• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang ISO Mukti Kabupaten Mesuji TP 20152016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang ISO Mukti Kabupaten Mesuji TP 20152016"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

MUSTOFA

NPM. 1422010111

Pembimbing : 1. Dr. H. Achmad Asrori, MA

2. Dr. M. Akmansyah, MA

PROGRAM STUDI ILMU TRBIYAH

KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

(2)

banyak hal – hal negatif yang perlu dihindari dan keluhan dari orang tua tentang anak yang sulit diatur. serta sering tidak menghiraukan orang tua bahkan justru lebih mementingkan bermain daripada belajar.

Dari hasil pengamatan pra survey yang penulis lakukan di MI Al kautsar Sidang Iso Mukti Rawajitu Utara, penulis menemukan sebuah permasalahan tentang suasana keagamaan di Lingkungan MI Al kautsar Sidang Iso Mukti rawajitu Utara yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agam Islam. Melihat hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan pengamatan lebih jauh tentang bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama islam dalama menciptakan suasana keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kabupaten Mesuji TP 2015/2016

Oleh karena hal tersebut maka Fokus penelitian dalam penulisan tesis ini adalah, 1) Bagaimana Peran Guru PAI dalam Membentuk Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti ? 2) Bagaimana Menjadikan Sekolah sebagai Wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai – nilai dalam praktek hidup KeIslaman ? 3)Bagaimana memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai

– nilai positif dan negative secara bersamaan ?.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, dan termasuk penelitian kwalitatif, Berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan study kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Analis data dilakukan mulai dari reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan perpanjangan kehadiran, triangulasi, pembahasan teman sejawat, dan klarifikasi dengan informan.

Pembahasan hasil penelitian, 1) Peran Guru PAI dalam Membentuk Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti 2) Menjadikan Sekolah sebagai Wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai – nilai dalam praktek hidup KeIslaman 3) memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai – nilai positif dan negative secara bersamaan Proses yang digunakan oleh guru dalam membentuk suasana keagamaan adalah Menggunakan metode pembiasaan, dengan membiasakan berakhlak terpuji Menggunakan metode keteladanan, Menggunakan metodeganjarandanhukumanyakni, memberikanhadiahkepadayangberbuatbaikdan memberikansanksikepada yang berbuatkejelekan.

(3)

Nama Mahasiswa

Telah disetujui untuk diujikan dalam Ujian tertutup, pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, Januari 2016

(4)

DALAM MENCIPATAKAN SUASANA KEAGAMAAN DI LINGKUNGAN MI AL KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI TP 2015/2016” Ditulis oleh Mustofa, NPM. 1422010111 telah diujikan dalam Ujian tertutup Program dan disetujui untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Pasca Sarajana AIAN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji :

1. Ketua : Prof. Dr. Hi. Sulthan Syahril, MA : ………

2. Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA : ………

3. Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd, M.Pd : ………

4. Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA : ………

(5)

KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI TP 2015/2016 “

Ditulis oleh Mustofa, NPM. 1422010111 telah diujikan dalam Ujian Terbuka Pasca

Sarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji :

1. Ketua : Prof. Dr. Hi. Sulthan Syahril, MA : ………

2. Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA : ………

3. Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd, M.Pd : ………

4. Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA : ………

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag NIP. 19601020 198803 1005

(6)

Alhamdullilah, puji dan syukur atas segala karunia ALLAH SWT, akhirnya penulis dan

penyusunan karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister dalam Pendidikan Agama Islam.

Tesisi ini merupakan karya ilmiah yang meneliti tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencipatakan Suasana Keagamaan Di Lingkungan Mi Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kabupaten Mesuji Tp 2015/2016. Penelitian dalam tesis ini menggunakan jenis penelitian populasi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Dalam tesis ini pada bab pertama menguraikan tentang latar belakang masalah, apa yang

akan diteliti dan paradigm pemikiaran. Selanjutnya pada bab kedua menguraikan tentang

landasan teori yang kemudian akan menjadi acuan dalam pembuatan instrument penelitian.

Pada bab ketiga, diuraikan tentang metode penelitian yang antara lain menjelaskan tentang

teknik pengumpulan danalisis data selain it juga menyajikan hasil uji validitas dan

reliabilitas instrument penelitian. Pada bab keempat disajikan hasil pengumpulan dan

analisis data baik primer maupun sekunder, yang intinya tentang proses dan hasil analisis

data. Dan pada bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.

Penulis juga tak lupa menghaturkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak

yang membantu hingga terselesaikannya penyusunan tesis ini tertama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri. M. Ag., Sebagai Rektor IAIN Raden Intan

Lampung,

Sekaligus selaku Ketua Tim Penguji dalam Ujian Terbuka

2. Bapak Prof. Dr. Idham Khalid, M. Ag., Sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Raden

Intang Lampung.

3. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA., Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam,

sekaligus selaku Pembimbing I dalam penelitian penyusunan Tesis.

4. Bapak Dr. M. Akmansyah, MA., selaku Pembimbing II dalam penelitian dan

(7)

di Mts Al Kautsar Mesuji dan banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya

studi dan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Kedua orang tua ku tercinta yang selalu memberikan perhatian, semangat serta

mootivasi hingga selesainya studi.

8. Seluruh teman – teman seperjuangan yang selalu memberikan bantuan dan semangat

dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya

ilmiah ini, untuk itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi kita semua terutama bagi

penulis secara pribadi dan perkembangan serta peningkatan mutu pendididkan sekolah di

MTs Al Kautsar. Amin Ya Robbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulang Bawang, Februari 2016

Penulis,

(8)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN / ORISINALITAS... ii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 16

C. Rumusan Masalah ... 18

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 18

E. Kerangka Pikir ... 19

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 22

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 22

2. Keutamaan Guru Pendidikan Agama Islam ... 23

3. Macam – macam Guru Pendidikan Agama Islam... 25

4. Peran Guru PAI Dalam menciptakan suasana Keagamaan... 43

(9)

4. Indikator Suasana Keagamaan di Sekolah ... 78

C. Upaya – upaya yang harus dilakukan guru PAI dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolah ... 90

Mengoptimalkan Pendidikan Agama Islam ... 90

Integrasikan Ajaran Islam ke dalam kegiatan extrakurikuler ... 91

Kerjasama sekolah dengan orangtua Murid ... 92

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 95

B. Lokasi,Sumber penelitian dan waktu Penelitian ... 96

C. Tahap – tahap Penelitian ... 97

D. Tekhnik Pengumpulan data...100

E. Tekhnik Analisa data ...104

F. Definisi Operasional...106

G. Instrumen Penelitian...107

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Gambaran daerah Penelitian ... 109

Sejarah Singkat Berdirinya MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti ... 109

Sarana dan prasaran... 111

Denah Lokasi ... 112

(10)

Kondisi suasana keagamaan di sekolah ... 116

Guru PAI sebagai Pengajar ... 122

Guru PAI sebagai pendidik ... 124

Guru PAI sebagai Motivator ... 126

Guru PAI sebagai Teladan ... 128

Guru PAI sebagai Fasilitator ... 131

Guru PAI sebagai Evaluator ... 134

Guru PAI sebagai Pemimpin ... 137

Upaya – upaya yang dilakukan dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolah Guru PAI sebagai Pengajar ... 138

C. Kerjasama sekolah dengan orangtua Murid ... 143

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 145

B. Rekomendasi ... 145

C. Penutup DAFTAR PUSTAKA ... 148

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis

ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah untuk

membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga,

visi, dan misi serta politik pendidikan nasional yang tidak jelas.1 Dalam berbagai

forum seminar muncul kritik; konsep pendidikan telah tereduksi menjadi

pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas. Sementara

yang berlangsung di kelas tidak lebih dari kegiatan guru mengajar murid dengan

target kurikulum dan bagaimana upaya mengejar lulus ujian nasional (UN).

Pendidikan kita saat ini banyak mengalami kelemahan, khususnya pendidikan

agama Islam, pernyataan ini ditegaskan oleh mantan Menteri Agama RI.

Muhammad Maftuh Basyuni, pendidikan agama yang berlangsung saat ini

cenderung lebih mengedepankan aspek kognitif (pemikiran) dari pada aspek

afefaif (rasa) dan psikomotorik,2 sedangkan istilah Komaruddin Hidayat (dalam

Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri), pendidikan agama lebih berorientasi pada

belajar agama, sebagai hasilnya banyak orang mengetahui nilai-nilai ajaran

1

Mel Silberman, diterjemahkan Sarjuli, dkk, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 2001), h.VII

2 Muhibbin Syah, Psitofogi Pendidikan Dengan Pendekatan Bam, (Bandung : PT. Remaja

(12)

agama, tetapi perilakunya tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama yang

diketahuinya.3

Menurut istilah Amin Abdullah, pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi

pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang

consen terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang

kognitif menjadi "makna" dan "nilai" yang perlu diinternalisasikan dalam diri

peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.4

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa proses pendidikan kita kurang sekali

memberikan tekanan pada pembentukan karakter atau watak, tetapi lebih pada

hapalan dan pemahaman kognitif. Kemudian proses pembelajaran hanya bersifat

pembelajaran di kelas, kurang merealisasikan nilai-nilai di lingkungan, yang juga

menentukan kepribadian, karakter atau watak siswa dalam berinteraksi di

lingkungan.

Ditandaskan pula oleh Azyumardi Azra bahwa adanya ketimpangan yang tidak seimbang dengan kemajuan kebudayaan modern berupa adanya pendangkalan kehidupan spiritual. Liberalisasi yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan tak lain adalah proses desaklarasi dan despritualitas tata nilai kehidupan. Dalam proses semacam mi, agama (yang semestinya menjadi pegangan dan pedoman manusia dalam mengarungi kehidupannya ) yang syarat dengan nilai-nilai sakral dan spiritual perlahan tapi pasti terus tergusur dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Kadang-kadang agama dipandang tidak relevan dan signifikan lagi dalam kehidupan. Akibatnya terlihat pada gejala umum masyarakat modern, kehidupan rohani semakin kering dan dangkal.5

3 Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri, Wawasan Tentang Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :

Logos Wacana Ilmu, 1999), h.28

4

Amin Abdullah, Problem metodologi-Metodologi Pendidikan Islam, dalam Abdullah Mknir Mulkan, Regiusitas IPTEK, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h.8

5 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos,

(13)

Menurut Muhaimin, dalam kontek pembelajaran, agaknya titik lemah pendidikan

agama lebih terletak pada komponen metodologinya.6 Kalau kita menengok UU

NO. 20. tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengcmbangan kemampuan serta pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah masyarakat dunia. Kemudian pasal 4 tujuan pendidikan Nasional adalah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan merabentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7

Terkait dengan peran strategis Pendidikan Agama, dalam UU Sisdiknas Nomor 20

Tahun 2003 pada bab DC tentang kurikulum pasal 27 disebutkan bahwa

kurikulum pendidikan dan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi wajib

memuat pendidikan agama. Selanjutnya dalam penjelasan mengenai pasal 37 ayat

(1) dijelaskan bahwa Pendidikan Agama bertujuan membentuk peserta didik

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia.8

6 Kelemahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut (1) kurang bisa mengubah agama

yang kognitif manjadi "makna" dan "nilaT atau kurang mendorong penjiwaan nilai-nilai keagamaan yang perlu diintemalisasikan dalam peserta didik; (2) kurang dapat bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontektual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), h.27

7 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI. No. 20 Th. 2003, (Jakarta : Sinar

2008), h.50-51

(14)

Kemudian bila kita melihat tujuan pendidikan agama Islam di sekolah juga

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pegetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah

SWT.;

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia

yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,

adil, etis, berdisiplin, bertoleran (tasamuh) menjaga keharmonisan secara

personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas

sekolah.9

Sedangkan tujuan akhir atau tujuan tertinggi dari pendidikan Islam bersifat mutlak

tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep

ke-Tuhan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi

tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut "Insan Kamil" (manusia

paripurna). Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada

akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan perannya sebagai makhluk

ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah:

9 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Pendidikan Islam,

(15)

a. Menjadi hamba Allah

Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu

semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan hams

memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya

sedemikian rupa, schingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh

penghayatan dan kehusyu'an terhadap Allah SWT, melalui seremonial ibadah

dan tunduk senantiasa pada syari'ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang

dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Qur'an. Finnan Allah SWT :

Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melamkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariat: 56).10

b. Mengantarkan subjek didik menjadi Khalifah Allah di muka bumi

Tujuan ini diharapkan mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi

al-ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh

lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan

penciptaannya, dan sebagai konsekwensi setelah menerima Islam sebagai

konsep hidup.

(16)

Sesuai dengan Firman Allah:

Artinya : Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi." (Q.S. Al-Baqarah: 30).11

Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar peserta didik mampu menjadi

khalifah Allah di bumi, mamanfaatkan, memakmurkannya, mampu

merealisasikan eksistensi Islam yang rahmatan It al-'alamin. Dengan

demikian peserta didik mampu melestarikan bumi Allah ini, mengambil

manfaat, untuk kepentingan dirinya, untuk kepentingan umat manusia, serta

untuk kemaslahatan semua yang ada di alam.

c. Untuk memperolah kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat

Sesuai dengan Firman Allah:

Artinya : Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Q.S.

Al-Qashash: 77)12

11 Ibid, h. 6

(17)

d. Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur'ani.

Yakni wajah penuh kemuliaan sebagai makhluk yang berakal dan dimuliakan.

Firman Allah :

Artinya : Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka

akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan

ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia, (Q.S. Al-Anfaal : 4).13

Keempat tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan karena pencapaia tujuan yang satu memerlukan pencapaian

tujuan yang lain, bahkan secara ideal kesemuanya harus dicapai secara bersama

metalui proses pencapaian yang sama dan seimbang.

Untuk itulah diperlukan satu kondisi sosial kultural dan psikologis yang sehat

untuk mendidik sosok mukmin yang ideal dan merupakan kewajiban semua

sarana dan lembaga yang memiliki pengaruh untuk melakukan kerja sama untuk

mencapai tujuan yang mulia tersebut. Tak terkecuali sekolah, hendaknya sekolah

berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membentuk keimanan dan

moralitas, sehingga umat ini memiliki keimanan yang mantap kepada Allah,

kapada risalah-Nya dan kepada hari akhirat.14

13 Ibid, h. 177

(18)

Melihat tujuan pendidikan nasional dan kurikulum pendidikan agama Islam serta

tujuan pendidikan agama Islam di sekolah maka pendidikan agama Islam

mempunyai peran sangat strategis, dimana tujuan pendidikan nasional tersebut

salah satunya adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak

mulia serta nilai-nilai kepribadian yang Islami yang seiring dengan tujuan

pendidikan Islam dan pada akhlrnya menuju kepada tujuan hidup manusia yakni

Insan Kamil, maka di sini peran pembelajaran PAI menjadi inti atau core terdepan

untuk mewujudkan tujuan tersebut. Hal ini akan dapat tercapai apabila guru PAI

dapat memainkan perannya secara maksimal balk di dalatn kelas maupun di luar

kelas atau lingkungan sekolah.

Pendidikan agama memang diyakini dapat memainkan perannya sebagai basis dan

benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkokoh etika dan moral bangsa,

Jauhnya kehidupan anak-anak dari kehidupan agama merupakan salah satu

dampak nyata dari perkembangan dan akses global. Pada tataran lain timbul pula

beragam tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan dan

harapan budaya masyarakat kita. Fenomena ini jelas indikasi dari kegagalan

sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai agen pendidikan.15 Karena PAI

diyakini sebagai sumber nilai dan pedoman bagi peserta didik untuk mencapai

kebahagian di dunia dan akherat.

Krisis multi dimensi yang dialami bangsa ini diyakini berpangkal dari krisis

akhlak dan moral anak bangsa, maka pendidikan agama dipandang sebagai senjata

(19)

yang sangat vital dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang

bermartabat. Dari fenomena di atas nampaknya reonentasi pembelajaran agama

perlu menjadi penting dirumuskan kembali. Reorientasi pembelajaran ini bukan

sekedar secara formal, melainkan juga secara alami dalam kehidupan nil dalam

tingkah laku keseharian yang dapat diciptakan sekolah dengan salah satunya

melalui pembudayaan nilai-nilai agama di lingkungan sekolah.

Sebagaimana pendapat Abuddin Nata bahwa "pelajaran agama yang diberikan di

sekolah-sekolah seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan

dan keahlian, tetapi juga dapat membentuk perilaku. Dengan kata lain, pelajaran

agama tersebut memiliki nilai transformatif bagi kehidupan".16 Lebih lanjut

Abuddin Nata menilai konteks sosiologis, kurikulum pendidikan Islam harus

dirancang untuk mewujudkan mata pelajaran yang diajarkan memiliki nilai

transformatif bagi perbaikan sosial. Hal ini perlu dilakukan, mengingat

pendidikan agama Islam dengan kurikulum yang dibuatnya baru dapat

menghasilkan orang-orang yang pandai menguasai seperangkat ilmu agama dan

umum, namun belum berhasil mentransformasikan nilai-nilai sosial kemanusiaan

dari ilmu-ilmu tersebut.17

Selain itu peran dan kompetensi guru sangat menentukan dalam proses

pembelajaran, karena sebaik apapun kurikulum yang ada akan sangat tergantung

pada guru, al-Mawardi mengatakan "keberhasilan pendidikan sebagian besar

bergantung kepada kualitas guru baik dari segi penguasaan terhadap materi

16 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta :

Gramedia,2001),h.l02

(20)

pelajaran yang diajarkan maupun cara menyampaikan pelajaran tersebut serta

kepribadiannya yang baik, yaitu kepribadian yang terpadu antara ucapan dengan

perbuatan secara harmonis".18 Peran guru tersebut meliputi banyak hal,

sebagaimana dikemukakan oleh Adam & Dekey dalam Basic Principles of

Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas,

pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, expediter, perencanaan, supervisor,

motivator dan konselor.19

Di samping itu Uzer Usman membahas peran guru yang dianggap paling dominan

diklasifikasikan sebagai berikut; 1) guru sebagai demonstratrator, dimana guru

hendaknya senantiasa menguasai bahan atau mated palajaran yang akan diajarkan

serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam

hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil balajar

yang dicapai oleh siswa; 2) guru sebagai pengelola kelas, hendaknya mampu

mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek lingkungan

sekolah yang perlu diorganisasi; 3) guru sebagai mediator atau fasilitator

hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan proses belajar mengajar; 4) guru sebagai evaluator, yakni untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum dan apakah

materi yang diajarkan sudah cukup tepat; 4) peran guru dalam

pengadministrasian; 5) peran guru sebagai pribadi, guru sebagai petugas sosial,

18 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Fihafat Pendidikan Islam,

iiarta: Raja Grafindo, Persada, 2001), h. 49

(21)

pelajar dan ilmuan, sebagai orang tua di sekolah, sebagai teladan, pencari

keamanan; 6) peran guru sebagai psikologis.20

Enco Mulyasa mengatakan, guru memiliki peran sebagai "pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model teladan, pribadi, peneliti,

pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,

pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai

kulminato".21

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Kautsar Sidang iso Mukti Kabupaten Tulang

Bawang yang berada di bawah naungan Kementerian Agama merupakan salah

satu pelaksana pendidikan formal untuk jenjang sekolah menengah, sebagai jalur

pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam pelaksanaan

kurikulumnya wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama Islam di samping

mata pelajaran lainnya, menurut kepala sekolah, guru PAI sudah menjalankan

perannya sebagai pengajar, pendidik, motivator, teladan, fasilitator, evaluator dan

pemimpin, misalnya guru telah melaksanakan tugas memberikan ilmu, juga

menanamkan nilai-nilai agama, guru juga senantiasa memotivasi siswa,

memberikan contoh tauladan dengan berpakaian rapi, disiplin, selalu menjaga

kebersihan, sopan santun, selalu mengucapkan salam, selalu mengadakan

evaluasi, baik materi pelajaran maupun tingkah laku siswa.22

20

Ibid

21 Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008), h. 37

(22)

Sementara itu dari hasil observasi dengan guru PAI, peran sebagai pengajar telah

dilaksanakan dengan baik ini dapat dilihat dari adanya pelaksanaan PBM,

membuat program tahunan, program semester, RPP (rencana persiapan mengajar)

serta mempersiapkan strategi, media, buku-buku yang diperlukan dalam

menunjang proses pembelajaran.23

Sedangkan peran sebagai pendidik "selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan serta

moral, nilai-nilai agama, mematuhi berbagai aturan, baik aturan sekolah,

masyarakat, dan agama dengan menjadikan diri sebagai contoh utama serta selalu

membimbing, mengarahkan dalam pengamalan nilai-nilai agama24

Peran guru PAI sebagai motivasi yakni "selalu memberikan motivasi dalam

menuntut ilmu, dalam belajar, serta mengamalkan ilmu yang didapat dalam

kehidupan keseharian. Juga agar selalu tidak putus asa dalam menghadapi

kegagalan, selalu berusaha dan tidak lupa diiringi dengan doa25

Sebagai teladan guru PAI juga selalu disiplin datang ke sekolah, disiplin dalam

jam masuk kelas, berpakaian bersih, rapi dan Islami, selalu memulai pelajaran

dengan berdoa dan mengucapkan salam bila memulai dan menutup pelajaran,

selalu menjaga kebersihan, berbicara sopan santun.26

Dalam mengadakan evaluasi, guru PAI mencakup evaluasi kognitif, afektif dan

psikomotorik, dimana guru PAI mengadakan ulangan harian bersama, ulangan

23

Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal, Sukau, 2 Desember 2015

(23)

tengah semester, ujian semester, mengadakan remedial dan pengayaan serta selalu

mengevaluasi sikap dan tingkah laku siswa.27

Dari hasil observasi peneliti guru PAI telah menjalankan perannya dengan baik

namun pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti

yang berjalan selama ini belum berhasil membentuk perilaku religius, padahal

warga sekolah yang terdiri dari guru, staf TU dan siswa, meskipun seluruh warga

sekolah beragama Islam, namun nilai-nilai Islam! belum banyak teraktualisasi di

Imgkungan sekolah.28 Karena berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah,

guru PAI bahwa sudah adanya peraturan untuk sholat berjamaah tetapi belum

terlaksana secara maksimal, kurang disiplin, kurang menjaga kebersihan

lingkungan, belum ada kesadaran siswa putri berbusana muslim, tidak terbiasa

mengucapkan salam, banyaknya siswa masih terlambat, masih adanya siswa yang

sering membolos, dan kebersihan WC masih sangat kurang dijaga, kegiatan

keagamaan seperti maulid Nabi, Isrso Mi'raj, dan lainnya sering dilakukan namun

belum membekas sampai pada perubahan sikap, hanya sewaktu ada tugas

dilaksanakan, misalnya harus meresume isi ceramah maka siswa meresume tanpa

ada perubahan sikap yang signifikan29

Berkenaan dengan hasil pembelajaran PAI pada dasarnya perubahan sikap dan

tingkah laku merupakan hasil dari kegiatan proses pembelajaran. Secara faktual

dan operasional, hasil belajar pendidikan agama Islam dapat dilihat dari realitas

27

Dokumentasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 5 Desember 2015

28 Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 5 Desember 2015

29 Anton Setiyono, Kepala Sekolah MI Al Kautsar, Wawancara, SIM, Tanggal 5 Desember

(24)

yang tercermin pada perilaku siswa yang bersangkutan, hal ini dapat terlihat dari

tingkah laku yang tercermin dari masyarakat sekolah yang mencerminkan suasana

relegius/agamis di lingkungan sekolah. Hal ini mengacu pada visi dan misi MI Al

Kautsar Sidang Iso Mukti yang selengkapnya ada di penyajian data.

Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia ternyata tidak bisa hanya mengandalkan

pada mata pelajaran pendidikan agama yang waktunya hanya 2 jam pelajaran,

tetapi perlu pembinaan secara terus menerus dan berkelanjutan di luar jam

pelajaran pendidikan agama, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah. Bahkan

diperlukan pula kerjasama yang harmonis antara para warga sekolah dan para

tenaga kependidikan yang ada di dalairmya.

Program Guru PAI MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti dalam upaya menciptakan

lingkungan yang bernuansa keagamaan/relegius antara lain seperti melaksanakan

sholat dzuhur berjamaah, sholat dhuha, membiasakan puasa sunnah senin kamis,

gerakan infak junTat, mengadakan kegiatan PHBI, Pesanlren kilat, kajian-kajian

keagamaan, pembiasaan mengucapkan salam, pembiasaan perilaku baik,

menegakkan disiplin, memelihara kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong

menolong dan sebagainya yang terprogram dalam program sekolah.30

Hal ini dapat terlihat dalam dokumentasi sebagai program sekolah sebagai

berikut:

1). Infakjunfat

30 Ridwan, Guru PAI Pada MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti, Wawancara, SIM, Tanggal 10

(25)

2). Pesantren Kilat

3). Perlombaan-perlombaan, seperti: cerdas cermat, Puisi Islami, Pidato, Tilawatil

Qur'an, ceramah, Azan, kaligrafi

4). Sholat Dzuhur berjamah dan dhuha

5). Baca Tulis Al-Qur"an

6). Lomba Kebersihan.

7). Perayaan Hari-hari Besar Islam

8). WisataRohani31

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) dinyatakan bahwa relegius berarti

bersifat relegi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan relegi

(keagamaan). Penciptaan suasana relegius berarti penciptaaan suasana atau iklira

kehidupan keagamaan,32 Dalam konteks pendidikan agama Islam di sekolah

berarti peociptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan Islam yang

dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapaskan atau

dijiwai oleh ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam, yang diwujudkan dalam

sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para warga sekolah.

Keberagaman atau relegiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan.

Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual

(benbadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh

kekuatan supranatural, Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak

dan dapat dilihat dengan mata, telapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi

31 Dokumentasi Kegiatan Rohis, SIM, Tanggal 14 Desember 2015

32 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

(26)

dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai

macam sisi atau dimensi. Dalam hal ini pendapat Clock dan Stark dalam Rertson

yang dikutif oleh Muhaimin mengemukakan lima macam dimensi keberagamaan

yaitu : (a).dimensi keyakinan, (b). dimensi praktik agama, (c). dimensi

pengalaman, (d). dimensi pengetahuan agama, (e).dimensi pengamalan".33

Ada beberapa model dalam menciptakan suasana keagamaa yaitu sesuatu yang

dianggap benar, tetapi bersifat kondisional. Karena itu, model penciptaan suasana

relegius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu diterapkan

beserta penerapan nilai-nilai yang mendasarinya. Menurut Muhaimin34 ada 4

model penciptaan suasana relegjus/keagamaan di sekolah antara lainil) Model

Struktural, 2). Model Formal, 3). Model Mekanik, 4).Model Organik

Atas dasar pemikiran tersebut, untuk mengetahui lebih jauh kondisi sekolah serta

peran guru pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana

relegius/keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Kautsar Sidang Iso Mukti

maka penulis perlu untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah penelitian tesis

dengan Judul: "Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di

Lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sidang Iso Mukti Mesuji Tahun Pelajaran

2015/2016".

B. Idetifikasi Masalah dan Batasan Masalah

33 Muhaimin etaL, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektijkan Pendidikan Agama

tdam di Sekolah), (Bandung: PT. Remaja Rosdakaiya, 2002), h. 293

(27)

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang seperti disebutkan di atas, maka masalah dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

a. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta tujuan

pendidikan agama Islam yaitu "meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara" di MI

Al Kautsar Sidang Iso Mukti masih menghadapi berbagai macam

kendala dan permasalahan.

b. Pembelajaran di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti umumnya dan

pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya belum mampu

mencapai tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

c. Guru pendidian agama Islam di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti sudah

menjalankan petannya dengan balk namun pembelajaran pendidikan

agama Islam belum mencapai tujuan yang diingtnkan yakni

terbentuknya perilaku relegius di lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso

Mukti

2. Batasan masalah

Bertolak dari berbagai pertimbangan (baik keterbatasan kemampuan,

(28)

masalah Peran yang dilakukan guru PAI dalam menciptakan suasana

keagamaan/relegius di Imgkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan

antara lain; "Bagaimanakah Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Sidang Iso Mukti ?

D. Tujuan dan Kegunaan Pcnelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk suasana

keagamaan di lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti.

b. Menjadikan sekolah sebagai wahana untuk membina akhlak dalam

merealisasikan nilai-nilai dalam praktek hidup ke-Islam-an.

c. Untuk memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses

mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi

dan informasi yang penuh mengalir nilai-nilai positif dan negatif secara

bersamaan.

(29)

Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan peran guru pendidikan

agama Islam dalam menciptakan suasana keagamaan di lingkungan MI

Al-Kautsar Sidang Iso Mukti Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji.

Hasil penelitin ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan

kontribusi positif antara lain :

(1) Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi

para guru dalam upaya menciptakan suasana keagamaan di lingkungan

sekolah atau tempat bertugas serta sekolah-sekolah lain.

(2) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

sekolah dalam upaya merealisasikan nilai-nilai relegius di lingkungan

sekolah serta dalam meningkatkan keberhasilan lembaga pendidikan.

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan konsep dasar yang memuat hubungan kausal hipotesis

antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban

sementara terhadap masalah yang diteliti.35

Dari kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir adalah dor

pemikiran yang digunakan oleh seseorang dalam memecahkan suatu

pennasalahan, dan dalam setiap permasalahan selalu melibatkan sejumlah

variabel- variabel baik yang berperan sebagai dependent variabel maupun

(30)

indepent variabel. Dalam penelitian ini peristiwa yang diteliti disoroti melalui dua

varii pokok, yaitu peran guru pendidikan agama Islam (PAI) dan penciptaan suaj

keagamaan di lingkungan sekolah. Peran guru PAI yang penulis teliti adalah p

guru sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai motivator, sebagai teladan, seb;

fasilitator, sebagai evaluator, dan sebagai pemimpin. Suasana keagamaan da

konteks pendidikan agama Islam di sekolah berarti terciptanya suasana atau il

kehidupan agama Islam dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hi

yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam, 3

diwujudkan dalam sikap hidup serta ketrampilan hidup oleh para warga sekc

Menurut Muhaimin bahwa:

Dalam menciptakan suasana keagamaan pada konteks pendidikan ag Islam ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berw hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah (Habl min All misalnya sholat berjamaah, do1 a bersama ketika akan dan atau telah me sukses tertentu, puasa senin kamis, khataman Qur'an, dan lain. Sedangkan yang bersifat horizontal adalah berwujud hubungan manusia warga sekolah dengan sesamanya (habl min an-nas). Sedangkan pencip relegius/keagamaan yang berhubungan dengan alam sekitar adalah menyangkut hubungan warga sekolah dengan lingkungan sekitarnya ddiwujudkan dengan bentuk membangun suasana atau iklim yang komit dalam menjaga dan memelihara berbagai sarana dan prasarana yang dim sekolah, serta menjaga kelestarian, kebersihan dan keindahan lingkunga sekolah yang merupakan tanggung jawab semua warga sekolah.36

Dan uraian di atas, maka terciptanya suasana keagamaan di sekolah ; akan penulis

teliti adalah hubungan manusia dengan Allah dengan indikato adalah pelaksanaan

sholat dzuhur berjamaah serta sholat dhuha, namun sholat berjamaah juga sebagai

indikator hubungan antara manusia dengan manusia, Tadarrus Al-Qur"an,

kegiatan keagamaan, sedangkan puasa senin kamis tidak penulis teliti karena sulit

(31)

untuk diukur dalam penelitian kualitatif. Sedangkan bentuk hubungan manusia

dengan sesama manusia indikatornya adalah berbusana muslim dan terbiasa

mengucapkan saiam. Sedangkan hubungan manusia dengan alam sekitar indikator

yang penulis lihat adalah menjaga kebersihan. Sehingga dapat dilihat dalam

kerangka fikir yang menunjukkan pentingnya peran guru PAI dalam pembentukan

suasana keagamaan di lingkungan sekolah sebagai berikut:

Peran Guru PAI Suasana Keagamaan di

Sekolah, indikatornya :

1. Sholat Dzubur berjamaah &

Sunah

(32)

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pngertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pengertian peran guru pendidikan agama Islam dapat dibahas lebih lanjut tetapi

dikemukakan tentang pengertian peran terlebih dahulu. Peran menurut

terminologi adalah "perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan dalam masyarakat".1 Sedangkan menurut bahasa Inggris

peran disebut "role", yang definisinya adalah "person's task or duty in

undertaking"2. Artinya "tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau

pekerjaan". Sedangkan pengertian guru secara sederhana adalah orang yang

memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.3

Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik

anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di

sekolah.4

Dengan demikian yang dimaksud peran guru pendidikan agama Islam dapat

diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang harus dimiliki guru pendidikan

agama Islam, atau tugas serta kewajiban dalam pekerjaan serta kedudukannya

1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), Edisi 111, 2 AS. Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, (London : Oxford

University Press, 1987),h.736

3

Jamal Ma'mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 20

4 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),

(33)

sebagai seorang guru pendidikan agama Islam. Peran guru dalam proses

pendidikan sangat penting dimana guru sangat menentukan kemana pendidikan

akan diarahkan. Dalam proses pendidikan, guru merupakan pemegang otoritas

dalam upaya membenkan makna, arah dan tujuan suatu pendidikan.

2. Keutamaan Peran Guru Pendidikana Agama Islam

Dalam ajaran Islam orang-orang yang berilmu sangat dihargai dan memiliki

kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam

Al-Qur'an. Firman Allah:

Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Q.S.Al-Muzadalah : 11)5

Begitu juga sabda Rasulullah SAW:

Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur'an

dan mengajarkannya (H.R. Bukhari).6

Sabda Rasulullah SAW.

Artinya : Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada.

(H.R. Abu Daud dan Turmizi)7

5 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, ( Bandung : CV.Diponegoro, 2005), 6 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, h.153

(34)

Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut menggambarkan tingginya

kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, pendidik atau guru adalah

salah satu orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Hal ini beralasan bahwa

dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan

menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu

membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada

pada manusia terlahir teori-teori untuk kemaslahatan manusia.

Menurut An-Nahlawy yang dikutip oleh Ramayulis dan Samsul Nizar, guru

memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Seorang guru memiliki fungsi penyucian; artinya, seorang guru berfungsi

sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah

manusia.

2. Seorang guru memiliki fungsi pengajaran; artinya, seorang guru berfungsi

sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia

agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan

sehari-hari.8

Berdasarkan hal tersebut di atas dengan merujuk kepada Al-Qur'an, menurut

Abuddin Nata, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, yakni sebagai

berikut:

(35)

1. Seorang guru harus memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi batiniah yang kuat agar dapat mengarahkan hasil kerja kecerdasannya untuk diabdikan kepada Tuhan.

2. Seorang guru harus dapat mempergunakan intelektual dan emosional spirituahiya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya (peserta didik) sehingga dapat beribadah kepada Allah SWT.

3. Seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada orang-orang yang membutuhkannya secara umum, dan peserta didik secara khusus.

4. seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan ketrampilan kepada orang-orang yang membutuhkannya secara umum dan peserta didik secara khusus.9

Selain itu, guru pendidikan agama Islam merupakan tenaga inti yang bertanggung

jawab langsung terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan, dan

ketaqwaan siswa di sekolah. Karena itu guru pendidikan agama Islam bersama

kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya mengupayakan seoptimal mungkin

suasana sekolah yang mampu menunjang peningkatan iman dan taqwa (imtak)

siswa melalui berbagai program kegiatan yang dilakukan secara terprogram dan

teratur.

3. Macam-Macam Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas dan peran guru PAI sangat luas, tidak hanya terbatas dalam proses belajar

mengajar ataupun di dalam masyarakat tetapi guru pada hakekataya merupakan

komponen strategis yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

gerak laju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio

9 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Mvrid: Studi Pemikiran

(36)

sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam

kehidupan bangsa sejak dulu, kini dan yang akan datang.

Ada beberapa peran guru yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, antara lain

menurut Uzer Usman adalah sebagai berikut :

a. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa

berada pada tingkat optimal. Peranan guru yang dianggap paling dominan dan

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, seorang guru hendaknya

senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya,

serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan

kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan

sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia juga harus selalu

belajar untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan

sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya, sebagai pengajar dan

demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya

(37)

Maksudnya agar apa yang disampaikannya betul-betul dimiliki oleh anak

didik.

Seorang guru juga hendaknya mampu dan trampil dalam merumuskan

tujuan pembelajaran khusus (TPK), memahami kurikulum, dan dia sendiri

sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan infonnasi kepada

kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik

untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan.

Untuk itu guru hendaknya memotivasi siswa untuk senantiasa belajar

dalam berbagai kesempatan, sehingga guru akan dapat memainkan

perannnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan

ketrampilan-ketrampilan mengajar.

2) Guru sebagai Pengelola Kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager) guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah

kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar, lingkungan

itu turut menentukan sejauh mana ligkungan tersebut menjadi lingkungan

belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang

dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan

kepuasaan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di

(38)

hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan

suasana di dalam kelas. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah

menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam

kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan

tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam

menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk

memperoleh hasil yang diharapkan.

Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik

kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan

atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.

Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi

juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif

dikalangan siswa.

Tanggung jawab yang lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah

membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari kearah self

directed behavior. Salah satu manajemen kelas yang baik ialah

menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit

mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga sehingga mereka

mampu membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan

self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer,

(39)

efisien dengan hasil optimal. Sebagai manajer lingkungan belajar, guru

hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar

mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk

menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar

pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan

pencapaian tujuan yang diharapkan.

3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan

alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.

Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat

diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi

berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan,

tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta

mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu guru perm mengalami

latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis, baik melalui

pre-service maupun melalui inservice training. Memilih dan menggunakan

media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi,

dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai mediator

(40)

keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang

bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.

4) Guru sebagai Evaluator

Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang

baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang

telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah mated yang diajarkan

sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui

kegiatan evaluasi dan penilaian.

Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,

penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan

metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk

mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan

penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk

kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika

dibandingkan dengan teman-temannya.

b. Peran Guru dalam Pengadministrasian

Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat

berperan sebagai berikut:

1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan

pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan

(41)

2) Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi

anggota masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan

masyarakat dalam arti yang baik.

3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk

mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.

4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin

5) Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, gurupun

harus bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus

mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.

6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak ditangan

guru. Guru berperan' sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri

untuk anggota masyarakat.

7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk

menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada

masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.

c. Peran Guru Sebagai Pribadi

Dilihat dari segi dirinya sendui (self oriented), seorang guru harus berperan

sebagai berikut:

1) Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan

masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa

merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di

(42)

2) Pelajar dan ilmuan, yaitu senatiasa terus menerus memintut ilmu

pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap guru senantiasa belajar untuk

mengikuti perkembangan ilmu pegetahuan.

3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan

anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, guru

berperan sebagai orang tua bagi siswa-siswanya.

4) Pencari teladan, yaitu senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa

juga untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma

tingkah laku.

5) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan solusi rasa aman bagi

siswa, guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk

memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya,

d. Peran Guru Sebagai Psikologis

Peran guru sebagai psikologis, guru dipandang sebagai berikut:

1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang

melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.

2) Seniman dalam hubungan antar manusia ( artist in human relation), yaitu

orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan

tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan

pendidikan.

(43)

4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam

menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai

inovator (pembaharuan).

5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggungjawab

terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.10

Sementara itu terdapat beberapa peran guru dalam proses pembelajaran tatap

muka yang dikemukakan oleh Moon, yang dikutip oleh Hamzah B. Uno yaitu

sebagai berikut:

1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (designer oflnstruksional)

2. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut

dengan memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang

meliputi;

a. Membuat dan merumuskan TIK

b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,

perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,

sistematis, dan fimgsional efektif.

c. Merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi

siswa

d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai

fasilitator dalam pengajaran.

10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003),

(44)

e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan

memperhatikan relevansi (seperti juga mated), efektif dan efesien

kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.

3. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (manager oflnstruksional) Tujuan

umum pengelola kelas adalah menyediakan dan menggunkan fasilitas bagi

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya

adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat

belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan

belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari

kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri

manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk

sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka

mampu membimbing kegiatannya sendiri.

Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan

tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan hingga memungkinkan

untuk terciptanya situasi belajar yang baik, mengendalikan pelaksanaan

(45)

4. Guru sebagai pengarah pembelajaran,

Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan

meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru

mempunyai rungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar

mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi

adalah sebagai berikut:

- Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.

- Menjelaskan secara konkret apa yang dapat dilakukan pada akhir pelajaran

- Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat

merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

- Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

5. Guru sebagai Evaluator.

Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitas,

dan efesiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui

kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai

penilai hasil belajar peserta didilc, guru hendaknya secara terus menerus

mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu.

Informasi yang diperoleh melami evaluasi ini akan menjadi umpan balik

terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian,

proses pembelajaran akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil

(46)

6. Guru sebagai Konselor

Sesuai dengan peran guru sebagai konselor ia diharapka akan dapat merespon

segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh

karena itu, guru hams dipersiapkan agar:

- Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul

antara peserta didik dengan orang tuanya.

- Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan

dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan

bermacam-macam manusia.

Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik

itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua itu akan

memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan

orang lain, terutama siswa.

7. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh

peserta didik selama ia mengjkuti suatu proses pendidikan. Secara resmi

kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau

dicita-citakan. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat

tergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya,

guru yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang

(47)

menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau

gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak ditangan pribadi guru.11

Sementara itu peran guru yang dipaparkan oleh Wina Sanjaya adalah sebagai

berikut :

1. Guru sebagai Sumber Belajar

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting.

Peran guru sebagai sumber belajar terkait erat dengan penguasaan materi

pelajaran.

Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Sebaiknya guru memiliki referensi lebih banyak dibandingkan siswa.

b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa

yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya.

c. Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran,

misalnya menunjukkan mana materi inti dan mana materi tambahan.

2. Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk

memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat

melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada

beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang

11 Hamzam B.Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Rreformasi Pendidikan di

(48)

berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran

antara lain :

a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta

fungsi masing-masing media tersebut.

b. Guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media,

c. Guru dituntut untuk mampu mcngorganisasikan berbagai jenis media serta

dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.

d. Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.

3. Guru sebagai Pengelola

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam

menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara

nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar

tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh kelas. Dalam

melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus

dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai

sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi

umum yaitu :

a. Merencankan sumber belajar

b. Mengorganisasikan berbagai fungsi belajar untuk mewujudkan tujuan

belajar.

c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi

(49)

d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya

atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.

4. Guru sebagai Demonstrator

Yang dimaksud guru sebagai demostrator adalah peran untuk

mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa

lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua

konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demostrator berarti guru

harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru

merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru

akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, dalam konteks ini guru

berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua, sebagai

demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap

materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh

karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi

pembelajaran yang lebih efektif.

5. Guru sebagai Pembimbing

Setiap siswa memiliki kepribadian yang berbeda, perbedaan inilah yang

menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar

dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup

mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan

Gambar

Gambar 1: Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman
Gambar 1. Struktur Organisasi MI Al-Kautsar
Tabel 1.  Jumlah Peserta didi di MI Al-Kautsar Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji Tahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 2. Data guru dan pegawai MI Al kautsar Kecamatan Rawajitu Utara ;
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Chopra dan Wallace(2003), kepercayaan terhadap sistem informasi diakui sebagai domain yang penting dalam lingkungan layanan yang bersifat elektronik, jika

menghasilkan beberapa poin berikut: 1) Adanya keterkaitan yang pasti antara pengucapan, pemikiran dan fungsi informatif sejak pertama munculnya bahasa; 2) Pemikiran

Bahan Hukum Sekunder, yaitu sumber data yang berupa semua publikasi tentang hukum seperti putusan pengadilan dalam perkara cerai gugat, dan sebagainya, selain itu

[r]

Terwujudnya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai fondasi utama dari pembangunan karakter bangsa dan merupakan transformasi dari penanaman nilai-nilai Pancasila

tengah dihadapi dapat diantisipasi dan jika terlanjur terjadi mereka akan tau apa yang harus dilakukan (mengadvokasi diri sendiri). Pengaduan/keluhan yang dimiliki penggugat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) Pengaruh positif yang signifikan gaya mengajar guru dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar mata

Hasil yang diharapkan dari pengerjaan tugas akhir ini berupa aplikasi perangkat bergerak yang menggantikan proses validasi kehadiran mahasiswa dari sistem manual melalui