• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Problem Solving 1. Pengertian Problem Solving Penyelesaian masalah sering disebut dengan metode problem solving merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Problem Solving 1. Pengertian Problem Solving Penyelesaian masalah sering disebut dengan metode problem solving merupakan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Problem Solving

1. Pengertian Problem Solving

Penyelesaian masalah sering disebut dengan metode problem solving merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaian. Sedangkan pengajaran penyelesaian masalah merupakan tindakan guru dalam mendorong siswa agar menerima tantangan dari pertanyaan bersifat menantang, dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut.

(Sukoriyanto, 2001: 103).

Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantan gan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan.

Umar Hamalik berpendapat; Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151).

Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehention untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut. (Qrurtyan. Blogs. Friendster.com).

Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana, langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik.

Syaeful Bahri Djamrah (1996: 103) dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengatakan bahwa metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan

(2)

metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Clark (1973) mengartikan bahwa problem solving merupakan jenis inkuiri yang mencakup komplek baik ditinjau dari jenis pertanyaaan maupun dalam prosedur pelaksanaannya. Proses pemecahan masalah dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individual yang harus didukung oleh data yang jelas dan pasti. Oleh sebab itu pelaksanaannya bias lebih lama.

Dengan demikian problem solving dapt diartikan sebagai infestigasi dan penemuan yang pada dasarnya pemecahan masalah yang tidak pernah dihadapi sebelumnya oleh pembelajar.

2. Langkah-Langkah Problem Solving

Menurut Gagne (1985) , kalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.

Para ahli mengemukakan berbagai langkah dalam melakukan pemecahan masalah, sebagaimana Davis dan Alexander (1974), yang dikutip oleh Mulyasa (2005: 111), mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai suatu seri yang meliputi : sensing potensial problem, formulating problem, search for solution, trade off among solution and initial selection, implementation and evaluation. Berdasarkan hal tersebut , pembelajaran dengan menggunakan metode pemecagana masalah (problem solving) akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merasakan adanya masalah-masalah yang potensial;

b. Merumuskan masalah;

c. Mencari jalan keluar;

d. Memilih jalan keluar yang paling tepat;

e. Melaksanakan pemecahan masalah;

f. Menilai apakah pemecahan m asalah yang dilakukan sudah tepat atau belum.

Dalam proses pembelajaran yang menggunakan problem solving ada

(3)

tiga langkah yang harus diperhatikan yaitu : a. Mengidentifikasi masalah secara tepat

Secara konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap antara neda actual dan targetkinerja (T ) yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan bersamaan; M=T harus terlebih dahulu nanpu mengetahui berapa atau pada tingkat mana kinerja actual saat ini, dan berapa atau tingkat mana kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja actual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.

b. Menentukan sumber dan akar penybab dari masalah

Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-masalah tersebut.

c. Solusi masalah secara efektif dan efisien.

Dalam pemecahan solisi secara efisien dan efektif dapat dibedakan' menjadi lima yaitu:

a. Mendefinisikan secara tertulis

b. M e m b a n g u n d i a g r a m s e b a b a k i b a t y a n g d i m o d i f i k a s i u n t u k mendefinisikan : a) akar penyebab dari masalah itu, b) pen yebabpenyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat diperkirakan

c. Setiap akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab, akibat . sedangkan penyebab yang tidak dapat diperkirakan, didaftarkan pada sebab akibat itu secara tersendiri

d. Mendefiisikan tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan dan mempertimbangkan : a)pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab, –penyebab itu, b) tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kits, dan c) memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan.

e. Menerapkan atau melakukan implementasi atau tindakan-tindakan yang

(4)

diajukan (Vincent Gasper sz, dan Qrurtyann.blogs.friendster. com) Sedangkan langkah-langkah lain menurut konsep Dewey yang merupakan berpikir itu menjadi dasar untuk problem solving adalah sebagai berikut:

Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.

a. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.

b. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan atau diklasifikasikan.

c. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian hipotesa-hipotesa dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.

d. Penerapan pemecahan terhadap, masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pernecahan, tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.

Selain di atas menurut Dewey (1994:151) langkah dalam problem solving yaitu kesadaran akan adanya masalah, merumuskan masalah, mencari data dan merumuskan hipotesa-hipotesa itu dan kemudian menerima hipotesa yang benar. Tetapi problem solving itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat meloncat-meloncat antara macam-macam langkah tersebut, lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah yang kompleks.

Misalnya, masalah-masalah pendidikan telah dikenal orang bertahuntahun yang lalu, dan telah banyak hipotesa pemecahan dirumuskan dan dicoba.

Tetapi, orang masih berusaha merunskan masalah-masalah itu secara lebih tepat dan mengusahan pengerjaan pemecahan masalah yang lain agar dapat ditemukan pemecahan yang lebih baik.

Kenedy seperti dikutip oleh Lovitt (1989 : 279) menyarankan empat langkah proses pemecahan masalah problem solving yaitu:

a. Memahami masalah

b. Merencanakan pemecahan masalah c. Melaksanakan pemecahan masalah, clan

(5)

d. Memeriksa kembali

Syaeful Bahri Djamrah (1996 : 103) menjelsakan dalam penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai beriku:

a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya derdiskusi dalan lain-lain.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

3. Kelebihan dan kekurangan Metode Problem Solving 1). Kelebihan Metode Problem Solving

a) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

b) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

(6)

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2). Kekurangan metode Problem Solving

a) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk siswa SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bias dilakukan dengan tingkat kesulitan permadsalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berfikir anak.

b). Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering mememrlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

c). Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber, belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

B. Prestasi Belajar

1 . Pengertian Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2003: 128) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara pengertian secara psikologis Mohamad Ali (2002: 14) ialah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Sementara menurut (Thursan Hakim, 2000: 1) belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, clan

(7)

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, days pikir, dan lain-lain kemampuan.

Menurut Slameto (2003: 2) secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

S e n a d a d e n g a n p e n d a p a t d i a t a s , S a r d i m a n A M ( 2 0 0 3 : 2 0 ) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan belajar akan lebih baik jika si subjek belajar itu mengalami atau melakukan sehingga tidak bersifat verbalistik.

Dengan adanya beberapa pendapat tentang belajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha dengan proses yang aktif untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau pengalaman yang dapat mengubah sikap dan tingkah laku pada waktu seseorang menghadapi suatu situasi tertentu untuk dapat mengembangkan dirinya kearah kemajuan yang lebih baik. Selain itu pada hakekatnya belajar merupakan suatu proses mengantar, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.

2. Pengertian Prestasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 787) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

Berikut ini beberapa definisi tentang prestasi menurut beberapa ahli, sebagai berikut: (1990: 249), menyatakan bahwa prestasi adalah hasil karya yang telah dicapai. Tulus Tu'u (2004: 75) prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan togas atau kegiatan tertentu. Sementara menurut Sufyarman (2004: 212) adalah sesuatu hash yang dicapai atau

(8)

perubahan akibat dari suatu sistem yang digunakan.

Muhibbin Syah (2006: 4) berpendapat bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang memandang serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar.

Setiap proses pembelajaran biasanya selalu diadakan evaluasi belajar, hat ini dilakukan untuk mengetahui prestasi siswa. Sehingga berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dapat diketahui. Muhibin Syah (2006:

141) evaluasi mengandung artian penilaian terhadap, tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar oleh sesorang dapat dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik. Hamper sebagian besar dari kegiatan atau prilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Sebenarnya hamper seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab berlangsung di sekolah tetapi juga di tempat kerja dan di masyarakat. Pada lingkungan kerja, hasil belajar ini sering diberi sebutan prestasi kerja, yang sesunggyuhnya merupakan hasil belajar juga (Nana Syaodih, 2009: 102-103).

Penilaian hasil belajar adalah proses memberian nilai terhadap hasil.

a. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif yaitu berkenaan dengan intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, anlisis, sintesis dan evaluasi.

Pertama, Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge). Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar yang rendah bila dibandingkan dengan tipe belajar lainnya. Namun tipe hasil belajar ini pendting sebagai

(9)

prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi.

Kedua, Tipe belajar pemahaman (comprehention). Tipe belajar ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman ini memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum yaitu pemahaman terjemah, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi.

Ketiga, Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi). Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Dengan kata lain aplikasi bukan ketrampilan motorik tetapi lebih banyak ketrampilan mental.

Keempat, Tipe hasil belajar analisis. Analisis merupakan kesanggupan mememcah, mengurai suatu integrasi (kesatuan yang utuh) menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai tingkatan.

Kelima, Tipe hasil belajar sintesis. Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integrasi.

Keenam, Tipe hasil belajar evaluasi. Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan criteria yang dipakainya. Tipe belajar ini paling tinggi dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.

b. Hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai, tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan social.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar antara lain:

Pertama, Receiving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang dating pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Kedua, Responding/jawaban, yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang dating dari luar. Ketiga, Valuing

(10)

(penilaian), yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Keempat, Organisasi, yaitu pengembangan nilai ke dalam sayu system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yag telah dimilikinya. Kelima, Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua system nilai yang telah dimiliki.

c. Hasil belajar psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk skill dan kemampuan bertindak individu. Hasil yang diterima dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh sebab itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar. Ada liam tingkat ketrampilan yaitu:

Pertama, Gerak refleks (kerampilan pada gerakan yang tidak sadar.

Kedua, Ketrampilan pada gerakan dasar. Ketiga, Kemampuan perceptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. Keempat, Kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan. Kelima, Kemampuan yang berkenaan dengan non decurcive kominikasi seperti gerakan ekspresif, interpretative.

Slameto (2003: 2) menyatakan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

Ini berarti bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadinya perubahan ini atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terj adi dalam diri individu berlangsung secara bertahap kepada perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

Dalam perbuatan belajar perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih

(11)

baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

Perubahan yang terjadi karena proses bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

Perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya

f. Perubahan mencapai seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar

sesuatu, sebagai hasilnya is akan mengalami perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Jika definisi prestasi dan belajar ini kita padukan, maka akan diperoleh suatu definisi prestasi belajar seperti yang dikemukakan oleh:I

a. Syah (2006: 213) mengungkapkan pengertian prestasi belajar adalah segenap ranch psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

b. Purwadarminta (2002: 787) yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mats pelajaran yang lainnya ditujukkan dengan nilai ters atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

c. Nana Sudjana (2002: 4) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa melalui proses perubahan pengetahuan, kecakakap, pengertian, sikap, dan keterampilan.

Fungsi utama prestasi belajar menurut Zaenal Arifin (2001: 3) adalah:

(12)

a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik.

b. Sebagai lambang hasrat ingin tahu.

Hal ini didasarkan atas keingin tahuan dan merupakan kebutuhan pokok anak didik.

a. Sebagai bahan informasi inovasi suatu institusi pendidikan anak dalam meningkatkan iimu pengetahuan can dalam meningkatkan pendidikan.

c. Sebagai indikatorekstern dan intern dari institusi pendidikan.

d. Dapat dijadikan indikator terhadap days serap kecerdasan anak didik.

Dilihat dari fungsi prestasi belajar tersebut, dapat diketahui betapa pentingnya kits untuk mengetahui prestasi belajar anak, baik secara perorangan, maupun secara kelompok, sebab fungsi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar seseorang diperoleh melalui usaha sadar dalam interkasinya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua; yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan factor ekstern adalah factor yang ada diluar diri individu.

Menurut Slameto (2003 : 54-71) berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua factor, yaitu:

1. Faktor Intern

Yang termasuk ke dalam motivasi intern antara lain adalah : factor jasmani, factor psikologi, dan factor kelelahan.

a. Faktor Jasmaniah 1) Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya (bebas dari penyakit). Kesehatan tubuh sangat penting terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung, sebab dengan tubuh yang

(13)

kurang sehat kemungkinan kosentrasi peserta didik akan terganggu dan akibatnya pelajaran akan sukar diterima oleh individu tesebut.

2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh “ sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b. Faktor-Faktor Psikologis

Yang dimaksud factor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan , dan kesiapan.

1). Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak kecil/lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.

Intelegensi adalah:

Kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah.

Walaupun begitu siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang komplek dengan banyak factor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah satu factor diantara factor yang lain. Jika factor lain itu bersufat menghambat atau mempengaruhi negative terhadap belajae, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dalam belajar, jika belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang

(14)

efisien dan factor-faktor yang mempengaruhinya member pengaruh yang positif.

2). Perhatian

Perhatian adalah keaktifa jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

3). Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa tenang.

Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.

Slameto mengemukakan bahwa:

Minat besar pengaruhnya terhadap b elajar, karena bila bahan pengajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidakada daya tarik baginya. Ia segan-segan belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

4). Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Sedang menurur E. Usman Effendi dalam Juhaya S. Praja yang dimaksud dengan bakat adalah “ Sesuatu kecakapan khusus yang dimiliki oleh individu”

Bakat merupakan kualitas yang dimiliki yang menunjukkan perbedaan tingkatan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam suatu bidang tertetntu.

Uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan

(15)

pelajaran yang dipelajari siswa dengan bakatnya, maka hasil pelajarannya ia akan lebih giat lagi dalam belajarnya

5). Motif

Menurut Ngalom Purwanto (1992 : 60), yang dimaksud dengan motif adalah “Segala sesuatu yang mendorong untuk bertindak melakukan sesuatu”

Jadi motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar.

Di dalam menetukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedang yang menjadi penyebab tersebut adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorong.

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

6) Kemtangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dalam proses belajar kematangan atau kesiapan ini sangat sangat menetukan, oleh karena itu setiap usaha belajar akan lebih berhasil apabila dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu, sebab kematangan ini erat sekali hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk member respons atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

8) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dapat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelhan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran tubuh, sehingga darah kurang lancer pada bagian-bagian tertentu.

(16)

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghadsilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk kerja.

d. Faktor-Faktor Ekstern

Faktor ekstern berpengaruh terhadap belajar, factor ini dapat dikelompokan menjadi 3; yaitu factor keluarga, factor sekolah, dan factor masyarakat.

1). Faktor Keluarga

Siswa belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2). Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknyabesar pengaruhnya terhadap bealajr anaknya. Mendidik anak dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya sampa hati memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja anaknya tidak belajar dengan alas an segan, adalah tidak benar jika hal ini dibiarkan berlarut-larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja sehingga belajarnyapun menjadi kacau. Sebaliknya mendidik anak dengan cara memperlakukan teralalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar , adalah cara mendidik yang salah juga.. Karena si anak akan diliputi rasa ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak akan mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan tersebut.

Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan penting. Siswa yang mengalami kesuakran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

3) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang tua

(17)

dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yanglain pun turut mempengaruhi belajar anak.

Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik di dalam keluarga adalah hubungan yang penuh perhatian, pengertian dan kasih saying, serta dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak.

4) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam keluarga dimana anak belajar. Suasana rumah yang gaduh/ramai tidak akan memberikan ketenangan dalam belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik, perlu diciptakan suasana rumag yang tenang, dan tentram.

5) Keadaan ekonomi keluarga

Masalah ekonomi keluarga mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan belajar. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kenutuhan pokoknya, juga memerlukan fasilitas belajar seperti alat tulis, buku-buku pelajaran dan lain-lain. Fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

e. Faktor Sekolah 1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Didalam proses belajar mengajar guru harus mengguakan metode bervariasi, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

Apabila guru dalam mengajar hanya mengguanakan satu metode saja, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh dalam belajar.

2) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hunungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

(18)

3) Bimbingan dari guru

Tujuan bimbingan dari guru ini adalah untuk membantu agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan keadaan atau potensi siswa, dengan bimbingan yang baik dan sistematis, siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar akan mendapat bantuan dan sukses dalam belajarnya.

f. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak belajar, mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa teratrik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya.. Akibatnya sebenarnya belajar ia terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik-baik, mereka memdidik dan menyekolahkan anak-anaknya antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa akan terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya, sehingga kan berbuat seperti orang-orang dilingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak untuk belajar lebih giat lagi.

C. Pengaruh Metode Problem Solving terhadap Prestasi Belajar

Proses belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkosentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap pelajaran yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada pula yang lambat. Faktor penggunaan metode mempengaruhi motivasi belajar anak/siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Cepat lambatnya penerimaan anak terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki penggunaan metode yang bervariasi, sehingga penguasaan

(19)

penuh dapat tercapai.

Guru sebagai pengajar harus mampu menciptakan suasana atau kondisi yang memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi diri siswa, dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Oleh karena itulah, ubntuk meningkatkan koompetensi dan prestasi belajar siswa ada kondisi yang harus diperhatikan oleh guru. Menurut Clara R. Pudjijogyanti (1988 : 85-89) bahwa kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Membuat siswa merasa mendapat dukukngan.

Dukungan tersebut dapat menimbulkan perasaan tanggungjawab siswa terhadap hasil belajarnya, dorongan untuk berusaha menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.

2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab

Tanggung jawab ini akan mengarahkan sikap positif siswa terhadap diri sendiri yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang tinggi serta meningkatkan integritas pribadi dalam menghadapi tekanan social.

3. Membuat siswa merasa mampu

Siswa mampu engembangkan diri secara optimal, apabila guru mempunyi pandangan bahwa pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan walaupun belum dikembangkan dan apabila guru mengajak siswa untuk mewujudkan kemampuan yang dimilikinya.

4. Mendidik siswa untuk mencapai tujuan

5. Membnatu siswa menilai diri mereka secara realistis

6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis.

Rasa bangga taerhadap keberhasilan yang telah dicapai merupakan salah satu kunci menjadi positip dalam memandang kemampuan yang dimiliki.

.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Modal pembangunan yang penting selain investasi adalah sumber daya manusia.Dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan diikuti dengan tingkat pendidikan yang

Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan students’ engagement dan hasil

Akan tetapi, sebagaimana diperlihatkan oleh Deleuze, Guattari, Lyotard, Foucault, dan Baudrillard, fondasi dari dunia penampakan itu telah beralih pada hasrat dan kehendak

[r]

kinerja guru pendidikan Islam dalam membentuk dan membina akhlaq peserta didik. di SMA Muhammadiyah

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat, 1998. Pintu Masuk Dan Keluar Menjadi Satu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk

Proses belajar seperti inilah yang diharapkan dapat dikembangkan melalui penerapan strategi math talk di kelas sehinga peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis?. Seseorang

Untuk guru SMA Negeri 10 Palembang, dari 10 indikator tentang kompetensi pedagogik guru, indikator keempat yaitu kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran