DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nuril. (2007). PanduanOlahragaBolavoli.Surakarta : Era Pustaka.
Arikunto, S. (2002).ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta :RinekaKarya.
Depdiknas.(2008). Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.
Fraenkel, Jack R. dan Norman E.Wallen. 1993. How to Design and Evalute Researche in Education. New York: McGraw-Hill Inc
Gerungan.(1991). PsikologiSosial.Bandung : PT Eresco.
Ghozali, Imam. (2009). AplikasiAnalisi Multivariate. Semarang: BadanPenerbitUniversitasDiponegoro.
Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-AspekPsikoligisDalam Coaching. Jakarta : CV. TambakKusuma.
Hurlock, Elizabeth B. (1994).
PsikologiPerkembanganSuatuPendekatanSepanjangRentangKehidupan.
(AlihBhasaIsiwidiyantidanSoewarjono).Jakarta :Erlangga.
HusdartadanSaputra, Yudha M. (2000).BelajarandanPembelajaran.Bandung
:UniversitasPendidikan Indonesia. Online:
http://kepelatihan.wordpress.com/2009/10/28/pengaruh-modifikasi-media-dalam-proses-pembelajran-pendidikan-jasmani-di-tingkat-sltp/.
Insani, A 1983. PrestasiBelajar Dan PerilakuSiswa Di SekolahDilihat Dari
KonsepDiriSiswa. (tidakditerbitkan). Bandung : PPB FIP IKIP.
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning.MempraktikkanCooperative learning
Lutan, Rusli.(1992). ManusiadanOlahraga.Bandung:ITB – FPOK IKIP Bandung.
Lutan, Rusli.(1997). StrataegiPembelajaranpendidikanJasmanidankesehatan.
Jakarta. DepdikbudDitjenDikti.
Lutan, Rusli. (1998). Pembaharuan Proses
pedagogikdanoptimalisasifungsisosialOlahragadanpendidikanJasmani:
SebuahrefleksiDalammasakrisis. PidatoPengukuhanJabatan Guru
BesarTetap, bandung. FPOK IKIP Bandung.
Maryana, Erma. (2006). PerilakuSosialSiswa di SekolahDasar.SkripsiPada PPB UPI Bandung; tidakditerbitkan.
Metzler.Michael W. (2000).Intructional Models For Physical Education. Georgia State university.
Nariati, Umi. (2008). Teknik-teknikAnlisisMultivariat.Yogyakarta :GrahaIlmu.
Ramdani. (2011). PengaruhModifikasiAlat Dan PeraturanPermainanDalam
Proses PembelajaranSepak Bola TerhadapHasilBelajarSiswa Di
SmaNegeri 1 Singaparna. SkripsiPada FPOK UPI Bandung: tidakditerbitkan.
Riduwan.(2006). BelajarMudahPenelitianuntuk Guru, KaryawandanPenelitiPemula.Bandung :AlfabetaYusuf, Husain. 1984.
KontribusiintelegensidanHargaDiriTerhadapKualitas. Tesis (tidakditerbitkan) PerilakuSosial. Bandung :PaskaSarjana UPI.
Sarwono, S, W. (2004). PsikologiRemaja. EdisiRevisi 8. Jakarta : Raja GrafindoPustaka.
Septian.(2012).
PengaruhPendekatanBermainTerhadapHasilBelajarPermainanBolavoli.S
Slavin, Robet E (2005).Cooperative Learning.Teori,
RisetdanPraktik.Bandung:Nusa Media.
Subroto, Toto danYudiana, Yunyun.(2010). PermainanBolavoli. Bandung. FPOK UPI.
Sudjanadan Ibrahim.(2004). PenelitiandanPenelitianPendidikan.Bandung
:SinarBaruAlgesindo.
Sugiono. (2009). MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Suherman, AdangdanSartono, Hadi.(2008). PedagogiOlahraga.Bandung : FPOK UPI.
Surakhmad, W. (1998).PengantarPenelitianIlmiah. Bandung: Tarsito.
Tamura danAmung(2003:10)pendidikanJasmani di sekolah.Bandung:
DepartemenPendidikanNasional.
Tarigan, Beltasar .(2001). PermainanBolavoliUntukSekolahLuarBiasa.
Jakarta:Dedikbud.
Usman, Moh. Uzer.(2008) Menjadi Guru Profesional.Bandung :PT. RemajaRosdakarya.
Yudiana, Yunyun (2010). Model PendekatanLatihanDalamPermainanBolavoli. Jurnal: PBVSI. Sentul- Bogor.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/
http://jawharie.blogspot.com/2010/11/fase-dan-tugas-perkembangan.html
http://azuarjuliandi.com/elearning/metopel/
http://www.scribd.com/doc/77638013/UJI-F-DAN-UJI-T
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahanzaman yang terjadi di negeri ini, menuntut dunia pendidikan
melakukan perubahan untukmengatasi permasalahan-permasalahan yang ada
sebagai dampak dari perubahan tersebut.Permasalah yang terjadi bukan hanya
pada aspek ekonomi dan politik saja, tapi juga pada aspek sosial, moral, budaya
dan bahkan akhlak.Pada permasalahan sosial khususnya, sudah menunjukan
gejala-gejala yang sangat memprihatinkan.Hal ini ditunjukan dari adanya
berita-berita baik itu media cetak maupun televisi tentang penyimpangan sosial dalam
bentuk pemaksaan kehendak, pengrusakan, konflik antar kelompok dan juga
adanya perilaku kekerasan yang dilakukan masyarakat bahkan dilakukan oleh
mahasiswa yang notabenenya sebagai orang yang berilmu.
Salah satu contoh berita mengenai permasalah sosial adalah mengenai isu
kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang sedang hangat diperbincangkan,
membuat semua lapisan masyarakat turun kejalan untuk mengemukakan
aspirasinya di depan kantor wakil rakyat (DPR-MPR RI). DPR yang bertugas
sebagai wakil rakyat sepertinya sudah lupa dengan janjinya untuk selalu
menyampaikan keluhan-keluhan rakyat.Sehingga memaksa mahasiswa untuk
melakukan kekerasaan, pemaksaan, bahkan pengrusakan infrastruktur gedung
DPR.
Permasalahan lain yang menunjukan semakin miskinnya perilaku sosial
terlihat dari semakin miskinnya pengabdian, kurangnya disiplin, kurangnya sikap
saling menghormati antar sesama,tawuran antar pelajar dan juga sikap acuh tak
acuh antar teman. Hal ini sebagai tanda bahwa rasa ke-bhineka Tunggal Ika an
bangsa Indonesia yang penuh dengan persaudaraan, kepedulian, kerjasama dan
tolong-menolong dalam kehidupan masyarakat sudah tergerus oleh derasnya
perubahan zaman.
Permasalah sosial di atas tentunya akan semakin memprihatinkan jika
tidak segera ditanggulangi dari sekarang. Hal yang dapat dilakukan untuk
menekan terjadinya penyimpangan sosial adalah melalui pendidikan jasmani.
Dari isi UU pendidikan No. 20 tahun 2003 di atas dapat disimpulkan
bahwa, hasil dari proses pendidikan yang diharapkan adalah terbentuknya peserta
didik yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi sebagai pondasi utama dalam
menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain, pendidikan
merupakan alat untuk memperbaiki permasalahan sosial, moral, dan akhlak.
Dari mulai indonesia merdeka sampai dengan sekarang, dunia pendidikan
berusaha untuk selalu mejadikan manusia sebagi insan yang mempunyai sikap
sosial, moral dan akhlak yang baik. Usaha pendidikan ini terlihat dari adanya
perubahan-perubahan kurikulum dari waktu ke waktu.Pada tahun 1950kurikulum
kurikulum kewajiban belajar sekolah dasar, tahun 1968 dikenal dengan kurikulum
1968, kurikulum tahun 1975, 1991 dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), kemudian diganti dengan kurikulum 1994, tahun 2004 dikenal dengan
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan sekarang dikenal dengan istilah
kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Bukan hanya dunia pendidikan secara umum saja yang mengalami
perubahan dari waktu ke waktunya, pendidikan jasmanipun mengalami beberapa
perubahan. Perubahan itu dimulai dari istilah-istilah yang digunakan, yang dulu
dikenal dengan istilah gerak badan, pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan
kesehatan dan sampai dengan sekarang yang dikenal dengan pendidikan jasmani
olaharaga dan kesehatan.
Perubahan istilah di atas bukan tanpa alasan, kebutuhan-kebutuhan siswa
yang berbeda dari waktu ke waktu menuntut dilakukannya perubahan
itu.Perubahan didunia penjas itu seyogyanya bersifat menyeluruh, bukan hanya
pada istilah.Sistem, metode, model, pendekatan serta penanganan pada siswapun
tentunya perlu adanya perubahan yang disesuaikan dengan keadaan siswa yang
berbeda-beda, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.Namun
ironisnya, perubahan itu tidak di iringi dengan perubahan pola mengajar yang
dilakukan oleh guru. Penyampaian materi pendidikan jasmani saat ini masih saja
menganut cara yang dilakukan pengajar pada zaman dulu atau bersifat tradisional,
yakni mengedepankan pada keterampilan fisik dan mengesampingkan
aspek-aspek lain seperti aspek-aspek kognisi dan aspek-aspek sosial (afektif). Hal ini tentu saja akan
keterampilan sosial yang dimiliki siswa dalam menjalani hidupnya sebagai
makhluk yang berdampingan dengan orang lain. Sehingga permasalahan sosial
yang terjadi saat ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran
yang memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan
perilakusosial siswa.Pendidikan jasmani dengan kelengkapan yang dimilikinya
diharapkan mampu memberikan sumbangan yang positif tehadap pengembangan
perilaku sosial siswa.Sebagaimana yang dikemukakan Lutan (1998:1)
bahwa“tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan aspek fisik tetapi juga
aspek mental, sosial dan moral”.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Subroto (2006:6), bahwa:
Meskipun pendidikan jasmani itu merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga, namun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan jasmani bukan hanya aspek fisik, tapi lebih bersifat pedagogis proporsional. Artinya nilai-nilai pendidikan yang terkait dengan aspek intelektual, moral, sikap, keterampilan fisik dan kebugaran jasmani serta etika dikembangkan secara selaras, seimbang dan serasi.
Dari kedua kutipan di atas, maka jelas bahwa tujuan utama pendidikan
jasmani bukan hanya pada aspek fisik saja, tapi aspek kognitif, sosial, moral dan
mentalpun ikut dikembangkan secara seimbang.
Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan
yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai
ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan
kemampuan sosial seperti mampu bertanggung jawab, kerjasama, saling
menghargai dan lain-lain.
Agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik,
tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menyampaikan suatu
materi.Diantaranya adalah dengan menciptakan kondisi belajar kondusif.
Usman (2008:21) berpendapat bahwa:
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima variable yang menentukan keberhasilan siswa, yaitu melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, memperhatikan kemampuan siswa dan menggunakan alat peraga yang tepat.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dituntut harus mampu
menciptakan kondisi belajar yang dapat membuat siswa tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Salah satu caranya adalah dengan
mengunakan model pembelajaran.
Menurut burden dan Byrd dalam Juliantine (2011:8) menyatakan bahwa:
Model pembalajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pendapat diatas senada dengan pendapat Knirk dan Gustafon dalam
Juliantine (2011:8), yaitu:
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rancangan yang menggambarkan prosedur yang
sistematis yang dibuat guru agar proses kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Setiap model pembelajaran memiliki karakter dan tujuan yang
berbeda-beda.Ada model yang berpusat pada guru, ada model yang menekankan pada
pemahaman konsep bermain dan ada juga yang menekankan pada keterampilan
gerak.Berdasarkan literatur yang penulis temukan, model pembelajaran yang
dianggap dapat mengembangkan perilaku sosial siswa diantaranya adalah dengan
model pembelajaran kooperatif.
Eggen dan Kauchak berpendapat dalamJuliantine(2011:52), bahwa:
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
sedangkanRoger, dkkdalamHuda (2011: 29), berpendapat bahwa:
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitaspembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan
kerjasama antar siswa dan siswa berusaha meningkatkan kemampuan individu
suasana saling menghargai, menolong, mengkoreksi, dan saling mendorong antar
siswa dalam suatu kelompok.
Sedangkan mengenai pengaturan kelompok dalam model pembelajaran
kooperatif, Lie (2010:41) mengemukakan sebagai berikut:
Pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang, agama, sosial, ekonomi, etnik dan kemampuan akademik. Dalam hal keanekaragaman akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademik sedang dan satu lagi dari siswa yang memiliki kemampuan akademikkurang.
Dari pendapat di atas, dapat dijelasakan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang membagi siswanya ke dalam
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari latar belakang yang berbeda baik itu
jenis kelamin, agama, sosio-ekonomi, suku maupun kemampuan akademik.
Model pembelajaran ini tentu saja berbeda dengan model pembelajaran yang
sering digunakan oleh guru saat ini. Pembelajaran sering dilakukan secara
langsung atau lebih dikenal dengan istilah direct intruction dan pengelompokan
siswa dilakukan secara homogen.
Beberapa kelebihan dari pengelompokan secara heterogen menurut Lie
(2010:43), adalah sebagai berikut:
kelompok heterogen memudahkan pengolalaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapat satu asisten.
Mengingat model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe dan
karakteristik yang berbeda-beda,maka dari itu penulis memilih tipe Teams game
tournament (TGT) dalam melakukan penelitian ini.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan tipe dimana setiap
orang dalam satu tim saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, yakni
memenangkan suatu pertandingan. Adapun menurut Slavin (2005:170) komponen
tipe TGT antara lain: “Pengajaran; Belajar tim; Turnamen dan Rekognisi tim”
Pengajaran meliputi pemberian intruksi, materi, demonstrasi, tugas serta
arahan dari guru yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Belajar tim, yaitu
proses pengulangan dan latihan secara bersama-sama sesuai dengan tugas yang
diberikan guru. Turnamen, yaitu suatu kondisi dimana semua siswa dalam
kelompok diuji kemampuannya dalam suatu pertandingan melawan kelompok lain
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tiap kelompok. Rekognisi tim, yaitu
pemberian penghargaan pada kelompok pemenang dalam suatu pertandingan yang
didasarkan pada skor atau nilai yang diperoleh.
Melalui langkah-langkah pembelajaran di atas, akan memungkinkan
terciptanya kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi
antara siswa satu dengan siswa yang lain. Dalam proses interaksi yang terjadi
dalam proses pembelajaran itulah diharapkan terbinanya sikap sosial. Siswa yang
memiliki kemampuan yang tinggi bersedia untuk membantu siswa lain dalam
memiliki kemampuan yang rendah tidak akan leluasa meminta bimbingan dari
temannya tanpa rasa canggung karena usia mereka yang relatif sama. Sebagimana
dikemukakan Djamarah dan Zain (2002:64) bahwa:
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelopok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan ikhas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder.
Selain itu dengan adanya kompetisi dalam proses pembelajaran, siswa
akanmempersiapkan timnya dan saling bekerjasama agar dapat memenangkan
suatu pertandingan. Dalam kondisi seperti itu akan terciptanya budaya saling
membantu dan saling ketergantungan antar siswa satu dengan yang lainnya. Hal
tersebut diharapkan akan memberikan kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri, mereka membutuhkan orang lain untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah
dan zain (2002:64), bahwa:
Hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ruang lingkup
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi:
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, semua aspek yang berkenaan dengan kesehatan seperti pencegaha dan pertolongan cedera dan lain-lain.
Dari macam-macam materi di atas, penulis memilih permainan bolavoli
sebagai alat dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
penelitian yang akan penulis lakukan. Permainan bolavolipada dasarnya
merupakan permainan tim yang dilakukan oleh 6 orang dengan posisi yang
berbeda-beda yang menuntut kerjasama antar tim untuk mengembalikan bola ke
daerah permainan lawan sampai lawan tidak mampu mengembalikan bola.hal ini
sesuai dengan yang dijelaskan Tarigan (2001:4), bahwa “Prinsip bermain bolavoli
adalah menjaga bola jangan sampai jatuh dilapangan sendiri dan berusaha
menjatuhkan bola di lapangan lawan”. Sehubungan dengan itu, Yudiana dan
Subroto (2010:25) menjelaskan bahwa “Permainan bolavoli adalah permainan
beregu yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari
masing-masing anggota regu”.Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimbulkan
bahwa permainan bolavoli tidak dapat dilakukan secara sendirian (individu), perlu
adanya siswa lain untuk dapat saling membantu untuk menahan bola agar tidak
Pada prakteknya, siswa akan diajak untuk dapat belajar mengembangkan
perilaku sosial dalam suasana bermain. Sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih menyenangkan dan pada akhirnya, siswa secara tidak sadar perilaku
sosial siswa dan keterampilan bermain bolavolinya akan berkembang.
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, mendorong penulis untuk
mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT agar masalah-masalah di atas dapat terpecahkan. Maka dari
itu penulis mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team-Game-TournamentTerhadap PerilakuSosial dan Keterampilan
Bermain Bolavoli”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka
perlu adanya uji coba suatu model pembelajaran dalam kaitannya dengan
pengembangan sikap sosial. Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang
masalah, model yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan perilaku sosial antara model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung?
2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan bermain bolavoli antara model
3. Apakah terdapat perbedaan perilaku sosial dan keterampilan bermain
bolavoli antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model
pembelajaran langsung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui perbedaan perilaku sosial antara model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung.
2. Ingin mengetahui perbedaan keterampilan bermain bolavoli antara model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung.
3. Ingin mengetahui perbedaan perilaku sosial dan keterampilan bermain
bolavoli antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model
pembelajaran langsung.
D. Manfaat Penelitian
Setiap sesuatu yang penulis buat, tentunya ingin bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca sekalian demi upaya
meningkatkan kualitas penjas disekolah-sekolah. Adapun manfaat yang dapat
diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis:
a. Sebagai penguat teori-teori yang telah ada.
2. Secara praktis:
a. Bilamana hasil penelitian ternyata sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka guru atau pengajar akan dapat memanfaatkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas belajar
siswa dalam hal meningkatkan keterampilan bermain bolavoli.
b. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan bahan rujukan bagi para guru
dalam usaha meningkatkan kualitas SDM pada kegiatan KBM.
c. Menyumbangkan pemikiran pada pengajar yang berada di lingkungan
sekolah tentang manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
d. Dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani dalam
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk
memperolehdata, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan
metode dalampelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam
menggunakanmetode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada
permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode
dilihat dari efektifitasnya,efisiensinya dan relevansinya metode tersebut. Suatu
metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya
perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.Sedangkan suatu metode
dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat
dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang maksimal.
Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan
dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi pengyimpangan.Ada beberapa
macam metode yang digunakan dalam penelitian, diantaranya metode historis,
deskriptif, dan eksperimen.Metode yang penulis gunakan adalah metode
eksperimen.
Mengenai metode eksperimen dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim
55
Penelitian eksperimen sederhana mengandung tiga ciri pokok, yaitu 1).Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan, 2). Adanya pengendalian atau pengontrol semua variabel lain kecuali variabel bebas, 3). Adanya pengamatan atau penggunaan terhadap variabel terikat sebagai efek dari variabel bebas.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa
eksperimen adalah kegiatan dalam penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan
fakta-fakta atau informasi dari data yang terkumpul serta menguji hipotesis
sehingga mendapat hasil yang berguna dari persoalan yang dibahas.
B. Disain dan Alur Penelitian
Disain penelitian adalah rencana kerja dari suatu pola penelitian yang
dapat mempermudah dan memperjelas perumusan prosedur penelitian yang
dilakukan. Dalam disain penelitian ini, akan dijabarkan semua prosedur penelitian
dimulai dari cara pengambilan data, penentuan objek, waktu pelaksanaan dan juga
alur penelitian.
Metode penelitian terdiri dari tiga disain yang sering digunakan dalam
proses penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990:153), bahwa:
“ada tiga disain eksperimen yang lazim dikenal dalampenelitian terutama dalam
menghadapi manusia sebagai objek : 1 teknik unit tunggal, (2) teknik unit pararel,
(3) teknik unit rotasi”.
Dalam unit tunggal, proses penelitian dilakukan dengan memasukan atau
menggunakan variabel-variabel tertentu pada suatu kelompok dan mencoba
mengukur nilai-nilai pengaruh pemasukan atau peniadaan variabel tetentu itu.
56
satu menjadi unit eksperimen dan yang lainnya menjadi unit kontrol atau
pembanding. Sehingga dapat diketahui pengaruh percobaan yang dilakukan
dengan membandingkan antara unit eksperimen dan unit kontrol.Dalam unit
rotasi, proses penelitian memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok
untuk menjadi dua unit eksperimen.
Berdasarkan jenis desain tersebut, dalam penelitian ini penulis
menggunakan disain eksperimen dengan teknik unit paralel, karena dalam proses
penelitian ini penulis menghadapi dua kelompok sampel, yaitu satu merupakan
kelompok eksperimen dan yang lainnya menjadi kelompok kontrol atau
pembanding.
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu pola atau desain
penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan
penelitian dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Desain eksperimen merupakan bagian dari desain penelitian.Mengenai
desain eksperimen, Sudjana (1992:1) menjelaskan “desain eksperimen yaitu suatu
rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul
terdefinisikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau yang
diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat terkumpul”.
Adapun fungsi dari desain eksperimen menurut Sudjana dan Ibrahim
(1989:31), sebagai berikut:
57
1. Memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian.
2. Memungkinkan penelitian membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis data secara statistika.
Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan
sebelumnya, yaitu ingin mengungkapkan pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada permainan bolavoli terhadapperilaku sosial dan
keterampilan bermain bolavoli, maka metode dalam penelitian ini adalah metode
true ekperimen dengan disain yang digunanakan adalah randomeized
pretest-posttest goup design, sebagaimana terlihat dalam gambar 3.1.
Gambar 3.1
Randomeized Pretest-Posttest Group Design
(Fraenkel dan Wallen,1993:248)
Keterangan :
R : Pemilihan kelompok yang masing-masing dilakukan secara random
O1 :Tes awal terhadap terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
X1 :Perlakukan terhadap kelompok eksperimen dengan model pembelajaran
58
X2 :Perlakuan terhadap kelompok kontrol dengan menggunakan model
pembelajaran langsung
O2 :Tes akhir
C. Populasi Penelitian Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Setiap penelitian yang dilaksanakan oleh seorang peneliti terlebih dahulu
perlu menentukan populasi yang dapat dijadikan sebagai sumber data untuk
keperluan penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk manusia, nilai-nilai
dokumen dan peristiwa yang dijadikan objek penelitian.
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek
yang mempunyai sifat umum. Dalam hal ini Arikunto (1998:102) menjelaskan
sebagai berikut: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Sesuai pendapat
diatas populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
SMA Negeri 1 Cicalengka kabupaten Bandung.Populasi yang dimaksud tersebar
dalam sepuluh kelas dari X-1 sampai X-10.
2. Sampel
Dalam penelitian ini tidak semua siswa dijadikan objek penelitian, tetapi
hanya sebagian saja dari populasi yang disebut sampel.Mengenai sampel Arikunto
(1992:104) menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil
59
bahwa “sampel ada sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan
populasi”.
Adapun cara pengambilan sampel yang dilakukan peneliti dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus faktorial.Menurut Supranto
(2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap, acak
kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:
� −1 � −1 ≥15
Dimana :
t = Jumlah perlakuan
r = Jumlah sampel
2−1 � −1 ≥15
1 � −1 ≥15
� ≥16
Berdasarkan perhitungan rumus faktorial sampel yang digunakan adalah
16 siswa untuk satu perlakuan. Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan
sampel sebanyak 36 dengan rincian 16 siswa ditambah 2 siswa cadangan sebagai
grup yang di beri perlakuan model pembelajaran kooperatip tipe TGT dan 16
siswa ditambah 2 cadangan sebagai grup kontrol atau yang menggunakan model
60
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu 1 variabel bebas
(independent),2 variabel terikat (dependent) dan 1 variabel kontrol. Berkenaan
dengan kedua variabel tersebut, sugiono (2009:39) mengemukakan sebagai
berikut:
Variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab berubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen: sering disebut sebagai variabel output, atau yang menjadi akibat, karena adaknya variabel bebas.
Dari kutipan diatas dapat dijelaskan, bahwa variabel bebas merupakan
variabel stimulus yang mempengaruhi variabel terikat dalam suatu
penelitian.Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
akibat dari varibel bebas.Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran
langsung.Sedangkan variabel terikatnya adalah perilakusosial dan keterampilan
bermain bolavoli.
2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang perlu dijelaskan
sebagai pedoman dalam oprasionalnya.Sehingga tidak menimbulkan
penafsiran-penafsiran yang keliru yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian
61
a. Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, model merupkan salah
satu rencana guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Model pembelajaran
disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar, baik itu siswa, materi maupun
fasilitas yang ada.Model pembelajaran menurut Husdarta dan Yuda (2000:35),
“merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran.
Dengan kata lain model pembelajaran dapat diartikan sebuah perencanaan yang
dibuat untuk proses pembelajaran”.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Lie (2002) dalam Juliantine (2011:57) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong-royong adalah sistem pengajran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur.”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penyelesaian
tugas terstruktur secara bersama-sama dengan harapan semua siswa dapat
berkontribusi secara aktif untuk dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru.
Mengenai pengelompokan dalam model pembelajaran kooperatif, Lie
62
Pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang, agama, sosial, ekonomi, etnik dan kemampuan akademik. Dalam hal keanekaragaman akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademik sedang dan satu lagi dari siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang.
Sedangkan model pembelajaran tipe TGT, menurut slavin (2005:170)
mengemukakan bahwa “ TGT terdiri dari siklus reguler dari aktivitas pengajaran,
sebagai berikut: Pengajaran; belajar tim; Turnamen; Rekognisi Tim”.
Berdasarkan beberapa kutipan diatas, maka dapat disimpulakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang
membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari latar belakang
yang berbeda baik gender, agama, sosio-ekonomi, etnik dan kemampuan
akademik yang pelaksanaannya meliputi langkah-langkah: pengajaran, belajar
tim, turnamen dan rekognisi tim.
c. Model Pembelajaran langsung (Direct Intruction)
Model pembelajaran langsung menurut Arends (1997) dalam Juliantine
(2001:31) “merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus
utuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan bertahap”. Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran langsung bertujuan untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan dengan cara selangkah
63
d. Perilaku sosial
Mengenai perilaku sosial, Maryana (2006:13) mengemukakan bahwa
“Perilaku sosial adalah suatu kegiatan yang ditampakan oleh siswa saat
berinteraksi dengan teman, baik secara individu ataupun kelompok di lingkungan
sekolah”.Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku sosial merupakan
segala aktivitas yang dilakukan siswa bersama temannya dalam lingkungan
sekolah.Yusuf (1984:75) berpendapat bahwa bentuk perilaku sosial ini dapat
dilihat berdasarkan kemampuan dalam bergaul, keterbukaan sikap,
kepemimpinan, inisiatif sosial, partisipasi dalam kegiatan kelompok, tanggung
jawab dan toleransi terhadap teman. Dari pendapat tersebut, untuk lebih jelasnya
dipaparkan dalam beberapa indikator sebagai berikut:
1) Kemampuan dalam bergaul, indikatornya antara lain:
a) Memiliki pergaulan yang luas dilingkungan sekolah,
b) Memiliki kepercayaandiri saat berinteraksi dengan teman
c) Mampu bekerjasama dengan teman sebaya.
2) Keterbukaan sikap, indikatornya antara lain:
a) Mampu menampilkan diri baik kelebihan maupun kekurangan
kepadateman-temannya,
b) Mampu bersikap jujur saat berbicara maupun bekerja
3) Kepemimpinan, indikatornya antara lain:
64
b) Memiliki kecenderunganmempengaruhi teman-temannya
4) Inisiatif sosial, indikatornya antara lain:
a) Memiliki inisiatif untuk menyelesaikan tugas kelompok
b) Mampu mengeluarkan/memberikan saran dalam menyelesaikan
masalah kelompok.
5) Partisipasi dalam kegiatan kelompok, indikatornya antara lain:
a) Terlibat dalam kegiatan organisasi disekolah,
b) Mampu aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
6) Tanggung jawab terhadap tugas, indikatornya antara lain:
a) Memiliki tanggung jawab pada tugas kelompok,
b) Mampu menyelesaikan tugas kelompok yang menjadi bagiannya
dengan baik.
7) Toleransi, indikatornya antara lain:
a) Menghargai pemikiran dan perasaan teman,
b) Menerima kelebihan dan kekurangan teman.
e. Keterampilan bermain bolavoli
Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks serta
tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, karena permainan bolavoli
membutuhkan koordinasi gerak yang baik.Pada permainan bolavoli individu
dituntut dapat mengkoordinasikan anggota tubuhnya seperti tangan, kaki, bahkan
kepala untuk menjaga agar bola tidak jatuh dilapangan permainan sendiri. Bukan
hanya mengkoordinasikan seluruh anggota tubuh, individu juga harus mampu
65
lawan sampai lawan tidak dapat mengembalikan bola. Yudiana dan Subroto
(2010:25) menjelaskan, bahwa “Permainan bolavoli adalah permainan beregu
yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari masing-masing
anggota regu.”
Adapun mengenai teknik atau keterampilan dalam permainan bolavoli,
Nuril (2007:20) menjelaskan bahwa “teknis – teknis dalam permainan bolavoli
terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block dan smash”
E. Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Bertolak dari tujuan dan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini,
maka instumen yang digunakan adalah berupates keterampilan bermain bolavoli
dan angket perilaku sosial dengan menggunakan skala Guttman dengan jawaban
Ya atau Tidak
a. Tes Keterampilan Bermain Bolavoli
Instrumen yang kedua yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan bermain bolavoli yang dikenal dengan voli game statistics yang
menggunakan cara skala rating yang biasa digunakan oleh para pelatih
FIVB(Yudiana, 2010: 103 – 105). Adapun bentunknya tesnya adalah sebagai
berikut:
Semua sampel bermain bolavoli dengan aturan, sampel yang
66
dapat melihat perbedaan secara langsung hasil dari penerapan kedua model.
Adapun cara pemberian skor pada sampel adalah sebagi berikut:
1) Servis
Cara pemberian skornya sebagai berikut:
4 = jika bola servis langsung mematikan lawan
3 = jika bola servis dapat diterima namun sulit untuk diumpankan menjadi serangan
2 = jika bolaa servis dapat diterima oleh lawan hanya dapat diumpankan untuk open spike saja
1 = jika bola diterima oleh lawan dengan baik
0 = jika bola servis mati sendiri
2) Penerimaan Servis
cara pemberian skornya sebagai berikut:
3 = jika diterima dengan sempurna dan di arahkan langsung pada pengumpan
2 = hanya dapat menerima tanpa mengarahkannya ke pengumpan
1 = jika penerima servis sulit untuk mengumpankan bola pada pengumpan.
0 = jika bola mati (tidak dapat diterima/bola keluar)
3) Spike
Cara pemberian skornya sebagai berikut:
1 = serangan mematikan lawan
0 = serangan dapat dikembalikan lawan
-1 = serangan gagal
4) Block
67
1 = dapat mematika lawan
0 = serangan dapat dikembalikan
-1 = pertahanan gagal
5) Terima serangan
Cara pemberian skornya sebagai berikut:
3 = menerima serangan secara sempurna,bola terarah ke pengumpan
2 = bola hanya dapat di umpankan untuk open spike
1 = bola sulit untuk diumpankan menjadi serangan
0 = bola gagal dimainkan atau mati
6) Umpan
Cara pemberian skornya sebagai berikut:
1 = mengumpan bola kepada penyerang dan mudah dilakukan serangan
0 = bola kurang tepat pada penyerang dan sulit untuk dilakukan serangan
-1 = bola gagal dimainkan atau mati
b. Angket perilaku sosial
Setelah melihat dimensi perilaku sosial, kemudian peneliti membuat
[image:31.595.113.483.204.535.2]beberapa pernyataan yang berkaitan dengan dimensi tersebut yang tertuang dalam
tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Intrumen Pengumpulan Data Perilaku Sosial
Aspek Indikator
Item Juml ah (+) ( - )
Kemampuan dalam bergaul
1. Memiliki pergaulan yang luas di lingkungan sekolah
[image:31.595.108.516.644.736.2]68
2. Memiliki kepercayaandiri saat berinterksi dengan teman
6,7 8,9,1 0
5
3. Mampu bekerjasama dengan teman sebaya
11,12 13,14 4
Keterbukaan sikap
1. Mampu menampilkan diri baik kelebihan, maupun kekuranganya kepada teman-temannya
15,18 16, 17
4
2. Mampu bersikap jujur saat berbicara maupun bekerja
21, 22 19, 20 4 Kepemimpinan
1. Mampu memimpin teman-temannya
24, 25
23 3
2. Memiliki kecenderungan mempengaruhi teman-temannya
26 27 2
Inisiatif sosial
1. Memiliki inisiatif untuk menyelesaikan tugas kelompok 52, 54, 56 53, 55 5
2. Mampu mengeluarkan /memberikan saran dalam meyelesaikan masalah kelompok 58, 60 57, 59 4 Partisipasi dalam kegiatan kelompok
1. Terlibat dalam organisasi sekolah
61, 63
62 3
2. Mampu aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 29, 30 28, 31, 32 5 Tanggung jawab
1. Memiliki tanggung jawab pada tugas kelompok
34, 35
33 3
2. Mampu menyelesaikan tugas kelompok yang menjadi bagiannya dengan baik
37, 38
36, 39
4
Toleransi 1. Menghargai pemikiran dan 40, 42, 43,
69
terhadap teman perasaan teman 41 44
2. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan teman
47, 48, 49, 50
45, 46, 50, 51
8
Total 33 30 63
2. Uji Coba Alat Pengumpulan Data a. Uji Validitas
Uji validitas item angket dihitung dengan terlebih dahulu dengan mencari
harga korelasi antara bagian – bagian alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor item. Adapuncaranya adalah dengan menggunakan excel.
Setalah didapat nilai korelasinya, peneliti bandingkan dengan nilai
rtabelpada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 34. Kaidah
keputusan menentukan valid atau tidaknya sebuah item berpatokan pada norma
sebagai berikut ; jika rpbis> rtabelberarti item yang dimaksud valid. Sebaliknya jika
rpbis< rtabelmaka item yang dimaksud tidak valid.
Hasil perhitungan dengan excel, maka diperoleh item yang dinyatakan
layak untuk digunakan sebanyak 45 item dari 63 item setelah disamakan dengan
dengan indeksvaliditas terentang antara 0,339 – 0,532.
b. Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukan instrumen penelitian
70
dikatakan sudah baik yaitu “apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataan” (Arikunto, 2002: 154)
Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi yang
[image:34.595.117.465.216.541.2]dikemukanan oleh Riduan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.2
Tabel 3.2
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Interval Koefisien Kriteria Keterandalan
0.80 – 1.000 Sangat tinggi
0.60 – 0.799 Tinggi
0.40 – 0.599 Cukup
0.20 – 0.399 Rendah
0.00 – 0.199 Sangat rendah
c. Teknik Pemberian Skor
1) Penyeleksian Data
Penyeleksian data bertujuan untuk menandai setiap data yang terkumpul.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Memisahkan lembar jawaban yang lengkap. Hal ini dilakukan agardalam
proses perhitungan hanya dilakukan atas data-data yangmemenuhi syarat
71
b) Memberi nomor urut pada masing-masing jawaban. Hal inidimaksudkan
untuk menghindari kekeliruan dalam penyekoran dantidak tertukar dengan
responden lain.
2) Pemberian Skor
Pemberian skor instrumen perilaku sosial siswa dengan alternatif
jawaban“ya” atau “tidak”, dengan skor :
a) Jika pernyataan positif dijawab “ya”, maka nomor tersebut diberi skor1
(satu), dan jika sebaliknya, maka diberi skor 0 (nol).
b) Jika pernyataan negatif dijawab “ya”, maka nomor jawaban diberi skor0
[image:35.595.117.513.222.586.2](nol), dan jika sebaliknya maka diberi skor 1 (satu).
Tabel 3.3
Ketentuan Pemberian Skor
Arah Pernyataan Ya Tidak
Positif 1 0
Negatif 0 1
F. Prosedur penelitian
Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Cicalengka dengan jumlah
pertemuan sebanyak 10 kali dalam 4 minggu. Dengan kata lain, penelitian ini
dilaksanakan 3 kali dalam seminggu (senin, rabu dan jumat). Menurut Neil dalam
72
four weeks program with young adult.” Hal ini senada dengan yang dikemukan
Habblinck dalam Agustan (2011:23)”frekuensi latihan paling sedikit 3 hari dalam
seminggu, baik untuk olahraga kesehatan, olahraga pendidikan, dan olahraga
prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 40 jam
tidak melakukan latihan”. Sedangkan mengenai pertemuan setiap minggunya,
Harsono (1988:194) berpendapat mengenai jumlah latihan dalam seminggu
”…..sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu misalnya senin rabu,
jum’at diselingi satu hari istirahat.”
Adapun Penelitian ini meliputi, tahap persiapan, tahap pelaksanaan
penelitian dan tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi perancangan beberapa intrumen yang
berkaitan dengan perilaku sosial dan keterampilan bermain bolavoli serta
merumuskan program pembelajaran untuk pemberian perlakuan pada sampel yang
akan diteliti.
a. Menyusun instrumen
Instumen yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu, intrumen
perilaku sosial dan instrument keterampilan bermain bolavoli. Penyusunan
interumen meliputi:
73
2) Membuat indikator (perilaku sosial dan keterampilan bermain
bolavoli)
3) Perumusan butir pernyataan
4) Pembuatan lembar observasi keterampilan bermain bolavoli
5) Pengujian insrtumen
6) Pengurutan instrumen
7) Pengkajian instrumen
8) Mempersiapkan instrumen untuk tes awal
b. Menyusun Program Pembelajaran
Pada tahap ini peneliti merumuskan program pembelajaran yang meliputi:
1) Pembuatan silabus, yang meliputi:
a) Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran.
b) Menetukan alokasi waktu.
c) Menentukan materi
d) Menentukan lokasi penelitian.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang meliputi:
a) Menentukan standar kompetensi, kompeternsi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran.
b) Menentukan sub materi
c) Menyusun skenario pembelajaran
d) Menyusun lembar obeservasi (penilaian)
74
Tabel 3.4
PROGRAM PEMBELAJARAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP PENGEMBANGAN PRILAKU SOSIAL DAN
KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI DI SMA NEGERI 1 CICALENGKA
Pertemuan Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Tempat
1-2 Pengenalan permainan bola voli
Passing bawah
Melakukan lempar tangkap bola melewati net berpasangan.
Melakukan latihan variasi passing bawah secara berpasangan dalam kelompok.
Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk,
keterampilan, kerjasama,
keberanian, toleransi dan percaya diri.
4 x 45 m Lap. Voly SMA N 1
Cicaleng ka
3-4 Passing atas Melakukan latihan kombinasi passing atas dan passing bawah.
Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk
keterampilan, kerjasama,
keberanian, toleransi dan percaya diri
4x 45 m Lap. Voly SMA N 1
Cicaleng ka
5-7 Smash Melakukan teknik dasar smash secara berpasangan atau kelompok
6 x 45 m Lap. Voly SMA N 1
75
Melakukan variasi latihan kombinasi passing bawah, passing atas dan smash secara kelompok.
Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk
keterampilan, kerjasama,
keberanian, toleransi dan percaya diri
ka
8 Servis Melakukan latihan service bawah secara berpasangan atau kelompok dengan jarak yang bervariasi
Melakukan latihan service atas secara berpasangan atau kelompok dengan jarak bervariasi
Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk
keterampilan, kerjasama,
keberanian, toleransi dan percaya diri
2 x 45 m Lap. Voly SMA N 1
Cicaleng ka
9-10 Bermain dengan
peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk kerjasama, keberanian, toleransi dan percaya diri
4 x45 m Lap. Voly SMA N 1
76
peraturan yang sesungguhnya untuk memupuk
keterampilan, kerjasama,
keberanian, toleransi, sportivitas dan percaya diri.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Melakukan tes awal
b. Menentukan kelompok sampel
c. Melakukan program penelitian sebanyak 10 kali pertemuan.
d. Melakukan tes akhir
3. Tahap penyelesaian
a. Pengelompokan data
b. Pengolahan data
c. Analisis data
G. Prosedur Pengolahan Data
1. Menghitung Rata-Rata Dan Simpangan Baku
a. Mencari nilai rata-rata (�) dari setiap data.
b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data.
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat
77
jenis statistik yang akan digunkan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji Smirnov.Karena uji
Kolmogorov-Smirnov dapat digunakan pada sampel kecil atau sedikit.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetaui apakah data yang didapat dari
hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik
yang digunkan.Uji homogenitas yang digunakan adalah levene’s test dengan
menggunakan SPSS for windowsversi20.0.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang
dibuat oleh peneliti sebelumnya.Uji hipotesi pada penelitian ini mengunakan
analisi varian multivariat. Menurut Hidayat (2011) bahwa “jika dalam variabel
independen (bebas) ada kategori dan varibel dependen (terikat) lebih dari satu,
maka dalam analisis datanya menggunakan analisis multivariat”. Adapun
analisisnya, penulis menggunakan metode komputerisasi dengan program SPSS
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….…….i
KATA PENGANTAR……….………..ii
UCAPAN TERIMA KASIH………iii
DAFTAR ISI……….……….vi
DAFTAR TABEL……….………...x
DAFTAR GAMBAR………....xii
DAFTAR GRAFIK..………...……xiii DAFTAR LAMPIRAN………...………xiv BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang………1
B. RumusanMasalah………..11
C. TujuanPenelitian………...12
D. ManfaatPenelitian……….12
BAB II TINJAUAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN TEORETIS………14
1. PendidikanJasmani………..14
2. Model-model PendidikanJasmani………...18
a. Model PembelajaranKooperatifTipe TGT………...22
b. Model PembelajaranLangsung……….….30
3. PerilakuSosial……….….34
B. KERANGKA BERPIKIR ……….………..….……48
1. Perbedaan Perilaku Sosial antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Langsung...48
2. Perbedaan Keterampilan Bermain Bolavoli antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Langsung...49
3. Perbedaan Perilaku Sosial dan Keterampilan Bermain Bolavoli antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Langsung...50
C. HIPOTESIS……….…..52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian……….…..54
B. DisaindanAlurPenelitian……….55
C. PopulasiPenelitin Dan SampelPenelitian……….58
1. Populasi..………..58
2. Sampel……….……….………58
D. VariabelPenelitiandanDefinisiOprasional……….60
1. Variabelpenelitian…..……….60
2. DefinisiOprasional………..60
E. InstrumenPenelitian……….………. 65
1. TeknikPengumpulan Data……….………..65
2. UjiCobaAlatPengumpulanDat………….……… 69
1. TahapPersiapan……….………..72
2. TahapPelaksanaan……….………..75
3. TahapPenyelesaian……….……….76
G. ProsedurPengolahan Data……… 76
1. Menghitung Rata-rata danSimpangan Baku………...76
2. UjiNormalitas Data……….77
3. UjiHomogenitas……….77
4. UjiHipotesis……….77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN………78
1. DeskripsiHasilTesAwal Dan Akhir………..78
2. UjiNormalitas Data PerilakuSosial Dan KemampuanBermainBolavoli….84 3. Uji HomogenitasSkor Rata-rata PerilakuSosial Dan Keterampilan BermainBolvoli………...86
4. UjiHipotesisTerhadapPerilakuSosial Dan KeterampilanBermain Bolavoli………87
B. PEMBAHASAN HASIL TEMUAN………..89
1. Penerapan Model PembelajaranKooperatifTipe TGT……….90
2. Penerapan Model PembelajaranLangsung………...94
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN………..…..96
B. IMPLIKASI……….97
DAFTAR PUSTAKA……….99
LAMPIRAN-LAMPIRAN