• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

76

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

MELALUI SUPERVISI KLINIS

Siti Ogun Siregar

SD Negeri 050746 Babalan, kab. Langkat e-mail: siti.ogun@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is to improve student learning in STAD learning model in SD Negeri 050746 Babalan Kab.Langkat through clinical supervision. Subjects in school action research are teachers who teach Indonesian peneltiaian many as three teachers. The study was conducted school action role in three cycles. The study states that through clinical supervision can improve the ability of teachers in applying the model of STAD cooperative learning mode. It can be seen with increasing activism-cavity and learning outcomes of students whose learning is monitored with clinical supervision.

Keyword: clinical supervision, STAD, Indonesian

Abstrak: Tujuan peneliti ini adalah meningkatkan cara belajar siswa dalam model pembelajaran STAD di SD Negeri 050746 Babalan Kab.Langkat melalui supervisi klinis.

Subjek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah guru yang mengajar peneltiaian bahasa Indonesia sebanyak 3 orang guru. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalan tiga siklus. Hasil penelitian menyatakan bahwa melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapakan mode pembelajaran kooperatif model STAD. Hal ini dapat diketahui dengan meningkatnya akti-vitas dan hasil belajar siswa yang pembelajarannya dipantau dengan supervisi klinis.

Kata kunci: supervisi klinis, STAD, bahasa Indonesia

Strategi dan metode pembe- lajaran yang baik dan tepat sangat diperlukan untuk terciptanya kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia yang aktif pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada pembalajaran bahasa Indonesia menunjukan tingkat keak- tifan siswa dalam kegiatan belajar- mengajar masih rendah, yang ditandai

dengan sedikitmya siswa yang mengajukan pertanyaan, mengemukan pendapat atau gagasan maupun memberikan tanggapan terhadap materi yang dibahas yakni hanya beberapa siswa saja yang mempunyai tingkat kepandaian yang tinggi.

Pembelajaran bahasa Indonesia masih banyak dilakukan dengan metode ceramah walaupun sudah diselingi dengan metode tanya jawab dan

(2)

77 pemberian tugas, tapi hasilnya masih kurang efektif dan adanya pertim- bangan waktu, karena pembelajaran dalam kelas lebih dominan dilakukan oleh setiap siswa bukan kerja kelompok.

Sehubungan dengan hal ini, peneliti memberikan arahan kepada guru untuk menggunakan metode kooperatif, sehingga semua siswa dapat berkerja sama dan pembelajaran menjadi efektif. Pada umumnya guru sudah menerapkan pembelajarab sebagaimana mestinya, sehingga pembelajaran berlangsung seperti biasa, dimana guru yang aktif dalam proses pembelajaran.

Melihat hal demikian, peneliti mencoba memberikan bimbingan dan arahan kepada guru tentang penerapan metode koorperatif yang efektif, baik dari perencenaan, pelaksanan maupun evaluasi. Arahan peneliti kepada metode Student Teams Achievement Division (STAD), setiap anggota kelompok siswa diusahakan saling berkerja sama, bahu-membahu, bantu- membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model STAD ini juga merupakan bentuk pembelajaran koorperatif yang paling sederhana yang dapat diterapkan pada siswa dimana rata-rata tingkat kemam- puannya rendah. Penerapan modal STAD dalam pembelajaran bahasa Indonesia memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk saling mengumakakan pendapat/tanggapan, pertanyaan, ataupun jawaban terhadap suatu pertanyaaan mengenai materi yang sedang dibahas dalam diskuso kelompok maupun diskusi kelas, sehingga seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam peroses belajar mengajar.

Melalui diskusi dengan teman sekelompoknya, saling bertukar

pikiran diharapkan siswa dapat mengarti dan memahami materi.

Siswa yang suka memberi komentar- komentar di luar materi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung diarah- kan untuk dapat aktif memberikan tanggapan, pertanyaan, atau jawaban.

Sedangkan siswa yang pasif diharapkan dapat terpancing untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar, maka diharapkan hasil balajar siswa baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang harus dimiliki siswa dapat meningkat.

Sehubungan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD, peneliti ingin melihat langsung proses pembelajaran yang dilakukan guru, dengan begitu peneliti bisa mengeta- hui apa yang menjadi kendala guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD. Pembinaan yang dilakukan secara berkelanjutan yang biasa disebut supervisi klinis.

METODE

Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2015 sampai bulan Maret 2015. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri 050746 Babalan.

Subjek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah guru yang mengajar peneltiaian bahasa Indonesia sebanyak 3 orang guru. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat dan Pembina yang mencatat setiap kegiatan yang terjadi pada setiap siklus.

Sumber data pada penelitian ini adalah: (1) Dokumen, meliputi catatan lapangan selama proses

(3)

78 pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa tulisan dan poto; (2) Lembar observasi, digunakan untuk meng- amati aktivitas siswa dan guru pada tiap-tiap siklus; (3) Catatan Mengenai berbagai kejadian saat pembelajaran berlangsung.

Prosedur penelitian tindakan sekolah dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, peng- amatan, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan pada tiap siklus secara umum meliputi: (a) Meng- analisi akar masalah (rendah-nya aktivitas dan hasil belajar siswa), (b) Menggunakan pembelajaran model STAD sebagai solusi pemecahan, (c) Menyiapkan lembar observasi untuk siswa dan guru, (d) Menyiapkan catatan.

Langkah-langkah pelaksanaan, penelitian sesuaikan dengan peren- canaan. Secara garis besar pelak- sanaan siklus I adalah guru memotivasi siswa dengan meminta siswa membaca materi, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mengerjakan LKS, siswa diminta mempresentasikan hasil kerja kelom- pok dalam diskusi kelas, siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi kelas dan pemberian tes siklus I.

Berdasarkan lembaran obser- vasi dan catatan dilapangan, berikut beberapa refleksi pada siklus I. Dalam membagi siswa secara kelompok, guru masig menggunakan pembagaian kelompok menurit absen, sehingga ada kelompok yang tidak merata

kepandiaanya. Dalam membimbing siswa, guru hanya membimbing kelompok yang aktif, sehingga kelompok lain hanya bermain-main dan berbicara. Dalam mengambil kesimpulan guru masih mendominasi, bahkan ada beberapa kesimpulan yang diambil oleh guru sendiri.

Jika dilihat dari observasi siklus I, maka bimbingan yang dilakukan berupa perubahan pem- bentukan kelompok secara hetergoen, dan juga dalam membimbing siswa semua kelompok harus merata bimbingan, sehingga semua kelompok akan aktif. Dalam mengambil kesim- pulan, seharusnya terbelih dahulu dikemukkan oleh siswa, tugas guru adalah mengklarifikasi semua kesim- pulan siswa dan menyimpulkan secara bersama-sama.

Berdasarkan lembaran obser- vasi dan catatan dilapangan, berikut beberapa refleksi pada siklus II.

Arahan yang diberikan dan diskusi bahwa pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus II sudah mulai menampakkan keaktifan siswa.

Namun hanya beberapa aspek saja yang perlu dirubah, yaitu tentang pembinaan terhadap siswa secara merata dan cara mengarahkan siswa dalam berdiskusi dan prentasi hasil kerja.

Berdasarkan lembaran obser- vasi dan catatan di lapangan, arahan yang diberikan dan diskusi bahwa pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus III sudah efektif, dengan demikian PTS ini hanya dilakukan sampai siklus III.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, siklus I dan siklus II kurang optimal.

Penerapan model pembelajaran STAD

(4)

79 ini bagi siswa masih merupakan hal baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran kelompok, tetapi model STAD yang masih merupakan hal baru bagi siswa ini menyebabkan sebagian besar siswa masih merasa canggung dan belum terbiasa. Pada saat diskusi masih banyak siswa yang tidak serius atau malah memanfaatkan kegiatan diskusi dan praktikum untuk mengobrol, bermain, bersenda gurau dan mengganngu teman lainya.

Masih banyaknya siswa yang tidak serius dalam kegiatan pengamatan dan diskusi, bahkan melakukan kegaitan lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, dapat terjadi karena siswa merasa dengan kegiatan tersebut peluang siswa untuk diperhatikan atau dipantau oleh guru menjadi kecil.

mereka merasa guru hanya akan mengira bahwa mereka sedang melaksanakan kegiatan dan bukannya melakukan kegiatan lain.

Siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi pada siklus I dan siklus II masih mendominasi kegitan siswa dalam kelompok dan kelas, dan cenderung menjadi pemimpin terhadap siswa yang lain. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih rendah masih merasa kurang percaya diri, tidak bersemangat, takut dan malu untuk mengemukan pendapat, pertanyaan atau jawaban.

Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, pada pembelajaran sebelum diterapkannya STAD, sudah terbiasa aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukan pendapat, walaupun belum optimal. Dengan diterapkannya model pembelajaran STAD yang

memungkinkan siswa untuk lebih aktif, maka siswa yang berkemampuan akademik tinggi lebih leluasa untuk membagi pengetahuannya kepada teman-temannya. Lain halnya dengan siswa yang berkemampuan akademik rendah. Pada model pembelajaran yang lama yang lebih berpusat pada guru, siswa ini cendrung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka kurang aktif berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan karena takut salah, sebab dalam lingkungan belajar mereka budaya untuk menghargai pendapat orang lain masih rendah. Jika ada siswa yang salah dalam mengemukan pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, biasanya akan ditertawakan dan di ejek oleh teman-temannya. Ejekan tersebut biasanya akan tetap berkelanjut walaupun kegiatan belajar mengajar telah selesai. Hal ini tentu sangat memperngaruhi psikologi siswa yang berdampak pada menurunya rasa percaya diri dan menumbuhkan rasa rendah diri pada siswa. Mereka menjadi enggan untuk berinteraksi, saling bertukar pikiran dengan teman- temanya, sehingga ketika diajak belajar dengan menggunakan pembelajaran model STAD mereka belum siap.

Aktivitas siswa pada siklus III telah mencapai indicator kinerja yang ditetapkan. Siswa yang sebelumnya tidak mau aktif mulai mau memberikan kontribusinya untuk kemajuan kelompoknya dan membangun pengetahuan bersama.

Siswa yang memiliki kemampuan lebih rendah mulai menunjukan eksitensina dalam kelompok dan kelas. Siswa mulai terbiasa dihadapkan dengan kegiatan diskusi yang menututnya peran aktif siswa

(5)

80 secara langsung.

Ciri-ciri pada pembelajaran siklus III tersebut sesuai dengan ciri- ciri kelompok pembelajaran kooperatif, yaitu kepemimpinan adalah kemimpinan bersama, ada saling ketergantungan positif, keanggotan hetrogen, ada tanggung jawan terhadap hasil seluruh anggota kelompok, menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif, dan evaluasi dilakukan baik secara indivindu baik secara individual dan kelompok.

Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kinerja guru. Pada siklus I guru telah beruasaha menjadi fasilitator yang baik. Akan tetapi, siswa belum berkondisi dengan model pembelajaran yang relative beau bagi siswa, sehingga dalam pertemuan selanjutnya yakni pada siklus II dan siklus III, guru mengembangkan keterampilan baru untuk dapat memotivai dan membimbing siswa sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Guru menjelaskan pada siswa agar menghargai pendapat yang buruk dan jangan merasa takut salah dalam mengemukan pendapat, karena semua pendapat itu baik benar ataupun salah pasti akan mengantarkan kita kepada tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

Sebaliknya dengan munculnya suatu pendapat yang tidak sesuai dengan konsep yang benar, maka nantinya dapat diajak untuk berpikir kritis dan kreatif, pengelohan kelas semakin baik, sehingga aktivitas siswa dapat meningkat.

Peningkatan pada aktivitas siswa diikuti oleh meningkatnya hasil belajar siswa. Rerata hasil belajar siswa ranah kognitif secara beruntunan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Berdasarkan

indikator kinerja tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa ranah kognitif tercapai pada siklus III.

Pada siklus I, 9 orang sisa belum tuntas belajar karena konsentraksi siswa belum sepenuhnya tertuju pada usaha untuk memahami materi, tetapi malah kepada model pembelajaran yang baru diterapkan oleh guru. Pada awal pengelompokan, siswa merasa enggan untuk dapat berkerja sama dengan seluruh anggota kelompoknya, sebab kelompok hetrogen yang tidak dipilih berdasarkan kemauan siswa, tetapi pada kemampuan akademik dengan memperhatikan jenis kelamin dan etnis, sehingga dikemungkinkan dalam satu kelompok ada anggota yang tidak disukai oleh anggota lainya. hal ini tentu akan menghambat kerja kelompok untuk dapat bersama- sama saling membantu dalam memahami materi.

Sebagian besar kelompok dalam mengerjakan tugas kelompok, terjadi pembagian tugas yang tidak merata, sehingga ada anggota yang memonopoli pekerjaan dan ada anggota yang hanya menurut saja, tidak mau berpikir, atau malah rebut sendiri. Siswa yang cendrung ,menjadi pemimpin dalam kelompok banyak yang belum memahami hakikat belajar dengan berkelompok. Mereka pelit untuk berbagai dengan rekan kerjanya.

Jika mereka dapat memahami suatu materi, maka mereka cendrung untuk menyimpannya sendiri dan tidak mau berbagi pemahamnya tersebut kepada seluruh anggota kelompok.

Sebagian besar kelompok anggotanya bersikap pasif yang hanya menurut dan menyerahkan segala keputusan kepada anggotanya yang cendrung menjadi pemimpin. Mereka segan untuk memberikan kontri-

(6)

81 businya karena merasa tidak mampu dan tidak menyadari bahwa sikap tersebur akan berakibat juga pada hasil belajar mereka secara indivindu.

Kondisi yang tidak seimbang tersebut menghambat masing-masing individu untuk dapat mencapai pemahaman yang tinggi terhadap materi pembelajaran dan merupakan contoh ketidak mampuan siswa untuk berbagi.

Pada siklus II, kerjasama antar anggota kelompok terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan siklu I.

Tugas kelompok dapat dikerjakan bersama dengan pembagian yang baik, sehingga masing-masing anggota dapat mengerjakan dengan baik pula.

Walaupun demikian, hasil pada siklus II tersebut belum memenuhi indicator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga guru terus memotivasi siswa untuk dapat berkerja sama dengan lebih baik lagi, dengan menyakinkan siswa bahwa keberhasilan kelompo

akan membawa keberhasilan juga bagi tiap anggota kelompoknya.

Pada akhir siklus III, kecenderungan anggota kelompok untuk menjadi anggota pasif ataupun anggota pembuat keributan tidak terlihat lagi. Siswa sudah mengerti manfaat dari belajar dengan model STAD dan tertarik untuk mengikutinya. Siswa juga termotivasi dan menyukai suasana kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

SIMPULAN

Melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapakan mode pembelajaran kooperatif model STAD. Hal ini dapat diketahui dengan meningkatnya akti- vitas dan hasil belajar siswa yang pembelajarannya dipantau dengan supervisi klinis.

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru.

Purwanto, N. 2000. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

Bandung: Rosda Karya.

Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban).

Jakarta: Gramedia.

Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:

Rosda Karya

Hamalik, O. 2001. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA University

Press.

(7)

82

Referensi

Dokumen terkait

Si Djoko Wahyudi, Riswati Kegiatan Harian Kantor Humas Protokol 4 Pembuatan Kliping Berita Internal Humas Muhammad Fahmi, ST.. Si Rusmini, Erwan

Dikombinasikan dengan penggudangan data, bank data dan meja bantu atau pusat panggilan (call center), CRM membantu perusahaan untuk mengumpulkan dan menganalisa

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar

Pesatnya perkembangan teknologi dan kecanggihan internet menjadi dasar pembuatan aplikasi kamus bahasa Latin pada hewan dan tumbuhan ini, saat ini hampir segala sesuatu

Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yang telah mengijinkan penulis melakukan observasi di perpustakaan tersebut, serta seluruh pustakawan

Mata Pelajaran Nilai

Sekolah Dasar diharapkan berlangsung secara aktif dalam melibatkan semua ranah pendidikan baik afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan fisik), maupun kognitif

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap