• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pustaka Upaya Pengendalian Askariasis Di Daerah Jakarta dan Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pustaka Upaya Pengendalian Askariasis Di Daerah Jakarta dan Jawa Barat."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Masalah penyakit parasit khususnya penyakit cacingan yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides adalah salah satu problema kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Jakarta dan Jawa Barat, karena prevalensi askariasis di Jakarta dan Jawa Barat masih tinggi, yaitu untuk daerah Jakarta adalah 82,4%-90,6%, sedangkan daerah Jawa Barat 90%. Hal ini berkaitan dengan kepadatan penduduk, sosio ekonomi yang belum memadai, sanitasi dan hygiene perorangan dan lingkungan yang buruk, pengetahuan tentang infeksi oleh Ascaris lumbricoides yang kurang, keadaan gizi buruk. Karena itu diperlukan berbagai upaya pengendalian askariasis yaitu melalui penyuluhan kesehatan, pengobatan, perbaikan sanitasi dan hygiene perorangan, perbaikan gizi sehingga dapat diketahui sampai sej auh mana penurunan prevalensi askariasis dengan berbagai upaya pengendalian tersebut.

Tujuan dari penulisan ini ialah dengan mengetahui berbagai macam upaya yang dilakukan untuk mengendalikan askariasis diharapkan dapat menurunkan prevalensi askariasis di daerah Jakarta dan Jawa Barat.

Karya Tulis Ilmiah dengan judul upaya pengendalian askariasis di daerah Jakarta dan Jawa Barat ini disusun dengan metode studi pustaka.

Kesimpulan yang didapat adalah pengendalian askariasis dengan cara pengobatan dengan pyrantel pamoat 1 Omg/KgBB memberikan angka kesembuhan 97,8% di Jakarta sedangkan di Jawa Barat 88%. Dengan pemberian albendazol 200mg dan 100mg pyrantel pamoat + 100mg mebendazol di Jakarta memberikan angka kesembuhan masing-masing sebesar 98,4% dan 96,2% . Pengobatan dengan tanaman tradisional yaitu Curcuma aeruginosa dan buah ceguk angka kesembuhannya 60% dan 65%. Pengendalian dengan peningkatan hygiene perorangan pada murid SD di Jakarta mengakibatkan hanya 1, 68% reinfeksi setelah pengobatan dengan pyrantel pamoat 1 Omg/KgBB. Pengendalian askariasis dengan penyuluhan kesehatan menurunkan prevalensi askariasis dari 60,1% menjadi 4,1% di Jakarta, 80,7% menjadi 29,4% di Jawa Barat.

Disarankan agar mengikutsertakan semua pihak terkait dalam pengendalian askariasis; pengetahuan masyarakat ditingkatkan dengan cara penyuluhan kesehatan dan kebersihan agar sikap dan perilaku masyarakat berubah; memberitahukan bahaya askariasis kepada masyarakat melalui iklan TV, radio, media cetak, poster; minum obat cacing tiap 6 bulan sekali untuk pencegahan askariasis.

(2)

ABSTRACT

Ascariasis is one of the public health problems in Indonesia, especially in Jakarta and West Java, because of the high prevalence of ascariasis in this area. The prevalence rates of Ascaris lumbricoides in Jakarta and West Java are 82,4%-90,6%

and 90%. The infection is related to population density, socio economy, environment health, sanitation, personal hygiene and ignorance.

The aim of this study is how to decrease the prevalence of ascariasis in Jakarta and West Java.

The study of ascariasis control in Jakarta and West Java is designed on library study method.

The conclusion of this study is to decrease the prevalence and intensity of ascariasis by regular mass treatment with pyrantel pamoat I Omg/Kg body weight. The cure rates are 97,8% in Jakarta and 88% in West Java. The cure rates with albendazol 200mg is 98,4% and a combination of 100 mg pyrantel pamoat and 100 mg of mebendazol results in 96,2% cure rate. With Curcuma aeruginosa and ceguk fruit the cure rates are 60% and 65%. Mass treatment followed by health education can reduce the reinfection rate of Ascaris lumbricoides up to 1,68% and decrease the prevalence rate from 60, I % to 4,1% in Jakarta, 80,7% to 29,4% in West Java.

By improving sanitation, nutrition, public knowledge on parasites especially Ascaris lumbricoides; by government integrated health unit and mass media, all are

(3)

DAFTAR ISI

1.3 Maksud Dan Tujuan Penulisan 1.3.1 Maksud Penulisan 1.3.2 Tujuan Penulisan 1.4 Kegunaan Penulisan 1.5 Kerangka Pemikiran

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Cacing Ascaris lumbricoides 2.2 Penyakit Dan Hospes

2.3 Penyebaran Geografis 2.4 Morfologi Dan Daur Hidup 2.5 Epidemiologi

2.6 Patologi Dan Gejala Klinik., 2.7 Diagnosis

2.8 Pengendalian Askariasis dengan cara pengobatan

2.9 Pengendalian Askariasis Dengan Cara Perbaikan Hygiene Dan Sanitasi 2.10 Pengendalian Askariasis Dengan Cara Penyuluhan Kesehatan

2.11 Pengendalian Askariasis Dengan Cara Perbaikan Gizi

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tingkat beratnya infeksi berdasarkan jumlah telur pergram tinja dan jumlah cacing betina

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Lampiran

II

: Daur hidup Ascaris lumbricoides

: Ascaris lumbricoides dewasa jantan dan betina

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penyakit parasit khususnya kecacingan yang disebabkan oleh Ascuris Zumbricoides atau cacing gelang adalah salah satu problema kesehatan masyarakat

Indonesia, khususnya di daerah Jakarta dan Jawa Barat.

Prevalensi askariasis di daerah Jakarta dan Jawa Barat menunjukkan angka yang

tinggi. Di Jawa Barat sendiri prevalensinya adalah 90%(Gandahusada, 1998).

Sedangkan prevalensi askariasis di daerah kumuh Jakarta adalah 82,4% sampai 90,6%(Margono,dkk, 1988). Penelitian lain yang dilakukan oleh Abidin tahun 1993 di

daerah kumuh di Jakarta Pusat didapatkan prevalensi askariasis adalah 83,9% sampai

84,2% (Ismid,dkk, 1996).

Prevalensi askariasis yang tinggi di daerah Jakarta dan Jawa Barat ini berkaitan

dengan kepadatan penduduk, keadaan sosio ekonomi penduduk yang belum memadai, sanitasi dan hygiene perorangan serta keadaan lingkungan yang masih

buruk, kurangnya pengetahuan mengenai infeksi oleh Ascaris Zumbricoides, serta

keadaan gizi yang buruk

Infeksi oleh Ascaris lumbricoides dapat menghambat perkembangan fisik anak, kebugaran berkurang, menurunkan konsentrasi belajar anak serta kecerdasan anak.

Pada orang dewasa menyebabkan penurunan ketahanan fisik serta menghambat produkti fitas kerj a.

Karena itu diperlukan berbagai upaya pengendalian askariasis di daerah Jakarta

dan Jawa Barat, yaitu dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan kepada

masyarakat, para guru, murid, orang tua terutama ibu-ibu yang mempunyai bayi dan

anak-anak usia SD, serta kader kesehatan, yang diikuti dengan pemberian

(7)

2

1.2 Identifikasi Masalah

1. Sejauh mana penurunan prevalensi infeksi cacing Ascaris lumbricoides dengan

pengobatan di daerah Jakarta dan Jawa Barat.

2. Sejauh mana penurunan prevalensi infeksi cacing Ascaris lumbricoides dengan

perbaikan sanitasi dan penyuluhan di daerah Jakarta dan Jawa Barat.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud

Mempelajari berbagai macam upaya yang dilakukan untuk mengendalikan

askariasis di daerah Jakarta dan Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan

Dengan mengetahui berbagai macam upaya yang dilakukan

untuk

mengendalikan askariasis diharapkan dapat menurunkan prevalensi askariasis di daerah Jakarta dan

Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penulisan

I. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya, penyebab,

pencegahan askariasis terutama pada anak-anak melalui orangtua, guru,

sehingga pengetahuan masyarakat semakin bertambah.

2. Sebagai masukan kepada pemerintah, Dinas Kesehatan, puskesmas, lembaga masyarakat agar tercapai satu kesatuan pandang untuk menentukan rencana,

(8)

3

1.5 Kerangka Pemikiran

Di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup

besar. Salah satu parasit tersebut adalah cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminthes). Cacing gelang atau Ascaris lumbricoides adalah salah satu

cacing yang tergolong soil transmitted helminthes.

Didukung oleh iklim tropis dan lembab, prevalensi askariasis di Jakarta dan Jawa Barat adalah tinggi. Penelitian yang dilakukan pada SD di Kelurahan Petojo Selatan,

Jakarta Pusat menunjukkan bahwa anak yang menderita infeksi oleh Ascaris adalah

8 1,8%(Abidin, 1993). Sedangkan prevalensi askariasis di Jawa Barat adalah 90%(Gandahusada, 1998). Penelitian dari Is.

Suhariah

dari bagian parasitologi FKUI

tahun 1996 terhadap sekelompok anak berusia dibawah 5 tahun (balita), di Kelurahan Kramat, Jakarta Pusat, menunjukkan kasus infeksi cacing gelang(Ascaris

fumbricoides) sebanyak 66,67%, selanjutnya tahun 1997 pada anak di Jakarta Pusat

didapatkan 27,50% infeksi cacing gelang, sementara penelitian

tahun

1999 pada anak

SD di Jakarta Utara ditemukan infeksi cacing gelang 39,03%(Kompas cyber media,2000).

Faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi askariasis di Jakarta dan Jawa

Barat adalah tingkat kepadatan penduduk; keadaan sosial ekonomi penduduk yang

belum memadai; sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk serta berbagai kebiasaan dan perilaku buruk sebagian masyarakat di Jakarta dan Jawa Barat

misalnya: tidak tersedianya jamban keluarga sehingga berdefekasi di halaman rumah,

di kebun, di selokan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup oleh kotoran manusia yang mengandung telur stadium infektif cacing Ascaris fumbricoides,

Banyak penduduk yang masih berpendidikan rendah sehingga pengetahuan

masyarakat mengenai infeksi oleh cacing Ascaris fumbricoides kurang serta

pengetahuan mengenai cara untuk hidup sehat dan bersih juga kurang. Prevalensi

(9)

4

(10)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Pengendalian askariasis dengan cara pengobatan yaitu dengan pyrantel pamoat 1 0mg/KgBB memberikan angka kesembuhan terhadap infeksi oleh Ascaris lumbricoides sebesar 97,8% di Jakarta. Sedangkan di Jawa Barat 88%. Dengan pemberian albendazol 200mg; dan 100mg pyrantel pamoat + 100mg mebendazol di Jakarta memberikan angka kesembuhan masing-masing sebesar 98,4%; dan 96,2%.

Sedangkan pengobatan dengan tanaman tradisional yaitu Curcuma aeruginosa dan buah ceguk angka kesembuhannya adalah 60% dan 65%.

Pengendalian askariasis dengan cara perbaikan sanitasi belum tercapai dan masih

sulit dilakukan. Hal ini disebabkan kurangnya bantuan dari pemerintah, keadaan sosio

ekonomi penduduk yang masih kurang. Pengendalian askariasis dengan cara peningkatan hygiene perorangan pada murid SD di Jakarta mengakibatkan hanya

1,68% reinfeksi setelah pengobatan dengan pyrantel pamoat 1 0mg/KgBB.

Pengendalian askariasis dengan cara penyuluhan kesehatan menurunkan prevalensi

askariasis dari 60,1% menjadi 4,1% di Jakarta, dan di Jawa Barat turun dari 80,7%

menjadi 29,4%.

3.2 SARAN

1. Melaksanakan pengobatan masal terhadap infeksi oleh Ascaris lumbricoides sesuai dengan tingkat prevalensi askariasis di daerah setempat, khususnya di

daerah dengan prevalensi askariasis yang tinggi.

2. Agar pihak terkait yaitu pemerintah, Dinas Kesehatan, puskesmas, lembaga masyarakat ikut membantu upaya pengendalian askariasis

(11)

29

3. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang askariasis perlu ditingkatkan dengan cara penyuluhan kesehatan dan kebersihan yang dilakukan oIeh dokter,

bidan, atau petugas kesehatan sehingga dapat merubah sikap dan perilaku

masyarakat. Hendaknya penyuluhan dilakukan di sekolah-sekolah, puskesmas,

RT/RW setempat.

4. Memberitahukan bahaya askariasis kepada masyarakat melalui iklan TV, radio, media cetak, poster.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S.A.N. 1993. Albendazol pada pengobatan nematoda usus. Majalah Paras itolog i Indones iu, 6 , 7 5

-

8 2

Abidin, S.A.N., Ismid, I.S., Margono, S.S. 1993. The prevalence and the intensity of Ascaris and Trichuris infections with different treatment schedule collected papers on the control of soil transmitted helminthiases. Dalam I.S, Ismid., S.S, Margono., S.A.N, Abidin: Pengaruh pemberian antelmentik terhadap perkembangan telur Trichuris trichiura. Majalah Parasitologi Indonesia, 9,6 1-66

Adhyatma MPH, M. 1981. Kebijaksanaan pemberantasan penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah di Indonesia. Kumpulan Makalah Seminar Parasitologi Nasional ke II. Jakarta.

Brown, H. W. 1979. Dasarparasitologi klinis. Third edition. Jakarta: EGC. Gandahusada, S., Ilahude , H.N.D., Pribadi,W. 1998. Parasitologi kedokteran.

Edisi ketiga. Jakarta:FKUI.

Hiagins, D., Jenkins, L., kurniawan., Purnomo., Harun., Juwono, S.S. 1984. Human intestinal parasitism in three areas of Indonesia: A survey annals of tropical medicine and Parasitology (78) 6,637-648

Ideham, B. 1992. Perbandingan efektivitas antara Curcuma Aeruginosa (temu ireng) dan mebendazol sebagai obat infeksi cacing usus. Majalah Parasitologi Indonesia, 5,75-79

Indriyono., Roesin, R., Syarifuddin, M., Suyono, J. 1981. Program pemberantasan penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah dikalangan penduduk daerah transmigran Sitiung I. Kumpulan Makalah Seminar Parasitologi Nasional ke II. Jakarta.

Ismid, I.S., Margono, S.S., Anggarini, S., Mahfudin, H., Rasad, R., Rasidi, R., Rukmono, B. 1981. Dampak pengobatan infeksi cacing usus terhadap pencemaran tanah dengan telur Ascaris lumbricoides( Laporan Pendahuluan). Kumpulan Makalah Seminar Parasitologi Nasional ke II. Jakarta.

(13)

31

Ismid, I.S., Abidin, S.A.N., Margono,

S.S.

1995. Pengobatan trikuriasis dengan mebendazol dosis optimum, Mujuluh Yurasitologi Indonesia, 8, 1-6

Ismid, I.S., Margono, S.S., Abidin, S.A.A.1996. Pengaruh pemberian antelminti k terhadap perkembangan telur Trichuris trichiura. Mujuluh Parasitologi Indonesiu, 9, 6 1-66

Kodijat, S. 1988. Kontaminasi sayuran mentah dengan telur ditularkan melalui tanah. Mujuluh Parasitologi Indonesia, 2 , 4

Kompas Cyber Media: Waspadai cacingan pada anak. Rabu, 2000,09:24 WIB. http://www.kompas.com/health

cacing yang -43

9 November

Kusnindar, A. 1996. Peran sanitasi terhadap sumber daya manusia dan ekonomi. Majalah Kesehatan Masyrakat Indonesia, 10,667-670

Lubis, R.M., Gani, E.H., Husaini, M., Djali, D. 1981. Pengobatan kecacingan ascariasis, trichuriasis dan ankylostomiasis dengan kombinasi 100mg pyrantel pamoat + 150mg mebendazol. Kumpulun Makalah Seminar Purasitologi Nasional ke II. Jakarta

Mahfudin, H., Hadidjaja, P., Ismid, I.S., Liana, V. 1994. Pengaruh cuci tangan terhadap reinfeksi Ascaris lumbricoides. Mujuluh Purusitologi Indonesia, 7,

1-5

Margono, S.S., Effendi, F., Ilahude, H.D., Tantoro, I. 1981. Kumpulan Makalah Seminar Purusitologi Nasional ke II. Jakarta.

Margono, S.S. 1986. Pelaksanaan penanggulangan cacing usus pada program terpadu di DKI Jakarta. Dalam S.S, Margono., I.S, Ismid., B, Rukmono: Pencemaran tanah dengan telur Ascaris di Duren Sawit, Jakarta Timur. Mujulah Parasito logi Indonesia, 2,9 3 -99

Margono,

S.S.,

Ismid, I.S., Rukmono, B.1988. Infeksi cacing usus dan pencemaran tanah dengan telur Ascaris di Duren Sawit, Jakarta Timur. Mujuluh Purusitologi Indonesiu, 2,93-99

(14)

32

Noerhajati, S., Soegeng, Y.N., Chalid., Prayitno., Suetrisno, E., Soelarno. 1980. Pengobatan masal infeksi cacing usus dengan pyrantel pamoat pada anak sekolah dasar di Yogyakarta. Dalam R.M, Lubis., E.H, Gani., M, Husaini., D, Djali: Pengobatan kecacingan ascariasis, trichuriasis dan ankylostomiasis dengan kombinasi 1 OOmg pyrantel pamoat + 150mg mebendazol. Kumpulun Makalah Seminur Purusitologi Nasionul ke II. Jakarta.

Notoatmodjo, S. I98 I . Beberapa aspek sosio-budaya dalam pemberantasan penyakit. Kumpulun Makalah Seminar Purusitologi Nasional ke II. Jakarta.

Partono, F., Purnomo., Harun, M., Sutopo, W. 1979. Usaha untuk mencegah erratic migration pada pengobatan cacing usus dengan kombinasi mebendazol dan pyrantel pamoat. Dalam: R.M, Lubis., E.H, Gani., M, Husaini. , D, Djali: Pengobatan kecacingan ascariasis, trichuriasis, dan ankylostomiasis dengan kombinasi 1 OOmg pyrantel pamoat + 150mg mebendazol. Kumpulun Makalah Seminar Purusitologi Nasionul ke II. Jakarta.

Pasaribu, M.P., Purnomo. 1981. Perbandingan hasil pengobatan cacing usus yang ditularkan melalui tanah dengan combantrin dan trivexan. Kumpulun Makalah Seminar Purusitologi Nasional ke II. Jakarta

Pavlovski, Z. 1982. Ascariasis host pathogen biology reviews of infectious disease 4. Dalam I.S, Ismid., S.A.N, Abidin., S.S, Margono: Pengobatan trikuriasis dengan mebendazol dosis optimum. Majalah Purusitologi Indonesia, 8, 1-6

Rampen, A.S.L., Suropati, W.R., Panget, S., Tahitoe, P., dan Purnomo. 1988. Metode pemeriksaan tanah untuk telur cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Majalah Purusitologi Indonesia, 2,9- 13

Rampengan, T.H., Laurentz, I.R. 1997. Penyakit infeksi tropik pada anak. Cetakan III. Jakarta: EGC.

Rukmono, B. 198 I .Pemberantasan penyakit usus sebagai unsur program terpadu dalam “primary health care”. Kumpulun Makalah Seminar Purusitologi Nasional ke II. Jakarta.

(15)

33

Sjaifoellah Noer, H.M. 1996. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Soedarto., Ideham, B., Machfud., Widodo, A., Kusmartisnawati. 1988. Pengobatan trikuriasis pada anak sekolah dasar di Sidoarjo Jawa Timur dengan oksantel- pyrantel pamoat. Majalah Parasitologi Indonesia, 2,45-49

Soedarto. 1992. Helmintologi kedokterun. Cetakan II. Jakarta: EGC.

Soegito, K. W. 1997. Intisari on the net. Flora pengusir cacing. http://www. indomedia. com/intisari/ 1 997/feb/cacing. htm

Sukarban, S., Santoso, S.O. 1998. Kemoterapi parasit. Dalam S, Gan., R, Setiabudy., U, Sjamsudin., Z.S, Bustami: Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta:FKUI.

Surjadi, C., Budiman, H. 2000. Kesehatan penduduk di perkampungan kumuh selama krisis moneter (1998) dan setahun kemudian (akhir 99) studi kasus di empat kelurahan Jakarta. Majalah Kesehatan Perkotaan, 2 , 4 1-64

Widowati, L. 1999. Intisari on the net. Temu giring mengusir cacing

http://www. indomedia. htm

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pengukuran head selesai, selanjutnya melakukan pengukuran kecepatan air, dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat yaitu, meteran, stopwatch, benda apung

Hasil dari analisis data observasi, wawancara dan kuesioner yang telah dilakukan yaitu diperlukan sebuah kampanye sosial kepada remaja wanita di kota Jakarta melalui pendekatan

Kegiatan pelestarian lingkungan hidup yang sudah ada di sekolah akan dikolaborasikan dengan kegiatan kewirausahaan yang telah ada di SMA Negeri 9 Tangerang. Siswa sangat

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Batang Kabung Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dengan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata variabel X siswa 69,96 berkategori “cukup” kemudian setelah diterapkan model discovery

Hasil: Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 25 subjek penelitian diperoleh hasil yaitu terjadi penurunan rata-rata kadar trigliserida sebelum dan sesudah senam

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel seperti oksida

dalam sistem kelem!aaan sanat diharapkan "nt"k men'apai t"&"an dari sistem transportasi dalam sistem kelem!aaan sanat diharapkan "nt"k