TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
MUSTOFA
NPM. 1422010111
Pembimbing : 1. Dr. H. Achmad Asrori, MA
2. Dr. M. Akmansyah, MA
PROGRAM STUDI ILMU TRBIYAH
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
banyak hal – hal negatif yang perlu dihindari dan keluhan dari orang tua tentang anak yang sulit diatur. serta sering tidak menghiraukan orang tua bahkan justru lebih mementingkan bermain daripada belajar.
Dari hasil pengamatan pra survey yang penulis lakukan di MI Al kautsar Sidang Iso Mukti Rawajitu Utara, penulis menemukan sebuah permasalahan tentang suasana keagamaan di Lingkungan MI Al kautsar Sidang Iso Mukti rawajitu Utara yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agam Islam. Melihat hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan pengamatan lebih jauh tentang bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama islam dalama menciptakan suasana keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kabupaten Mesuji TP 2015/2016
Oleh karena hal tersebut maka Fokus penelitian dalam penulisan tesis ini adalah, 1) Bagaimana Peran Guru PAI dalam Membentuk Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti ? 2) Bagaimana Menjadikan Sekolah sebagai Wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai – nilai dalam praktek hidup KeIslaman ? 3)Bagaimana memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai
– nilai positif dan negative secara bersamaan ?.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, dan termasuk penelitian kwalitatif, Berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan study kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Analis data dilakukan mulai dari reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan perpanjangan kehadiran, triangulasi, pembahasan teman sejawat, dan klarifikasi dengan informan.
Pembahasan hasil penelitian, 1) Peran Guru PAI dalam Membentuk Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti 2) Menjadikan Sekolah sebagai Wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai – nilai dalam praktek hidup KeIslaman 3) memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai – nilai positif dan negative secara bersamaan Proses yang digunakan oleh guru dalam membentuk suasana keagamaan adalah Menggunakan metode pembiasaan, dengan membiasakan berakhlak terpuji Menggunakan metode keteladanan, Menggunakan metodeganjarandanhukumanyakni, memberikanhadiahkepadayangberbuatbaikdan memberikansanksikepada yang berbuatkejelekan.
Nama Mahasiswa
Telah disetujui untuk diujikan dalam Ujian tertutup, pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung.
Bandar Lampung, Januari 2016
DALAM MENCIPATAKAN SUASANA KEAGAMAAN DI LINGKUNGAN MI AL KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI TP 2015/2016” Ditulis oleh Mustofa, NPM. 1422010111 telah diujikan dalam Ujian tertutup Program dan disetujui untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Pasca Sarajana AIAN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji :
1. Ketua : Prof. Dr. Hi. Sulthan Syahril, MA : ………
2. Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA : ………
3. Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd, M.Pd : ………
4. Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA : ………
KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI TP 2015/2016 “
Ditulis oleh Mustofa, NPM. 1422010111 telah diujikan dalam Ujian Terbuka Pasca
Sarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji :
1. Ketua : Prof. Dr. Hi. Sulthan Syahril, MA : ………
2. Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA : ………
3. Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd, M.Pd : ………
4. Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA : ………
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag NIP. 19601020 198803 1005
Alhamdullilah, puji dan syukur atas segala karunia ALLAH SWT, akhirnya penulis dan
penyusunan karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister dalam Pendidikan Agama Islam.
Tesisi ini merupakan karya ilmiah yang meneliti tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencipatakan Suasana Keagamaan Di Lingkungan Mi Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kabupaten Mesuji Tp 2015/2016. Penelitian dalam tesis ini menggunakan jenis penelitian populasi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Dalam tesis ini pada bab pertama menguraikan tentang latar belakang masalah, apa yang
akan diteliti dan paradigm pemikiaran. Selanjutnya pada bab kedua menguraikan tentang
landasan teori yang kemudian akan menjadi acuan dalam pembuatan instrument penelitian.
Pada bab ketiga, diuraikan tentang metode penelitian yang antara lain menjelaskan tentang
teknik pengumpulan danalisis data selain it juga menyajikan hasil uji validitas dan
reliabilitas instrument penelitian. Pada bab keempat disajikan hasil pengumpulan dan
analisis data baik primer maupun sekunder, yang intinya tentang proses dan hasil analisis
data. Dan pada bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.
Penulis juga tak lupa menghaturkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak
yang membantu hingga terselesaikannya penyusunan tesis ini tertama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri. M. Ag., Sebagai Rektor IAIN Raden Intan
Lampung,
Sekaligus selaku Ketua Tim Penguji dalam Ujian Terbuka
2. Bapak Prof. Dr. Idham Khalid, M. Ag., Sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Raden
Intang Lampung.
3. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA., Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam,
sekaligus selaku Pembimbing I dalam penelitian penyusunan Tesis.
4. Bapak Dr. M. Akmansyah, MA., selaku Pembimbing II dalam penelitian dan
di Mts Al Kautsar Mesuji dan banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya
studi dan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
7. Kedua orang tua ku tercinta yang selalu memberikan perhatian, semangat serta
mootivasi hingga selesainya studi.
8. Seluruh teman – teman seperjuangan yang selalu memberikan bantuan dan semangat
dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya
ilmiah ini, untuk itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi kita semua terutama bagi
penulis secara pribadi dan perkembangan serta peningkatan mutu pendididkan sekolah di
MTs Al Kautsar. Amin Ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tulang Bawang, Februari 2016
Penulis,
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN / ORISINALITAS... ii
ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 16
C. Rumusan Masalah ... 18
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 18
E. Kerangka Pikir ... 19
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 22
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 22
2. Keutamaan Guru Pendidikan Agama Islam ... 23
3. Macam – macam Guru Pendidikan Agama Islam... 25
4. Peran Guru PAI Dalam menciptakan suasana Keagamaan... 43
4. Indikator Suasana Keagamaan di Sekolah ... 78
C. Upaya – upaya yang harus dilakukan guru PAI dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolah ... 90
Mengoptimalkan Pendidikan Agama Islam ... 90
Integrasikan Ajaran Islam ke dalam kegiatan extrakurikuler ... 91
Kerjasama sekolah dengan orangtua Murid ... 92
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 95
B. Lokasi,Sumber penelitian dan waktu Penelitian ... 96
C. Tahap – tahap Penelitian ... 97
D. Tekhnik Pengumpulan data...100
E. Tekhnik Analisa data ...104
F. Definisi Operasional...106
G. Instrumen Penelitian...107
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Gambaran daerah Penelitian ... 109
Sejarah Singkat Berdirinya MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti ... 109
Sarana dan prasaran... 111
Denah Lokasi ... 112
Kondisi suasana keagamaan di sekolah ... 116
Guru PAI sebagai Pengajar ... 122
Guru PAI sebagai pendidik ... 124
Guru PAI sebagai Motivator ... 126
Guru PAI sebagai Teladan ... 128
Guru PAI sebagai Fasilitator ... 131
Guru PAI sebagai Evaluator ... 134
Guru PAI sebagai Pemimpin ... 137
Upaya – upaya yang dilakukan dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolah Guru PAI sebagai Pengajar ... 138
C. Kerjasama sekolah dengan orangtua Murid ... 143
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 145
B. Rekomendasi ... 145
C. Penutup DAFTAR PUSTAKA ... 148
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis
ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah untuk
membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga,
visi, dan misi serta politik pendidikan nasional yang tidak jelas.1 Dalam berbagai
forum seminar muncul kritik; konsep pendidikan telah tereduksi menjadi
pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas. Sementara
yang berlangsung di kelas tidak lebih dari kegiatan guru mengajar murid dengan
target kurikulum dan bagaimana upaya mengejar lulus ujian nasional (UN).
Pendidikan kita saat ini banyak mengalami kelemahan, khususnya pendidikan
agama Islam, pernyataan ini ditegaskan oleh mantan Menteri Agama RI.
Muhammad Maftuh Basyuni, pendidikan agama yang berlangsung saat ini
cenderung lebih mengedepankan aspek kognitif (pemikiran) dari pada aspek
afefaif (rasa) dan psikomotorik,2 sedangkan istilah Komaruddin Hidayat (dalam
Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri), pendidikan agama lebih berorientasi pada
belajar agama, sebagai hasilnya banyak orang mengetahui nilai-nilai ajaran
1
Mel Silberman, diterjemahkan Sarjuli, dkk, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 2001), h.VII
2 Muhibbin Syah, Psitofogi Pendidikan Dengan Pendekatan Bam, (Bandung : PT. Remaja
agama, tetapi perilakunya tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama yang
diketahuinya.3
Menurut istilah Amin Abdullah, pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi
pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang
consen terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang
kognitif menjadi "makna" dan "nilai" yang perlu diinternalisasikan dalam diri
peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.4
Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa proses pendidikan kita kurang sekali
memberikan tekanan pada pembentukan karakter atau watak, tetapi lebih pada
hapalan dan pemahaman kognitif. Kemudian proses pembelajaran hanya bersifat
pembelajaran di kelas, kurang merealisasikan nilai-nilai di lingkungan, yang juga
menentukan kepribadian, karakter atau watak siswa dalam berinteraksi di
lingkungan.
Ditandaskan pula oleh Azyumardi Azra bahwa adanya ketimpangan yang tidak seimbang dengan kemajuan kebudayaan modern berupa adanya pendangkalan kehidupan spiritual. Liberalisasi yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan tak lain adalah proses desaklarasi dan despritualitas tata nilai kehidupan. Dalam proses semacam mi, agama (yang semestinya menjadi pegangan dan pedoman manusia dalam mengarungi kehidupannya ) yang syarat dengan nilai-nilai sakral dan spiritual perlahan tapi pasti terus tergusur dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Kadang-kadang agama dipandang tidak relevan dan signifikan lagi dalam kehidupan. Akibatnya terlihat pada gejala umum masyarakat modern, kehidupan rohani semakin kering dan dangkal.5
3 Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri, Wawasan Tentang Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :
Logos Wacana Ilmu, 1999), h.28
4
Amin Abdullah, Problem metodologi-Metodologi Pendidikan Islam, dalam Abdullah Mknir Mulkan, Regiusitas IPTEK, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h.8
5 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos,
Menurut Muhaimin, dalam kontek pembelajaran, agaknya titik lemah pendidikan
agama lebih terletak pada komponen metodologinya.6 Kalau kita menengok UU
NO. 20. tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengcmbangan kemampuan serta pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah masyarakat dunia. Kemudian pasal 4 tujuan pendidikan Nasional adalah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan merabentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7
Terkait dengan peran strategis Pendidikan Agama, dalam UU Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003 pada bab DC tentang kurikulum pasal 27 disebutkan bahwa
kurikulum pendidikan dan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi wajib
memuat pendidikan agama. Selanjutnya dalam penjelasan mengenai pasal 37 ayat
(1) dijelaskan bahwa Pendidikan Agama bertujuan membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.8
6 Kelemahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut (1) kurang bisa mengubah agama
yang kognitif manjadi "makna" dan "nilaT atau kurang mendorong penjiwaan nilai-nilai keagamaan yang perlu diintemalisasikan dalam peserta didik; (2) kurang dapat bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontektual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), h.27
7 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI. No. 20 Th. 2003, (Jakarta : Sinar
2008), h.50-51
Kemudian bila kita melihat tujuan pendidikan agama Islam di sekolah juga
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pegetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah
SWT.;
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,
adil, etis, berdisiplin, bertoleran (tasamuh) menjaga keharmonisan secara
personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.9
Sedangkan tujuan akhir atau tujuan tertinggi dari pendidikan Islam bersifat mutlak
tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep
ke-Tuhan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi
tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut "Insan Kamil" (manusia
paripurna). Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada
akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan perannya sebagai makhluk
ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah:
9 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Pendidikan Islam,
a. Menjadi hamba Allah
Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu
semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan hams
memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya
sedemikian rupa, schingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh
penghayatan dan kehusyu'an terhadap Allah SWT, melalui seremonial ibadah
dan tunduk senantiasa pada syari'ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang
dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Qur'an. Finnan Allah SWT :
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melamkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariat: 56).10
b. Mengantarkan subjek didik menjadi Khalifah Allah di muka bumi
Tujuan ini diharapkan mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi
al-ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh
lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan
penciptaannya, dan sebagai konsekwensi setelah menerima Islam sebagai
konsep hidup.
Sesuai dengan Firman Allah:
Artinya : Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." (Q.S. Al-Baqarah: 30).11
Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar peserta didik mampu menjadi
khalifah Allah di bumi, mamanfaatkan, memakmurkannya, mampu
merealisasikan eksistensi Islam yang rahmatan It al-'alamin. Dengan
demikian peserta didik mampu melestarikan bumi Allah ini, mengambil
manfaat, untuk kepentingan dirinya, untuk kepentingan umat manusia, serta
untuk kemaslahatan semua yang ada di alam.
c. Untuk memperolah kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat
Sesuai dengan Firman Allah:
Artinya : Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Q.S.
Al-Qashash: 77)12
11 Ibid, h. 6
d. Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur'ani.
Yakni wajah penuh kemuliaan sebagai makhluk yang berakal dan dimuliakan.
Firman Allah :
Artinya : Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan
ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia, (Q.S. Al-Anfaal : 4).13
Keempat tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan karena pencapaia tujuan yang satu memerlukan pencapaian
tujuan yang lain, bahkan secara ideal kesemuanya harus dicapai secara bersama
metalui proses pencapaian yang sama dan seimbang.
Untuk itulah diperlukan satu kondisi sosial kultural dan psikologis yang sehat
untuk mendidik sosok mukmin yang ideal dan merupakan kewajiban semua
sarana dan lembaga yang memiliki pengaruh untuk melakukan kerja sama untuk
mencapai tujuan yang mulia tersebut. Tak terkecuali sekolah, hendaknya sekolah
berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membentuk keimanan dan
moralitas, sehingga umat ini memiliki keimanan yang mantap kepada Allah,
kapada risalah-Nya dan kepada hari akhirat.14
13 Ibid, h. 177
Melihat tujuan pendidikan nasional dan kurikulum pendidikan agama Islam serta
tujuan pendidikan agama Islam di sekolah maka pendidikan agama Islam
mempunyai peran sangat strategis, dimana tujuan pendidikan nasional tersebut
salah satunya adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia serta nilai-nilai kepribadian yang Islami yang seiring dengan tujuan
pendidikan Islam dan pada akhlrnya menuju kepada tujuan hidup manusia yakni
Insan Kamil, maka di sini peran pembelajaran PAI menjadi inti atau core terdepan
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Hal ini akan dapat tercapai apabila guru PAI
dapat memainkan perannya secara maksimal balk di dalatn kelas maupun di luar
kelas atau lingkungan sekolah.
Pendidikan agama memang diyakini dapat memainkan perannya sebagai basis dan
benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkokoh etika dan moral bangsa,
Jauhnya kehidupan anak-anak dari kehidupan agama merupakan salah satu
dampak nyata dari perkembangan dan akses global. Pada tataran lain timbul pula
beragam tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan dan
harapan budaya masyarakat kita. Fenomena ini jelas indikasi dari kegagalan
sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai agen pendidikan.15 Karena PAI
diyakini sebagai sumber nilai dan pedoman bagi peserta didik untuk mencapai
kebahagian di dunia dan akherat.
Krisis multi dimensi yang dialami bangsa ini diyakini berpangkal dari krisis
akhlak dan moral anak bangsa, maka pendidikan agama dipandang sebagai senjata
yang sangat vital dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat. Dari fenomena di atas nampaknya reonentasi pembelajaran agama
perlu menjadi penting dirumuskan kembali. Reorientasi pembelajaran ini bukan
sekedar secara formal, melainkan juga secara alami dalam kehidupan nil dalam
tingkah laku keseharian yang dapat diciptakan sekolah dengan salah satunya
melalui pembudayaan nilai-nilai agama di lingkungan sekolah.
Sebagaimana pendapat Abuddin Nata bahwa "pelajaran agama yang diberikan di
sekolah-sekolah seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan
dan keahlian, tetapi juga dapat membentuk perilaku. Dengan kata lain, pelajaran
agama tersebut memiliki nilai transformatif bagi kehidupan".16 Lebih lanjut
Abuddin Nata menilai konteks sosiologis, kurikulum pendidikan Islam harus
dirancang untuk mewujudkan mata pelajaran yang diajarkan memiliki nilai
transformatif bagi perbaikan sosial. Hal ini perlu dilakukan, mengingat
pendidikan agama Islam dengan kurikulum yang dibuatnya baru dapat
menghasilkan orang-orang yang pandai menguasai seperangkat ilmu agama dan
umum, namun belum berhasil mentransformasikan nilai-nilai sosial kemanusiaan
dari ilmu-ilmu tersebut.17
Selain itu peran dan kompetensi guru sangat menentukan dalam proses
pembelajaran, karena sebaik apapun kurikulum yang ada akan sangat tergantung
pada guru, al-Mawardi mengatakan "keberhasilan pendidikan sebagian besar
bergantung kepada kualitas guru baik dari segi penguasaan terhadap materi
16 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta :
Gramedia,2001),h.l02
pelajaran yang diajarkan maupun cara menyampaikan pelajaran tersebut serta
kepribadiannya yang baik, yaitu kepribadian yang terpadu antara ucapan dengan
perbuatan secara harmonis".18 Peran guru tersebut meliputi banyak hal,
sebagaimana dikemukakan oleh Adam & Dekey dalam Basic Principles of
Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, expediter, perencanaan, supervisor,
motivator dan konselor.19
Di samping itu Uzer Usman membahas peran guru yang dianggap paling dominan
diklasifikasikan sebagai berikut; 1) guru sebagai demonstratrator, dimana guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau mated palajaran yang akan diajarkan
serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam
hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil balajar
yang dicapai oleh siswa; 2) guru sebagai pengelola kelas, hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi; 3) guru sebagai mediator atau fasilitator
hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar; 4) guru sebagai evaluator, yakni untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat; 4) peran guru dalam
pengadministrasian; 5) peran guru sebagai pribadi, guru sebagai petugas sosial,
18 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Fihafat Pendidikan Islam,
iiarta: Raja Grafindo, Persada, 2001), h. 49
pelajar dan ilmuan, sebagai orang tua di sekolah, sebagai teladan, pencari
keamanan; 6) peran guru sebagai psikologis.20
Enco Mulyasa mengatakan, guru memiliki peran sebagai "pendidik, pengajar,
pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model teladan, pribadi, peneliti,
pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,
pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai
kulminato".21
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Kautsar Sidang iso Mukti Kabupaten Tulang
Bawang yang berada di bawah naungan Kementerian Agama merupakan salah
satu pelaksana pendidikan formal untuk jenjang sekolah menengah, sebagai jalur
pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam pelaksanaan
kurikulumnya wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama Islam di samping
mata pelajaran lainnya, menurut kepala sekolah, guru PAI sudah menjalankan
perannya sebagai pengajar, pendidik, motivator, teladan, fasilitator, evaluator dan
pemimpin, misalnya guru telah melaksanakan tugas memberikan ilmu, juga
menanamkan nilai-nilai agama, guru juga senantiasa memotivasi siswa,
memberikan contoh tauladan dengan berpakaian rapi, disiplin, selalu menjaga
kebersihan, sopan santun, selalu mengucapkan salam, selalu mengadakan
evaluasi, baik materi pelajaran maupun tingkah laku siswa.22
20
Ibid
21 Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008), h. 37
Sementara itu dari hasil observasi dengan guru PAI, peran sebagai pengajar telah
dilaksanakan dengan baik ini dapat dilihat dari adanya pelaksanaan PBM,
membuat program tahunan, program semester, RPP (rencana persiapan mengajar)
serta mempersiapkan strategi, media, buku-buku yang diperlukan dalam
menunjang proses pembelajaran.23
Sedangkan peran sebagai pendidik "selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan serta
moral, nilai-nilai agama, mematuhi berbagai aturan, baik aturan sekolah,
masyarakat, dan agama dengan menjadikan diri sebagai contoh utama serta selalu
membimbing, mengarahkan dalam pengamalan nilai-nilai agama24
Peran guru PAI sebagai motivasi yakni "selalu memberikan motivasi dalam
menuntut ilmu, dalam belajar, serta mengamalkan ilmu yang didapat dalam
kehidupan keseharian. Juga agar selalu tidak putus asa dalam menghadapi
kegagalan, selalu berusaha dan tidak lupa diiringi dengan doa25
Sebagai teladan guru PAI juga selalu disiplin datang ke sekolah, disiplin dalam
jam masuk kelas, berpakaian bersih, rapi dan Islami, selalu memulai pelajaran
dengan berdoa dan mengucapkan salam bila memulai dan menutup pelajaran,
selalu menjaga kebersihan, berbicara sopan santun.26
Dalam mengadakan evaluasi, guru PAI mencakup evaluasi kognitif, afektif dan
psikomotorik, dimana guru PAI mengadakan ulangan harian bersama, ulangan
23
Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal, Sukau, 2 Desember 2015
tengah semester, ujian semester, mengadakan remedial dan pengayaan serta selalu
mengevaluasi sikap dan tingkah laku siswa.27
Dari hasil observasi peneliti guru PAI telah menjalankan perannya dengan baik
namun pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti
yang berjalan selama ini belum berhasil membentuk perilaku religius, padahal
warga sekolah yang terdiri dari guru, staf TU dan siswa, meskipun seluruh warga
sekolah beragama Islam, namun nilai-nilai Islam! belum banyak teraktualisasi di
Imgkungan sekolah.28 Karena berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah,
guru PAI bahwa sudah adanya peraturan untuk sholat berjamaah tetapi belum
terlaksana secara maksimal, kurang disiplin, kurang menjaga kebersihan
lingkungan, belum ada kesadaran siswa putri berbusana muslim, tidak terbiasa
mengucapkan salam, banyaknya siswa masih terlambat, masih adanya siswa yang
sering membolos, dan kebersihan WC masih sangat kurang dijaga, kegiatan
keagamaan seperti maulid Nabi, Isrso Mi'raj, dan lainnya sering dilakukan namun
belum membekas sampai pada perubahan sikap, hanya sewaktu ada tugas
dilaksanakan, misalnya harus meresume isi ceramah maka siswa meresume tanpa
ada perubahan sikap yang signifikan29
Berkenaan dengan hasil pembelajaran PAI pada dasarnya perubahan sikap dan
tingkah laku merupakan hasil dari kegiatan proses pembelajaran. Secara faktual
dan operasional, hasil belajar pendidikan agama Islam dapat dilihat dari realitas
27
Dokumentasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 5 Desember 2015
28 Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 5 Desember 2015
29 Anton Setiyono, Kepala Sekolah MI Al Kautsar, Wawancara, SIM, Tanggal 5 Desember
yang tercermin pada perilaku siswa yang bersangkutan, hal ini dapat terlihat dari
tingkah laku yang tercermin dari masyarakat sekolah yang mencerminkan suasana
relegius/agamis di lingkungan sekolah. Hal ini mengacu pada visi dan misi MI Al
Kautsar Sidang Iso Mukti yang selengkapnya ada di penyajian data.
Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia ternyata tidak bisa hanya mengandalkan
pada mata pelajaran pendidikan agama yang waktunya hanya 2 jam pelajaran,
tetapi perlu pembinaan secara terus menerus dan berkelanjutan di luar jam
pelajaran pendidikan agama, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah. Bahkan
diperlukan pula kerjasama yang harmonis antara para warga sekolah dan para
tenaga kependidikan yang ada di dalairmya.
Program Guru PAI MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti dalam upaya menciptakan
lingkungan yang bernuansa keagamaan/relegius antara lain seperti melaksanakan
sholat dzuhur berjamaah, sholat dhuha, membiasakan puasa sunnah senin kamis,
gerakan infak junTat, mengadakan kegiatan PHBI, Pesanlren kilat, kajian-kajian
keagamaan, pembiasaan mengucapkan salam, pembiasaan perilaku baik,
menegakkan disiplin, memelihara kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong
menolong dan sebagainya yang terprogram dalam program sekolah.30
Hal ini dapat terlihat dalam dokumentasi sebagai program sekolah sebagai
berikut:
1). Infakjunfat
30 Ridwan, Guru PAI Pada MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti, Wawancara, SIM, Tanggal 10
2). Pesantren Kilat
3). Perlombaan-perlombaan, seperti: cerdas cermat, Puisi Islami, Pidato, Tilawatil
Qur'an, ceramah, Azan, kaligrafi
4). Sholat Dzuhur berjamah dan dhuha
5). Baca Tulis Al-Qur"an
6). Lomba Kebersihan.
7). Perayaan Hari-hari Besar Islam
8). WisataRohani31
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) dinyatakan bahwa relegius berarti
bersifat relegi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan relegi
(keagamaan). Penciptaan suasana relegius berarti penciptaaan suasana atau iklira
kehidupan keagamaan,32 Dalam konteks pendidikan agama Islam di sekolah
berarti peociptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan Islam yang
dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapaskan atau
dijiwai oleh ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam, yang diwujudkan dalam
sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para warga sekolah.
Keberagaman atau relegiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan.
Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(benbadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh
kekuatan supranatural, Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak
dan dapat dilihat dengan mata, telapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi
31 Dokumentasi Kegiatan Rohis, SIM, Tanggal 14 Desember 2015
32 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai
macam sisi atau dimensi. Dalam hal ini pendapat Clock dan Stark dalam Rertson
yang dikutif oleh Muhaimin mengemukakan lima macam dimensi keberagamaan
yaitu : (a).dimensi keyakinan, (b). dimensi praktik agama, (c). dimensi
pengalaman, (d). dimensi pengetahuan agama, (e).dimensi pengamalan".33
Ada beberapa model dalam menciptakan suasana keagamaa yaitu sesuatu yang
dianggap benar, tetapi bersifat kondisional. Karena itu, model penciptaan suasana
relegius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu diterapkan
beserta penerapan nilai-nilai yang mendasarinya. Menurut Muhaimin34 ada 4
model penciptaan suasana relegjus/keagamaan di sekolah antara lainil) Model
Struktural, 2). Model Formal, 3). Model Mekanik, 4).Model Organik
Atas dasar pemikiran tersebut, untuk mengetahui lebih jauh kondisi sekolah serta
peran guru pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana
relegius/keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Kautsar Sidang Iso Mukti
maka penulis perlu untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah penelitian tesis
dengan Judul: "Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di
Lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sidang Iso Mukti Mesuji Tahun Pelajaran
2015/2016".
B. Idetifikasi Masalah dan Batasan Masalah
33 Muhaimin etaL, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektijkan Pendidikan Agama
tdam di Sekolah), (Bandung: PT. Remaja Rosdakaiya, 2002), h. 293
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang seperti disebutkan di atas, maka masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta tujuan
pendidikan agama Islam yaitu "meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara" di MI
Al Kautsar Sidang Iso Mukti masih menghadapi berbagai macam
kendala dan permasalahan.
b. Pembelajaran di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti umumnya dan
pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya belum mampu
mencapai tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.
c. Guru pendidian agama Islam di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti sudah
menjalankan petannya dengan balk namun pembelajaran pendidikan
agama Islam belum mencapai tujuan yang diingtnkan yakni
terbentuknya perilaku relegius di lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso
Mukti
2. Batasan masalah
Bertolak dari berbagai pertimbangan (baik keterbatasan kemampuan,
masalah Peran yang dilakukan guru PAI dalam menciptakan suasana
keagamaan/relegius di Imgkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan
antara lain; "Bagaimanakah Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Sidang Iso Mukti ?
D. Tujuan dan Kegunaan Pcnelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk suasana
keagamaan di lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti.
b. Menjadikan sekolah sebagai wahana untuk membina akhlak dalam
merealisasikan nilai-nilai dalam praktek hidup ke-Islam-an.
c. Untuk memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses
mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi
dan informasi yang penuh mengalir nilai-nilai positif dan negatif secara
bersamaan.
Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan peran guru pendidikan
agama Islam dalam menciptakan suasana keagamaan di lingkungan MI
Al-Kautsar Sidang Iso Mukti Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji.
Hasil penelitin ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan
kontribusi positif antara lain :
(1) Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi
para guru dalam upaya menciptakan suasana keagamaan di lingkungan
sekolah atau tempat bertugas serta sekolah-sekolah lain.
(2) Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
sekolah dalam upaya merealisasikan nilai-nilai relegius di lingkungan
sekolah serta dalam meningkatkan keberhasilan lembaga pendidikan.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan konsep dasar yang memuat hubungan kausal hipotesis
antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban
sementara terhadap masalah yang diteliti.35
Dari kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir adalah dor
pemikiran yang digunakan oleh seseorang dalam memecahkan suatu
pennasalahan, dan dalam setiap permasalahan selalu melibatkan sejumlah
variabel- variabel baik yang berperan sebagai dependent variabel maupun
indepent variabel. Dalam penelitian ini peristiwa yang diteliti disoroti melalui dua
varii pokok, yaitu peran guru pendidikan agama Islam (PAI) dan penciptaan suaj
keagamaan di lingkungan sekolah. Peran guru PAI yang penulis teliti adalah p
guru sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai motivator, sebagai teladan, seb;
fasilitator, sebagai evaluator, dan sebagai pemimpin. Suasana keagamaan da
konteks pendidikan agama Islam di sekolah berarti terciptanya suasana atau il
kehidupan agama Islam dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hi
yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam, 3
diwujudkan dalam sikap hidup serta ketrampilan hidup oleh para warga sekc
Menurut Muhaimin bahwa:
Dalam menciptakan suasana keagamaan pada konteks pendidikan ag Islam ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berw hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah (Habl min All misalnya sholat berjamaah, do1 a bersama ketika akan dan atau telah me sukses tertentu, puasa senin kamis, khataman Qur'an, dan lain. Sedangkan yang bersifat horizontal adalah berwujud hubungan manusia warga sekolah dengan sesamanya (habl min an-nas). Sedangkan pencip relegius/keagamaan yang berhubungan dengan alam sekitar adalah menyangkut hubungan warga sekolah dengan lingkungan sekitarnya ddiwujudkan dengan bentuk membangun suasana atau iklim yang komit dalam menjaga dan memelihara berbagai sarana dan prasarana yang dim sekolah, serta menjaga kelestarian, kebersihan dan keindahan lingkunga sekolah yang merupakan tanggung jawab semua warga sekolah.36
Dan uraian di atas, maka terciptanya suasana keagamaan di sekolah ; akan penulis
teliti adalah hubungan manusia dengan Allah dengan indikato adalah pelaksanaan
sholat dzuhur berjamaah serta sholat dhuha, namun sholat berjamaah juga sebagai
indikator hubungan antara manusia dengan manusia, Tadarrus Al-Qur"an,
kegiatan keagamaan, sedangkan puasa senin kamis tidak penulis teliti karena sulit
untuk diukur dalam penelitian kualitatif. Sedangkan bentuk hubungan manusia
dengan sesama manusia indikatornya adalah berbusana muslim dan terbiasa
mengucapkan saiam. Sedangkan hubungan manusia dengan alam sekitar indikator
yang penulis lihat adalah menjaga kebersihan. Sehingga dapat dilihat dalam
kerangka fikir yang menunjukkan pentingnya peran guru PAI dalam pembentukan
suasana keagamaan di lingkungan sekolah sebagai berikut:
Peran Guru PAI Suasana Keagamaan di
Sekolah, indikatornya :
1. Sholat Dzubur berjamaah &
Sunah
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pngertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pengertian peran guru pendidikan agama Islam dapat dibahas lebih lanjut tetapi
dikemukakan tentang pengertian peran terlebih dahulu. Peran menurut
terminologi adalah "perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat".1 Sedangkan menurut bahasa Inggris
peran disebut "role", yang definisinya adalah "person's task or duty in
undertaking"2. Artinya "tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau
pekerjaan". Sedangkan pengertian guru secara sederhana adalah orang yang
memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.3
Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik
anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di
sekolah.4
Dengan demikian yang dimaksud peran guru pendidikan agama Islam dapat
diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang harus dimiliki guru pendidikan
agama Islam, atau tugas serta kewajiban dalam pekerjaan serta kedudukannya
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), Edisi 111, 2 AS. Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, (London : Oxford
University Press, 1987),h.736
3
Jamal Ma'mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 20
4 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),
sebagai seorang guru pendidikan agama Islam. Peran guru dalam proses
pendidikan sangat penting dimana guru sangat menentukan kemana pendidikan
akan diarahkan. Dalam proses pendidikan, guru merupakan pemegang otoritas
dalam upaya membenkan makna, arah dan tujuan suatu pendidikan.
2. Keutamaan Peran Guru Pendidikana Agama Islam
Dalam ajaran Islam orang-orang yang berilmu sangat dihargai dan memiliki
kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam
Al-Qur'an. Firman Allah:
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Q.S.Al-Muzadalah : 11)5
Begitu juga sabda Rasulullah SAW:
Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur'an
dan mengajarkannya (H.R. Bukhari).6
Sabda Rasulullah SAW.
Artinya : Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada.
(H.R. Abu Daud dan Turmizi)7
5 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, ( Bandung : CV.Diponegoro, 2005), 6 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, h.153
Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut menggambarkan tingginya
kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, pendidik atau guru adalah
salah satu orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Hal ini beralasan bahwa
dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan
menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu
membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada
pada manusia terlahir teori-teori untuk kemaslahatan manusia.
Menurut An-Nahlawy yang dikutip oleh Ramayulis dan Samsul Nizar, guru
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Seorang guru memiliki fungsi penyucian; artinya, seorang guru berfungsi
sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah
manusia.
2. Seorang guru memiliki fungsi pengajaran; artinya, seorang guru berfungsi
sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia
agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari.8
Berdasarkan hal tersebut di atas dengan merujuk kepada Al-Qur'an, menurut
Abuddin Nata, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, yakni sebagai
berikut:
1. Seorang guru harus memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi batiniah yang kuat agar dapat mengarahkan hasil kerja kecerdasannya untuk diabdikan kepada Tuhan.
2. Seorang guru harus dapat mempergunakan intelektual dan emosional spirituahiya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya (peserta didik) sehingga dapat beribadah kepada Allah SWT.
3. Seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada orang-orang yang membutuhkannya secara umum, dan peserta didik secara khusus.
4. seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan ketrampilan kepada orang-orang yang membutuhkannya secara umum dan peserta didik secara khusus.9
Selain itu, guru pendidikan agama Islam merupakan tenaga inti yang bertanggung
jawab langsung terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan, dan
ketaqwaan siswa di sekolah. Karena itu guru pendidikan agama Islam bersama
kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya mengupayakan seoptimal mungkin
suasana sekolah yang mampu menunjang peningkatan iman dan taqwa (imtak)
siswa melalui berbagai program kegiatan yang dilakukan secara terprogram dan
teratur.
3. Macam-Macam Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Tugas dan peran guru PAI sangat luas, tidak hanya terbatas dalam proses belajar
mengajar ataupun di dalam masyarakat tetapi guru pada hakekataya merupakan
komponen strategis yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
gerak laju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio
9 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Mvrid: Studi Pemikiran
sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam
kehidupan bangsa sejak dulu, kini dan yang akan datang.
Ada beberapa peran guru yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, antara lain
menurut Uzer Usman adalah sebagai berikut :
a. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa
berada pada tingkat optimal. Peranan guru yang dianggap paling dominan dan
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, seorang guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya,
serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan
sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia juga harus selalu
belajar untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya, sebagai pengajar dan
demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya
Maksudnya agar apa yang disampaikannya betul-betul dimiliki oleh anak
didik.
Seorang guru juga hendaknya mampu dan trampil dalam merumuskan
tujuan pembelajaran khusus (TPK), memahami kurikulum, dan dia sendiri
sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan infonnasi kepada
kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik
untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan.
Untuk itu guru hendaknya memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dalam berbagai kesempatan, sehingga guru akan dapat memainkan
perannnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan
ketrampilan-ketrampilan mengajar.
2) Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager) guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar, lingkungan
itu turut menentukan sejauh mana ligkungan tersebut menjadi lingkungan
belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang
dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasaan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di
hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan
suasana di dalam kelas. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan
tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan
atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi
juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif
dikalangan siswa.
Tanggung jawab yang lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah
membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari kearah self
directed behavior. Salah satu manajemen kelas yang baik ialah
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit
mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga sehingga mereka
mampu membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan
self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer,
efisien dengan hasil optimal. Sebagai manajer lingkungan belajar, guru
hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar
mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk
menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar
pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan
pencapaian tujuan yang diharapkan.
3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan
alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.
Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan,
tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu guru perm mengalami
latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis, baik melalui
pre-service maupun melalui inservice training. Memilih dan menggunakan
media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi,
dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai mediator
keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang
bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
4) Guru sebagai Evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang
baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah mated yang diajarkan
sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi dan penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk
mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan
penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk
kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika
dibandingkan dengan teman-temannya.
b. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai berikut:
1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan
pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan
2) Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi
anggota masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan
masyarakat dalam arti yang baik.
3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk
mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin
5) Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, gurupun
harus bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus
mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak ditangan
guru. Guru berperan' sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri
untuk anggota masyarakat.
7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada
masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.
c. Peran Guru Sebagai Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendui (self oriented), seorang guru harus berperan
sebagai berikut:
1) Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan
masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa
merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di
2) Pelajar dan ilmuan, yaitu senatiasa terus menerus memintut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap guru senantiasa belajar untuk
mengikuti perkembangan ilmu pegetahuan.
3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan
anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, guru
berperan sebagai orang tua bagi siswa-siswanya.
4) Pencari teladan, yaitu senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa
juga untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma
tingkah laku.
5) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan solusi rasa aman bagi
siswa, guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk
memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya,
d. Peran Guru Sebagai Psikologis
Peran guru sebagai psikologis, guru dipandang sebagai berikut:
1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
2) Seniman dalam hubungan antar manusia ( artist in human relation), yaitu
orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan
tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan
pendidikan.
4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai
inovator (pembaharuan).
5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggungjawab
terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.10
Sementara itu terdapat beberapa peran guru dalam proses pembelajaran tatap
muka yang dikemukakan oleh Moon, yang dikutip oleh Hamzah B. Uno yaitu
sebagai berikut:
1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (designer oflnstruksional)
2. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut
dengan memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang
meliputi;
a. Membuat dan merumuskan TIK
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,
sistematis, dan fimgsional efektif.
c. Merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dalam pengajaran.
10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003),
e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan
memperhatikan relevansi (seperti juga mated), efektif dan efesien
kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.
3. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (manager oflnstruksional) Tujuan
umum pengelola kelas adalah menyediakan dan menggunkan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari
kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri
manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka
mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan
tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan hingga memungkinkan
untuk terciptanya situasi belajar yang baik, mengendalikan pelaksanaan
4. Guru sebagai pengarah pembelajaran,
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru
mempunyai rungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar
mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi
adalah sebagai berikut:
- Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
- Menjelaskan secara konkret apa yang dapat dilakukan pada akhir pelajaran
- Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat
merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
- Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5. Guru sebagai Evaluator.
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitas,
dan efesiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui
kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai
penilai hasil belajar peserta didilc, guru hendaknya secara terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melami evaluasi ini akan menjadi umpan balik
terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian,
proses pembelajaran akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil
6. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor ia diharapka akan dapat merespon
segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, guru hams dipersiapkan agar:
- Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul
antara peserta didik dengan orang tuanya.
- Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan
dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan
bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik
itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua itu akan
memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan
orang lain, terutama siswa.
7. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh
peserta didik selama ia mengjkuti suatu proses pendidikan. Secara resmi
kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau
dicita-citakan. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat
tergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya,
guru yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang
menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau
gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak ditangan pribadi guru.11
Sementara itu peran guru yang dipaparkan oleh Wina Sanjaya adalah sebagai
berikut :
1. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting.
Peran guru sebagai sumber belajar terkait erat dengan penguasaan materi
pelajaran.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebaiknya guru memiliki referensi lebih banyak dibandingkan siswa.
b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa
yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya.
c. Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran,
misalnya menunjukkan mana materi inti dan mana materi tambahan.
2. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat
melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada
beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang
11 Hamzam B.Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Rreformasi Pendidikan di
berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran
antara lain :
a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta
fungsi masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media,
c. Guru dituntut untuk mampu mcngorganisasikan berbagai jenis media serta
dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
d. Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
3. Guru sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar
tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh kelas. Dalam
melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus
dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai
sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi
umum yaitu :
a. Merencankan sumber belajar
b. Mengorganisasikan berbagai fungsi belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar.
c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi
d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya
atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
4. Guru sebagai Demonstrator
Yang dimaksud guru sebagai demostrator adalah peran untuk
mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa
lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua
konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demostrator berarti guru
harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru
merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru
akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, dalam konteks ini guru
berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua, sebagai
demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap
materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh
karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi
pembelajaran yang lebih efektif.
5. Guru sebagai Pembimbing
Setiap siswa memiliki kepribadian yang berbeda, perbedaan inilah yang
menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar
dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup
mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan