12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran
Marketing atau pemasaran merupakan sebuah ilmu yang seiring berjalannya waktu mengikuti dinamika kehidupan manusia. Antara satu sama lain memiliki hubungan yang saling berkaitan satu sama lain seperti segala kebutuhan manusia dari mulai bangun tidur hingga terlelap lagi akan tetap berkaitan dan saling berhubungan. Marketing berawal dari kata market yang memiliki arti pasar. Pasar disini memiliki pengertian sebagai salah satu dari berbagai alat, institusi, prosedur, hubungan sosial, dan infrastruktur tempat usaha dalam menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan memberikan timbal balik uang. Sehingga dapat diartikan jika Marketing merupakan memasarkan, yakni usaha seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan oleh seseorang.
Pemasaran ini terdapat komunikasi yang sangat diperlukan untuk memastikan bahwa apa yang dimaksud pemasar (komunikator) sampai pada calon konsumen (komunikasi) yang sesuai. Komunikasi dalam pemasaran ini akan menyampaikan pesan terkait produk serta penawaran dengan memakai bahasa yang dapat dipahami oleh konsumennya dan juga disampaikan menggunkan cara berbicara yang dapat diterima dengan mudah oleh konsumen. Tak kalah penting juga menggunakan bahasa nonverbal (bahasa tubuh) yang menarik dan pastinya mudah diterima oleh konsumen.
2.2 Digital Marketing
Marketing pun akan semakin berkembang sesuai dengan perjalanan zaman, seperti yang kita ketahui bahwa marketing yang biasanya dilakukan oleh banyak masyarakat luas yakni dengan hanya memasarkan melalui pasar, toko-toko, media cetak sekarang lebih berkembang dengan adanya teknologi yang sangat canggih.
Tak tanggung-tanggung hampir semua kalangan memiliki smartphone dan menjadi pengguna internet, sehingga membuat perilaku masyarakatnya pun ikut berubah sesuai perkembangan zaman. Hal ini juga membuat marketing semakin berkembang semakin beragam. Seperti sekarang ini yang sedang diterapkan oleh banyak pengusaha UMKM dalam memasarkan produk mereka beralih ke digital marketing.
13 Digital marketing atau yang sering diartikan sebagai Pemasaran Digital
merupakan sebuah upaya yang digunakan dalam pemasaran dengan menggunakan sebuah alat yang terhubung internet dengan bermacam strategi dan media digital, yang ditujukan agar bisa berkomunikasi dengan calon konsumen melalui saluran komunikasi online. Seperti dengan melakukan pemasaran melalui website, blog, media sosial, internet, audio, video, dll. Chaffey (2013) yang dikutip dari (ES., Rahmi & Aditya, 2017) mendefinisikan digital marketing merupakan bagian pengguna teknologi agar dapat membantu aktivitas pemasaran yang ditujukan agar meningkatkan pengetahuan konsumen dengan cara menyesuaikan kebutuhan mereka. Atau istilah lain dari digital marketing adalah sebuah kegiatan pemasaran dengan menggunakan media berbasis internet menurut (ES. et al., 2017).
2.3 Promosi Produk Fashion
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam menyajikan sebuah produk perlu adanya promosi dalam memasarkannya agar dapat dikenal banyak orang dan pastinya dengan tujuan agar banyak dibeli oleh para pelanggan. Philip Kotler (1997:142) mengatakan promosi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat produknya dan untuk meyakinkan konsumen agar membeli. Sehingga dengan adanya promosi ini sebagai ajang untuk menyakinkan kepada konsumen bahwa produk yang kita jual merupakan produk terbaik dan sangat menjanjikan jika dimiliki. Rambat Lupiyaadi (2001:108) mengatakan promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang begitu penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasanya.
Karena jika dalam pemasaran tidak memiliki cara pemasaran seperti mempromosikan produk maka produk akan kurang diketahui konsumen.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh didapati bahwa kegiatan promosi ini tidak hanya berguna untuk alat komunikasi antar perusahaan dan konsumen namun juga sebagai alat yang memberikan efek pada konsumen dalam kegiatan jual beli sesuai keinginan serta kebutuhannya dengan memakai sistem promosi. Tujuan inti dari promosi yakni memberi informasi, memberi pengaruh, dan memberi bujukan serta mengingatkan pelanggan yang dituju terkait pemasaran serta bauran pemasaran. (Peter dan Olson:2000,181-185) mengatakan promosi memiliki beberapa jenis yakni ada Iklan (advertising) yakni
14 sebuah sajian informasi non personal mengenai produk, merek, perusahaan atau toko yang dilakukan mengguakan ketentuan berbayar. Promosi Penjualan (sales promotion) merupakan efek langsung yang diberikan pada konsumen untuk
melakukan pembelian. Dalam promosi penjual ini jenis promosinya seperti pemberian kupon, penurunan harga produk, undian dll. Penjualan Personal (personal selling) dalam hal ini melibatkan komunikasi personal langsung antara pembeli potensial dengan salesman. Dan yang keempat terdapat jenis promosi Publisitas (publicity) yakni wujud komunikasi terkait perusahaan, produk, atau merek si pemasar yang tidak membutuhkan pembayaran, seperti penjelasan produk atau merek baru, surat kabar, majalh berita, diskusi radio dan acara bincang di TV yang pada intinya menampilkan bermacam produk untuk para konsumen.
Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2009:4) produk merupakan segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada pasar agar memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Sehingga konsumen dapat terpuaskan sewaktu ia menggunakan produknya serta kebutuhannya dapat terrealisasikan.
Menurut Philip Kotler produk memiliki beberapa jenis seperti: a. Produk Konsumsi, b. Produk industry, c. produk berdasarkan wujudnya, d. produk berdasarkan daya tahannya.
Produk fashion merupakan produk ritel yang terdapat di department store toko atau gerai butik. Fashion dikenal yang namanya teori fashion. Dalam teori menyebutkan 2 jenis aliran perluasan mode: trikle down serta trikle across. Trikle down merupakan proses merambatnya model yang berawal dari masyarakat kelas
atas atau para pesohor (selebriti) yang setelahnya ditiru oleh masyarakat menengah yang selanjutnya diikuti oleh masyarakat kelas bawah. Hal ini berkaitan dengan penelitian ini yang mana dengan adanya promosi produk fashion melalui TikTok banyak sekali penawaran yang diberikan. Mulai dari gratis ongkir, diskon dll yang memungkin dapat dibeli oleh segala kalangan khalayak umum. Trikle across merupakan perluasan mode yang berawal dari suatu golongan atau komunitas.
Dengan begitu dapat diikuti kelas sosial lainnya yang juga dari kelas sosial- ekonomi yang sejajar. Berbicara soal fashion bukan hanya membicarakan pakaian saja namun juga mencakup semua aksesoris lain seperti ikat pinggang, sepatu, topi, tas , kaos kaki, dll.
15 2.4 Konsep Terpaan Promosi
Pengertian terpaan adalah intensitas dari keadaan manusia yang mana mereka terdampak pesan yang diberikan oleh suatu media. Ardianto (2014:168) mendefinisikan terpaan sebagai suatu kegiatan yang dapat terjadi baik pada orang maupun kelompok dan melibatkan kegiatan mendengar, melihat, membaca, mengalami, dan memperhatikan pesan media. Konsep promosi atau promotion mix merupakan koordinasi dari semua usaha yang diinisiasikan dari perusahaan atau penjual untuk membangun sebuah media informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau mempromosikan ide atau gagasan.
Promosi adalah sebuah bagian yang tidak dapat terpisahkan pada pemasaran itu sendiri sehingga tanpa adanya promosi, pemasaran akan menjadi terhambat. Promosi ini menjadi usaha dalam memperkenalkan produk/jasa agar dapat diketahui dan diterima oleh khalayak secara luas dan hal ini dapat ditempuh dengan berbagai cara. Michael Ray, mendefinisikan promosi sebagai “the coordination of all seller-iniated efforts to setup channels of information and persuasion to sell goods and services or promote an idea” (koordinasi dari seluruh upaya yang diawali pihak penjual dalam membangun berbagai seluruh informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan).
Instrumen dasar yang dipakai dalam mencapai tujuan komunikasi sebuah perusahaan disebut dengan bauran promosi atau promotional mix.
Tabel 2 1 Elemen Bauran Promosi
Secara tradisional, bauran promosi merangkap empat elemen, yakni: iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), publikasi/humas, dan personal selling. Namun George dan Michael Belch memberikan tambahan dua elemen ke promotional mix, yakni direct marketing dan interactive media. Dua elemen
16 terakhir ini sudah dipakai secara luas oleh pengelola pemasaran dewasa untuk berkomunikasi dengan masyarakat sasarannya sebagai empat elemen sebelumnya.
Seperti yang sedang banyak dipakai oleh para penjual online dalam menjajakan dagangan melalui sosmed. Mereka mempromosikan produk mereka melalui berbagai sosial media salah satunya TikTok dengan berbagai macam promosi yang menarik.
2.5 Indikator Terpaan Promosi
Terpaan sendiri berjalan ketika iklan/promosi ditempatkan, jadi dengan begitu pembeli akan bisa melihat (see), mendengar (hear), atau membaca (read) dari iklan/promosi yang ditampilkan. Terpaan juga bisa diidentifikasikan dari a.) Frekuensi yakni seberapa sering iklan/promosi akan dilihat, dibaca, dan didengarkan. Jika semakin tinggi frekuensinya maka pesan yang dibangun akan berkesan pada benak konsumen dan akan mendapatkan lebih perhatian dari konsumen. b.) Durasi merupakan seberapa lama iklan akan dilihat, dibaca, dan didengarkan. Semakin sering khalayak diperlihatkan promosi dalam iklan, maka khalayak akan semakin mengenal dan tidak asing dengan sebuah merek yang dipromosikan. Indikator terpaan promosi yang nantinya diteliti pada penelitian ini adalah:
Pertama, aspek frekuensi promosi yang merupakan jumlah promosi penjualan yang dilakukan suatu waktu tertentu melalui media promosi penjualan.
Maka dengan begitu akan menunjukkan intensitas atau seberapa sering promosi dilakukan. Aspek frekuensi promosi yang ditampilkan pada media sosial TikTok ini peneliti akan melihat terpaan frekuensi (seberapa sering konten video promosi produk fashion dilihat dan dibaca). Apalagi dalam sebuah promosi tersebut ditampilkan dengan cara yang unik dan menarik misalnya menggunakan video dengan konten yang menarik seperti diberi lagu dll, maka hal ini akan mempengaruhi orang yang menonton untuk tertarik kepada brand yang dipromosikan.
Kedua, aspek durasi (yakni seberapa lama khalayak akan memperhatikan konten video promosi produk fashion). Sebuah tampilan video dengan promosi produk fashion dengan durasi penayangan menjadi sebuah salah satu strategi
17 komunikasi yang nantinya akan membuat khalayak mengenal lebih jauh terkait produk fashion yang dipromosikan (Natarajan et al., 2018).
2.6 Konsep Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi yang tidak terbatas, sehingga banyak manusia lebih mementingkan faktor emosi dari pada faktor rasionalnya atau lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan (Ancok 1995). Perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup yang sering dan suka menghambur-hamburkan uang tanpa mempertimbangkannya dengan baik. Perilaku konsumtif tidak hanya didasarkan pada pertimbangan rasional, tetapi karena keinginan yang mencapai tingkat irasional. Seperti saat membeli sebuah produk barang hanya untuk mempertahankan penampilan diri, muncullah pemikiran jika membeli produk barang yang mahal akan menyebabkan peningkatan kepercayaan diri. Dapat diartikan juga bahwa, adanya perilaku konsumtif ini tidak menjadikan seseorang membeli barang atas dasar faktor kebutuhan (need) akan tetapi membeli barang karena atas dasar keinginan (want), Pontororing (2019).
Perilaku konsumtif dikarenakan oleh dua faktor, yakni faktor dari luar dan dari dalam (Swastha dan Handoko, 1997). Variabel yang termasuk dalam faktor dari luar dan mempengaruhi perilaku konsumtif merupakan kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi yang dalam hal ini merupakan konformitas pada teman seumuran dan keluarga.
• Kebudayaan yang mana perilaku kita akan mengikuti budaya disekitar kita.
• Kelas sosial yang dalam hal ini dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Dalam klasifikasi ini, berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan pengetahuan.
• Kelompok referensi, merupakan segerombolan orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku konsumen. Pengaruh kelompok ini seperti dalam memilih produk serta merek yang digunakan sesuai dengan aspirasi dan kemampuan kelompok.
• Keluarga adalah unit komunitas kecil yang perilakunya banyak dianut dan menentukan keputusan seseorang untuk membeli suatu barang.
18 Sedangkan dalam Faktor internal terdapat motivasi, harga diri, proses belajar, persepsi, kepribadian dan konsep diri (Swastha dan Handoko, 1997).
• Motivasi. sebuah dorongan sikap seseorang untuk melakukan pembelian atau penggunaan jasa.
• Harga diri, hal ini mempengaruhi sikap membeli. Orang dengan harga diri rendah lebih mudah terpengaruh daripada orang dengan harga diri tinggi.
• Observasi, merupakan hal yang dilakukan sebelum membeli barang, Seseorang akan terlebih dahulu mengamati diri sendiri dan orang lain terhadap sebuah produk.
• Proses Pembelajaran, pengalaman seseorang akan mempengaruhi dalam menentukan barang yang akan dibeli. Karena pembelian yang dilakukan oleh konsumen termasuk dalam rangkaian proses belajar.
• Kepribadian, merupakan pola perilaku seseorang.
• Konsep diri mencakup gagasan ide, persepsi, dan sikap yang dimiliki seseorang tentang dirinya.
2.7 Indikator Perilaku Konsumtif
Pengertian perilaku konsumtif sendiri diartikan sebagai perilaku yang diindikasikan oleh masyarakat dalam merencanakan, membeli dan yang menjadi permasalahannya adalah ketika terdapat kecenderungan yang semestinya dianggap wajar tetapi dalam masyarakat hal ini dilakukan secara boros atau berlebihan.
Indikator dalam perilaku konsumtif pada penelitian ini adalah:
Pertama, Membeli suatu produk karena adanya penawaran khusus, konsumen akan membeli suatu barang karena adanya penawaran khusus jika membeli barang tersebut. Sehingga mereka menganggap jika membeli barang tersebut akan memberikan keuntungan berupa mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga terjangkau.
Kedua, Motivasi, yang mana konsumen akan cenderung membeli produk tidak atas kemanfaatan atau kegunaan tapi atas dasar penampilannya. Para konsumen akan cenderung berperilaku yang bersifat kemewahan sehingga akan cenderung menggunakan segala sesuatu yang dianggap paling bagus dan mewah.
Ketiga, Gaya hidup, yang nantinya konsumen akan cenderung membeli produk hanya karena menjaga simbol status. Konsumen juga memiliki daya beli
19 tinggi dalam hal fashion seperti style pakaian seperti baju, tas, sepatu, aksesoris, yang nantinya dapat mendukung properti eksklusif dengan barang-barang mahal dan memberi kesan bahwa mereka termasuk dalam kelas sosial tertinggi.
Keempat, Kebutuhan berupa konsumen yang cenderung akan membeli barang atas dasar pemenuhan keinginan (want). Karena kita ketahui bahwa manusia memiliki rasa tidak akan pernah puas, oleh karena itu manusia selalu menginginkan lebih untuk memenuhi rasa puasnya, walau sebenarnya keinginan tersebut hanya bersifat sementara atau bahkan keinginannya bukan sebuah prioritas.
2.8 Teori AIDDA
Teori AIDDA merupakan teori dasar yang diungkapkan oleh Wilbur Schram. Teori ini dapat disebut sebagai A-A Procedure atau from attention to action procedure. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kotler (2000:166) dalam analisisnya terhadap tahapan konsep AIDDA yakni: 1). Attention (perhatian), 2). Interest (ketertarikan), 3). Desire (keinginan), 4).Decision (keputusan), 5). Action (tindakan). Menurut teori komunikasi AIDDA, fungsi komunikator sebagai penyampai pesan sangatlah penting. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi yang dilakukan secara langsung melalui media massa. Dengan cara ini, teori AIDDA diterapkan untuk memastikan bahwa pesan disampaikan secara efektif dengan menarik perhatian pendengar dan membujuk mereka untuk mengambil tindakan yang dimaksudkan komunikator.
Menurut proses pentahapan komunikasi, komunikasi harus dimulai dengan mendapatkan perhatian (attention) sebagai landasan keberhasilannya. Dan jika perhatian komunikasi sudah terbangun, maka akan diikuti dengan usaha menumbuhkan sebuah minat (interes), yang mana interes ini memiliki derajat lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hanya terdapat hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yang merupakan keputusan untuk melakukan sebuah tindakan (action) sebagaimana yang diinginkan oleh komunikator (Effendy, 2000 : 305). Dapat dikatakan bahwa inti model AIDDA terdiri dari sejumlah prosedur
20 untuk mengumpulkan pesan yang dapat menarik perhatian publik, menginspirasi keinginan untuk membeli, dan pada akhirnya memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk memudahkan arah tujuan dari komunikasi, maka rumusan teori AIDDA dikembangkan. Penerapan teori AIDDA pada penelit ian ini yakni:
1. Attention (Perhatian)
Dalam tahap ini komunikan mulai memperhatikan pesan yang diberikan oleh komunikator pertama kalinya. Dalam artian di tahap ini para komunikator akan memberikan atau menyuguhkan sebuah pesan melalui iklan pada konten yang diunggah melalui akun sosial media TikTok. Iklan yang ditayangkan akan menampilkan sebuah promosi produk fashion yang menarik dengan pesan yang mudah dimengerti, sehingga akan mengundang perhatian para penonton. Pada tayangan promosi produk fashion di aplikasi TikTok, para komunikator akan membuat sebuah konten berbentuk video dengan semenarik mungkin. Seperti membuat video mix and match baju, sepatu, tas, serta aksesoris sehari-hari lainnya dengan sebagus mungkin sehingga membuat seseorang yang menonton video tersebut mulai memperhatikan pesan yang disampaikan.
2. Interest (Ketertarikan)
Tahap ini komunikan mulai menaruh perhatian terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator secara terus menerus sehingga secara tidak sadar komunikan mempelajari pesan yang disampaikan. Ketika komunikator telah memberikan promosi iklan produk fashion dengan semenarik mungkin dan komunikan telah memperhatikan promosi iklan tersebut maka, komunikan akan memahami dan mengerti isi pesan yang telah disampaikan komunikator. Jika iklan promosi produk fashion yang ditampilkan menarik perhatian para penonton maka akan menumbuhkan rasa ketertarikan terhadap produk tersebut. Para penontonnya akan mulai melihat produk-produk yang dipasarkan dan akan melihat lebih dalam produk yang ditawarkan.
3. Desire (Keinginan)
21 Pada bagian ini komunikan sudah memiliki minat terhadap pesan dan memiliki keinginan untuk memutuskan melaksanakan pesan yang diterimanya. Ketika komunikan telah mengerti dan paham produk yang sedang dipromosikan dan memiliki rasa ketertarikan maka mereka akan tumbuh rasa keinginan terhadap barang tersebut. Apalagi jika produk tersebut memang sedang dibutuhkan atau dirasa cocok jika digunakan, maka para komunikan akan memiliki keinginan untuk memilikinya.
4. Decision (Keputusan)
Pada tahap ini komunikan membuat keputusan atas pesan yang diterimanya untuk menindaklanjuti sikap melaksanakan atau menolak pesan yang telah disampaikan komunikator. Setelah melihat promosi iklan produk fashion pada TikTok dan memiliki rasa ketertarikan serta keinginan pada produk yang ditawarkan maka penonton iklan tersebut akan memberikan keputusan untuk membeli barang atau tidak sesuai dengan kemampuan ataupun kebutuhannya.
5. Action (Tindakan)
Tahap ini merupakan tahap terakhir yaitu komunikan melakukan tindakan setelah mengolah dan menerima pesan, dengan begitu maka akan terjadi kesediaan untuk mengubah sikap. Setelah komunikan melihat video promosi produk fashion dengan berbagai konten menarik dan telah merasa tertarik terhadap barang tersebut maka ia akan bertindak sesuai keinginannya. Jika dirasa ia mampu membeli dan membutuhkan barang yang dipromosikan maka keputusannya dia akan membeli barang tersebut.
Dan jika merasa belum mampu atau barang tersebut belum terlalu dibutuhkan maka dia tidak akan melanjutkan untuk membeli barang tersebut.
Berdasarkan teori AIDDA, dapat dikatakan jika kapitalisme media sosial (promosi produk fashion melalui TikTok) dapat mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang selaku audiens.
22 2.9 Identifikasi Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian: “Dampak Terpaan Promosi Produk Melalui TikTok Terhadap Perilaku Konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang)”. Pada penelitian ini peneliti mencantumkan penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian dalam proposal ini.
2.9.1 Penelitian 1 - Audhiandra Nur Ratri Okviosa (2021)
Penelitiannya berjudul “Pengaruh Terpaan Iklan pada Konten Video dengan Hastag #ShopeeHaul di Media Sosial TikTok terhadap Perilaku Konsumtif Generasi Milenial”
Penelitian ini membahas tentang korelasi signifikan pada terpaan iklan pada konten video dengan hastag #Shopeehaul di media sosial TikTok terhadap perilaku konsumtif generasi milenial. Dilihat dari aspek terpaan iklan maka aspek frekuensi menjadi aspek yang paling berpengaruh terhadap munculnya perilaku konsumtif pada generasi milenial. Adanya terpaan iklan maka menjadikan iklan akan terasa lebih menarik dan lebih sering dilihat.
2.9.2 Penelitian II - Putri Aulia Nurbani (2016)
Judul penelitian “Pengaruh Terpaan Iklan E-Commerce Bukalapak di Televisi Terhadap Perilaku Konsumtif di Kalangan Mahasiswa (Survei pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Dalam penelitian ini berkaitan terhadap kemajuan teknologi yang semakin berkembang melahirkan pertumbuhan pada Online Shop yang semakin marak. Dan hal ini menjadi trend di dunia sekolah maupun kampus dan hal ini merubah perilaku masyarakat termasuk mahasiswa yang memiliki kebiasaan berbelanja yang biasanya berbelanja secara langsung di swalayan sekarang lebih berbelanja secara online.
Dari hasil penelitian terdahulu memberikan banyak referensi bagi peneliti dalam menyusun proposal. Selain itu juga terdapat keterkaitan satu sama lain di dalamnya, akan tetapi perlu ditegaskan bahwa Proposal ini memiliki perbedaan secara signifikan dengan kedua penelitian terdahulu. Pada proposal ini peneliti ingin menjelaskan terkait dampak dari terpaan promosi sebuah produk fashion melalui aplikasi TikTok terhadap perilaku konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu
23 Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang) yang mana saat ini banyak menggunakan media sosial dalam kesehariannya.
2.10 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada Dampak Terpaan Promosi Produk Fashion Melalui TikTok Terhadap Perilaku Konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang). Sehingga dipaparkan dengan model penelitian, yakni:
H1 : Terdapat dampak terpaan promosi produk Fashion melalui TikTok terhadap perilaku konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang).
H0 : Tidak terdapat dampak terpaan produk Fashion melalui TikTok terhadap perilaku konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang).
2.11 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam proposal ini adalah mengetahui bagaimana dampak dari terpaan promosi produk fashion yang dilakukan melalui aplikasi TikTok terhadap perilaku konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang). Karena kita ketahui saat ini banyak sekali penjual online berbondong bondong menjajakan produk fashion mereka melalui sosial media terutama TikTok dengan menyuguhkan berbagai hidangan video dengan berbagai macam konten dalam berpromosi agar produk yang dijual dapat lebih dikenal dan pastinya akan terjual lebih banyak.
Namun semakin gencarnya promosi produk fashion ini akan menimbulkan perilaku konsumtif kepada masyarakat pengguna sosial media khususnya mahasiswa yang saat ini kebanyakan dari mereka pengguna aktif internet dan memiliki akun sosial media. Dengan adanya dampak yang ditimbulkan inilah maka peneliti ingin mengetahui dampak yang ditimbulkan dari terpaan promosi produk fashion melalui TikTok terhadap perilaku konsumtif (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang).