• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suningram SD Negeri 219/X Pandan Lagan Jl. Gatot Subroto, Pandan Lagan, Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Suningram SD Negeri 219/X Pandan Lagan Jl. Gatot Subroto, Pandan Lagan, Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365 Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Muatan IPA Tema Selalu Berhemat Energi Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning di

Kelas IV SD Negeri 219/X Pandan Lagan

Suningram

SD Negeri 219/X Pandan Lagan

Jl.Gatot Subroto, Pandan Lagan, Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi suningram@gmail.com

Abstract

This study aims to disclose information and discuss about Improving Student Learning Outcomes on Science Content with the Theme of Always Saving Energy Through Problem Based Learning Models in Class IV SD Negeri 219/X Pandan Lagan. This research is included in the type of classroom action research (CAR). This research was carried out in this research was carried out at SD Negeri 209/X Pandan Lagan. The time of this research was carried out in the odd semester of the academic year 2021 - 2022, which began in August 2021.

The subjects in this study were grade IV students, totaling 20 people. The research procedure consisted of two cycles with four stages of research starting from planning, implementing, observing and reflecting. Data collection in this study was carried out using observation sheets, field notes, learning outcomes test sheets, and documents. Data were analyzed using the percentage formula. The results of this study indicate that through the Problem Based Learning Learning Model on the Theme of Always Saving Energy, it can improve student learning outcomes in grade IV SD Negeri 209/X Pandan Lagan which is marked by an increase from pre-cycle (30%), cycle I (45%), cycle II (80%).

Keywords: Learning Outcomes, Problem Based Learning Model Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan informasi dan membahas tentang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Muatan IPA Tema Selalu Berhemat Energi Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas IV SD Negeri 219/X Pandan Lagan. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 209/X Pandan Lagan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2021 - 2022, yang dimulai pada bulan Agustus 2021. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 20 orang. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus dengan empat tahap peneletian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, lembar tes hasil belajar, dan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Pada Tema Selalu Berhemat Energi dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri 209/X Pandan Lagan yang ditandai oleh meningkatnya dari pra siklus (30%), siklus I (45%), siklus II (80%).

Kata kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Problem Based Learning

Copyright (c) 2022Suningram Corresponding author: Suningram

Email Address: suningram@gmail.com (Jl. Gatot Subroto, Pandan Lagan, Geragai, Tanjung Jabung Timur) Received 10 February 2022, Accepted 26 March 2022, Published 26 March 2022

PENDAHULUAN

Tujuan umum pendidikan untuk membentuk peserta didik yang mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta sebagai makhluk Tuhan beragama. Selain itu, memberikan bekal kepada peserta didik supaya mampu hidup layak dan dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Melalui pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas yang dimiliki, mereka mampu mencari nafkah dengan baik sesuai dengan tingkatannya dan dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Pemerintah dalam hal ini adalah sekolah merupakan ujung tombak

(2)

pencapaian tujuan pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidik mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Di Negara Republik Indonesia sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Secara spesifik pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan tujuan pendidikan nasional adalah : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif.

Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1) menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pelaksanaan peran tersebut menjadikan tugas dan tanggung jawab guru menjadi berat. Ini mengakibatkan guru mempunyai peran ganda di sekolah.

Selain mengajar, guru harus memberikan tuntunan, bimbingan, asuhan, latihan dan teladan kepada siswa serta melaksanakan menilai dan mengevaluasi siswa dalam kelas.

Menurut Yamin (2002:10), guru yang salah satu perannya sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa sebagai titik sentral belajar. Siswa yang lebih aktif mencari dan memecahkan permasalahan belajar dan guru membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala, baik kesulitan dalam memahami maupun memecahkan persoalan.

Bedasarkan observasi dan pengalaman mengajar peneliti di SD Negeri 219/X Pandan Lagan II Kabupaten Tanjung Jabung Timur khususnya siswa kelas IV. Dalam proses pembelajaran siswa masih belum serius dalam melihat guru menerangkan pelajaran, dan siswa banyak keluar masuk kelas ketika proses pembelajaran, dengan jumlah siswa 20 orang dan standar KKM 65 namun nyata nya hanya beberapa siswa yang lulus KKM pada ulangan harian. Hal ini dapat dilihat hanya 6 siswa yang tuntas (30%) dan selebihnya 14 siswa (70%) belum tuntas belajar.

Dari kenyataan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan perubagan guna untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat merubah hasil belajar siswa, khususnya dikelas IV.

Pebeliti mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning tau pembelajaran berbasis pada ebuah masalah yang bertujuan untuk dipecahkan oleh siswa secara bersama.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan informasi dan membahas tentang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Muatan IPA Tema Selalu Berhemat Energi Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas IV SD Negeri 219/X Pandan Lagan.

Menurut Trianto (2012:17) Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari

(3)

kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Menurut Slameto (2010:2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Suprijono (2012:3) Belajar sebagi konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang baik secara internal maupun eksternal yang dapat merubah pola prilaku maupun tingkah laku seseorang. Menurut pemikiran Gagne dalam Agus Suprijono (2012:5-6) Hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, sikap.

Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2012:6) Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Suprijono (2012:5) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, dan apresiasi dan keterampilan. Menurut Uno (2011:21) Hasil belajar adalah variable metode dan kondisi pembelajaran, variable hasil pembelajaran juga dapat diklasifikasikan dengan cara yang sama, pada tingkat yang amat umum sekali hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu keefektifan, efesisensi, daya tarik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan berupa kemampuan kognitif, afektif, keterampilan, daya tarik, apresiasi dan informasi- informasi verbal.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Menurut Soekarno (Nurulwati, 2000: 10) dalam Aris Shoimin (2014: 23) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Trianto (2012:15) mengatakan Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna

(4)

yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa dan suatu rencana mengajar yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009) bahwa: “Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”

Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2012) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”. Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2012) : ”Model pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.

METODE

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 209/X Pandan Lagan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2021 - 2022, yang dimulai pada bulan Agustus 2021. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 20 orang. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus dengan empat tahap peneletian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, lembar tes hasil belajar, dan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase.

HASIL DAN DISKUSI Paparan Pra Siklus

(5)

Kegiatan pengambilan data pra siklus dilakukan di kelas IV dengan jumlah siswa 20 orang.

Pra siklus dilakukan peneliti dengan cara melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode tanya jawab atau pembelajaran banyak didominasi oleh guru yang diakhiri dengan pelaksanaan tes.

Hasil proses pembelajaran terlihat monoton dan berpusat pada guru, tingkat partisipasi peserta didik dalam belajar rendah, kurang termotivasi dalam belajar, banyak peserta didik yang tidak memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, dan mengobrol bersama temannya, serta kurang paham nya siswa saat melakukan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga membuat nilai atau hasil belajarnya rendah. Dampaknya hasil belajar peserta didik juga rendah, ini dibuktikan dari hasil ulangan harian terakhir sebelum metode yang diterapkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus Hasil Belajar Nilai/jumlah Persentase

Jumlah siswa yang tuntas 6 Orang 30%

Jumlah siswa yang belum tuntas 14 Orang 70%

Jumlah nilai 1018

Rata-rata 54,05

KKM 65

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum menerapkan Model pembelajaran Problem Based Learning di peroleh rata – rata hasil belajar peserta didik yaitu 54,05 dengan presentase 30%

atau 6 orang dari 20 peserta didik yang tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar, karena hanya 6 peserta didik yang memperoleh nilai ≥65 atau hanya sebesar 30% yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

Sehingga, masih terdapat 14 dari 20 orang yang belum tuntas belajar atau sebanyak 70%.

Hasil tersebut lebih kecil dari presentase ketuntasan klasikal dalam proses pembelajaran IPA yang dikehendaki sebesar 70% siswa yang tuntas. Berdasarkan tabel nilai dan penjelasan nilai pra siklus diatas dapat dilihat lebih jelas pada diagram dibawah ini:

Diagram 1. Ketuntasan Nilai Pra Siklus Siklus I

1. Perencanaan

30%

70%

PRA SIKLUS

TUNTAS TIDAK TUNTAS

(6)

Sebelum melakukan pengumpulan data berupa kegiatan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu menyusun perencanaan kegiatan yang meliputi: Mempersiapkan jadwal penelitian tindakan kelas.

Merencanakan materi yang akan dilaksanakan pada waktu penelitian agar mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran. Mempersiapkan RPP.

Mempersiapkan silabus, LKS, instrumen. Mempersiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus I pertemuan I pada hari senin tanggal 23 Agustus 2021 di kelas IV jam pelajaran ke 2 dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun materi pembelajaran pada pertemuan ini mengacu pada sub tema “sumber energi”. Prosedur penelitian sesuai dengan yang ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran mulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pelaksanaan siklus I pertemuan II pada hari kamis tanggal 26 Agustus 2021 di kelas IV dengan jumlah siswa 20 orang jam pelajaran ke 6. Adapun materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah “sumber energi”.

Prosedur penelitian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang ditentukan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Observasi

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar yang dilakukan oleh observer. Adapun yang diamati oleh Observer meliputi pengelolaan belajar mengajar guru, aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Hasil Belajar Nilai/jumlah Persentase

Jumlah siswa yang tuntas 9 Orang 45%

Jumlah siswa yang belum tuntas 11 Orang 55%

Jumlah nilai 1248

Rata-rata 62,40

KKM 65

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran dengan Model pembelajaran Problem Based Learning, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa 62,40 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 9 orang dengan persentase 45% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase 55%. Selanjutnya Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥65 hanya sebesar 45% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 65%. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum bisa menyesuaikan diri dengan pokok bahasan materi yang disampaikan melalui Model pembelajaran Problem Based Learning, tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil belajar siswa pada sikluls I ini dapat dilihat gambar diagram ketuntasan belajar dibawah ini:

(7)

Diagram 2. Ketuntasan Belajar Siklus I 4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan observer serta diskusi yang di lakukan di ruang majelis guru terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, dapat disimpulkan:

1) Memotivasi peserta didik masih lemah.

2) Kurang terkontrol dalam mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 3) Kelompok-kelompok belajar kurang heterogen.

4) Kurang baik dalam memberikan evaluasi 5) Kurang baik dalam pengelolaan waktu.

6) Siswa kurang antusias dalam belajar

Berdasarkan temuan pada siklus I diatas, maka untuk mengantisispasi supaya tidak terjadi pada pertemuan berikutnya, maka perlu dilakukan evaluasi dengan merencanakan:

1. Memberikan motivasi yang kuat terhadap peserta didik 2. Mengawasi kelompom dalam bekerja

3. Membagi kelompok secara heterogen 4. Memberikan evaluasi yang baik lagi 5. Mengelola waktu dengan baik dan

6. Menyiapkan rewort untuk kelompok yang memiliki antusias serta nilai yang tinggi.

Siklus II

1. Perencanaan

Tahap perencanaan dalam siklus II ini adalah menyusun RPP, menyusun lembar pengamatan, menyiapkan media pendukung pembelajaran, membuat instrumen beserta jawaban, menyiapkan alat demonstrasi dan menyiapkan LKS.

2. Pelaksanaan

45%

55%

SIKLUS I

TUNTAS TIDAK TUNTAS

(8)

Pelaksanaan siklus II pertemuan I pada hari jumat tanggal 27 Agustus 2021 di kelas IV jam pelajaran ke 4 dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun materi pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II ini “Sumber energi” Prosedur penelitian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang ditentukan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pertemuan II pada hari Senin tanggal 30 Agustus 2021 di kelas IV dengan jumlah siswa 20 orang jam pelajaran ke 2. Adapun materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah “sumber energi”.

Prosedur penelitian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Observasi

Kegiatan Pengamatan atau Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Kegiatan Observasi oleh Observer dilakukan selama peneliti melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Adapun yang diamati oleh Observer meliputi pengelolaan belajar mengajar guru, aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, pada setiap akhir proses belajar mengajar siswa akan diberikan tes, dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan peneliti dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berikut hasil tes siswa pada siklus II dapat dilihat jelas pada tabel berikut:

Tabel 3. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II Hasil Belajar Nilai/jumlah Persentase

Jumlah siswa yang tuntas 16 Orang 80%

Jumlah siswa yang belum tuntas 4 Orang 20%

Jumlah nilai 1445

Rata-rata 72,25

KKM 65

Dari tabel siklus II diatas, terlihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus I. Hasil rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus II ini sebesar 72,25 yakni dari 20 siswa sebanyak 16 orang pada siklus II ini sudah berhasil mendapat nilai yang baik yakni ≥65 dengan ketuntasan belajar mencapai 80% Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa telah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥65 telah meningkat sebanyak 80% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 70%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dapat terjadi karena guru selalu menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih siap dan termotivasi untuk belajar. Selain itu juga terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan Model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran menggunakan Model pembelajaran Problem Based Learning, Hal ini akan berpengaruh baik terhadap peningkatan hasil belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel ketuntasan hasil belajar dibawah ini:

(9)

Diagram 3. Ketuntasan Belajar Siklus II 4. Refleksi Siklus II

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan belajar aktif. Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan dengan observer diruang majelis guru. Dari data-data yang telah diperoleh selama proses pembelajaran menggunakan Model pembelajaran Problem Based Learning, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.

Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase peningkatan pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

b. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa dalam setiap pertemuan, siswa semakin meningkat keaktifannya selama proses belajar berlangsung.

c. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

d. Hasil belajar siswa pada siklus II telah berhasil mencapai ketuntasan.

Diskusi

Melalui hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Model pembelajaran Problem Based Learning, memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru pada setiap pelaksanaan siklus. Ketuntasan belajar meningkat mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu masing-masing 30%, 45% dan 80%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai dan mengalami peningkatan yang sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini:

80%

20%

SIKLUS II

TUNTAS TIDAK TUNTAS

(10)

Diagram 4. Peningkatan hasil belajar siswa KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran Problem Based Learning, memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar peserta didik dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (30%), siklus I (45%), siklus II (80%).

2. Penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning, mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan Model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

. REFERENSI

Kemmis and Taggart. (1990). The Action Research Planner. Victorio. Deakin. Univ Press.

Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suryono dan Hariyanto. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, H. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara Bandung PT Remaja Rosdaka Karya.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 30

45

80

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

(11)

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1)

Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Persada Press.

Referensi

Dokumen terkait

menghormati artis yang telah meninggal dengan sedih. Kami juga jarang.. mengadakan pameran koleksi tetapi sesekali, jika saya benar-benar tersentuh oleh seorang seniman, kami

Dari Gambar 4 dapat diperlihatkan hubungan konsentrasi dan waktu kontak pada desorpsi yang dilakukan pada filtrat pemurnian pemurnian SiO 2 gel sebagai fungsi

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa responden yaitu perangkat desa di masing-masing wilayah yaitu desa Tamantirto, desa Tirtonirmolo, desa

Air sisa destilasi labu daun cengkeh dan pembanding memiliki daya antibakteri lebih besar terhadap Staphylococcus aureus daripada Streptococcus mutans, tetapi minyak atsiri

NAMA-NAMA KETUA RUKUN TETANGGA (RT) DALAM KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI TAHUN

Harvested area, production and average of corn production by village in Kokap Subdistrict 2009 Desa Villages Luas Panen Harvested area (Ha) Produksi Production (Ton)

Dalam 2 tahun ke depan, jumlah UKM Indonesia yang memiliki kebutuhan untuk melakukan transaksi internasional akan meningkat sebesar 11%. Same amount of

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri apa yang dialami oleh PNS ketika menghadapi masa pensiun dan faktor apa yang paling dirasakan pada saat