1 LAPORAN KERJA PRAKTIK
“PEMANTAUAN KANDUNGAN TOTAL COLIFORM DAN ESCHERICHIA COLI PADA AIR BERSIH DI DESA CIKEDOKAN SEBAGAI PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT PT MEDIALAB
INDONESIA”
NADYA ULFANI SARA 331710030
TL 17 D1
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA 2020
v KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Pemantauan Kandungan Bakteri Total Coliform dan E- Coliform pada Air Bersih di Desa Cikedokan Sebagai Program Pengabdian Masyarakat PT Medialab Indonesia”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Hamzah Muhammad Mardi Putra, S.K.M., M.M selaku Rektor Universitas Pelita Bangsa;
2. Bapak Dodit Ardiatma, S.T, M.Sc selaku Kepala Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pelita Bangsa yang juga selaku pembimbing penulis dalam meyelesaikan laporan ini;
3. Kepala Desa Cikedokan dan Seluruh Staff Desa Cikedokan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Cikedokan;
4. Seluruh warga Desa Cikedokan, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini;
5. Bapak Hery Kusworo, S.T selaku Direktur Utama PT Medialab Indonesia yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan ini;
6. Ibu Dian Komalasari, S.E selaku pembimbing dari PT Medialab Indonesia yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini;
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dikemudian hari.
Bekasi, 04 Januari 2021 Penulis
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 11
1.1 Latar Belakang Masalah ... 11
1.2 Identifikasi Masalah ... 12
1.3 Rumusan Masalah ... 12
1.4 Batasan Masalah ... 13
1.5 Tujuan Penelitian ... 13
1.6 Manfaat Penelitian ... 13
1.7 Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Air Bersih ... 16
2.1.1 Pengertian Air Bersih ... 16
2.1.2 Kualitas Air Bersih ... 16
2.1.3 Syarat Air Bersih ... 18
2.1.4 Faktor Penurunan Kualitas Air Bersih ... 20
2.1.5 Sarama Penyediaan Air Bersih ... 23
2.2 Mikroorganisme dalam Air ... 24
vii
2.2.1 Penyebab Penyakit Melalui Air ... 25
2.2.2 Bakteri Escherichia Coliform ... 26
2.2.3 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Escherichia Coliform ... 26
2.3 Metode Pengujian Bakteri Escherichia Coliform ... 28
2.4 Sanitasi Lingkungan ... 30
2.5 Desa Cikedokan ... 31
BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN ... 32
3.1 Sejarah Perusahaan... 32
3.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 33
3.2.1 Visi Perusahaan ... 33
3.2.2 Misi Perusahaan ... 33
3.3 Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan ... 33
BAB IV METODE KERJA PRAKTIK ... 35
4.1 Lokasi Kerja Praktik ... 35
4.2 Objek Kerja Praktik ... 36
4.3 Jadwal Pelaksanaan ... 36
4.4 Alat dan Bahan ... 36
4.5 Tahapan Kerja Praktik ... 38
4.6 Prosedur Kerja ... 38
4.6.1 Pengambilan Sampel ... 38
4.6.2 Pengujian Sampel ... 38
4.6.2.1 Uji Penduga ... 38
4.6.2.2 Uji Penegas ... 39
4.6.2.3 Uji Pelengkap ... 39
4.6.2.4 Uji Indol ... 39
4.6.2.5 Uji Pewarnaan Gram ... 40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
5.1 Hasil Pengujian Sampel ... 41
viii
5.2 Pembahasan ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
6.1 Kesimpulan ... 49
6.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
ix DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Parameter Fisika untuk Air Keperluan Higiene Sanitasi Tabel 2.2 Parameter Biologi untuk Air Keperluan Higiene Sanitasi Tabel 2.3 Parameter Kimia untuk Air Keperluan Higiene Sanitasi Tabel 5.1 Titik Lokasi Pengambilan Sampel
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Parameter Total Coliform dan E-Coliform
Tabel 5.3 Data Jarak Septik Tank dengan Sumur dan Jumlah Pemakai Sumur Tabel 5.4 Hasil Pengujian Kualitas Air Buangan Titik 5
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Kualitas Resapan Air Titik 10
x DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Lokasi Perusahaan Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
Gambar 5.1 Grafik Hasil Pengujian Air Bersih di Desa Cikedokan Gambar 5.2 Lokasi Sumur Titik 5 dengan Sumber Pencemar Gambar 5.3 Kondisi Saluran Buangan (Sumber Pencemar) Gambar 5.4 Kondisi Sumber Resapan Air pada Titik 10
11 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Air merupakan substansi yang paling penting dalam kehidupan. Kualitas lingkungan yang baik, biasanya identik dengan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lingkungan tersebut. Ketersediaan sumber air bersih menjadi penentu baik atau buruknya kualitas lingkungan. Salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan masyarakat adalah air sumur (Sutrisno, 2002). Air sumur merupakan air tanah dangkal dengan kedalaman kurang dari 30 meter. Sementara sumur bor biasanya dibuat untuk mendapatkan air tanah dalam, dengan menggunakan bor dan memasukan pipa dengan panjang mencapai 100-300 meter.
Seiring bertambahnya waktu, kualitas air bersih dapat mengalami penurunan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat kesehatan yang tetuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 meliputi parameter fisika, kimia dan biologi.
Air bersih yang digunakan penduduk Desa Cikedokan digunakan untuk keperluan higiene sanitasi. Sarana penyediaan air bersih tersebut berupa sumur bor. Dalam hal ini, kualitas air yang baik sangat penting diperhatikan. Beberapa penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan disebarkan melalui air.
Penyakit-penyakit tersebut timbul akibat semakin tingginya kadar pencemaran yang memasuki air. Komponen biotik yang mungkin terdapat dalam air diantaranya adalah bakteri, fungi, mikroalgae, protozoa dan virus. Kehadiran bakteri di dalam air akan mendatangkan kerugian seperti penyebab utama timbulnya penyakit (Purbowarsito, 2011).
Oleh karena itu, uji mikrobiolgis pada air sumur harus dilakukan untuk mengetahui kualitas air yang yang digunakan. Uji mikrobiolologis pada air sumur berupa parameter Total Coliform dan Escherichia Coliform. Bakteri Total Coliform dan Escherichia coli merupakan bakteri yang menjadi indikator adanya
12 pencemaran air. Hal yang menyebabkan menurunnya kualitas air sumur diantaranya adalah jumlah Escherichia coli pada air sumur diluar ambang batas maksimum. Kandungan Escherichia coli pada air sumur yang dipakai mempunyai peranan besar dalam penularan berbagai penyakit (Boekoesoe, 2010 dalam Khairunnisa, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, maka sangat penting untuk melakukan pemantauan kualitas air bersih di pemukiman Desa Cikedokan secara mikrobiologis, agar dapat diketahui apakah terjadi penurunan kualitas air akibat bakteri Total Coliform dan Escherchia Coliform atau tidak. Melihat kondisi tersebut, maka PT Medialab Indonesia yang bergerak dibidang Laboratorium Lingkungan yang juga berada di Desa Cikedokan berinisiatif untuk melakukan pemantauan kualitas air bersih secara mikrobiologis sebagai bentuk program pengabdian masyarakat.
1.2. Identifikasi Masalah
Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kualitas air yang baik sangat diperlukan untuk pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari. Air sumur didaerah Desa Cikedokan dimanfaatkan untuk kegiatan harian di daerah tersebut. Tetapi informasi mengenai kualitas air sumur dan kandungan mikrobiologinya masih belum tersedia. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian pengujian kualitas air sumur bor secara mikrobiologis didaerah Desa Cikedokan.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang dapat diteliti yaitu:
a. Apakah terdapat bakteri Total Coliform dan Escherichia Coli pada air sumur di Desa Cikedokan?
b. Bagaimana kondisi sanitasi di pemukiman Desa Cikedokan?
c. Apa saja faktor-faktor penurunan kualitas air bersih di Desa Cikedokan?
13 1.4. Batasan Masalah
Untuk mempermudah memahami laporan kerja praktik ini, penulis membatasi masalah yaitu:
a. Penelitian ini dilakukan di pemukiman Desa Cikedokan;
b. Parameter mikrobiologi dalam peneltian ini yaitu Total Coliform dan Escherichia Coli.
1.5. Tujuan Kerja Praktik
Laporan kerja praktik ini bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi bakteri Total Colifrom dan Escherichia Coli pada sampel air sumur pemukiman Desa Cikedokan;
b. Mengetahui kondisi sanitasi air besih dipemukiman Desa Cikedokan;
c. Mengetahui faktor-faktor penurunan kualitas air bersih.
1.6. Manfaat Kerja Praktik
Manfaat dilakukanya kerja kerja praktik bagi mahasiswa antara lain : a. Bagi Mahasiwa
Selain dapat menambah ilmu pengetahuan, mahasiwa juga dapat melakukan identifikasi bakteri Total Coliform dan Escherichia Coli untuk menetukan tingkat pencemaran air sumur.
b. Institusi Pendidikan
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup program studi teknik lingkungan dalam upaya pencegahan dan mengatasai pencemaran air sumur.
c. Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat yang berada di wilayah Desa Cikedokan yaitu:
Dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai syarat air bersih
Memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai air bersih yang layak untuk digunakan;
14
Sebagai salah satu upaya agar masyarakat dapat menggunakan air yang sehat senhingga dapat mengurangi penyebaran penyakit yang ditransmisikan melalui air.
d. Pemerintah Desa
Membantu pemerintah desa dalam mengetahui kondisi kualitas air sumur warga sekitarnya sehingga dapat melakukan evaluasi untuk tindakan pencegahan maupun perbaikan.
1.7. Sistematika Penyusunan Laporan
Laporan kerja praktik diorientasikan sebagai bahan analisis pengamatan langsung atas dasar data primer dan data sekunder yang diperoleh selama waktu kerja praktik. Adapun metodologi penyusunan laporan kerja praktik adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang kerja praktik, Tujuan &
Manfaat kerja praktik, Metodologi kerja praktik, Sistematika penulisan laporan kerja praktik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berhubungan dengan pembahasan masalah yang mendukung penyusunan Laporan Kerja Praktik ini serta landasan teori analisis.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat perusahaan, tempat dan kedudukan perusahaan, tujuan perusahaan, visi dan misi perusahaan.
BAB IV METODE KERJA PRAKTIK
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaann kerja praktik di PT. Medialab Indonesia, menentukan metode yang digunakan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan analisis kualitas air di Desa Cikedokan, apakah mengalami penurunan kualitas atau tidak.
15 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan uraian dari penulis serta memberikan beberapa saran dan masukan.
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Bersih
2.1.1. Pengertian Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan air minum (Permenkes RI No. 32 Tahun 2017). Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
2.1.2. Kualitas Air Bersih
Dalam kehidupan, air adalah suatu zat yang paling dibutuhkan setelah udara oleh semua makhluk hidup. Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air. Air juga dapat digunakan untuk pelarut obat, memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Dalam sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena air yang tidak bersih akan menimbulkan beragam masalah penyakit. Oleh karena itu, sumber daya air harus terus dilindungi agar dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup (Nugroho, 2008).
Kualitas air dapat dilihat dari segi sifatnya seperti sifat biologi, fisik dan kimia. Kondisi fisik contohnya cuaca, keadaan lahan, vegetasi dan jenis atau keadaan tanah (Yuliastuti, 2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air, yaitu:
17 a. Iklim
Unsur iklim berpengaruh secara langsung terhadap kualitas air, misalnya curah hujan, tekanan udara, penguapan udara (evaporasi) dan temperatur.
Hujan yang turun di permukaan bumi membawa unsur kimia tertentu.
Saat air hujan masih di udara dan belum jatuh ke permukaan bumi maka air tersebut telah bercampur dengan gas-gas seperti N2, O2, CO2 dan Cl.
b. Geologi
Kandungan unsur kimia dalam air sangat tergantung dengan formasi geologi tempat air itu berada dan formasi geologi tempat dilaluinya air.
Jika saat perjalanannya air itu melalui silikat, maka air tersebut mengandung silikat dan jika pada perjalanannya air tersebut melalui batuan yang mengandung besi, maka air tersebut akan mengandung besi, demikian seterusnya untuk unsur kimia lainnya.
c. Vegetasi
Vegetasi berperan besar pada kualitas air yang melaluinya. Terutama vegetasi yang telah mati akan membusuk dan akan mengeluarkan unsur hara seperti N, P, K dan sebagainya. Tanah yang banyak mengandung sisa-sisa tumbuhan yang telah mati relatif akan memiliki pH yang rendah dan bersifat asam. Dimana sifat asam akan mempengaruhi pelarutan unsur-unsur kimia tertentu.
d. Aktivitas Manusia
Semakin tinggi jumlah penduduk maka kemampuan teknologinya semakin meningkat. Hal tersebut yang memperparah keadaan, sebab dengan teknologi, manusia mampu megambil kekayaan alam habis- habisan dan dengan teknologi juga manusia dapat menghasilkan sisa sampah buangan secara besar-besaran dengan kualitas dan kadar yang berat. Kerusakan alam yang disebabkan oleh aktivitas manusia menghasilkan banyak masalah pencemaran yang terus berlangsung.
18 e. Waktu
Semakin lama kontak antara air dengan benda lain maka pengaruh terjadinya perubahan konsentrasi ion dalam air akan semakin besar (Irianto, 2014).
2.1.3. Syarat Kualitas Air Bersih
Syarat kualitas air bersih untuk keperluan higiene sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan. Pada tabel berikut berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisika (Tabel 2.1), parameter wajib untuk parameter biologi (Tabel 2.2), serta parameter kimia yang meliputi 10 parameter wajib dan 10 parameter tambahan (Tabel 2.3 yang harus diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi berdasarkan Permenkes No. 32 Tahun 2017.
Tabel 2.1 Parameter Fisika untuk Air Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(Kadar Maksimum)
1 Kekeruhan NTU 25
2 Warna TCU 50
3 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 1000
4 Suhu oC suhu udara ± 3 oC
5 Rasa - Tidak Berasa
6 Bau - Tidak Berbau
Sumber : Permenkes No. 32 Tahun 2017
19 Tabel 2.2 Parameter Biologi untuk Air Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(Kadar Maksimum)
1 Total Coliform CFU/100ml 25
2 E-Coliform CFU/100ml 50
Sumber : Permenkes No. 32 Tahun 2017
Tabel 2.3 Parameter Kimia untuk Air Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(Kadar Maksimum) Parameter Wajib
1 pH unit pH 6.5 - 8.5
2 Besi mg/l 1
3 Fluorida mg/l 1.5
4 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
5 Mangan mg/l 0.5
6 Nitrat, sebagai N mg/l 10
7 Nitrit sebagai N mg/l 1
8 Sianida mg/l 0.1
9 Deterjen mg/l 0.05
10 Pestisida Total mg/l 0.1
Parameter Tambahan
1 Air Raksa mg/l 0.001
2 Arsen mg/l 0.05
3 Kadmium mg/l 0.005
4 Krom (valensi 6) mg/l 0.05
5 Selenium mg/l 0.01
6 Seng mg/l 15
7 Sulfat mg/l 400
8 Timbal mg/l 0.05
9 Benzene mg/l 0.01
10 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
Sumber : Permenkes No. 32 Tahun 2017
20 2.1.4. Faktor Penurunan Kualitas Air Bersih
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran air bersih meliputi:
a. Jenis Sumber Pencemar
Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber pencemar.
Karakteristik limbah rumah tangga berbeda dengan karakteristik limbah jamban atau septic tank ataupun peternakan. Limbah jamban atau septic tank dan peternakan banyak mengandung bahan organik yang merupakan habitat
bagi tumbuhnya mikroorganisme. Perbedaan karakteristik limbah mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali (Kusnoputranto, 1997).
b. Jenis Sumber Pencemar
Semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak maksimal 10 meter, semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan kualitas bakteriologis air sumur gali. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya bakteri yang mampu meresap ke dalam sumur. Pembuatan sumur gali yang berjarak
kurang dari 11 meter dari sumber pencemar, mempunyai resiko tercemarnya air sumur oleh perembesan air dari sumber pencemar (Kusnoputranto, 1997).
c. Jarak Jamban
Semakin jauh jarak jamban dengan sumber air bersih akan menyebabkan jumlah bakteri semakin sedikit, dan sebaliknya semakin dekat jamban akan menyebabkan jumlah bakteri semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena tanah tersusun dari berbagai jenis material (batu, pasir, dll) yang akan menyaring bakteri yang melewatinya (Marsono, 2009). Penelitian Boekosoe (2010), menyatakan ada pengaruh jarak jamban dengan jumlah bakteriologis sumber air bersih. Jarak letak sumber air bersih dengan jamban paling sedikit 10 meter karena kemungkinan dengan jarak 10 meter bakteri akan mati (Boekoesoe, 2010).
21 d. Jarak Septic Tank
Septic Tank adalah bak untuk menampung air limbah yang dialirkan dari WC (Water Closet). Limbah dari septic tank sangat mempengaruhi pencemaran terhadap sumber air bersih apabila jarak septic tank dekat dengan sumur gali (Nazar, 2010). Bapedalda Kota Pekanbaru dalam Status
Lingkungan Hidup tahun 2007, menyatakan penyebab terjadinya pencemaran air tanah oleh bakteri Coliform terutama bakteri Escherichia coli karena sebagian besar penduduk belum mempunyai tangki septic tank yang
memadai, kedalamannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, dan letaknya berdekatan dengan sumber air bersih. Penelitian Sri Pujiati, Rahayu (2010), menyatakan bahwa ada hubungan antara septic tank dengan jumlah bakteriologis sumber air bersih.
e. Kedalaman Sumber Air Bersih yang Kedap Air
Kedalaman sumber air bersih yang kedap air merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas yang kedap air atau tidak dapat dilewati air pada suatu sumber air bersih. Ketinggian permukaan air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan, penguapan, dan keadaan aliran terbuka (sungai). Kedalaman sumber air bersih yang kedap air akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform secara vertical (Kusnoputranto, 1997).
f. Arah dan Kecepatan Aliran Tanah
Pencemaran air sumur oleh bakteri Coliform dipengaruhi arah aliran air tanah. Aliran air tanah memberikan pengaruh secara terus menerus terhadap lingkungan di dalam tanah. Pergerakan aliran air tanah melalui pori-pori tanah akan mempengaruhi penyebaran pencemar air tanah (Kodoatie, 2010).
22 g. Porositas dan Permeabilitias Tanah
Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform, air merupakan alat transportasi bakteri dalam tanah.
Makin besar porositas dan permeabilitas tanah, makin besar kemampuan untuk melewatkan air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran tanah semakin banyak (Kusnoputranto, 1997). Porositas tanah merupakan persentase umlah bagian yang lowong (poros) dari volume material keseluruhan yang dapat dilalui air dibawah gaya beratnya.
h. Curah Hujan
Air hujan mengalir di permukaan tanah dapat menyebarkan bakteri Coliform yang ada di permukaan tanah. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi bergeraknya bakteri Coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran. Pada musim hujan tingkat Escherichia Coli meningkat hingga 700 koloni per 100 ml sampel air dibandingkan dengan musim kemarau karena kemungkinan kontaminasi air sumur dengan limpahan septic tank. Air dapat melarutkan berbagai bahan
kimia yang berbahaya dan merupakan media tempat hidup berbagai mikroba, maka tidak mengherankan bila banyak penyakit menular melalui air (Kusnoputranto, 1997).
i. Kondisi Fisik Sumber Air Bersih
Kondisi fisik sumber air bersih adalah konstruksi bangunan dan sarana yang mendukung sanitasi sumber air bersih (Marsono, 2009). Kondisi sumber air bersih ada yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat, hal tersebut
dapat dilihat dari lokasinya seperti jarak terhadap sumber pencemar dan konstruksinya (Prajawati, 2008). Kondisi fisik sumber air bersih yang tidak memenuhi standar kesehatan dapat menjadi sumber pencemar karena air
23 yang sudah tercampur dengan bakteri atau sumber pencemar lain dapat merembes melalui pori-pori dinding, bibir dan bagian sumber air bersih yang tidak kedap air sehingga masuk ke dalam sumber air bersih serta menyebabkan pencemaran (Radjak, 2013). Konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan jarak sumur dengan sumber pencemar tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air yang akan mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri Escherichia coli pada air sumur (Hasnawi, 2012).
j. Jumlah Pemakai
Makin banyak jumlah pemakai sumur berarti semakinbanyak air diambil dari sumur sehingga mempengaruhi merembesnya bakteri Coliform ke dalam sumur. Frekuensi pemakaian air yang tinggi akan menyebabkan cepatnya aliran tanah dari arah horizontal masuk ke dalam sumber air tanah. Jadi pengambilan air tanah yang berlebihan menyebabkan infiltrasi tanah semakin cepat sehingga air tanah tercemar akan lebih cepat masuk ke dalam air tanah tersebut (Kodoatie, 2010).
2.1.5. Sarana Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih sangat penting dan termasuk dalam upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Ada berbagai macam sarana penyediaan air bersih yang digunakan di masyarakat untuk keperluan sehari-hari, yaitu:
a. Sumur Gali
Sumur gali merupakan sarana air bersih yang berasal dari air tanah. Dari segi kesehatan, sumur gali kurang baik dilihat dari segi pembuatan konstruksi sumur yang tidak benar-benar diperhatikan dan diletakkan ditempat yang salah sehingga risiko untuk terjadi pencemaran juga besar.
b. Perpipaan/ Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Perpipaan atau PDAM merupakan air yang dihasilkan dengan tahap penjernihan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui pipa saluran air.
c. Sumur Bor/ Sumur Pompa Listrik
24 Cara pembuatannya dengan cara kerja SPL yaitu menggunakan tenaga listrik. Contoh lain jenis SPL adalah Jet Pump untuk kedalaman 30 meter, dan pompa selam (submersible pump) untuk kedalaman >30 meter d. Sumur Pompa Tangan
Sumur pompa tangan terbagi menjadi 2 yaitu:
e. Sumur Pompa Tangan Dangkal/SPT (Shallow Well Pump)
Dengan cara kerja menghisap air dalam tanah. Kedalaman air kurang lebih hanya sekitar 7 meter.
f. Sumur Pompa Tangan Dalam
Mengangkat air yang ada di dalam silinder SPT. Air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah, dengan kedalaman diatas 15 meter dari permukaan tanah (Chandra, 2007).
2.2. Mikroorganisme dalam Air
Adanya mikroorganisme di dalam air menjadi suatu indikator pencemaran penyakit. Wilayah perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme pathogen yang datang dari berbagai sumber seperti pertanian, pemukiman dan peternakan. Mikroorganisme yang banyak dikategorikan sebagai sumber tercemarnya suatu air adalah bakteri Eschericia coli, yang termasuk dalam salah satu bakteri coliform dan dapat hidup normal di dalam tinja manusia dan hewan.
Adanya bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator dalam sanitasi yang tidak baik karena bakteri ini dapat menyebar dengan melalui tangan yang masuk ke mulut atau mengkontaminasi mulut atau dengan pemindahan secara pasif melalui air, makanan susu dan produk-produk lainnya (Falamy et al., 2013).
Menurut Widianti, bakteri coliform adalah suatu kelompok bakteri yang menjadi indikator adanya polusi kotoran dan menandakan kondisi yang tidak baik pada air dan makanan. Bakteri coliform yang berada dalam makanan atau minuman menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Salah satu bakteri coliform yang mempunyai banyak spesies adalah Escherichia coli.
25 Escherichia coli menjadi sesuatu yang dapat memberikan petunjuk sanitasi keberadaan Escherichia coli dalam pangan seperti air atau makanan tersebut sudah tercemar oleh feses manusia (Widianti & Ristianti, 2005). Bakteri coliform dalam air dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu fecal coliform, coliform total dan Escherichia coli. Escherichia coli dan fecal coliform sebagai indikasi kuat diakibatkan kontaminasi tinja dari manusia dan hewan (Tururaja & Mogea, 2010).
Fecal coliform dan Escherichia coli sama-sama memiliki risiko besar menjadi mikroba yang menimbulkan penyakit di dalam air. Bakteri fecal coliform atau Escherichia coli yang telah mencemari air memiliki akibat yang langsung dapat dirasakan oleh konsumen. Keadaan ini yang mengharuskan pemerintah bertindak melalui penyuluhan atau promosi kesehatan, investigasi, dan memberikan cara untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat ditularkan melalui air (Hartini, 2009).
2.2.1. Penyebaran Penyakit Melalui Air
Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut waterborne disease atau waterrelated disease. Penularan penyakit dapat melalui beberapa cara penularan, yaitu:
a. Water-borne mechanism
Cara penularan kuman patogen ke manusia dalam water-borne mekanisme terjadi melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid,hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.
b. Water-washed mechanism
Cara penularannya berhubungan dengan kebersihan umum dan personal hygiene. Dalam mekanisme ini ada tiga cara penularan, yaitu:
- Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak;
- Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma;
- Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis; dan infeksi karena personal hygiene yang buruk, seperti
26 mencuci tangan sebelum makan namun dengan menggunakan air yang sudah terkontaminasi bakteri Escherichia coli atau Salmonella.
c. Water-based mechanism
Cara penularan mekanisme ini melalui agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau intermediate host yang hidup di dalam air. Contoh skistosomiasis dan penyakit akibat racunculus medinensis.
d. Water-related insect vector mechanism
Penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakitnya adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever (Chandra, 2007).
2.2.2. Bakteri Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut:
Taksonomi : Escherichia coli Kingdom : Prokaryota Divisio : Gracilicutes Class : Scotobacteria Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Brooks et al., 2012).
Escherichia coli diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap kelompok menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda.
2.2.3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Escherichia Coliform
Escherichia Colformi adalah kuman yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya yang begitu unik dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers
27 diarrhea, Escherichia Coliform juga mampu menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus. Escherichia coli dapat menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya adalah:
a. Diare
Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat umum ditemukan diseluruh dunia. Escherichia coli dapat dibedakan berdasarkan sifat virulensinya :
Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC) merupakan penyebab diare pada bayi yang penting, khususnya di negara berkembang. EPEC melekat ke sel mukosa usus halus. Akibat infeksi EPEC dapat terjadi diare cair yang biasanya sembuh spontan (self-limited), tetapi dapat pula menjadi kronis. Diare EPEC telah dikaitkan dengan berbagai serotipe spesifik Escherichia coli, galur diidentifikasi dengan menentukan tipe antigen O dan terkadan antigen H. Durasi diare EPEC dapat dipersingkat dan diare kronis dapat disembuhkan dengan pemberian terapi antibiotik.
Escherichia Coli Enterotoksigenik (ETEC) menyebabkan travelers diarrhea atau dapat disebut dengan diare turis dan juga penyebab diare pada bayi. Orang yang tinggal di daerah prevalensi tinggi ETEC (misalnya seperti di Negara berkembang) kemungkinan besar memiliki antibodi dan tidak mudah mengalami diare jika terpajan ulang Escherichia coli penghasil eksotoksin labil panas (heat- labileexotoxin-LT). Perhatian dalam memilih dan mengonsumsi makanan yang berpotensi terkontaminasi ETEC sangat dianjurkan untuk membantu mencegah diare pada turis.
Escherichia Coliform penghasil toksin shiga (STEC) dinamakan untuk toksin sitotoksik yang dihasilkan oleh Escherichia Coliform tersebut.
Terdapat 2 bentuk toksin antigenik yaitu toksin mirip Shiga 1 dan toksin mirip Shiga 2. STEC dapat dikaitkan dengan colitis hemoragik, suatu bentuk diare yang berat dan dengan sindrom uremik hemolitik,
28 suatu penyakit yang menyebabkan gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopati dan trombositopenia.
Escherichia Coliform Enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronik (berdurasi >14 hari) pada masyarakat di Negara berkembang.
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Selain diare, Escherichia coli juga menjadi penyebab umum ISK dan menjadi penyebab sekitar 90% ISK pada perempuan muda. Gejala dan tanda meliputi sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria.
c. Sepsis
Jika sistem pertahanan tubuh pada pejamu tidak adekuat maka Escherichia coli dapat masuk kealiran darah dan menyebabkan sepsis.
Neonatus mungkin sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak mempunyai antibodi igM. Sepsis dapat terjadi sekunder akibat ISK.
d. Meningitis
Escherichia Coliform dan Streptococcus grup B menjadi penyebab utama meningitis pada janin. Sekitar 75% Escherichia coli penyebab meningitis memiliki antigen K1.
e. Pneumonia
Di Rumah Sakit, Escherichia coli menyebabkan kurang lebih 50% dari Primary Nosocomial Pneumonia (Brooks et al., 2012)
2.3. Metode Pengujian Bakteri Escherichia Coliform
Keberadaan bakteri koliform ini dapat dideteksi dengan uji mikrobiologi menggunakan metode MPN. MPN (most probable number) adalah metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme dalam jummlah perkiraan terdekat (Harti, 2015). Bakteri coliform dalam sumber air merupakan indikasi pencemaran air. Dalam penentuan kualitas air secara mikrobiologi kehadiran bakteri tersebut ditentukan berdasarkan tes tertentu yang umumnya menggunakan tabel atau yang lebih dikenal dengan nama MPN (Most
29 Propable Number). Dasar estimasi ini adalah estimasi jumlah paling memungkinkan organisme coliform dalam 100cc air (Suriawiria, 2008 dalam Khairunnisa, 2017).
Bakteri coliform yang difermentasi dengan media laktosa akan menghasilkan gas jika diinkubasi selama lebih dari 48 jam pada suhu 35˚C, itulah dasar dilakukan metode MPN dengan melihat gas yang dihasilkan dalam tabung reaksi yang kemudian disesuaikan dengan tabel MPN (Krisna, 2005). Metode MPN terdiri dari 3 langkah, yaitu :
a. Uji Penduga (Presumtive Test)
Sampel air diletakkan dalam tabung steril yang berisi Lactose Broth.
Beberapa tabung diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35˚C, kemudian diperiksa terbentuknya gas, karena bakteri akan memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas. Jika gas tidak terbentuk dalam 24 jam, inkubasi diteruskan hingga 48 jam. Tes penduga dikatakan positif jika pada tabung terdapat gas yang ditandai dengan terapungnya tabung durham. Uji ini mendeteksi sifat fermentative coliform dalam sampel dan harus dikonfirmasi dengan tes konfirmatif untuk menyingkirkan keberadaan organisme lain yang memberikan hasil positif pada fermentasi laktosa.
b. Uji Penegas (Confirmed Ttest)
Tabung positif yang didapatkan dari uji penduga dilanjutkan dengan uji penegas. Sampel positif yang menunjukkan gas diinokulasi pada media Brilian Green Lactose Broth, kemudian inkubasi pada suhu 37˚C selama 48 jam. Apabila dihasilkan gas, maka uji penegas ini dinyatakan positif (Willey, 2008).
c. Uji Pelengkap (Complete test)
Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasikan koloni bakteri pada medium agar dengan cara digoreskan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35˚C. agar yang digunakan adalah endo agar dan Eosin Metil Blue (EMB). Pembenihan pada media agar ini mengakibatkan media agar
30 menjadi bewarna ungu tua dengan kemilau tembaga metalik dan membentuk koloni dengan pusat gelap (Willey, 2008).
Hasil metode MPN ini adalah nilai MPN, nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Satuan yang digunakan umumnya per 100cc, makin kecil nilai MPN, maka makin tinggi kualitas air untuk dikonsumsi (Permenkes, 2010).
2.4. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi Lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya. Sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Upaya sanitasi dasar meliputi sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan penyediaan air bersih. Sarana pembuangan kotoran manusia atau yang biasa disebut jamban harus dimiliki oleh tiap keluarga yang harus selalu terawat atau bersih dan sehat. Hal ini untuk mencegah pencemaran lingkungan dari kotoran manusia. Sarana pembuangan sampah juga termasuk upaya sanitasi dasar karena setiap manusia pasti meghasilkan sampah. Sanitasi dasar yang selanjutnya yaitu saluran pembuangan air limbah. Saluran ini menampung air bekas dari aktivitas mencuci, masak, mandi dan sebagainya. Saluran pembuangan air limbah menjadi sangat penting bukan hanya karena alasan bau dan estetika tetapi karena air limbah yang berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, saluran air limbah diusahakan agar tidak mencemari lingkugan sekitar dan tertutup.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter.
31 2.5. Desa Cikedokan
Cikedokan adalah desa di kecamatan Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Berikut data umum mengenai Desa Cikedokan:
Tipologi Desa : Dataran rendah/Pemukiman/Industri Tingkat Perkembangan Desa : Swadaya
Luas Wilayah : 480 Ha
Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat b. Sebelah Selatan : Desa Cibening Kecamatan Setu
c. Sebelah Barat : Desa Telajung Kecamatan Cikarang Barat d. Sebelah Timur : Desa Sukasejati Kec. Cikarang Selatan Orbitasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan)
a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 14 Km c. Jarak dari Pusat Ibukota Kabupaten : 20 Km b. Jarak dari Pusat Pem. Provinsi : 120 Km b. Jarak dari Pusat Pem. Ibukota : 50 Km Jumlah Penduduk : 8528 Jiwa , 3237 KK.
32 BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah Perusahaan
PT. Medialab Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengujian laboratorium PT. Medialab Indonesia berdiri pada Tanggal 20 Mei Tahun 2010 sesuai dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Notaris H. Feby Ruben Hidayat, SH. No. 211. Pada awal berdirinya, PT.
Medialab Indonesia berlokasi di Ruko Puri Bintara Regency, namun pada akhir Februari 2016 berpindah lokasi di Jl. Jatiwangi No. 44 Kamurang, Kelurahan Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Peta lokasi kegiatan dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Lokasi Perusahaan
PT. Medialab Indonesia
Jl. Jatiwangi No. 44 Kamurang, Kelurahan Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi U
B S
T
33 PT. Medialab Indonesia telah melalui berbagai tahap hingga saat ini menjadi laboratorium l yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). PT. Medialab Indonesia berkomitmen memberikan layanan pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan hidup kepada masyarakat luas dan melayani analisis berbagai industri yang memenuhi standar sebagaimana peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yaitu, Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pengujian yang dilakukan di PT. Medialab Indonesia berorientasi pada standar ISO/IEC 17025:2017 dan sebagai laboratorium lingkunga juga berorientasi pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2009.
3.2. Visi dan Misi
3.2.1. Visi PT Medialab Indonesia
Visi laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia ialah menjadi laboratorium lingkungan untuk memberikan pelayanan terbaik dan berkualitas serta keselamatan terbaik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan melalui pelayanan terpercaya secara teknis dan hukum.
3.2.2. Misi PT Medialab Indonesia
Misi laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia ialah melaksanakan pengujian yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dan menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium ISO 17025-2017 secara konsisten.
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan
PT. Medialab Indonesia merupakan laboratorium yang menyediakan jasa analisis atau pengujian lingkungan hidup. Matriks yang diuji dalam laboratorium tersebut antara lain udara emisi (air emission), udara ambient (air ambient), air limbah (waste water), air bersih (clean water), air laut (sea water), tanah dan lumpur (soil and sludge).
Laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia memiliki beberapa fasilitas untuk menunjang pelaksanaan kegiatan analisis atau pengujian parameter- parameter lingkungan hidup. Fasilitas tersebut diantaranya adalah ruang manajemen, ruang marketing, ruang teknikal, ruang laboratorium kimia, ruang
34 laboratorium mikrobiologi, ruang instrument, ruang bahan/gudang kimia (chemical storage) ruang penerimaan contoh, ruang maintenance dan ruang penyimpanan sampel/contoh uji.
Selain fasilitas penunjang, PT Medialab Indonesia juga ditunjang dengan berbagai peralatan analisis laboratorium secara konvensional maupun instrumentasi. Instrumentasi yang terdapat di laboratorium PT. Medialab Indonesia adalah pH meter, turbidimeter, spektrofotometer, UV/Vis, Atomic Fluorence Spectrophotometer (AFS), Inductively Coupled Plasma (ICP), mikroskop dan gas kratomografi atau yang lebih dikenal dengan GC serta berbagai alat penunjang lainya. Selain itu, PT Medialab Indonesia memiliki peralatan untuk menunjang pengambilan sampel dan /atau contoh alat-alat tersebut antara lain, High Volume Air Sampler (HVAS), Low Volume Air Sampler (LVAS), Impinger Air Sampler, APEX Instrument(Isokinetic Method), serta peralatan pengukuran faktor fisika antara lain Sound Level Meter, Heat Stress Meter, Lux Meter, UV Ligh Meter dan berbagai peralatan lainnya.
35 BAB IV
METODE KER JA PRAKTIK
4.1. Lokasi Kerja Praktik
Lokasi kerja praktik bertempat di perusahaan jasa pengujian laboratorium lingkungan PT Medialab Indonesia. PT Medialab Indonesia memiliki program pengabdian masyarakat yaitu program pemantauan terhadap kualitas air bersih.
Pemantauan ini dilaksanakan di Desa Cikedokan, karena lokasi PT Medialab Indonesia yang berada di Desa Cikedokan. Oleh sebab itu, PT Medialab Indonesia memberikan tugas kepada Mahasiswa Kerja Praktik, untuk melaksanakan program tersebut.
Lokasi pengambilan sampel air bersih yaitu pada pemukiman penduduk Desa Cikedokan, kemudian pengujian terhadap kualitas air bersih tersebut dilakukan di Laboratorium Penguji PT Medialab Indonesia. Kerja Praktik ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2020.
Gambar 4.1 Lokasi Kerja Praktik Sumber: Google Earth, 2020
36 4.2. Objek Kerja Praktik
Objek Kerja Praktik ini yaitu air sumur pemukiman warga Desa Cikedokan.
4.3. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan Kerja Praktik dilakuan selama 4 bulan, dari bulan September sampai Desember 2020. Pada Tabel 3.1 jadwal rencana kerja ini disusun untuk mempermudah pelaksanaan Kerja Praktik di PT Medialab Indonesia.
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Perencanaan Kerja Praktik
No Kegiatan Realisasi
Waktu Pelaksanaan
Sep-20 Okt-20 Nov-20 Des-20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penentuan
titik sampling
Rencana Realisasi 2
Pelaksanaan pengambilan sampel
Rencana Realisasi 3 Analisis
sampel
Rencana Realisasi 4 Interpretasi
Hasil
Rencana Realisasi 5 Penyusunan
Laporan
Rencana Realisasi
4.4. Alat dan Bahan Penelitian 4.4.1. Alat
Autoklaf
Batang pengaduk
Gelas piala 1 L
Gelas ukur
Inkubator
37
Jarum inokulasi dengan diameter 3 – 3,5 mm
Laminar air flow
Neraca analitik
Pembakar Bunsen / Spirtus
pH meter
Mikro pipet 1 mL , 5 mL dan 10 mL
Tabung Durham
Tabung reaksi 16 x 160 mm
Tabung reaksi 18 x 180 mm
Waterbath dengan suhu 44,5 ± 0,2oC
Hotplate
Kaca preparat 4.4.2. Bahan
Aquadest
Lauryl Sulfate Broth (LSB) atau Lauryl Tryptose Broth (LB)
Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)
Buffered Pepton Water (BPW)
Plate Count Agar (PCA) / Nutrient Agar (NA)
Kultur murni positif Escherichia coli (ATCC 11775 atau 25922)
Kultur murni negatif Staphylococcus aureus (ATCC 6538)
Alkohol 70%
Kovac’s reagent
Tryptone Water (TW)
LES Endo agar / MacConkey agar
Ammonium oxalate-crystal violet
Lugol’s solution
38 4.5. Tahapan Kerja Praktik
Berikut tahapan analisis dalam penelitian kali ini:
4.6. Prosedur Kerja 4.6.1. Pengambilan Sampel
a. Lakukan pengambilan sampel dengan menggunakan botol steril 200 ml.
4.6.2. Pengujian Sampel 4.6.2.1. Uji Penduga
a. Pipet sampel masing-masing 10 mL ke dalam 5 tabung yang berisi 10 mL Lauryl Sulfate Broth (LSB) atau Lactose Broth (LB) double strength, yang didalamnya terdapat tabung durham terbalik.
b. Pipet sampel masing-masing 1 mL, 0,1 mL dan seterusnya ke dalam 5 tabung yang berisi 10 mL perbenihan yang sama tetapi single strength.
c. Inkubasi selama 24 ± 2 jam dengan suhu 35 0.5oC.
d. Periksa gas yang tertangkap dalam tabung durham dan hasil asam yang ditandai dengan perubahan warna medium.
e. Lanjutkan pengujian ke tahap penegasan untuk sampel yang menghasilkan gas atau asam, jika tidak dihasilkan lanjutkan inkubasi 48
± 3 jam Penentuan Lokasi
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sesuai titik koordinat
Pengujian Sampel di Laboratorium
Analisis Data
39 f. Lanjutkan pengujian ke tahap penegasan jika dihasilkan gas atau asam sesudah 24 jam inkubasi, jika tidak dihasilkan maka sampel tidak mengandung Total Coliform
4.6.2.2. Uji Penegas (Uji Konfirmasi)
a. Kocok perlahan-lahan tabung reaksi yang menghasilkan gas atau asam pada tahap penduga
b. Pindahkan sebanyak 1 atau 2 mata jarum inokulasi ke dalam tabung yang berisi 10 mL media EC Broth
c. Inkubasi dalam waterbath selama 24 ± 2 jam dengan suhu 44,5 0,2oC d. Apabila menghasilkan gas dalam waktu 24 ± 2 jam, menunjukkan
kehadiran bakteri e-coliform dalam sampel. Lalu dilanjutkan ke uji indol.
4.6.2.3. Uji Indol
a. Pindahkan sebanyak 1 atau lebih mata jarum ose ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 mL media Tryptone Water.
b. Inkubasi selama 24 ± 2 jam dengan suhu 44,5 ± 0,2 oC
c. Setelah Inkubasi tambahkan 0,2 - 0,3 mL Kovac’s reagent indole pada setiap tabung, homogenkan dan biarkan selama 1 menit. Amati perubahan.
Jika terbentuk lapisan atas berwarna merah, menunjukkan hasil positif e- coli. Jika terbentuk lapisan atas berwarna kuning, menunjukan hasil negatif e-coli.
4.6.2.4. Uji Pelengkap
a. Dengan teknik aseptis, streak media EC Broth yang positif ke media agar MacConkey / LES Endo agar, lakukan segera setelah waktu inkubasi EC selesai.
b. Inkubasi media agar selama 24 ± 2 jam dengan suhu 35 ± 0.5oC c. Amati pertumbuhan agar setelah 24 ± 2 jam
d. Perubahan warna media dari merah muda menjadi merah gelap dengan disertai kilap logam, menandakan pertumbuhan coliform typical
e. Perubahan warna media dari merah muda menjadi merah, putih atau bening, atau tetap merah muda dengan tidak disertai kilap logam, menandakan pertumbuhan coliform jenis atypical
40 f. Dari media tersebut ambil koloni tunggal coliform typical dan atypical
dengan menggunakan ose ke dalam media agar miring PCA / NA.
g. Inkubasi media agar miring selama 24 ± 2 jam dengan suhu 35 ± 0.5oC h. Inokulasi ke tahap pewarnaan gram
4.6.2.5. Uji Pewarnaan gram
a. Fiksasi kaca preparat dengan cara memanaskan di atas api spirtus b. Tambahkan 1 tetes aquades ke dalam kaca preparat
c. Ambil 1 loop biakan dari uji pelengkap ke 1 tetes aquades, homogenkan d. Panaskan kaca preparat hingga membentuk bercak cairan
e. Tambahkan 1 tetes crystal violet hingga merata, diamkan selama 1 menit, lalu bilas dengan aquades
f. Tambahkan 1 tetes Indikator lugol hingga merata, diamkan selama 1 menit, lalu bilas dengan aquades
g. Bilas dengan decolorizing / ethanol hingga merata, jangan diamkan terlalu lama
h. Tambahkan 1 tetes safranin hingga merata, diamkan selama 1 menit, lalu bilas dengan aquades, diamkan sampai kaca preparat kering.
i. Amati dimikroskop dengan kaca pembesaran 100x dan penambahan minyak imersi. Jika terdapat e-coli laporkan “Terlihat gram negatif berbentuk basil”. E-coli merupakan gram negatif berbentuk batang / basil berwarna merah.
41 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Titik pengambilan sample ditentukan secara purposive sampling. Jumlah titik pengambilan sampel yaitu sebanyak 15 titik. Sample yang diambil merupakan sample air tanah warga Desa Cikedokan. Air tanah tersebut digunakan sebagai keperluan higiene dan sanitasi warga Desa Cikedokan. Sample air yang telah diambil kemudian dilakukan pengujian di Laboratorium Penguji PT Medialab Indonesia (LP-627-IDN) kemudian dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum. Berikut merupakan lokasi pengambilan sampel.
Tabel 5.1 Titik Lokasi Pengambilan Sampel
No. Titik Sampling Lokasi Titik Koordinat
1 Titik 1 RT 001/RW 001 S: 06⁰19'34.901"E: 107⁰05'01.235"
2 Titik 2 RT 001/RW 001 S: 06.19'33.304"E: 107⁰05'12.704"
3 Titik 3 RT 001/RW 001 S: 06⁰19'32.345"E: 107⁰05'17.303"
4 Titik 4 Toko S: 06⁰20'39.839"E: 107⁰04'21.228"
5 Titik 5 RT 001/RW 004 S: 06⁰19'52.888"E: 107⁰05'05.085"
6 Titik 6 RT 001/RW 006 S: 06.19'43.541"E: 107⁰05'12.726"
7 Titik 7 RT 001/RW 009 S: 06⁰20'27.468"E: 107⁰04'40.956"
8 Titik 8 RT 001/RW 006 S: 06⁰20'25.025"E: 107⁰04'55.217"
9 Titik 9 RT 001/RW 003 S: 06⁰20'01.439"E: 107⁰05'15.329"
10 Titik 10 Kontrakan
(RT 002/RW 004)
S: 06⁰20'00.041"E: 107⁰05'07.715"
11 Titik 11 SDN Cikedokan 02 S: 06⁰20'06.869"E: 107⁰05'00.432"
12 Titik 12 Mushalla Istiqamah S: 06⁰20'28.008"E: 107⁰04'12.420"
13 Titik 13 RT 001/RW 009 S: 06⁰20'08.628"E: 107⁰04'19.139"
14 Titik 14 RT 002/RW 009 S: 06⁰20'13.919"E: 107⁰04'11.832"
42 15 Titik 15 Kantor Desa
Cikedokan
S: 06⁰20'31.191"E: 107⁰04'29.754"
Sumber : Penulis, 2020
Setelah menentukan titik pengambilan sampel, kemudian dilakukan pengambilan sampel. Sampel yang diambil sebanyak 200 ml dari masing-masing titik. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Parameter yang dianalisis meliputi parameter mikrobiologis, yaitu Total Coliform dan E-Coliform.
Berikut hasil pengujian parameter Total Coliform dan E-Coliform (Tabel 4.2).
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Parameter Total Coliform dan E-Coliform
No.
Titik Pengambilan
Sampel
Baku Mutu Total Coliform
Hasil Pengujian Total Coliform
Baku Mutu E-Coliform
Hasil Pengujian E-Coliform (CFU/100 ml) (CFU/100 ml) (CFU/100 ml) (CFU/100 ml)
1 Titik 1 50 <1.8 0 0
2 Titik 2 50 <1.8 0 0
3 Titik 3 50 <1.8 0 0
4 Titik 4 50 <1.8 0 0
5 Titik 5 50 6.8 0 4
6 Titik 6 50 <1.8 0 0
7 Titik 7 50 <1.8 0 0
8 Titik 8 50 <1.8 0 0
9 Titik 9 50 <1.8 0 0
10 Titik 10 50 1600 0 130
11 Titik 11 50 <1.8 0 0
12 Titik 12 50 <1.8 0 0
13 Titik 13 50 <1.8 0 0
14 Titik 14 50 <1.8 0 0
15 Titik 15 50 <1.8 0 0
< Less than MDL (Method Detection Limit)
*Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kualitas Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Sumber: Penulis, 2020
43 0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Titik 6
Titik 7
Titik 8
Titik 9
Titik 10
Titik 11
Titik 12
Titik 13
Titik 14
Titik 15
Hasil Pengujian Total Coliform Hasil Pengujian E- Coliform Baku Mutu Total Coliform Baku Mutu E-Coliform
Hasil Pengujian Air Bersih di Desa Cikedokan dengan parameter mikrobiologis disajikan dalam bentuk grafik ialah sebagai berikut:
Gambar 5.1 Grafik Hasil Pengujian Air Bersih di Desa Cikedokan Sumber: Penulis, 2020
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium untuk parameter Total Coliform dan E-Coliform yang tertuang dalam Tabel 4.2 diatas, didapat bahwa terdapat 14 titik yang memenuhi baku mutu untuk parameter Total Coliform dan 13 titik yang memenuh baku mutu untuk parameter E-Coliform.
Tabel 5.3 Data Jarak Septic Tank dengan Sumur dan Jumlah Pemakai Sumur
Titik Sampling
Jarak Septic tank dengan Sumur
(meter)
Jumlah Pemakai Sumur (orang)
Titik 1 8 4
Titik 2 11 12
Titik 3 9 10
Titik 4 7 12
Titik 5 10 8
Titik 6 8 20
Titik 7 5 5
Titik 8 13 6
Grafik Hasil Pengujian Air Bersih di Desa Cikedokan
44
Titik 9 11 12
Titik 10 11 35
Titik 11 3 -
Titik 12 4 5
Titik 13 8 7
Titik 14 10 5
Titik 15 15 -
Sumber: Penulis, 2020
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, terdapat 5 titik yang sesuai dengan persyaratan SNI 03-2916-1992 yaitu memiliki jarak septic tank dengan sumur minimal 11 meter. Sedangkan 10 titik lainnya, jarak antara septic tank dengan sumur belum sesuai dengan persyaratan SNI 03-2916-1992.
5.2. Pembahasan
Hasil pengujian pada Titik 1, Titik 2, Titik 3, Titik 4, Titik 6, Titik 7, Titik 8, Titik 9, Titik 11, Titik 12, Titik 13, Titik 14, dan Titik 15 untuk parameter Total Coliform masing-masing sebesar <1,8 CFU/100 ml dan E-Coliform sebesar 0 CFU/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan bakteri coliform pada sampel air tersebut. Hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017, dimana untuk parameter Total Coliform memiliki baku mutu sebesar 50 CFU/100 ml dan parameter E-Colform sebesar 0 CFU/100 ml. Kedua parameter mikrobiologis pada titik tersebut masih memenuhi baku mutu, yang artinya bahwa kualitas air pada titik tersebut masih dalam kondisi baik untuk digunakan sebagai keperluan higiene dan sanitasi.
Sementara itu, hasil pengujian pada titik 5 untuk parameter Total Coliform sebesar 6,8 CFU/100 ml sedangkan baku mutu untuk parameter Total Coliform sebesar 50 CFU/100ml.. Meskipun bakteri Total Colform tersebut masih memenuhi baku mutu, namun saat diidentifikasi jenis dari bakteri koliform tersebut ternyata jenis bakteri koliform tersebut yaitu bakteri E-Coliform. Hasil pengujian untuk parameter E-Coliform pada titik 5 tersebut yaitu sebesar 4 CFU/100ml. Bakteri E-Coliform tidak diperkenankan terdapat didalam air bersih,
45 hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 yaitu baku mutu untuk E-Coliform sebesar 0 CFU/100 ml. Terdapatnya kandungan bakteri E-Colifom didalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar sehingga air tersebut mengalami penurunan kualitas.
Berdasarkan hasil tinjauan penulis, faktor yang menyebabkan air pada titik 5 tersebut mengandung bakteri E-Coliform yaitu karena dekatnya lokasi saluran buangan dengan sumur yang hanya berjarak 3 meter.
Gambar 5.2 Lokasi Sumur Titik 5 dengan Sumber Pencemar Sumber: Penulis, 2020
Gambar 5.3 Kondisi Saluran Buangan (Sumber Pencemar) Sumber: Penulis, 2020
46 Dari segi pengemasan, limbah B3 yang dimiliki oleh PT Medialab Indonesia memiliki pengemasan yang sesuai dengan bentuk limbah B3. Selain itu, pengemasannya juga sudah sesuai dengan karakteristik limbah B3. Disetiap tempat penyimpanan diberi identifikasi yang jelas sehingga limbah B3 ditempatkan sesuai dengan jenis dan karakteristiknya. Kemasan limbah B3 yang digunakan terbuat dari bahan plastic, sehingga tidak mudah berkarat. Semua limbah B3 yang terdapat pada tempat penyimpanan dalam kondisi baik, tidak bocor dan tidak meluber. Volume limbah B3 yang terdapat pada kemasan hanya diisi sekitar 80% dari total volume kemasan, sehingga volume limbah B3 tidak meluber.
Untuk membuktikan, bahwa penyebab tercemarnya air tersebut disebabkan karena dekatnya saluran buangan dengan sumur, maka penulis melakukan pengujian terhadap kualitas air saluran buangan tersebut. Berikut merupakan hasil pengujian kualitas air saluran buangan tersebut (Tabel 4.3).
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Kualitas Air Buangan Titik 5
No. Titik Pengambilan Sampel
Hasil Pengujian Total Coliform
Hasil Pengujian E-Coliform (CFU/100 ml) (CFU/100 ml)
1 Saluran Air Buangan Titik 5 1600000 130000
Sumber: Penulis, 2020
Berdasarkan hasil pengujian kualitas saluran buangan pada titik 5 untuk parameter Total Coliform dan E-Coliform didapat sebesar 1600000 CFU/100 ml untuk parameter Total Colfirm dan 130000 CFU/100 ml untuk parameter E- Coliform. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saluran buangan tesebut mengandung bakteri E-Coliform, kemudian air buangan tersebut menyebabkan terkontaminasinya air sumur, sehinggan air sumur tersebut mengalami penurunan kualitas.
47 Kemudian, pada titk 10 merupakan titik yang berlokasi di RT 002/RW004, dengan titik koordinat S: 06⁰20'00.041"E: 107⁰05'07.715". Pada lokasi titik ini merupakan sebuah kontrakkan bertingkat. Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, hasil pengujian parameter Total Coliform sebsar 1600 CFU/100 ml, sedangkan baku mutunya saja hanya 50 CFU/100ml. Selain itu, hasil pengujian untuk parameter E-Coliform sebssar 130 CFU/100ml. Artinya bahwa, pada sampel air titik 10 ini mengandung bakteri koliform. Hal tersebut berarti telah terjadi penurunan kualitas air bersih pada titik 10 ini.
Dari hasil analisa pada titik 10 dihasilkan kandungan bakteri koliform yang tinggi artinya bahwa telah terjadi penurunan kualitas air pada titik ini, setelah di telusuri terdapat sumber resapan air / danau berada di dekat titik 10 yang juga tercemar, terdapat banyak sampah dan air berwarna keruh yang menyebabkan air tanah sekitar menjadi tercemar. Lalu, sumber resapan air/danau tersebut kami uji kualitasnya, untuk membuktikan bahwa tercemarnya air tanah tersebut disebabkan karena tlah tercemarnya sumber resapan air. Berikut merupakan hasil pengujian kualitas sumber resapan air tersebut (Tabel 4.4).
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Kualitas Air Sumber Resapan Air Titik 10
No. Titik Pengambilan Sampel
Hasil Pengujian Total Coliform
Hasil Pengujian E-Coliform (CFU/100 ml) (CFU/100 ml)
1 Sumber Resapan Air Titik 10 35000 33000
Sumber: Penulis, 2020
48 Gambar 5.4 Kondisi Sumber Resapan Air pada Titik 10
Sumber: Penulis 2020
Berdasarkan hasil pengujian kualitas sumur resapan air pada titik 10, diperoleh hasil pengujian untuk parameter Total Coliform sebesar 3500 CFU/100ml, dan untuk parameter E-Coliform sebesar 3000 CFU/100 ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kandungan bakteri koliform pada sumber resapan air tersebut. Telah tercemarnya sumber resapan air tersebut, menyebabkan menurunnya kualitas air tanah. Apalagi, jarak antara sumber resapan air yang telah tercemar tersebut dengan sumur hanya berjarak 11 meter. Selain itu, pada lokasi titik 10 ini merupakan sebuah kontrakkan bertingkat dengan jumlah pemakai sumur sebanyak 35 orang. Banyaknya jumlah pemakai sumur menyebabkan cepatnya aliran air tanah dan menyebabkan terjadinya infiltrasi tanah semakin cepat, sehingga air tanah tercemar akan lebih cepat masuk kedalam air tanah tersebut.
49 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka didapat kesimpulan yaitu:
a. Terdapat 13 titik sampel air sumur di Desa Cikedokan yang tidak mengandung bakteri Total Colfirom dan E-Coliform yaitu pada titk 1, titik 2, titik 3, titik 4, tiitk 6, titik 7, titik 8, titik 9, tiitk 11, titik 12, titik 13, tiitk 14 dan titik 15. Lalu terdapat 2 titik sampel air sumur di Desa Cikedokan yang mengandung bakteri Total Colform dan E-Coliform, yaitu pada titik 5 untuk parameter Total Coliform sebesar 6,8 CFU/100ml dan E-Coliform sebesar 4 CFU/100 ml. Sedangkan pada titik 10 untuk parameter Total Coliform sebesar 1600 CFU/100ml dan E-Coliform sebesar 130 CFU/100 ml, sehingga pada kedua titik tersebut telah mengalami penurunan kualitas air bersih.
b. Terdapat 10 titik kondisi sanitasi Desa Cikedokan yang belum memenuhi persyaratan 03-2916-1992 yaitu jarak septic tank dengan sumur masih kurang dari 11 meter. 10 titik tersebut yaitu pada titik 1, titik 3, tiitk 4, titik 5, tiitk 6, titik 7, titik 11, titik 12, titik 13 dan titik 14.
Sedangkan 5 titik lainnya yaitu pada titik 2, titik 8,titik 9, tiitk 10 dan titik 15 memiliki jarak septic tank dengan sumur lebih dari 11 meter.
c. Faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas air bersih yaitu :
- Pada titik 5, lokasi saluran buangan (sumber pencemar) dengan sumur hanya berjarak 3 meter.
- Pada titik 10, terdapat sumber resapan air / danau berada di dekat titik 10 yang juga tercemar, terdapat banyak sampah dan air berwarna keruh yang menyebabkan air tanah sekitar menjadi tercemar.
50 6.2. Saran
a. Sebaiknya, warga desa Cikedokan diberikan penyuluhan tentang Sanitasi, dimana sebaiknya jarak antara saluran buangan dengan sumur minimal 11 meter
b. Dilakukan pemantauan rutin terhadap kualitas air bersih di Desa Cikedokan.
c. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pertumbuhan penduduk dan semakin sedikit lahan yang tersisa, sehingga sebaiknya dalam membuat bangunan tangki septic tank harus kedap air, serta memiliki penampung dan pengolah air limbah dengan kecepatan aliran lambat.