BAB 6
Latar belakang
Latar belakang
Beribadah kepada Allah harus dilakukan secara benar. Kebenaran dalam
beribadah kepada Allah adalah beribadah sesuai dengan ketentuan kitab suci
Al-Qur’an, Sunah, dan hasil Ijtihad. Untuk mengetahui Al-Qur’an,
As-Sunah, dan hasil Ijtihad diperlukan proses pemahaman ketiga sumber
hukum Islam. Perhatikan peta berikut.
Memahami kedudukan Al-Qur’an, As-Sunah, dan
Ijtihad
Meyakini kebenaran hukum ISlam Berpegangan teguh
terhadap Al-Qur’an, As-Sunah, dan Ijtihad
As-Sunah
Ijtihad
Pengertian, isi kandungan, dan kedudukan Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an Adalah kitab suci yang berbentuk lafaz, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan bahasa arab dan bersifat mutawatir yang bernilai ibadah bagi pembacanya.
2. Isi kandungan Al-Qur’an ada tiga
Hukum I’tiqadiyah yaitu hukum-hukum yang berkenan dengan keimanan Hukum khuluqiyah yaitu hukum-hukum yang berkenan dengan akhlak
Hukum amaliyah yaitu hukum-hukum Yang berkenan dengan pelaksanaan syariah
secara khusus mencakup, segala perbuatan para mukallaf.
3. Kedudukan Al-Qur’an
Sebagai sumber hukum pertama dan utama Sebagai penegas di bidang akidah dan ibadah Sebagai obat penyakit rohani
Sebagai pedoman hidup setiap mukmin Sebagai pemberi kabar gembira
Sebagai pemberi motivasi lahirnya IPTEK
Pengertian, isi kandungan, dan kedudukan As-Sunah
a. pengertian As-Sunah
As-Sunah menurut bahasa ketetapan, cara, ataus suatu hal yang biasa dilakukan. adapun menutut isltilah
b. isi kandungan As-Sunah
Sunah Qauliyah artinya sunah yang berupa perkataan contohnya,
ل
ل ممععلع
م اا َاممنناا
ت
ت َايمننلاَاااابا
sunah fi’liyah artinya sunah yang berupa perbuatan nabi yang disimpulkan sebagai
perintah atau larangan melalui contoh teladan Rasul, contohnya. salat, zakat, dan haji.
sunah taqririyah yaitu sunah yang berbentuk pengakuan dan ketetapan Rasulullah
saw., contohnya ada sahabat melakukan sesuatu dan Rasulullah saw. membiarkannya.
c. kedudukan As-Sunah
sebagai dasar hukum Islam
Pengertian, isi kandungan, dan kedudukan Ijtihad
a. pengertian Ijtihad
ijtihad bersal dari lafaz
ijtihada
(
دمهمتمجعاا
) yang artinya mencurahkan
tenaga dan pikiran
menurut istilah mencurahkan segala seluruh kemampuan berpikir
untuk melakukan syariat dari dalil-dalil syara’ yaitu Al-Qur’an dan
hadis
b. isi kandungan Ijtihad
jawaban semua persoalan hukum islam yang tidak ada secara jelas
jawabannya didalam Al-Qur’an maupun As-Sunah , dapat
mengambil dari hasil ijtihad yang dilakukan para ulama
c. kedudukan Ijtihad
penggalian sumber hukum islam para ulama mujtahid
menggunakan berbagai metode, antara lain
ijma’, Qias. istihsa,
istishsab, maslahah mursalah, dan ‘urf.
a. pengertian Ijtihad
ijtihad bersal dari lafaz
ijtihada
(
دمهمتمجعاا
) yang artinya mencurahkan
tenaga dan pikiran
menurut istilah mencurahkan segala seluruh kemampuan berpikir
untuk melakukan syariat dari dalil-dalil syara’ yaitu Al-Qur’an dan
hadis
b. isi kandungan Ijtihad
jawaban semua persoalan hukum islam yang tidak ada secara jelas
jawabannya didalam Al-Qur’an maupun As-Sunah , dapat
mengambil dari hasil ijtihad yang dilakukan para ulama
c. kedudukan Ijtihad
penggalian sumber hukum islam para ulama mujtahid
meyakini sumber hukum Islam dalam Al-Qur’an
Kebenaran hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
bersifat mutlak. Artinya, tidak ada keraguan sedikitpun
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman
Umat Islam wajib meyakini Al-Qur’an sebagai sumber
hukum.
meyakini kebenaran hukum Islam dalam As-Sunah
Kebenaran As-Sunah sama dengan kebenaran Al-Qur’an.
Kedudukan As-Sunah terhadap Al-Qur’an adalah menguatkan apa
yang ditetapkan didalam Al-Qur’an, menjelaskan isi Al-Qur’an
yang bersifat global (mujmal), dan menetapkan semua jenis
hukum perbuatan mukalaf yang tidak ada didalam Al-Qur’an.
Dengan demikian, umat Islam wajib meyakini hukum Islam yang
tertuang didalam As-Sunah. Sebagaimana firma Allah swt.
اَآمموم....
ٰتٰ
هنمَامموم هلوعذلخلفم للوعس
ل رنلا ملك
ل
ٰ
اوعهلتمنعَافم هلنععم معكل
....ۚ
ۚ
:رشحلا
٧
ۚ
Artinya: ….apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah,
dan apa yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah… (QS.
Al-Ḥasyr/59: 7)
Kebenaran As-Sunah sama dengan kebenaran Al-Qur’an.
Kedudukan As-Sunah terhadap Al-Qur’an adalah menguatkan apa
yang ditetapkan didalam Al-Qur’an, menjelaskan isi Al-Qur’an
yang bersifat global (mujmal), dan menetapkan semua jenis
hukum perbuatan mukalaf yang tidak ada didalam Al-Qur’an.
Dengan demikian, umat Islam wajib meyakini hukum Islam yang
tertuang didalam As-Sunah. Sebagaimana firma Allah swt.
اَآمموم....
ٰتٰ
هنمَامموم هلوعذلخلفم للوعس
ل رنلا ملك
ل
ٰ
اوعهلتمنعَافم هلنععم معكل
....ۚ
ۚ
:رشحلا
٧
ۚ
meyakini kebenaran hukum Islam hasil Ijtihad
meyakini kebenaran hukum Islam hasil Ijtihad
Hasil-hasil ijtihad yang dilakukan oleh para ulama
mujtahid memiliki kebenaran yang sah sebagai bagian
dari hukum Islam.
Sah hukumnya bagi umat Islam meyakini dan mengikuti
hasil ijtihad ulama, sebagai wujud nyata dari ketaatan
kepada ulil ami, Allah berfirman.
َايم
ٓ
ا ن
م يعذالنا َا همييام
ٰ
وعنلمم
ٓ
ِىلاوالوم لموع س
ل رنلا اوعليعط
ا اموم همللا اوعليعط
ا ام ا
م
ع ك
ل نعما رامعلماع
....ۚ
:ءَاس
ٓ ننلاۚ
٥٩
ۚ
Artinya: wahai orang-orang beriman, taatilah Rasul (muhammad), dan
ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu… (QS. An-Nisā’/4:
59)
Hasil-hasil ijtihad yang dilakukan oleh para ulama
mujtahid memiliki kebenaran yang sah sebagai bagian
dari hukum Islam.
Sah hukumnya bagi umat Islam meyakini dan mengikuti
hasil ijtihad ulama, sebagai wujud nyata dari ketaatan
kepada ulil ami, Allah berfirman.
َايم
ٓ
ا ن
م يعذالنا َا همييام
ٰ
وعنلمم
ٓ
ِىلاوالوم لموع س
ل رنلا اوعليعط
ا اموم همللا اوعليعط
ا ام ا
م
ع ك
ل نعما رامعلماع
....ۚ
:ءَاس
ٓ ننلاۚ
٥٩
ۚ
berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
Berpegang teguh pada nilai-nilai Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari, disamping sebagai bentuk kewajiban, adalah untuk
meyelamatkan manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat.
Nabi bersabda:
ارعقللعام : لمَاقم هلنععم هلللا ي
م ض
ا رم دتوععلس
ع ما ن
ا بع هاللا دابعع
م ن
ع ع
م
ن
ل ٓ
هلدمَاقم هلممَاممام هللمعمجم ن
ع ممفم ق
ق دنص
م مل ل
ق يعحاَامموم عقفنش
م مل عقفاَاشم
هاور) راَاننلا ِىلماا هلقنَاس
م هلفملعخم هللمعمجم ن
ع مموم ةاننج
م لا ِىلماا
(مكَاحو نَابنح نبا
berpegang teguh pada As-Sunah sebagai pedoman hidup
berpegang teguh pada As-Sunah sebagai pedoman hidup
Mengikuti As-Sunah berarti menjadikan As-Sunah
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, umat
Islam yang senantiasa berpegang teguh terhadap
As-Sunah sebagai pedoman hidup, akan memperoleh
keutamaan dan manfaat. Keutamaan dan kemanfaat
tersebut sebagai berikut.
1. Tercatat sebagai seorang hamba yang taat kepada
Allah
2. Dicintai Allah dan diampuni dosa-dosanya.
Mengikuti As-Sunah berarti menjadikan As-Sunah
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, umat
Islam yang senantiasa berpegang teguh terhadap
As-Sunah sebagai pedoman hidup, akan memperoleh
keutamaan dan manfaat. Keutamaan dan kemanfaat
tersebut sebagai berikut.
1. Tercatat sebagai seorang hamba yang taat kepada
Allah
berpegang teguh pada Ijtihad sebagai pedoman hidup
berpegang teguh pada Ijtihad sebagai pedoman hidup
Kebenaran hasil Ijtihad besifat
zhanni
atau tentatif. Artinya, tidak ada
jaminan terhadap kebenaran hasil ijtihad secara mutlak, hal ini proses
ijtihad yang berbeda kebenaran memahami
nash
Al-Qur’an.
Ada tiga kategori keberadaan umat Islam terhadap hasil ijtihad,
1.
Bagi seorang mujtahid, tidak terikat untuk mengikuti hasil ijtihad
sebagai pedoman hidup, karena seorang mujtahid terkena hukum
untuk menciptakan hukum.
2.
Bagi umat Islam yang pandai, ada tuntutan menjadi
muttabi’
(bukan
mujtahid dan orang awam) mengikuti hasil ijtihad secara kritis.
Artinya dalam mengikuti hasil ijtihad tidak asal-asalan, tatapi
mengetahui dalil-dalilnya.
3.
Bagi orang awam (bukan kelompok mujtahi dan
muttabi’
), hukumnya
wajib mengikuti hasil ijtihad sebagai pedoman hidup selain Al-Qur’an
dan As-Sunah, karena kelompok ini tidak kemampuan yang cukup.
Kebenaran hasil Ijtihad besifat
zhanni
atau tentatif. Artinya, tidak ada
jaminan terhadap kebenaran hasil ijtihad secara mutlak, hal ini proses
ijtihad yang berbeda kebenaran memahami
nash
Al-Qur’an.
Ada tiga kategori keberadaan umat Islam terhadap hasil ijtihad,
1.
Bagi seorang mujtahid, tidak terikat untuk mengikuti hasil ijtihad
sebagai pedoman hidup, karena seorang mujtahid terkena hukum
untuk menciptakan hukum.
2.
Bagi umat Islam yang pandai, ada tuntutan menjadi
muttabi’
(bukan
mujtahid dan orang awam) mengikuti hasil ijtihad secara kritis.
Artinya dalam mengikuti hasil ijtihad tidak asal-asalan, tatapi