IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK
DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR
(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani
Oleh :
MOCH. RAMDANI
0701254
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PENDIDIKAN JASMANI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK
DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR
(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)
Oleh:
Moch Ramdani 2013
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani
© Moch Ramdhani
Universitas Pendidikan Indonesia
2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : Moch Ramdani
NIM : 0701254
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU
AKTIF BELAJAR
(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd.
NIP. 194903161972111001 NIP. 194907221973031001
Mengetahui
Ketua Program S-1 PGSD
Pendidikan Jasmani
Drs. Andi Suntoda, M.Pd.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU
AKTIF BELAJAR
(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)
Moch Ramdani * 2013
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu penerapan aktivitas pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang kiranya dianggap efektif dalam meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas khususnya dalam pembelajaran atletik di Sekolah Dasar Negeri. Pelaksanaan pembelajaran atletik pada kenyataannya banyak ditemukan masalah yaitu pembelajaran kurang diminati siswa karena pembelajaran atletik tidak dikemas dalam bentuk permainan sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan mengngagap pembelajaran penjas khususnya atletik hanya membuang-buang waktu serta pelajaran yang melelahkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik melalui implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (the classroom action research) yaitu suatu penelitian yang bersifat reflektif. Desain penelitian dua siklus model spiral Kemmis dan Taggart. Intrumen tes menggunakan LAT (Learning Active Time) yaitu menghitung jumlah aktif siswa belajar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN Babakan Jati Kota Bandung.
Hasil pengolahan data diperoleh perkembangan atau kemajuan pada setiap tindakan dalam siklus terutama dalam waktu aktif belajar siswa. Dari mulai praobservasi waktu aktif belajar siswa sebesar 42,14%, selanjutnya dalam siklus I tindakan I waktu aktif belajar siswa sebesar 49,29%, selanjutnya dalam siklus I tindakan II waktu aktif belajar siswa sebesar 55%, selanjutnya terakhir siklus II waktu aktif belajar siswa sebesar 61,43%. Berdasarkan hasil ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan impelmentasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat memberikan peningkatan yang berarti terhadap waktu aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat digunakan sebagai alat atau media untuk pembelajaran yang efektif terhadap waktu aktif belajar siswa
Penulis menyarankan bagi para guru pendidikan jasmani diharapkan mengimplementasikan pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas khususnya pembelajaran atletik, karena bisa memberikan kontribusi terhadap waktu aktif belajar siswa.
ABSTRACT
IMPLEMENTATION APPROACH TO LEARNING ACTIVITIES ATHLETICS PLAY TIME ON EFFORTS TO INCREASE IN LEARNING
( Classroom Action Research In fifth grade students of SDN Babakan Jati Bandung )
Moch Ramdani * 2013
This research is motivated by an application of learning activities and learning approaches that would be effective in improving student learning time in the following active learning , especially in learning penjas State Primary School athletics . Implementation of athletics in fact learning a lot of the problems are found less desirable student learning because learning is not packaged in the form of athletic games so that students feel bored , bored and learning mengngagap penjas especially athletics is just a waste of time and lessons exhausting . The purpose of this research is to improve student learning while actively participating in learning in athletics through the implementation of learning activities with the approach play athletics
The method used in this study is action research methods class ( the classroom action research) is a research that is reflective . Two cycles of design research model of spiral Kemmis and Taggart . Test instruments using LAT ( Active Learning Time ) which calculates the number of active student learning . The sample used in this study were fifth grade students at SDN Babakan Jati city of Bandung . active learning students was 61.43 % . Based on these results , it can be concluded that the learning impelmentasi athletic activity by playing approach can provide significant improvement to the current time to follow the learning of students in athletics . Thus, learning to play the approach can be used as a tool or medium for effective learning to active student learning time
Authors to suggest that physical education teachers are expected to implement learning activities athletic play approach to learning especially learning penjas athletics , because it can actively contribute to student learning time .
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Penelitian Tindakan Kelas ... 12
B. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 18
C. Belajar dan Pembelajaran ... 24
D. Pendekatan Pembelajaran ... 28
E. Bermain ... 30
F. Pendekatan Bermain ... 31
G. Atletik ... 33
H. Hakekat Pendekatan Bermain dengan aktivitas Atletik ... 42
I. Waktu aktif Belajar ... 44
Kota Bandung ... 47
K. Hipotesis Tindakan ... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 52
B. Desain Penelitian ... 53
C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 56
D. Data Penelitian ... 57
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 59
F. Teknik pengumpulan dan Analisis Data ... 61
G. Validasi Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kegiatan Awal dan Hasil Siklus Praobservasi.. 65
1. Kegiatan awal ... 65
2. Kegiatan pra observasi ... 66
3. Hasil data pra observasi ... 67
4. Analisis dan refleksi ... 69
B. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 70
1. Siklus I Tindakan I ... 70
1) Kegiatan pembelajaran siklus I tindakan I. 70 2) Hasil pembelajaran siklus I tindakan I... 74
3) Analisis dan refleksi siklus I tindakan I.... 75
2. Siklus I Tindakan II ... 76
1) Kegiatan pembelajaran siklus I tindakan II 76 2) Hasil pembelajaran siklus I tindakan II... 79
3) Analisis dan refleksi siklus I tindakan II... 80
C. Siklus II ... 81
1. Kegiatan pembelajaran siklus II ... 81
2. Hasil pembelajaran siklus II ... 83
D. Hasil Temuan Peneliti ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Saran-saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Format Observasi Waktu Aktif Belajar ... 60
4.1 Deskripsi Praobservasi Penelitian ... 65
4.2 Rincian Kegiatan Praobservasi ... 66
4.3 Jumlah Waktu Aktif Belajar Praobservasi Dalam Satuan Menit 78 4.4 Konfrensi Portofolio Tahap Praobservasi ... 79
4.5 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan I Dalam Satuan Menit ... 74
4.6 Konfrensi Portofolio Tahap Siklus I Tindakan I... 75
4.7 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan II Dalam Satuan Menit ... 79
4.8 Konfrensi Portofolio Tahap Siklus I Tindakan II... 80
4.9 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus II Dalam Satuan Menit... 83
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Jumlah Waktu Aktif Belajar Praobservasi Dalam Persentase... 68
4.2 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan I
Dalam Persentase... 74
4.3 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan II
Dalam Persentase... 79
4.4 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus II Dalam Persentase ... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Berlari dengan formasi segitiga ... ... 37
2.2 Berlari melewati ban-ban dan kardus bekas... 37
2.3 Berlari melewati ban-ban dan kardus bekas... 38
2.4 Lari berpasangan memindahkan sesuatu... 39
2.5 Lari gawang berpasangan ... 39
2.6 Lari rintangan dengan irama dua dan tiga langkah... 40
2.7 Permainan melompati tali ... 40
2.8 Lompat diatas ban-ban sepeda ... 41
3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart ... 54
4.1 Arah lari, lompat ... 72
4.2 Arah lari, lompat siswa dalam berlomba ... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan kegiatan formal yang dilakukan di sekolah.
Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)
menjelaskan bahwa “Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan.” Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid. Dalam teori-teori modern kegiatan belajar mengajar
harus dibangun berdasarkan hubungan timbal balik antara guru dan siswa, yakni
kedua belah pihak berperan dan berbuat baik secara aktif di dalam suatu kerangka
kerja (frame work) dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of
reference) yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama.
Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen penting di mana salah
satunya adalah guru. Menurut Supandi (1992:8):
Guru merupakan orang dewasa yang karena jabatannya secara formal
selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga
memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa, dengan
mengarahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar yang
tepat. Sebagai perencana guru harus bisa menetapkan dan mengembangkan
individu siswa yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin
melalui berbagai kegiatan belajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai sesuai
dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.
Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah secara umum lebih dikaitkan
dengan aktivitas jasmani dan penilaipun mencakup seluruh aspek yang ada, mulai
dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor di mana aspek psikomotor lebih
banyak yaitu sebesar 50% dari proses dan penilaian pembelajaran, sehingga dalam
proses pembelajarananya banyak mengembangkan aktivitas gerak. Pendidikan
jasmani di sekolah dasar lebih mengutamakan aktivitas gerak dasar seperti jalan,
berlari, melompat dan melempar namun pada pelaksanaannya aktivitasnya tidak
memiliki karakteristik yang memberikan pengalaman gerak yang banyak bagi
siswa, sehingga siswa cepat merasa bosan seperti yang terjadi pada peserta didik
di SDN Babakan Jati Kota Bandung kurang begitu tertarik pada pelajaran penjas,
anggapan yang muncul mereka mengagap pelajaran penjas hanya
membuang-buang waktu serta pelajaran yang melelahkan dan tidak menarik. Kita sebagai
guru hendaknya harus berpikir lebih agar dapat merubah anggapan tersebut
menjadi sesuatu yang dapat menarik bagi siswa dalam mengikuti pelajaran penjas.
3
dalam melaksanakan tugas gerak yang di berikan oleh guru, ada sebab-sebab para
siswa bersifat demikian, ketertarikan mereka terhadap pembelajaran penjas
kurang, tidak jarang pada saat pembelajaran sedang berlangsung masih terlihat
ada beberapa siswa yang hanya diam dan ngobrol dengan temannya sementara
guru yang bersangkutan sedang memberikan intruksi. Hal demikian sudah
sepatutnya menjadi bahan renungan dan evaluasi bagi para guru penjas untuk
mengatasinya dan mencari jalan keluar agar pembelajaran penjas menjadi menarik
dan tidak membosankan bagi siswa.
Banyak metode yang dapat diterapkan oleh guru agar suasana belajar
menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif di maksudkan agar dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga
memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menyenangkan adalah
suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga waktu perhatiannya
terhadap pembelajaran tinggi. Jika dalam proses pembelajaran tidak aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan, maka pembelajaran tersebut sama dengan permainan
biasa yang hanya mengharuskan peserta didik bergerak tanpa ada hasil yang dituju
yang akhirnya akan menghilangkan nilai-nilai yang terkandung, seperti mendidik
siswa belajar bertanggung jawab, saling menghargai, tolong menolong dan
Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk : (1) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial, (2) membangun rasa percaya diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani, (3) memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efesien dan terkendali, (4) mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan, (5) berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang (6) menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk aktivitas olahraga.
Seperti yang dikemukakan di atas bahwa penjas pun bukan hanya
semata-mata hanya membuat anak bergerak saja akan tetapi banyak aspek yang di dapat
dari pembelajaran penjas. Melihat permasalahan yang telah di jelaskan di atas
peneliti mempunyai salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa agar
aktif dalam mengikuti pembelajaran penjas salah satunya adalah implementasi
pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain.
Peneliti ingin memperkenalkan pembelajaran aktifitas atletik dengan
pendekatan bermain agar pada saat pembelajaran penjas di harapkan siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini di
karenakan bila diperhatikan secara seksama, sebenarnya siswa-siswa di sekolah
dasar kegiatan hari-harinya saat istirahat di sekolah selalu diisi dengan aktivitas
bermain yang dinamis. Dari aktivitas fisik yang mereka lakukan tersebut nampak
jelas bahwa mereka selalu bergerak dengan keterampilan, kecepatan, kecekatan,
kekuatan yang mereka miliki sendiri. Mereka dapat berlari kencang manakala
mengejar atau dikejar temannya, atau sedang mengejar bola. Mereka juga dapat
5
dalam menghindar maupun mengejar lawannya. Dalam atletik gerakan-gerakan
yang digunakan merupakan gerak dasar alamiah manusia dan gerakan-gerakannya
di gunakan hampir sebagian besar cabang olahraga. Seperti yang dijelasakan oleh
Bahagia (2000:2) “atletik merupakan ibu dari sebagian besarcabang olahraga”,
dimana gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti : jalan, lari, lompat dan
lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga”.
Guru yang baik harus dapat menerapkan pendekatan-pendekatan yang
sesuai dengan kondisi siswa dan bahan materi yang diajarkan khususnya dalam
kontek pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan mengajar menurut
Subagiyo (1997:265), “keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat
oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan”. Sedangkan
menurut Supandi (1986:3.1) pendekatan mengajar yaitu “keputusan yang diambil
yang berkaitan dengan tindak tanduk, perilaku, atau perbuatan mengajar”.
Pelaksanaan dan penerapan pendekatan mengajar dalam pendidikan jasmani perlu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar mengajarnya.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep
dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999:121) bahwa “pendekatan
bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi
permainan.” Sedangkan Bahagia dan Suherman (1999/2000:35) berpendapat,
“strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill,
namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau
pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate
bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam
suatu permainan. Sehingga siswa tidak merasa bosan dan malas hal ini sesuai
dengan sifat alamiah manusia yang selalu bergerak dan bermain.
Bermain merupakan sifat utama anak-anak hampir setiap hari anak-anak
melakukan kegiatan bermain, sungguh sulit bagi mereka untuk duduk dan diam,
mereka selalu bergerak lari kesana kemari, melompat, melangkah, memukul,
melempar dan lari lagi. Semua ini merupakan gerak dasar dalam aktivitas atletik
dan dorongan dalam diri anak yang tidak dapat ditekan lagi. Seperti yang
dikemukakan Smith yang dikutif oleh Sukintaka (1992:2) mengemukakan sebagai
berikut: „bermain adalah dorongan langsung dan dalam diri setiap individu yang
bagi anak-anak merupakan pekerjaan.” Besar kecil keinginan untuk bergerak
anak-anak tidak selalu sama, dorongan bergerak tidak dapat diajarkan tetapi
merupakan pembawaan masing-masing, hal ini perlu diarahkan oleh
pendidik/guru agar gerakan dalam kegiatan bermain bisa bermanfaat. Seperti
dijelaskan dalam Sukintaka (1992:11) “....bahwa dengan bermain kita dapat
meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia”.
Berdasarkan masalah dan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas,
peneliti merasa tertantang untuk meneliti masalah tersebut menjadi bahan
penelitian bagi penulis maka dari itu peneliti mengambil judul “IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN
BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut : Pembelajaran aktifitas atletik dengan
pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas
penjas.”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, mengacu pada judul
penelitian yaitu: “Implementasi aktivitas atletik dengan pendekatan bermain
dalam pembelajaran pendidikan jasmani (pada siswa kelas V SDN Babakan Jati
Kota Bandung)”, penulis merumuskan masalah umum penelitian sebagai berikut:
“Apakah implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain
dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa di SDN Babakan Jati Kota
Bandung.”
D. Pemecahan Masalah
Kemampuan siswa pada dasarnya berbeda antara satu dengan yang lain.
Melihat dari persoalan ini sebagai seorang guru harus lah mempunyai cara bagai
mana mengatasi hal tersebut. Manakala dalam suatu pembelajaran terlihat siswa
yang masih diam tanpa melakukan apapun guru otomatis harus merubah metode
pembelajaran sehingga dapat di ikuti oleh semua siswa. Salah satunya dengan
memodifikasi alat, lapangan, dan peraturan permainan sehingga siswa dapat
terlibat aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan pendapat
Pada hakekatnya aktivitas pembelajaran dengan konsep penjas sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga seringkali harus membuat aktivitas permainan itu di buat berbeda untuk setiap kelompok peserta kegiatan.
Seorang guru harus menciptakan suasana di mana semua siswa pernah
merasakan kepuasan dan keberhasilan pada saat proses pembelajaran. Semua itu
dapat tercipta dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat modifikasi alat dari bahan yang mudah di mainkan oleh siswa atau
benda apapun yang dapat di mainkan dalam ukuran, berat, maupun keras,
lunaknya alat. Bisa juga dengan menggunakan kardus, matras, patok (cons)
dan sebagainya.
2. Mengenalkan berbagai macam variasi permainan yang menyerupai gerakan
yang di perlombakan dalam olahraga atletik. Aktivitas permainan yang
bervariasi dapat berupa lari melompati kardus, melempar kertas atau turbo
dan sebaginya.
3. Mendekatkan atau menjauhkan target sasaran sesuai kemampuan siswa.
Dengan cara ini siswa akan mengalami kepuasan dan keberhasilan dalam
melakukan aktivitas penjas.
4. Membuat peserta didik berfikir bagaiman kelompoknya dapat berlari dengan
kencang dan mendapatkan waktu yang terbaik.
E.Tujuan Penelitian
Sebagai peneliti memerlukan tujuan yang jelas untuk ,mendukung
9
“Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal
yang di peroleh setelah penelitian selesai.”
Berdasarkan rumusan masalah penulis merumuskan tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut: “Untuk membuktikan apakah implementasi pembelajaran
aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif
belajar siswa.”
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapat temuan-temuan yang
nantinya mempunyai manfaat yang berguna baik secara teoritis maupun praktis :
1. Secara teoritis.
a. Dapat memperkuat teori yang sudah ada mengenai pendekatan
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah seperti pendekatan bermain.
b. Dapat dijadikan acuan dalam memperluas wawasan bagi dunia pendidikan
khuusnya bagi guru pendidikan jasmani agar dapat menyempurnakan
proses belajar atletik, serta dapat mendesai materi pembelajaran lebiih
menarik.
2. Secara praktis.
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan
waktu aktif siswa dalam pembelajaran penjas.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani untuk bisa lebih
memotivasi siswa agar lebih antusias dalam mengikuti dan melaksanakan
bahan pengajaran (alat, lapangan, dan peraturan permainan) menjadi lebih
menarik agar siswa tidak merasa jenuh.
c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik
dalam rangka inovasi pembelajaran.
d. Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau
hendak meneliti mengenai aktivitas dengan penekatan bermain dalam
permasalahan dan sampel yang berbeda.
G.Definisi Operasional
Untuk mempermudah serta menghindari salah penafsiran terhadap istilah
yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu untuk memberikan
definisi dalam judul penelitian di halaman berikut:
1. Pembelajaran, Sagala (2008:61) dijelaskan Pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan.
2. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan menurut Wahyuni, Sutarmin dan
Pramono.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah kegiatan integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Atletik menurut Wisahati dan Santosa (2010:47) adalah “Jenis olahraga yang
11
4. Pendekatan bermain menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa “pendekatan
bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi
permainan.”
5. Meningkatkan W.J.S Poerdarminta (1984:1078) adalah “Menaikan (derajat,
taraf, dsd, mempertingi, memperhebat, produktifitas dsd).” dalam arti ini
adalah menaikan keterampilan bermain bola voli.
6. Bermain dalam W.J.S Poerdarminta (1984:620) adalah “Melakukan sesuatu
(dengan alat dsd) untuk bersenang-senang”. Bermain dalam hal ini adalah
bermain mengunakan bola voli.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Karena permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana
mengatasi waktu aktif anak dalam belajar penjas. Penelitian ini berangkat dari
permasalahan yang faktual dalam praktek pembelajaran yang dihadapi guru.
Berbekal dari keinginan memperbaiki pembelajaran penjas pada pembelajaran
atletik, penulis mempersiapkan diri tentang apa itu penelitian tindakan kelas, latar
belakang, karakter dan prosedur yang harus ditempuh. Berdasarkan pendapat
Kemmis dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:12) dijelaskan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah :
Sebuah inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari : a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, c). situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
Sedangkan menurut Ebbutt (1985, dalam Hopkins, (1993) yang dikutif
Wiraatmaja (2005:12) mengemukakan bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistimatik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Elliott (1991) dalam Wiraatmaja (2005:12) “Melihat penelitian
53
untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.” Jadi secara ringkas dari
pernyataan-pernyataan di atas adalah penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
guru mengorganisasi praktek pembelajarannya, dan belajar dari pengalaman
mereka sendiri. Mereka mencobakan suatu gagasan perbaikan dan melihat
pengaruh nyata dari upaya itu.
B. Desain Penelitian
Pada dasarnya desain penelitian terdiri dari empat komponen yaitu
rencana, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Rancangan penelitian ini
mengacu pada siklus kegiatan yang dikembangkan model spiral Kemmis dan
Tagart yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Me Taggart
tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin
(Kasbolah 1999:14). Dikatakan demikian, oleh karena di dalam satu siklus atau
putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kurt
Lewin sehingga belum tampak adanya perubahan. Keempat komponen tersebut
meliputi:
1) Perencanaan (planning);
2) Aksi/tindakan (acting);
3) Observasi (observing); dan
4) Refleksi (reflecting).
Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya
SIKLUS II
Observasi
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Adapun alur tindakan dapat dilihat
pada gambar dihalaman berikut :
?
Gambar 3.1
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (Kasbolah 1999:16)
Berikut penjelasan tentang empat komponen dalam penting dalam
penelitian tindakan kelas.
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaan tahapan yang dilaksanakan adalah :
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas/di
lapangan.
SIKLUS I
Observasi
Pelaksanaan Refleksi
55
c) Membuat lembaran pengamatan untuk kegiatan pembelajaran yaitu
kegiatan guru dan siswa mulai dari pendahuluan, inti, dan penutup. Setiap
bagian demi bagian di observasi meliputi kelebihan atau
kelemahan-kelemahan siswa dan guru yang sering terjadi pada proses pembelajaran.
d) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi
yang aktual. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan
observasi dan interprestasi serta di ikuti dengan kegiatan refleksi. Pada tahap ini
kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan perencanaan tindakan yang telah
ditetapkan, yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang
telah dibuat.
3. Tahap Observasi
Selama melaksanakan tindakan pembelajaran, guru sebagai peneliti
dibantu mitra peneliti bertindak sebagai observer, untuk mencatat segala temuan
dalam pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan fokus penelitian.
4. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflection)
Guru sebagai peneliti dan praktisi dibantu mitra peneliti melakukan
analisis dan refleksi hasil tindakan pembelajaran. Untuk keperluan analisis,
dilakukan dengan memeriksa lembaran-lembaran pengamatan tentang catatan data
temuan di lapangan, mengkaji satuan pembelajaran dan mengkaji hasil kegiatan
perencanaan siklus selanjutnya bila hasil dari kegiatan siklus yang telah dilakukan
kurang memuaskan.
5. Re Planning (Perencanaan Ulang)
Berdasarkan hasil observasi mengenai KBM di mana meliputi penampilan
guru dan siswa, maka dari data-data yang telah dikumpulkan dianalisis
bersama-sama dengan mitra peneliti untuk mencari keabsahan data sehingga dapat jadikan
refleksi untuk kegiatan selanjutnya . Re planning dalam penelitian ini adalah :
a) Membuat perbaikan skenerio pembelajaran.
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan.
c) Mempersiapkam instrumen untuk merekam dan menganalisa data mengenai
proses dan hasil tindakan.
C. Lokasi, waktu dan subjek penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi yang dijadikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah di SDN
Babakan Jati Kota Bandung. Untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan (PJOK) materi atletik kelas V.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah dilaksanakan pada semester II
tahun pelajaran 2012/2013, yaitu pada bulan Febuari sampai Maret 2013 setiap
hari sabtu dari pukul 07:00 .s/d 09:20 WIB sesuai dengan jam pelajaran olahraga.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas V dengan jumlah siswa 33 orang, terdiri
57
ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat, peserta didik masih
tergolong kurang perhatiannya terhadap pendidikan dan ini terakumulasi terhadap
kualitas pendidikan di SDN Babakan Jati Kota Bandung. Namun hal tersebut
bukan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan, masih banyak
faktor lainnya seperti sarana prasarana, sumber daya manusia dan pelaksanaan
kurikulum.
D. Data penelitian
Data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan analisis
guna memecahkan masalah penelitian berasal dari:
1) Hasil wawancara antara penelitian, observer, dan siswa. Dari hasil wawancara
ini diharapkan penelitian mendapat acuan untuk memecahkan masalah yang
ada dengan mengetahui masalah tersebut dari sumbernya dan untuk
memperoleh kesluruhan informasi yang diperlukan untuk mencari solusi atas
permasalahan penelitian yang telah di ajukan.
2) Aktivitas yang ditunjukan oleh seluruh siswa dan prilaku guru selama proses
pembelajaran dalam tindakan penelitian. Aktivitas tersebut dicatat dalam
sebuah format observasi pada setiap tindakan. Informasi ini diperoleh dari
peneliti sebagai guru melalui proses observasi yang berkolaborasi antara
observer, guru, dan peneliti sendiri pada setiap pembelajaran selama
penelitian berlangsung dan pengamatan serta penilaian langsung dari guru
yang bersangkutan.
Maka dari itu data penelitian diperoleh dari dua sumber data yang berasal
1) Siswa : melalui perubahan waktu aktif belajar siswa dalam melakukan
pembelajaran atletik.
Perubahan pada siswa dapat ditunjukan dengan memperhatikan aktivitas
siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Salah satu contoh ketika
guru sedang memberikan penjelasan mengenai materi yang akan di
sampaikan siswa mau mendengarkan dan memperhatikan serta melakukan
apa yang telah di intruksikan oleh guru tanpa adanya paksaan. Maka dari itu,
pembelajaran dikemas semenarik mungkin untuk dapat memberikan kesan
kepada siswa bahwa pembelajaran penjas itu menyenangkan dan diharapakan
dapat merubah perilaku siswa yang tadinya bermalas-malasan dalam
mengikuti pembelajaran penjas menjadi tertantang untuk mengikuti setiap
tugas gerak yang di berikan. Cara meningkatkan partisipasi dan motivasi ini
guru sebisa mungkin membuat pembelajaran yang menarik sehingga dapat
mendorong siswa untuk mau melakukan tugas gerak yang diberikan dan
berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Aktif di sini adalah siswa mau
melakukan setiap tugas gerak yang diberikan karena dorongan dari diri
sendiri serta keingin tahuan siswa terhadap materi yang diberikan sehingga
siswa mau mecoba dan melakukan. Motivasi yang munculpun bukan hanya
dari siswa sendiri akan tetapi guru pun harus bisa menjadi motivator salah
satunya dengan memberikan pujian kepada siswa yang mau mencoba.
Dengan pemberian motivasi ini diharapkan dapat mendorong siswa agar mau
59
2) Guru : catatan jurnalnya dan data penelitian dari setiap perubahan siklus pada
setiap observasi dan refleksi dari setiap kegiatan
Catatan jurnal guru mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan dari awal
sampai akhir pembelajaran. Pada setiap tindakan peneliti melakukan releksi
agar mengetahui kelemahan dan kelebihan dari setiap tindakan dan
diharapkan pada tindakan berikutnya akan ada perubahan yang lebih baik
sehingga tujuan peneliti dapat tercapai sesuia harapan.
E. Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah (Arikunto, 2002:134), data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data hasil wawancara, observasi, jurnal siswa, catatan lapangan data
tersebut dianalisis dan hasilnya digunakan untuk menggambarkan perubahan yang
terjadi, yaitu perubahan aktivitas siswa, guru atau perubahan belajar siswa
Instrumen penelitian yang digunakan pada penlitian ini adalah melalui
format Learning Active Time (LAT) terhadap siswa selama proses pembelajaran
penjas berlangsung serta wawancara dengan guru yang bersangkutan. Adapun
Tabel 3.1
Format Observasi Waktu Aktif Belajar
Sekolah : ... Kelas : ... Waktu : ...
Hari/Tanggal : ... Pengajar : ... Observer : ...
0
10 50 90 130
20 60 100 140
30 70 110
40 80 120
Keterangan:
Jumlah waktu aktif (A) = Total waktu pengelolaan x Seratus Total jam pelajaran
Jumlah waktu manajemen (M) = Total waktu intruksi x Seratus Total jam pelajaran
Jumlah waktu intruksi (I) = Total waktu belajar x Seratus Total Jampelajaran
61
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data dan Cara pengambilannya
1) Sumber Data : yang menjadi data dalam penelitian ini adalah siswa
dan guru.
2) Jenis Data : Jenis data yang didapat adalah yang terdiri dari :
a) Wawancara
b) Hasil belajar
c) Rencana pembelajaran
d) Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
e) Catatan lapangan
f) Dokumentasi
2. Analisa Data
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan sejak awal
penelitian, pada setiap aspek kegiatan penelitian. Peneliti juga dapat langsung
menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana kelas/lapangan, hubungan
guru dengan anak didik dan anak didik dengan teman yang lainnya. Analisis
menurut Nasution dalam Sugiyono (2005:88) menyatakan bahwa :
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras, analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencarai sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Hal ini berarti bahwa peneliti akan melakukan analisis data sejak tahap
orientasi lapangan. Ini selaras dengan pendapat Miles dan Huberman (dalam
Wiriaatmaja, (2005:139) yang menyatakan “...the ideal model for data
collection and analysis is one interweaves them from the beginning” yang artinya
model ideal dari pengumpulan data dan analisis data adalah secara bergantian
berlangsung sejak awal. Pada tahap ini data ditelaah, direnungkan, dimaknai, dan
diberi penjelasan supaya data yang telah didapat dicek untuk menentukan
keabsahan data tersebut. Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data
menggunakan ketekunan pengamatan. Data yang terjaring lewat observasi di
tringulasi kepada guru dan siswa. Ini dilakukan setelah selesai pembelajaran. Hal
ini selaras dengan pernyataan Moleong, (2005:175) yang menyatakan
“Pengecekan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, misalnya ketekunan pengamatan, perpanjangan
keikutsertaan, tringulasi dan pengecekan teman sejawat”. Analisis data dilakukan
melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi
data adalah proses penyederhanan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan
dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data
adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
naratif, repsentasi grafik dan sebagainya. Sedangkan penyimpulan adalah proses
63
penyetaraan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung arti
luas.
G. Validasi data
Untuk menetapkan keabsahan (trust worthiness) data diperlukan tehnik
pemeriksaan, “ ada empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan keabsahan
data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (defendability), dan kepastian (confirmability)”. (Moleong, 2002 :
173).
Selanjutnya Moleong (2002 : 175) menyatakan,”Pengecekan keabsahan
data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
tehnik, yaitu : triangulasi, pengecekan keanggotaan/member cek dan audit trail”.
Dalam penelitian ini ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi yaitu
triangulasi metode dan penyidik.
Triangulasi metode dilakukan untuk data hasil observasi yang
ditriangulasikan kepada guru dan murid melalui wawancara yang dilakukan
setelah pembelajaran, sedangkan masalah yang disampaikan pada waktu
pengamatan sedang berlangsung. Triangulasi penyidik dilakukan setelah
pembelajaran sekaligus bahan diskusi refleksi.
Dalam penelitian ini cara yang dilakukan untuk mengecek keabsahan data,
yaitu menggunakan (a) triangulasi, (b) member cek dan , (c) audit trail. Penjelasan
ke tiga cara tersebut adalah sebagai berikut :
a. Triangulasi digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat
berbeda untuk melihat hubungan antar berbagai data hasil pembelajaran agar
dapat mencegah kesalahan dalam analisis data. Kegiatan triangulasi dalam
penelitian ini dilakukan melalui refleksi guru sebagai praktisi dan
mengkonfirmasikan dengan teman sejawat atau mitra peneliti lainnya dan
siswa.
b. Member cek
Dilakukan untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data temuan penelitian
dengan mengkonfirmasikan sumber data. Dalam proses ini data tentang
seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan kepada
guru dan siswa melalui kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran melalui diskusi balikan.
c. Audit Trail
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengecek hasil penelitian
beserta prosedur dan metode pengumpulan data dengan menginformasikan
adanya bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan dicek keabsahannya
terhadap sumber data dari hasil pertama. Hal ini dilakukan peneliti dengan
cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulan data
kepada pembimbing
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah adanya
peningkatan waktu aktif belajar siswa yang berarti dalam implementasi
pembelajaran aktivitas atletik dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas melalui pendekatan bermain dari setiap siklusnya. Hal ini di karenakan
kebutuhan alamiah siswa dalam bermain terpenuhi melalui pembelajaran sehingga
siswa merasa senang dan siswa secara tidak langsung di tuntut memiliki
tanggungjawab dalam mengikuti pembelajaran karena siswa dilibatkan secara
langsung dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam memenuhi dan
menyiapkan alat-alat pembelajaran serta siswa menemukan sesuatu yang baru
dalam pembelajaran yang mengimplementasikan aktivitas atletik dengan
pendekatan bermain. Siswa tidak merasa jenuh dan memunculkan kegembiraan
serta mengembangkan kreativitas yang secara langsung dapat meningkatkan
waktu aktif belajar siswa khususnya dalam pembelajaran aktivitas atletik dengan
pendekatan bermain. Penemuan ini didukung oleh Montessori (Sukintaka, 1996:6)
menyatakan bahwa “Permainan sebagai alat untuk mempelajari fungsi. Rasa
senang akan terdapat dalam segala jenis permainan, dan dorongan yang kuat
Jadi, implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan
bermain setelah diadakan penelitian tindakan kelas diyakini dan terbukti dapat
memberikan peningkatan yang besar sekali terhadap waktu aktif belajar siswa.
B. Saran-saran
Dilihat dari hasil diskusi temuan dan data-data yang diperoleh saat
penelitian, penulis mengajukan saran-saran yang diharapkan akan memberikan
manfaat bagi pihak terkait.
Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
1. Peningkatan waktu aktif belajar salah satunya dipengaruhi oleh pendekatan
pembelajaran, pengelolaan waktu dan fasilitas. Maka perlu adanya
penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran, perbaikan pengelolaan waktu dan fasilitas pembelajaran
yang berhubungan dengan perlengkapan serta sarana yang ada.
Perlengkapan pembelajaran dapat dimodifikasi dan dibuat semenarik
mungkin serta sarana yang ada dapat di manfaatkan semaksimal mungkin.
2. Bagi para guru pendidikan jasmani diharapkan mengimplementasikan
pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain untuk
meningkatkan waktu aktif belajar siswa
3. Bagi para guru pendidikan jasmani agar melakukan modifikasi dalam
pemberian materi pembelajaran supaya proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan menyenangkan bagi siswa.
4. Bagi para siswa agar lebih aktif dalam berpartisipasi mengikuti
92
5. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan
penelitian lebih lanjut mengenai implementasikan pembelajaran aktivitas
atletik dengan pendekatan bermain pada aktivitas atletik yang lainnya dan
pembelajaran penjas dengan pendekatan bermain pada cabang olahraga
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib Zainal. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Yrama Widya
Baharudin, H dan Wahyuni, EN. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Bahagia, Yoyo. (2003). Pembelajaran Atletik, untuk sekolah luar biasa. Depdiknas. Direktorat Jendral.
Bahagia dkk. (1999/2000). Atletik, Jakarta. Dekdikbud, Direktorat Jendral
Handayani dkk. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka
Harsono. (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indinesia, Bandung
Hendrayana, Yudy (2007). Bermain Atletik, Bandung: Redpoint
Hidayat, Yusuf. (2008). Materi Penelitian Tindakan Kelas. FPOK UPI Bandung dan Direktorat Pembinaan Diklat Ditjen PMPTK
Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. (2010). Belajar dan
Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.
Kasbolah (1999:) Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Depdikbud Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan PGSD, IBRD: LOAN – IND
Lutan. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani. Depdikanas. Jakarta.
94
Lutan, R. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani. Dirjen Olahraga Depdiknas, Jakarta
Mahendra. (2002). Pembelajaran Senam, Dirjen Dikdasmen, Jakarta
Mahendra, Agus dan Sucipto. (2008). Model-Model Pendekatan Pembelajaran
Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Moleong Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya Bandung
Mulyaningsih. (2010). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional. Erlangga
Sagala (2008) Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta Bandung
Soemosasmito, Soenardi. (1988). Dasar, Proses, dan efektifitas Belajar Mengajar
Penjas. Jakarta, P2LPTK
Subagio. (1997). Model-model Pembelajaran. Jakarta, Pt Rineka Cipta
Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta Bandung
Suherman, Adang. (2010). Pendidikan jasmani (Salma Al-Farisi). Bandung: FPOK-UPI
Sukintaka. (1992). Teori Bermain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Supandi. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta. Karunia
Supandi ( 1992 ) Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Susilana dkk. (2006). Kurikulum Pembelajaran, Bandung-UPI
Universitas pendidikan indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: UPI
Yudha M, Saputra Husdarta. (2001). Belajar dan Pembelajaran, Direktorat Jendral Pendidikan
Wahyuni, Sutarmi, Pramono. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Wardahi, Igak, dkk. (1999/2000). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Pt Rineka Cipta
Wisahati, Santosa. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional. CV Setiaji
Wiriaatmadja (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya
W.J.S Poerdaminta (1984:620) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka
Sumber internet :
Wahjoedi. 1999. Pendekatan Bermain. (Online) Tersedia: http://linda-
haffandi.blogspot.com/2011/10/pendekatan-model-metode-dan-teknik.html (27 Maret 2012 )
http://ebookbrowse.com/pembelajaran-atletik-buku-pdf-d234505419