• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

1

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN)

Chatarina Danik Wijayanti., Rita Suhadi

Falkutas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

ABSTRACT

The research objective observation of hypertension prevalence, awareness, and treatment of hypertension in hamlets Jragung regency Sleman. Hypertension is a condition of the increase in syctolic blood pressure ≥140mmHg and diastolic ≥90mmHg. The study is based on the theory of the rule of halves which means only one-eighth of the whole population can do the controlled therapy.

Farmakoepidemiology research, is a type of observational, survey with a cross-sectional design. It was done through a purposive sampling of 244 respondents aged ≥40 years old, and the respondents’ blood pressure measurement, body weight and body height were measured. The health risk factors include BMI, smoking history, alcohol consumption, fatty foods consumption and food intake (salt intake), physical activity (exercise) and comorbidities. The Chi-square statistics with 95% confidence level was used in the analysis, to determine the significance (p<0,05) of each factor to the prevalence of hypertension, respondents awareness, and treatment used. Research, the prevalence of hypertension 59,84% consists of awareness treatment of hypertension 23,77%, awareness not treatment of hypertension 12,30% and unconsciously of hypertension 23,77%. The health risk factors such as (salt intake) values p=0,005 OR 4,167 (95% CI) 1,466-11,839, the value of comorbidities p=0,016 OR 1,625 (95% CI) 1,364-1,937, and physical activity (exercise) value p=0,028 OR 3,286 (95% CI) 1,099-9,820 indicate an association with hypertension therapy.

(2)

2 INTISARI

Tujuan penelitian melakukan observasi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg

dan tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Penelitian berdasarkan teori the rule of halves

menyatakan hanya seperdelapan dari keseluruhan populasi melakukan terapi hipertensi terkontrol.

Penelitian farmakoepidemiologi jenis observasional survei dengan desain

cross-sectional. Pengambilan sampel secara purposive sampling diperoleh 244

responden dengan usia ≥40 tahun dan dilakukan pengukuran tekanan darah, BB serta

tinggi badan. Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, aktivitas merokok, konsumsi alkohol, pola makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga) dan penyakit penyerta. Analisis Chi-square dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) setiap faktor terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Hasil penelitian, prevalensi hipertensi 59,84% terdiri dari sadar hipertensi terapi 23,77%, sadar hipertensi tidak terapi 12,30% dan tidak sadar hipertensi 23,77%. Faktor risiko kesehatan pola makan (asupan garam) nilai p=0,005 OR 4,167 (95%CI) 1,466-11,839, penyakit penyerta nilai p=0,016 OR 1,625 (95%CI) 1,364-1,937, dan aktivitas fisik (olahraga) nilai p=0,028 OR 3,286 (95%CI) 1,099-9,820 yang menunjukkan adanya perbedaan dengan terapi hipertensi.

(3)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Chatarina Danik Wijayanti NIM : 118114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Chatarina Danik Wijayanti NIM : 118114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terkadang, Tuhan Tidak Mengubah Situasi yang Ku Hadapi……..

Karna Tuhan Mencoba Mengubah Cara Pandangku melihat Situasi Hidup ini

Tuhan Terkadang sering Menguji Ku dalam situasi sulit…..

Hingga ku tak sanggup melangkah dan tertawa, Karna satu alasan

Tuhan Tak Memberikan apa yang Ku inginkan…….

Tetapi Tuhan Slalu Berkarya dalam diriku dan berikan apa yang Ku

Butuhkan……….

Karna Tuhan Maha mengetahui apa yang Terbaik bagiku….

Kupersembahkan buat:

“Jesus Christ”

Ibu-Bapakku Tercinta

Ungkapan rasa hormat dan baktiku

Saudara-saudaraku Yosephine, Bernadheta, Adhi Syaputra

Teman setiaku Victor Armando, Teman-teman seperjuangan 2011

(8)

v PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas berkat,

rahmat, kasih serta penyertaannnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden

Hipertensi Di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Risiko Kesehatan)”. Berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan baik. Karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan

berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. selaku pembimbing, atas perhatian, bimbingan,

semangat, dukungan serta arahan yang diberikan selama penyusunan proposal,

pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan skripsi.

3. dr. Fenty M.Kes., Sp.PK selaku dosen yang memberikan pelatihan pengukuran

tekanan darah untuk pengambilan data dan dosen penguji skripsi yang

memberikan kritik serta saran selama menyusun skripsi.

4. Maria Wisnu Donowati., M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

(9)

vi

5. Bapak-Ibu Dosen yang memberikan bimbingan perkuliahan, serta karyawan

Universitas Sanata Dharma yang membantu dalam segala administrasi

6. Kecamatan Berbah, Kepala Desa Jogotirto dan Kepala Dukuh Jragung yang

sudah bersedia memberikan ijin sebagai tempat penelitian.

7. Ibu Agustina Margawati dan Bapak Albertus Wahyu Widodo selaku kedua

orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan

dan perjuangan untuk memberikan biaya selama menempuh perkuliahan.

8. Yosephine, Bernadeta, Adhi dan Victor, keluarga yang senantiasa mendoakan

serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Lusia, Dini, Diana, Brigita, Chelsy, Christia, Anisetus, Irvan memberikan

semangat dalam penyusunan skripsi. Sahabat skipsi payung Opi, Tesa, Greta,

Yovica, Niken, Meilisa, Yudis, Berna, Gesty, Gita yang saling mendukung

dalam penyusunan skripsi. Serta teman-teman angkatan 2011, khususnya kelas

FKK A.

Semoga Tuhan Yang Maha Kasih memberikan berkat-Nya kepada semua

pihak yang telah bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan karya tulis ilmiah

ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 5 Februari 2015

(10)
(11)
(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB 1 PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan Masalah ... 4

(13)

x

3. Manfaat Penelitian ... 8

B. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

BAB II PENELAAH PUSTAKA ... 10

A. Hipertensi ... 10

1.Definisi Hipertensi ... 10

B. Faktor Risiko Hipertensi ... 12

1. Umur ... 13

2. Jenis Kelamin... 14

3. BMI ... 14

4. Pola Makan (asupan garam dan makanan berlemak) ... 15

5. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 16

6. Kebiasaan Merokok ... 17

7. Komsumsi Alkohol ... 18

8. Penyakit Penyerta ... 18

C. Teori Rule of Halves. ... 19

(14)

xi

1. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi ... 20

2. Terapi Farmakologi ... 20

3. Terapi Non-Farmakologi ... 23

E. Pengukuran Tekanan Darah ... 23

F. Landasan Teori... 24

G. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Bebas ... 28

2. Variabel Tergantung ... 28

3. Variabel Pengacau Terkendali ... 28

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali ... 28

C. Definisi Operasional ... 28

D. Subyek Penelitian ... 32

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

(15)

xii

H. Instrumen Penelitian ... 37

I. Tata Cara Penelitian ... 37

1. Observasi Awal ... 37

2. Permohonan Ijin dan Kerjasama ... 37

3. Pembuatan informed consent ... 37

4. Seleksi Responden ... 38

5. Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian ... 38

6. Pengukuran Tekanan Darah ... 38

7. Penjelasan Hasil Pemeriksaan ... 39

8. Pengelompokan Data ... 40

J. Perumusan Hipotesis ... 41

K. Analisis DataPerumusan Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Prevalensi Hipertensi Di Padukuhan Jragung ... 50

1. Umur ... 51

2. Jenis Kelamin... 52

3. BMI ... 52

(16)

xiii

5. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 53

6. Kebiasaan Merokok ... 53

7. Penyakit Penyerta ... 54

B. Analisis Hubungan Perbedaan Faktor Risiko Kesehatan ... 54

1. Analisis Hubungan Perbedaan Faktor Risiko Kesehatan dengan Prevalensi 56 a. BMI ... 56

b. Pola Makan (asupan garam dan komsumsi makan berlemak) ... 57

c. Aktivitas Fisik (olahraga) ... 58

d. Kebiasaan Merokok ... 59

e. Penyakit Penyerta ... 59

2. Analisis Hubungan Pebedaan Faktor Risiko Kesehatan dengan Kesadaran Hipertensi ... 60

a. BMI ... 61

b. Pola Makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak) ... 61

c. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 62

d. Kebiasaan Merokok ... 62

e. Penyakit Penyerta ... 62

(17)

xiv

a. BMI.. ... 64

b. Pola Makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak) ... 64

c. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 65

d. Kebiasaan Merokok ... 66

e. Penyakit Penyerta ... 67

4. Pengendalian Tekanan Darah pada Responden Sadar Hipertensi Terapi.. ... .67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A.Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 74

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH dan ESC ... 10

Tabel II. Komplikasi hipertensi ... 18

Tabel III. Definisi operasional ... 28

Tabel IV. Uji one way Anova ... 42

Tabel V. Uji tes “t”... 43

Tabel VI. Menghitung OR ... 44

Tabel VII. Profil umum masyarakat di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014 ... 47

Tabel VIII. Profil tekanan darah terhadap jenis kelamin, umur, dan faktor risiko kesehatan di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014. ... 49

Tabel IX. Prevalensi hipertensi di Padukuhan Jragung, Jogotirto,Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014 ... 50

Tabel X. Hubungan faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2012... 56

Tabel XI. Hubungan faktor risiko kesehatan terhadap kesadaran hipertensi di

(19)

xvi

2014... 60

Tabel XII. Hubungan faktor risiko kesehatan terhadap kesadaran hipertensi terapi di

Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014

dengan Prevalensi ... 63

Tabel XIII. Pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi terapi di

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Patofisiologi hipertensi ... 11

Gambar 2.Teori Rule of halves... 19

Gambar 3. Pengobatan farmakologi pada hipertensi ... 21

Gambar 4. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

Gambar 5.Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling ... 35

Gambar 6. Prosedur kerja responden di Padukuhan Jragung ... 40

Gambar 7.Perumusan hipotesis penelitian ... 41

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Penelitian Di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman,

Yogyakarta ... 74

2. Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 76

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah ... 78

4. Surat keterangan latihan pengukuran tekanan darah ... 79

5. Informed Consent Penelitian Di Dukuh Jragung ... 80

6. Ethical Clearence ... 83

(22)

xix INTISARI

Tujuan penelitian melakukan observasi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman. Hipertensi

merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Penelitian berdasarkan teori the rule of halves

menyatakan hanya seperdelapan dari keseluruhan populasi melakukan terapi hipertensi terkontrol.

Penelitian farmakoepidemiologi jenis observasional survei dengan desain

cross-sectional. Pengambilan sampel secara purposive sampling diperoleh 244 responden dengan usia ≥40 tahun dan dilakukan pengukuran tekanan darah, BB serta tinggi badan. Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, aktivitas merokok, konsumsi alkohol, pola makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga) dan penyakit penyerta. Analisis Chi-square dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) setiap faktor terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Hasil penelitian, prevalensi hipertensi 59,84% terdiri dari sadar hipertensi terapi 23,77%, sadar hipertensi tidak terapi 12,30% dan tidak sadar hipertensi 23,77%. Faktor risiko kesehatan pola makan (asupan garam) nilai p=0,005 OR 4,167 (95%CI) 1,466-11,839, penyakit penyerta nilai p=0,016 OR 1,625 (95%CI) 1,364-1,937, dan aktivitas fisik (olahraga) nilai p=0,028 OR 3,286 (95%CI) 1,099-9,820 yang menunjukkan adanya perbedaan dengan terapi hipertensi.

(23)

xx ABSTRACT

The research objective observation of hypertension prevalence, awareness, and treatment of hypertension in hamlets Jragung regency Sleman. Hypertension is a

condition of the increase in syctolic blood pressure ≥140mmHg and diastolic

≥90mmHg. The study is based on the theory of the rule of halves which means only one-eighth of the whole population can do the controlled therapy.

Farmakoepidemiology research, is a type of observational, survey with a cross-sectional design. It was done through a purposive sampling of 244 respondents

aged ≥40 years old, and the respondents‟ blood pressure measurement, body weight and body height were measured. The health risk factors include BMI, smoking history, alcohol consumption, fatty foods consumption and food intake (salt intake), physical activity (exercise) and comorbidities. The Chi-square statistics with 95% confidence level was used in the analysis, to determine the significance (p<0,05) of each factor to the prevalence of hypertension, respondents awareness, and treatment used. Research, the prevalence of hypertension 59,84% consists of awareness treatment of hypertension 23,77%, awareness not treatment of hypertension 12,30% and unconsciously of hypertension 23,77%. The health risk factors such as (salt intake) values p=0,005 OR 4,167 (95% CI) 1,466-11,839, the value of comorbidities p=0,016 OR 1,625 (95% CI) 1,364-1,937, and physical activity (exercise) value p=0,028 OR 3,286 (95% CI) 1,099-9,820 indicate an association with hypertension therapy.

(24)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah

secara berkalamelebihi batas normal dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti

stroke, gagal ginjal dan hipertrofi vertrikel kanan (Wahdah, 2011). Peningkatan

tekanan darah pada pasien hipertensi ≥140mmHg tekanan sistolik dan atau

≥90mmHg tekanan darah diastolik, yang memiliki hubungan secara linear dengan

morbiditas dan mortalitas terkait dengan penyakit kardiovaskular. Hipertensi

memberikan gejala yang berlanjut pada organ-organ tubuh dan mengakibatkan

terjadinya kerusakan seperti stroke, penyakit jantung koroner yang terjadi apabila ada

kerusakan pada pembuluh darah jantung, terjadinya penyempitan ventrikel kiri atau

bilik kiri (pada otot jantung), gagal ginjal, diabetes mellitus (DM), dan penyakit

pembuluh lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2012).

Berdasarkan data The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) pada tahun 1999-2000, sejumlah 29-31% orang dewasa menderita

hipertensi di Amerika. Perbandingan dengan data NHANES pada tahun 1988-1991

terjadi peningkatan penderita hipertensi sebanyak lima belas juta (Wahdah, 2011).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 menunjukan bahwa setengah dari penderita

hipertensi diketahui 25% yang melakukan pengobatan. Hipertensi yang mendapatkan

(25)

yang diperoleh berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan

bahwa sebagian besar warga tidak menyadari bahwa menderita hipertensi. Data

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pasien

hipertensi setiap tahun. Peningkatan jumlah penderita hipertensi dapat disebabkan

karena penyakit hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik the silent

disease, sehingga masyarakat tidak menyadari jika menderita hipertensi (Wahdah,

2011).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi seperti obesitas, usia,

aktivitas merokok, jenis kelamin, olahraga, dan gaya hidup memiliki pengaruh

memicu terjadinya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko

mayor untuk serangan jantung, stroke dan gagal jantung. Perolehan data berdasarkan

American Heart Association (AHA) menunjukkan sebanyak 69% dari penderita

serangan jantung, 77% dari penderita stroke dan 74 dari penderita gagal jantung

mengidap penyakit hipertensi. Peningkatan hipertensi di Indonesia cukup besar setiap

tahun. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebesar 8,3% dan

mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tuminah,

2009).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pembuluh darah

yang memiliki peranan pada hipertensi seperti merokok, alkohol, asam lemak jenuh

dan kolesterol yang kadarnya tinggi di dalam darah. Faktor-faktor yang memiliki

(26)

BMI, komsumsi asin (garam), komsumsi makanan berlemak, kebiasaan konsumsi

alkohol, diabetes mellitus, kolesterol total dan iskemi. Kelompok dengan umur ≥40

tahun ada peningkatan prevalensi hipertensi (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Berdasarkan data Rumah Sakit dan Puskesmas di Jawa Tengah menunjukkan

prevalensi penderita hipertensi terjadi peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2004

prevalensi penderita hipertensi sebesar 17,34% pada tahun 2005 meningkat menjadi

29,35%, sedangkan pada tahun 2006 menjadi 39,47% (Seksi P2PTM Dinkes Provinsi

Jateng, 2005). Tahun 2007 Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus

hipertensi terbanyak. Provinsi Yogyakarta pada tahun 2008 berada pada posisi kedua

dalam kasus hipertensi. Berdasarkan profil Kesehatan Provinsi DIY, tahun 2007

terdapat lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular,

salah satunya yaitu hipertensi. Tahun 2012 Survailans Terpadu Penyakit (STP)

Puskesmas di Yogyakarta terdapat 29.546 penderita hipertensi. Yogyakarta masuk

dalam urutan ketiga dari 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas (Seksi P2PTM

Dinkes Provinsi Jateng, 2005).

Di Indonesia kesadaran terkait terapi hipertensi hingga kontrol masih rendah.

Teori Rule of halves mengungkapkan bahwa dari populasi terdapat setengah populasi

yang menderita hipertensi, setengah dari populasi hipertensi sudah terdiagnosa

hipertensi dan setengahnya belum terdiagnosa. Populasi hipertensi yang terdiagnosa

hipertensi setengahnya melakukan terapi dan setengahnya tidak melakukan terapi

(27)

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Dukuh menunjukkan data prevalensi

hipertensi di Padukuhan Jragung cukup tinggi, data diperoleh berdasarkan

pengobatan gratis yang pernah dilakukan. Penulis tertarik untuk melakukan evaluasi

prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi berdasarkan faktor risiko kesehatan

meliputi BMI, aktivitas merokok, kebiasaan minum alkohol, pola makan (asupan

garam dan makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga), dan penyakit penyerta di

Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Diharapkan masyarakat

di Padukuhan Jragung dapat melakukan tindakan lebih lanjut apabila terjadi

peningkatan tekanan darah secara berkala melebihi batas normal.

1. Rumusan masalah

a. Berapa besar proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran terhadap hipertensi,

terapi dan proporsi pengendalian tekanan darah pada responden di Padukuhan

Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta?

b. Adakah perbedaan faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan (asupan garam

dan kosumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga), aktivitas merokok,

komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta) terhadap prevalensi, kesadaran, dan

terapi hipertensi di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman,

Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Sejauh sepengetahuan penulis, beberapa penelitian yang berkaitan dengan

(28)

Responden Hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta

(Kajian Faktor Risiko Kesehatan) antara lain:

a. Sugiharto, 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat

Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar. Perbedaan terdapat pada sampel

penelitian terdiri dari 155 kasus dan 155 kontrol, sampel diambil secara

proportional random sampling. Tujuan penelitian adalah mencari informasi

besar risiko faktor yang melekat atau tidak dapat diubah (faktor demografi dan

riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat diubah (pola hidup dan status

kesehatan) sebagai faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian adalah faktor-faktor

yang terbukti sebagai faktor risiko hipertensi yaitu umur, riwayat keluarga,

konsumsi garam, sering konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, tidak

biasa olahraga, olahraga tidak ideal, obesitas dan penggunaan pil KB 12 tahun

berturut-turut. Faktor-faktor yang tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi

adalah jenis kelamin perempuan, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi

minuman beralkohol dan stres kejiwaan.

b. Haendra dan Prayitno, 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan

Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Persamaan

dengan peneliti adalah metode yang digunakan kuantitaf, teknik pengambilan

sampel secara purposive. Sedangkan perbedaannya terletak pada cara

pengambilan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa

(29)

yang tekanan darahnya normal sebesar (69,3%). Jenis kelamin pada penelitian

tidak memiliki hubungan secara statistik dengan tekanan darah p>0,05.

Sedangkan umur, pendidikan, pekerjaan, IMT, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, asupan kalium memiliki

hubungan secara statistik dengan tekanan darah p<0,05.

c. Pradono, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di

Daerah Perkotaan. Persamaan terdapat pada tekanan darah diukur dengan

Digital Sphygmomanometer. Perbedaan terdapat pada ukuran sampel terdiri dari

18.601 responden, usia di atas 15 tahun baik laki-laki dan perempuan dari 10

persen dari wilayah perkotaan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden ≥45 tahun adalah faktor yang paling berkontribusi untuk

inceasing dari tekanan darah (OR=2,4), diikuti oleh kelebihan berat badan

obesitas (OR=2,3), obesitas-pusat (OR=1,6), hyperglikemi (OR=1,5), durasi

merokok (OR=1,5), gangguan mental (OR =1,3), status ekonomi (OR=1,2) dan

status belum menikah (OR=1,2). Konsumsi baik makanan panggang dan

makanan dengan pengawet dapat mengurangi tekanan darah responden (uji

anova, p=0,000).

d. Seksi P2PTM, Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2006. Survei

Keterpaparan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular pada Masyarakat Di Jawa

Tengah. Persamaan pada desain yang digunakan yaitu studi cross sectional.

(30)

25-65 tahun. Prevalensi hipertensi laki-laki 22,6%, perempuan 19,8%, obesitas

laki-laki 7,9%, obesitas perempuan 15,8% hiperkolesterolemi, laki-laki 26,1%,

perempuan 25,9%, perokok 60,3%, dan olahraga 3 kali atau lebih perminggu

pada laki-laki 44,05 dan perempuan 26,6%. Hubungan antara beberapa variabel

langsung dan tidak langsung yang mempunyai nilai p<0,00 antara lain aktivitas

berat dengan BMI, olahraga dengan BMI, konsumsi asin dengan hipertensi,

makanan gorengan dengan kolesterol, dan lainnya.

e. Haris, Stevens, Thomas, Schreiner, and Folsom, 2000. Association of fat

distribution and obesity with hypertension in a Bi-ethnic population: The ARIC

study. Perbedaan populasinya deskriptif dan subyek 15.063 kulit hitam dan

kulit putih Amerika 45-64 tahun dari tahun 1987-1989. Persamaan terdapat

pada desain penelitian yang menggunakan cross sectional study. Tujuan

penelitian menguji hubungan antara hipertensi dengan obesitas dan distribusi

lemak pada laki-laki dan perempuan kulit hitam dan kulit putih. Hasil penelitian

adalah perempuan kulit hitam yang obesitas berisiko 2,77 kali menderita

hipertensi dibanding dengan perempuan kulit hitam yang tidak obesitas.

Perempuan kulit putih yang obesitas berisiko menderita hipertensi 5,40 kali

dibanding perempuan kulit putih yang tidak obesitas. Laki-laki kulit hitam yang

obesitas berisiko 3,06 kali untuk menderita hipertensi dibanding dengan

laki-laki kulit hitam yang tidak obesitas. Laki-laki-laki kulit putih berisiko menderita

(31)

3. Manfaat penelitian

a .Manfaat teoritis bagi penelitian, hasil ini sebagai referensi tentang faktor risiko

kesehatan penderita hipertensi yang meliputi BMI, pola makan (asupan garam

dan kosumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga), aktivitas merokok,

komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta.

b. Manfaat praktis hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan gambaran

prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi dengan faktor risiko kesehatan

meliputi BMI, pola makan (asupan garam dan kosumsi makanan berlemak),

aktivitas fisik (olahraga), aktivitas merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit

penyerta) terhadap penderita hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten

Sleman sehingga dapat mengetahui tekanan darah dan memantau kesehatan

fisik secara lebih intensif.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Melakukan observasi prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi responden

hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap

hipertensi, dan terapi pengendalian tekanan darah yang terjadi di Padukuhan

(32)

b. Melakukan evaluasi terhadap perbedaan faktor risiko kesehatan (BMI, pola

makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik

(olahraga), aktivitas merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta

terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada

(33)

10 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan

komplikasi seperti penyakit arteri koroner, gagal jantung, stroke, maupun

kegagalan ginjal, hipertrofi vertikel kanan. Penderita hipertensi memiliki risiko

terkena serangan jantung 10 tahun kemudian setelah dinyatakan menderita

hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2012). Hipertensi merupakan peningkatan

tekanan darah secara berkala melewati batas normal tekanan darah. Hipertensi

merupakan penyakit kategori the silent disease (Orbach, et al., 2013). Berdasarkan

European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology

(ESC), dikatakan hipertensi apabila nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg

dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg (Mancia, Fagard, Narkiewicz,

Redon, Zanchetti, Bohm, et al., 2013).

Tabel I. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH dan ESC (Mancia, et al., 2013)

Kategori Sistolik (mmHg) Keterangan Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80 Normal 120-129 dan/atau 80-84 Normal Kategori

(34)

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi Price and Wilson, 2005

Angiotensin II

ACE

Angiotensin I

Renin

Meningkatnya sekresi hormon

ADH dan rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal

Urin sedikit : pekat dan osmolitasnya

Menurunkan ekskresi NaCl dengan mereabsorsinya di tubulus ginjal

Mengentalkan

Peningkatan konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Menarik cairan intraseluler ekstraseluler

Volume darah naik dan

menyebabkan tekanan darah naik

Diencerkan dengan cara meningkatkan volume ekstraseluler

Volume darah meningkat dan menyebabkan tekanan darah

(35)

Mekanisme terjadinya hipertensi yaitu melalui terbentuknya angiotensin II

dari angoitensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memiliki

peran dalam pengaturan tekanan darah, angiotensinogen diproduksi hati. Hormon

renin yang diproduksi ginjal akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin

I. ACE yang ada di paru-paru, mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II

yang dapat menaikkan tekanan darah melalui dua aksi (Price and Wilson, 2005).

Meningkatnya sekresi hormon anti diuretik (ADH yang diproduksi oleh

hipotalamus yaitu kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal yang mengatur

osmolalitas serta volume urin) dan menimbulkan rasa haus. Peningkatan ADH

menyebabkan urin yang diekskresikan ke luar tubuh sedikit sehingga osmolitasnya

menjadi tinggi dan pekat. Tingginya osmolitas dan pekat urin dapat diencerkan

dengan cara peningkatan volume cairan ekstraseluler dengan menarik cairan pada

bagian intraseluler. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan

meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor sosio

demografi dan faktor risiko kesehatan (Price and Wilson, 2005).

B. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi memiliki korelasi signifikan dengan usia, aktivitas

fisik, body mass index (BMI), dan pola hidup (Sharma, et al., 2006). Hipertensi dan

BMI ada hubungan yang bermakna ditunjukan dengan nilai signifikan pada uji

statistik p<0,05 (Chataut, Adhikari, and Sinha, 2011). Berikut beberapa faktor yang

(36)

1. Umur

Faktor umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi, pada usia lanjut

terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpati serta penurunan

sensitivitas pada fungsi fisiologis. Pertambahan usia menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan darah (Kumar, Abbas, and Fausto, 2005). Menurut survei

tahun 2002, diperoleh angka prevalensi penyakit hipertensi tanpa pengobatan di

Indonesia adalah 37,32% dari populasi dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun

yang berasal dari berbagai pulau besar di Indonesia (Setiati and Sutrisna, 2005).

Pasien usia ≥60 tahun, 50–60% memiliki tekanan darah lebih besar atau

sama dengan 140/90mmHg (Wahdah, 2011). Pada usia 45 tahun ke atas, dinding

arteri mengalami penebalan akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan

otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Hal ini

disebabkan karena pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) mengalami

gangguan dengan pertambahan usia yang semakin tua, sehingga banyak zat kapur

yang ada di dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi kental

dan peningkatan tekanan darah. Endapan kalsium pada pembuluh darah

(arteriosclerosis), menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga aliran

darah terganggu hal ini yang memacu adanya peningkatan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan karena adanya penurunan

kelenturan pembuluh darah besar (arteri). Penurunan elastisitas arteri dan

(37)

di jaringan tercukupi maka jantung memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan

darah meningkat. Penurunan fungsi fisiologis menyebabkan sensitivitas kerja

organ berkurang sehingga aliran darah keginjal dan laju glomerulus terjadi

penurunan (Kumar, et al., 2005).

2. Jenis kelamin

Perempuan lebih banyak memiliki potensi menderita hipertensi dibanding

dengan pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita

sebelum terjadi menopouse. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan

prevalensi terjadinya hipertensi pada laki-laki dan perempuan, lebih banyak pada

perempuan. Perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Sebelum menopause perempuan dilindungi dengan hormon estrogen

yang memiliki peranan dalam peningkatan kadar HDL. Peningkatan HDL dapat

sebagai faktor pelindung pencegah terjadinya aterosklerosis. Pada saat perempuan

premenopause mulai mengalami penurunan adanya hormon estrogen yang

memberikan perlindungan pada pembuluh darah (Kumar, et al., 2005).

3. BMI

Makan berlebihan dapat menyebabkan obesitas. Obesitas lebih cepat terjadi

dengan pola hidup yang pasif (kurang olahraga). Berat badan yang mencapai

indeks massa tubuh ≥25 (berat badan (kg)) dibagi kuadrat tinggi badan (m) disebut

kegemukan. Obesitas merupakan faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi.

(38)

(Wahdah, 2011). Orang dengan obesitas memiliki tahanan perifer berkurang dan

aktivitas saraf simpatis meningkat serta aktivitas renin plasma yang rendah

(Suyono dan Slamet, 2001).

Obesitas memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah. Obesitas

dihubungkan dengan adanya pertambahan jaringan lemak dapat menyebabkan

penyumbatan pada pembuluh darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat

makanan ke organ tubuh. Adanya pertambahan jaringan lemak yang berlebihan

dapat menyempitkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan

terjadi peningkatan tekanan darah (Chataut, et al., 2011).

4. Pola makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak)

Komsumsi garam yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan volume

plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Pada kondisi ini maka akan diikuti oleh

peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan

hemodinamik atau biasa disebut sitem pendarahan) yang normal. Pada keadaan

hipertensi esensial mekanisme ini terganggu (Radecki, 2000).

Garam menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar sehingga menyebabkan peningkatan

volume dan tekanan darah. Asupan garam 3 g atau kurang ditemukan tekanan

darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 g tekanan darahnya

rata-rata lebih tinggi. Asupan garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari

(39)

sodium yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) yaitu

tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 g sodium atau 6 g garam) perhari.

Aldosteron dapat mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara absorpsi dari

tubulus ginjal (Wahdah, 2011).

Mengkonsumsi makanan berlemak yang berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya obesitas. Obesitas akan menyebabkan peningkatan frekuensi denyut

jantung dan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat

menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu,

seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain (Kumar, et al., 2005).

5. Aktivitas fisik (olahraga)

Olahraga dihubungkan dengan faktor obesitas, pada umumnya orang yang

jarang olahraga memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami obesitas. Orang yang

tidak aktif memiliki kecenderungan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantung akan bekerja lebih keras setiap kali kontraksi. Jantung yang

bekerja lebih keras akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah

(Kumar, et al., 2005).

Stamford pada penelitiannya mengatakan bahwa olahraga, memiliki

kemampuan untuk menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada tekanan

darah tinggi tingkat ringan. Aerobic menimbulkan efek seperti beta blocker yang

dapat menenangkan sistem saraf simpatis dan melambatkan denyut jantung.

(40)

hormon-hormon lain yang menyebabkan stress dapat memicu terjadinya penyempitan

pembuluh darah dan menaikkan tekanan darah (Sadoso, 1995).

Aerobic memilik manfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan

kesehatan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi.

Peningkatan tekanan darah dapat terjadi pada saat melakukan aerobic dan ketika

istirahat tekanan darah akan mengalami penurunan. Penurunan tekanan darah ini

disebabkan karena pembuluh darah mengalami pelebaran, relaksasi dan terjadinya

penurunan aktivitas memompa jantung ketika beristirahat. Olahraga memiliki

kemampuan menurunkan tahanan perifer dan menurunkan denyut jantung

sehingga menurunkan cardiac output dan menurunkan tekanan darah (Syatria,

2006).

6. Kebiasaan merokok

Merokok merupakan faktor penyebab peningkatan tekanan darah tinggi

karena dalam tembakau ada kandungan nikotin. Kebiasaan merokok lebih dari 1

bungkus memiliki risiko hipertensi 2 kali lebih besar dari pada orang yang tidak

merokok (Wahdah, 2011). Kandungan nikotin pada rokok menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Zat nikotin yang diserap oleh pembuluh darah di

dalam paru-paru dan diedarkan keseluruh aliran darah di tubuh, sampai ke otak.

Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan cara memberi sinyal pada kelenjar

adrenal agar melepaskan epinefrin (adrenalin). Penyempitan pembuluh darah,

(41)

reaksi antara nikotin dan otak yang merangsang pelepasan adrenalin. Karbon

monoksida (CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari

kemampuan menarik oksigen, menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah

pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya (Sheps and Sheldon, 2005).

7. Mengkonsumsi alkohol.

Responden dengan riwayat mengkonsumsi alkohol memiliki risiko

hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki

riwayat mengkonsumsi alkohol (Wang, et al., 2006). Komsumsi alkohol dapat

meningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah yang memicu

terjadinya peningkatan tekanan darah. Minuman beralkohol dalam jangka panjang

dapat merusak jantung dan organ-organ lainnya sehingga dapat menggangu sistem

kerja organ-organ pada tubuh (Suyono dan Slamet, 2001).

8. Penyakit penyerta

Tabel II. Komplikasi hipertensi (Hoeymans, Smit, Verkleij, and Kromhout, 1999)

No Sistem Organ Komplikasi

1 Jantung Infark miokard Angina pectoris

Gagal jantung kongestif

2 Sistem saraf pusat Stroke

Ensefalopati hipertensif

3 Ginjal Gagal ginjal kronis

4 Mata Retinopati hipertensif

5 Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Stroke dapat terjadi karena tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke

(42)

koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk tronbus yang menghambat aliran darah pada pembuluh darah.

Gagal ginjal terjadi karena kegagalan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler

glomerulus ginjal. Ensefalopati dapat terjadi pada hipertensi maligna, tekanan yang

sangat tinggi menyebabkan kelainan kapiler yang mendorong cairan ke ruang

intertistial di seluruh susunan syaraf pusat. Hipertensi dapat disebabkan karena

gangguan pada ginjal, endokrin, gangguan genetik pada fungsi renal tubular, dan

lainnya seperti kehamilan, induksi obat, sleep apnoea. Cidera di kepala atau

pendarahan di otak yang berat dan tumor atau sebagai reaksi pembedahan dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah

disebabkan berbagai macam faktor, terkait dengan gangguan kardiovaskular,

dyslipidemia dan diabetes mellitus (Ng, Stanley, and Williams, 2010).

C. Teori Rule of Halves

Gambar 2. Teori Rule of Halves menggunakan nilai setengah (Deepa, et al., 2003)

Kesadaran masyarakat di Indonesia dalam pengontrolan tekanan darah masih

rendah. Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya mencapai 50% lebih rendah

dibandingkan dengan Amerika. Angka kesadaran hipertensi Amerika mencapai 69%.

(43)

Data tersebut menunjukkan kurang dari 10% yang tekanan darah terkontrol dengan

baik (Bustan, 1997). The Rule of halves dapat digunakan dalam penelitian bidang

hipertensi (Hooker, Cowab, and Freeman, 1999). The Rule of halves merupakan teori

yang menyajikan median dalam statistik terdapat cakupan populasi setengah dari

populasi pasien tidak diketahui oleh pelayanan kesehatan (belum terdiagnosis),

setengah dari populasi hipertensi yang tidak menerima terapi (pengobatan) dan

setengah dari mereka diperlakukan (terapi), setengah dari pasien yang terapi sampai

kontrol, tidak sampai kontrol (Deepa, et al., 2003).

D.Penatalaksanaan Hipertensi 1. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi :

a. Target tekanan darah <140/90mmHg, untuk individu berisiko tinggi seperti

diabetes mellitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80mmHg.

b. Penurunan morbiditas, mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit

ginjal.

c. Tekanan darah sistolik merupakan indikasi yang baik untuk risiko

kardiovaskuler dari pada tekanan darah diastolik dan seharusnya dijadikan

tanda klinik primer dalam mengontrol hipertensi (Sukandar, dkk., 2008).

2. Terapi farmakologi

Obat antihipertensi untuk mengobati hipertensi dan yang memiliki risiko

tinggi terkena penyakit kardiovaskular serta memiliki risiko terkena stroke

(44)

golongan Diuretik, Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor seperti

Captopril®, Angiotensin Reseptor Bloker (ARB atau AIIRA) seperti, Calcium

Chanel Bloker (CCB), dan golongan obat lainnya. Obat hipertensi dapat diberikan

dengan kombinasi (Purwanto, 2008).

(45)

Diuretik mekanisme kerjanya menurunkan tekanan darah dengan

menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume (SV)

berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung cardiac output (CO)

dan tekanan darah. ACE membatu produksi angiotensin II yang memiliki peran

dalam regulasi tekanan darah arteri. Inhibitor ACE (ACE-I) mencegah perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor potensial dan stimulus

sekresi aldosteron). ACE-I juga dapat mencegah degradasi bradikinin dan

menstimulasi sintesis senyawa vasodilator termasuk prostaglandin E2 ARB

mekanisme kerjanya menahan langsung reseptor angiotensin tipe 1 (AT1) reseptor

yang menghubungkan efek angiotensin II (vasokontriksi, pelepasan aldosterone,

aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan kontriksi arteriol eferen

glomerulus) (Wells, et al., 2009).

β-Bloker mekanisme kerjanya menurunkan curah jantung melalui

kronotropik negatif dan efek inotropik jantung serta inhibisi pelepasan renin dari

ginjal. CCB mekanisme kerjanya menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos

dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan (voltage

sensitive), sehingga dapat mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam

sel. Relaksasi otot polos vascular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan

dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridin dapat

menyebabkan aktifitas reflex simpatetik dan semua golongan obat ini (kecuali

(46)

3. Terapi Non Farmakologi

Perubahan gaya hidup direkomendasi JNC VII agar mencegah dan

mengendalikan hipertensi, subyek diharapkan menurunkan berat badan kisaran

normal yakni BMI berkisar 18,5-24,9kg/m2. Mengatur pola makan sesuai anjuran

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), untuk mengkonsumsi buah,

sayuran yang cukup serta susu rendah lemak. Mengurangi asupan natrium, asupan

natrium perhari harus dibatasi kurang dari atau sama dengan 100 mEq (2,4 g

natrium atau 6 g natrium klorida). Melakukan aktivitas fisik (olahraga),

mengurangi kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok (Straka, 2008).

E. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri,

tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik

sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung

beristirahat. Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah.

Organ jantung dan pembuluh darah memiliki peran penting pada proses ini, jantung

berfungsi sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan

darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang

kuat. Pengukuran tekanan darah diukur pada posisi duduk pada lengan kanan sedikit

flexi posisinya, lengan baju dinaikkan, kemudian dipasang manset yang lebarnya

dapat melingkar sekurang-kurangnya 2/3 panjang lengan atas dan tidak menempel

(47)

1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah :

a. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi duduk atau berbaring

(posisi lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai).

b. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang

agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya

relatif kecil.

c. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang

bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah

yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka

yang lebih tinggi. Merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah

sedikit naik.

d. Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang

harus melingkari 80% lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan

atas (Lany, 2005).

F. Landasan Teori

Tekanan darah merupakan desakan darah terhadap dinding-dinding arteri

ketika darah dipompa dari jantung menuju jaringan. Hipertensi merupakan suatu

keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten melebihi batas normal

dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, hipertrofi vertikel dan gagal

ginjal (Departemen Kesehatan, 2012). Berdasarkan ESH dan ESC hipertensi yaitu

(48)

≥90mmHg secara berkala dalam keadaan istirahat (Mancia, et al., 2013). Hipertensi

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, jenis kelamin, BMI, pola

makan (konsumsi garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik

(olahraga), kebiasaan merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta (Rahajeng

dan Tuminah, 2009). Tekanan darah seseorang dapat dikatakan normal apabila

tekanan darah sistolik tidak melebihi 140mmHg dan tekanan darah diastolik tidak

melebihi 90mmHg dalam keadaan sedang istirahat (Departemen Kesehatan RI, 2012)

Usia merupakan salah satu faktor risiko dari hipertensi. Daya tahan tubuh

akan semakin menurun dengan bertambahnya usia, tetapi penurunan daya tahan tubuh

ini dapat berkurang apabila seseorang berolahraga secara teratur. Pada usia 45 tahun

secara fisiologis tubuh mulai mengalami penurunan fungsi organ (Kumar, et al.,

2005). Aktifitas fisik (olahraga) memiliki pengaruh pada semua komponen kesegaran

jasmani, latihan fisik dapat dilakukan dengan melakukan aerobic. Aerobic secara

teratur dapat mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan

mempengaruhi adanya lemak di dalam tubuh dan dapat mengurangi obesitas pada

seseorang (Sugiharto, 2007). Laki-laki perokok memiliki risiko lebih besar terkena

hipertensi. Rokok mengandung nikotin yang dapat diserap oleh tubuh sampai keotak.

Otak akan bereaksi terhadap zat nikotin dengan memberikan sinyal pada kelenjar

adrenal agar melepaskan epinefrin (adrenalin). Penyempitan pembuluh darah

menyebabkan peningkatan kerja jantung sehingga tekanan darah meningkat hal ini

(49)

Hal ini juga didukung dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Penyakit penyerta

menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu penyakit yang berhubungan dengan

kerja kardiovaskular (Sheps and Sheldon, 2005). Masyarakat yang akan diteliti yaitu

masyarakat di Padukuhan Jragung.

Hasil wawancara dengan kepala dukuh berdasarkan data pengobatan yang

pernah dilakukan di Padukuhan Jragung menunjukkan prevalensi hipertensi cukup

tinggi. Populasi di padukuhan Jragung dengan usia ≥40 tahun berjumlah 386 orang.

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran

responden terhadap hipertensi, dan terapi pengendalian tekanan darah serta

melakukan evaluasi terhadap pengaruh faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan

terkait asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik (olahraga),

aktivitas merokok, komsumsi alkohol dan penyakit penyerta) terhadap prevalensi,

kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada masyarakat di Padukuhan

Jragung Kabupaten Sleman.

G. Hipotesis

Ada perbedaan dari faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan terkait asupan

garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik (olahraga), aktivitas

merokok, komsumsi alkohol dan penyakit penyerta) terhadap prevalensi, kesadaran,

(50)

27 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan survei farmakoepidemiologi dengan jenis

penelitian observasional analitik. Survei farmakoepidemilogi merupakan studi

tentang penggunaan dan efek obat dalam suatu populasi. Jenis penelitian

observasional yaitu suatu penelitian yang tidak melakukan intervensi pada subyek

penelitian. Data yang diperoleh dari jenis penelitian observasional murni berupa data

dari subyek penelitian dihasilkan tanpa dilakukan intervensi (Brian and Stephen,

2006). Penelitian ini dilakukan wawancara secara langsung dengan subyek penelitian

untuk menggali informasi terkait variabel-variabel yang akan digunakan untuk

dianalisis. Selain itu, dilakukan juga pengukuran tekanan darah, berat badan serta

tinggi badan untuk mengetahui tekanan darah responden dan menghitung BMI. Data

yang diperoleh pada penelitian ini murni dari subyek uji secara langsung dan tanpa

melakukan intervensi pada subyek penelitian.

Jenis observasional analitik merupakan penelitian yang mencari hubungan

antara variabel dengan cara melakukan suatu analisis pada data yang diperoleh dalam

populasi. Desain observasional adalah cross sectional (potong lintang) yaitu peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu serta variabel bebas

dan tergantung diukur pada satu titik. Setiap subyek penelitian hanya dilakukan

(51)

Penelitian cross sectional tidak perlu dilakukan pemeriksaan atau pengukuran yang

sifatnya berulang pada waktu yang berbeda cukup dalam satu waktu yang sama.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, pola makan (asupan garam dan

komsumsi makanan berlemak.), aktivitas fisik (olahraga), kebiasaan merokok,

komsumsi alkohol dan penyakit penyerta.

2. Variabel tergantung

Tekanan darah (mmHg), Prevalensi, Kesadaran dan Terapi hipertensi.

3. Variabel pengacau terkendali

Usia, jenis kelamin.

4. Variabel pengacau tak terkendali

Aktivitas selain olahraga, lifestyle (gaya hidup), dan terapi lain yang

dilakukan (di luar terapi hipertensi).

C. Definisi Operasional

Tabel III. Definisi operasional, kategori, dan cara pengukuran

(52)

Tabel III. Lanjutan

No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara Pengukuran 2 Hipertensi Peningkatan tekanan

darah secara

(53)

Tabel III. Lanjutan

No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara Pengukuran

6 Usia Usia responden yang

(54)

Tabel III. Lanjutan

(55)

Tabel III. Lanjutan

No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara Pengukuran 12 Komsumsi

Berdasarkan profil di Padukuhan Jragung terdapat ± 386 orang yang berusia

≥40 tahun. Berdasarkan laporan dari Kepala Dukuh yang mengacu pada data

pengobatan gratis setempat bahwa masyarakat di Padukuhan Jragung banyak yang

menderita hipertensi. Di Padukuhan Jragung belum pernah ada yang melakukan

penelitian observasional dengan responden penyandang hipertensi. Responden dalam

penelitian ini adalah penduduk di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman yang

(56)

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Padukuhan Jragung yang terletak di Kelurahan

Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Padukuhan Jragung

terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05 dan RT 06. Lokasi di Padukuhan

Jragung masih sejuk dan sangat terlihat perdesaan alaminya. Jarak antara Padukuhan

Jragung untuk menuju ke kota ± 15 km yang dapat ditempuh selama ±30 menit.

Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan secara cross-sectional rentang

waktu Mei-Juni waktu pengambilan data.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014 yang berjudul Prevalensi, Kesadaran, dan

Terapi Responden Hipertensi di Kabupaten Sleman (Kajian Faktor Risiko Kesehatan

dan Faktor Sosio-Ekonomi). Penelitian ini dilakukan berkelompok yang berjumlah

sebanyak 12 orang. Berdasarkan Gambar 4 menunjukan bahwa ruang lingkup

penelitian payung Sanata Dharma di Padukuhan Jragung, Kadirojo II, Sembir,

Krodan, Blambangan, dan Sambisari, pada masing-masing padukuhan terkait faktor

risiko kesehatan dan sosio-ekonomi.

Ruang lingkup penelitian peneliti dengan judul Prevalensi, Kesadaran, dan

Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman,

Yogyakarta (Kajian Faktor Risiko Kesehatan) berada di Padukuhan Jragung,

(57)
(58)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara

non-random dengan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan

teknik purposive sampling, merupakan teknik pengambilan sampel yang

menggunakan unsur-unsur purposive (sengaja) sesuai dengan kriteria-kriteria

penelitian yang sudah ditetapkan peneliti. Syarat-syarat menentukan sampel pada

purposive sampling yaitu:

1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan di dalam studi pendahuluan.

2. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri/sifat-sifat/karakteristik tertentu.

3. Merupakan ciri-ciri pokok populasi serta subyek yang diambil sebagai sampel

benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang

terdapat pada populasi (Gilbert and Churchill, 2001)

Gambar 5. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling

Populasi 653 Orang

Populasi ≥40 th 386 Orang

Responden Terapi

58 Orang Responden penelitian

244 Orang

(59)

Responden yang ditetapkan berusia ≥40 tahun. Responden diambil dengan

teknik purposive sampling secara non-random diperoleh sebanyak 244 orang dari

total populasi dengan usia ≥40 tahun berjumlah 386 orang. Responden penelitian

sebanyak 244 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dengan

kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia menjadi responden dengan informed consent. Responden bersedia

mengisi informed consent yang sudah disediakan oleh peneliti dan bersedia

menandatanginya sebagai tanda bukti kebersediaan responden untuk terlibat

dalam penelitian dan ketersediaan untuk diambil data sesuai dengan apa yang

diperlukan peneliti.

b. Umur ≥40 Tahun. Responden yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah

responden dengan usia ≥40 tahun. Dan merupakan warga Padukuhan Jragung,

Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Responden yang digunakan yaitu

merupakan responden yang bertempat tinggal di Padukuhan Jragung, Jogotirto,

Berbah, Sleman, Yogyakarta.

2. Kriteria Ekslusi

a. Calon responden tidak bersedia mengisi informed consent secara lengkap.

b. Responden belum menyelesaikan tahapan dari peneliti dengan urutan

pengisian informed consent, pengukuran tekanan darah, BB, tinggi badan

(60)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian adalah Case Report Form (CRF)

yang dibuat oleh peneliti, alat pengukur tinggi badan, timbangan berat badan,

sphygmomanometer digital. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan

berfungsi untuk mengukur body mass index (BMI). Pengukuran tekanan darah

dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer digital.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari padukuhan untuk diteliti dengan

prevalensi penyandang hipertensi yang tinggi. Data diperoleh dari pelayanan

kesehatan terdekat/pengobatan yang diselenggarakan di padukuhan tersebut.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Jragung, Kabupaten

Sleman. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance dengan No KE/FK/579/EC

Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan

tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

3. Pembuatan informed consent

Informed consent untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik

(61)

Mada Yogyakarta. Responden diminta mengisi nama, alamat, usia dan

menandatanganinya.

4. Seleksi responden

Subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin kepala Dukuh Jragung

Kabupaten Sleman. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai kegunaan dan

tujuan penelitian kepada calon responden. Responden diminta untuk mengisi

nama, alamat, usia dan tanda tangan. Warga Pandukuhan Jragung yang bersedia

menjadi responden akan diukur tekanan darahnya dan diwancara terkait data yang

dibutuhkan berdasarkan CRF.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2012,

instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan dengan

nilai CV (coefficient of variation) ≤5%. Penelitian ini nilai CV dilakukan dengan

perbandingan alat tensi peneliti dengan tensi yang sudah divalidasi milik Rumah

Sakit. Untuk melihat realibel dilakukan percobaan dengan cara melakukan tensi

pada 3 orang masing-masing sebanyak 5 kali, dengan jarak waktu 10 menit setiap

kali pengukuran.

6. Pengukuran tekanan darah

Penelitian ini menggunakan alat Digital Sphygmomanometer (pengukur

tekanan darah), timbangan berat badan injak (kg) dan microtoise (pengukur tinggi

(62)

meningkatkan keamanan dan keakurasian informasi hasil pengukuran yang

dilakukan peneliti pada pasien menggunakan peralatan kesehatan. Pengukuran

tekanan darah meliputi tekanan darah sistolik dan diastolik. Pengukuran

antropometri pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan. Pengukuran

tekanan darah diukur pada posisi duduk pada lengan kanan sedikit flexi posisinya,

lengan baju dinaikkan, kemudian dipasang manset yang lebarnya dapat melingkar

sekurang-kurangnya 2/3 panjang lengan atas dan tidak menempel baju.

Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut dengan interval 2 menit. Apabila

terdapat selisih tekanan darah >10 mmHg pada pengukuran ke 1 dan ke 2 baik

pada sistolik atau pada diastolik, lakukan pengukuran ke-3 (Departemen

Kesehatan RI, 2007).

Pengukuran tekanan darah responden penelitian yang telah menanda tangani

informed consent, dilakukan pengukuran tekanan darah pada bagian lengan kiri

atas dan posisi duduk tegak (apabila pasien tidak bisa duduk atau perlu perlakuan

khusus dapat dilakukan pengukuran tekanan darah dengan cara berbaring).

Pengukuran tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer digital.

Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut, agar dapat menentukan tekanan darah

yang spesifik (Departemen Kesehatan RI, 2007).

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti dapat memberikan penjelasan kepada responden terkait hasil

(63)

informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan diolah

sebagai data analisis.

8. Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, meliputi

penyusunan dan penggolongan dalam kategori-kategori kemudian dilakukan

interpretasi data. Data hasil pengukuran dan wawancara secara langsung dengan

responden penelitian akan dikumpulkan/direkam di dalam CRF kemudian

dipindahkan ke file Microsoft Excel.

Gambar 6. Prosedur kerja responden di Padukuhan Jragung Observasi

awal

Permohonan ijin dan kerjasama diajukkan kepada

(64)

J. Perumusan Hipotesis

Gambar 7. Hubungan perbedaan antara faktor risiko kesehatan dengan prevalensi,

kesadaran, terapi hipertensi

Faktor Risiko Hipertensi

Ho : P1 ≤ P2

H1,2 : P1>P2 ; α<0.05

P1: Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden, merokok;

alkohol; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan asupan garam dan

komsumsi makanan berlemak; BMI≥25 kg/m2; adanya penyakit penyerta yang

berhubungan dengan kardiovaskular.

P2: Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang tidak

merokok; tidak komsumsi alkohol; berolahraga; mengatur pola makan yaitu

asupan garam dan tidak komsumsi makanan berlemak; BMI<25 kg/m2; tidak

Gambar

Tabel XIII. Pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi terapi di
Gambar 2.Teori Rule of halves...................................................................................
Tabel I. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH dan ESC et al.,
Gambar 1. Patofisiologi hipertensi Price and Wilson, 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah ada constitutional review terhadap bagian penjelasan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UU Perbankan

dalam banyak ayat dan tersebar di berbagai surat, baik secara inplisit

Kelebihan dari program ini adalah tampilan-tampilan gambar yang dibuat lebih menarik, dan melalui program inipun antara pengajar dan anak didiknya tidak perlu berinteraksi

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

This research is also aimed at analyzing how equivalent the culturally-bound expressions in Pramoedya Ananta Toer ’s Rumah Kaca are compared to their translated expressions

[r]

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it