• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perempuan yang Termarjinalkan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perempuan yang Termarjinalkan."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Religion and tradition characterized by patriarchal culture place women in a marginalized position. Women are reduced to the second class citizen and subordinate status. However, women in rural areas accept this reality because their tradition is connected to their religion. The marginalization of their gender is not considered as negative, on the contratry, it is accepted and preseved as part of their culture that is not tained by feminism. They develop a way of life that is relevant to regional consensus which is multicultural feminism or, can be called, post-traditional feminism.

Based on the issue of marginalized women’s life, I create a series of paintings based on a subjective view of those women through eyes of a woman. The choice of female human figures is interesting, not only because they are beautiful but also their body language expresses an idea that can not be expressed verbally. Marginality is expressed through their body gesture.

To visualize this issue, I create compocitions by placing a female figure or figures on canvas that has been transformed into pictorial space. In addition, this concept is strengthened by adding color fields into composition. The combination between pictorial space as an element and the replacement of the figure on the edge of the conveys the inpression of marinality.

(2)

ABSTRAK

Agama dan tradisi yang ditandai oleh kebudayaan yang bersifat patriakhi menempatkan perempuan pada posisi termarjinalkan.Perempuan direduksi ke status kelas dua dan berada dalam status subordinat. Namun perempuan di daerah pinggiran mampu menerima fenomena ini karena kepatuhan pada tradisi yang selalu dikaitkan dengan agama. Pengertian marjinal tidak lagi diartikan dengan cara berpikir yang negatif melainkan diterima dan dipertahankan sebagai bagian kebudayaan yang tidak tercemar oleh feminisme. Mereka mengembangkan konsep hidup yang lebih relevan dengan suara lokalitas, yakni feminisme multikultural yang sebut saja feminisme postradisional

Menanggapi permasalahan kehidupan perempuan termajinalkan dibuat karya lukis dengan tujuan menghadirkan subjektivitas perempuan melalui mata perempuan. Pemilihan objek tubuh perempuan menarik untuk divisualisasikan karena selain indah, gesturenya merupakan bahasa tubuh yang dapat menyampaikan sesuatu pesan yang tak terungkapkan oleh kata-kata. Perasaan termarjinalkan akan diungkapkan melalui gesture.

Untuk memvisualkan permasalahan ini, karya dibuat dengan komposisi yang menempatkan tubuh perempuan pada kanvas dimana kanvas ditransformasikan menjadi sebuah ruang. Selain itu, dipertegas melalui penggalan-penggalan bidang warna yang membentuk suatu komposisi. Gabungan ruang berperan sebagai elemen dan memposisikan objek pada tepi kanvas sehingga memberi kesan marjinal.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembaran Pengesahan... ii

Pernyataan ... iii

Abstract ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... ix

Daftar Gambar... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Penciptaan Karya ...1

1.2. Dasar Pemikiran ... 2

I.3. Pemahaman Judul ... 4

I.4. Masalah Penciptaan Karya... 5

I.5. Tujuan dan Manfaat Penciptaan Karya... 5

I.6. Metode Penciptaan Karya... 6

BAB II. LANDASAN PENCIPTAAN DAN VISUALISASI KARYA ... 8

2.1. Tinjauan Teoretik ... 8

(4)

2.1.2. Pemahaman Gesture dan Tubuh Perempuan ... 9

2.1.3. Pemahaman Warna... 11

2.1.4. Pemahaman Tentang Ruang... 11

2.2. Tinjauan Empirik ... 12

2.2.1. Referensi Visual Karya Lukis I GAK Murniasih... 12

2.2.2. Referensi Visual Pewarnaan dengan Teknik Cat Air... 15

2.3. Gagasan Awal Pembuatan Karya... 16

BAB III. PROSES KREASI ... 17

3.1. Tahap Persiapan ... 17

3.2. Tahap Pelaksanaan ... 22

3.2.1. Tubuh Perempuan ... 22

3.2.2. Warna dalam Karya... 22

3.2.3. Teknik ... 23

3.2.4. Komposisi ... 24

3.3. Tahap Penyelesaian... 24

BAB IV. DESKRIPSI KARYA... 26

(5)

4.4. Karya 4 : Bias... 34

4.5. Karya 5 : Lahir Kembali ... 36

4.6. Karya 6 :Kontradiksi ... 38

4.7. Karya 7:Bayangan... 40

4.8. Karya 8 : Semu... 42

BAB V PENUTUP... 43

DAFTAR ISTILAH ...45

DAFTAR PUSTAKA ...47

(6)

DAFTAR GAMBAR

II.1. Karya I GAK Murniasih, judul Sekeranjang Nyonya………...…………...13

II.2. Karya I GAK Murniasih, judul Untitled 02…...………..14

II.3. Karya I GAK Murniasih, judul Untitled 04…...………..14

II.4. Karya I GAK Murniasih, judul Untitled 05…………...….………...………..15

III.1. Karya Mayor Lukis III, judul Flow………...………..18

III.2. Karya Mayor Lukis IV, judul Transenda……….…..……….18

III.3. Karya Mayor Lukis V, judul The Rythm…………...………...…..19

III.4. Karya Mayor Lukis V, judul The Rythm of Legs………...………19

III.5. Karya Mayor Lukis V, judul The Rythm of Bodies………...…….20

III.6. Karya Mayor Lukis V, judul The Rythm of Backbones………..……...20

IV.1. Karya Lukis Tugas Akhir 1, judul Galau………28

IV.2. Karya Lukis Tugas Akhir 2, judul Meniti Harapan………30

IV.3. Karya Lukis Tugas Akhir 3, judul Kesedihan yang Tidak Menimbulkan Duka…32 IV.4. Karya Lukis Tugas Akhir 4, judul Bias………..34

IV.5. Karya Lukis Tugas Akhir 5, judul Lahir Kembali………..36

IV.6. Karya Lukis Tugas Akhir 6, judul Kontradiksi………...38

IV.7. Karya Lukis Tugas Akhir 7, judul Bayangan………...………...40

(7)

DAFTAR ISTILAH

1. marjinal : bagian dari tepi atau pinggir, istilah yang mempresentasikan realitas social dan material dari banyak perempuan yang dipinggirkan.

2. subordinat : posisi perempuan yang ditempatkan pada posisi kedua setelah laki-laki, laki-laki pada posisi ordinat.

3. patriakhi : suatu sistim otoritas laki-laki yang menindas perempuan melalui institusi sosial, politik, dan ekonomi.

4. jender : interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin, yaknilaki-laki dan perempuan.

5. feminisme : gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki.

6. emansipasi : salah satu bentuk upaya memproporsikan keadilan dengan pemfokusan pada objek tertentu.

7. feminisme multikultural atau feminisme postradisional :

gerakan kaum perempuan yang mengangkat identitas keperempuanan sebagai sesuatu yang berbeda, sebagai kontradiksi, sebagai pengalaman lain yang terkait dana sensitive dengan pola asimetri antara jender, kelas, dan ras atau etnisitas.

(8)

9. gesture : bahasa tubuh yang erat kaitannya dengan pikiran dan perasaan 10. maternal body: tubuh keibuan.

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 10 Study Struktur 2

Lampiran 11 Study Bentuk Marjinal 1 Lampiran 12 Study Bentuk Marjinal 2 Lampiran 13 Study Bentuk Marjinal 3 Lampiran 14 Study Bentuk Marjinal 4 Lampiran 15 Study Bentuk Marjinal 5 Lampiran 16 Study Bentuk Marjinal 6 Lampiran 17 Study Bentuk Marjinal 7 Lampiran 18 Study Bentuk Marjinal 8 Lampiran 19 Study Bentuk Marjinal 9 Lampiran 20 Study Warna 1

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

Saat menciptakan manusia awalnya Tuhan menciptakan laki-laki, kemudian mengambil tulang rusuknya untuk dijadikan perempuan, seperti yang dituliskan pada Alkitab tentang penciptaan manusia:

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan Allah

mengambil salah satu tulang rusuk dari padanya lalu menutup tempat itu dengan daging

dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunkanlah seorang

perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu ( Kejadian 2 pasal 2 ayat 21-22 ).

(11)

Sejalan dengan perkembangan jaman, isu jender4 menjadi topik yang menarik untuk dipermasalahkankan. Perempuan-perempuan mulai memperjuangkan hak mereka agar memperoleh persamaaan hak dengan laki-laki. Gerakan ini dipelopori oleh kaum feminisme5 yang berasal dari Amerika pada tahun 1880. Bambang Sugiharto mengatakan, feminisme membantu merumuskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, ada situasi penindasan terhadap perempuan secara tidak mendasar. Oleh karenanya feminisme melakukan pengontrolan, agar perempuan dapat menjadi bebas dari sikap penindasan ( wawancara, 2 September 2006 ).

‘Feminisme’ di Indonesia diawali oleh R.A Kartini yang memperjuangkan hak emansipasi6 perempuan agar dapat memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki. Perjuangan Ibu Kartini cukup membuahkan hasil walaupun tidak sama dengan keberhasilan perjuangan kaum feminisme di Barat tetapi keberhasilan ini tidak mencapai daerah pinggiran Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya faktor pendidikan, ekonomi, dan tradisi yang selalu mengkaitkannya dengan faktor religi sehingga apa yang dilakukannya adalah patuh pada tradisi dan menjalani ritual agama.

1.2 Dasar Pemikiran

(12)

tradisional memiliki fungsi religi. Perempuan yang hidupnya di daerah pinggiran mampu memahami fenomena kehidupan tersebut berdasarkan kesadaran yang dialami dan dihayatinya sebagai perempuan yang termajinalkan oleh tradisi. Keyakinan tradisi dan agama merupakan kekuatan sosial budaya yang mereka lestarikan. Untuk itu mereka membangun semangat dan cara pandang lain terhadap kemarjinalan sehingga pengertian marjinal tidak lagi diartikan dengan cara berpikir yang negatif melainkan dapat diterima dan dipertahankan sebagai bagian kebudayaan yang tidak tercemar oleh feminisme.

(13)

Dari dasar pemikiran tersebut saya berkeinginan untuk mengangkat permasalahan seputar kehidupan perempuan Indonesia di daerah pinggiran sebagai karya Tugas Akhir dengan judul Perempuan yang Termarjinalkan.

1.3 Pemahaman Judul

Pemahaman judul Tugas Akhir ‘Perempuan yang Termarjinalkan’ adalah sebagai berikut :

Perempuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang ( manusia ) yang mempunyai puki, dapat menstrurasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994 : 753). Perempuan menurut Hersri, berasal dari pengertian yang diambil dari Kirata Basa8, per-empu-an kata dasar empu yang berarti ibu, induk, atau pangkal. Jadi perempuan mempunyai arti kehidupan atau pangkal kehidupan ( kompas.com , cetak 03/09/05 htm ).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata marjinal berasal dari kata marginal yang berarti hubungan dengan batas (tepi) ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994 : 630 ), sedangkan menurut Ensiklopedia Feminisme marginal kadang-kadang disebut les marginaux. Istilah ini merepresentasikan realitas sosial dan material dari banyak perempuan, juga merupakan konstruksi filsafat yang bermakna tidak rasional dan pinggiran ( Humm, 2002 : 264 )

(14)

1.4 Masalah Penciptaan Karya

Dalam berkesenian banyak cara mengekspresikan permasalahan ke dalam karya perupaan, salah satunya adalah melalui karya lukis. Masalah penciptaan karya yang akan dilakukan adalah dengan rumusan masalah :

- Bagaimana mengekspresikan keadaan perempuan yang termarjinalkan sebagai sumber gagasan dalam karya lukis ?

- Bagaimana membuat komposisi dalam memvisualisasikannya ?

I.5 Tujuan dan Manfaat Penciptaan Karya

Memaknai permasalahan kehidupan perempuan di daerah pinggiran yang termajinalkan akan dibuat karya lukis dengan tujuan menghadirkan subjektivitas perempuan melalui mata perempuan, menghayati posisi perempuan yang termarjinalkan ke dalam karya lukis melalui gesture9 yang mengekspresikan keadaan termarjinalkan.

Komposisi dibuat dengan menempatkan figur perempuan pada bagian bidang-bidang pinggir lukisan. Tidak menjadi persoalan ketika figur ditempatkan pada posisi kiri atau kanan, bagian atas atau bawah kanvas, sehingga penampilan gesture perempuan dalam komposisi tersebut dapat menampilkan visual termajinalkan. Dengan demikian tujuan dalam Tugas Akhir ini adalah mengekspresikan keadaan perempuan yang ternarjinalkan ke dalam karya lukis dengan mempertimbangkan komposisi visualisasinya.

(15)

- Bagi masyarakat adalah menyampaikan melalui karya lukis, perasaan dan keadaan perempuan yang termarjinalkan yang hidupnya berada dalam penindasan, ketidak adilan, dan kesedihan. Disamping itu, ingin menyampaikan pendapat bahwa kemarjinalan bukanlah suatu keberakhiran. - Bagi saya adalah menambah wawasan ilmu seni rupa dan pengalaman dalam

mengekplorasikan teknik cat air dengan media acrylik pada kanvas.

1.6 Metode Penciptaan Karya

Penciptaan diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang sangat membantu dalam perupaan ini, antara lain:

- Metode Eksplanasi yaitu masalah dipecahkan dan dikaji dengan cara menjelaskan dan menguraikannya.

- Metode Eksperimental yaitu melalui eksplorasi penggambaran gesture, komposisi, dan eksplorasi teknik cat air. Masalah dianalisis dan dikaji dengan melakukan percobaan-percobaan yang telah dilakukan pada mata kuliah yang dipelajari sebelumnya. Dari hasil eksperimen diperoleh pengalaman baik secara teknis maupun proses pembelajaran tentang penggambaran figur yang bermanfaat sebagai bekal untuk dikembangkan pada karya tugas akhir. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah :

- Studi keperpustakaan, membaca buku-buku tentang teknik pewarnaan, wacana seni, feminisme, dan kebudayaan.

(16)

Sukowati M.Si, Ibu Putu Irma Riyantini, SE, dan Ibu Niluh Gede Kusumawati.

(17)

BAB V

PENUTUP

Pemahaman marjinal dan pengalaman pribadi menjadi inspirasi dalam penciptaan karya lukis. Kebudayaan berkembang menurut daerahnya masing-masing, sehingga marjinalitas bisa dipahami beragam. Menurut saya marjinal adalah keberadaan perempuan yang terpinggirkan lebih dikarenakan kebudayaan yang berpihak pada patriakhi, meskipun demikian tergantung pula pada posisi atau ruang yang

ditempatinya.

Marjinalitas dipahami sebagai hubungan dengan ruang dan waktu yang berulang. Kehidupan perempuan menempati ruang ditandai dengan kebudayaan yang terus berkembang melibatkan perasaan, konsep, dan pemikiran yang berbeda, sedangkan tradisi merupakan waktu yang berkembang terus seiring dengan perkembangan jaman. Oleh karenanya, pemahaman marjinal menjadi majemuk / jamak, marjinalitas ditanggapi secara berbeda, tiada batas, semu, dan ambigu. Arti marjinal bagaikan bayangan yang terkadang tajam, terkadang bias, terkadang tersamar serta terkadang menjadi sangat berbeda dengan realita tubuh yang direfleksikannya.

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Carallaro, Dani. 2004. Critical and Cultural Theory. Teori Kritis dan Teori Kebudayaan. Penterjemah: Laily, Rahmawati. Yogyakarta: Niagara.

Cheatham, Frank R., Jane Hart Cheatham, dan Sheryl A. Haler. 1983. Design Concept and Applications. New York: Prentice-Hall, Inc.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Dews, Pat.1998. Creative Discoveries in Watermedia. Cincinnati: North Light Books, Inc.

El- Saadawi, Nawal. 2006. Perempuan di Titik Nol. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Harrison, Hazel. 2002. The Encyclopedia of Acrylic Technique. Toronto: Sterling Publishing Co, Inc.

Hayat, Edi dan Miftahus Surur (ed). 2005. Perempuan Multikultural. Jakarta: Desantara.

Humm, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Kobayashi, Shigenobu. 1987. A Book of Colors. Tokyo: Kodansha International Ltd.

(20)

Putra, I Nyoman. 2003. Wanita Bali Tempo Doeloe Perspektif Masa Kini. Gianyar: Yayasan Bali Jani.

Reid, Charles. 1986. Figure Painting in Watercolor. New York: Watson-Guptill Publications.

Sinaga, Dolorosa.2003. Wacana Seni Rupa Perempuan : Antara Konsep dan Konteks dalam Wicaksono, Adi dkk (ed). Politik dan Gender, Aspek-Aspek Seni Visual Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.

Stabin, Mel. 2002. The Figure in Watercolor. New York: Watson-Guptill Publications.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Sumiarni, Endang. 2004. Jender dan Feminisme. Yogyakarta: Wonderful Publishing Company.

Supangkat, Jim. 2005. Membaca Karya-Karya Mochtar Apin 1990-1993: Tubuh-Tubuh Provokatif. Jakarta: PT Gramedia.

Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto (ed), 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Wibowo, Wahyu S. 2005. Penyakit Kesedihan: Marquerite Duras ( Analisis Julia Kristeva terhadap Novel-novel Marquerite Duras ) dalam Islah Gusmian dkk (ed). Teks-Teks Kunci Estetika: Filsafat Seni.Yogyakarta: Galangpress.

(21)

Sumber Lain:

Wawancara dengan Prof. Dr. Bambang Sugiharto tanggal 4 Agustus 2006 dan 2 Semptember 2006.

Wawancara dengan Prof. Dr. Setiawan Sabana M.FA. tanggal 14 September 2006.

Wawancara dengan Bapak Ir. Tjokorda Oka A.A. Sukawati, M.Si. tanggal 28, 29 Agustus 2006 dan 28 Desember 2006.

Wawancara dengan Ibu Putu Irma Riyantini tanggal 20 Agustus 2006. Wawancara dengan Ibu Niluh Gede Kusumawati tanggal 22 Agustus 2006.

Visual Arts, Majalah. Mei / April. 2006. I Gak Murniasih Sang Meteor. Hal 94. Jakarta: PT Media Visual Arts.

http://home.comcast.net

http://www.kompas.com/kompas-cetak/2005/09/03/bentara/534890.htm

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perjanjian asuransi bahwa kewajiban dari pihak tertanggung adalah membayar premi dan kewajiban dari pihak penanggung adalah membayarkan klaim atau kerugian

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Program Perencanaan dan Perancangan

[r]

Ketika perempuan berada dalam kekuasaan, maka yang terjadi adalah ikut menjadi bagian dari korupsi.. Dengan kata lain, siapa pun yang berkuasa ada ruang untuk

Program studi yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki kemampuan dan potensi untuk

There is more MapReduce material, too, including development practices such as packaging MapReduce jobs with Maven, setting the user’s Java classpath, and writing tests

terdiri dari seringnya membeli produk beras Tri Jaya, akan merekomendasikan kepada orang lain, menolak menggunakan produk lain yang sejenis, harga yang

Ya diberi Gaji terkadang juga di Kasih Bonus secara pribadi oleh kepala madin Diberi gaji dan tambahan RKAM/RK AS 4 Kurikulum yang digunakan oleh madrasah Draf