tradisi petik laut yang di laksanakan setiap tahun pada awal bulan syuro. Setiap kegiatan pelaksanaan tradisi petik laut setiap rangkaian acaranya memiliki makna tersendiri bagi masyarakat, khususnya masyarakat Desa Pesisir.

(7)

30 Makna sosial sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat secara individu maupun secara kelompok, manusia juga merupakan mahluk sosial yang bergaul dengan dirinya sendiri, dan orang lain yang menafsirkan makna – makna obyek – obyek dialam kesadarannya dan memutuskan bagaimana ia dapat bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran masyarakat itu sendiri. Seseorang melakukan sesuatu karena peran sosialnya atau karena kelas sosialnya maupun karena sejarah hidupnya. Setiap masyarakat tentu akan memiliki presepsi makna sosial yag berbeda beda, tergantung bagaimana masyarakat atau individu itu dalam menanggapi suatu kejadian maupun kegiatan yang dilakukan secara sakral tersebut.

Makna sosial yang berkembang di dalam masyarakat akibat adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan menganggap kegiatan tersebut bersifat penting dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar, sehingga terjadi adanya sebuah makna yang mendalam dan berarti bagi masyarakat yang menjalani kegiatan penting tersebut, makna tersebut biasanya akan terus melekat ke dalam jiwa masyarakat sehingga masyarakat dapat menganggap aktifitas di setiap harinya juga akibat pengaruh dari sebuah makna sosial antara individu maupun masyarakat kelompok tersebut.

2.2.2 Tradisi

“Kata “tradisi””berasal dari bahasa Latin tradition,”sebuah nomina yang

dibentuk dari kata kerja traderere atau trader ‘mentransmisi, menyampaikan, dan mengamankan. Sebagai nomina, kata traditio berarti kebiasaan yang disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam waktu yang cukup lama sehingga kebiasaan itu menjadi bagian dari kehidupan sosial komunitas.”Tradisi yang ada pada

(8)

31 setiap masyarakat adalah tatanan social yang berwujud mapan, baik sebagai bentuk hubungan antara unsur-unsur kehidupan maupun sebagai bentuk aturan social yang memberi pedoman tingkah laku. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis Ada tiga karakteristik tradisi (Sibarani, 2015).

1. “Tradisi adalah kebiasaan (lore) serta proses (process)sebuah kegiatan yang telah dimiliki bersama oleh masyarakat setempat maupun kelompok masyarakat.

Pengertian tradisi memiliki makna yang kontinuitas atau secara berkelanjutan yang nantinya akan di praktekkan secara keberlanjutan di lingkungan masyarakat.”

2. “Tradisi“itu merupakan sesuatu yang menciptakan dan mengukuhkan identitas.Memilih tradisi memperkuat nilai dan keyakinan pembentukan kelompok komunitas. Ketika terjadi proses kepemilikan tradisi, pada saat itulah tradisi itu menciptakan dan mengukuhkan rasa identitas kelompok.”

3. “Tradisi itu“merupakan sesuatu yang dikenal dan diakui oleh kelompok itu sebagai tradisinya. Sisi lain menciptakan dan mengukuhkan identitas dengan cara berpartisipasi dalam suatu tradisi adalah bahwa tradisi itu sendiri harus dikenal dan diakui sebagai sesuatu yang bermakna oleh kelompok itu. Sepanjang kelompok masyarakat mengklaim tradisi itu sebagai miliknya dan berpartisipasi dalam tradisi itu, hal itu memperbolehkan mereka berbagi bersama atas nilai dan keyakinan yang penting bagi mereka”(Martha and Martine, 2005; Sibarani, 2014).”

“Tradisi pada dasarnya akan di bangun oleh sebuah falfalah hidup masyarakat setempat yang diolah berdasarkan pandangan dan nilai – nilai kehidupan yang diakui kebenaran dan kemanfaatan.”Tradisi biasanya”menyediakan seperangkat model untuk

(9)

32 bertingkah laku yang bersumber dari sistem nilai dan gagasan utama.”Tradisi juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh,”yang terbagi”dari cara aspek yang pemberian arti perilaku ajaran, perilaku sebuah ritual dan beberapa jenis perilaku lainnya dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lainnya.”Adapun macam macam tradisi menurut Koencjaraningrat (1985) sebagai berikut:

a. Tradisi Ritual Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual keagamaan yang dilaksanakan dawn dilestarikan oleh masing – masing pendukungnya. Ritual keagamaan yang dilaksanakan dan di lestarikan oleh masing-masing pendukungnya atau masyarakat setiap daerahnya. Ritual keagamaan tersebut mempunyai bentuk atau cara melestarikan serta maksud dan tujuan yang berbeda – beda antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Perbedaan ini di sebabkan oleh adanya lingkungan tempat tinggal, adat, serta tradisi yang di wariskan secara turun temurun. Agama – agama lokal atau agama primitif mempunyai ajaran – ajaran agama tersebut tidak dilakukan dalam bentuk tertulis tetapi dalam bentuk lisan sebagaimana terwujud dalam tradisi – tradisi atau upacara – upacara. Sistem ritual agama tersebut biasanya berlangsung secara berulang – ulang baik setiap hari, setiap musim, atau hanya kadang – kadang saja (Muchlisin Riadi, 2020).

(10)

33 b. Tradisi Ritual Budaya

Orang jawa didalam kehidupannya penuh dengan upacara, baik upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari keberadaannya dalam perut ibu, lahirm kanak – kanak, remaja, sampai saat kematiannya, atau juga upacraa – upacara yang berkaitan dengan aktivitas sehari - hari dalam mencari nafkah, khususnya petani, nelayan, pedagang, dan upacara – upacara yang berhubungan dengan tempat tinggal, seperti membangun gedung untuk berbagai keperluan, membangun dan meresmikan rumah tinggal, pindah rumah dan sebagainya.

“Sebuah tradisi atau upacara semua akan di lakukan dalam rangka untuk

menghindari pengaruh buruk yang akan terjadi dari sumber kekuatan gaib yang tidak di harapkan oleh kelangsungan hidup masyarakat. Sebuah acara ritual yang di lakukamn oleh masyarakat di harapkan dapat melindungi kehidupan masyarakat di lingkungan daerahnya”(Muchlisin Riadi, 2020).

Tradisi petik laut yang di teliti oleh peneliti termasuk ke dalam tradisi ritual budaya karena tujuan dari adanya tradisi petik laut tersebut untuk mengucapkan rasa syukur terhadap hasil laut selama setahun serta untuk menangkal hal hal buruk seperti kapal tenggelam maupun musibah yang lainnya apabila tradisi petik laut itu tidak dilaksanakan khususnya di daerah pesisir Kabupaten Situbondo.

2.2.3 Petik Laut

Petik laut merupakan tradisi yang di lakukan secara turun temurun sejak dari zaman nenek moyang sampai dengan saat ini.”Setiap agama memiliki kepercayaannya masing – masing di dalam agama islam, setiap bulan Muharam

(11)

34 atau suro dalam penanggalan Jawa, atau tahun baru dalam Islam yaitu setiap setahun sekali”nelayan atau masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai”memiliki sebuah kegiatan yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu dan merupakan kegiatan yang di turunkan dari nenek moyang yaitu”“Petik laut”.”Kegiatan petik laut tersebut di lakukan setiap tahun oleh masyarakat Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.”Sebuah“tradisi petik laut di lakukan oleh masyarakat pesisir dengan tujuan untuk melarungkan sesaji yang telah di siapkan ke tengah laut.”

“ “Tujuan diadakannya ritual petik laut ini adalah untuk memohon berkah,

rezeki dan keselamatan para nelayan saat melaut, sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah yang di terima oleh para nelayan”.”Tradisi petik laut ini juga dilakukan di daerah-daerah lain, daerah yang memiliki tradisi yang serupa dengan tradisi petik laut ini yaitu, Madura, Muncar, Banyuwangi, dan masih banyak daerah yang memiliki upacara semacam ini.””Adrian B. Lapian (2009: 57-62 ),”mengungkapkan tradisi seperti petik laut dahulu telah di laksanakan oleh suku bajo (bajau), Karena orang daerah suku bajao merupakan seorang pelaut yang sejati”.”Delapan puluh persen hidupnya di habiskan di tengah laut, segala kebutuhan hidupnya mereka penuhi dnegan hasil dari laut dimana dia bekerja, sehingga suku bajo melakukan sebuah ritual penggungkapan rasa syukur kepada dewa penguasa laut melalui sebuah tradisi petik laut agar masyarakat suku bajo mendapatkan keberkahan serta keselamatan.”

(12)

35

””Acara selamatan laut yang dalam bahasa Bajonya disebut Nyalamak laut

(selamatan) atau di desa Pekutatan dikenal dengan “petik laut” merupakan sebuah kegiatan tradisional masyarakat yang bertempat tinggal di Pesisir,”Kegiatan selamatan laut hingga saat ini masih ditemukan di beberapa daerah Sulawesi, Lombok, Madura, Banyuwangi dan masih banyak lagi daerah yang lainnya termasuk di Desa Pekutatan.””

“Zaman dahulu sebuah tradisi petik laut tersebut di lakukan oleh masyarakat

dikarenakan masyarakat ingin memberikan sebuah penghormatan terhadap nenek moyang atau seorasng pelaut dari Sulawesi selatan yang memiliki nama Punggawa Rattung.” Beliau merupakan keturunan dari raja – raja Goa, yaitu Garis keturunan Marakdia Palarangan, merupakan orang yang di hormati dan di segani.” Punggawa Rattung merupakan seorang pelaut yang hidupnya lebih banyak di laut sehingga beliau juga meninggal di laut””(Nurlaili, 2009:44-46).

“Tradisi petik laut merupakan sebuah kebiasaan dan dianggap sebagai

sesuatu keyakinan yang telah melekat oleh waktu sehingga menjadikan sebjuah kegiatan yang sakral.”Tradisi Petik laut sampai dengan saat ini masih di pertahankan kelestariannya.”Sehingga tujuan setiap di laksanakannya tradisi petik laut ialah masyarakat berharap agar di lindungi dari segala macam musibah dan hasil alam dari laut semakin melimpah.”Sebagian masyarakat percaya terhadap kesakralan tradisi petik laut apabila sebuah tradisi yang biasanya telah di laksanakan terus menerus jika tidak di laksanakna maka akan terjadi sesuatu di daerah itu.”Sehingga kegiatan tradisi petik laut ini rutin dilakukan oleh nelayan dan

(13)

36 juga masyarakat yang tinggal di sekitar pantai pesisir di Kabupaten Situbondo dan juga di daerah lainnya.”

2.2.4 Masyarakat Pesisir

Masyarakat Pesisir merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal di kawasan sekitar pantai,”masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang sangat bergantung terhadap hasil alam yaitu laut, khususnya nelayan yang setiap hari bekerja di tengah laut.

Secara umum masyarakat pesisir setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka sangat bergantung terhadap hasil sumber daya laut.”melihat dari perekonomian masyarakat pesisir masih di kategorikan ke dalam masyarakat miskin yang sebagian besar pekerjaannya sebagai buruh nelayan, golongan masyarakat pesisir yang kaya merupakan masyarakat yang memiliki kapal atau perahu dan segenap buruh nelayan sendiri untuk mencari ikan di laut.””Pesisir merupakan tempat batas antara daratan dan lautan, dalam perbatasan antara laut dan daratan (Sosiologi M, n.d.).

“Orang-orang yang tinggal di kawasan pesisir disebut masyarakat pesisir, yaitu

sekumpulan masyarakat yang hidup secara bersamaan, tinggal di wilayah pesisir dan membentuk serta memiliki kebudayaan yang khas yang berkaitan dengan ketergantungannya pada peman- faatan sumberdaya pesisir (Satria, 2004).”Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based), seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir atau tran- sportasi laut.”Masyarakat pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lain. Dilihat dari perspektif antropologis, kondisi ini didasarkan pada fakta sosial bahwa masyarakat pesisir mempunyai pola-pola kebudayaan yang berbeda sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan berserta sumberdaya

(14)

37 yang ada di dalam- nya.”Pola-pola kebudayaan itu menjadi kerangka berpikir atau referensi perilaku masyarakat pesisir dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Satria (2004) menambahkan bahwa secara teologis, masyarakat pesisir terutama nelayan memiliki kepercayaan bahwa laut memiliki kekuatan magis, sehingga harus ada perlakuan khusus ketika beraktifitas di laut seperti menangkap ikan agar selamat atau mendapat hasil yang melimpah”(Sosiologi M, n.d.).

2.3 KERANGKA TEORI

2.3.1 Teori Interaksi Simbolik Herbert Blumer

Peneliti menggunakan teori interaksi simbolik Herbert Blumer dikarenakan menurut penulis cocok untuk di terapkan dalam fenomena makna sosial tradisi petik laut di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.”Teori Interaksi Simbolik tercipta dari pemikiran bahwa realitas sosial merupakan sebuah proses yang menjadi dinamis.”Setiap Individu melakukan interaksi melalui sebuah simbol,”yang maknanya dihasilkan dari proses negoisasi yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat yang terlibat dengan kepentingan masing- masing”(Laksmi, 2018). Blumer menciptakan istilah interaksi simbolik pada 1937 dan menulis beberapa essai yang membantu perkembangannya,“Penjelasan konsepnya tentang interaksi simbolik, Blumer menunjuk kepada sifat khas dari tindakan atau interaksi antar manusia Kekhasannya bahwa manusia saling menerjemahkan, mendefenisikan tindakannya, bukan hanya reaksi dari tindakan seseorang terhadap orang lain”(George Ritzer , 2012). “Tanggapan seseorang, tidak dibuat secara langsung atas tindakan itu, tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan.”

“Interaksi di jembatani oleh penggunaan simbol, penafsiran, dan penemuan makna tindakan orang lain.”“Dalam konteks ini, menurut Blumer, actor akan memilih,

(15)

38 memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan mentransformasikan makna sesuai situasi dan kecenderungan tindakannya”(George Ritzer, 2012).”Makna suatu simbol bersifat dinamis dan variatif, tergantung pada perkembangan dan kepentingan individu, yang dibingkai oleh ruang dan waktu.””Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, individu diletakkan sebagai pelaku aktif, sehingga konsep mengenai diri (self) menjadi penting.”Konsep diri yang dikaitkan dengan emosi, nilai, keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan, serta pertimbangan masa lalu dan masa depan, turut mempengaruhi diri dalam pengambilan peran”(Laksmi, 2018).

Pandangan Blumer, Sebagian besar orang orang memikirkan sikap sebagai suatu

“tendensi yang sudah diorganisasikan” didalam sang aktor mereka cenderung menganggap tindakan – tindakan didorong oleh sikap – sikap. Dalam pandangan Blumer, hal itu adalah pemikiran yang sangat mekanistik, yang penting bukan sikap sebagai suatu tendensi yang di internalisasi “tetapi proses penentu melalui mana sang aktor menempa tindakannya (George Ritzer, 2012).”Setiap kehidupan sosial, manusia menggunakan simbol untuk mempresentasikan maksud mereka, demikian juga sebaliknya, proses penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling”mereka.”Individu memilih perilaku sebagai hal yang layak dilakukan, berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang”ada.”Makna muncul karena ada interaksi antar individu, yang muncul dari hasil interpretasi pikiran manusia mengenai diri, serta hubungannya di dalam”masyarakat.”Pemahaman terhadap simbol harus dipahami bahwa simbol adalah objek sosial yang muncul dari hasil kesepakatan bersama dari

(16)

39 individu-individu yang” menggunakannya.”Individu-individu tersebut memberi arti, menciptakan, dan mengubah objek di dalam interaksi”(Laksmi, 2018).

“Pemikiran interaksionisme simbolik didasari oleh tiga premis Herbert Blumer

yang menyatakan bahwa, premis pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki benda-benda itu bagi”mereka.”Dengan kata lain, manusia dianggap aktif dalam menentukan dan memaknai lingkungan atau”situasi.”Premis kedua, makna- makna tersebut merupakan hasil interaksi sosial yang terus-menerus dan terjadi berulang ulang dalam suatu”masyarakat.”Makna pada suatu tanda, yaitu objek, peristiwa, atau gagasan tidak melekat pada tanda tersebut, tetapi merupakan hasil dari”negosiasi.”Premis ketiga, makna-makna tersebut diperbaharui melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan objek yang dihadapinya”

(George Ritzer, 2012). Berdasarkan premis tersebut, maka makna dapat berubah sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang membingkai interaksi.

“Blumer dalam Soeprapto (2002) Pada bagian lain, mengatakan bahwa individu

bukan dikelilingi oleh lingkungan objek-objek potensial yang mempermainkan dan membentuk perilakunya, sebaliknya ia membentuk objek-objek”itu.”Dengan begitu, manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan objek yang diketahuinya melalui apa yang disebutnya sebagai”self-indication.”Maksudnya, proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberi makna dan memberi tindakan dalam konteks”sosial.”Menurutnya dalam teori interaksi simbolik mempelajari suatu masyarakat disebut““tindakan bersama”.

“Teori interaksi simbolik dalam perspektif Blumer, mengandung beberapa ide dasar,”yaitu: (1)”Masyarakat terdiri atas manusia yang”bertinteraksi.”Kegiatan tersebut

(17)

40 saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk struktur”sosial; (2)”Interaksi terdiri atas berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia”lain.

“Interaksi nonsimbolis mencakup stimulus respons, sedangkan interaksi simbolis

mencakup penafsiran”tindakan-tindakan; (3)”Objek-objek tidak memiliki makna yang intrinsik. Makna lebih merupakan produk interaksi”simbolis.”Objek-objek tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu objek fisik, objek sosial, dan objek abstrak;

(4) Manusia tidak hanya mengenal objek “eksternal. Mereka juga melihat dirinya sebagai objek, (5)”Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat manusia itu”sendiri;

(6)”Tindakan tersebut saling berkaitan dan disesuaikan oleh anggota-anggota”kelompok.

Ini merupakan “tindakan bersama”. Sebagian besar “tindakan bersama” tersebut dilakukan berulang-ulang, namun dalam kondisi yang stabil. Kemudian di saat lain ia melahirkan kebudayaan. (Bachtiar, 2006:249-250).

“Kesimpulan Blumer bertumpu pada tiga premis utama, yaitu: (1) manusia

bertindak berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu bagi mereka; (2) makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain; (3) makna makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung” (George Ritzer, 2012).”Teori interaksi simbolik memiliki perspektif teoritik yang cenderung menekankan perilaku manusia dalam masyarakat atau kelompok, pada pola-pola dinamis dari tindakan sosial, dan hubungan”sosial.”Hubungan dan struktur sosial dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan”aktif.”Di sisi ini masyarakat terdiri dari individu- individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak,”dan mencipta. (Laksmi, 2018).

Secara umum ada enam konsep interaksi simbolik, yaitu :

(18)

41 1.) “Setiap perilaku manusia mempunyai makna di balik perilaku yang

menggenjala”

2.) “Pemaknaan kemanusiaan perlu di cari dari sumber pada interkasi sosial manusia”.

3.) “Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistic, tak terpisah, tidak linier, dan tak terduga.”

4.) “Perilaku manusia itu berdasar dari penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung atas maksud pemaknaan dan tujuan.”

5.) “Konsep mental manusia itu berkembang dialektik dan”

6.) “Reaksi manusia itu wajar dan konstruksi reaktif.”

Prinsip metodelogi interaksi simbolik ini sebagai berikut :

1.) “Symbol dan interaksi itu menyatu, tak cukup bila hanya merekam fakta namun harus juga mencari yang lebih jauh dari itu, yakni mencari konteks sehingga dapat di tangkap symbol dan makna sebenarnya.”

2.) “Symbol dan makna tidak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subjek perlu “ di tangkap “”

3.) “Symbol dan jati diri dengan lingkungan yang menjadi hubungan sosialnya harus di laksanakan. “

4.) “Merekam situasi yang menggambarkan symbol dan maknanya.”

5.) “Metode yang di gunakan hendaknya mampu merekflesikan bentuk perilaku dan prosesnya.”

6.) “ Metode yang di pakai mampu menangkap makna di balik interaksi

(19)

42 7.) Sensitizing, yaitu sekedar mengarahkan pemikiran, itu cocok dengan

interaksi simbolik.”

“Dari keterangan diatas peneliti mengetahui interaksi dari semua informan

karena mengacu dengan pernyataan yang ada. . Definisi situasi ada dua macam yaitu”:

1.) “Definisi situasi yang di buat secara spontan oleh individu.”

2.) “Definisi situasi yang di buat oleh masyarakat.”

“Herbert blumer mengemukakan interaksionisme simbolik sebagai suatu perspektif

bertumpu pada tiga premis yang masing – masing membentuk anatomi teori tersendiri dari terintegral dalam suatu kajian. Tiga premis tersebut adalah”:

a.) “Humans act towar things on the basis of the meanings they ascribe to those thing.”

b.) “The meaning of such thing is derived form, or arise out of, the social interaction that one has with others and the society.”

c.) “These meaning are handled in, and modified throught, an interpreative processs used by the person in dealing with the things he/she encounters.”

Ketiga premis dalam bahasa Indonesia yaitu :

a.) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang mereka anggap berasal dari benda itu.

b.) Makna hal tersebut berasal dari, atau timbul dari, interaksi sosial yang dimiliki seseorang dengan orang lain dan masyarakat.

(20)

43 c.) Makna ini ditangani dan dimodifikasi melalui proses interpretasi yang digunakan oleh orang tersebut dalam menghadapi hal-hal yang ditemuinya.

2.3.2 Sistematika Teoritik

Bagan 2. 1 Sistematika Teoritik

sumber 1(George Ritzer, 2012)

2.3.3 Keterkaitan Teori dengan kondisi lapangan

Petik laut yang dilaksanakan di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo jika dikaitkan dengan teori Herbert blumer yang bertumpu pada tiga premis yaitu, pertama manusia bertindak berdasarkan makna makna yang ada pada sesuatu bagi mereka, masyarakat akan bertindak melakukan tradisi petik laut di Desa Pesisir karena mereka percaya akan makna – makna yang di dapatkan oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan tradisi petik laut tersebut, sehingga setiap masyarakat memiliki cara pandang tersendiri mengenai makna dari kegiatan tradisi petik laut tersebut.

Kedua, makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain, masyarakat akan merasa sebuah kegiatan tradisi petik laut akan memiliki makna karena adanya sebuah interaksi antara individu dengan individu lainnya yang mengkomunikasikan kegiatan tradisi petik laut memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, tidak hanya nelayan saja, akan tetapi semua masyarakat yang tinggal di sekitar pantai tersebut, maka makna akan dibentuk dengan sendirinya sesuai

Meaning ( Pemaknaan)

Thought (Pikiran) presepsi

masyarakat Language

( bahasa) atau dalam interaksi

(21)

44 dengan bagaimana setiap individu menyaksikan dan mengikuti sebuah kegiatan tradisi petik laut yang disuguhkan sebagai ucapan terimakasih terhadap dewa laut atas hasil laut yang telah di dapatkan selama satu tahun ini memiliki kehikmatan tersendiri pada masyarakat Desa Pesisir.

Ketiga,”makna – makna akan disempurnakan disaat interaksi sosial sedang berlangsung”, masyarakat Desa Pesisir telah menpresepsikan makna sosial dalam kegiatan tradisi petik laut makna – makna tersebut akan lebih disempurnakan ketika masyarakat satu dengan masyarakat yang lain melakukan interaksi sosial dan mendukung sebuah kegiatan tradisi petik laut dengan harapan setiap masyarakat memiliki tujuan yang sama atas pelaksanaan kegiatan tradisi petik laut, sehingga dapat menyempurnakan makna – makna yang telah di presepsi oleh masyarakat Desa Pesisir, mengenai tradisi petik laut, khususnya didalam penelitian makna sosial petik laut tersebut.

Melihat “ makna sosial tradisi petik laut” teori interaksi simbolik Herbert blumer ini menekankan terhadap tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu pemaknaan (meaning), bahasa (language) dan pikiran (thought), premis ini nantinya dapat mengantarkan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan sosialisasinya kepada masyarakat lebih luas. Pelaksanaan tradisi petik laut di Desa Pesisir akan memiliki sebuah makna yang memiliki nilai esensi tersendiri bagi masyarakat dengan berfokus pada interpretasi yang dikaitkan pada sesuatu hal atau makna yang didapat dari interaksi yang di lakukan oleh individu maupun kelompok masyarakat kepada individu maupun kelompok pada pelaksanaan tradisi petik laut. Melihat sebuah fenomena interaksionisme simbolik, hal yang menjadi sebuah perhatian selain interaksi itu sendiri adalah sebuah simbol yang digunakan dalam interaksi yang terjadi, simbol yang ada pada masyarakat Desa Pesisir ini

(22)

45 yaitu “petik laut” simbol petik laut ini memiliki makna yang sangat luar biasa pada setiap individu yang ikut melaksanakan kegiatan tradisi petik laut sebagai bentuk rasa syukur atas hasil alam yang telah didapatkan selama satu tahun ini. Makna sosial petik laut setiap masyarakat berbeda beda tergantung bagaimana seseorang mengaitkan pada sebuah makna tradisi tersebut.

Kondisi masyarakat Desa Pesisir merupakan masyarakat keturunan suku Madura yang sangat menjunjung tinggi tradisi, setiap tradisi yang dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan tradisi yang dilaksanakan oleh suku Madura, perlu adnaya interaksi antara masyarakat Desa Pesisir dalam melaksanakan tradisi petik laut dan bagaimana makna sosial yang di rasakan oleh masyarakat dalam pelaksanaan tradisi petik laut di Desa Pesisir.

Tradisi petik laut akan memiliki makna sosial yang sangat berarti bagi masyarakat Desa Pesisir apabila masyarakat dalam melaksanakan kegiatan petik laut dilakukan dengan kekompokan satu dengan yang lainnya di Desa Pesisir tersebut dengak interaksi satu dengan yang lainnya berjalan sesuai dengan tujuan dari dilaksanakan tradisi petik laut.

(23)

46 Bagan 2. 2 Flowchart Teori interaksi Simbolik

Meaning ( Pemaknaan)

Language ( bahasa) atau dalam interaksi

Thought (Pikiran) presepsi

masyarakat

Makna ada karena adanya suatu kegiatan yang dilakukan bersama

seperti tradisi peti laut

makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan

dengan orang lain

makna – makna akan disempurnakan disaat interaksi sosial sedang

berlangsung

Gambar

Tabel 2. 1  Tabel Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa mampu menerapkan dan menguasai konsep dasar analisis survival dalam melakukan inferensi pada bidang ilmu kehidupan

Semburan ini dibangkitkan dalam 2 proses, yaitu percepatan elektron di flare matahari hingga energi beberapa keV yang mengalir keluar dari matahari dan membangkitkan

Dengan demikian membuktikan bahwa hubungan antara kredibilitas narasumber terhadap perilaku wajib pajak pribadi akan semakin positif karena adanya tingkat pemahaman yang tinggi

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Namun untuk dapat menciptakan keunggulan di dalam perusahaan, biasanya suatu pelaku usaha akan memiliki lebih dari satu media sosial yang tujuan untuk dapat menjangkau

Data primer diperoleh dengan cara mengikuti beberapa kegiatan teknis lapang secara langsung bersama petugas Dinas Agribisnis Bidang Usaha Peternakan Kota Bogor dan

Semakin jauh jarak pelanggan dari sentral, maka akan semakin kecil nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa jarak berbanding