EFEKTIVITAS TEKNIK PEMBELAJARAN BERCERITA BERPASANGAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN TEKS BACAAN
MELALUI KEGIATAN BERCERITA OLEH SISWA KELAS XI SMA SWASTA PERSIAPAN STABAT TAHUN
PEMBELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
JUNI ONTIYUSKARA NIM 061222120146
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
i
ABSTRAK
Juni Ontiyuskara, Nim 061222120146. Efektivitas Teknik Pembelajaran Bercerita Berpasangan Terhadap Kemampuan Mengungkapkan Teks Bacaan Melalui Kegiatan Bercerita Oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Persiapan Stabat Tahun Pembelajaran 2010/2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pembelajaran
mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan bercerita dengan
menggunakan teknik bercerita berpasangan (Pared Storytelling) dan teknik
pembelajaran ekspositori oleh siswa kelas XI SMA Swasta Persiapan Stabat
Tahun Pembelajaran 2010/2011. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI SMA Swasta Persiapan Stabat yang berjumlah 240.
dari populasi ditetapkan sampel sebnyak 80 orang.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan instrument tes
kemampuan mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan bercerita. Tes ini
diujikan sebanyak 1 (satu) kali. Penelitian ini bersifat komperatif, maka
harga skor variable X dan variable Y diperbandingkan satu sama lain. Perbandingan yang digunakan adalah statistik uji “t”. nilai rata-rata kelas eksperimen 82,62, sedangkan kelas kontrol adalah 72,87.
Berdasarkan penghitungan ujhi “t” diperoleh nilai to = 6,17 kemudian dikonsultasikan dengan table pada taraf signifikan 5% maupun 1% dengan
dk = (N1-N2) ternyata to yang diperoleh lebih besar dari tt yaitu 1,99<6,17>2,64. Sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif
diterima. Hal in berarti teknik pembelajaran bercerita berapasangan lebih
efektif disbanding teknik pembelajaran ekspositori terhadapa
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dari awal perkuliahan
sampai dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efektivitas Teknik
Pembelajaran Bercerita Berpasangan Terhadap Kemampuan Mengungkapkan
Teks Bacaan Melalui Kegiatan bercerita Oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta
Persiapan Stabat Tahun Pembelajaran 2010/2011”. Skripsi ini dibuat sebagai salah
satu untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Bahasa dan seni
Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak diterima bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya secara
khusu kepada:
1. Ibu Dra. Inayah Hanum, M.Pd. Selaku Dosen yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Tingkos Sinurat, M.Pd. selaku dosen pembimbing
akademik.
3. Ibu Dra. Rosdiana Siregar selaku dosen penguji.
4. Bapak dan Ibu dosen bahasa dan Sastra Indonesia serta staf dan
tata usaha.
5. Bapak Kepala Sekolah SMA Swasta Persiapan Stabat serta staf
dan tata usaha.
6. Siswa-Siswi SMA Swasta Persiapan Stabat, Khusunya XI IPA2
iii
7. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta Edy Suyetno (ALM)
dan Karsini, ibu terhebat dan paling nomor satu yang telah banyak
berkorban bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikannya. Serta
kakak ku Nani Susilawati, Amd serta suami Surya
Darmawansyah, ST dan adik-adikku Tri Yatnasaputra, Putri
Chairunnisa’ yang telah memberikan motivasi dan do’a selama
penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan stambuk 2006 jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
9. Buat seseorang yang paling istimewa di hati yang memberikan
hidup dan penuh semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari perlunya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirya penulis megucapkan terima
kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan
khususnya pada bidang Bahasa dan Sastra Indonesia
Medan, Februari 2011
Penulis,
Juni Ontiyuskara
iv DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KERANGKA TEORETIS,KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teoretis ... 11
1. Pengertian Efektifitas ... 11
2. Hakikat Teknik Pembelajaran Bercerita Berpasangan ... 12
3. Langkah-langkah Teknik Pembelajaran Bercerita Berpasangan ... 15
4. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Pembelajaran Bercerita Berpasangan ... 16
5. Teknik Pembelajaran Ekspositori ... 17
v
b. Kelemahan Teknik Pembelajaran Ekspositori ... 19
6. Pengertian Kemampuan Mengungkapkan Teks Bacaan ... 19
7. Bercerita (Menceritakan) ... 23
8. Langkah-langkah MengungkapKan Teks Bacaan Melalui Kegiatan Bercerita ... 26
9. Kriteria Penilaian Dalam Bercerita ... 26
B. Kerangka Konseptual ... 29
C. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel ... 33
1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 34
C. Metode Penelitian ... 35
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 35
E. Desain Penelitian ... 37
F. Instrument Penelitian ... 38
G. Jalanny Eksperimen ... 39
H. Organisasi Pengolahan Data ... 44
I. Teknik Analisis Data ... 45
vi
1. Deskripsi Kelas Eksperimen ( Variabel X ) ... 52
2. Deskripsi Kelas Kontrol ( Variabel Y ) ... 54
B.Analisis Data penelitian ... 56
1. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen (X) ... 56
2. Distribusi Frekwensi kelompok Kontrol (Y) ... 57
3. Mencari standar Error Perbedaan Mean Kelompok Eksperimen (X) dan Mean Kelompok Kontrol (Y) ... 58
C.Pengujian Persyaratan analisis ... 59
1. Uji Normalitas ... 59
a. Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen ... 59
b. Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol ... 61
2. Uji Homogenitas Varians Populasi ... 62
D.Pengujian Hipotesis ... 64
E.Temuan Penelitian ... 65
1. Penggunaan Teknik Bercerita Berpasangan ... 65
2. Penggunaan Teknik Ekspositori ... 69
3. Perbedaan Teknik Bercerita Berpasangan dan Teknik Ekspositori ... 72
F.Pembahasan Temuan Penelitian ... 74
G.Kesimpulan ... 83
vii BAB V SIMPULAN DAN SARAN
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 PERINCIAN JUMLAH POPULASI PENELITIAN ... 34
TABEL 2 DESAIN EKSPERIMEN ... 37
TABEL 3 ASPEK-ASPEK PENILAIAN ... 38
TABEL 4 JALANNYA EKSPERIMEN KELAS EKSPERIMEN ... 40
TABEL 5 JALANNYA EKSPERIMEN KELAS KONTROL... 43
TABEL 6 HASIL BELAJAR KELOMPOK EKSPERIMEN ... 52
TABEL 7 HASIL BELAJAR KELOMPOK KONTROL ... 54
TABEL 8 DISTRIBUSI FREKUENSI KELOMPOK EKSPERIMEN ... 56
TABEL 9 DISTRIBUSI FREKUENSI KELOMPOK KONTROL ... 57
TABEL 10 UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK EKSPERIMEN ... 59
TABEL 11 UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK KONTROL ... 61
TABEL 12 HASIL UJI HOMOGENITAS ... 64
TABEL 13 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB ISI ( X ) ... 66
TABEL 14 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB INTONASI (X) ... 66
TABEL 15 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB TUTURAN (X) ... 67
TABEL 16 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB FAKTOR NON-KEBAHASAAN (X) ... 68
TABEL 17 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB FAKTOR WAKTU BERBICARA (X) ... 68
TABEL 18 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB ISI (Y) ... 69
TABEL 19 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB INTONASI (Y) ... 70
ix
TABEL 21 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB FAKTOR NON-KEBAHASAAN ... 71 TABEL 22 JUMLAH SISWA YANG MENJAWAB FAKTOR WAKTU
BERBICARA ... 72 TABEL 23 SKOR KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL... 73 TABEL 24 SKOR KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL... 76 TABEL 25 SKOR INTONASI KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS
KONTROL ... 77 TABEL 26 SKOR TUTURAN KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 RPP kelas eksperimen
Lampiran 2 RPP kelas kontrol
Lampiran 3 Teks bacaan yang digunakan saat post-test
Lampiran 4 Hasil jawaban siswa kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 5 Daftar skor kelas eksperimen
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa pada dasarnya bertujuan agar para pembelajar atau para
siswa mempunyai keterampilan berbahasa (Tarigan dalam Rahayu 2001:4).
Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil berbicara, terampil
membaca, dan terampil menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat pisahkan karena keterampilan yang satu akan
mempengaruhi keterampilan yang lain. Dilihat dari sifatnya, keempat
keterampilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif (menyimak dan membaca) dan keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif (menulis dan berbicara).
Keterampilan berbicara bagi siswa merupakan salah satu keterampilan
berbahasa lisan yang penting untuk dikuasai. Pentingnya keterampilan bercerita
dalam komunikasi di ungkapkan oleh Ellis, dkk. (dalam Supriyadi, 2005: 178)
bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan
memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antara individu. Adapun keuntungan profesional
akan diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut akan memudahkan siswa
2
1995: 342). Menurut Pageyasa (2004) penguasaan teori berbicara bukanlah
menjadi tujuan utama dalam pembelajaran berbicara. Hal yang terpenting dalam
pembelajaran berbicara adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan konteks.
Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan
pada aturan pemakaiannya.
Menyampaikan uraian tentang topik tertentu dari hasil membaca
(artikel/buku) secara lisan dengan kalimat efektif merupakan salah satu
kompetensi dasar yang sesuai standard isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
untuk siswa kelas XI tingkat SMA atau MAN sederajat. Kompetensi dasar
tersebut merupakan salah satu penjabaran dari standar kompetensi berbicara yaitu
mengungkapkan pikiran, pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita,
persentasi. Oleh karena itu seharusnya siswa sudah pandai berbicara. Namun
kenyataannya dilapangan siswa kurang mampu berbicara pada saat pembelajaran.
Sebagaimana di sebutkan oleh Tarigan (1992: 143), ada sejumlah siswa
masih merasa takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang
terlihat beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan
apabila ia berhadapan dengan sejumlah siswa lainnya. Menurut Pageyasa (2004)
kebanyakan siswa saat berbicara memerlukan bantuan benda-benda konkret
untuk berpikir karena siswa masih belum mampu berpikir abstrak Dengan kata
lain, kemampuan berbicara siswa masih rendah. Bila dikaitkan dengan
pembelajaran berbicara, tentu ada masalah dalam hal ini yang menyebabkan
kemampuan berbicara siswa masih rendah. Praktik pembelajaran yang kurang
3
0310050177, dalam penelitiannya Siswa sering kali malu ketika diminta berbicara
atau bercerita di depan kelas. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya penguasaan
siswa akan topik yang dibahas sehingga siswa tidak mampu memfokuskan hal-hal
yang ingin diucapkan. Akibatnya, arah pembicaraan menjadi kurang jelas
sehingga inti dari bahasan tersebut tidak tersampaikan.
Fenomena itu juga dialami oleh peneliti saat mengikuti Program
Pengalaman lapangan (PPL). Saat pembelajaran materi bercerita, guru meminta
siswa tampil mengungkapkan bacaan dengan bercerita dari teks yang telah
mereka baca, Namun, siswa yang tampil hanya beberapa siswa saja yaitu 2/3 dari
jumlah siswa yang ada di kelas yang mempunyai keberanian lebih dibandingkan
teman-temannya yang lain. Keberanian mereka tampil bercerita yang
berbeda-beda tersebut disebabkan oleh potensi keterampilan bercerita mereka relatif
bervariasi. Ada sejumlah siswa yang sudah mampu menyatakan keinginan,
perasaan senang, perasaan sedih, perasaan sakit, atau perasaan letih secara lancar.
Pada sebagian siswa yang lain, ada yang belum mampu menyatakan pendapatnya
secara runtut, bahkan di antaranya ada yang gagap dalam menyampaikan pendapat
dan ada yang diam membisu. Dengan demikian dapat diidentifikasikan bahwa
keterampilan berbicara siswa masih rendah.
Fenomena yang paling sering di temui di kelas adalah Karena siswa tampil
satu per satu, hal ini menyebabkan waktu pembelajaran semakin lama. Kurangnya
waktu pembelajaran tersebut mengakibatkan guru kurang memberikan perhatian
terhadap pembelajaran bercerita. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Sarono
4
pembelajaran bercerita dapat dilihat dari pemilihan materi dan metode
pembelajaran bercerita yang kurang bermakna dan kurang menyentuh siswa.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Galda (dalam Supriyadi, 2005:
180) yang meneliti pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, yaitu guru hanya
memberikan perhatian sedikit pada aspek pengembangan bahasa lisan/berbicara.
Pembelajaran bercerita yang kurang mendapat perhatian tersebut dapat dilihat dari
metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu metode
pembelajaran ekspositori.
Menurut pandangan ekspositori guru yang memegang peranan penting
dalam proses belajar mengajar. Guru menyampaikan informasi mengenai bahan
pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penutup secara lisan yang dikenal
dengan istilah ceramah. Saat prakteknya dalam pembelajaran bercerita siswa
tampil bercerita secara individu sehingga banyak menyita waktu pembelajaran
Bahasa Indonesia yang hanya 70 menit tiap pertemuan. Keadaan ini tampak
bahwa guru sulit menugasi siswa untuk tampil bercerita di depan kelas. Kendala
ini di alami sewaktu menghadapi siswa yang merasa takut apabila diberi tugas
tampil bercerita di depan kelas. Kendala yang sama juga disampaikan oleh
Gartika (2007: 1) bahwa guru masih kesulitan dalam mengajarkan keterampilan
berbicara. Mereka mengemukakan kesulitan tersebut terutama sewaktu memberi
tugas kepada siswa tampil bercerita. Pada umumnya, siswa yang tidak berani
tampil tersebut adalah siswa yang mengalami beberapa masalah sewaktu tampil
bercerita, seperti takut, lupa, dan grogi sewaktu bercerita di depan
5
dilatih secara optimal. Dapat di simpulkan, faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya kemampuan bercerita siswa antara lain, tidak adanya minat siswa di
keranakan takut dan grogi, kurangnya perhatian guru terhadap materi bercerita,
dan guru tidak memiliki teknik yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran
bercerita yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan agar aktif tampil
bercerita didepan kelas. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar bercerita adalah dengan menggunakan teknik
pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling).
Teknik pemebelajaran bercerita berpasangan merupakan teknik yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk tampil bercerita di hadapan
teman-temannya secara berpasangan. Satu kelompok terdiri atas dua orang siswa.
Sewaktu mereka tampil bercerita, pasangan siswa tersebut dapat bercerita secara
bergantian dengan judul dan isi cerita yang sama. Teknik pembelajaran ini
merupakan salah satu teknik pembelajaran Cooperatif Learning. Dengan teknik
pembelajaran ini, guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karena siswa di
minta tampil berbicara di depan kelas dengan salah seorang temannya. Selain guru
dapat mengefektifkan waktu pembelajaran, keunggulan teknik pembelajaran
Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) dalam proses pembelajaran bercerita
adalah dengan siswa tampil secara berpasangan, diharapkan dapat memotivasi
siswa yang lain dan menumbuh kembangkan sikap kerja sama dan kekompakkan
6
Teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling)
dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, guru, dan bahan
pengajaran (Lie, 2002: 71). Di tambahkannya, guru yang menggunakan teknik ini
harus memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pembelajaran menjadi
lebih bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik Bercerita
Berpasangan (Paired Storytelling), siswa dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan berimajinasi. Hasil pemikiran mereka akan dihargai
sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar.
Kelompok berpasangan di atas akan memiliki kelebihan dan kekurangan,
antara lain: 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran; 2)
kelompok model ini cocok untuk tugas sederhana; 3) setiap siswa memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk berkontribusi dalam kelompoknya; 4)
interaksi dalam kelompok mudah dilakukan; 5) pembentukan kelompok menjadi
lebih cepat dan mudah. Adapun kekurangan kelompok berpasangan, yaitu: 1)
banyak anggota kelompok yang kurang memahami tugasnya dalam kelompok
sehingga banyak siswa yang melapor; 2) karena jumlah anggota kelompok hanya
dua, ide yang muncul hanya sedikit; 3) apabila dalam kelompok ada perbedaan
pendapat dan terjadi perselisihan tidak ada penengahnya.
Pemilihan teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired
Storytelling) dalam pembelajaran bercerita tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan
yang dimilikinya. Dengan menerapkan teknik ini, siswa akan termotivasi dan
7
bekerja sama untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Siswa yang memiliki
kemampuan lebih dalam bercerita akan memotivasi siswa lain yang kurang
terampil berbicara di depan kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk mengetahui efektifitas
teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) peneliti
menggunakan teknikl pembelajaran Ekspositori sebagai pembandingnya.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Efektifitas Teknik Pembelajaran Bercerita
Berpasangan (Paired Storytelling) Terhadap Kemampuan Mengungkapkan Teks
Bacaan Melalui Kegiatan Bercerita Oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Persiapan
Stabat Tahun Pembelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang
masalah, ada beberapa masalah yang dapat di identifikasi antara lain sebagai
berikut :
1. rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan teks bacaan melalui
kegiatan bercerita,
2. masih banyak siswa yang kurang percaya diri dalam bercerita,
3. metode pengajaran guru dalam mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan
8
4. keefektifan penggunaan teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired
Storytelling) terhadap kemampuan mengungkapkan teks bacaan melalui
kegiatan bercerita.
C. Pembatasan Masalah
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar
masalah yang diteliti tidak terlalu luas. Batasan masalah merupakan pertanyaan
peneliti yang akan dicari jawabannya melalui penelitian.
Dalam pengajaran bercerita dapat di ajarkan dengan beberapa teknik.
Namun pada penelitian kali ini, teknik yang diteliti hanya terbatas pada teknik
pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling). Untuk mengetahui
sejauh mana keefektifitas teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired
Storytelling) dalam mengajarkan mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan
bercerita pada siswa kelas XI SMA Swasta Persiapan Stabat. Untuk itu digunakan
teknik Ekspositori sebagai bahan pembandingnya.
Mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan bercerita tersebut dibatasi
pada penguasaan ketepatan ucapan, penempatan tekanan, pilihan kata yang tepat,
ketepatan sasaran, persiapan pembicaraan. Sedangkan teks bacaan yang di
ungkapkan melalui kegiatan bercerita adalah teks bacaan (artikel/buku).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasn masalah di atas maka yang menjadi perumusan
9
1. Bagaimanakah tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam mengungkapkan teks
bacaan melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan teknik pembelajaran
Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling)?
2. Bagaimanakah tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam mengungkapkan teks
bacaan melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan teknik pembelajaran
ekspositori?
3. Apakah lebih efektif teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired
Storytelling) dibanding teknik pembelajaran Ekspositori dalam meningkat
kemampuan mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan bercerita?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui hasil pembelajaran mengungkapkan teks bacaan melalui
kegiatan bercerita dengan menggunakan teknik pembelajaran Bercerita
Berpasangan (Paired Storytelling).
2. untuk mengetahui hasil pembelajaran mengungkapkan teks bacaan melalui
kegiatan bercerita dengan menggunakan teknik pembelajaran Ekspositori.
3. untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara teknik Bercerita
Berpasangan (Paired Storytelling) dan teknik pembelajaran Ekspositori dalam
meningkat kemampuan mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan
10
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. sebagai masukan bagi guru bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan
pembelajaran bercerita dengan menggunakan teknik pembelajaran Bercerita
Berpasangan (Paired Storytelling).
2. sebagai masukan kepada pembaca untuk mengetahui Efektifitas teknik
Pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) dalam
pembelajaran mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan bercerita.
3. sebagai pedoman atau bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru yang
kelak akan mengajarkan bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik pada bab empat, maka
ditetapkan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Kemamapuan siswa kelas XI IPA-2 SMA Swasta persiapan Stabat Tahun
Pembelajaran 2010/2011 dalam mengungkapkan teks bacaan melalui
teknik bercerita berpasangan termasuk dalam kategori B (Baik) dengan
nilai rata-rata yaitu 82,62.
2. Kemamapuan siswa kelas XI IPA-1 SMA Swasta persiapan Stabat Tahun
Pembelajaran 2010/2011 dalam mengungkapkan teks bacaan melalui
teknik Ekspositori termasuk dalam kategori C (cukup) dengan nilai
rata-rata yaitu 72,87.
3. Penerapan teknik pembelajaran Bercerita Berpasangan (Paired
Storytelling) lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengungkapkan teks bacaan melalui kegiatan bercerita dari pada teknik
86
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian di atas,
maka penulis memberikan beberapa saran yaitu :
1. Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa teknik pembelajaran bercerita
berpasangan lebih efektif digunakan untuk mengungkapkan teks bacaan
melalui kegiatan bercerita di bandingkan teknik ekspositori. Kerna itu
disarankan agar guru di SMA Swasta Persiapan Stabat khusunya dan
secara umum SMA lainnya dapat disarankan menggunakan teknik
pembeljaran bercerita berpasangan.
2. Untuk menggunakan teknik pembelajaran bercerita berpasangan
diperlukan pemahaman guru bahasa dan sastra Indonesia baik dari segi
persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi agar hal yang diharapkan yakni
peningkatan kemampuan mengungkapkan teks bacaan dapat lebih
ditingkatkan.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjut oleh penelitian lain guna memberi
masukan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Haliday. Hasan. 1992. Bahasa Konteks dan Teks. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Ibrahim,Muslim, dkk.2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
UNESAUniversity Press
Lie, Anita. 2002. Coopertif Learning. Jakarta: PT Gramedia
Luxemburg. 1992. Teks Bacaan (online), http://www.google.co.id/search
Teks+bacaan, (di akses 7 Agustus 2010)
Mursini. 2010. Bimbingan Apresiasi Sastra Anan-anak, Medan: USU Press 2010
Novia, 2002. Keterampilan Bebicara (online), http://aldonsamosir.files.
Wordpress.com/2008/05/pengertian-keterampilan-berbicara.doc, (di
akses 7 Agustus 2010)
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raya Grafindo
Persada
Sudjana, 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran. Bandung: Falah Production
.2008, Beda Strategi, Model, Pendekatan, metode, dan Teknik
Pembelajaran (online) http://smacepering.wordpress.com/2008/03/10/
beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran, (di