• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KUALITAS JALUR PEJALAN KAKI DI KELURAHAN SEMINYAK, KABUPATEN BADUNG BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN KUALITAS JALUR PEJALAN KAKI DI KELURAHAN SEMINYAK, KABUPATEN BADUNG BALI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022

KAJIAN KUALITAS JALUR PEJALAN KAKI DI KELURAHAN SEMINYAK, KABUPATEN BADUNG BALI

Putu Bagus Widhiatma Pratama

Program Studi Magister Arsitektur, Konsentrasi Perencanaan dan Manajemen Pembangunan Desa dan Kota (PMPDK), Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Indonesia

Email: bwidhiatma@gmail.com

Abstrak

Aktivitas berjalan kaki merupakan jenis aktivitas yang berkaitan erat dengan kegiatan pariwisata. Dengan berjalan kaki, wisatawan dapat berwisata dengan perlahan dan lebih menghatyati ruang, budaya dan perilaku masyarakat lokal. Tipe wisata seperti ini juga menguntungkan baggi pelaku usaha dan penyedia jasa di kawasan pariwisata. Namun, aktivitas ini seringkali terganggu oleh kualitas jalur pejalan kaki yang kurang memadai, hal ini terjadi pula di Kelurahan Seminyak.

Berdasarkan grand tour yang telah dilakukan, di wilayah Seminyak masih banyak ditemukan berbagai masalah pada jalur pejalan kaki seperti banyaknya infrastruktur utilitas yang menghalangi jalur pejaln kaki, lebar trotoar yang tidak memenuhi syarat, minimnya jalur penyebrangan, parkir kendaraan bermotor di trotoar dan banyak permasalahan lainya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kondisi eksisting jalur pejalan kaki pada masing-masing segmen bersarkan parameter yang dirumuskan oleh teori, mengetahui pengalaman berjalan kaki dari wisatawan dan masyarakat, sehingga didapatkan kualitas jalur pejalan kaki di Kelurahan Seminyak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus, dengan observasi dan wawancara mendalam sebagai cara untuk mengumpulkan data yang akan menjawab masing-masing rumusan masalah. Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan parameter penilaian yang telah dirumuskan pada bab teori, masing- masing segmen pada penelitian ini memiliki nilai 61.6 untuk segmen 1, 75 untuk segmen 2 dan 58,3 untuk segmen 3. Rendahnya nilai pada segmen 1 dan 3 diakibatkan oleh banyaknya hambatan yang terjadi, tingginya konflik keruangan antara kendaraan bermotor dan jalur pejalan kaki serta tidak adanya fasilitas menyebrang. Selain itu faktor yang membuat segmen 2 memiliki nilai terbaik adalah karena kemenarikan jalur yang tinggi, hambatan yang lebih sedikit dari segmen lain, terdapat sarana penyebrangan dan kemudahan menyebrang akibat jalur yang sempit.

Kata Kunci: kualitas jalur pejalan kaki; aktivitas berjalan kaki; wilayah pariwisata Abstract

Walking activity is a type of activity that is closely related to tourism activities, by walking, tourists can travel slowly and more fully appreciate the space, culture and behavior of local people. This type of tourism also benefits businesses and service providers in tourism areas. However, this activity is often disrupted by the

(2)

inadequate quality of the pedestrian path, this also happens in the Seminyak Village. Based on the grand tours that have been carried out, in the Seminyak area there are many problems with pedestrian roads such as the large number of infrastructure that uses pedestrian lanes, roads that do not meet the requirements, the lack of crossing lanes, parking for motorized vehicles on the side walks and many other problems.This study aims to assess the existing condition of the pedestrian path in each segment based on the parameters developed by the theory, knowing the experience of walking from and the community, so that the quality of the pedestrian path in the Seminyak Village is obtained. This study uses a qualitative case study method, with observation and exploration as a way to collect data that will answer each problem formulation.The results of this study are based on the parameters that have been disclosed in the theory chapter, each segment in this study has a value of 61.6 for segment 1, 75 for segment 2 and 58.3 for segment 3. The low value in segments 1 and 3 has a resistance What happens is the spatial conflict between motorized vehicles and pedestrian paths and the absence of crossing facilities. In addition, the factors that make segment 2 have the best value are due to the high lane attractiveness, fewer obstacles than other segments, there are crossing facilities and ease of crossing due to the narrow lane.

Keywords: quality of pedestrian paths; walking activity; tourism area

Pendahuluan

Berjalan kaki merupakan kegiatan yang sederhana namun mendatangkan manfaat yang besar bagi setiap aspek kehidupan, baik bagi individu, kelompok, dan keberlanjutan lingkungan. Rina (Darmawan) dalam Wahyuningsih (2015) dan KEMENKES RI berjalan kaki rutin dapat meminimalisir resiko penyakit metabolic syndrome yang diakibatkan gaya hidup pasif seperti duduk selama berjam-jam. Selain sangat berguna bagi kesehatan fisik, budaya berjalan kaki juga memberi manfaat secara sosial. Tingkat kenyamanan berjalan kaki di suatu lingkungan yang tinggi berbanding lurus dengan tingkat interaksi sosial, kebahagiaan dan toleransi yang lebih tinggi dibandingkan lingkungan dengan pejalan kaki lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan jurnal yang ditulis oleh Rogers et al. (2011) yang menghasilkan kesimpulan bahwa lingkungan ramah pejalan kaki membuat masyarakat lebih percaya terhadap tetangga sekitar, lebih aktif berinteraksi secara sosial, lebih aktif mengikuti kegiatan amal, lebih liberal dan lebih percaya terhadap polisi di lingkungan tersebut daripada lingkungan yang tidak ramah pejalan kaki.

Namun, kebiasaan berjalan kaki di indonesia cenderung rendah. Permasalahan ini berdasarkan temuan dari Althoff et al. (2017) yang dimuat dalam Stanford News mengenai obesitas dan perhitungan langkah pada 717.000 pengguna telepon pintar dari 111 negara. Dalam penelitian ini ditunjukan bahwa Indonesia menjadi negara zona merah yang berarti penduduknya rata-rata berjalan kaki kurang dari 3.500 langkah setiap hari, angka ini berada di bawah rata-rata dunia yaitu kurang lebih 4.500 langkah tiap hari dan berdada jauh di bawah negara negara maju sekitar 5.500-6.000 langkah

(3)

tiap harinya. Sebaliknya, Hongkong menempati posisi pertama sebagai negara dengan langkah terbanyak yakni sekitar 6.000-6.500 langkah per hari.

Pengaruh kenyamanan berjalan kaki terhadap pariwisata sangat penting, Ashworth and Page (2011) merumuskan bahwa kota-kota yang menampung wisatawan merupakan suatu entitas multifungsi dan masif yang dapat dinikmati dan dirasakan dengan mudah oleh wisatawan dengan berjalan kaki. Berdasarkan pernyataan tersebut pengalaman berwisata yang baik tentu saja ketika wisatawan dapat melihat detail-detail dan keuinikan yang ada di sebuah kota dan cara termudah untuk mendapatkan pengalaman tersebut adalah berjalan kaki. Sehingga perancangan kota yang ramah pejalan kaki menjadi penting untuk mengakomodasi wisatawan agar maksimal dalam merasakan pengalaman berwisata di sebuah kota. Berwisata dengan pelan, mengurangi mobilitas dan lama tinggal adalah cara untuk lebih merasakan budaya,kebiasaan, karifan lokal dan suasana alam, hal ini disebut pariwisat`a yang mendukung lingkungan Fullagar et al.

(2012).

Kelurahan Seminyak sebagai salah satu kelurahan di Kecamatan Kuta memiliki potensi kuat untuk menjadi kawasan yang ramah pejalan kaki. Wilayah ini memiliki Pantai Seminyak Dan Pantai Double Six sebagai destinasi wisata utama. Selain itu, terdapat beberapa fungsi lain seperti: akomodasi wisata (hotel, villa, penginapan dan lain sebagainya), fungsi komersil (Kafe, Restaurant, beach club, Tempat hiburan, Toko dan lain sebagainya) serta rumah tinggal. Selain itu jarak pantai sebagai penarik pejalan kaki dengan fungsi lainya masih nyaman untuk pejalan kaki yakni dengan kepadatan tinggi dan transisi yang sejauh maksimal 400 meter (Utami et al., 2018) atau maksimal 800 meter/10 menit perjalanan (Layton, 2020). Destinasi wisata yang menarik, dengan banyak fungsi yang ditawarkan serta jarak yang nyaman bagi pejalan kaki menuju masing-masing fungsi merupakan potensi Kelurahan Seminyak untuk menjadi kawasan ramah pejalan kaki. Sehingga, pada penelitian ini akan mengkaji Kualitas Jalur Pejalan Kaki di Kelurahan Seminyak berdasarkan penilaian terhadap kondisi eksisting dan pengalaman berjalan kaki bagi wisatawan dan masyarakat umum, sehingga didapatkan pembahasan mengenai potensi yang dapat dimaksimalkan dan gangguan yang dapat diminimalisir untuk mencapai kawasan Seminyak yang ramah pejalan kaki.

Kualitas desain yang baik pada sebuah jalur pejalan kaki berkaitan dengan aspek kenyamanan aktivitas berjalan kaki, keamanan berjalan kaki dan konektivitas antar jalur pejalan kaki sebagai fungsi transportasi untuk mecapai berbagai tujuan. Untuk mencapai desain yang ideal, pada penelitian sebelumnya, Leather et al. dalam Wibowo et al.

(2015) telah merumuskan sembilan parameter yang dapat menjadi acuan dalam penilaian kualitas jalur pejalan kaki suatu wilayah yang dirumuskan pada Tabel 1 berikut:

(4)

Tabel 1

Kriteria Penliaian Jalur Pejalan Kaki Menurut Leather Et. Al

No Parameter Keterangan

1 Konflik pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor

Konflik antara arus pejalan kaki dengan kendaraan bermotor (kebanyakan roda dua) dalam penelitian ini berkonflik juga dengan pedagang yang menggunakan fasilitas jalan.

2 Kondisi fasilitas pejalan kaki

Evaluasi jalur pejalan kaki di samping jalan, terkait dengan perawatan dan kebersihan

3 Kemudahan menyebrang Adanya fasilitas pendukung untuk menyebrang, seperti: zebra cross, jembatan penyebrangan, dan trowongan.

Kecepatan kendaraan juga mempengaruhi parameter ini

4 Keamanan menyebrang Berfokus kepada keterlihatan ketika menyebrang, waktu menunggu dan waktu yang dibutuhkan untuk menyebrang jalan

6 Street furiture Adanya furniture yang menunjang kegiatan berjalan kaki seperti bangku istirahat, pagar pembatas, signage, bollard, dan lain sebagainya

7 Infrastruktur ramah difabel

Adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung penyandang difabilitas 8 Hambatan Banyaknya hambatan permanen atau

tidak permanen sepanjang rute perjalanan

9 Keamanan dari tindak kejahatan

Seberapa perasaan tidak aman yang ditimbulkan terutama ketika berjalan di malam hari atau situasi yang sepi

Sumber: Wibowo et al. (2015:1512)

Menurut jurnal tersebut, selain infrastruktur utama seperti trotoar dan tempat menyebrang, terdapat pula fasilitas lain untuk mendukung kegiatan berjalan kaki, jenis fasilitas pendukung tersebut antara lain: 1) tempat berteduh (halte bus, tempat tunggu, dll); 2) tanda jalan; 3) Pagar pembatas; 4) peneduh (pohon/kanopi); 5) Penahan kendaraan bermotor (bollards); 6) penerangan; 7) area hijau; 8) tong sampah; 9) Kursi;

10) drainase. Selain aspek tersebut menurut Forsyth (2015) untuk mencapai kualitas jalur pejalan kaki yang baik dibutuhkan adanya aspek menarik yang membuat berjalan

(5)

kaki tidak hanya menjadi kebutuhan transportasi tapi juga menjadi tujuan agar mendapatkan pengalaman baru.

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif studi kasus dengan melakukan observasi dan penilaian berdasarkan interpretasi peneliti terhadap fenomena di lapangan, namun dengan acuan teori yang telah dirumuskan sebelumnya.

Menurut Creswell (2014), metode studi kasus adalah metode yang mengeksplorasi suatu kasus yang sedang terjadi atau yang masih memiliki kaitan dengan masa sekarang, selain itu pengumpulan datanya dilakukan secara mendalam dan terperinci. Menurut Yin (2009) ciri-ciri dari metode studi kasus ini antara lain: (1) Penelitian yang menjawab pertanyaan “Mengapa” dan “Bagaimana”, (2) Peneliti tidak memiliki kendali terhadap objek yang diteliti (terjadi secara natural), (3)Fokus penelitian pada fenomena yang terjadi di masa kini atau yang masih terasa dampaknya sampe sekarang. Ciri-ciri metode penelitian tersebut sesuai dengan pertanyaan penelitian dan kondisi penelitian yang akan dilakukan, sehingga “metode kualitatif studi kasus” akan digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi terhadap kondisi eksisting jalur pejalan kaki di Kelurahan Seminyak, dasar observasi ini adalah skala linket berdasarkan 9 kriteria penilaian kualitas jalur pejalan kaki suatu wilayah pada studi literatur, berikut merupakan tabel mengenai parameter penilaian yang digunakan untuk menilai kondisi eksisting jalur pejalan kaki pada masing-masing segmen penelitian:

Tabel 2

Skala Linkert Penilaian Kualitas Jalur Pejalan Kaki

Parameter Nilai

1 2 3 4 5

Hambatan Dihalangi sepenuhnya oleh bangunan permanen

Dihalangi sebagian hingga lebar

<1m

Dihalangi sebagian hingga lebar

>1m

Hambatan sedikit, lebar lebih dari 1m

Tidak ada hambatan permanen

Kondisi fasilitas pejalan kaki (pemelihara an material dan

kebersihan)

Tidak ada jalur pejalan kaki

Ada, namun sangat berbahaya, kotor,

drainase tidak tertutup, tidak dipelihara dengan baik

Paving terlihat, namun tekstur kurang baik dan tidak terlalu dipelihara dengan baik

Jalur pederstiran sudah dipaving, namun tekstur masih belum halus

Jalur pedestrian dengan tekstur halus dan nyaman

Sampah menutupi jalur pejalan kaki

sepenuhnya

Sampah menutupi sebagian jalur pejalan kaki, berjalan penuh bau

Beberapa sampah mengurangi kenyamanan berjalan kaki namun

Sampah hanya sedikit dan tidak menjadi hambatan berjalan kaki

Tidak ada sampah sama sekali

(6)

dan kotoran menjadi hambatan kecil Kemudahan

menyebrang (penyebran gan terkontrol:

Zebra Cross, jembatan penyebrang an. dll)

Jarak

penyebrangan lebih dari 500m dan kendaraan kencang

Jarak

penyebrangan antara 300m- 500m, kecepatan kendaraan sekitar 40Kmph

Jarak

penyebrangan antara 200m- 300m, kecepatan kendaraan 20- 40 Kmph

Jarak

penyebrangan antara 100m- 200m, kecepatan kendaraan 20- 40Kmph

Tidak ada kendaraan sama sekali

Keamanan menyebrang (Keterlihata n, waktu tunggu dan waktu yang disediakan untuk menyebrang )

Sangat berbahaya, resiko kecelakaan dengan transportasi lain sangat tinggi

Berbahaya, pejalan kaki masih sulit terlihat oleh pengguna transportasi lain

Sulit terlihat, namun relatif kecil

kemungkinan kemungkinan kecelakaan

Aman, Penyebrang mudah terlihat dan resiko kecelakaan kecil

Sangat aman, resiko kecelakaan tidak ada sama sekali

Menunggu sangat lama untuk menyebrang, lebih dari 40 detik.

Menunggu lama, 20-30 detik untuk menyebrang

Menunggu di bawah 20 detik namun masih berbahaya

Menunggu sebentar, 10- 20 detik untuk menyebrang

Menunggu di bawah 10 detik untuk menyebran g

Waktu sangat singkat tidak memungkink an semua orang menyebrang

Waktu tidak cukup, tidak memungkink an bagi lansia

Waktu cukup, namun lansia masih kesulitan

Waktu cukup, lansia dapat menyebrang dengan nyaman

Waktu sangat cukup, lansia dengan anak kecil dapat menyebran g

Street furniture

Tidak ada kurang memadai 1 atau 2 jenis

Kondisi kurang memadai 3-4 tipe

Kondisi memadai 3-4 tipe

Kondisi memadai lebih dari 4 tipe Infrastruktu

r ramah difabel

Tidak ada jalur ramah difabel

Ada, namun tidak dapat digunakan

Ada, namun kondisinya tidak baik

Ada, kondisinya baik, namun masih terdapat hambatan

Ada, kondisinya sangat baik bagi kursi roda Konflik

pejalan kaki dan

pengendara kendaraan bermotor

Konflik yang membuat berjalan kaki tidak

memungkink an

Konflik yang memungkink an berjalan kaki, namun sangat berbahaya

Beberapa konflik, namun berjalan masih tidak nyaman

Konflik minimal, atau konflik dengan bukan kendaraan bermotor

Tidak ada konflik sama sekali

(7)

Setelah proses penilaian akan dibahas mengenai dasar dari penilaian tersebut secara deskriptif sehingga didapatkan kualitas jalur pejalan kaki di Kelurahan Seminyak secara kualitatif.

1. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Seminyak, Kabupaten Badung, Bali. Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan topik penelitian yang diangkat kualitas jalur pejalan kaki, pertama sebuah jalan harus harus memiliki fasilitas pejalan kaki yang baik, fungsi yang beragam dan ramai, dan daya tarik sebagai alasan utama individu untuk berjalan kaki. Berikut alasan mengenai pemilihan lokasi Kelurahan Seminyak berdasarkan topik yang dipilih:

(1). Merupakan salah satu kawasan komersil yang menggunakan pariwisata sebagai dayatarik utama, sehingga keberadaan wisatawan pejalan kaki menjadi sangat penting untuk keberlangsungan fungsi tersebut, (2) Fasilitas pejalan kaki yang lebih memadai dibanding kawasan lain sehingga penelitian dimungkinkan untuk mengkaji kondisi eksisting dari fasilitas yang ada. (3) Fungsi yang beragam sebagai salah satu keuntungan untuk berjalan kaki, di kawasan seminyak terdapat atraksi wisata (Pantai Double Six, Pantai Seminyak), akomodasi wisata (seperti hotel, penginapan, cafe, dan lain sebagainya) dan fungsi pendukung (Bank, Money Changer, pusat perbelanjaan penyewaan kendaraan dan lain sebgainya). Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Seminyak adalah lokasi yang paling sesuai dengan topik penelitian yang dipilih. Zona penelitian yang akan dilakukan adalah di beberapa koridor dengan fasilitas pejalan kaki dan menghubungkan destinasi-destinasi wisata. Berikut merupakan gambaran mengenai lokasi dan pembagian segmen pada penelitian ini:

Keamanan dari tindak kejahatan

Terasa Sangat berbahaya, terisolasi, tidak ada pedagang kecil, tidak ada

pencahayaan

Terasa Berbahaya, sedikit jalur keluar, sedikit pejalan kaki, pencahayaan kurang baik

Sulit menentukan tingkat keamanan pejalan kaki

Terasa aman, banyak entrance, banyak pejalan kaki, pencahayaan baik

Terasa sangat aman.

Terlihat petugas keamanan

Kemenarika n

Suasana jalur pejalan kaki sangat tidak menarik

Suasana jalur pejalan kaki tidak menarik

Suasana jalur pejalan kaki cukup menarik

Suasana jalur pejalan kaki menarik

Suasana jalur pejalan kaki sangat menarik

(8)

Gambar 1

Wilayah Kabupaten Badung dan Kelurahan Seminyak Sumber: Google (telah diolah kembali)

Gambar 2

Pembagian Segmen Penelitian Sumber: Google (telah diolah kembali)

Pembagian segmen pada penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain: jenis jalur pejalan kaki, perbendaan material jalur pejalan kaki, dan jarak dari yang ideal untuk orang berjalan kaki sesuai teori yakni 400m/10 menit, namun jika ada tempat istirahat yang memadai ketika mencapai 400 meter maka dimungkinkan untuk berjalan lebih jauh. Sehingga didapatkan 3 segmen berbeda antara lain: 1).

Segmen 1: Jl. Camplung Tanduk yang merupakan jalan utama untuk mengakses pantai Seminyak dan Pantai Double Six. Jalan ini menghubungkan pantai dengan Jl. Raya Seminyak yang merupakan pusat arus kedatangan dari luar Kelurahan Seminyak.

Panjang jalan ini ±1.02km. 2). Jl. Double six yang merupakan jalan yang berbatasan

(9)

langsung dengan Pantai Seminyak dan Pantai Double six. Jalan ini memiliki panjang

±625m dan menghubungkan antara Jalan Camplung Tanduk dengan Jalan Arjuna. 3). Jl.

Arjuna ysng merupakan salah satu jalan penghubung antara Jl. Raya seminyak dengan Pantai Double Six. Jalan ini merupakan batas antara kelurahan seminyak dengan kelurahan legian di kecamatan kuta. Panjang jalan ini adalah ±753m.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan pada studi literatur dan metode, berikut merupakan temuan yang didapatkan pada masing-masing segmen:

Tabel 3

Hasil Penilaian Masing-Masing Segmen Penelitian

No Parameter Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Hambatan

2 Kondisi fasilitas pejalan kaki (pemeliharaan material)

kebersihan

3 Kemudahan menyebrang (penyebrangan terkontrol: Zebra Cross, jembatan penyebrangan. dll)

4 Keamanan menyebrang (Keterlihatan)

Waktu Tunggu

Cukupnya waktu

menyebrang

5 Street furniture

6 Infrastruktur ramah

difabel

7 Konflik pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor

8 Keamanan dari tindak

kejahatan

9 Kemenarikan

Total 37/60 45/60 35/60

Berdasarkan penilaian di atas segmen 2 merupakan segmen dengan nilai tertinggi pada penelitian ini yakni 45/60 atau 75 dari 100 poin, Sedangkan yang terendah adalah segmen 3 dengan 35/60 poin atau 58.3 dari 100 poin, untuk lebih memperjelas mengenai perbandingan nilai masing masing kriteria pada setiap segmen berikut diagram batang mengenai penilaian kondisi eksisting yang tersedia:

(10)

Gambar 3

Diagram Batang Hasil Penelitian

Berikut merupakan pembahasan mengenai masing-masing poin dari tabel dan diagram mengenai nilai masing-masing segmen pada area penelitan:

Hambatan, pada segmen 1 terdapat hambatan permanen pada 17 titik dengan 3 hambatan total terjadi sepanjang segmen, selain itu terdapat pula banyak hambatan tidak permanen seperti papan promosi, planter box, tempat sampah dan lainse bagainya.

Sehingga sangat berbahaya bagi pejalan kaki untuk melewati jalan ini karena harus menggnakan jalur kendaraan bermotor, hal ini menyebabkan nilai hambatan pada segmen 1 sangat rendah. Pada segmen 2 terjadi 1 hambatan total yang terjadi namun tidak mengganggu pejalan kaki karena berada di tempat dimana kendaraan roda 4 dilarang masuk, selain itu terdapat beberapa hambatan permanen dan sedikit hambatan tidak permanen yang menghambat namun tidak membahayakan pejalan kaki, nilai segmen 2 pada poin hambatan adalah yang tertinggi. Kasus hambatan pada segmen 3 memiliki kesamaan dengan segmen 1 namun dengan halangan permanen hanya 1 titik yang berada di ujung paling jauh segmen, sehingga penilaian yang diberikan lebih baik.

Berikut merupakan gambaran mengenai hambatan yang ada pada masing-masing segmen:

(11)

Gambar 4

Halangan Permanen pada Segmen 1 (S1), Segmen 2 (S2) dan Segmen 3 (S3)

Gambar 5

Halangan Tidak Permanen pada Segmen 1 (S1), Segmen 2 (S2) dan Segmen 3 (S3)

Material, Berdasarkan hasil observasi, ketiga jalur pejalan kaki telah memiliki material jalur pejalan kaki yang baik yakni dengan material yang halus dan nyaman untuk berjalan kaki, selain itu pada pertemuan antara ramp gerbang dan jalur pejalan kaki tidak terjadi perbedaan level yang signifikan. Namun, ditemukan beberapa titik dengan material kurang halus di segmen 2 sehingga mengurangi penilaian yang diberikan. Berikut merupakan kondisi jalur pejalan kaki pada masing-masing segmen:

(12)

Gambar 6

Keberadaan Jalur Pejalan Kaki dan Kondisi Material pada Segmen 1 (S1), Segmen 2 (S2) Dan Segmen 3 (s3)

Gambar 7

Material Yang Tidak Rata pada Segmen 2

Kebersihan, keberadaan petugas kebersihan yang rutin membersihkan Kelurahan Seminyak membuat jalur pejalan kaki di wilayah ini cenderung bersih. Namun, tetap ditemukan beberapa sampah pada masing masing segmen. Jenis sampah daun gugur merupakan jeis yang paling sering ditemukan di setiap segmen, namun sampah jenis ini tidak mengganggu pandangan dan tidak menghambat pejalan kaki, jenis sampah lainya yaitu adanya pengumpulan sampah di trotoar pada malam hari oleh fungsi komersil di trotoar untuk nantinya dikelola oleh petugas di pagi hari. Pada segmen 3 terdapat sampah hasil upacara dan sampah plastik yang berserakan, jenis sampah seperti ini cukup mengganggu pejalan kaki. Karena sampah secra rutin dikelola maka sampah yang mengganggu tidak menimbulkan bau tidak sedap, sehingga penilaian kebersihan pada masing-masing segmen cukup tinggi. Berikut beberapa contoh gambar mengenai jenis sampah yang ditemui di setiap segmen:

(13)

Gambar 8

Jenis Sampah Yang Terjadi Pada Segmen 1 (S1), Segmen 2 (S2) Dan Segmen 3 (s3)

Kemudahan dan keamanan menyebrang, kemudahan menyebrang mengacu pada keberadaan fasilitas penyebrangan seperti zebra cross jembatan penyebrangan dan lain sebagainya, pada 3 segmen yang menjadi lokasi penelitian fasilitas penyebrangan sangat minim dapat ditemukan. Segmen 1 tidak memiliki jalur penyebrangan sama sekali, pada segmen 3 jalur penyebrangan hanya berada di 1 titik. Kondisi yang lebih baik yakni pada segmen 2 yang memiliki 2 jalur penyebrangan.

Kondisi pandemi yang terjadi selama penelitian membuat poin kemanan menyebrang menjadi tinggi, hal ini dikarenakan minimnya kendaraan yang melintas sehingga waktu tunggu dan waktu unntuk menyebrang menjadi sangat cukup, sehingga untuk poin ini nilai tinggi mungkin akan berubah ketika kondisi lalu lintas di Kelurahan Seminyak kembali normal.

Street Furniture, terdapat kesamaan jenis street furniture yang ada di semua segmen penelitan, takni peneduh, penerangan, tempat sampah, fasilitas cuci tangan.

Namun kelayakan kondisi street furniture ini berbeda-beda pada masing-masng segmen, segmen 2 marupakan segmen dengan peneduh yang paling layak, sedangkan di kedua segmen lainya peneduh hanua disediakan oleh tanaman hotel dan overstek bangunan.

Penerangan di segmen 2 juga merupakan yang paling mendukung pejalan kaki akibat banyaknya cafe yang membantu menerangi jalur pejaalan kaki, sedangkan di segmen1 dan 3 penerangan ditujukan untuk kendaraan bermotor sehingga jaraknya cukup jauh dan menimbulkan banyak titik gelap. Tempat sampah dan tempat cuci tangan untuk menjalankan protokol kesehatan juga paling banyak ditemukan di segmen 2 sehingga penilaian tergadap street furniture pada segmen ini menjadi yang tertinggi. Berikut beberapa contoh gambar mengenai kondisi street furniture masing-masing segmen:

(14)

Gambar 9

Jenis Peneduh yang Terdapat pada Segmen 1 (S1), Segmen 2 (S2) dan Segmen 3 (S3)

Gambar 10

Jenis Penerangan yang Terdapat pada Segmen 1 (S1), Segmen 2 (S2) dan Segmen 3 (S3)

Gambar 11

Penerangan Tambahan Oleh Fungsi Komersil pada Segmen 2

(15)

Gambar 12

Fasilitas dan Tempat Sampah Cuci Tangan di Bebeapa Titik pada Area Penelitian

Fasilitas ramah difabel, sebagai salah satu fasilitas publik, trotoar harus mengakomodasi kebutuhan berbagai kalangan termasuk kaum difabel. Berdasarkan hasil observasi lapangan tidak ditemukan adanya fasilitas khusus untuk penyandang difabel, pada segmen 1 dan 3 terdapat garis hitam di tengah trotoar namun hanya berfungsi sebagai aksen, sedangkan pada segmen 2 jalur bagian A dapat dijadikan jalur khusus pejalan kaki dan difabel karena lebarnya yang 3 meter dan bermaterial paving yang lebih cocok untuk berjalan kaki. Absenya fasilitas pejalan kaki pada setiap segmen membuat penilaian pengenai topik ini sangat rendah.

Konflik kendaraan bermotor dan pejalan kaki, Aktivitas berjalan kaki seringkali bersinggungan dengan kendaraan bermotor, hal ini dapat diakibatkan oleh kesengajaan pengendara ataupun karena fasilitas yang menjadi satu antara pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis konflik yang sering terjadi antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor adalah penggunaan trotoar sebagai tempat parkir, berikut beberapa contoh mengenai kejadian tersebut:

(16)

Keamanan dari tindak kejahatan, berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa telah terdapat satuan keamanan oleh banjar yang diberi nama Penrepti yang bertugas untuk berpatroli selama 24 jam dengan 3 shift. Kesatuan ini digaji dari adanya iuran rutin yang didapatkan dari hotel dan fungsi-fungsi komersil lain di kelurahan seminyak.

keberadaan satuan keamanan ini cukup efektif untuk mengurangi tingkat kejahatan, meningkatkan rasa aman bagi pelaku usaha di seminyak dan juga membantu menertibkan parkir liar dan balapan liar.

Daya tarik, Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa daya tarik utama Pantai Seminyak sudah cukup kuat untuk menarik pejalan kaki, hal ini dibuktikan dari beberapa wawancara yang menunjukan bahwa wisatawan dan para karyawan yang berada di pesisir pantai seminyak sering kali bersedia untuk berjalan kaki menuju pantai atau cafe. Bahkan menurut Kadek Adi (32), Wayan Budi (42) dan Gunawan (51) minat wisatawan menuju pantai ketika pandemi tidak berkurang kecuali adanya larangan buka atau pembatasan kegiatan akibat pandemi yang dicanangkan pemerintah. Hal ini juga didukung oleh hasil observasi yang menunjukan minat berwisata yang tinggi bahkan di saat pandemi, minat berwisata ini tentunya menjadi salah satu alasan kuat kenapa pesisir Pantai Seminyak dan Double Six memiliki potensi untuk menjadi area ramah pejalan kaki.

Kesimpulan

Kesimpulan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ketiga segmen di kelurahan seminyak telah memiliki jalur pejalan kaki dengan material yang baik, kebersihan yang terjaga, terdapat beberpa street furniture, memiliki aspek menarik yang dapat menjadi alasan wisatawan untuk berjalan kaki. Namun, kualitas jalur pejalan kaki di kelurahan seminyak masih perlu ditingkatkan, diantaranya: hambatan, banyak

(17)

ditemukan hambatan permanen yang mengganggu jalur pejalan kaki terutama pada segmen 1 dan 3. Konflik dengan kendaraan bermotor, banyak ditemukan adanya parkir liar di trotoar pada segmen 1 dan 3 yang menutupi sebagian atau keseluruhan lebar trotoar sehingga berjalan kaki menjadi tidak nyaman, selain itu pada segmen 2 terdapat area dengan jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan tidak terpisah. Jalur Penyebrangan, dari 3 segmen yang diteliti hanya terdapat 3 zebra cross yang ditemukan, segmen 1 bahkan tidak memiliki fasilitas menyebrang sama sekali. namun kemudahan menyebrang pada setiap segmen cenderung tinggi akibat pandemi yang mengakibatkan volume kendaraan berotor berkurang, selain itu, tidak ditemukan pula fasilitas ramah difabel pada lokasi penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut segmen 2 menjadi segmen dengan nilai tertinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa segmen 2 memiliki kualitas berjalan kaki yang paling baik dibandingkan segmen 1 dan 3 yakni dengan nilai 75/100 karena banyak aspek menarik, tersedianya jalur penyebrangan dan hambatan permanen yang minim.

Sedangkan segmen 1 dan 3 memiliki nilai yang rendah yakni 61,6 dan 58,3. Jal ini diakibatkan karena banyaknya hambatan, banyaknya konflik kendaraan, minimnya jalur penyebrangan dan kurangnya aspek menarik.

Saran, perlu adanya penindakan tegas mengenai parkir kendaraan di trotoar oleh pemerintah sehingga tidak pengganggu pejalan kaki. Segmen 2 berpotensi sebagai jalur khusus pejalan kaki dengan menghentikan akses kendaraan roda 2. Perlu adanya perencanaan parkir yang lebih baik sehingga pengendara tidak parkir di jalur pejalan kaki. Perlu adanya tambahan fasilitas menyebrang yang dibangun oleh pemerintah.

Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ke lingkup yang lebih luas dengan menggunakan GIS (geographic information system), dapat diteliti mengenai dampak ekonomi dari berjalan kaki dan hubungan berjalan kaki dengan interaksi sosial.

(18)

BIBLIOGRAFI

Althoff, T., Hicks, J. L., King, A. C., Delp, S. L. & Leskovec, J. 2017. Large-Scale Physical Activity Data Reveal Worldwide Activity Inequality. Nature, 547, 336- 339. Google Scholar

Ashworth, G. & Page, S. J. 2011. Urban Tourism Research: Recent Progress And Current Paradoxes. Tourism Management, 32, 1-15. Google Scholar

Creswell, J. W. 2014. Qualitative, Quantitative And Mixed Methods Approaches, Sage. Google Scholar

Darmawan, E. 2007. Peranan Ruang Publik Dalam Perancangan Kota. Google Scholar

Forsyth, A. 2015. What Is A Walkable Place? The Walkability Debate In Urban Design. Urban Design International, 20, 274-292. Google Scholar

Fullagar, S., Markwell, K. & Wilson, E. 2012. Slow Tourism: Experiences And Mobilities, Channel View Publications. Google Scholar

Rogers, S. H., Halstead, J. M., Gardner, K. H. & Carlson, C. H. 2011. Examining Walkability And Social Capital As Indicators Of Quality Of Life At The Municipal And Neighborhood Scales. Applied Research In Quality Of Life, 6, 201-213. Google Scholar

Utami, W. N., Indradjati, P. N. & Poerbo, H. W. 2018. Kebutuhan Ruang Transisi Di Kawasan Cbd Kota Bandung Berdasarkan Prefensi Dan Persepsi Pejalan Kaki.

Jurnal Tata Loka, 20, 1-3. Google Scholar

Wahyuningsih, A. S. 2015. Membudayakan Jalan Kaki Di Kampus Konservasi. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 5, 51-56. Google Scholar

Wibowo, S. S., Tanan, N. & Tinumbia, N. 2015. Walkability Measures For City Area In Indonesia (Case Study Of Bandung). Journal Of The Eastern Asia Society For Transportation Studies, 11, 1507-1521. Google Scholar

(19)

Yin, R. K. 2009. How To Do Better Case Studies. The Sage Handbook Of Applied Social Research Methods, 2, 254-282.Google Scholar

Copyright holder:

Putu Bagus Widhiatma Pratama (2022)

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

This article is licensed under:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah: (1) se- berapa tinggi kompetensi mengajar guru ekonomi, SMA Kabupaten Purworejo, (2) seberapa besar sumbangan latar

Berdasarkan hasil analisis dan pengolah- an data yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan bahwa percepatan durasi proyek optimum pada proyek pembangunan Dermaga

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kelayakan media pembelajaran berbasis Virtual Learning pada mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Dan Teknik

• Sistem informasi operasional dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional (teknis) yang bersifat rutin (day-to-day activities) dari suatu enterprise atau organisasi

Bagaimana kemampuan guru dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan yang dipadu dengan team teaching pada model pembelajaran

Penelitian ini mengkaji peresapan air kedalam tanah / infiltrasi akibat perubahan penggunaan atau tata guna lahan dari daerah resapan ke daerah pengembangan di bukit

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional rumah sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga

Sukuk Negara Ritel adalah Sukuk Negara (SBSN) yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. 10  Diversifikasi