• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTTERHADAPPERILAKU SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLAVOLI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTTERHADAPPERILAKU SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLAVOLI."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nuril. (2007). PanduanOlahragaBolavoli.Surakarta : Era Pustaka.

Arikunto, S. (2002).ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta :RinekaKarya.

Depdiknas.(2008). Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E.Wallen. 1993. How to Design and Evalute Researche in Education. New York: McGraw-Hill Inc

Gerungan.(1991). PsikologiSosial.Bandung : PT Eresco.

Ghozali, Imam. (2009). AplikasiAnalisi Multivariate. Semarang: BadanPenerbitUniversitasDiponegoro.

Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-AspekPsikoligisDalam Coaching. Jakarta : CV. TambakKusuma.

Hurlock, Elizabeth B. (1994).

PsikologiPerkembanganSuatuPendekatanSepanjangRentangKehidupan.

(AlihBhasaIsiwidiyantidanSoewarjono).Jakarta :Erlangga.

HusdartadanSaputra, Yudha M. (2000).BelajarandanPembelajaran.Bandung

:UniversitasPendidikan Indonesia. Online:

http://kepelatihan.wordpress.com/2009/10/28/pengaruh-modifikasi-media-dalam-proses-pembelajran-pendidikan-jasmani-di-tingkat-sltp/.

Insani, A 1983. PrestasiBelajar Dan PerilakuSiswa Di SekolahDilihat Dari

KonsepDiriSiswa. (tidakditerbitkan). Bandung : PPB FIP IKIP.

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning.MempraktikkanCooperative learning

(2)

Lutan, Rusli.(1992). ManusiadanOlahraga.Bandung:ITB – FPOK IKIP Bandung.

Lutan, Rusli.(1997). StrataegiPembelajaranpendidikanJasmanidankesehatan.

Jakarta. DepdikbudDitjenDikti.

Lutan, Rusli. (1998). Pembaharuan Proses

pedagogikdanoptimalisasifungsisosialOlahragadanpendidikanJasmani:

SebuahrefleksiDalammasakrisis. PidatoPengukuhanJabatan Guru

BesarTetap, bandung. FPOK IKIP Bandung.

Maryana, Erma. (2006). PerilakuSosialSiswa di SekolahDasar.SkripsiPada PPB UPI Bandung; tidakditerbitkan.

Metzler.Michael W. (2000).Intructional Models For Physical Education. Georgia State university.

Nariati, Umi. (2008). Teknik-teknikAnlisisMultivariat.Yogyakarta :GrahaIlmu.

Ramdani. (2011). PengaruhModifikasiAlat Dan PeraturanPermainanDalam

Proses PembelajaranSepak Bola TerhadapHasilBelajarSiswa Di

SmaNegeri 1 Singaparna. SkripsiPada FPOK UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Riduwan.(2006). BelajarMudahPenelitianuntuk Guru, KaryawandanPenelitiPemula.Bandung :AlfabetaYusuf, Husain. 1984.

KontribusiintelegensidanHargaDiriTerhadapKualitas. Tesis (tidakditerbitkan) PerilakuSosial. Bandung :PaskaSarjana UPI.

Sarwono, S, W. (2004). PsikologiRemaja. EdisiRevisi 8. Jakarta : Raja GrafindoPustaka.

Septian.(2012).

PengaruhPendekatanBermainTerhadapHasilBelajarPermainanBolavoli.S

(3)

Slavin, Robet E (2005).Cooperative Learning.Teori,

RisetdanPraktik.Bandung:Nusa Media.

Subroto, Toto danYudiana, Yunyun.(2010). PermainanBolavoli. Bandung. FPOK UPI.

Sudjanadan Ibrahim.(2004). PenelitiandanPenelitianPendidikan.Bandung

:SinarBaruAlgesindo.

Sugiono. (2009). MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D.

Bandung:Alfabeta.

Suherman, AdangdanSartono, Hadi.(2008). PedagogiOlahraga.Bandung : FPOK UPI.

Surakhmad, W. (1998).PengantarPenelitianIlmiah. Bandung: Tarsito.

Tamura danAmung(2003:10)pendidikanJasmani di sekolah.Bandung:

DepartemenPendidikanNasional.

Tarigan, Beltasar .(2001). PermainanBolavoliUntukSekolahLuarBiasa.

Jakarta:Dedikbud.

Usman, Moh. Uzer.(2008) Menjadi Guru Profesional.Bandung :PT. RemajaRosdakarya.

Yudiana, Yunyun (2010). Model PendekatanLatihanDalamPermainanBolavoli. Jurnal: PBVSI. Sentul- Bogor.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/

http://jawharie.blogspot.com/2010/11/fase-dan-tugas-perkembangan.html

http://azuarjuliandi.com/elearning/metopel/

http://www.scribd.com/doc/77638013/UJI-F-DAN-UJI-T

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahanzaman yang terjadi di negeri ini, menuntut dunia pendidikan

melakukan perubahan untukmengatasi permasalahan-permasalahan yang ada

sebagai dampak dari perubahan tersebut.Permasalah yang terjadi bukan hanya

pada aspek ekonomi dan politik saja, tapi juga pada aspek sosial, moral, budaya

dan bahkan akhlak.Pada permasalahan sosial khususnya, sudah menunjukan

gejala-gejala yang sangat memprihatinkan.Hal ini ditunjukan dari adanya

berita-berita baik itu media cetak maupun televisi tentang penyimpangan sosial dalam

bentuk pemaksaan kehendak, pengrusakan, konflik antar kelompok dan juga

adanya perilaku kekerasan yang dilakukan masyarakat bahkan dilakukan oleh

mahasiswa yang notabenenya sebagai orang yang berilmu.

Salah satu contoh berita mengenai permasalah sosial adalah mengenai isu

kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang sedang hangat diperbincangkan,

membuat semua lapisan masyarakat turun kejalan untuk mengemukakan

aspirasinya di depan kantor wakil rakyat (DPR-MPR RI). DPR yang bertugas

sebagai wakil rakyat sepertinya sudah lupa dengan janjinya untuk selalu

menyampaikan keluhan-keluhan rakyat.Sehingga memaksa mahasiswa untuk

(6)

melakukan kekerasaan, pemaksaan, bahkan pengrusakan infrastruktur gedung

DPR.

Permasalahan lain yang menunjukan semakin miskinnya perilaku sosial

terlihat dari semakin miskinnya pengabdian, kurangnya disiplin, kurangnya sikap

saling menghormati antar sesama,tawuran antar pelajar dan juga sikap acuh tak

acuh antar teman. Hal ini sebagai tanda bahwa rasa ke-bhineka Tunggal Ika an

bangsa Indonesia yang penuh dengan persaudaraan, kepedulian, kerjasama dan

tolong-menolong dalam kehidupan masyarakat sudah tergerus oleh derasnya

perubahan zaman.

Permasalah sosial di atas tentunya akan semakin memprihatinkan jika

tidak segera ditanggulangi dari sekarang. Hal yang dapat dilakukan untuk

menekan terjadinya penyimpangan sosial adalah melalui pendidikan jasmani.

Dari isi UU pendidikan No. 20 tahun 2003 di atas dapat disimpulkan

bahwa, hasil dari proses pendidikan yang diharapkan adalah terbentuknya peserta

didik yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi sebagai pondasi utama dalam

menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain, pendidikan

merupakan alat untuk memperbaiki permasalahan sosial, moral, dan akhlak.

Dari mulai indonesia merdeka sampai dengan sekarang, dunia pendidikan

berusaha untuk selalu mejadikan manusia sebagi insan yang mempunyai sikap

sosial, moral dan akhlak yang baik. Usaha pendidikan ini terlihat dari adanya

perubahan-perubahan kurikulum dari waktu ke waktu.Pada tahun 1950kurikulum

(7)

kurikulum kewajiban belajar sekolah dasar, tahun 1968 dikenal dengan kurikulum

1968, kurikulum tahun 1975, 1991 dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA), kemudian diganti dengan kurikulum 1994, tahun 2004 dikenal dengan

KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan sekarang dikenal dengan istilah

kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Bukan hanya dunia pendidikan secara umum saja yang mengalami

perubahan dari waktu ke waktunya, pendidikan jasmanipun mengalami beberapa

perubahan. Perubahan itu dimulai dari istilah-istilah yang digunakan, yang dulu

dikenal dengan istilah gerak badan, pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan

kesehatan dan sampai dengan sekarang yang dikenal dengan pendidikan jasmani

olaharaga dan kesehatan.

Perubahan istilah di atas bukan tanpa alasan, kebutuhan-kebutuhan siswa

yang berbeda dari waktu ke waktu menuntut dilakukannya perubahan

itu.Perubahan didunia penjas itu seyogyanya bersifat menyeluruh, bukan hanya

pada istilah.Sistem, metode, model, pendekatan serta penanganan pada siswapun

tentunya perlu adanya perubahan yang disesuaikan dengan keadaan siswa yang

berbeda-beda, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.Namun

ironisnya, perubahan itu tidak di iringi dengan perubahan pola mengajar yang

dilakukan oleh guru. Penyampaian materi pendidikan jasmani saat ini masih saja

menganut cara yang dilakukan pengajar pada zaman dulu atau bersifat tradisional,

yakni mengedepankan pada keterampilan fisik dan mengesampingkan

aspek-aspek lain seperti aspek-aspek kognisi dan aspek-aspek sosial (afektif). Hal ini tentu saja akan

(8)

keterampilan sosial yang dimiliki siswa dalam menjalani hidupnya sebagai

makhluk yang berdampingan dengan orang lain. Sehingga permasalahan sosial

yang terjadi saat ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran

yang memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan

perilakusosial siswa.Pendidikan jasmani dengan kelengkapan yang dimilikinya

diharapkan mampu memberikan sumbangan yang positif tehadap pengembangan

perilaku sosial siswa.Sebagaimana yang dikemukakan Lutan (1998:1)

bahwa“tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan aspek fisik tetapi juga

aspek mental, sosial dan moral”.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Subroto (2006:6), bahwa:

Meskipun pendidikan jasmani itu merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga, namun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan jasmani bukan hanya aspek fisik, tapi lebih bersifat pedagogis proporsional. Artinya nilai-nilai pendidikan yang terkait dengan aspek intelektual, moral, sikap, keterampilan fisik dan kebugaran jasmani serta etika dikembangkan secara selaras, seimbang dan serasi.

Dari kedua kutipan di atas, maka jelas bahwa tujuan utama pendidikan

jasmani bukan hanya pada aspek fisik saja, tapi aspek kognitif, sosial, moral dan

mentalpun ikut dikembangkan secara seimbang.

Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan

yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai

ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan

(9)

kemampuan sosial seperti mampu bertanggung jawab, kerjasama, saling

menghargai dan lain-lain.

Agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik,

tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menyampaikan suatu

materi.Diantaranya adalah dengan menciptakan kondisi belajar kondusif.

Usman (2008:21) berpendapat bahwa:

Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima variable yang menentukan keberhasilan siswa, yaitu melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, memperhatikan kemampuan siswa dan menggunakan alat peraga yang tepat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dituntut harus mampu

menciptakan kondisi belajar yang dapat membuat siswa tertarik untuk mengikuti

proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Salah satu caranya adalah dengan

mengunakan model pembelajaran.

Menurut burden dan Byrd dalam Juliantine (2011:8) menyatakan bahwa:

Model pembalajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pendapat diatas senada dengan pendapat Knirk dan Gustafon dalam

Juliantine (2011:8), yaitu:

(10)

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu rancangan yang menggambarkan prosedur yang

sistematis yang dibuat guru agar proses kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

Setiap model pembelajaran memiliki karakter dan tujuan yang

berbeda-beda.Ada model yang berpusat pada guru, ada model yang menekankan pada

pemahaman konsep bermain dan ada juga yang menekankan pada keterampilan

gerak.Berdasarkan literatur yang penulis temukan, model pembelajaran yang

dianggap dapat mengembangkan perilaku sosial siswa diantaranya adalah dengan

model pembelajaran kooperatif.

Eggen dan Kauchak berpendapat dalamJuliantine(2011:52), bahwa:

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

sedangkanRoger, dkkdalamHuda (2011: 29), berpendapat bahwa:

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitaspembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Dari kedua pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan

kerjasama antar siswa dan siswa berusaha meningkatkan kemampuan individu

(11)

suasana saling menghargai, menolong, mengkoreksi, dan saling mendorong antar

siswa dalam suatu kelompok.

Sedangkan mengenai pengaturan kelompok dalam model pembelajaran

kooperatif, Lie (2010:41) mengemukakan sebagai berikut:

Pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang, agama, sosial, ekonomi, etnik dan kemampuan akademik. Dalam hal keanekaragaman akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademik sedang dan satu lagi dari siswa yang memiliki kemampuan akademikkurang.

Dari pendapat di atas, dapat dijelasakan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang membagi siswanya ke dalam

beberapa kelompok kecil yang terdiri dari latar belakang yang berbeda baik itu

jenis kelamin, agama, sosio-ekonomi, suku maupun kemampuan akademik.

Model pembelajaran ini tentu saja berbeda dengan model pembelajaran yang

sering digunakan oleh guru saat ini. Pembelajaran sering dilakukan secara

langsung atau lebih dikenal dengan istilah direct intruction dan pengelompokan

siswa dilakukan secara homogen.

Beberapa kelebihan dari pengelompokan secara heterogen menurut Lie

(2010:43), adalah sebagai berikut:

(12)

kelompok heterogen memudahkan pengolalaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapat satu asisten.

Mengingat model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe dan

karakteristik yang berbeda-beda,maka dari itu penulis memilih tipe Teams game

tournament (TGT) dalam melakukan penelitian ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan tipe dimana setiap

orang dalam satu tim saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, yakni

memenangkan suatu pertandingan. Adapun menurut Slavin (2005:170) komponen

tipe TGT antara lain: “Pengajaran; Belajar tim; Turnamen dan Rekognisi tim”

Pengajaran meliputi pemberian intruksi, materi, demonstrasi, tugas serta

arahan dari guru yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Belajar tim, yaitu

proses pengulangan dan latihan secara bersama-sama sesuai dengan tugas yang

diberikan guru. Turnamen, yaitu suatu kondisi dimana semua siswa dalam

kelompok diuji kemampuannya dalam suatu pertandingan melawan kelompok lain

dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tiap kelompok. Rekognisi tim, yaitu

pemberian penghargaan pada kelompok pemenang dalam suatu pertandingan yang

didasarkan pada skor atau nilai yang diperoleh.

Melalui langkah-langkah pembelajaran di atas, akan memungkinkan

terciptanya kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi

antara siswa satu dengan siswa yang lain. Dalam proses interaksi yang terjadi

dalam proses pembelajaran itulah diharapkan terbinanya sikap sosial. Siswa yang

memiliki kemampuan yang tinggi bersedia untuk membantu siswa lain dalam

(13)

memiliki kemampuan yang rendah tidak akan leluasa meminta bimbingan dari

temannya tanpa rasa canggung karena usia mereka yang relatif sama. Sebagimana

dikemukakan Djamarah dan Zain (2002:64) bahwa:

Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelopok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan ikhas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder.

Selain itu dengan adanya kompetisi dalam proses pembelajaran, siswa

akanmempersiapkan timnya dan saling bekerjasama agar dapat memenangkan

suatu pertandingan. Dalam kondisi seperti itu akan terciptanya budaya saling

membantu dan saling ketergantungan antar siswa satu dengan yang lainnya. Hal

tersebut diharapkan akan memberikan kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk

sosial tidak dapat hidup sendiri, mereka membutuhkan orang lain untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah

dan zain (2002:64), bahwa:

Hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.

Berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ruang lingkup

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi:

(14)

2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya

3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya

4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya

5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya

6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung

7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, semua aspek yang berkenaan dengan kesehatan seperti pencegaha dan pertolongan cedera dan lain-lain.

Dari macam-macam materi di atas, penulis memilih permainan bolavoli

sebagai alat dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam

penelitian yang akan penulis lakukan. Permainan bolavolipada dasarnya

merupakan permainan tim yang dilakukan oleh 6 orang dengan posisi yang

berbeda-beda yang menuntut kerjasama antar tim untuk mengembalikan bola ke

daerah permainan lawan sampai lawan tidak mampu mengembalikan bola.hal ini

sesuai dengan yang dijelaskan Tarigan (2001:4), bahwa “Prinsip bermain bolavoli

adalah menjaga bola jangan sampai jatuh dilapangan sendiri dan berusaha

menjatuhkan bola di lapangan lawan”. Sehubungan dengan itu, Yudiana dan

Subroto (2010:25) menjelaskan bahwa “Permainan bolavoli adalah permainan

beregu yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari

masing-masing anggota regu”.Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimbulkan

bahwa permainan bolavoli tidak dapat dilakukan secara sendirian (individu), perlu

adanya siswa lain untuk dapat saling membantu untuk menahan bola agar tidak

(15)

Pada prakteknya, siswa akan diajak untuk dapat belajar mengembangkan

perilaku sosial dalam suasana bermain. Sehingga kegiatan belajar mengajar

menjadi lebih menyenangkan dan pada akhirnya, siswa secara tidak sadar perilaku

sosial siswa dan keterampilan bermain bolavolinya akan berkembang.

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, mendorong penulis untuk

mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT agar masalah-masalah di atas dapat terpecahkan. Maka dari

itu penulis mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team-Game-TournamentTerhadap PerilakuSosial dan Keterampilan

Bermain Bolavoli”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka

perlu adanya uji coba suatu model pembelajaran dalam kaitannya dengan

pengembangan sikap sosial. Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang

masalah, model yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan perilaku sosial antara model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung?

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan bermain bolavoli antara model

(16)

3. Apakah terdapat perbedaan perilaku sosial dan keterampilan bermain

bolavoli antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model

pembelajaran langsung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui perbedaan perilaku sosial antara model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung.

2. Ingin mengetahui perbedaan keterampilan bermain bolavoli antara model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung.

3. Ingin mengetahui perbedaan perilaku sosial dan keterampilan bermain

bolavoli antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model

pembelajaran langsung.

D. Manfaat Penelitian

Setiap sesuatu yang penulis buat, tentunya ingin bermanfaat khususnya

bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca sekalian demi upaya

meningkatkan kualitas penjas disekolah-sekolah. Adapun manfaat yang dapat

diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis:

a. Sebagai penguat teori-teori yang telah ada.

(17)

2. Secara praktis:

a. Bilamana hasil penelitian ternyata sesuai dengan apa yang diharapkan,

maka guru atau pengajar akan dapat memanfaatkan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas belajar

siswa dalam hal meningkatkan keterampilan bermain bolavoli.

b. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan bahan rujukan bagi para guru

dalam usaha meningkatkan kualitas SDM pada kegiatan KBM.

c. Menyumbangkan pemikiran pada pengajar yang berada di lingkungan

sekolah tentang manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

d. Dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani dalam

(18)

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk

memperolehdata, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan

metode dalampelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam

menggunakanmetode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan

yang diinginkan. Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada

permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode

dilihat dari efektifitasnya,efisiensinya dan relevansinya metode tersebut. Suatu

metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya

perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.Sedangkan suatu metode

dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat

dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang maksimal.

Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan

dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi pengyimpangan.Ada beberapa

macam metode yang digunakan dalam penelitian, diantaranya metode historis,

deskriptif, dan eksperimen.Metode yang penulis gunakan adalah metode

eksperimen.

Mengenai metode eksperimen dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim

(19)

55

Penelitian eksperimen sederhana mengandung tiga ciri pokok, yaitu 1).Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan, 2). Adanya pengendalian atau pengontrol semua variabel lain kecuali variabel bebas, 3). Adanya pengamatan atau penggunaan terhadap variabel terikat sebagai efek dari variabel bebas.

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa

eksperimen adalah kegiatan dalam penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan

fakta-fakta atau informasi dari data yang terkumpul serta menguji hipotesis

sehingga mendapat hasil yang berguna dari persoalan yang dibahas.

B. Disain dan Alur Penelitian

Disain penelitian adalah rencana kerja dari suatu pola penelitian yang

dapat mempermudah dan memperjelas perumusan prosedur penelitian yang

dilakukan. Dalam disain penelitian ini, akan dijabarkan semua prosedur penelitian

dimulai dari cara pengambilan data, penentuan objek, waktu pelaksanaan dan juga

alur penelitian.

Metode penelitian terdiri dari tiga disain yang sering digunakan dalam

proses penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990:153), bahwa:

“ada tiga disain eksperimen yang lazim dikenal dalampenelitian terutama dalam

menghadapi manusia sebagai objek : 1 teknik unit tunggal, (2) teknik unit pararel,

(3) teknik unit rotasi”.

Dalam unit tunggal, proses penelitian dilakukan dengan memasukan atau

menggunakan variabel-variabel tertentu pada suatu kelompok dan mencoba

mengukur nilai-nilai pengaruh pemasukan atau peniadaan variabel tetentu itu.

(20)

56

satu menjadi unit eksperimen dan yang lainnya menjadi unit kontrol atau

pembanding. Sehingga dapat diketahui pengaruh percobaan yang dilakukan

dengan membandingkan antara unit eksperimen dan unit kontrol.Dalam unit

rotasi, proses penelitian memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok

untuk menjadi dua unit eksperimen.

Berdasarkan jenis desain tersebut, dalam penelitian ini penulis

menggunakan disain eksperimen dengan teknik unit paralel, karena dalam proses

penelitian ini penulis menghadapi dua kelompok sampel, yaitu satu merupakan

kelompok eksperimen dan yang lainnya menjadi kelompok kontrol atau

pembanding.

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu pola atau desain

penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan

penelitian dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya.

Desain eksperimen merupakan bagian dari desain penelitian.Mengenai

desain eksperimen, Sudjana (1992:1) menjelaskan “desain eksperimen yaitu suatu

rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul

terdefinisikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau yang

diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat terkumpul”.

Adapun fungsi dari desain eksperimen menurut Sudjana dan Ibrahim

(1989:31), sebagai berikut:

(21)

57

1. Memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian.

2. Memungkinkan penelitian membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis data secara statistika.

Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan

sebelumnya, yaitu ingin mengungkapkan pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada permainan bolavoli terhadapperilaku sosial dan

keterampilan bermain bolavoli, maka metode dalam penelitian ini adalah metode

true ekperimen dengan disain yang digunanakan adalah randomeized

pretest-posttest goup design, sebagaimana terlihat dalam gambar 3.1.

Gambar 3.1

Randomeized Pretest-Posttest Group Design

(Fraenkel dan Wallen,1993:248)

Keterangan :

R : Pemilihan kelompok yang masing-masing dilakukan secara random

O1 :Tes awal terhadap terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X1 :Perlakukan terhadap kelompok eksperimen dengan model pembelajaran

(22)

58

X2 :Perlakuan terhadap kelompok kontrol dengan menggunakan model

pembelajaran langsung

O2 :Tes akhir

C. Populasi Penelitian Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Setiap penelitian yang dilaksanakan oleh seorang peneliti terlebih dahulu

perlu menentukan populasi yang dapat dijadikan sebagai sumber data untuk

keperluan penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk manusia, nilai-nilai

dokumen dan peristiwa yang dijadikan objek penelitian.

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek

yang mempunyai sifat umum. Dalam hal ini Arikunto (1998:102) menjelaskan

sebagai berikut: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Sesuai pendapat

diatas populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

SMA Negeri 1 Cicalengka kabupaten Bandung.Populasi yang dimaksud tersebar

dalam sepuluh kelas dari X-1 sampai X-10.

2. Sampel

Dalam penelitian ini tidak semua siswa dijadikan objek penelitian, tetapi

hanya sebagian saja dari populasi yang disebut sampel.Mengenai sampel Arikunto

(1992:104) menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil

(23)

59

bahwa “sampel ada sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan

populasi”.

Adapun cara pengambilan sampel yang dilakukan peneliti dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus faktorial.Menurut Supranto

(2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap, acak

kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:

� −1 � −1 ≥15

Dimana :

t = Jumlah perlakuan

r = Jumlah sampel

2−1 � −1 ≥15

1 � −1 ≥15

� ≥16

Berdasarkan perhitungan rumus faktorial sampel yang digunakan adalah

16 siswa untuk satu perlakuan. Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan

sampel sebanyak 36 dengan rincian 16 siswa ditambah 2 siswa cadangan sebagai

grup yang di beri perlakuan model pembelajaran kooperatip tipe TGT dan 16

siswa ditambah 2 cadangan sebagai grup kontrol atau yang menggunakan model

(24)

60

D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu 1 variabel bebas

(independent),2 variabel terikat (dependent) dan 1 variabel kontrol. Berkenaan

dengan kedua variabel tersebut, sugiono (2009:39) mengemukakan sebagai

berikut:

Variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab berubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen: sering disebut sebagai variabel output, atau yang menjadi akibat, karena adaknya variabel bebas.

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan, bahwa variabel bebas merupakan

variabel stimulus yang mempengaruhi variabel terikat dalam suatu

penelitian.Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

akibat dari varibel bebas.Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran

langsung.Sedangkan variabel terikatnya adalah perilakusosial dan keterampilan

bermain bolavoli.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang perlu dijelaskan

sebagai pedoman dalam oprasionalnya.Sehingga tidak menimbulkan

penafsiran-penafsiran yang keliru yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian

(25)

61

a. Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, model merupkan salah

satu rencana guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Model pembelajaran

disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar, baik itu siswa, materi maupun

fasilitas yang ada.Model pembelajaran menurut Husdarta dan Yuda (2000:35),

“merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran.

Dengan kata lain model pembelajaran dapat diartikan sebuah perencanaan yang

dibuat untuk proses pembelajaran”.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Lie (2002) dalam Juliantine (2011:57) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong-royong adalah sistem pengajran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur.”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penyelesaian

tugas terstruktur secara bersama-sama dengan harapan semua siswa dapat

berkontribusi secara aktif untuk dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru.

Mengenai pengelompokan dalam model pembelajaran kooperatif, Lie

(26)

62

Pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang, agama, sosial, ekonomi, etnik dan kemampuan akademik. Dalam hal keanekaragaman akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademik sedang dan satu lagi dari siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang.

Sedangkan model pembelajaran tipe TGT, menurut slavin (2005:170)

mengemukakan bahwa “ TGT terdiri dari siklus reguler dari aktivitas pengajaran,

sebagai berikut: Pengajaran; belajar tim; Turnamen; Rekognisi Tim”.

Berdasarkan beberapa kutipan diatas, maka dapat disimpulakan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang

membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari latar belakang

yang berbeda baik gender, agama, sosio-ekonomi, etnik dan kemampuan

akademik yang pelaksanaannya meliputi langkah-langkah: pengajaran, belajar

tim, turnamen dan rekognisi tim.

c. Model Pembelajaran langsung (Direct Intruction)

Model pembelajaran langsung menurut Arends (1997) dalam Juliantine

(2001:31) “merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus

utuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan bertahap”. Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran langsung bertujuan untuk membantu siswa mempelajari

keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan dengan cara selangkah

(27)

63

d. Perilaku sosial

Mengenai perilaku sosial, Maryana (2006:13) mengemukakan bahwa

“Perilaku sosial adalah suatu kegiatan yang ditampakan oleh siswa saat

berinteraksi dengan teman, baik secara individu ataupun kelompok di lingkungan

sekolah”.Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku sosial merupakan

segala aktivitas yang dilakukan siswa bersama temannya dalam lingkungan

sekolah.Yusuf (1984:75) berpendapat bahwa bentuk perilaku sosial ini dapat

dilihat berdasarkan kemampuan dalam bergaul, keterbukaan sikap,

kepemimpinan, inisiatif sosial, partisipasi dalam kegiatan kelompok, tanggung

jawab dan toleransi terhadap teman. Dari pendapat tersebut, untuk lebih jelasnya

dipaparkan dalam beberapa indikator sebagai berikut:

1) Kemampuan dalam bergaul, indikatornya antara lain:

a) Memiliki pergaulan yang luas dilingkungan sekolah,

b) Memiliki kepercayaandiri saat berinteraksi dengan teman

c) Mampu bekerjasama dengan teman sebaya.

2) Keterbukaan sikap, indikatornya antara lain:

a) Mampu menampilkan diri baik kelebihan maupun kekurangan

kepadateman-temannya,

b) Mampu bersikap jujur saat berbicara maupun bekerja

3) Kepemimpinan, indikatornya antara lain:

(28)

64

b) Memiliki kecenderunganmempengaruhi teman-temannya

4) Inisiatif sosial, indikatornya antara lain:

a) Memiliki inisiatif untuk menyelesaikan tugas kelompok

b) Mampu mengeluarkan/memberikan saran dalam menyelesaikan

masalah kelompok.

5) Partisipasi dalam kegiatan kelompok, indikatornya antara lain:

a) Terlibat dalam kegiatan organisasi disekolah,

b) Mampu aktif dalam kegiatan diskusi kelompok

6) Tanggung jawab terhadap tugas, indikatornya antara lain:

a) Memiliki tanggung jawab pada tugas kelompok,

b) Mampu menyelesaikan tugas kelompok yang menjadi bagiannya

dengan baik.

7) Toleransi, indikatornya antara lain:

a) Menghargai pemikiran dan perasaan teman,

b) Menerima kelebihan dan kekurangan teman.

e. Keterampilan bermain bolavoli

Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks serta

tidak mudah dilakukan oleh setiap orang, karena permainan bolavoli

membutuhkan koordinasi gerak yang baik.Pada permainan bolavoli individu

dituntut dapat mengkoordinasikan anggota tubuhnya seperti tangan, kaki, bahkan

kepala untuk menjaga agar bola tidak jatuh dilapangan permainan sendiri. Bukan

hanya mengkoordinasikan seluruh anggota tubuh, individu juga harus mampu

(29)

65

lawan sampai lawan tidak dapat mengembalikan bola. Yudiana dan Subroto

(2010:25) menjelaskan, bahwa “Permainan bolavoli adalah permainan beregu

yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian dari masing-masing

anggota regu.”

Adapun mengenai teknik atau keterampilan dalam permainan bolavoli,

Nuril (2007:20) menjelaskan bahwa “teknis – teknis dalam permainan bolavoli

terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block dan smash”

E. Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Bertolak dari tujuan dan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka instumen yang digunakan adalah berupates keterampilan bermain bolavoli

dan angket perilaku sosial dengan menggunakan skala Guttman dengan jawaban

Ya atau Tidak

a. Tes Keterampilan Bermain Bolavoli

Instrumen yang kedua yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes

keterampilan bermain bolavoli yang dikenal dengan voli game statistics yang

menggunakan cara skala rating yang biasa digunakan oleh para pelatih

FIVB(Yudiana, 2010: 103 – 105). Adapun bentunknya tesnya adalah sebagai

berikut:

Semua sampel bermain bolavoli dengan aturan, sampel yang

(30)

66

dapat melihat perbedaan secara langsung hasil dari penerapan kedua model.

Adapun cara pemberian skor pada sampel adalah sebagi berikut:

1) Servis

Cara pemberian skornya sebagai berikut:

4 = jika bola servis langsung mematikan lawan

3 = jika bola servis dapat diterima namun sulit untuk diumpankan menjadi serangan

2 = jika bolaa servis dapat diterima oleh lawan hanya dapat diumpankan untuk open spike saja

1 = jika bola diterima oleh lawan dengan baik

0 = jika bola servis mati sendiri

2) Penerimaan Servis

cara pemberian skornya sebagai berikut:

3 = jika diterima dengan sempurna dan di arahkan langsung pada pengumpan

2 = hanya dapat menerima tanpa mengarahkannya ke pengumpan

1 = jika penerima servis sulit untuk mengumpankan bola pada pengumpan.

0 = jika bola mati (tidak dapat diterima/bola keluar)

3) Spike

Cara pemberian skornya sebagai berikut:

1 = serangan mematikan lawan

0 = serangan dapat dikembalikan lawan

-1 = serangan gagal

4) Block

(31)

67

1 = dapat mematika lawan

0 = serangan dapat dikembalikan

-1 = pertahanan gagal

5) Terima serangan

Cara pemberian skornya sebagai berikut:

3 = menerima serangan secara sempurna,bola terarah ke pengumpan

2 = bola hanya dapat di umpankan untuk open spike

1 = bola sulit untuk diumpankan menjadi serangan

0 = bola gagal dimainkan atau mati

6) Umpan

Cara pemberian skornya sebagai berikut:

1 = mengumpan bola kepada penyerang dan mudah dilakukan serangan

0 = bola kurang tepat pada penyerang dan sulit untuk dilakukan serangan

-1 = bola gagal dimainkan atau mati

b. Angket perilaku sosial

Setelah melihat dimensi perilaku sosial, kemudian peneliti membuat

[image:31.595.113.483.204.535.2]

beberapa pernyataan yang berkaitan dengan dimensi tersebut yang tertuang dalam

tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Intrumen Pengumpulan Data Perilaku Sosial

Aspek Indikator

Item Juml ah (+) ( - )

Kemampuan dalam bergaul

1. Memiliki pergaulan yang luas di lingkungan sekolah

[image:31.595.108.516.644.736.2]
(32)

68

2. Memiliki kepercayaandiri saat berinterksi dengan teman

6,7 8,9,1 0

5

3. Mampu bekerjasama dengan teman sebaya

11,12 13,14 4

Keterbukaan sikap

1. Mampu menampilkan diri baik kelebihan, maupun kekuranganya kepada teman-temannya

15,18 16, 17

4

2. Mampu bersikap jujur saat berbicara maupun bekerja

21, 22 19, 20 4 Kepemimpinan

1. Mampu memimpin teman-temannya

24, 25

23 3

2. Memiliki kecenderungan mempengaruhi teman-temannya

26 27 2

Inisiatif sosial

1. Memiliki inisiatif untuk menyelesaikan tugas kelompok 52, 54, 56 53, 55 5

2. Mampu mengeluarkan /memberikan saran dalam meyelesaikan masalah kelompok 58, 60 57, 59 4 Partisipasi dalam kegiatan kelompok

1. Terlibat dalam organisasi sekolah

61, 63

62 3

2. Mampu aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 29, 30 28, 31, 32 5 Tanggung jawab

1. Memiliki tanggung jawab pada tugas kelompok

34, 35

33 3

2. Mampu menyelesaikan tugas kelompok yang menjadi bagiannya dengan baik

37, 38

36, 39

4

Toleransi 1. Menghargai pemikiran dan 40, 42, 43,

(33)

69

terhadap teman perasaan teman 41 44

2. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan teman

47, 48, 49, 50

45, 46, 50, 51

8

Total 33 30 63

2. Uji Coba Alat Pengumpulan Data a. Uji Validitas

Uji validitas item angket dihitung dengan terlebih dahulu dengan mencari

harga korelasi antara bagian – bagian alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah

tiap skor item. Adapuncaranya adalah dengan menggunakan excel.

Setalah didapat nilai korelasinya, peneliti bandingkan dengan nilai

rtabelpada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 34. Kaidah

keputusan menentukan valid atau tidaknya sebuah item berpatokan pada norma

sebagai berikut ; jika rpbis> rtabelberarti item yang dimaksud valid. Sebaliknya jika

rpbis< rtabelmaka item yang dimaksud tidak valid.

Hasil perhitungan dengan excel, maka diperoleh item yang dinyatakan

layak untuk digunakan sebanyak 45 item dari 63 item setelah disamakan dengan

dengan indeksvaliditas terentang antara 0,339 – 0,532.

b. Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukan instrumen penelitian

(34)

70

dikatakan sudah baik yaitu “apabila datanya memang benar sesuai dengan

kenyataan” (Arikunto, 2002: 154)

Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi yang

[image:34.595.117.465.216.541.2]

dikemukanan oleh Riduan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.2

Tabel 3.2

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Interval Koefisien Kriteria Keterandalan

0.80 – 1.000 Sangat tinggi

0.60 – 0.799 Tinggi

0.40 – 0.599 Cukup

0.20 – 0.399 Rendah

0.00 – 0.199 Sangat rendah

c. Teknik Pemberian Skor

1) Penyeleksian Data

Penyeleksian data bertujuan untuk menandai setiap data yang terkumpul.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Memisahkan lembar jawaban yang lengkap. Hal ini dilakukan agardalam

proses perhitungan hanya dilakukan atas data-data yangmemenuhi syarat

(35)

71

b) Memberi nomor urut pada masing-masing jawaban. Hal inidimaksudkan

untuk menghindari kekeliruan dalam penyekoran dantidak tertukar dengan

responden lain.

2) Pemberian Skor

Pemberian skor instrumen perilaku sosial siswa dengan alternatif

jawaban“ya” atau “tidak”, dengan skor :

a) Jika pernyataan positif dijawab “ya”, maka nomor tersebut diberi skor1

(satu), dan jika sebaliknya, maka diberi skor 0 (nol).

b) Jika pernyataan negatif dijawab “ya”, maka nomor jawaban diberi skor0

[image:35.595.117.513.222.586.2]

(nol), dan jika sebaliknya maka diberi skor 1 (satu).

Tabel 3.3

Ketentuan Pemberian Skor

Arah Pernyataan Ya Tidak

Positif 1 0

Negatif 0 1

F. Prosedur penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Cicalengka dengan jumlah

pertemuan sebanyak 10 kali dalam 4 minggu. Dengan kata lain, penelitian ini

dilaksanakan 3 kali dalam seminggu (senin, rabu dan jumat). Menurut Neil dalam

(36)

72

four weeks program with young adult.” Hal ini senada dengan yang dikemukan

Habblinck dalam Agustan (2011:23)”frekuensi latihan paling sedikit 3 hari dalam

seminggu, baik untuk olahraga kesehatan, olahraga pendidikan, dan olahraga

prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 40 jam

tidak melakukan latihan”. Sedangkan mengenai pertemuan setiap minggunya,

Harsono (1988:194) berpendapat mengenai jumlah latihan dalam seminggu

”…..sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu misalnya senin rabu,

jum’at diselingi satu hari istirahat.”

Adapun Penelitian ini meliputi, tahap persiapan, tahap pelaksanaan

penelitian dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi perancangan beberapa intrumen yang

berkaitan dengan perilaku sosial dan keterampilan bermain bolavoli serta

merumuskan program pembelajaran untuk pemberian perlakuan pada sampel yang

akan diteliti.

a. Menyusun instrumen

Instumen yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu, intrumen

perilaku sosial dan instrument keterampilan bermain bolavoli. Penyusunan

interumen meliputi:

(37)

73

2) Membuat indikator (perilaku sosial dan keterampilan bermain

bolavoli)

3) Perumusan butir pernyataan

4) Pembuatan lembar observasi keterampilan bermain bolavoli

5) Pengujian insrtumen

6) Pengurutan instrumen

7) Pengkajian instrumen

8) Mempersiapkan instrumen untuk tes awal

b. Menyusun Program Pembelajaran

Pada tahap ini peneliti merumuskan program pembelajaran yang meliputi:

1) Pembuatan silabus, yang meliputi:

a) Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan

tujuan pembelajaran.

b) Menetukan alokasi waktu.

c) Menentukan materi

d) Menentukan lokasi penelitian.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang meliputi:

a) Menentukan standar kompetensi, kompeternsi dasar, indikator dan

tujuan pembelajaran.

b) Menentukan sub materi

c) Menyusun skenario pembelajaran

d) Menyusun lembar obeservasi (penilaian)

(38)
[image:38.595.109.500.194.756.2]

74

Tabel 3.4

PROGRAM PEMBELAJARAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP PENGEMBANGAN PRILAKU SOSIAL DAN

KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI DI SMA NEGERI 1 CICALENGKA

Pertemuan Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Tempat

1-2  Pengenalan permainan bola voli

 Passing bawah

Melakukan lempar tangkap bola melewati net berpasangan.

Melakukan latihan variasi passing bawah secara berpasangan dalam kelompok.

Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk,

keterampilan, kerjasama,

keberanian, toleransi dan percaya diri.

4 x 45 m Lap. Voly SMA N 1

Cicaleng ka

3-4 Passing atas Melakukan latihan kombinasi passing atas dan passing bawah.

Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk

keterampilan, kerjasama,

keberanian, toleransi dan percaya diri

4x 45 m Lap. Voly SMA N 1

Cicaleng ka

5-7 Smash Melakukan teknik dasar smash secara berpasangan atau kelompok

6 x 45 m Lap. Voly SMA N 1

(39)

75

Melakukan variasi latihan kombinasi passing bawah, passing atas dan smash secara kelompok.

Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk

keterampilan, kerjasama,

keberanian, toleransi dan percaya diri

ka

8 Servis Melakukan latihan service bawah secara berpasangan atau kelompok dengan jarak yang bervariasi

Melakukan latihan service atas secara berpasangan atau kelompok dengan jarak bervariasi

Bermain dengan peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk

keterampilan, kerjasama,

keberanian, toleransi dan percaya diri

2 x 45 m Lap. Voly SMA N 1

Cicaleng ka

9-10 Bermain dengan

peraturan yang dimodifikasi untuk memupuk kerjasama, keberanian, toleransi dan percaya diri

4 x45 m Lap. Voly SMA N 1

(40)

76

peraturan yang sesungguhnya untuk memupuk

keterampilan, kerjasama,

keberanian, toleransi, sportivitas dan percaya diri.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Melakukan tes awal

b. Menentukan kelompok sampel

c. Melakukan program penelitian sebanyak 10 kali pertemuan.

d. Melakukan tes akhir

3. Tahap penyelesaian

a. Pengelompokan data

b. Pengolahan data

c. Analisis data

G. Prosedur Pengolahan Data

1. Menghitung Rata-Rata Dan Simpangan Baku

a. Mencari nilai rata-rata (�) dari setiap data.

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data.

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat

(41)

77

jenis statistik yang akan digunkan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan

pada penelitian ini adalah uji Smirnov.Karena uji

Kolmogorov-Smirnov dapat digunakan pada sampel kecil atau sedikit.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetaui apakah data yang didapat dari

hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik

yang digunkan.Uji homogenitas yang digunakan adalah levene’s test dengan

menggunakan SPSS for windowsversi20.0.

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang

dibuat oleh peneliti sebelumnya.Uji hipotesi pada penelitian ini mengunakan

analisi varian multivariat. Menurut Hidayat (2011) bahwa “jika dalam variabel

independen (bebas) ada kategori dan varibel dependen (terikat) lebih dari satu,

maka dalam analisis datanya menggunakan analisis multivariat”. Adapun

analisisnya, penulis menggunakan metode komputerisasi dengan program SPSS

(42)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….…….i

KATA PENGANTAR……….………..ii

UCAPAN TERIMA KASIH………iii

DAFTAR ISI……….……….vi

DAFTAR TABEL……….………...x

DAFTAR GAMBAR………....xii

DAFTAR GRAFIK..………...……xiii DAFTAR LAMPIRAN………...………xiv BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang………1

B. RumusanMasalah………..11

C. TujuanPenelitian………...12

D. ManfaatPenelitian……….12

BAB II TINJAUAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN TEORETIS………14

1. PendidikanJasmani………..14

2. Model-model PendidikanJasmani………...18

a. Model PembelajaranKooperatifTipe TGT………...22

b. Model PembelajaranLangsung……….….30

3. PerilakuSosial……….….34

(43)

B. KERANGKA BERPIKIR ……….………..….……48

1. Perbedaan Perilaku Sosial antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Langsung...48

2. Perbedaan Keterampilan Bermain Bolavoli antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Langsung...49

3. Perbedaan Perilaku Sosial dan Keterampilan Bermain Bolavoli antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Langsung...50

C. HIPOTESIS……….…..52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian……….…..54

B. DisaindanAlurPenelitian……….55

C. PopulasiPenelitin Dan SampelPenelitian……….58

1. Populasi..………..58

2. Sampel……….……….………58

D. VariabelPenelitiandanDefinisiOprasional……….60

1. Variabelpenelitian…..……….60

2. DefinisiOprasional………..60

E. InstrumenPenelitian……….………. 65

1. TeknikPengumpulan Data……….………..65

2. UjiCobaAlatPengumpulanDat………….……… 69

(44)

1. TahapPersiapan……….………..72

2. TahapPelaksanaan……….………..75

3. TahapPenyelesaian……….……….76

G. ProsedurPengolahan Data……… 76

1. Menghitung Rata-rata danSimpangan Baku………...76

2. UjiNormalitas Data……….77

3. UjiHomogenitas……….77

4. UjiHipotesis……….77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN………78

1. DeskripsiHasilTesAwal Dan Akhir………..78

2. UjiNormalitas Data PerilakuSosial Dan KemampuanBermainBolavoli….84 3. Uji HomogenitasSkor Rata-rata PerilakuSosial Dan Keterampilan BermainBolvoli………...86

4. UjiHipotesisTerhadapPerilakuSosial Dan KeterampilanBermain Bolavoli………87

B. PEMBAHASAN HASIL TEMUAN………..89

1. Penerapan Model PembelajaranKooperatifTipe TGT……….90

2. Penerapan Model PembelajaranLangsung………...94

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN………..…..96

B. IMPLIKASI……….97

(45)

DAFTAR PUSTAKA……….99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar

Randomeized Pretest-Posttest Group DesignGambar 3.1
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Intrumen Pengumpulan Data Perilaku Sosial
Tabel 3.2 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Tabel 3.3 Ketentuan Pemberian Skor
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sebuah penelitian diperlukan metode yang tepat dan sesuai dengan.. masalah dan tujuan yang akan

*) Diisi apabila penyerahan menggunakan mata uang asing **) Coret yang tidak perlu.

Judul : Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kerbau dan Dosis Pupuk Anorganik Terhadap Hara N, P, K Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).. Nama :

 Repo SBSN OPT Syariah adalah transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu

Usaha dalam mengatasi masalah tersebut, adalah dengan menerapkan metode Gasing (Gampang, Asyik dan Menyenangkan) untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa seoklah

Nilai Adjusted R Square yang didapat dari hasil pengujian Koefisien Determinan (R 2 ) terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,398 menjelaskan bahwa 39,8% kepuasan pelanggan

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini dilengkapi model, dan hasil uji kelayakan model regresi mengungkapkan bahwa

Untuk itu, kemampuan berpikir matematis siswa yang dideskripsikan sebagai berikut: (1) tahap identifikasi masalah, dilakukan dengan mengungkap unsur-unsur yang