ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PENERAPAN INFORMED CONSENT PADA
PELAYANAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN BREBES
ARTIKEL TESIS
Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S2
Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi
Kesehatan Ibu dan Anak
Oleh
SITI NURDIYANA NIM: 25010112410069
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PENERAPAN INFORMED CONSENT PADA PELAYANAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE DI WILAYAH PUSKESMAS
KABUPATEN BREBES
Siti Nurdiyana AKBID Citama Depok
Jl. Raya Pabuaran No. 53 Bojonggede, Bogor Dian.aldiza@gmail.com
ABSTRAK
Kasus drop out peserta KB IUD semakin meningkat, yaitu 192 peserta pada tahun 2011, 322 peserta pada tahun 2012 dan 412 peserta pada tahun 2013. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kinerja bidan dalam menerapkan proses informed consent pada pelayanan kontrasepsi IUD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device.
Metode penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dengan metode angket menggunakan kuesioner terstruktur untuk variabel keterampilan, sikap, motivasi, persepsi terhadap supervisi, sarana prasarana dan kinerja, serta wawancara untuk variabel pengalaman dan beban kerja. Jumlah responden 120 bidan yang mempunyai sertifikat CTU (Contraceptive technology Up To Date) dipilih secara purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent masih kurang (55,8%). Rerata umur bidan 34,7±SD 6,1 tahun, rerata masa kerja 12,2±SD 6,7 tahun, dan 90,8%
berpendidikan D3 kebidanan. Presentase bidan mempunyai keterampilan kurang sebesar 56,7%, pengalaman kurang 60%, bersikap negatif 50,8%, motivasi rendah 56,7%, persepsi terhadap supervisi kurang 52,5%, beban kerja ringan 52,5%, dan sarana prasana tidak lengkap 50%. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja bidan adalah keterampilan (p=0,040), pengalaman (p=0,001), sikap (p=0,0001), beban kerja (p =0,022) dan sarana prasarana (p=0,001). Variabel yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja bidan adalah sikap (Exp.B=3,631), pengalaman (Exp.B=3,047), keterampilan (Exp.B=2,828), dan sarana prasarana (Exp.B=2,664).
Disimpulkan bahwa sikap bidan dalam penerapan informed consent merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja bidan. Disarankan pada pihak Puskesmas untuk mengadakan pelatihan pada bidan tentang penerapan proses informed consent, sehingga mampu meningkatkan sikap bidan pada pelayanan kontrasepsi IUD.
Kata kunci : bidan, KB, Informed Consent, Intra Uterine Device Kepustakaan : 18 (1993 – 2013)
PENDAHULUAN
Informed Consent merupakan persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap klien tersebut, dimana informed consent digunakan untuk pelayanan kontap (MOW/MOP), IUD dan Implant. Informed Consent berisi tentang pemenuhan kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan. Informed consent juga sebagai upaya
peningkatan profesionalisme petugas pelayanan, pemenuhan legalitas formal dan peningkatan tanggungjawab moral dalam memberikan pelayanan terhadap klien.
Bidan sangat berperan dalam keberhasilan pelaksanaan program KB, dalam hal ini pemberian informasi/proses informed choice dan penggunaan informed consent serta pemberian dan pemasangan alat kontrasepsi. Bidan dikatakan mempunyai kinerja yang baik jika mampu menerapkan informed choice dan informed consent dengan baik, yaitu dengan memberikan informasi yang lengkap, tepat, dan benar mengenai metode kontrasepsi yang diinginkan klien, membantu klien dalam menentukan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan status kesehatan dan kebutuhan klien, menjelaskan kelebihan dan keterbatasan bebrbagai jenis kontrasepsi dengan bantuan alat peraga (fliph chart / lembar balik), memberitahu klien kapan saaat yang tepat melakukan kunjungan ulang dan setelah klien memahami dan menyetujui pilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan maka bidan harus meminta persetujuan tindakan medik melalui penandatanganan formulir informed consent sebelum melaksanakan pelayanan kontrasepsi.
Langkah KIE yang harus dilaksanakan oleh bidan mengacu pada langkah KIE yang dikenal dengan kata kunci SATU TUJU yaitu SA (sapa dan salam), T (tanya), U (uraikan), TU (bantu, J (jelaskan), U (kunjungan ulang).1,5,6
Pencapaian informed consent pada pelayanan kontrasepsi IUD di Kabupaten Brebes dua tahun terakhir ini belum maksimal, hal ini dapat dilihat dari jumlah PUS peserta KB IUD yang dilayani bulan Januari-Desember 2012 sejumlah 5.490 akseptor, yang menggunakan informed consent hanya 3.344 akseptor (60,9%). Jumlah PUS peserta KB IUD yang dilayani bulan Januari-Desember 2013 sejumlah 4.032 akseptor, yang menggunakan informed consent hanya 2,249 akseptor (55,7%). Akseptor KB yang dilayani belum semuanya mendapatkan informasi yang lengkap, dan bidan masih sering tidak memperhatikan informed consent. Masih banyak bidan yang mengatakan belum menerapkan proses informed choice dan informed consent dengan maksimal karena kurangnya motivasi, fasilitas yang tidak memadai, masih banyak bidan yang belum mengikuti pelatihan pelayanan KB, banyak tugas yang harus dikerjakan, dan kurangnya perhatian bikor terhadap penerapan informed choice dan informed consent tersebut.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan keterampilan, pengalaman, sikap bidan dalam pelayanan, motivasi, persepsi terhadap supervisi, beban kerja, dan sarana prasarana, dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional, dan bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang memiliki sertifikat CTU (Contraceptive Technology Up to date) dari tahun 2011, 2012, dan tahun 2013 di Wilayah Puskesmas Kabupaten Brebes sejumlah 290 bidan.
Penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu dengan memilih Kecamatan yang tinggi jumlah akseptor IUD, kemudian dari masing-masing kecamatan yang sudah terpilih akan dipilih Puskesmas yang jumlah penerapan informed consent masih rendah, dan selanjutnya dari masing-masing Puskesmas dilakukan pemilihan bidan sesuai dengan kriteria inklusi-eksklusi yang berjumlah 120 sampel.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, cara pengumpulan data dengan angket dan wawancara. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek, dan variabel penelitian. Analisis bivariat menggunakan chi square, karena semua variabel penelitian dengan skala nominal dan bersifat kategorik, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Interpretasi data terhadap uji kebermaknaan koefisien regresi bila didapatkan nilai p <
0,05.
HASIL
Karakteristik responden diketahui bahwa rerata umur responden adalah 34,7 tahun, masa kerja 12,2 tahun dan sebagian besar responden berpendidikan terakhir D3 kebidanan, seperti
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Masa Kerja (n=120) Minimal Maksimal Rerata Standar Deviasi
Umur (Tahun) 26,0 48,0 34,7 6,1
Masa Kerja (Tahun) 4,0 28,0 12,2 6,7
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (n=120) Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%) D3 Kebidanan
D4 Kebidanan S2
109 8 3
90,8 6,7 2,5
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Variabel Dependent dan Variabel Independent
Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa persentase responden memiliki keterampilan yang kurang (56,7%), pengalaman kurang (60%), sikap negatif (50,8%), motivasi rendah (56,7%), persepsi terhadap supervisi kurang (52,5%), beban kerja ringan (52,5%), sarana prasarana sama banyak, yaitu lengkap dan tidak lengkap (50%), serta kinerja bidan kurang (55,8%) dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device.
Baik
53,3%
Baik 40,0%
Positif
49,2% Tinggi 43,3%
Baik 47,5%
Berat 47,5%
Lengkap
50% Baik
44,2%
Kurang
46,7% Kurang 60,0%
Negatif
50,8% Rendah 56,7%
Kurang 52,5%
Ringan 52,5%
Tidak Lengkap
50%
Kurang 55,8%
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Keterampilan Bidan
Pengalaman Bidan
Sikap Bidan Motivasi Bidan
Persepsi terhadap Supervisi
Beban Kerja Sarana Prasarana
Kinerja Bidan
Adapun hasil uji bivariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Tabulasi silang variabel independent dengan variabel dependent Variabel Bebas
Kinerja Bidan
Total
p C.C
Kurang Baik
f % f % f %
Keterampilan Kurang Baik
44 23
64,7 44,2
24 29
35,3 55,8
68 52
100
100 0,040 0,200 Pengalaman
Kurang Baik
49 18
68,1 37,5
23 30
31,9 62,5
72 48
100
100 0,001 0,299 Sikap
Negatif Positif
45 22
73,8 37,3
16 37
26,2 62,7
61 59
100
100 0,0001 0,345 Motivasi
Rendah Tinggi
40 27
58,8 51,9
28 25
41,2 48,1
68 52
100
100 0,569 0,069 Persepsi terhadap Supervisi
Kurang Baik
32 35
50,8 61,4
31 22
49,2 38,6
63 57
100
100 0,325 0,106 Beban Kerja
Ringan Berat
29 38
46,0 66,7
34 19
54,0 33,3
63 57
100
100 0,022 0,221 Sarana Prasarana
Tidak Lengkap Lengkap
43 24
71,7 40,0
17 36
28,3 60,0
60 60
100
100 0,001 0,304
Total 67 55,8 53 44,2 120 100
Hasil analisis multivariate adalah seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik Multivariat Metode Enter Variabel Penelitian Variabel B SE Wald Sig Exp (B) 95% C.I.for EXP (B)
Lower Upper Keterampilan 1,039 0,441 5,568 0,018 2,828 1,193 6,705 Pengalaman 1,114 0,440 6,396 0,011 3,047 1,285 7,223
Sikap 1,290 0,440 8,604 0,003 3,631 1,534 8,595
Sarana Prasarana 0,980 0,435 5,065 0,024 2,664 1,135 6,255 R2=0,339
PEMBAHASAN
Hubungan keterampilan dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device menunjukkan bahwa responden yang mempunyai keterampilan kurang dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (64,7%) lebih besar dibandingkan responden yang mempunyai keterampilan baik dan kinerja yang kurang
dalam penerapan Informed Consent (44,2%).Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan Continuity Correction diperoleh p = 0,040 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterampilan dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent. Nilai Koefisien Kontingensinya sebesar 0,200, yang artinya antara keterampilan dengan kinerja bidan mempunyai hubungan yang lemah.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Endang Surani di Kabupaten Kendal yang menunjukkan ada hubungan antara keterampilan dengan bidan pelaksana poliklinik kesehatan desa dalam pelayanan kesehatan dasar (p=0,041).16
Bidan sangat berperan dalam keberhasilan pelaksanaan program KB, dalam hal ini pelayanan konseling KB/proses Informed Choice dan penggunaan Informed Consent serta pemberian dan pemasangan alat kontrasepsi. Namun aspek penting dalam pelayanan KB yaitu pelayanan konseling KB seiring tidak dilaksanakan dengan baik oleh bidan dikarenakan ada beberapa alasan seperti; banyaknya pasien yang harus mendapatkan pelayanan, dan banyaknya waktu yang harus digunakan jika harus memberikan penjelasan/konseling yang terlalu panjang.
Sehingga banyak akseptor yang tidak mendapatkan pelayanan konseling KB yang bermutu pada saat akan menjadi akseptor. Kurangnya informasi mengenai cara kerja metode kontrasepsi menyebabkan akseptor seiring berganti cara dalam menggunakan metode kontrasepsi sehingga dapat menyebabkan kobosanan dan pada akhirnya berhenti menggunakan alat kontrasepsi yang berdampak pada meningkatnya Drop Out (DO) penggunaan alat kontrasepsi.1,2,3
Hubungan pengalaman dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device diketahui bahwa responden yang mempunyai pengalaman kurang dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (68,1%) lebih besar dibandingkan responden yang mempunyai pengalaman baik dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (37,5%). Hasil uji Chi Square dengan Continuity Correction diperoleh p = 0,001 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengalaman dengan kinerja bidan dalam penerapan
Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device di Wilayah Puskesmas Kabupaten Brebes. Nilai Koefisien Kontingensinya sebesar 0,299, artinya antara pengalaman dengan kinerja bidan mempunyai hubungan yang lemah. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wawan Setiawan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan kinerja bidan (p=0,000).17
Pengalaman bidan dalam menerapkan proses Informed Choice dan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi merupakan hal yang sangat penting, semakin banyak pengalaman yang diperoleh semakin mudah dalam menerapkan proses Informed Choice dan Informed Consent tersebut. Artinya sejauh mana kreativitas, keterampilan serta kualitas kerja bidan dalam menerapkan proses Informed Choice dan Informed Consent sangat bergantung kepada sejauh mana pengalaman Bidan dalam memberikan pelayanan. Berapa jumlah klien yang pernah dilayani, bagaimana mutu penerapan yang dilakukan bidan, dan apakah bidan dapat mengatasi komplikasi yang terjadi pada klien.
Hubungan sikap dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device diketahui bahwa responden yang mempunyai sikap negatif dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (73,8%) lebih besar dibandingkan responden yang mempunyai sikap positif dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi intra uterine device (37,3%). Uji chi-square dengan Continuity Correction diperoleh p = 0,0001 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device di Wilayah Puskesmas Kabupaten Brebes. Nilai Koefisien Kontingensinya sebesar 0,345, yang artinya antara sikap dengan kinerja bidan mempunyai hubungan yang lemah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Wawan Setiawan yang dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 bahwa ada hubungan antara sikap dengankinerja bidan Desa dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Tasikmalaya (p=0,0000).17 Sikap merupakan perasaan
mendukung (sikap positif) dan perasaan tidak mendukung (sikap negatif) terhadap suatu obyek.
Sikap seseorang merupakan dasar seseorang untuk berperilaku, jika sikap tersebut positif maka cenderung akan muncul sebuah perilaku yang positif, sebaliknya jika sikap seseorang tersebut negatif maka cenderung akan muncul sebuah perilaku yang negatif pula.9
Hubungan motivasi dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device menunjukkan bahwa responden yang mempunyai motivasi rendah dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (58,8%) lebih besar dibandingkan responden yang mempunyai sikap positif dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (51,9%). Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan Continuity Correction diperoleh p = 0,569 yang berarti lebih besar dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device. Nilai Koefisien Kontingensinya sebesar 0,069, yang berarti tidak adanya hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan sangat lemah.
Motivasi sangat diperlukan oleh tenaga kesehatan dalam menerapkan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi, dimana sebelum melakukan Informed Consent harus diawali dengan memberikan informasi (proses Informed Choice) yang lengkap dan jelas, sehingga dapat di mengerti oleh klien. Dalam penerapan Informed Consent, diharapkan bidan mempunyai motivasi supaya dapat memberikan pelayanan KB yang berkualitas, yaitu klien bisa memilih kontrasepsi yang diinginkan dan menyetujui tindakan yang dilakukan oleh bidan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori bahwa motivasi merupakan proses yang mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.9 Hal ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Eni Kusumawati bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan pelaksana di Puskesmas Kambangan tahun 2012.12
Hubungan persepsi terhadap supervisi dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed
Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device diketahui bahwa responden yang mempunyai persepsi terhadap supervisi kurang dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (50,8%) lebih kecil dibandingkan responden yang mempunyai persepsi terhadap supervisi baik dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (61,4%).
Supervisi yang telah dilakukan oleh bidan koordinator belum berjalan dengan baik. Supervisi merupakan salah satu upaya pengarahan dengan memberikan petunjuk serta saran setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksana dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan performance dari petugas kesehatan secara kontinyu.7
Berdasarkan uji chi-square dengan Continuity Correction, tidak ada hubungan antara persepsi terhadap supervisi dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device dengan p=0,325. Nilai Koefisien Kontingensinya sebesar 0,106 yang berarti tidak adanya hubungan antara persepsi terhadap supervisi dengan kinerja bidan sangat lemah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Tasripah yang dilaksanakan RSUD dr Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2012 bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap supervisi sebagai pengamat dengan kinerja bidan dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan kebidanan (p = 0,00001).13
Hubungan beban kerja dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device menunjukan bahwa responden yang mempunyai beban kerja yang berat dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (66,7%) lebih besar dibandingkan responden yang mempunyai beban kerja yang ringan dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (46%). Uji chi-square dengan Continuity Correction, ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device dengan p= 0,022. Nilai Koefisien Kontingensinya sebesar 0,221 yang berarti mempunyai hubungan yang lemah antara beban kerja dengan kinerja bidan.
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan Donsu di Kabupaten
Minahasa tahun 2012, bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja bidan desa dalam penerapan informed choise dan informed consent pada pelayanan kontrasepsi (p=0,541).14 Manusia hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas, sebagai akibatnya jika seseorang harus mengerjakan beberapa tugas atau kegiatan dalam waktu yang bersamaan akan terjadi kompetisi prioritas antar tugas-tugas itu untuk memperebutkan energi yang terbatas.10 Beban kerja dipengaruhi salah satunya oleh kapasitas kerja, seseorang yang bekerja dengan beban kerja maksimal akan menyebabkan produktivitas menurun.14
Hubungan sarana prasarana dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sarana prasarana tidak lengkap dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (71,7%) lebih besar dibandingkan responden yang mempunyai sarana prasarana lengkap dan kinerja yang kurang dalam penerapan Informed Consent (40%). Uji chi-square dengan Continuity Correction, ada hubungan antara sarana prasarana dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device dengan p = 0,001. Nilai Koefisien kontingensinya sebesar 0,304, yang berarti mempunyai hubungan yang lemah antara sarana prasarana dengan kinerja bidan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aminah di Puskesmas Pagiyanten yang menyatakan bahwa ada hubungan antara fasilitas, dan prosedur atau standar terhadap kinerja bidan Puskesmas dalam pelaksanaan pelayanan antenatal (p = 0,03).15
Sarana prasarana dalam penerapan Informed Choice dan Informed Consent dalam pelayanan KB sangatlah penting, karena dalam proses Informed Choice petugas kesehatan wajib memberikan informasi yang lengkap mengenai KB yang hendak digunakan. Dalam memberikan informasi tersebut, petugas kesehatan tentunya sangat membutuhkan sarana prasarana, seperti;
tempat/ruangan yang nyaman dan terjaga privasinya, alat peraga anatomi kesehatan reproduksi, lembar balik, contoh alat kontrasepsi, dan VCD sosialisasi kontrasepsi. Sedangkan dalam penerapan Informed Consent, petugas kesehatan sangat membutuhkan lembar Informed Consent /persetujuan, alat-alat tulis, dan buku sebagai catatan pelaporan.2, 4
Adapun hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel keterampilan, pengalaman, sikap dan sarana prasarana memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device. Namun jika dilihat lebih lanjut variabel sikaplah yang memiliki pengaruh paling besar untuk mempengaruhi kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device yaitu dengan nilai Exp.B = 3,631.
Hasil uji statistik didapatkan nilai R2 = 0,339, yang berarti bahwa proporsi hubungan variabel keterampilan, pengalaman, sikap dan sarana prasarana dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent adalah sebesar 33,9%, sedangkan 66,1% proporsi hubungan kinerja bidan oleh variabel lain.
KESIMPULAN
Variabel yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent pada pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device adalah keterampilan (p=0,040), pengalaman (p=0,001), sikap (p=0,0001), beban kerja (p =0,022) dan sarana prasarana (p=0,001), sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kinerja bidan dalam penerapan Informed Consent adalah motivasi (p=0,569), dan persepsi terhadap supervisi (p=0,325). Variabel yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja bidan adalah sikap (Exp.B=3,631), pengalaman (Exp.B=3,047), keterampilan (Exp.B=2,828), dan sarana prasarana (Exp.B=2,664), serta variabel yang paling berpengaruh adalah sikap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulityawati, A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika; 2011
2. BKKBN. Petunjuk Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan Keluarga Berencana Provinsi Kabupaten dan Kota. Jakarta: BKKBN; 2010
3. BKKBN. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN; 2005
4. BKKBN. Materi Dasar Promosi KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. Jakarta:
Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi, dan Anak; 2010
5. Handayani, S. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010
6. Moeharjono. Perencanaan, Aplikasi dan Pengembangan Indikator Kinerja Utama (IKU) Bisnis dan Publik. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers; 2012
7. Notoatmojo, S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi PT. Jakarta: Rineka Cipta; 2005 8. Berry, L and Houston. J.P, Psycologi at Work, Wn C Brown Communication 1993
9. Notoatmojo, S. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset; 1993
10. Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan PT. Yogyakarta: Remaja Rosdakarya; 1993
11. Martini. Faktor yang berhubugan dengan praktik pendokumentasian asuhan keperawatan di rawat inap BPRSUD Kota Salatiga. Undip; 2007
12. Kusumawati, E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes melitus di Poliklinik penyakit dalam. STIKes Cirebon;. 2012
13. Tasrifah. Hubungan Supervisi Sebagai Pengamat Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Kebidanan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal. STIKes Bhamada; 2012.
14. Donsu, A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam penerapan informed choise dan informed consent pada pelayanan kontrasepsi di Kabupaten Minahasa tahun 2012. Undip; 2012
15. Aminah. Hubungan antara fasilitas, dan prosedur atau standar terhadap kepatuhan bidan Puskesmas dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. STIKes Bhamada; 2012
16. Surani, E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bidan pelaksana poliklinik kesehatan desa dalam pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Kendal . Undip; 2012
17. Setiawan, W. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Tasikmalaya. Undip. 2007
18. Kusumawati, E. Hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan pelaksana di Puskesmas Kambangan. STIKes Cirebon; 2012