• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ANTARA KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP NEGERI DAN SMP SWASTA DI KECAMATAN SUKASARI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN ANTARA KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP NEGERI DAN SMP SWASTA DI KECAMATAN SUKASARI."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ANTARA KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP NEGERI DAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP

SWASTA DI KECAMATAN SUKASARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

TRIANI FITRIATIN

0901214

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PERBANDINGAN ANTARA KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP NEGERI DAN SMP SWASTA DI KECAMATAN SUKASARI

Oleh

Triani Fitriatin

0901214

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan

© Triani Fitriatin 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Na: Triani Fitriatin

Nim : 0901214

Judul Skripsi : PERBANDINGAN ANTARA KINERJA GURU

PENDIDIKAN JASMANI SMP NEGERI DAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP SWASTA DI KECAMATAN SUKASARI

Disetujui dan disahkan oleh,

Pembimbing I

Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M.Ed.

NIP. 195003111978101001

Pembimbing II

Dra. Lilis Komariyah, M.Pd

NIP. 195906281989012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd.

(4)

ABSTRAK

Nama :Triani Fitriatin. Judul : Perbandingan Antara Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SMP Negeri Dan SMP Swasta Di Kecamatan Sukasari. Pembimbing I : Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M.Ed. Pembimbing II : Dra. Lilis Komariyah, M.Pd

(5)

PERFORMANCE COMPARISON BETWEEN PHYSICAL EDUCATION

TEACHER AND JUNIOR SECONDARY SCHOOLS IN DISTRICT SUKASARI PRIVATE

Triani Fitriatin

Supervisor I: Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M.Ed

Supervisor II: Dra. Lilis Komariyah, M.Pd

ABSTRACT

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASI ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Pertanyaan Penelitian ... 6

F. Batasan Penelitian ... 7

G. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 7

H. Batasan Istilah ... 8

I. Anggapan Dasar ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Deskripsi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani ... 12

B. Kompetensi Guru ... 23

C. Pendidikan Jasmani ... 25

D. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani ... 33

E. Sekolah Menengah Pertama ... 35

F. Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi Penelitian ... 40

(7)

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Metode Penelitian... 42

E. Langkah-Langkah Penelitan... 44

F. Instrumen Penelitian... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 49

H. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 51

B. Diskusi Temuan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Rekomendasi ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Kompetensi yang Harus Dimiliki Oleh Guru... 34

3.1 Sub Kompetensi dari Empat Kompetensi Dasar ... 45

3.2 Kriteria Penilaian Indikator Kinerja ... 47

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penilian Kinerja Guru... 47

4.1 Kategori Nilai Kinerja ... 51

4.2 Hasil Perbandingan Kategori Kinerja Guru SMP Negeri dan SMP Swasta ... 52

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Alur Kinerja, Motivasi dan Abilitas Guru... 22

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas sebuah Negara bergantung kepada kualitas sumber daya

manusia (SDM). Kualitas SDM dapat dilihat dari suatu proses yaitu

pendidikan. Melalui pendidikan seseorang akan mengetahui lebih luas tentang

dirinya, lingkungannya, bahkan sampai kepada negaranya. Dengan pendidikan

dapat membedakan kualitas seseorang yang dapat menunjukkan harkat dan

martabat serta tingkat intelektual seseorang.

Dalam prosesnya, suatu pendidikan harus dapat mengembangkan

kemampuan serta membentuk watak seseorang. Maka pendidikan yang

berkualitas lah yang akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sebagaimana yang

tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas : Jabaran

UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam UU No.20 Tahun 2003,

bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Dengan demikian produk yang dihasilkan dari sebuah proses

pendidikan harus jelas dan terarah serta dapat dikembangkan dan

mengembangkan kembali potensi yang dimiliki agar nilai-nilai afektif yang

diharapkan pun dapat tercapai. Dalam proses pendidikan yang diharapkan

dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

(11)

2

diperlukan lembaga yang berkualitas dalam segala aspek, baik itu kualitas

sekolah, guru atau pendidik, maupun sarana dan prasarana yang menunjang

pelaksanaan pembelajaran efektif dan juga lingkungan sekolah yang

kondusif.

Jenjang pendidikan yang ditempuh akan mempengaruhi karakteristik

seseorang, semakin tinggi jenjang pendidikan yang dicapai maka semakin

luas cara pandang dan pada kenyataannya akan dianggap lebih baik daripada

individu yang tidak mengikuti pendidikan. Salah satunya ialah jenjang

pendidikan dasar Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP

yang merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di

Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah

pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.

Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar 9 Tahun (SD,

SMP) dalam (www.kemdiknas.go.id). Maka penghargaan atas derajat sosial

individupun akan dengan terlihat dari jenjang pendidikan yang ditempuh.

Menentukan sekolah menengah pertama (SMP) harus disertai dengan

ketelitian dan disesuaikan dengan tujuan dari setiap individu yang akan

menempuh jenjang pendidikan ini. Sekolah dengan kualitas baik yang

didalamnya terdapat tenaga pengajar atau guru yang berkualitas serta sarana

dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar lah yang senantiasa

menjadi sorotan utama sebagai sekolah yang dikategorikan baik dan menjadi

pillihan karena secara tidak langsung sekolah tersebut akan membentuk

karakter anak.

Sekolah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu sekolah Negeri dan

Sekolah Swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah milik umum yang

didirikan dan dibiayai Negara dengan tujuan memberikan layanan pendidikan

ke masyarakat dan mencerdaskan anak bangsa tanpa biaya ataupun dengan

biaya yang relatif lebih terjangkau, hal tersebut sesuai dengan telah tertera

(12)

3

Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, sedangkan sekolah swasta adalah sekolah milik perseorangan atau sekelompok orang tertentu yang bertujuan memberikan layanan pendidikan ke masyarakat dengan memungut uang untuk pembiayaan operasional sekolah, pembayaran gaji guru dan perolehan laba bagi pemilik sekolah tersebut. Oleh karena itu biaya pendidikan di sekolah swasta relatif lebih mahal dibandingkan dengan sekolah negeri.

Pendidikan yang berkualitas berdampak terhadap peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Selain itu, upaya dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia dapat dilakukan dengan upaya mewujudkan manusia atau

sumber daya manusia yang sehat, kuat, terampil dan bermoral dengan melalui

berbagai pendidikan salah satunya ialah dengan melalui pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu upaya menjadikan manusia

menjadi manusia yang seutuhnya baik jiwa maupun raga dan itu artinya tidak

terpisah antara kualitas fisik dan mentalnya. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Mahendra (2009:3) bahwa :

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai satu kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Dengan melalui pendidikan jasmani, siswa tidak hanya mengasah

kemampuan intelektualnya saja, melainkan siswa dapat memahami dirinya

sebagai manusia yang seutuhnya dengan kesadaran atas kemampuan

intelektual, kemampuan gerak serta kemampuan sosial yang dimiliki serta

(13)

4

Dalam sebuah pendidikan, diperlukan seorang pendidik atau guru

dapat menjadi panutan, baik itu dilingkungan sekolah maupun dilingkungan

masyarakat. Karena kualitas dari suatu proses pendidikan dan ketercapaian

pembelajaran bergantung kepada kualitas guru. Latar belakang pendidikan

dan kemampuan yang dimiliki guru serta motivasi dalam melaksanakan suatu

pengajaran akan memberikan dampak terhadap ketercapaian tujuan

pembelajaran.

Termasuk guru penjas yang pada kenyataannya selalu menjadi guru

yang paling dekat dengan siswanya. Karena seorang pendidik bukan hanya

bertugas sebagai pengajar saja, melainkan bertugas sebagai fasilitator dalam

proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran seperti halnya memberikan

bimbingan diluar jam belajar karena biasanya guru pendidikan jasmani

dianggap sebagai figur yang santai namun bisa mendengarkan keluh kesah

siswa dengan memposisikan diri bukan hanya sebagai guru, namun dapat

memposisikan diri sebagai teman bahkan orang tua.

Kemampuan guru penjas dalam menciptakan komunikasi yang baik

dengan siswa menjadi modal yang baik dalam mengenal karakteristik siswa.

Sebagai seorang guru, memiliki kemampuan atau kompetensi adalah sebuah

keharusan. Karena selain akan memudahkan dan memberi banyak peluang

dalam membrikan kontribusi dalam pendidikan, hal tersebut sesuai dengan

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan

Kompetensi Guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

professional. Ketika seorang guru penjas memiliki kompetensi professional,

guru penjas akan dengan mudah dalam menyampaikan materi pelajaran

dengan penggunaan strategi serta metode ataupun gaya mengajar saat

menyampaikan materi pembelajaran serta mampu memanfaatkan sumber

belajar untuk menunjang pembelajaran.

Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan profesional bilamana

memiliki dan memenuhi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

(14)

5

yang dimiliki dalam melaksanakan kinerjanya sebagai seorang guru akan

menjadikan dirinya seorang profesional dibidangnya.

Permasalahan yang ditemukan dilapangan menunjukkan, bahwa

kualitas kinerja guru pendidikan jasmani belum bisa dikatakan baik apabila

guru pendidikan jasmani tersebut belum memenuhi standar kompetensi guru

yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan profesinya.

Dari pemaparan diatas, maka peneliti ingin mengatahui kinerja guru

pendidikan jasmani SMP Negeri dan kinerja guru SMP Swasta di Kecamatan

Sukasari Kota Bandung, untuk mengetahui dampaknya terhadap hasil

pengajaran pendidikan jasmani serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi

bagi para guru pendidikan jasmani tentang standarisasi menjadi guru

pendidikan jasmani serta lebih inovatif dan kreatif ketercapaian tujuan

pembelajaran.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang,

maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut,

1. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja guru pendidikan jasmani SMP

Negeri dan kinerja guru pendidikan jasmani SMP Swasta di Kecamatan

Sukasari Kota Bandung ?

2. Apabila terdapat perbedaan, faktor apa saja yang mempengaruhi adanya

perbedaan antara kinerja guru pendidikan jasmani SMP Negeri dan

kinerja guru pendidikan jasmani SMP Swasta di Kecamatan Sukasari

Kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka adapun tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara kinerja guru

pendidikan jasmani SMP Negeri dan kinerja guru pendidikan jasmani SMP

(15)

6

D.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya bagi penulis

sendiri, guru-guru pendidikan jasmani di Kecamatan Sukasari khususnya

umumnya bagi semua guru pendidikan jasmani.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dari Segi Teoritis

Dapat menjadi sumbangan pemikiran yang berguna dalam ranah

pendidikan. Terutama bagi guru pendidikan jasmani, bahwa guru yang

mengajar pendidikan jasmani harus berlatar belakang pendidikan

jasmani pula, agar adanya kesinambungan antara tujuan pembelajaran

dengan kinerja yang dilakukan guru.

2. Dari Segi Praktis

a. Dapat memberi gambaran mengenai pelaksanaan pengajaran

pendidikan jasmani yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani

di SMP Negeri dan SMP Swasta.

b. Dengan penelitian yang dilakukan, peneliti berharap dapat

memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

informasi mengenai kinerja guru pendidikan jasmani di SMP

Negeri dengan SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi

sekolah untuk lebih memperhatikan kinerja guru pendidikan

jasmani dalam pelaksanaaan pembelajaran.

d. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru pendidikan

jasmani dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun

(16)

7

1. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja guru penjas SMP Negeri dan

SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung ?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan kinerja guru penjas di

SMP Negeri dan SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung ?

F. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah, baik keluasan maupun kedalaman

ruang lingkup masalah, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini penulis fokuskan pada guru pendidikan jasmani di SMP

Negeri dan di SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

2. Indikator yang diteliti meliputi:

a. Kinerja guru pendidikan jasmani SMP Negeri dan SMP Swasta di

Kecamatan Sukasari Kota Bandung,

b. Sumber data dan populasi adalah guru pendidikan jasmani SMP

Negeri dan guru pendidikan jasmani SMP swasta di Kecamatan

Sukasari Kota Bandung.

c. Sampel yang digunakan adalah tiga guru pendidikan jasmani di

SMP Negeri dan tiga guru pendidikan jasmani di SMP Swasta di

Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

d. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 12 Bandung, SMP Negeri

15 Bandung, SMP Negeri 29 Bandung, SMP Bina Dharma

Bandung, SMP Pasundan 12 Bandung, dan SMP Al-Innayah.

F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka

metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

komparatif. Arikunto (2010:312) menjelaskan bahwa, “Metode

deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk

(17)

8

keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Sedangkan komparatif dijelaskan Sugiyono (2009:36) dalam Sulaeman

(2011:66) menyatakan bahwa komparatif adalah penelitian yang

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau

lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Dengan demikian, metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif komparatif,

yaitu dengan membandingkan antara kinerja guru pendidikan jasmani di

SMP Negeri dan SMP Swasta karena dalam penelitian ini peneliti ingin

mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil yang

hendak diteliti yaitu “apakah terdapat perbedaan antara kinerja guru

pendidikan jasmani di SMP Negeri dan SMP Swasta di Kecamatan

Sukasari Kota Bandung”.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ialah dengan

pengamatan secara langsung dengan dilengkapi penggunaan format

penilaian lembar observasi menurut Permendiknas No. 35 Tahun 2010

dan dokumentasi.

G.Batasan Istilah

Agar tidak terjadi salah tafsir pada istilah yang penulis gunakan

dalam penelitian ini, maka penulis mendefinisikan istilah- istilah sebagai

berikut:

1. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan

aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas

individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai satu kesatuan utuh, makhluk

(18)

9

terpisah kualitas fisik dan mentalnya seperti yang telah dikemukakan

oleh Mahendra (2009:3).

2. Kinerja guru

Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan

tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program

pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil

pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar

kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai

guru di sekolah.

3. Proses Belajar Mengajar

Proses Belajar Mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu.

4.Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Swasta adalah sekolah yang merupakan jenjang

pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus

sekolah dasar (atau sederajat).

5. Sekolah Negeri

Sekola Negeri adalah sekolah milik pemerintah yang didirikan dan

dibiayai Negara dengan tujuan memberikan layanan pendidikan ke

masyarakat dan mencerdaskan anak bangsa tanpa biaya ataupun

dengan biaya yang relatif lebih terjangkau dan guru yang mengajar

berstatus pegawai negeri sipil (PNS).

6. Sekolah Swasta

Sekolah swasta adalah sekolah milik perseorangan atau sekelompok

orang tertentu yang bertujuan memberikan layanan pendidikan ke

masyarakat dengan memungut uang untuk pembiayaan operasional

sekolah dan manajemen sekolah dikelola oleh pemilik sekolah

(19)

10

H.Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan pendapat dari peneliti sebagai titik

tolak dalam melakukan penelititan. Sesuai dengan yang disampaikan

Arikunto (1993:19) dalam Yogi (2011:9) bahwa “anggapan dasar adalah

sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai

hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam

pelaksanaan penelitian”.

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang mengenai

kinerja guru pendidikan jasmani yang melakukan pembelajaran pendidikan

jasmani di sekolah negeri dan sekolah swasta, maka penulis beranggapan

bahwa :

1. Proses Belajar Mengajar berkaitan dengan kualitas dan

profesionalisme guru. Ketika seorang guru memiliki kualitas yang

tinggi maka guru tersebut cenderung akan bekerja secara profesional.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Glikman (Bafadal) dalam

Wahyudi (2012:4) yang mengemukakan bahwa seseorang akan bekerja

secara profesional bila orang tersebut memiliki kemampuan (ability)

dan motivasi (motivation), seorang guru dapat dikatakan profesional

bilamana memiliki kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi.

2. Proses Belajar Mengajar berkaitan dengan ketersediaan dan kelaiakan

sarana dan prasarana. berkembang tidaknya suatu pembelajaran

berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Seperti yang

disampaikan Lutan (2001:19) berbagai sebab yang membuat

pendidikan jasmani kurang berkembang. Selain karena tidak didukung

oleh sarana dan prasarana olahraga yang memadai, seperti pekarangan

sekolah yang sempit, alokasi waktunya juga sangat terbatas.

3. Kualitas proses belajar mengajar berhubungan dengan kreativitas dan

kompetensi guru dalam proses belajar mengajar. Dalam Standar

Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, yang mengemukakan bahwa:

(20)

11

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki

keampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.” Sejalan dengan hal

tersebut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menjabarkan tentang

kualitas akademik dan kompetensi guru yang meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi professional. Hal tersebut dikemukakan sebagai standar

kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru dalam melaksanakan

profesinya agar proses belajar mengajarnya lebih berkualitas dan

tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Kinerja guru berkaitan dengan motivasi dan kemampuan. Teori dasar

yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru

menurut T.R. Mithcell (1978) dalam Depdiknas Tahun 2012 bahwa :

Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa, motivasi dan

kemampuan adalah unsur – unsur yang berfungsi membentuk kinerja

guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

(21)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Di tiga

SMP Negeri, yaitu :

1. SMP Negeri 12 Kota Bandung yang beralamatkan di Jalan Dr.Setiabudhi

No. 195. Telp.(022)2013947

2. SMP Negeri 15 Kota Bandung yang beralamatkan di Jalan Dr.Setiabudhi

NO.89 Kel. Gegerkalong Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Telp. (022)

2034914

3. SMP Negeri 29 Bandung beralamatkan di Jalan Geger Arum No. 11A

Bandung Telp. 022 2012579

SMP Swasta, yaitu :

1. SMP Pasundan 12 Bandung beralamatkan di Jalan. Sarirasa No. 130/04

Sarijadi Kecamatan Sukasari

2. SMP Bina Dharma 3-1 Bandung terletak di Jl. Gegerkalong Hilir no 18

kel. Gegerkalong kec. Sukasari Kota Bandung.

3. SMP Al-Inayyah terletak di Jln. Cijerokaso No. 63 kel. Sarijadi Kec.

Sukasari Bandung 40151 - (022) 2004104

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu kinerja guru

pendidikan jasmani dan enam sampel yang terbagi atas dua populasi yaitu

guru SMP Negeri dan Guru SMP Swasta Kecamatan Sukasari. Jadi sampel

yang pertama yaitu tiga guru SMP Negeri dan sampel yang kedua ialah

(22)

41

Bagan 3.1 Desain Penelitian

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Untuk menentukan sumber data, terlebih dahulu harus menentukan

populasi dan sampel yang merupakan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syara-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian. Nawawi (1985:141) dalam Riduwan (2011:54)

menjelaskan bahwa, “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin,

baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif

pada karakteristik mengenai sekumpulan objek yang lengkap.”

Populasi dalam penelitian ini adalah Para Guru Penjas SMP Negeri

dan SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung berjumlah 20

Kompetensi Dasar Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007

Kompetensi Pedagogi

Kompetensi Profesional

Kompetensi Sosial

Kompetensi Kepribadian

Guru di SMP Negeri

Guru di SMP Swasta

(23)

42

orang. Diantaranya yaitu SMP Negeri 12 Bandung, SMP Negeri 15

Bandung, SMP Negeri 29 Bandung, SMP Pasundan 12 Bandung, SMP

Dharma Bakti, dan SMP Al-Innayah.

2. Sampel Penelitian

Dalam suatu penelitian, mutu tidak hanya ditentukan dari besarnya

sampel, seperti halnya yang dikemukakan oleh Nasution (1991:135) dalam

Riduwan (2011:57) bahwa,“mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh

besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh

desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru penjas SMP Negeri

dan SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung sejumlah 20 orang

dari 20 Sekolah. Namun, karena dalam panelitian ini ingin mengetahui

perbandingan antara kinerja guru penjas di SMP Negeri dan SMP Swasta,

sedangkan jumlah sekolah Negeri hanya ada 3 sekolah, maka untuk

mendapatkan perbandingan yang seimbang ditentukan tiga sekolah swasta

dari 17 sekolah dengan menggunakan random sampling. Maka, guru

penjas yang dijadikan sampel diperoleh dari enam sekolah yaitu yang

mengajar di tiga sekolah Negeri dan tiga sekolah swasta.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 6 orang guru

pendidikan jasmani yang terdiri dari tiga guru di SMP Negeri meliputi

SMP Negeri 12 Bandung, SMP Negeri 15 Bandung, SMP Negeri 29

Bandung dan tiga guru SMP Swasta meliputi SMP Pasundan 12 Bandung,

SMP Dharma Bakti, dan SMP Al-Innayah.

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode

deskriptif. Dasar dari pemilihan metode ini karena berdasarkan atas

pertimbangan dari tujuan peneilitian itu sendiri, yaitu untuk mendapatkan

(24)

43

Negeri dan kinerja guru pendidikan jasmani SMP Swasta di Kecamatan

Sukasari Kota Bandung.

Dijelaskan oleh Arikunto (2002:309) dalamTaupiqurohman (2012)

bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk

menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam

suatu situasi”. Pernyataan tersebut serupa dengan yang dikemukakan oleh

Sumanto (1995:75) yang menjelaskan bahwa :

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada, bisa mengenai kondisi dan hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,atau kecenderungan yang tengah berkembang.

Sedangkan komparatif dijelaskan Sugiyono (2009:36) dalam

Sulaeman (2011:66) menyatakan bahwa : “komparatif adalah penelitian

yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau

lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda”.

Dengan demikian,metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif komparatif,

yaitu dengan membandingkan antara kinerja guru pendidikan jasmani di

SMP Negeri dan SMP Swasta karena dalam penelitian ini penelitiingin

mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil yang hendak

diteliti yaitu “ apakah terdapat perbedaan antara kinerja guru pendidikan

jasmani di SMP Negeri dan SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota

(25)

44

E. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian dilakukan beberapa tahap dalam pelaksanaannya,

seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2009:127) yaitu : 1) Tahap

Pra-Lapangan; 2) Tahap Pekerjaan Lapangan ; 3) Tahap Analisis Data.

Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data yang baik,

maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Persiapan, yang meliputi informasi dengan cara :

a. Mempersiapkan rancangan desain proposal penelitian dengan studi

pustaka dan informasi dari berbagai pihak

b. Orientasi lapangan, yaitu menghubungi instansi dinas pendidikan

Kecamatan Sukasari untuk menyampaikan maksud dan tujuan

penelitian serta meminta data mengenai jumlah dan lokasi SMP

yang ada di Kecamatan Sukasari serta memperoleh izin penelitian

c. Melakukan pengamatan dan wawancara untuk memperoleh data

banyaknya responden yang akan dijadikan sampel penelitian

dengan melihat jumlah dan karakteristik guru pendidikan jasmani.

d. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan, berkaitan

dengan variabel yang akan diteliti.

2. Menentukan sampel

Sampel penelitian ini diambil dari guru pendidikan jasmani SMP yang

ada di wilayah kerja Kecamatan Sukasari.

3. Menentukan instrument penelitian

a. Menentukan kisi-kisi instrumen penelitian

b. Menentukan butir-butir item

4. Melaksanakan pengumpulan data dan menyebarkan format penilaian

kinerja sebagai instrument penelitian kepada pihak sekolah yang

berfungsi sebagai supervisi

5. Menganalisa data dengan menggunakan teknik analisis data yang tepat

6. Mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian

(26)

45

F. Instrumen Penelitian

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja

guru.Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher

performanceassessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh

Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat

penilaian kemampuan guru,meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching

plans and materials) atau disebutdengann RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), dan (3)

hubungan antar pribadi (interpersonalskill).

Ketiga butir penilaian kinerja guru di atas lebih dirincikan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Dan Angka

Kreditnya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ialah dengan

lembar format penilaian kinerja dan pengamatan secara langsung oleh

peneliti. Lembar format penilaian menggunakan format penilaian yang

dikeluarkan oleh Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010, yang terdiri dari

14 kompetensi(telah ditetapkan oleh BSNP), diantaranya ialah Pedagogi

dengan tujuh kompetensi, Kepribadian dengan tiga kompetensi, Sosial

dengan dua kompetensi, dan Profesional dengan dua kompetensi. 14

kompetensi yang menjadi butir penilaian kinerja dapat dilihat pada Tabel

[image:26.595.112.518.251.742.2]

3.1 berikut :

Tabel 3.1

14 Sub Kompetensi dari Empat Kompetensi Dasar

NO KOMPETENSI

DASAR

SUB KOMPETENSI

1 Kompetensi Pedagogi

1. Mengenal karakteristik anak didik

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

(27)

46

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Memahami dan mengembangkan potensi 6. Komunikasi dengan peserta didik

7. Penilaian dan evaluasi

2 Kompetensi Kepribadian

8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

9. Menunjukkan pribadi yang dewasadan teladan 10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru

3 Kompetensi Sosial

11. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, sertatidak diskriminatif

12. Komunikasi dengan sesama guru, tenagapendidikan, orang tua peserta didik, danmasyarakat

4 Kompetensi Profesioanal

13.Penguasaan materi struktur konsep danpola pikir keilmuan yang mendukungmata pelajaran yang diampu

14.Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif

Dari 14 kompetensi yang dijadikan sebagai butir penilaian tersebut,

kemudian disusun dalam sebuah lembar penilaian yang ditetapkan dalam

PERMENDIKNAS Nomor 35 Tahun 2010. Adapunformat lembar

penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penilaian atau pengisian nilai pada format penilaian kinerja

tersebut, di isi oleh Guru Pendidikan Jasmani Senior yang tidak mengajar

sebagai pengamat kedua selain dari pengamat utama yaitu

peneliti.Pemilihan guru senior di setiap sekolah sebagai pengamat dan

mengisi format penilaian ialah atas dasar pengalaman mengajar dan

pengenalan lebih dalam terhadap sampel, dalam hal ini adalah guru

pendidikan jasmani yang diteliti di enam sekolah yang dijadikan populasi

(28)

47

sekolah yaitu tiga pengamat dari tiga SMP Negeri dan tiga pengamat dari

tiga SMP Swasta di kecamatan Sukasari. Adapun skala penilaian atau

rentangnya ialah dari skor 1 sampai skor 4 dengan kriteria seperti yang

[image:28.595.122.537.238.747.2]

tertera pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Indikator Kinerja

NO KRITERIA NILAI

1 Nilai maksimum untuk kompetensi kinerja guru Guru menunjukkan semua indikator kinerja yang positif

4

2 Guru menunjukkan hampir semua indikator kinerja positif dan tidak ada indikator negatif yang potensial dapat merugikan siswa

3

3 Guru mempunyai kompetensi, namun belum digunakan secara sistematis dan efektif, lebih banyak indikator negatif dan potensial merugikan siswa

2

4 Nilai Kinerja untuk Kompetensi Kinerja, guru menunjukkan semua indikator kinerja negatif

1

Indikator yang digunakan untuk menentukan nilai pada lembar

penilaian kinerja disusun dalam bentuk kisi-kisi untuk mempermudah

penentuan nilai, seperti tercantum pada Tabel 3.3berikut :

Tabel. 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penilian Kinerja Guru

Sumber : Depdiknas-Penilaian Kinerja.pdf

NO SKOR INDIKATOR

1 4 - Kinerja di atas standar

- Kinerja yang sangat baik, menunjukkan konsistensi terhadap semua indikator kinerja positif, tidak menunjukkan indikator kinerja negatif

- Guru dapat mengembangkan kompetensinya dan melaksanakan tanggung jawabnya melebihi yang diminta

(29)

48

- Guru dapat diberikan tugas untuk membimbing guru lain 2 3 - Kinerja di atas standar

- Kinerja hamper semua menunjukkan indikator positif,namun ada beberapa indikator negative tetapi tidak merugikan pengalaman belajar siswa

- Guru dan memelihara dan memanfaatkan kompetensinya dengan baik.

- Guru dapat melaksanakan semua tanggungjawabnya dengan baik. - Namun selama pengamatan dan pemabtauab, penilai masih belum

menihat pemanfaatan semua indikator positif tersebut.

- Kinerja guru sebenarnya sudah bagus , tetapi masih terdapat peluang bahwa guru dapat melakukannya dengan lebih baik lagi. - Guru dapat diberikan tugas untuk membimbing guru lain dalam

bidang terkait.

3 2 - Kinerja dibawah standar

- Kinerja guru menunjukkan adanya indikator kinerja positif, namun lebih banyak indikator kinerja negative yang dapat merugikan pengalaman belajar siswa.

- Guru sebenarnya telah memanfaatkan kompetensinya, namun belum cukup efentif, belum lengkap, belum sistematis, dan seringkali tidak tepat dalam kaitannya dengan struktur dan tujuan pembelajaran.

- Guru sering gagal malaksanakan tugasnya dan memerlukan supervise untuk mengarahkan penggunaan kompetensinya secara tepat

- Kinerja guru masih dapat ditingkatkan pada satu atau dua bidang terkait

- Kinerja guru masih memerlukan integrasi secara konsisten sesuai - aktivitas pembelajaran

- Kompetensi guru bukan merupakan hal yang dilakukan sehari-hari 4 1 - Kinerja yang tidak diterima

- Kinerja guru menunjukan hampir semua indikator kinerja negatif - Guru hampir selalu gagal dalam melaksanakan tugasnya dan

sangat membahayakan proses belajar siswa

- Kemungkinan terlihat satu atau dua indikator positif, tetapi ketika kompetensi tersebut digunakan, justru menimbulkan masalah pada peserta didik.

- Guru menyajikan isi pelajaran secara tidak jelas, kuno, dan tidak jelas. Akhirnya siswa menjadi bingung, menjadi tidak tertarik, dan / atau bahkan menjadi salah paham tentang topik yang sedang dipelajari.

- Secara keseluruhan, siswa tidak mendapat keuntungan dari aktivitas belajar yang dilakukan

(30)

49

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan pada

kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi peranserta, wawancara mendalam,dan dokumentasi.

Berkaitan dengan observasi, Sutrisno (1986) dalam Sugiyono (2012:203)

mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.”

Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan observasi secara langsung menggunakan lembar

observasi sebagai instrument pemenilitian yaitu Format Penilaian Kinerja dari

Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 seperti pada Tabel 3.2 Dan untuk

melengkapi data, digunakan dokumentasi untuk memperkuat hasil penelitian.

H. TeknikAnalisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Analisis data merupakan proses mencari dan mnyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarakan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah

difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Seperti halnya yang

dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (1980:286) yang menyatakan bahwa :

(31)

50

Dalam penelitian ini, analisis data diakukan dengan cara

mengobservasi penampilan guru saat pembelajaran mulai dari perencaaan

pembelajaran sampai pembelajaran ditutup dengan berpegangan kepada

butir-butir yang menjadi indikator penilaian kinerja guru yang tercantum dalam

format lembar observasi.(Lampiran 1)

Untuk mendapatkan hasil dari penilaian yang dilakukan, penulis

memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh dari format penilaian

dengan kriteria nilai yang telah ditentukan yaitu nilai 1 sampai 4 seperti yang

tertera pada Tabel 3.3, setelah itu hasil dari perhitungan nilai rata-rata yang

didapat dari format penilaian kinerja dengan kriteria nilai sesuai dengan yang

tercantum dalam Permediknas No.35 tahun 2010, dan penulis menentukan

presentase ketercapaian kinerja guru berdasarkan hasil dari pengolahan data

yang dihasilkan dengan menggunakan penghitungan yang tecantum dalam

Permendiknas tersebut, kemudian hasil yang diperoleh di deskripsikan

hasilnya dalam sebuah uraian dari berbagai sudut pandang.

Penulis sebagai observer pertama berfungsi pula sebagai pengamat

penelitian untuk menguatkan hasil dari penilaian yang dilakukan oleh observer

kedua yaitu guru penjas senior di masing-masing sekolah. Jadi, data yang

dihasilkan bukan hanya berupa symbol semata melainkan disertai deskripsi

hasil pengamatan sehinggahasil pengolahan data memiliki makna atau dapat

menunjukkan gambaran mengenai Kinerja guru pendidikan jasmani di SMP

Negeri dan Kinerja guru pendidikan jasmani di SMP Swasta di Kecamatan

(32)

57

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbandingan antara kinerja guru pendidikan

jasmani di SMP Negeri dan kinerja guru pendidikan jasmani di SMP Swasta di

Kecamatan Sukasari Kota Bandung.

Adapun yang mendasari pengambilan kesimpulan tersebut ialah

diperolehnya temuan-temuan penelitian yang dianggap menjadi dasar dan

jawaban atas pertanyaan penelitian, diantaranya sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan yang antara kinerja guru pendidikan jasmani di SMP

Negeri dan kinerja guru pendidikan jasmani di SMP Swasta di Kecamatan

Sukasari Kota Bandung dilihat dari kategori kinerja yang didapatkan oleh

guru. Bahwa, kinerja guru penjas di SMP negeri masuk kedalam kategori

Baik, sedangkan pada kinerja guru penjas di SMP swasta masuk kedalam

kategori cukup.

2. Kinerja guru pendidikan jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya ialah latar belakang pendidikan guru pendidikan jasmani yang

sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Ketersediaan serta kelaiakan

sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar juga mempengaruhi

kinerja guru dan itu artinya proses belajar mengajar tidak dapat berjalan

dengan efektif dan kondusif. Faktor lainnya ialah kebijakan sekolah yang

sangat mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran

(33)

58

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan penulis, ada hal penting

untuk direkomendasikan yang berkaitan dengan kinerja guru pendidikan jasmani,

diantaranya adalah :

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, diharapkan setiap

guru memahami secara mendalam dan luas mengenai ruang lingkup

pendidikan jasmani serta kompetensi-kompetensi yang harus dimiiliki

oleh guru pendidikan jasmani untuk mencapai tujua pembelajaran yang

diharapkan dapat terpenuhi.

2. Diharapkan dengan adanya pemahaman mengenai bagaimana fungsi serta

tanggung jawab guru pendidikan jasmani dalam kinerjanya serta

kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang

diampunya, pendidikan jasmani akan menjadi mata pelajaran yang

senantiasa menjadi contoh yang baik bagi guru pendidikan yang lainnya.

3. Bukan hanya guru yang berstatus sipil saja yang harus memiliki

kompetensi guru, namun semua guru harus memiliki komopetensi guru

tersebut. Untuk dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih

mengembangkan pendidikan jasmani secara lebih luas lagi.

4. Rekomendasi untuk studi lanjutan

Untuk peneliti sejenis hendaknya dilakukan dengan sampel yang lebih

besar, untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat bagaimana kinerja

guru pendidikan jasmani di sekolah Negeri dan kinerja guru pendidikan

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Adminsidiknas, (2012). Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama, [Online]. Tersedia http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/peserta-didik-sekolah-menengah-pertama.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan.(2011). Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru(PK Guru)

Buku 2, Jakarta: Kemendiknas.

Djojonegoro,W. (2009). Model Pengkajian pembelajaran kolaboratif. Jawa Barat Sayagatama Press.

Jati, R. P. (2012). Tujuan Pendidikan (Nasional & UNESCO. [Online ]. Tersedia :

http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2012/04/14/tujuan-pendidikan-nasional-unesco/.[ 14 april 2012]

Juliantine, T., et al. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI

Lubay, L. H, (2008). Hubungan Antara Latar Belakang Pendidikan Pengalaman

Kerja, Dan Intensitas Pelatihan Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Tingkat Sd. Tesis pada Sekolah PASCASARJANA UPI. Bandung: tidak

diterbitkan

Lutan, R., et al. (2002). Supervisi Pendidikan Jasmani–Konsep dan Praktik. Jakarta:

Depdiknas

Mahendra, A. (2009). Asas dan filsafah pendidikan jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Muchlisin, (2011). Profesionalisme Kinerja Guru Menyongsong Masa Depan.

[Online]. Tersedia : http://muhlis.files.wordpress.com.[5 Agustus 2012]

Pendidikan dan Pelatihan Perhitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru. (2011). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010. Pemerintah Kota Bandung: Dinas Pendidikan

Ririn, R. (2012). Konsep Kinerja Guru.[online]. Tersedia:

http://risnawatiririn.wordpress.com/2012/01/17/konsep-kinerja-guru/html [17 Januari 2012]

Riza, F. (2012). Perbandingan kinerja guru bersertifikasi profesi dengan guru belum

(35)

60

besar di SMA Negeri Kabupaten Cirebon. Skripsi pada FPOK UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Sagala, (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.Bandung: Alfabeta.

Sasmito, T. (2010), Standar Kualifikasi Akademik.Pdf, [ Online ]. Tersedia : http : mitosdp1.files.wordpress.com/2010/05/standar-kualifikasi akademik.pdf

Soemosasmito, S.(1998). Dasar, Proses dan Efektivitas Belajar Mengajar

Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.Jakarta.

Subroto, T.,Carsiwan, dkk (2008). Modul mata kuliah Teori Bermain. Bandung: FPOK UPI Bandung Sugiono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susi, (2011). Perbedaan Sekolah Negeri dengan Sekolah Swasta, [online]. Tersedia: http://blog.intisari-online.com/2011/05/perbedaan-sekolah-negeri-dengan-sekolah-swasta-4/.[26 Mei 2011]

Taupiqurohman, (2012). Perbedaan kompetensi pedagogi guru yang berlatar

belakang penjas dengan guru yang berlatar belakang non penjas(guru kelas) pada pelaksanaan penjas dikecamatan malausma kabupaten majalengka.

Skripsi pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Usman, U.M (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya http://permenpan-no-16-th-2009-tentang-jafungi guru.pdf

Wahyudi, I (2012). Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wijaya, C. dan Rusyan. T.A(1994). Kemampuan dasar guru dalam proses belajar

mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

http://gurupembaharu.com/sekolah/negeri/dan/sekolah/swasta.html

Gambar

Tabel 3.1 14 Sub Kompetensi dari Empat Kompetensi Dasar
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Indikator Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Bagi yang meninggalkan jam kerja harap mengajukan izin resmi kepada atasan langsung sesuai aturan yang berlaku. Demlkian dispensasi ini dibuat untuk dapat dilaksanakan sebagaimana

1) Mengkaji pengaruh penggunaan bahasa Inggris di dalam pembelajaran matematika, terhadap kemampuan pemahaman matematis dan komunikasi matematis pada siswa. 2) Mengkaji

BAB III : UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM UNTUK MEMBUKTIKAN TINDAK PIDANA MENYURUH MEMASUKKAN KETERANGAN PALSU DALAM AKTE OTENTIK DALAM PROSES PERADILAN

minyak kelapa mempunyai kekentalan yang lebih tinggi dari pada solar (11,2 cst lebih. besar dari pada 3,69 cst (Singh, 2006)) dan flash point yang lebih rendah dari pada

Kemudian, berdasarkan Pasal 266 ayat (1) KUHP, tindakan subjek (pelaku) yaitu menyuruh memasukkan suatu keterangan palsu ke dalam suatu akte otentik, sehingga kata “menyuruh”

Sebagai customer relation officer, yaitu berfungsi sebagai orang yang dapat membina hubungan baik dengan seluruh nasabah, termasuk merayu atau membujuk agar nasabah tetap

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA POSTER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. RENCANA

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu administrasi bisnis dan menambah kajian ilmu