ANALISIS PENG
PRODUK D
PROV
Untuk Memenu Program St
Perencanaa
FAKULTAS EK
P
MAGISTER E
NGARUH INVESTASI DAN TENAG
TERHADAP
DOMESTIK REGIONAL BRUTO (P
VINSI JAWA TENGAH 1986 – 2008
TESIS
nuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat M Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangun
Konsentrasi:
aan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Dae
Oleh :
MOCH ARIFIN
S4208027
KONOMI UNIVERSITAS SEBELAS
PROGRAM PASCA SARJANA
R EKONOMI DAN STUDI PEMBANG
SURAKARTA
2010
GA KERJA
(PDRB)
08
t Magister unan
aerah
ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA
TERHADAP
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
PROVINSI JAWA TENGAH 1986 – 2008.
Disusun oleh:
MOCH ARIFIN
S4208027
Telah disetujui pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. AM. Soesilo, M.Sc. Drs. Akhmad Daerobi. M.S. NIP:
19590328 198803 1 001 NIP:19570804 198601 1 002
Ketua Program Studi
Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA
TERHADAP
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
PROVINSI JAWA TENGAH 1986 – 2008.
Disusun oleh:
MOCH ARIFIN
S4208027
Telah disetujui oleh Tim Penguji:
Pada tanggal,
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua Tim Penguji Dr. J.J. Sarungu, MS. ...
Pembimbing Utama Dr. AM. Soesilo, M.Sc. ...
Pembimbing Pendamping Drs. Akhmad Daerobi. M.S. ...
Mengetahui: Ketua Program Studi Direktur PPs UNS Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. JJ. Sarungu, MS
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MOCH ARIFIN
NIM : S4208027
Program Study : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Keuangan Daerah
Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil
karya orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.
Surakarta, 5 Mei 2010
Tertanda,
ABSTRACT
Moch Arifin NIM S4208027
This research aims to find out the effect of investment and labor on the PDRB of Central Java Province during 1986-2008 period. In line with such problems, the following hypothesis is proposed: It is hypothesized that investment and labor affect investment and labor on the PDRB of Central Java Province during 1986-2008 period.
In line with the problem and hypothesis of research, the research took the secondary data derived from Central Statistical Bureau (BPS) of Central Java Province; the data taken in this research consisting of data on investment, labor and PDRB of Central Java Province. The data employed was the one with 23 scale from 1986-2008, then the data collected was put onto the multiple linear regression, and after the estimation parameter obtained, the examination was done using statistic and classical assumption tests.
The result of statistic test in this research shows that the independent variable of investment affects positively and significantly the PDRB of Central Java Province, Similarly, the labor affects positively and significantly the PDRB of Central Java Province. Meanwhile based on the result of F-test, investment and labor simultaneously affects the PDRB of Central Java Province.
The result of econometric test shows the absence of multicolinearity, heteroscedasticity and autocorrelation distractions. Considering the result of data analysis, it is recommended that the government should create conducive climate for the implementation of various investment projects in Central Java Province. The labor has substantial effect on PDRB so that there should be the use of intensive-labor technology to absorb the labor more optimally in the production process.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjakan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
melimpahkan taufik dan hidayahnya sehingga Thesis yang berjudul
“
ANALISIS PENGARUHINVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 1986 – 2008
”.
ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa terselesainya penelitian ini adalah atas bimbingan, petunjuk,
serta nasehat dari Bapak-Bapak pembimbing dan Bapak/ Ibu Dosen serta Sekretariat Program
Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta, maka pada
kesempatan ini penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para beliau.
Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari Bapak Ibu Dosen serta dari
rekan rekan sekalian guna perbaikan penelitian ini.
Demikian semoga penelitian ini bermanfa’at.
Surakarta, 5 Mei 2010
Peneliti
Moch Arifin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAKSI………... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... . xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ... 9
1. Definisi Investasi………. 9
3. Peran dan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi. 14
B. Tenaga Kerja ...……… 16
1. Pengertian Tenaga Kerja... 16
2. Permintaan Tenaga Kerja ………. 18
3. Penawaran Tenaga Kerja... 31
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 34
1 Definisi PDRB... 34
2. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi………. 38
3. Model Pertumbuhan Ekonomi………. 40
a. Teori pertumbuhan Harrod-Domar ………. 41
b. Pendekatan Neo-Klasik……….. 50
c.Teori Pertumbuhan Baru (new growth theory)…… 58
D. Peneliti Terdahulu ... 54
E. Kerangka Pemikiran ... 64
F. Hipotesis ... 67
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 71
B. Ruang Lingkup Penelitian………... 71
C. Definisi Operasional Variabel ……… .. 72
1.Variabel Dependen... 72
D Teknik Analisis Data ... 73
1. Uji Statistik……… ……. 74
2. Uji Asumsi Klasik……….. 78
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Wilayah……….. 80
1. Keadaan Geografis………. 80
2. Keadaan Penduduk………. 84
3. Kondisi Perekonomian... 88
B. Analisis Data ... 93
1. Persamaan Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian…. 93
2. Uji Statistik………. 94
3. Pengujian Asumsi Klasik……….. 98
4. Analisis Hasil Regresi ………….……….. 102
5. Uji Hipotesa (Teori) ………….………. 103
6. Intepretasi ekonomi ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 106
B. Saran-saran... .106
DAFTAR PUSTAKA... ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Hal
4.1 Jumlah, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa
Tengah 84
4.2 Jumlah Penduduk, Kepadatan dan LPP Jawa Tengah Tahun
2008 87
4.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 1986-2008 89
4.4 Pembetukan Modal Tetap Provinsi Jawa Tengan Tahun
1986-2008 91
4.5 Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah 1986-2008 93
4.6 Hasil Estimasi FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap
PDRB Provinsi Jawa Tengah
94
4.7 Hasil Uji Multikolinieritas 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Fungsi investasi... 10
2.2 Permintaan terhadap tenaga kerja... 19
2.3 Kurve fungsi produksi... 20
2.4 Kurve nilai produk marjinal... 21
2.5 Kurve ekuilibrum permintaan tenaga kerja... 23
2.6 Kurve maksimasi keuntungan... 24
2.7 Kurve total permintaan total beaya... 25
2.8 Kurve VMPL... 27
2.9 Efek perubahan upah ... 29
2.10 Kurve perubahan tingkat upah... .. 32
2.11 Kurve Fungsi Penawaran Tenaga Kerja ... ....33
2.12 Kueve laju pertumbuhan……….. 49
2.13 Ekuelibrum dalam model pertumbuhan Solow………... 54
2.14 Efek jangha panjang dari perubahan tingkat tabungan... 56
2.15 Gambar kerangka pemikiran PDRB... 58
3.1 Daerah terima dan daerah tolak uji t… ……….…76
3.2 Daerah terima dan daerah tolak uji F……….. 77
3.3 Autokorelasi……….. . 79
4.1 Daerah terima dan daerah tolak uji F……… 96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembangunan nasional Indonesia secara nyata membawa pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Keberhasilan tersebut antara lain di tunjukan oleh tingginya laju
pertumbuhan ekonomi dan disertai semakin meningkatnya kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat.
Namun pada pertengahan tahun 1997 krisis moneter telah melanda Indonesia dan
beberapa negara Asia lainnya, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan
sehingga menguncang dan membawa perubahan mendasar pada sendi-sendi kehidupan
politik bangsa dan negara serta perekonomian nasional.
Dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi perlu kerja keras, ketekunan dan
perjuangan tidak ringan serta kerja sama semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta. Pembangunan ekonomi dengan tujuan utama yaitu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi merupakan sasaran yang harus dicapai agar dapat mensejajarkan diri dengan
negara-negara maju.
Kegiatan dalam suatu perekonomian selalu mengalami perubahan. Adakalanya
perubahannya sangat nyata dan dapat dirasakan dengan jelas oleh masyarakat yaitu pada saat
perekonomian mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi atau keadaan perekonomian yang
sedang mengalami kemerosotan serius. Namun demikian, menilai prestasi kegiatan
terbaik. Cara paling baik adalah dengan memperhatikan data tertentu mengenai kegiatan
sesuatu perekonomian dan data ini dikenal sebagai indikator makro ekonomi.
Data yang selalu digunakan untuk mengamati kegiatan suatu perekonomian suatu
negara antara lain adalah pendapatan nasional, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi
dan kestabilan harga-harga, kesempatan kerja dan pengangguran, neraca pembayaran, kurs
valuta asing, suku bunga dan perkembangan pasar saham (Sadono Sukirno, 1999 ).
Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja
perekonomian suatu negara. Produk Domestik Bruto mampu untuk meringkas aktivitas
ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu. Nilai dari Produk Domestik
Bruto mengandung dua macam persepsi yaitu sebagai perekonomian total dari setiap orang
didalam suatu perekonomian dan sebagai pengeluaran total pada output barang dan jasa
dalam perekonomian (Mankiw, 1997).
Secara lebih jelas, pengertian Produksi Domestik Bruto adalah jumlah barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun) dan dinyatakan dalam harga pasar (Suparmoko, 1998 ).
Pendekatan fungsi produk untuk menganalisis output secara agregat dapat
menggunakan konsep fungsi produksi dari teori ekonomi perusahaan/mikro. Di dalam fungsi
produksi disebutkan bahwa output merupakan fungsi dari faktor produksi tanah, tenaga kerja,
modal dan tingkat teknologi (faktor efisien). Sedangkan fungsi produksi agregrat
menunjukkan hubungan fungsional antara output agregat atau disebut juga dengan produk
domestik bruto dengan stok input. Jika faktor produksi tanah merupakan bagian dari faktor
produksi, modal dan teknologi dianggap konstan, maka hanya ada dua jenis faktor produksi
Untuk mengukur maju tidaknya perekonomian daerah sebagai hasil dari program
pembangunan daerah diperlukan alat pengukur yang tepat yaitu Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto bagi suatu daerah dapat dimanfaatkan :
1. Sebagi indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik secara sektoral maupun secara
struktural
2. Untuk mengetahui struktur perekonomian dan perubahan-perubahan di suatu daerah
3. Sebagai data dasar untuk menganalisis elastisitas kesemaptan kerja dengan dukungan
data ketenagakerjaan
4. Dengan PDRB perencanaan pembangunan suatu daerah bisa lebih terarah, misalnya
dengan mengetahui Capital Output Ratio (COR) dan Incremental Capital Output Ratio
(ICOR)
5. Dalam suatu negara atau daerah bisa dihitung berapa jumlah investasi yang dibutuhkan
untuk mencapai perkiraan / proyeksi PDB atau PDRB dari target pertumbuhan ekonomi
yang telah ditetapkan.
Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatan pendapatan
nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran. Perannya ini bersumber dari tiga fungsi
penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian. Yang pertama, investasi merupakan
salah satu komponen pengeluaran agregat. Kenaikan investasi akan meningkatkan
permintaan agregat dan pendapatan nasional. Yang kedua, pertambahan barang modal
sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi di masa yang akan datang dan
diikuti oleh perkembangan teknologi. Perekembangan ini akan memberi sumbangan penting
keatas kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita masyarakat (Sadono Sukirno, 1999).
Investasi itu sendiri merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membeli
barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi untuk mengganti dan terutama menambah
barang-barang modal dalam perekonomian yang akan dipergunakan untuk memproduksi
barang dan jasa di masa depan. Dengan kata lain investasi berarti kegiatan pembelanjaan
untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam perekonomian.
Penanaman modal atau investasi di daerah memegang dua macam fungsi yaitu untuk
menciptakan permintaan barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat dan untuk menambah
kapasitas produksi dari daerah yang bersangkutan. Sebagai faktor untuk menbambah
permintaan masyarakat, sejumlah tertentu penanaman modal akan menciptakan pendapatan
daerah beberapa kali lipat dari besarnya penanaman modal itu sendiri, karena penanaman
modal akan menciptakan proses multiplier yaitu menimbulkan pendapatan dan pengeluaran
baru dalam masyarakat sehingga akhirnya menciptakan pertambahan pendapatan beberapa
kali lipat lebih besar dari besarnya penanaman modal itu sendiri (Sadono Sukirno, 1999).
Investasi yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1986 sampai dengan tahun
2008 tumbuh rata-rata 8,08 persen pertahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008
sebesar 16.20 persen. Dalan beberapa kurun waktu, yaitu antara tahun 1997 s/d 1999, 2001,
dan 2005 nilai investasi mengalami penurunan , hal ini disebabkan oleh situasi politik yang
kurang kondusif.
Faktor tenaga kerja secara tradisonal dianggap sebagai salah satu faktor positif yang
menambah jumlah tenaga produktif, sehingga apabila kuantitas tenaga kerja meningkat,
maka hasil produksi akan meningkat pula (Todaro, 2000).
Besarnya penawaran tenaga kerja dalam perekonomian adalah jumlah orang yang
menawarkan jasanya untuk proses produksi. Golongan tersebut terdiri dari mereka yan sudah
aktif dalam memproduski barang dan jasa (bekerja) dan mereka yan sudah siap bekerja dan
sedang mencari pekerjaan. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja.
Dengan kata lain angkatan kerja dapat diartikan sebagai bagian dari tenaga kerja yang
benar-benar mau bekerja memproduksi barang dan jasa (Payaman Simanjuntak, 2001).
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami fluktuasi
tiap tahunnya namun secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 tenaga
kerja Jawa Tengah mencapai angka 15463658 orang. Angka pertumbuhan tenaga kerja rata
rata 0.89 persen dan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2007, yaitu sebesar 7.19
persen.
Krisis multidimensional yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998 dan adanya
krisis keuangan global sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dampak secara
makro terhadap Indonesia adalah antara lain turunnya nilai investasi asing dan domestik,
turunnya nilai ekspor, tutupnya perusahaan, pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan dan
hal ini secara tidak langsung dapat mengakibatkan turunnya Produk Domestik Bruto
termasuk di dalamnya Produk Domestik Regional Bruto. Berikut ini sedikit ulasan PDRB
Provinsi Jawa Tengah. Nilai PDRB Jawa Tengah selama periode tahun 1986 sampai dengan
2008 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5.27 persen.
Angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2000 yaitu sebesar 19.13 persen. Krisis
Tengah mengalami saat paling buruk sepanjang satu dasa warsa terakhir. PDRB mengalami
laju pertumbuhan negatif yaitu sebesar 11,74 persen di tahun 1998. Pada tahun 1999
perekonomian sedikit mengalami perbaikan yang ditandai dari nilai PDRB yang tumbuh 3,5
persen.
Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti ingin meneliti bagaimana pengaruh Investasi
dan Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Jawa Tengah tahun
1986 – 2008?
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi
Jawa Tengah tahun 1986 – 2008 ?
2. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Jawa Tengah tahun 1986 – 2008 ?
3. Bagaimana pengaruh Investasi dan Tenaga kerja secara bersama-sama terhadap Produk
Domestik Regional Bruto di Provinsi Jawa Tengah tahun 1986 – 2008?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Jawa Tengah tahun 1986 – 2008
2. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Jawa Tengah tahun. 1986 – 2008
3. Untuk mengetahui pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja secara bersama-sama terhadap
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan yang terbaik. Sehingga PDRB Provinsi Jawa Tengah dapat lebih meningkat.
2. Bagi Lingkungan Akademis
Untuk menambah khasanah ilmu tentang penelitian yang berhubungan dengan
Perekonomian Indonesia serta hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
khususnya di Provinsi Jawa Tengah.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan sumbangsih bagi masyarakat umum untuk lebih mengetahui kondisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
1. Definisi Investasi
Investasi adalah penambahan barang modal secara netto yang positif. Investasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Yang
dimaksud dengan investasi riil adalah investasi terhadap barang-barang tahan lama
(barang-barang modal) yang akan digunakan dalam proses produksi. Sedangkan investasi
finansial adalah investasi terhadap surat-surat berharga, misalnya pembelian saham,
obligasi, dan surat bukti hutang lainnya.
Pertimbangan-pertimbangan utama yang perlu dilakukan dalam melakukan
(memilih) suatu jenis investasi riil adalah tingkat bunga pinjaman yang berlaku (i),
tingkat pengembalian (rate or return), dari barang modal, dan prospek proyek investasi
Menurut Neo-Klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya
tingkat tabungan. Pada suatu tingkat teknik tertentu, tingkat bunga juga menentukan
tingginya tingkat investasi. Tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi dan
sebaliknya. Penjelasan diatas dapat diringkas dengan persamaan sebagai berikut :
I = ƒ ( r ) (1)
Bunga merupakan fungsi Investasi
Gambar dibawah ini menunjukkan fungsi investasi. Fungsi itu berbentuk miring ke
Gambar 2.1
Fungsi investasi
Sumber: Mankiw, 2000
Fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi pada tingkat bunga riil r. Investasi
bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Fungsi
investasi miring ke bawah: ketika tingkat bunga naik, semakin sedikit proyek investasi
yang menguntungkan ( Mankiw, 2000).
Mengenai pembentukan kapital yang dianggap penting untuk adanya
perkembangan, adalah sebagai berikut : Misalnya kesempatan untuk investasi
bertambah-katakanlah karena ada kemajuan teknologi. Tambahnya permintaan untuk investasi akan
menyebabkan tingkat bunga naik yang selanjutnya akan menaikkan jumlah tabungan.
Dengan adanya kenaikan investasi, harga-harga barang kapital juga akan naik.
Selanjutnya karena kenaikan-kenaikan tingkat bunga dan harga-harga barang kapital,
maka investasi selanjutnya terbatas pada proyek-proyek yang dapat memberikan
Tingkat Bunga riil
Fungsi
Investigasi, 1 ( r )
keuntungan terbesar. Bila proyek-proyek tersebut telah terlaksana maka permintaan
terhadap investasi berkurang sehingga tingkat bunga dan harga barang-barang kapital
turun kembali. Setelah itu maka proyek-proyek yang kurang menguntungkan menjadi
menguntungkan lagi dan seterusnya. Akhirnya tingkat bunga sudah menjadi begitu
rendahnya, sehingga tidak ada lagi orang yang mau menabung. Pada tingkat
perkembangan itu akumulasi kapital berakhir dan perekonomian mengalami suatu
keadaan yang statis. Dengan tidak adanya akumulasi kapital berarti tidak ada
perkembangan. Agar tidak mengalami keadaan yang statis tersebut, maka pengerjaan
penuh (full employment) harus selalu dijaga selama proses akumulasi kapital. Pemerintah
harus mengadakan proyek-proyek pekerjaan umum (public works).
Kemajuan teknologi juga merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan
pendapatan nasional. Yang dimaksud dengan perubahan teknologi menurut Neo-Klasik
terutama adalah penemuan-penemuan baru yang mengurangkan penggunaan tenaga
buruh atau relatif lebih bersifat “penghematan buruh” (labor saving) daripada
“penghematan kapital” (capital saving). Jadi kemajuan-kemajuan teknik akan
menciptakan permintaan yang kuat akan barang-barang kapital.
Investasi juga dapat diartikan berbagai cara atau upaya penambahan modal baik
langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada saatnya nanti pemilik modal
tersebut akan mendapat sejumlah keuntungan yang diharapkan dari hasil penanaman
modal tersebut.
Pembentukan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu faktor dan
sekaligus faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Menurut Nurkse (Jhingan, 1999
pembentukan modal. Sebagai akibat rendahnya tingkat pendapatan di negara terbelakang
maka permintaan, produksi dan investasi menjadi rendah atau kurang. Hal ini
menyebabkan kekurangan di bidang barang modal yang dapat diatasi melalui
pembentukan modal. Proses pembentukan modal tersebut membantu menaikkan output
yang pada gilirannya menaikkan laju dan tingkat pendapatan nasional.
2. Macam-macam Investasi
Macam-macam investasi berdasarkan pelaku investasi dapat dibedakan sebagai
berikut (Sobri, 1987 ) :
a. Investasi Pemerintah (Public Investment)
Public investment umumnya dilakukan tidak dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat (nasional), seperti jalan raya, rumah sakit, pelabuhan dan sebagainya.
Investasi-investasi seperti ini sering disebut dengan social overhead capital
(SOC). Keuntungan bagi investasi-investasi ini baru terasa apabila muncul
pertambahan permintaan dalam masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif, yang
juga menaikkan pendapatan, akan memberikan keuntungan bagi produk investasi.
b. Investasi Swasta (Private Investment)
Private investment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh swasta dan
bertujuan untuk memperoleh keuntungan (laba), dan didorong oleh adanya
pertambahan pendapatan. Apabila pendapatan bertambah, maka konsumsi juga akan
ditimbulkan oleh sebab bertambahnya permintaan yang bersumber investment
mungkin dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
c. Investasi Pemerintah dan Swasta
Jenis investasi yang dilakukan oleh pihak publik dan swasta adalah investasi
luar negeri (foreign investment). Foreign investment terjual dari selisih antara ekspor
di atas impor (X-M), induced investment dalam hal (X-M) adalah disebabkan oleh
dari penambahan permintaan disebut induced investment. Induced perkembangan
ekonomi di luar negeri.
Istilah investasi asing menurut definisi IMF Balance of Payment Manual
(Edisi, yang juga digunakan Bank Indonesia adalah investasi langsung yang
mengarah pada investasi asing untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dari
penanaman modal tersebut). Sementara penanaman modal adalah untuk memperoleh
pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan tersebut. Istilah “manfaat
yang cukup lama tersebut” merupakan investasi yang pengelolaannya hanya
memerlukan pengawasan. Dalam definisi tersebut tidak termasuk investasi portofolio
di Indonesia, investasi seperti ini masih sangat kecil dan modal pinjaman yang telah
masuk ke Indonesia dalam jumlah besar sejak 1996. (Jhingan 1999)
3. Peran dan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi
Di berbagai negara, terutama di negara industri yang perekonomiannya sudah
sangat berkembang, investasi perusahaan adalah sangat volatile yaitu selalu
mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar dan merupakan sumber
kegiatan perekonomian dan kesempatan kerja meningkat pendapatan nasional dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat (Jhingan 1999)
. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam
perekonomian :
a. Investasi merupakan salah satu komponen agregat maka kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional, peningkatan ini akan
selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja.
b. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas
produksi di masa depan, dan perkembangan ini akan menstimular pertambahan
produksi nasional dan kesempatan kerja.
c. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, sehingga perkembangan
teknologi akan memberikan sumbangan penting atas kenaikan produktivitas dan
pendapatan perkapita masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah :
1) Suku Bunga
Untuk memperoleh modal diperlukan bunga, perusahaan mempunyai dua sumber
pembiayaan yaitu dari keuntungan yang tidak dibagikan dan dari meminjam.
Apabila keuntungan yang tidak dibagikan tersebut tidak diinvestasikan tetapi
didepositokan maka perusahaan akan mendapatkan bunga, sedangkan bila
perusahaan melakukan investasi dengan meminjam di bank maka ia harus membayar
bunga. Dengan demikian apakah ia akan meminjam pada bank ataukah menggunakan
dana sendiri. Oleh karena itu bunga perlu dipandang sebagai suatu biaya penting
2) Depresiasi
Setiap barang modal akan didepresiasikan, dalam prakteknya depresiasi dilakukan
secara bertahap yaitu barang modal dikurangi sedikit demi sedikit setiap tahunnya.
Pengurangan barang modal ini merupakan biaya bagi perusahaan.
3) Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional yang semakin meningkat akan memerlukan barang modal yang
semakin banyak. Dengan demikian perusahaan harus melakukan investasi yang lebih
tinggi dan lebih banyak modal yang diperlukan.
4) Kebijakan Pemerintah
Sikap pemerintah dalam kegiatan usaha sangat penting perannya dalam kegiatan
investasi pemerintah. Pajak, keuntungan yang tinggi, hambatan dalam memperoleh
pinjaman/devisa untuk mengimpor barang modal akan mengurangi gairah sektor
perusahaan untuk berinvestasi.
B Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Usia kerja adalah penduduk yang sudah mencapai usia kerja yaitu penduduk yang
sudah ikut dan dapat diikurtsertakan dalam proses produksi. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Yang dimaksud angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat atau masih
berusaha untuk terlihat dalam kegiatan produksi yaitu menghasilkan barang dan jasa.
Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah penduduk yang sudah
pekerjaan karena alasan tertentu misalnya mereka yang masih bersekolah, mengurus
rumah tangga dan golongan lain. Perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk
usia kerja dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja. Selisih antara angkatan kerja
dengan penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya disebut pengangguran ( Sadono
Sukirno, 1999 ).
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja yang sedang
mencari pekerjaan. Secara praktis pengertian tenaga kerja dibedakan oleh batasan umur.
Tiap-tiap negara memberikan batasan umur yang berbeda-beda. Di Indonesia dipilih
batasan umur minimum sepuluh tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian
tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur sepuluh tahun
keatas. Pemilihan sepuluh tahun sebagai batas umur minimun adalah berdasarkan
kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk muda terutama di
desa-desa yang sudah bekerja/mencari pekerjaan. Di Indonesia juga tidak menganut batas
umur maksimum, alasannya adalah karena di Indonesia belum mempunyai jaminan
sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan di
hari tua (Payaman Simanjuntak, 1985 )
Sedangkan yang dimaksud pekerja itu sendiri adalah bagian dari angkatan kerja yang
benar-benar atau telah memproduksi barang dan jasa. Menurut BPS (2000 ), konsep
bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam
secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah
2. Permintaan Tenaga Kerja
a. Pasar persaingan sempurna
Berikut ini analisis permintaan tenaga kerja dalam dua kasus, yaitu: (1) apabila
tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi, (2) apabila ada beberapa faktor
produksi.
1). Permintaan perusahaan terhadap satu faktor produksi
Asumsi berikut ini mendasari analisis ini: a). Sebuah komoditas X
diproduksi di pasar persaingan sempurna. Maka dari itu, Px ditetapkan oleh semua
perusahaan di pasar. b). Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan.
c). Terdapat satu faktor, yaitu tenaga kerja di pasar persaingan sempurna. Pada
gambar di bawah ini, w adalah upah tenaga kerja yang diberikan oleh perusahaan.
Hal ini menyiratkan bahwa persediaan tenaga kerja untuk masing-masing
perusahaan sangat elastis. Hal ini dapat dinyatakan dengan sebuah garis lurus w
yang sejajar dengan sumbu horizontal. Pada tarif upah tersebut perusahaan dapat
mempekerjakan sejumlah tenaga kerja yang diinginkan.
Gambar 2.2
w
0 L
w S
L
d). Teknologi diberikan. Bagian yang relevan dari fungsi produksi ditunjukkan
pada gambar 2.2. Lerengan fungsi produksi adalah produk fisik marjinal tenaga
kerja.
L
MPP dL dX
MPPL menurun pada tingkat pekerjaan yang lebih tinggi, dengan hukum proporsi
variabel. Jika kita mengalikan MPPL pada setiap tingkat pekerjaan dengan harga
output tertentu, P , kita memperoleh kurva nilai produk marjinal VMPx L (gambar
2.3). Kurva ini menunjukkan nilai output yang dihasilkan oleh unit tenaga kerja
tambahan yang dipekerjakan.
Kuva fungsi produksi
w
0 L
X = f(L)k
Gambar 2.4
Kurva nilai produk marjinal
W
MPPL
VMPL
MPPL
VMP = L MPP .PL k
Perusahaan akan memaksimalkan keuntungan, jika selama penambahan akan
menghasilkan lebih banyak penerimaan total daripada biaya total. Maka dari itu,
suatu perusahaan akan mempergunakan sumberdaya sampai ke pada titik di mana
unit yang terakhir menyumbangkan kepada total biaya sebanyak total penerimaan,
karena Dengan kata lain, syarat keseimbangan dari perusahaan yang ingin
memaksimalkan keuntungan adalah
MCL = VMPL ( 2 )
Dimana MCL = biaya marginal tenaga kerja,
atau w=VMPL ( 3 )
karena MC L = w ( 4 )
Pada gambar 2.4 keseimbangan perusahaan dinyatakan dengan e. Pada tarif
upah pasar w perusahaan akan memaksimalkan keuntungannya dengan
mempekerjakan unit tenaga kerja l*. Hal ini juga karena di bagian sebelah kiri
setiap unit l* biaya tenaga kerja yang lebih kecil dari nilai produknya (VMPL > w),
maka keuntungan perusahaan akan meningkat dengan mempekerjakan lebih
banyak pekerja. Sebaliknya pada bagian kanan l* VMPL < w, dan oleh karena itu
keuntungan berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan berada pada
tingkat maksimal apabila VMPL =w.
Fungsi produksi adalah
K L f
X = ( ) ( 5 )
Total biaya terdiri atas biaya variabel w.L dan biaya tetap F
F L w
Penerimaan perusahaan adalah R=Px⋅
[
f(L)]
Perusahaan ingin memaksimalisasilabanya
C R− =
Π ( 7 )
Π=Px
[
f(L)] (
− w⋅L+F)
( 8 )Dengan menetapkan turunan fungsi keuntungan dalam kaitannya dengan
tenaga kerja sama dengan nol kita memperoleh
− =0
⋅ = Π w dL dX P dL d
x ( 9 )
Dengan menyusun kembali
= =
⋅ L L
x MPP
dL dX w
MPP
P ( ) karena ( 10 )
Atau
VMPL = w ( 11 )
Gambar 2.5
VMP
LVMP
LS
LL
e
L*
0
w
w
_
Gambar 2.6
Kurva maksimasi keuntungan
VMP
LVMP
LS
LL
e
L*
0
w
w
_
e
1e
2w
1w
2L
1L
2S
l1Apabila upah di pasar tenaga kerja naik menjadi w1, maka perusahaan akan
mengurangi permintaan tenaga kerja menjadi l1 (gambar 2.5) untuk
memaksimalkan keuntungan (pada e1 pada gambar 2.5 w1 = VMPL). Demikian
halnya, jika upah turun menjadi w2, perusahaan akan memaksimalkan
keuntungannya dengan menambah pekerjanya menjadi l2.
Permintaan tenaga kerja yang memaksimalkan keuntungan perusahaan dapat
ditentukan baik dengan menggunakan total penerimaan maupun kurva total biaya,
atau dengan menggunakan jadwal VMPL dan tarif upah tertentu, yang menentukan
persediaan tenaga kerja bagi masing-masing perusahaan.
a. Pendekatan total penerimaan-total biaya
Keuntungan mencapai tingkat maksimum apabila selisih antara total
penerimaan dengan total biaya paling besar. Pendekatan total penerimaan-total
biaya ditunjukkan pada gambar 2.7 Lerengan kurva penerimaan adalah
penerimaan marginal per unit tambahan tenaga kerja, dan lerengan kurva total
biaya adalah tarif upah, yang di pasar persaingan sempurna sama dengan biaya
marginal tenaga kerja. Maka dari itu, kondisi untuk keseimbangan perusahaan di
pasar adalah
MRPL = w = MCL ( 12 )
Karena ) ( ) ( L x x x
L P MPP
L X P L P X L R
MRP = ⋅
∂ ∂ ⋅ = ∂ ⋅ ∂ = ∂ ∂ = ( 13 )
Gambar 2.7
TR TC
MPPL
L 0
TR
TC
TVC
9
dan menurut definisi
L L
x MPP VMP
P ⋅( )= ( 14 )
dapat ditulis syarat keseimbangan sebagai
VMPL = w ( 15 )
yang merupakan hasil yang sama seperti hasil yang telah dicapai diatas.
b. Pendekatan VMPL
Gambar 2.8 adalah contoh VMPL yang menunjukkan kebutuhan tenaga
kerja bagi perusahaan. Kebutuhan tenaga kerja bagi masing-masing perusahaan
adalah garis lurus S1 yang melewati tarif upah yang ditentukan sebesar $40.
Kedua kurva tersebut berpotongan pada titik e, yang menentukan permintaan
akan tenaga kerja (l = 9) dimana laba perusahaan berada mencapai kedudukan
maksimal
Gambar 28
VMPL
L
0 9
$40 = w
w1
w2 100 200
e2
e e1
w
SL
Perusahaan mencapai keseimbangan dengan menyamakan VMPL dengan
tarif upah pasar. Jika upah pasar naik, maka kesetaraan antara w1 dengan VMPL
terjadi pada bagian sebelah kiri e. Sebaliknya jika tarif upah turun menjadi w2
maka kesetaraan dengan urva VMPL terjadi pada sebelah kanan e. Dengan
demikian, kurva produk nilai produk marginal adalah kurva permintaan tenaga
kerja di masing-masing perusahaan.
2). Permintaan perusahaan terhadap beberapa faktor produksi
Apabila ada lebih dari satu faktor produksi maka kurva VMP dari sebuah
input bukan kurva permintaannya. Hal ini karena berbagai sumber digunakan
secara serentak dalam memproduksi barang-barang sehingga suatu perubahan pada
harga satu faktor mengakibatkan perubahan pada penggunaan faktor yang lain. Hal
itu nantinya menggeser kurva MPP input yang harganya berubah sejak awal.
Diasumsikan tarif upah turun, akan diperoleh permintaan baru untuk tenaga
Perubahan pada tarif upah secara umum memiliki tiga efek yaitu: efek
substitusi, efek output, dan efek memaksimalkan keuntungan. Di bawah ini akan
dikaji efek tersebut, dengan menggunakan gambar 2.9.
Gambar 2.9
Efek perubahan upah
K A
K2 K1
0 L K
1 L’1 L2 B’
e2 e1
B
x2
x1
Diasumsikan sejak awal perusahaan menghasilkan output memaksimalkan
keuntungan X1 dengan kombinasi antara faktor K1, L1, karena harga factor produksi
(awal) w1 dan r1, yang rasionya menentukan kemiringan garis isocost AB. Sekarang
diasumsikan bahwa tarif upah turun (w2) sehingga garis isocost yang baru adalah
AB (harga modal tetap konstan). Perusahaan, dengan menggunakan pengeluaran
biaya yang sama, sekarang dapat menghasilkan output lebih tinggi yang
dilambangkan dengan isoquant X2, dengan menggunakan K2 dan L2, yaitu
masing-masing adalah jumlah modal dan tenaga kerja. Hasil ini diperoleh dari tangen garis
Perubahan dari e1 ke e2 dapat dibagi menjdi dua efek yang berbeda yaitu:
efek substitusi dan efek output (hasil).
Untuk memahami kedua efek tersebut akan ditarik sebuah garis isocost
sejajar dengan garis yang baru (AB) sehingga hal itu merefleksikan rasio harga
baru, tetapi tangen terhadap isoquant yang lama X1. Tangen terjadi pada titik a
pada gambar 2.8. Perubahan dari e1menjadi a merupakan efek substitusi:
perusahaan akan mensubtitusi modal yang relatif lebih mahal dengan tenaga kerja
yang lebih murah, bahkan meskipun ia harus memproduksi tingkat output awal X1.
Dengan demikian penggunaan tenaga kerja naik dari L1 ke L`1. Akan tetapi,
perusahaan tersebut tidak akan tetap berada pada a. Karena, apabila upah turun,
maka perusahaan, dengan total biaya pengeluaran yang sama, dapat membeli lebih
banyak tenaga kerja, lebih banyak modal, atau lebih banyak keduanya. Akibatnya,
perusahaan tersebut dapat memproduksi output yang lebih tinggi X2, yang
mempergunakan K2 modal dan L2 tenaga kerja. Peningkatan pekerjaan dari L`1 ke
L2, yang sesuai dengan perubahan dari a ke e2, adalah efek output.
b. Pasar persaingan tidak sempurna
Dalam kondisi pasar persaingan tidak sempurna, menunjukkan bahwa
permintaan tenaga kerja dari suatu perusahaan merupakan kurva Produk Penerimaan
Marjinal Tenaga kerja ( Marginal Revenue Product / MRPL ) yang ditentukan dengan
mengalikan Produk Marjinal Tenaga kerja ( Marginal Product of Labour/MPL) dengan
Penerimaan Marjinal ( Maginal Revenue/ MR) dari penjualan komoditas yang
diproduksi:
Turunan matematika dari kurva MRPL:
Dapat dilihat bahwa MRPL = MPL.MR (17)
1) Diketahui fungsi permintaan untuk produk adalah
) (
1 x x f Q
P = (18)
Total penerimaan perusahaan adalah
TR = Px . Qx (19)
dan penerimaan marjinal
x x x x x x x dQ dP Q dQ dQ P dQ TR d ⋅ + ⋅ = ) ( (20) atau x x x x x dQ dP Q P
MR = + (21)
2). Fungsi produksi dengan tenaga kerja sebagai satu-satunya variabel adalah
) (
2 L
f
Qx = (22)
MPPL adalah
L x MPP dL dQ = (23)
3). Menurut definisi, produk penerimaan marginal tenaga kerja adalah penambahan
penerimaan yang didapat atas penambahan satu unit tenaga kerja.
dL TR d MRPL ) (
= (24)
Dengan TR = Px · Qx, turunan total penerimaan dalam kaitannya dengan L adalah
⋅ + ⋅ = dL dQ dQ dP Q dL dQ P dL TR d x x x x x x ) ( (25)
atau
⋅ + = x x x x x L dQ dP Q P dL dQ
dari (10) L x x MPP dQ dP
= (27)
dan dari (8)
x x x x x MR dQ dP Q
P =
⋅
+ (28)
Maka dari itu, MRPL = (MRL).(MPx) (29)
3. Penawaran Tenaga Kerja
Menurut teori, penawaran kerja merupakan fungsi dari upah, sehingga jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan akan dipengaruhi oleh tingkat upah terutama untuk jenis
jabatan yang sifatnya khusus. Akibatnya kenaikan dari upah akan mempengaruhi jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan. Sebetulnya penawaran tenaga kerja juga dipengaruhi oleh
keputusan seseorang, apakah dia mau bekerja atau tidak ? keputusan ini tergantung pula
pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan waktunya, apakah digunakan untuk
bekerja, apakah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya lebih santai (tidak
produktif tetapi konsumtif) atau merupakan kombinasi keduanya.
Kenaikan tingkat upah berarti pertambahan pendapatan. Dengan status ekonomi
lebih tinggi, seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsi dan menikmati waktu
senggang lebih banyak, yang berarti mengurangi jam kerja (income effect). Di pihak lain
kenaikan tingkat upah juga berarti harga waktu menjadi lebih mahal. Nilai waktu yang
lebih tinggi mendorong keluarga mensubstitusikan waktu senggangnya untuk lebih
banyak bekerja menambah konsumsi barang. Penambahan waktu bekerja tersebut
Gambar : 2.10
Kurve Perubahan tingkat upah
OA1 : Jumlah upah bila bekerja selama 24 jam
OA2 : Upah per jam naik bekerja 24 jam
Titik C : Bila upah maksimum OA mau bekerja 12 jam dan istirahat 12 jam
Sebaliknya tingkat upah akan mengakibatkan pengurangan waktu bekerja bila
substitution effect lebih kecil dari income effect. Grafik fungsi penawaran tersebut dapat
dilukiskan dengan cara lain seperti dalam gambar dibawah ini.
Gambar : 2.11
Kurve Fungsi Penawaran Tenaga Kerja
A2
A1
O 12 24 jam
12
Laisure
Upah
Kerja
A2
A1
O 12 24 jam
12 C
Laisure
Sampai dengan jumlah jam kerja HD, waktu yang disediakan untuk bekerja
bertambah sehubungan dengan pertambahan tingkat upah. Sesudah mencapai jumlah
waktu bekerja HD jam, keluarga mengurangi jam kerjanya bila tingkat upah naik.
Penurunan jam kerja sehubungan pertambahan tingkat upah (penggal grafik S2S3)
dinamakan backward-bending. Penawaran (supply) tenagakerja keseluruhan adalah
penjumlahan jumlah jam kerja (supply) dari seluruh keluarga-keluarga. Hal ini dapat
dilukiskan dengan menambahkan grafik penawaran dari tiap-tiap keluarga secara
horizontal
C Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1 Definisi PDRB
PDRB di artikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun).
PDRB berbeda dari Produk Domestik Regional Netto karena tidak menghitung S2
S3
S1
S2
perpindahan pendapatan antar negara, dan dengan itu menilai sebuah wilayah
berdasarkan produksi yang dilakukannya dari pendapatan yang diterimanya.
PDRB nominal merujuk kepada jumlah nilai uang yang dihabiskan untuk PDRB,
PDRB asli merujuk kepada suatu langkah untuk mengoreksi angka tersebut dengan
melibatkan efek dari inflasi agar dapat memperkirakan jumlah barang dan jasa yang
sebenarnya menjadi basis perhitungan PDRB.
Produk Domestik Regional bruto atau Gross Domestic Product adalah suatu alat
ukur pertumbuhan ekonomi bagi suatu Provinsi ataupun Provinsi/Kota. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan perubahan tingkat angka ekonomi yang terjadi dari tahun ke
tahun. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dinilai dari nilai
pendapatan nasionalnya.
Produk Domestik Regional Bruto adalah besarnya nilai produksi barang dan jasa
yang dihasilkan oleh seluruh penduduk yang ada di wilayah tersebut, baik kegiatan
produksi oleh warga negara sendiri atau dari warga negara asing (Al Gifari, 1998 ).
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto menurut kantor statistik Provinsi
Jawa Tengah dibedakan menjadi 3 bagian :
1. Pengertian Menurut Produksi
Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu daerah dalam
jangka waktu tertentu menjadi 9 lapangan usaha :
a. Sektor Pertanian
b. Sektor Pertambangan
d. Sektor Listrik, Gas dan Air
e. Sektor Bangunan
f. Sektor Perdagangan
g. Sektor Lembaga Keuangan Persewaan dan Jasa
h. Sektor Jasa-jasa
2. Pengertian Menurut Pendapatan
Menurut pengertian pendapatan PDRB adalah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah dalam
rangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya belum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali
faktor pendapatan di atas termasuk pula komponen jangka waktu tertentu (satu
tahun).
3. Pengertian Menurut Pengeluaran
Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah pengeluaran yang dilakukan
untuk konsumsi rumah tangga di lembaga swasta tidak mencari keuntungan,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor
netto di suatu wilayah.
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto yang lain adalah PDRB atas
1) PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan
atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun yang
bersangkutan.
2) PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atas pendapatan
atau pengeluaran yang nilai atas harga tetap suatu tahun tertentu.
3) PDRB perkapita yaitu PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.
Perhitungan PDRB atas harga konstan satu tahun dasar sangat penting karena
bisa untuk melihat perubahan riil dari tahun ke tahun dari agregat ekonomi
yang diamati. Hal ini berarti dapat pula melihat pertumbuhan ekonomi suatu
daerah.
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa
tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai
salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang
lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan
penduduk yang besar berati ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meskipun demikian,
kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan
kerja di negara berkembang, sehingga banyak di antara mereka yang mengalami
kelebihan tenaga kerja benar-benar akan memberikan dampak positif, justru negatif.
Dari pernyataan diatas, menurut (Todaro, 1998). Menyatakan bahwa positif atau
negatif pertambahan penduduk yang akan menjadi angkatan kerja bagi upaya
pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian
tersebut. Adapun kemampuan itu lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis
akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor pendukung, seperti kecakapan,
manajerial dan pengadministrasian.
2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDB tanpa memandang apakah kenaikan
itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1997). Suatu perekonomian harus
dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang jika pendapatan perkapita menunjukkan
kecenderung jangka panjang yang meningkat. Namun demikian tidak berarti bahwa
pendapatan perkapita akan mengalami kenaikan terus menerus. Adanya resesi ekonomi,
kekacauan politik, dan penurunan ekspor dapat mengakibatkan suatu perekonomian
menurun pada tingkat kegiatan ekonominya. Jika keadaan demikian hanya bersifat
sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun ketahun, maka
masyarakat tersebut dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi modern pertanda penting dalam kehidupan perekonomian.
Simon Kuznets menyatakan ciri-ciri pertumbuhan ekonomi modern melalui (Jhingan,
1993 ) :
a. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Produk Perkapita
Pertumbuhan ekonomi modern, sebagaimana terungkap dari pengalaman
negara maju sejak akhir abad ke-18 atau awal ke-19, ditandai dengan kenaikan
Laju pertumbuhan yang luar biasa ini paling sedikit sebesar lima kali untuk
penduduk dan paling sedikit sekali untuk produksi.
b. Peningkatan Produktivitas
Pertumbuhan ekonomi modern terlihat dari semakin meningkatnya laju
produk perkapita terutama sebagai akibat adanya perbaikan kualitas input yang
meningkatkan efisiensi atau produktivitas per unit. Hal ini dapat dilihat dari semakin
besarnya masukan sumber tenaga kerja dan modal atau semakin meningkatnya
efisiensi atau kedua-kedunya.
Kenaikan efisiensi berarti perolehan hasil output yang lebih besar dari setiap
unit input yang digunakan. Menurut Kuznes laju kenaikan produktivitas tetap dapat
menjelaskan keseluruhan pertumbuhan produk perkapita di negara maju.
Bahkan dengan beberapa penyesuaian untuk menampung biaya dan input
yang tersembunyi, pertumbuhan produktivitas tetap dapat menjelaskan lebih dari
separuh pertumbuhan dalam produk perkapita.
c. Laju Pertumbuhan Struktural Yang Tinggi
Perubahan struktural dalam pertumbuhan ekonomi modern mencakup
peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industri ke jasa. Perubahan
dalam skala unit-unit produktif dan peralihan dari perusahaan perseorangan menjadi
perusahaan berbadan hukum serta perubahan status buruh.
d. Urbanisasi
Pertumbuhan ekonomi modern ditandai pula dengan banyaknya penduduk di
negara maju berpindah dari desa ke perkotaan yang disebut urbanisasi. Urbanisasi
usaha non agraris sebagai hasil perubahan teknologi menyebabkan perpindahan
tenaga kerja dan penduduk secara besar-besaran dari pedesaan ke perkotaan. Karena
secara teknik transportasi, komunikasi berkembang menjadi efektif, maka terjadilah
penyebaran unit-unit skala optimum. Semua proses ini mempengaruhi
pengelompokan penduduk berdasarkan status sosial dan ekonomi serta mengubah
pola dasar perikehidupan.
e. Arus Barang, Modal dan Orang Antar Bangsa
Arus barang, modal dan orang antara bangsa kian meningkat sejak abad
ke-19 sampai perang dunia ke-1, tetapi memudar pada perang dunia ke-1 dan berlanjut
sampai akhir perang dunia ke-2. namun kemudian sejak abad ini terjadi peningkatan.
3. Model Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan yang termasuk dalam kajian ini berusaha mengungkapkan
proses pertumbuhan ekonomi secara logis dan taat asas (konsisten), tetapi sering bersifat
abstrak dan kurang menekankan kepada aspek empiris (historis)-nya dan bersifat deduksi
teoritis. Adapun pendekatan yang dimaksud dan menjadi model pertumbuhan ekonomi
dalam kajian penelitian ini yaitu pendekatan Neo-Keynesian ( model Harrod-Domar ) dan
dari pendekatan Neo Klasik ( Model Solow ).
c. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey Domar (
Massachussets Institute of Technology ) dan Sir Roy F. Harrod ( Oxford University )
ekonomi jangka panjang serta menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar
perekonomian bias tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth).
Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam
proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki
investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua, ia memperbesar kapasitas
produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat
disebut sebagai “dampak permintaan” dan yang kedua “dampak penawaran”
investasi.
Pekerjaan dipertahankan dalam jangka panjang, dengan memperbesar
investasi. Hal ini lebih lanjut memerlukan pertumbuhan pendapatan nyata secara
terus-menerus pada tingkat yang cukup untuk menjamin penggunaan kapasitas secara
penuh atas stok modal yang sedang tumbuh, tingkat pertumbuhan pendapatan yang
diperlukan ini dapat disebut sebagai “tingkat pertumbuhan terjamin” (warranted rate
of growth) atau “tingkat pertumbuhan kapasitas penuh”.
Model yang dibuat oleh Harrod dan Domar didasarkan pada asumsi sebagai
berikut :
1. Ada ekulibrium awal pendapatan dalam keadaan pekerjaan penuh
2. Tidak ada campur tangan pemerintah
3. Model ini bekerja pada perekonomian tertutup tanpa perdagangan luar negeri
4. Tidak ada kesulitan didalam penyesuaian antara investasi dan penciptaan
kapasitas produktif
5. Kecenderungan menabung rata-rata sama dengan kecenderungan menabung
6. Kecenderungan menabung marginal tetap konstan
7. Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan, diasumsikan tetap
(fixed)
8. Tidak ada penyusutan barang modal yang diasumsikan memiliki daya pakai
seumur hidup
9. Tabungan dan invesatsi berkaitan dengan pendapatan tahun yang sama
10. Tingkat harga umum konstan, yaitu upah uang sama dengan pendapatan nyata
11. Tidak ada perubahan tingkat suku bunga
12. Ada proporsi yang tetap antara modal dan buruh dalam proses produksi
13. Modal tetap dan modal lancar disatukan menjadi modal.
Terakhir di dalam perekonomian itu hanya terdapat satu jenis produk.
Kesemua asumsi ini tidak penting bagi kesimpulan akhir permasalahannya, namun
dimaksudkan untuk menyederhakan analisanya.
Model Domar
Investasi di satu pihak menghasilkan pendapatan dan di pihak lain menaikkan
kapasitas produktif, agar kenaikan pendapatan sama dengan kenaikan di dalam
kapasitas produktif, maka perlu mempererat kaitan antara penawaran agregat dengan
permintaan agregat melalui investasi.
Kenaikan kapasitas produksi; Domar menjelaskan sisi penawaran tersebut
sebagai berikut. Kita anggap laju investasi tahunan adalah I, dan kapasitas produksi
tahunan per dolar modal yang baru ditanam rata-rata sama dengan s (yang
modal output marginal). Jadi kapasitas produktif dolar I yang diinvestasikan adalah
I.s dollar per tahun.
Kenaikan yang diperlukan dalam permintaan agregat; Sisi permintaan
dalam sistem Domar dijelaskan dengan pengali (multiplier) Keynesian. Misalnya
kenaikan rata-rata pendapatan kita nyatakan dengan Y dan kenaikan dalam investasi
dengan I dan kecenderungan menabung dengan α(alpha) (=∆S/∆Y). Maka kenaikan
pendapatan itu akan sama dengan multiplikator (I/α) kali kenaikan dalam investasi.
∆Y = ∆I
α
1
( 30 )
Ekuilibrium; Untuk mempertahankan tingkat ekulibrium pendapatan pada
pekerjaan penuh, permintaan agregat harus sama dengan penawaran agregat.
Dengan ini kita sampai pada persamaan dasar model tersebut :
∆I
α
1 = Iσ ( 31 )
Dengan membagi kedua ruas persamaan dengan I dan mengalikannya dengan
σ kita mendapatkan :
ασ
= ∆
I I
( 32 )
Persamaan ini menunjukan bahwa untuk mempertahankan pekerjaan penuh
laju pertumbuhan investasi autonomous netto (∆I/I) harus sama dengan (MPS kali
produktivitas modal). Inilah batas kecepatan laju investasi yang diperlukan untuk
menjamin penggunaan kapasitas potensial dalam rangka mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi yang mantap pada keadaan pekerjaan penuh. Domar
Model Harrod:
Prof. R.F. Harrod mencoba menunjukkan dalam model bagaimana pertumbuhan
mantap (yaitu ekuilibrium) dapat terjadi dalam perekonomian. Sekali laju
pertumbuhan mantap itu terganggu dan perekonomian jatuh ke dalam
dis-ekuilibrium, kekuatan-kekuatan kumulatif cenderung mengabaikan perbedaan
tersebut yang selanjutnya akan membawanya ke deflasi jangka panjang atau inflasi
jangka panjang.
Model Harrod didasarkan pada 3 (tiga) macam laju pertumbuhan. Pertama,
laju pertumbuhan aktual, dinyatakan dengan G, yang ditentukan oleh rasio
tabungan dan rasio modal-output. Laju ini menunjukkan variasi siklis jangka pendek
dalam laju pertumbuhan. Kedua, laju pertumbuhan terjamin, yang dinyatakan
dengan Gw, yang merupakan laju pertumbuhan pendapatan kapasitas penuh suatu
perekonomian. Terakhir, laju pertumbuhan alamiah (natural growth rate),
dinyatakan dengan Gn, yang oleh Harrod dianggap sebagai “optimum
kesejahteraan”. Ia dapat juga disebut sebagai laju pertumbuhan potensial atau laju
pertumbuhan pekerjaan penuh.
Laju pertumbuhan aktual. Di dalam model Harrod persamaan dasarnya yang
pertama ialah :
GC = S ( 33 )
dimana G merupakan laju pertumbuhan output dalam jangka periode waktu
modal yang didefinisikan sebagai rasio investasi terhadap kenaikan pendapatan, yaitu
I/∆Y; dan S adalah kecenderungan menabung rata-rata yaitu S/Y. Dengan
memasukkan rasio-rasio ini kedalam persamaan diatas kita peroleh:
Y S Y I x Y
Y =
∆ ∆
atau Y
S Y
I =
atau I = S ( 34 )
Persamaan ini hanyalah pernyataan kembali kebenaran bahwa tabungan
expost (aktual, terealisasi) sama dengan investasi expost.
Hubungan di atas terungkap perilaku pendapatan. Sementara S tergantung
pada Y, I tergantung pada tambahan pendapatan (∆Y), yang terakhir tidak lain adalah
prinsip percepatan (akselerasi).
Laju pertumbuhan terjamin; Laju pertumbuhan terjamin, menurut Harrod,
adalah laju pertumbuhan “dimana para produsen merasa puas atas apa yang
dikerjakan”.
Persamaan untuk laju terjamin ini ialah :
Gw Cr = s ( 35 )
dimana Gw merupakan “laju pertumbuhan terjamin” Jadi, Gw dalam hal ini
adalah nilai ∆Y/Y. Cr, atau modal yang dibutuhkan, menunjukkan jumlah modal
yang diperlukan untuk mempertahankan laju pertumbuhan terjamin tersebut yaitu
rasio modal-output yang diperlukan. s adalah sama dengan s dalam persamaan
pertama yaitu S/Y.
Persamaan itu dengan demikian menunjukkan bahwa apabila perekonomian
dimaksudkan untuk maju dengan laju pertumbuhan mantap Gw yang akan
Asal muasal Dis-ekuilibrium jangka panjang. Bagi pertumbuhan ekuilibrium
pekerjaan penuh, laju pertumbuhan aktual G harus menyamai Gw yaitu laju
pertumbuhan terjamin yang akan memberikan kemajuan mantap kepada
perekonomian tersebut, dan C (barang modal aktual) harus menyamai Cr (barang
modal yang diperlukan bagi pertumbuhan mantap).
Jika G dan Gw tidak sama, perekonomian akan berada dalam disekuilibrium.
Misalnya, jika G melebihi Gw maka C akan lebih kecil daripada Cr. Apabila G >
Gw, timbul kelangkaan. “Akan terjadi kekurangan barang di pasaran dan atau
kekurangan peralatan”. Situasi semacam ini membawa ke arah inflasi jangka panjang
sebab pendapatan aktual berkembang dalam laju yang lebih cepat daripada yang
dimungkinkan oleh pertumbuhan kapasitas produktif perekonomiannya. Ini akan
lebih lanjut membawa ke arah kekurangan barang modal (C < Cr). Dalam situasi
seperti ini Cr, investasi yang diinginkan (direncanakan, dimaksudkan atau ex-ante)
akan lebih besar daripada C, investasi yang terlaksana agregat. Dengan demikian
akan terjadi inflasi kronis.
Pada fihak lain, apabila G lebih kecil daripada Gw, maka C lebih besar
daripada Gr, situasi semacam ini membawa kepada depresi jangka panjang sebab
pendapatan aktual tumbuh lebih lamban daripada apa yang diperlukan oleh kapasitas
produksi perekonomiannya. Ini akan menyebabkan timbulnya ekses barang modal
(C >Cr), yang berarti bahwa investasi yang diperlukan lebih kecil daripada investsi
yang teralisir dan bahwa permintaan agregat mengalami kekurangan penawaran
agregat. Akibatnya ialah jatuhnya output, pekerjaan dan pendapatan. Demikian yang
Laju pertumbuhan alamiah. Laju pertumbuhan alamiah “adalah laju kemajuan
dimana pertumbuhan penduduk dan perbaikan teknologi berjalan lamban”. Laju ini
tergantung pada variabel-variabel makro seperti penduduk, teknologi, sumber alam
dan peralatan modal. Persamaan untuk laju pertumbuhan alamiah adalah :
Gn . Cr = atau ≠ S ( 36 )
Gn adalah apa yang disebut laju pertumbuhan pekerjaan penuh atau alamiah
tersebut di atas. Perbedaan antara G, Gw, dan Gn
Sekarang bagi pertumbuhan ekuilibrium pekerjaan penuh Gn = Gw = G. Tetapi
keseimbangan ini merupakan “keseimbangan sempurna”. Karena, sekali timbul
perbedaan antara laju pertumbuhan alamiah, terjamin dan aktual, akan tercipta
kondisi stagnasi atau inflasi jangka panjang. Jika G > Gw, investasi meningkat lebih
cepat daripada tabungan. Dan pendapatan naik lebih cepat daripada Gw. Apabila
G < Gw, tabungan naik lebih cepat daripada investasi dan kenaikan pendapatan lebih
kecil daripada Gw. Jadi Harrod menunjukkan bahwa jika Gw > Gn stagnasi sekuler
akan terjadi. Dalam situasi seperti itu Gw juga lebih besar daripada G sebab batas
atas laju aktual ditentukan oleh laju alamiah sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
2.12 (A), pada waktu Gw melampaui Gn > Cr dan barang-barang modal menjadi
berlebihan karena buruh langka. Kelangkaan buruh ini menyebabkan laju kenaikan
output tetap ada pada tingkat yang lebih rendah dari pada Gw. Mesin-mesin menjadi
ngangur (i