1
PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA
(KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN)
Chatarina Danik Wijayanti., Rita Suhadi
Falkutas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
ABSTRACT
The research objective observation of hypertension prevalence, awareness, and treatment of hypertension in hamlets Jragung regency Sleman. Hypertension is a condition of the increase in syctolic blood pressure ≥140mmHg and diastolic ≥90mmHg. The study is based on the theory of the rule of halves which means only one-eighth of the whole population can do the controlled therapy.
Farmakoepidemiology research, is a type of observational, survey with a cross-sectional design. It was done through a purposive sampling of 244 respondents aged ≥40 years old, and the respondents’ blood pressure measurement, body weight and body height were measured. The health risk factors include BMI, smoking history, alcohol consumption, fatty foods consumption and food intake (salt intake), physical activity (exercise) and comorbidities. The Chi-square statistics with 95% confidence level was used in the analysis, to determine the significance (p<0,05) of each factor to the prevalence of hypertension, respondents awareness, and treatment used. Research, the prevalence of hypertension 59,84% consists of awareness treatment of hypertension 23,77%, awareness not treatment of hypertension 12,30% and unconsciously of hypertension 23,77%. The health risk factors such as (salt intake) values p=0,005 OR 4,167 (95% CI) 1,466-11,839, the value of comorbidities p=0,016 OR 1,625 (95% CI) 1,364-1,937, and physical activity (exercise) value p=0,028 OR 3,286 (95% CI) 1,099-9,820 indicate an association with hypertension therapy.
2 INTISARI
Tujuan penelitian melakukan observasi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Penelitian berdasarkan teori the rule of halves
menyatakan hanya seperdelapan dari keseluruhan populasi melakukan terapi hipertensi terkontrol.
Penelitian farmakoepidemiologi jenis observasional survei dengan desain
cross-sectional. Pengambilan sampel secara purposive sampling diperoleh 244
responden dengan usia ≥40 tahun dan dilakukan pengukuran tekanan darah, BB serta
tinggi badan. Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, aktivitas merokok, konsumsi alkohol, pola makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga) dan penyakit penyerta. Analisis Chi-square dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) setiap faktor terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Hasil penelitian, prevalensi hipertensi 59,84% terdiri dari sadar hipertensi terapi 23,77%, sadar hipertensi tidak terapi 12,30% dan tidak sadar hipertensi 23,77%. Faktor risiko kesehatan pola makan (asupan garam) nilai p=0,005 OR 4,167 (95%CI) 1,466-11,839, penyakit penyerta nilai p=0,016 OR 1,625 (95%CI) 1,364-1,937, dan aktivitas fisik (olahraga) nilai p=0,028 OR 3,286 (95%CI) 1,099-9,820 yang menunjukkan adanya perbedaan dengan terapi hipertensi.
PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA
(KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Chatarina Danik Wijayanti NIM : 118114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA
(KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Chatarina Danik Wijayanti NIM : 118114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terkadang, Tuhan Tidak Mengubah Situasi yang Ku Hadapi……..
Karna Tuhan Mencoba Mengubah Cara Pandangku melihat Situasi Hidup ini
Tuhan Terkadang sering Menguji Ku dalam situasi sulit…..
Hingga ku tak sanggup melangkah dan tertawa, Karna satu alasan
Tuhan Tak Memberikan apa yang Ku inginkan…….
Tetapi Tuhan Slalu Berkarya dalam diriku dan berikan apa yang Ku
Butuhkan……….
Karna Tuhan Maha mengetahui apa yang Terbaik bagiku….
Kupersembahkan buat:
“Jesus Christ”
Ibu-Bapakku Tercinta
Ungkapan rasa hormat dan baktiku
Saudara-saudaraku Yosephine, Bernadheta, Adhi Syaputra
Teman setiaku Victor Armando, Teman-teman seperjuangan 2011
v PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas berkat,
rahmat, kasih serta penyertaannnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden
Hipertensi Di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Risiko Kesehatan)”. Berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan baik. Karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. selaku pembimbing, atas perhatian, bimbingan,
semangat, dukungan serta arahan yang diberikan selama penyusunan proposal,
pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan skripsi.
3. dr. Fenty M.Kes., Sp.PK selaku dosen yang memberikan pelatihan pengukuran
tekanan darah untuk pengambilan data dan dosen penguji skripsi yang
memberikan kritik serta saran selama menyusun skripsi.
4. Maria Wisnu Donowati., M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
vi
5. Bapak-Ibu Dosen yang memberikan bimbingan perkuliahan, serta karyawan
Universitas Sanata Dharma yang membantu dalam segala administrasi
6. Kecamatan Berbah, Kepala Desa Jogotirto dan Kepala Dukuh Jragung yang
sudah bersedia memberikan ijin sebagai tempat penelitian.
7. Ibu Agustina Margawati dan Bapak Albertus Wahyu Widodo selaku kedua
orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan
dan perjuangan untuk memberikan biaya selama menempuh perkuliahan.
8. Yosephine, Bernadeta, Adhi dan Victor, keluarga yang senantiasa mendoakan
serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
9. Lusia, Dini, Diana, Brigita, Chelsy, Christia, Anisetus, Irvan memberikan
semangat dalam penyusunan skripsi. Sahabat skipsi payung Opi, Tesa, Greta,
Yovica, Niken, Meilisa, Yudis, Berna, Gesty, Gita yang saling mendukung
dalam penyusunan skripsi. Serta teman-teman angkatan 2011, khususnya kelas
FKK A.
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih memberikan berkat-Nya kepada semua
pihak yang telah bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan karya tulis ilmiah
ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 5 Februari 2015
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
PERNYATAAN PUBLIKASI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
INTISARI ... xix
ABSTRACT ... xx
BAB 1 PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Rumusan Masalah ... 4
x
3. Manfaat Penelitian ... 8
B. Tujuan Penelitian ... 8
1. Tujuan Umum ... 8
2. Tujuan Khusus ... 8
BAB II PENELAAH PUSTAKA ... 10
A. Hipertensi ... 10
1.Definisi Hipertensi ... 10
B. Faktor Risiko Hipertensi ... 12
1. Umur ... 13
2. Jenis Kelamin... 14
3. BMI ... 14
4. Pola Makan (asupan garam dan makanan berlemak) ... 15
5. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 16
6. Kebiasaan Merokok ... 17
7. Komsumsi Alkohol ... 18
8. Penyakit Penyerta ... 18
C. Teori Rule of Halves. ... 19
xi
1. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi ... 20
2. Terapi Farmakologi ... 20
3. Terapi Non-Farmakologi ... 23
E. Pengukuran Tekanan Darah ... 23
F. Landasan Teori... 24
G. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 28
1. Variabel Bebas ... 28
2. Variabel Tergantung ... 28
3. Variabel Pengacau Terkendali ... 28
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali ... 28
C. Definisi Operasional ... 28
D. Subyek Penelitian ... 32
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 33
xii
H. Instrumen Penelitian ... 37
I. Tata Cara Penelitian ... 37
1. Observasi Awal ... 37
2. Permohonan Ijin dan Kerjasama ... 37
3. Pembuatan informed consent ... 37
4. Seleksi Responden ... 38
5. Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian ... 38
6. Pengukuran Tekanan Darah ... 38
7. Penjelasan Hasil Pemeriksaan ... 39
8. Pengelompokan Data ... 40
J. Perumusan Hipotesis ... 41
K. Analisis DataPerumusan Hipotesis ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Prevalensi Hipertensi Di Padukuhan Jragung ... 50
1. Umur ... 51
2. Jenis Kelamin... 52
3. BMI ... 52
xiii
5. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 53
6. Kebiasaan Merokok ... 53
7. Penyakit Penyerta ... 54
B. Analisis Hubungan Perbedaan Faktor Risiko Kesehatan ... 54
1. Analisis Hubungan Perbedaan Faktor Risiko Kesehatan dengan Prevalensi 56 a. BMI ... 56
b. Pola Makan (asupan garam dan komsumsi makan berlemak) ... 57
c. Aktivitas Fisik (olahraga) ... 58
d. Kebiasaan Merokok ... 59
e. Penyakit Penyerta ... 59
2. Analisis Hubungan Pebedaan Faktor Risiko Kesehatan dengan Kesadaran Hipertensi ... 60
a. BMI ... 61
b. Pola Makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak) ... 61
c. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 62
d. Kebiasaan Merokok ... 62
e. Penyakit Penyerta ... 62
xiv
a. BMI.. ... 64
b. Pola Makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak) ... 64
c. Aktivitas Fisik (Olahraga) ... 65
d. Kebiasaan Merokok ... 66
e. Penyakit Penyerta ... 67
4. Pengendalian Tekanan Darah pada Responden Sadar Hipertensi Terapi.. ... .67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
A.Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN ... 74
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH dan ESC ... 10
Tabel II. Komplikasi hipertensi ... 18
Tabel III. Definisi operasional ... 28
Tabel IV. Uji one way Anova ... 42
Tabel V. Uji tes “t”... 43
Tabel VI. Menghitung OR ... 44
Tabel VII. Profil umum masyarakat di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014 ... 47
Tabel VIII. Profil tekanan darah terhadap jenis kelamin, umur, dan faktor risiko kesehatan di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014. ... 49
Tabel IX. Prevalensi hipertensi di Padukuhan Jragung, Jogotirto,Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014 ... 50
Tabel X. Hubungan faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2012... 56
Tabel XI. Hubungan faktor risiko kesehatan terhadap kesadaran hipertensi di
xvi
2014... 60
Tabel XII. Hubungan faktor risiko kesehatan terhadap kesadaran hipertensi terapi di
Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014
dengan Prevalensi ... 63
Tabel XIII. Pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi terapi di
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Patofisiologi hipertensi ... 11
Gambar 2.Teori Rule of halves... 19
Gambar 3. Pengobatan farmakologi pada hipertensi ... 21
Gambar 4. Ruang Lingkup Penelitian ... 34
Gambar 5.Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling ... 35
Gambar 6. Prosedur kerja responden di Padukuhan Jragung ... 40
Gambar 7.Perumusan hipotesis penelitian ... 41
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Penelitian Di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman,
Yogyakarta ... 74
2. Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 76
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah ... 78
4. Surat keterangan latihan pengukuran tekanan darah ... 79
5. Informed Consent Penelitian Di Dukuh Jragung ... 80
6. Ethical Clearence ... 83
xix INTISARI
Tujuan penelitian melakukan observasi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman. Hipertensi
merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Penelitian berdasarkan teori the rule of halves
menyatakan hanya seperdelapan dari keseluruhan populasi melakukan terapi hipertensi terkontrol.
Penelitian farmakoepidemiologi jenis observasional survei dengan desain
cross-sectional. Pengambilan sampel secara purposive sampling diperoleh 244 responden dengan usia ≥40 tahun dan dilakukan pengukuran tekanan darah, BB serta tinggi badan. Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, aktivitas merokok, konsumsi alkohol, pola makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga) dan penyakit penyerta. Analisis Chi-square dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) setiap faktor terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Hasil penelitian, prevalensi hipertensi 59,84% terdiri dari sadar hipertensi terapi 23,77%, sadar hipertensi tidak terapi 12,30% dan tidak sadar hipertensi 23,77%. Faktor risiko kesehatan pola makan (asupan garam) nilai p=0,005 OR 4,167 (95%CI) 1,466-11,839, penyakit penyerta nilai p=0,016 OR 1,625 (95%CI) 1,364-1,937, dan aktivitas fisik (olahraga) nilai p=0,028 OR 3,286 (95%CI) 1,099-9,820 yang menunjukkan adanya perbedaan dengan terapi hipertensi.
xx ABSTRACT
The research objective observation of hypertension prevalence, awareness, and treatment of hypertension in hamlets Jragung regency Sleman. Hypertension is a
condition of the increase in syctolic blood pressure ≥140mmHg and diastolic
≥90mmHg. The study is based on the theory of the rule of halves which means only one-eighth of the whole population can do the controlled therapy.
Farmakoepidemiology research, is a type of observational, survey with a cross-sectional design. It was done through a purposive sampling of 244 respondents
aged ≥40 years old, and the respondents‟ blood pressure measurement, body weight and body height were measured. The health risk factors include BMI, smoking history, alcohol consumption, fatty foods consumption and food intake (salt intake), physical activity (exercise) and comorbidities. The Chi-square statistics with 95% confidence level was used in the analysis, to determine the significance (p<0,05) of each factor to the prevalence of hypertension, respondents awareness, and treatment used. Research, the prevalence of hypertension 59,84% consists of awareness treatment of hypertension 23,77%, awareness not treatment of hypertension 12,30% and unconsciously of hypertension 23,77%. The health risk factors such as (salt intake) values p=0,005 OR 4,167 (95% CI) 1,466-11,839, the value of comorbidities p=0,016 OR 1,625 (95% CI) 1,364-1,937, and physical activity (exercise) value p=0,028 OR 3,286 (95% CI) 1,099-9,820 indicate an association with hypertension therapy.
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
secara berkalamelebihi batas normal dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti
stroke, gagal ginjal dan hipertrofi vertrikel kanan (Wahdah, 2011). Peningkatan
tekanan darah pada pasien hipertensi ≥140mmHg tekanan sistolik dan atau
≥90mmHg tekanan darah diastolik, yang memiliki hubungan secara linear dengan
morbiditas dan mortalitas terkait dengan penyakit kardiovaskular. Hipertensi
memberikan gejala yang berlanjut pada organ-organ tubuh dan mengakibatkan
terjadinya kerusakan seperti stroke, penyakit jantung koroner yang terjadi apabila ada
kerusakan pada pembuluh darah jantung, terjadinya penyempitan ventrikel kiri atau
bilik kiri (pada otot jantung), gagal ginjal, diabetes mellitus (DM), dan penyakit
pembuluh lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2012).
Berdasarkan data The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) pada tahun 1999-2000, sejumlah 29-31% orang dewasa menderita
hipertensi di Amerika. Perbandingan dengan data NHANES pada tahun 1988-1991
terjadi peningkatan penderita hipertensi sebanyak lima belas juta (Wahdah, 2011).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 menunjukan bahwa setengah dari penderita
hipertensi diketahui 25% yang melakukan pengobatan. Hipertensi yang mendapatkan
yang diperoleh berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan
bahwa sebagian besar warga tidak menyadari bahwa menderita hipertensi. Data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pasien
hipertensi setiap tahun. Peningkatan jumlah penderita hipertensi dapat disebabkan
karena penyakit hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik the silent
disease, sehingga masyarakat tidak menyadari jika menderita hipertensi (Wahdah,
2011).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi seperti obesitas, usia,
aktivitas merokok, jenis kelamin, olahraga, dan gaya hidup memiliki pengaruh
memicu terjadinya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko
mayor untuk serangan jantung, stroke dan gagal jantung. Perolehan data berdasarkan
American Heart Association (AHA) menunjukkan sebanyak 69% dari penderita
serangan jantung, 77% dari penderita stroke dan 74 dari penderita gagal jantung
mengidap penyakit hipertensi. Peningkatan hipertensi di Indonesia cukup besar setiap
tahun. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebesar 8,3% dan
mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tuminah,
2009).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pembuluh darah
yang memiliki peranan pada hipertensi seperti merokok, alkohol, asam lemak jenuh
dan kolesterol yang kadarnya tinggi di dalam darah. Faktor-faktor yang memiliki
BMI, komsumsi asin (garam), komsumsi makanan berlemak, kebiasaan konsumsi
alkohol, diabetes mellitus, kolesterol total dan iskemi. Kelompok dengan umur ≥40
tahun ada peningkatan prevalensi hipertensi (Rahajeng dan Tuminah, 2009).
Berdasarkan data Rumah Sakit dan Puskesmas di Jawa Tengah menunjukkan
prevalensi penderita hipertensi terjadi peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2004
prevalensi penderita hipertensi sebesar 17,34% pada tahun 2005 meningkat menjadi
29,35%, sedangkan pada tahun 2006 menjadi 39,47% (Seksi P2PTM Dinkes Provinsi
Jateng, 2005). Tahun 2007 Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus
hipertensi terbanyak. Provinsi Yogyakarta pada tahun 2008 berada pada posisi kedua
dalam kasus hipertensi. Berdasarkan profil Kesehatan Provinsi DIY, tahun 2007
terdapat lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular,
salah satunya yaitu hipertensi. Tahun 2012 Survailans Terpadu Penyakit (STP)
Puskesmas di Yogyakarta terdapat 29.546 penderita hipertensi. Yogyakarta masuk
dalam urutan ketiga dari 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas (Seksi P2PTM
Dinkes Provinsi Jateng, 2005).
Di Indonesia kesadaran terkait terapi hipertensi hingga kontrol masih rendah.
Teori Rule of halves mengungkapkan bahwa dari populasi terdapat setengah populasi
yang menderita hipertensi, setengah dari populasi hipertensi sudah terdiagnosa
hipertensi dan setengahnya belum terdiagnosa. Populasi hipertensi yang terdiagnosa
hipertensi setengahnya melakukan terapi dan setengahnya tidak melakukan terapi
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Dukuh menunjukkan data prevalensi
hipertensi di Padukuhan Jragung cukup tinggi, data diperoleh berdasarkan
pengobatan gratis yang pernah dilakukan. Penulis tertarik untuk melakukan evaluasi
prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi berdasarkan faktor risiko kesehatan
meliputi BMI, aktivitas merokok, kebiasaan minum alkohol, pola makan (asupan
garam dan makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga), dan penyakit penyerta di
Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Diharapkan masyarakat
di Padukuhan Jragung dapat melakukan tindakan lebih lanjut apabila terjadi
peningkatan tekanan darah secara berkala melebihi batas normal.
1. Rumusan masalah
a. Berapa besar proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran terhadap hipertensi,
terapi dan proporsi pengendalian tekanan darah pada responden di Padukuhan
Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta?
b. Adakah perbedaan faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan (asupan garam
dan kosumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga), aktivitas merokok,
komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta) terhadap prevalensi, kesadaran, dan
terapi hipertensi di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman,
Yogyakarta?
2. Keaslian penelitian
Sejauh sepengetahuan penulis, beberapa penelitian yang berkaitan dengan
Responden Hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta
(Kajian Faktor Risiko Kesehatan) antara lain:
a. Sugiharto, 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar. Perbedaan terdapat pada sampel
penelitian terdiri dari 155 kasus dan 155 kontrol, sampel diambil secara
proportional random sampling. Tujuan penelitian adalah mencari informasi
besar risiko faktor yang melekat atau tidak dapat diubah (faktor demografi dan
riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat diubah (pola hidup dan status
kesehatan) sebagai faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian adalah faktor-faktor
yang terbukti sebagai faktor risiko hipertensi yaitu umur, riwayat keluarga,
konsumsi garam, sering konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, tidak
biasa olahraga, olahraga tidak ideal, obesitas dan penggunaan pil KB 12 tahun
berturut-turut. Faktor-faktor yang tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi
adalah jenis kelamin perempuan, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi
minuman beralkohol dan stres kejiwaan.
b. Haendra dan Prayitno, 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Persamaan
dengan peneliti adalah metode yang digunakan kuantitaf, teknik pengambilan
sampel secara purposive. Sedangkan perbedaannya terletak pada cara
pengambilan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa
yang tekanan darahnya normal sebesar (69,3%). Jenis kelamin pada penelitian
tidak memiliki hubungan secara statistik dengan tekanan darah p>0,05.
Sedangkan umur, pendidikan, pekerjaan, IMT, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, asupan kalium memiliki
hubungan secara statistik dengan tekanan darah p<0,05.
c. Pradono, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di
Daerah Perkotaan. Persamaan terdapat pada tekanan darah diukur dengan
Digital Sphygmomanometer. Perbedaan terdapat pada ukuran sampel terdiri dari
18.601 responden, usia di atas 15 tahun baik laki-laki dan perempuan dari 10
persen dari wilayah perkotaan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden ≥45 tahun adalah faktor yang paling berkontribusi untuk
inceasing dari tekanan darah (OR=2,4), diikuti oleh kelebihan berat badan
obesitas (OR=2,3), obesitas-pusat (OR=1,6), hyperglikemi (OR=1,5), durasi
merokok (OR=1,5), gangguan mental (OR =1,3), status ekonomi (OR=1,2) dan
status belum menikah (OR=1,2). Konsumsi baik makanan panggang dan
makanan dengan pengawet dapat mengurangi tekanan darah responden (uji
anova, p=0,000).
d. Seksi P2PTM, Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2006. Survei
Keterpaparan Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular pada Masyarakat Di Jawa
Tengah. Persamaan pada desain yang digunakan yaitu studi cross sectional.
25-65 tahun. Prevalensi hipertensi laki-laki 22,6%, perempuan 19,8%, obesitas
laki-laki 7,9%, obesitas perempuan 15,8% hiperkolesterolemi, laki-laki 26,1%,
perempuan 25,9%, perokok 60,3%, dan olahraga 3 kali atau lebih perminggu
pada laki-laki 44,05 dan perempuan 26,6%. Hubungan antara beberapa variabel
langsung dan tidak langsung yang mempunyai nilai p<0,00 antara lain aktivitas
berat dengan BMI, olahraga dengan BMI, konsumsi asin dengan hipertensi,
makanan gorengan dengan kolesterol, dan lainnya.
e. Haris, Stevens, Thomas, Schreiner, and Folsom, 2000. Association of fat
distribution and obesity with hypertension in a Bi-ethnic population: The ARIC
study. Perbedaan populasinya deskriptif dan subyek 15.063 kulit hitam dan
kulit putih Amerika 45-64 tahun dari tahun 1987-1989. Persamaan terdapat
pada desain penelitian yang menggunakan cross sectional study. Tujuan
penelitian menguji hubungan antara hipertensi dengan obesitas dan distribusi
lemak pada laki-laki dan perempuan kulit hitam dan kulit putih. Hasil penelitian
adalah perempuan kulit hitam yang obesitas berisiko 2,77 kali menderita
hipertensi dibanding dengan perempuan kulit hitam yang tidak obesitas.
Perempuan kulit putih yang obesitas berisiko menderita hipertensi 5,40 kali
dibanding perempuan kulit putih yang tidak obesitas. Laki-laki kulit hitam yang
obesitas berisiko 3,06 kali untuk menderita hipertensi dibanding dengan
laki-laki kulit hitam yang tidak obesitas. Laki-laki-laki kulit putih berisiko menderita
3. Manfaat penelitian
a .Manfaat teoritis bagi penelitian, hasil ini sebagai referensi tentang faktor risiko
kesehatan penderita hipertensi yang meliputi BMI, pola makan (asupan garam
dan kosumsi makanan berlemak), aktivitas fisik (olahraga), aktivitas merokok,
komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta.
b. Manfaat praktis hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan gambaran
prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi dengan faktor risiko kesehatan
meliputi BMI, pola makan (asupan garam dan kosumsi makanan berlemak),
aktivitas fisik (olahraga), aktivitas merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit
penyerta) terhadap penderita hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten
Sleman sehingga dapat mengetahui tekanan darah dan memantau kesehatan
fisik secara lebih intensif.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Melakukan observasi prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi responden
hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap
hipertensi, dan terapi pengendalian tekanan darah yang terjadi di Padukuhan
b. Melakukan evaluasi terhadap perbedaan faktor risiko kesehatan (BMI, pola
makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik
(olahraga), aktivitas merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta
terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada
10 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan
komplikasi seperti penyakit arteri koroner, gagal jantung, stroke, maupun
kegagalan ginjal, hipertrofi vertikel kanan. Penderita hipertensi memiliki risiko
terkena serangan jantung 10 tahun kemudian setelah dinyatakan menderita
hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2012). Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah secara berkala melewati batas normal tekanan darah. Hipertensi
merupakan penyakit kategori the silent disease (Orbach, et al., 2013). Berdasarkan
European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology
(ESC), dikatakan hipertensi apabila nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg
dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg (Mancia, Fagard, Narkiewicz,
Redon, Zanchetti, Bohm, et al., 2013).
Tabel I. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH dan ESC (Mancia, et al., 2013)
Kategori Sistolik (mmHg) Keterangan Diastolik (mmHg)
Optimal <120 dan <80 Normal 120-129 dan/atau 80-84 Normal Kategori
Gambar 1. Patofisiologi hipertensi Price and Wilson, 2005
Angiotensin II
ACE
Angiotensin I
Renin
Meningkatnya sekresi hormon
ADH dan rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal
Urin sedikit : pekat dan osmolitasnya
Menurunkan ekskresi NaCl dengan mereabsorsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan
Peningkatan konsentrasi NaCl di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler
Volume darah naik dan
menyebabkan tekanan darah naik
Diencerkan dengan cara meningkatkan volume ekstraseluler
Volume darah meningkat dan menyebabkan tekanan darah
Mekanisme terjadinya hipertensi yaitu melalui terbentuknya angiotensin II
dari angoitensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memiliki
peran dalam pengaturan tekanan darah, angiotensinogen diproduksi hati. Hormon
renin yang diproduksi ginjal akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin
I. ACE yang ada di paru-paru, mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II
yang dapat menaikkan tekanan darah melalui dua aksi (Price and Wilson, 2005).
Meningkatnya sekresi hormon anti diuretik (ADH yang diproduksi oleh
hipotalamus yaitu kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal yang mengatur
osmolalitas serta volume urin) dan menimbulkan rasa haus. Peningkatan ADH
menyebabkan urin yang diekskresikan ke luar tubuh sedikit sehingga osmolitasnya
menjadi tinggi dan pekat. Tingginya osmolitas dan pekat urin dapat diencerkan
dengan cara peningkatan volume cairan ekstraseluler dengan menarik cairan pada
bagian intraseluler. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor sosio
demografi dan faktor risiko kesehatan (Price and Wilson, 2005).
B. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi memiliki korelasi signifikan dengan usia, aktivitas
fisik, body mass index (BMI), dan pola hidup (Sharma, et al., 2006). Hipertensi dan
BMI ada hubungan yang bermakna ditunjukan dengan nilai signifikan pada uji
statistik p<0,05 (Chataut, Adhikari, and Sinha, 2011). Berikut beberapa faktor yang
1. Umur
Faktor umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi, pada usia lanjut
terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpati serta penurunan
sensitivitas pada fungsi fisiologis. Pertambahan usia menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah (Kumar, Abbas, and Fausto, 2005). Menurut survei
tahun 2002, diperoleh angka prevalensi penyakit hipertensi tanpa pengobatan di
Indonesia adalah 37,32% dari populasi dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun
yang berasal dari berbagai pulau besar di Indonesia (Setiati and Sutrisna, 2005).
Pasien usia ≥60 tahun, 50–60% memiliki tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90mmHg (Wahdah, 2011). Pada usia 45 tahun ke atas, dinding
arteri mengalami penebalan akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Hal ini
disebabkan karena pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) mengalami
gangguan dengan pertambahan usia yang semakin tua, sehingga banyak zat kapur
yang ada di dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi kental
dan peningkatan tekanan darah. Endapan kalsium pada pembuluh darah
(arteriosclerosis), menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga aliran
darah terganggu hal ini yang memacu adanya peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan karena adanya penurunan
kelenturan pembuluh darah besar (arteri). Penurunan elastisitas arteri dan
di jaringan tercukupi maka jantung memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan
darah meningkat. Penurunan fungsi fisiologis menyebabkan sensitivitas kerja
organ berkurang sehingga aliran darah keginjal dan laju glomerulus terjadi
penurunan (Kumar, et al., 2005).
2. Jenis kelamin
Perempuan lebih banyak memiliki potensi menderita hipertensi dibanding
dengan pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita
sebelum terjadi menopouse. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
prevalensi terjadinya hipertensi pada laki-laki dan perempuan, lebih banyak pada
perempuan. Perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Sebelum menopause perempuan dilindungi dengan hormon estrogen
yang memiliki peranan dalam peningkatan kadar HDL. Peningkatan HDL dapat
sebagai faktor pelindung pencegah terjadinya aterosklerosis. Pada saat perempuan
premenopause mulai mengalami penurunan adanya hormon estrogen yang
memberikan perlindungan pada pembuluh darah (Kumar, et al., 2005).
3. BMI
Makan berlebihan dapat menyebabkan obesitas. Obesitas lebih cepat terjadi
dengan pola hidup yang pasif (kurang olahraga). Berat badan yang mencapai
indeks massa tubuh ≥25 (berat badan (kg)) dibagi kuadrat tinggi badan (m) disebut
kegemukan. Obesitas merupakan faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi.
(Wahdah, 2011). Orang dengan obesitas memiliki tahanan perifer berkurang dan
aktivitas saraf simpatis meningkat serta aktivitas renin plasma yang rendah
(Suyono dan Slamet, 2001).
Obesitas memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah. Obesitas
dihubungkan dengan adanya pertambahan jaringan lemak dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat
makanan ke organ tubuh. Adanya pertambahan jaringan lemak yang berlebihan
dapat menyempitkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan
terjadi peningkatan tekanan darah (Chataut, et al., 2011).
4. Pola makan (asupan garam dan komsumsi makanan berlemak)
Komsumsi garam yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Pada kondisi ini maka akan diikuti oleh
peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik atau biasa disebut sitem pendarahan) yang normal. Pada keadaan
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu (Radecki, 2000).
Garam menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar sehingga menyebabkan peningkatan
volume dan tekanan darah. Asupan garam 3 g atau kurang ditemukan tekanan
darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 g tekanan darahnya
rata-rata lebih tinggi. Asupan garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari
sodium yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) yaitu
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 g sodium atau 6 g garam) perhari.
Aldosteron dapat mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara absorpsi dari
tubulus ginjal (Wahdah, 2011).
Mengkonsumsi makanan berlemak yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya obesitas. Obesitas akan menyebabkan peningkatan frekuensi denyut
jantung dan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat
menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu,
seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain (Kumar, et al., 2005).
5. Aktivitas fisik (olahraga)
Olahraga dihubungkan dengan faktor obesitas, pada umumnya orang yang
jarang olahraga memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami obesitas. Orang yang
tidak aktif memiliki kecenderungan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantung akan bekerja lebih keras setiap kali kontraksi. Jantung yang
bekerja lebih keras akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah
(Kumar, et al., 2005).
Stamford pada penelitiannya mengatakan bahwa olahraga, memiliki
kemampuan untuk menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada tekanan
darah tinggi tingkat ringan. Aerobic menimbulkan efek seperti beta blocker yang
dapat menenangkan sistem saraf simpatis dan melambatkan denyut jantung.
hormon-hormon lain yang menyebabkan stress dapat memicu terjadinya penyempitan
pembuluh darah dan menaikkan tekanan darah (Sadoso, 1995).
Aerobic memilik manfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi pada saat melakukan aerobic dan ketika
istirahat tekanan darah akan mengalami penurunan. Penurunan tekanan darah ini
disebabkan karena pembuluh darah mengalami pelebaran, relaksasi dan terjadinya
penurunan aktivitas memompa jantung ketika beristirahat. Olahraga memiliki
kemampuan menurunkan tahanan perifer dan menurunkan denyut jantung
sehingga menurunkan cardiac output dan menurunkan tekanan darah (Syatria,
2006).
6. Kebiasaan merokok
Merokok merupakan faktor penyebab peningkatan tekanan darah tinggi
karena dalam tembakau ada kandungan nikotin. Kebiasaan merokok lebih dari 1
bungkus memiliki risiko hipertensi 2 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok (Wahdah, 2011). Kandungan nikotin pada rokok menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Zat nikotin yang diserap oleh pembuluh darah di
dalam paru-paru dan diedarkan keseluruh aliran darah di tubuh, sampai ke otak.
Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan cara memberi sinyal pada kelenjar
adrenal agar melepaskan epinefrin (adrenalin). Penyempitan pembuluh darah,
reaksi antara nikotin dan otak yang merangsang pelepasan adrenalin. Karbon
monoksida (CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari
kemampuan menarik oksigen, menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah
pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya (Sheps and Sheldon, 2005).
7. Mengkonsumsi alkohol.
Responden dengan riwayat mengkonsumsi alkohol memiliki risiko
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki
riwayat mengkonsumsi alkohol (Wang, et al., 2006). Komsumsi alkohol dapat
meningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah yang memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah. Minuman beralkohol dalam jangka panjang
dapat merusak jantung dan organ-organ lainnya sehingga dapat menggangu sistem
kerja organ-organ pada tubuh (Suyono dan Slamet, 2001).
8. Penyakit penyerta
Tabel II. Komplikasi hipertensi (Hoeymans, Smit, Verkleij, and Kromhout, 1999)
No Sistem Organ Komplikasi
1 Jantung Infark miokard Angina pectoris
Gagal jantung kongestif
2 Sistem saraf pusat Stroke
Ensefalopati hipertensif
3 Ginjal Gagal ginjal kronis
4 Mata Retinopati hipertensif
5 Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Stroke dapat terjadi karena tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke
koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk tronbus yang menghambat aliran darah pada pembuluh darah.
Gagal ginjal terjadi karena kegagalan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Ensefalopati dapat terjadi pada hipertensi maligna, tekanan yang
sangat tinggi menyebabkan kelainan kapiler yang mendorong cairan ke ruang
intertistial di seluruh susunan syaraf pusat. Hipertensi dapat disebabkan karena
gangguan pada ginjal, endokrin, gangguan genetik pada fungsi renal tubular, dan
lainnya seperti kehamilan, induksi obat, sleep apnoea. Cidera di kepala atau
pendarahan di otak yang berat dan tumor atau sebagai reaksi pembedahan dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
disebabkan berbagai macam faktor, terkait dengan gangguan kardiovaskular,
dyslipidemia dan diabetes mellitus (Ng, Stanley, and Williams, 2010).
C. Teori Rule of Halves
Gambar 2. Teori Rule of Halves menggunakan nilai setengah (Deepa, et al., 2003)
Kesadaran masyarakat di Indonesia dalam pengontrolan tekanan darah masih
rendah. Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya mencapai 50% lebih rendah
dibandingkan dengan Amerika. Angka kesadaran hipertensi Amerika mencapai 69%.
Data tersebut menunjukkan kurang dari 10% yang tekanan darah terkontrol dengan
baik (Bustan, 1997). The Rule of halves dapat digunakan dalam penelitian bidang
hipertensi (Hooker, Cowab, and Freeman, 1999). The Rule of halves merupakan teori
yang menyajikan median dalam statistik terdapat cakupan populasi setengah dari
populasi pasien tidak diketahui oleh pelayanan kesehatan (belum terdiagnosis),
setengah dari populasi hipertensi yang tidak menerima terapi (pengobatan) dan
setengah dari mereka diperlakukan (terapi), setengah dari pasien yang terapi sampai
kontrol, tidak sampai kontrol (Deepa, et al., 2003).
D.Penatalaksanaan Hipertensi 1. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi :
a. Target tekanan darah <140/90mmHg, untuk individu berisiko tinggi seperti
diabetes mellitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80mmHg.
b. Penurunan morbiditas, mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit
ginjal.
c. Tekanan darah sistolik merupakan indikasi yang baik untuk risiko
kardiovaskuler dari pada tekanan darah diastolik dan seharusnya dijadikan
tanda klinik primer dalam mengontrol hipertensi (Sukandar, dkk., 2008).
2. Terapi farmakologi
Obat antihipertensi untuk mengobati hipertensi dan yang memiliki risiko
tinggi terkena penyakit kardiovaskular serta memiliki risiko terkena stroke
golongan Diuretik, Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor seperti
Captopril®, Angiotensin Reseptor Bloker (ARB atau AIIRA) seperti, Calcium
Chanel Bloker (CCB), dan golongan obat lainnya. Obat hipertensi dapat diberikan
dengan kombinasi (Purwanto, 2008).
Diuretik mekanisme kerjanya menurunkan tekanan darah dengan
menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume (SV)
berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung cardiac output (CO)
dan tekanan darah. ACE membatu produksi angiotensin II yang memiliki peran
dalam regulasi tekanan darah arteri. Inhibitor ACE (ACE-I) mencegah perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor potensial dan stimulus
sekresi aldosteron). ACE-I juga dapat mencegah degradasi bradikinin dan
menstimulasi sintesis senyawa vasodilator termasuk prostaglandin E2 ARB
mekanisme kerjanya menahan langsung reseptor angiotensin tipe 1 (AT1) reseptor
yang menghubungkan efek angiotensin II (vasokontriksi, pelepasan aldosterone,
aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan kontriksi arteriol eferen
glomerulus) (Wells, et al., 2009).
β-Bloker mekanisme kerjanya menurunkan curah jantung melalui
kronotropik negatif dan efek inotropik jantung serta inhibisi pelepasan renin dari
ginjal. CCB mekanisme kerjanya menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos
dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan (voltage
sensitive), sehingga dapat mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam
sel. Relaksasi otot polos vascular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan
dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridin dapat
menyebabkan aktifitas reflex simpatetik dan semua golongan obat ini (kecuali
3. Terapi Non Farmakologi
Perubahan gaya hidup direkomendasi JNC VII agar mencegah dan
mengendalikan hipertensi, subyek diharapkan menurunkan berat badan kisaran
normal yakni BMI berkisar 18,5-24,9kg/m2. Mengatur pola makan sesuai anjuran
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), untuk mengkonsumsi buah,
sayuran yang cukup serta susu rendah lemak. Mengurangi asupan natrium, asupan
natrium perhari harus dibatasi kurang dari atau sama dengan 100 mEq (2,4 g
natrium atau 6 g natrium klorida). Melakukan aktivitas fisik (olahraga),
mengurangi kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok (Straka, 2008).
E. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri,
tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik
sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah.
Organ jantung dan pembuluh darah memiliki peran penting pada proses ini, jantung
berfungsi sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan
darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang
kuat. Pengukuran tekanan darah diukur pada posisi duduk pada lengan kanan sedikit
flexi posisinya, lengan baju dinaikkan, kemudian dipasang manset yang lebarnya
dapat melingkar sekurang-kurangnya 2/3 panjang lengan atas dan tidak menempel
1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah :
a. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi duduk atau berbaring
(posisi lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai).
b. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang
agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya
relatif kecil.
c. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang
bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah
yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka
yang lebih tinggi. Merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah
sedikit naik.
d. Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang
harus melingkari 80% lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan
atas (Lany, 2005).
F. Landasan Teori
Tekanan darah merupakan desakan darah terhadap dinding-dinding arteri
ketika darah dipompa dari jantung menuju jaringan. Hipertensi merupakan suatu
keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten melebihi batas normal
dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, hipertrofi vertikel dan gagal
ginjal (Departemen Kesehatan, 2012). Berdasarkan ESH dan ESC hipertensi yaitu
≥90mmHg secara berkala dalam keadaan istirahat (Mancia, et al., 2013). Hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, jenis kelamin, BMI, pola
makan (konsumsi garam dan komsumsi makanan berlemak), aktivitas fisik
(olahraga), kebiasaan merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta (Rahajeng
dan Tuminah, 2009). Tekanan darah seseorang dapat dikatakan normal apabila
tekanan darah sistolik tidak melebihi 140mmHg dan tekanan darah diastolik tidak
melebihi 90mmHg dalam keadaan sedang istirahat (Departemen Kesehatan RI, 2012)
Usia merupakan salah satu faktor risiko dari hipertensi. Daya tahan tubuh
akan semakin menurun dengan bertambahnya usia, tetapi penurunan daya tahan tubuh
ini dapat berkurang apabila seseorang berolahraga secara teratur. Pada usia 45 tahun
secara fisiologis tubuh mulai mengalami penurunan fungsi organ (Kumar, et al.,
2005). Aktifitas fisik (olahraga) memiliki pengaruh pada semua komponen kesegaran
jasmani, latihan fisik dapat dilakukan dengan melakukan aerobic. Aerobic secara
teratur dapat mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan
mempengaruhi adanya lemak di dalam tubuh dan dapat mengurangi obesitas pada
seseorang (Sugiharto, 2007). Laki-laki perokok memiliki risiko lebih besar terkena
hipertensi. Rokok mengandung nikotin yang dapat diserap oleh tubuh sampai keotak.
Otak akan bereaksi terhadap zat nikotin dengan memberikan sinyal pada kelenjar
adrenal agar melepaskan epinefrin (adrenalin). Penyempitan pembuluh darah
menyebabkan peningkatan kerja jantung sehingga tekanan darah meningkat hal ini
Hal ini juga didukung dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Penyakit penyerta
menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu penyakit yang berhubungan dengan
kerja kardiovaskular (Sheps and Sheldon, 2005). Masyarakat yang akan diteliti yaitu
masyarakat di Padukuhan Jragung.
Hasil wawancara dengan kepala dukuh berdasarkan data pengobatan yang
pernah dilakukan di Padukuhan Jragung menunjukkan prevalensi hipertensi cukup
tinggi. Populasi di padukuhan Jragung dengan usia ≥40 tahun berjumlah 386 orang.
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran
responden terhadap hipertensi, dan terapi pengendalian tekanan darah serta
melakukan evaluasi terhadap pengaruh faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan
terkait asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik (olahraga),
aktivitas merokok, komsumsi alkohol dan penyakit penyerta) terhadap prevalensi,
kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada masyarakat di Padukuhan
Jragung Kabupaten Sleman.
G. Hipotesis
Ada perbedaan dari faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan terkait asupan
garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik (olahraga), aktivitas
merokok, komsumsi alkohol dan penyakit penyerta) terhadap prevalensi, kesadaran,
27 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan survei farmakoepidemiologi dengan jenis
penelitian observasional analitik. Survei farmakoepidemilogi merupakan studi
tentang penggunaan dan efek obat dalam suatu populasi. Jenis penelitian
observasional yaitu suatu penelitian yang tidak melakukan intervensi pada subyek
penelitian. Data yang diperoleh dari jenis penelitian observasional murni berupa data
dari subyek penelitian dihasilkan tanpa dilakukan intervensi (Brian and Stephen,
2006). Penelitian ini dilakukan wawancara secara langsung dengan subyek penelitian
untuk menggali informasi terkait variabel-variabel yang akan digunakan untuk
dianalisis. Selain itu, dilakukan juga pengukuran tekanan darah, berat badan serta
tinggi badan untuk mengetahui tekanan darah responden dan menghitung BMI. Data
yang diperoleh pada penelitian ini murni dari subyek uji secara langsung dan tanpa
melakukan intervensi pada subyek penelitian.
Jenis observasional analitik merupakan penelitian yang mencari hubungan
antara variabel dengan cara melakukan suatu analisis pada data yang diperoleh dalam
populasi. Desain observasional adalah cross sectional (potong lintang) yaitu peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu serta variabel bebas
dan tergantung diukur pada satu titik. Setiap subyek penelitian hanya dilakukan
Penelitian cross sectional tidak perlu dilakukan pemeriksaan atau pengukuran yang
sifatnya berulang pada waktu yang berbeda cukup dalam satu waktu yang sama.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, pola makan (asupan garam dan
komsumsi makanan berlemak.), aktivitas fisik (olahraga), kebiasaan merokok,
komsumsi alkohol dan penyakit penyerta.
2. Variabel tergantung
Tekanan darah (mmHg), Prevalensi, Kesadaran dan Terapi hipertensi.
3. Variabel pengacau terkendali
Usia, jenis kelamin.
4. Variabel pengacau tak terkendali
Aktivitas selain olahraga, lifestyle (gaya hidup), dan terapi lain yang
dilakukan (di luar terapi hipertensi).
C. Definisi Operasional
Tabel III. Definisi operasional, kategori, dan cara pengukuran
Tabel III. Lanjutan
No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara Pengukuran 2 Hipertensi Peningkatan tekanan
darah secara
Tabel III. Lanjutan
No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara Pengukuran
6 Usia Usia responden yang
Tabel III. Lanjutan
Tabel III. Lanjutan
No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara Pengukuran 12 Komsumsi
Berdasarkan profil di Padukuhan Jragung terdapat ± 386 orang yang berusia
≥40 tahun. Berdasarkan laporan dari Kepala Dukuh yang mengacu pada data
pengobatan gratis setempat bahwa masyarakat di Padukuhan Jragung banyak yang
menderita hipertensi. Di Padukuhan Jragung belum pernah ada yang melakukan
penelitian observasional dengan responden penyandang hipertensi. Responden dalam
penelitian ini adalah penduduk di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman yang
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Padukuhan Jragung yang terletak di Kelurahan
Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Padukuhan Jragung
terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05 dan RT 06. Lokasi di Padukuhan
Jragung masih sejuk dan sangat terlihat perdesaan alaminya. Jarak antara Padukuhan
Jragung untuk menuju ke kota ± 15 km yang dapat ditempuh selama ±30 menit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan secara cross-sectional rentang
waktu Mei-Juni waktu pengambilan data.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014 yang berjudul Prevalensi, Kesadaran, dan
Terapi Responden Hipertensi di Kabupaten Sleman (Kajian Faktor Risiko Kesehatan
dan Faktor Sosio-Ekonomi). Penelitian ini dilakukan berkelompok yang berjumlah
sebanyak 12 orang. Berdasarkan Gambar 4 menunjukan bahwa ruang lingkup
penelitian payung Sanata Dharma di Padukuhan Jragung, Kadirojo II, Sembir,
Krodan, Blambangan, dan Sambisari, pada masing-masing padukuhan terkait faktor
risiko kesehatan dan sosio-ekonomi.
Ruang lingkup penelitian peneliti dengan judul Prevalensi, Kesadaran, dan
Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman,
Yogyakarta (Kajian Faktor Risiko Kesehatan) berada di Padukuhan Jragung,
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara
non-random dengan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling, merupakan teknik pengambilan sampel yang
menggunakan unsur-unsur purposive (sengaja) sesuai dengan kriteria-kriteria
penelitian yang sudah ditetapkan peneliti. Syarat-syarat menentukan sampel pada
purposive sampling yaitu:
1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan di dalam studi pendahuluan.
2. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri/sifat-sifat/karakteristik tertentu.
3. Merupakan ciri-ciri pokok populasi serta subyek yang diambil sebagai sampel
benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang
terdapat pada populasi (Gilbert and Churchill, 2001)
Gambar 5. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling
Populasi 653 Orang
Populasi ≥40 th 386 Orang
Responden Terapi
58 Orang Responden penelitian
244 Orang
Responden yang ditetapkan berusia ≥40 tahun. Responden diambil dengan
teknik purposive sampling secara non-random diperoleh sebanyak 244 orang dari
total populasi dengan usia ≥40 tahun berjumlah 386 orang. Responden penelitian
sebanyak 244 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dengan
kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Bersedia menjadi responden dengan informed consent. Responden bersedia
mengisi informed consent yang sudah disediakan oleh peneliti dan bersedia
menandatanginya sebagai tanda bukti kebersediaan responden untuk terlibat
dalam penelitian dan ketersediaan untuk diambil data sesuai dengan apa yang
diperlukan peneliti.
b. Umur ≥40 Tahun. Responden yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah
responden dengan usia ≥40 tahun. Dan merupakan warga Padukuhan Jragung,
Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Responden yang digunakan yaitu
merupakan responden yang bertempat tinggal di Padukuhan Jragung, Jogotirto,
Berbah, Sleman, Yogyakarta.
2. Kriteria Ekslusi
a. Calon responden tidak bersedia mengisi informed consent secara lengkap.
b. Responden belum menyelesaikan tahapan dari peneliti dengan urutan
pengisian informed consent, pengukuran tekanan darah, BB, tinggi badan
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian adalah Case Report Form (CRF)
yang dibuat oleh peneliti, alat pengukur tinggi badan, timbangan berat badan,
sphygmomanometer digital. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan
berfungsi untuk mengukur body mass index (BMI). Pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer digital.
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari padukuhan untuk diteliti dengan
prevalensi penyandang hipertensi yang tinggi. Data diperoleh dari pelayanan
kesehatan terdekat/pengobatan yang diselenggarakan di padukuhan tersebut.
2. Permohonan ijin dan kerjasama
Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Jragung, Kabupaten
Sleman. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance dengan No KE/FK/579/EC
Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan
tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.
3. Pembuatan informed consent
Informed consent untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik
Mada Yogyakarta. Responden diminta mengisi nama, alamat, usia dan
menandatanganinya.
4. Seleksi responden
Subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin kepala Dukuh Jragung
Kabupaten Sleman. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai kegunaan dan
tujuan penelitian kepada calon responden. Responden diminta untuk mengisi
nama, alamat, usia dan tanda tangan. Warga Pandukuhan Jragung yang bersedia
menjadi responden akan diukur tekanan darahnya dan diwancara terkait data yang
dibutuhkan berdasarkan CRF.
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2012,
instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan dengan
nilai CV (coefficient of variation) ≤5%. Penelitian ini nilai CV dilakukan dengan
perbandingan alat tensi peneliti dengan tensi yang sudah divalidasi milik Rumah
Sakit. Untuk melihat realibel dilakukan percobaan dengan cara melakukan tensi
pada 3 orang masing-masing sebanyak 5 kali, dengan jarak waktu 10 menit setiap
kali pengukuran.
6. Pengukuran tekanan darah
Penelitian ini menggunakan alat Digital Sphygmomanometer (pengukur
tekanan darah), timbangan berat badan injak (kg) dan microtoise (pengukur tinggi
meningkatkan keamanan dan keakurasian informasi hasil pengukuran yang
dilakukan peneliti pada pasien menggunakan peralatan kesehatan. Pengukuran
tekanan darah meliputi tekanan darah sistolik dan diastolik. Pengukuran
antropometri pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan. Pengukuran
tekanan darah diukur pada posisi duduk pada lengan kanan sedikit flexi posisinya,
lengan baju dinaikkan, kemudian dipasang manset yang lebarnya dapat melingkar
sekurang-kurangnya 2/3 panjang lengan atas dan tidak menempel baju.
Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut dengan interval 2 menit. Apabila
terdapat selisih tekanan darah >10 mmHg pada pengukuran ke 1 dan ke 2 baik
pada sistolik atau pada diastolik, lakukan pengukuran ke-3 (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Pengukuran tekanan darah responden penelitian yang telah menanda tangani
informed consent, dilakukan pengukuran tekanan darah pada bagian lengan kiri
atas dan posisi duduk tegak (apabila pasien tidak bisa duduk atau perlu perlakuan
khusus dapat dilakukan pengukuran tekanan darah dengan cara berbaring).
Pengukuran tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer digital.
Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut, agar dapat menentukan tekanan darah
yang spesifik (Departemen Kesehatan RI, 2007).
7. Penjelasan hasil pemeriksaan
Peneliti dapat memberikan penjelasan kepada responden terkait hasil
informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan diolah
sebagai data analisis.
8. Pengelompokan data
Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, meliputi
penyusunan dan penggolongan dalam kategori-kategori kemudian dilakukan
interpretasi data. Data hasil pengukuran dan wawancara secara langsung dengan
responden penelitian akan dikumpulkan/direkam di dalam CRF kemudian
dipindahkan ke file Microsoft Excel.
Gambar 6. Prosedur kerja responden di Padukuhan Jragung Observasi
awal
Permohonan ijin dan kerjasama diajukkan kepada
J. Perumusan Hipotesis
Gambar 7. Hubungan perbedaan antara faktor risiko kesehatan dengan prevalensi,
kesadaran, terapi hipertensi
Faktor Risiko Hipertensi
Ho : P1 ≤ P2
H1,2 : P1>P2 ; α<0.05
P1: Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden, merokok;
alkohol; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan asupan garam dan
komsumsi makanan berlemak; BMI≥25 kg/m2; adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan kardiovaskular.
P2: Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang tidak
merokok; tidak komsumsi alkohol; berolahraga; mengatur pola makan yaitu
asupan garam dan tidak komsumsi makanan berlemak; BMI<25 kg/m2; tidak