• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS

TETET CAHYATI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Seni Rupa

Oleh

Agung Tri Wibowo

1005657

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI” ini berserta isinya sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko /sanksi apabila dikemudikan hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 10 Februari 2015 Yang membuat pernyataan

(3)

AGUNG TRI WIBOWO

1005657

“ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI” Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing

Pembimbing I

Dr, H. Nanang Ganda Prawira, M.Sn. NIP. 196202071987031002

Pembimbing II

Dewi M. Sya Bani, S.Pd, M.Ds. NIP. 197807222005012002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Agung Tri Wibowo

ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI Disetujui dan Disahkan oleh Penguji

Penguji I

Dr. Tri Karyono, M. Sn. NIP. 196611071994021001

Penguji II

Drs. Hery Santosa, M.Sn. NIP. 196506181992031003

Penguji III

(5)

ABSTRAK

ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI

Agung Tri Wibowo-1005657

Karya lukis Tetet Cahyati bertema Bandung merupakan karya lukis ekspresisme-abstrak yang berwujud non-figuratif. Lukisan beliau merupakan hasil transvisual puisi-puisinya yang bertema Bandung. Kreasi beliau dalam mengolah puisi menjadi lukis mengantarkan beliau mendapatkan penghargaan MURI sebagai

“Seniwati Multimedia terhadap Satu Tema yang mendorong penulis melakukan

penelitian yang dirangkum ke dalam skripsi yang berjudul “Analisis Estetik dan

Makna Karya Lukis Tetet Cahyati”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif yang disesuaikan dengan kajian penelitian yang banyak memerlukan data berupa lisan, dokumen, dan foto dari obyek lukisan Tetet Cahyati. Landasan teoritik yang digunakan adalah teori seni rupa, lukis, estetika, semiotika dan stuktur bangun puisi. Penulis meneliti visualisasi, nilai estetik, dan makna yang terkandung dalam enam lukisan yang mewakili lukisan Tetet Cahyati yang bertema Bandung. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karya lukis Tetet Cahyati merupakan visualisasi dari tanda-tanda verbal yang terdapat pada puisi secara simbolis. Nilai estetik yang diperlihatkan Tetet Cahyati dalam karya lukisnya adalah beliau selalu konsisten menciptakan karya lukis ekspresionisme-abstrak yang memiliki ciri khas menggunakan warna merah dan hitam dan teradapat bentuk bulat di setiap lukisanya. Selain itu Tetet Cahyati mampu menghadirkan bentuk-bentuk dan warna yang mewakili pemikiran beliau secara simbolis. Makna yang dihadirkan dari kesebelas karya beliau cukup beragam mulai dari romantika, nasionalisme, maupun kehidupan sosial.

(6)

ABSTRACT

Analysis of Aesthetic and Meaning Tetet Cahyati’s Painting

Agung Tri Wibowo-1005657

Tetet Cahyati paintings themed Bandung is expressionism-abstract paintings in non-figurative form. Her paintings are the result transvisual from her poems that themed Bandung. Her creations lead her to got MURI award as "Artist Multimedia to One theme " which encourages authors conducted a study

summarized in the thesis entitled “Analysis of Aesthetics and Meaning Tetet Cahyati’s Painting ". The method used in this research is descriptive qualitative adapted to many research studies require data in the form of verbal, documents,

and photos of Tetet Cahyati’s painting objects. Theoretical base that is used is the

theory of art, painting, aesthetics, semiotics and poetry wake structure. The author examines the visualization, aesthetic value and meaning contained in the six paintings representing Tetet Cahyati painting. From these results it can be concluded that the painting Tetet Cahyati a visualization of verbal signs contained in the symbolic poetry. Aesthetic value Tetet Cahyati shown in her paintings is that she consistently create expressionism-abstract paintings which has a typical use red and black colors, and had round shape in each paintings. Additionally Tetet Cahyati able to present the forms and colors that represent symbolically her thinking. Meaning of the eleventh paintings presented her work is quite diverse ranging from romance, nationalism, and social life.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

BAB I ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 3

C. TUJUAN PENELITIAN ... 4

D. MANFAAT PENELITIAN ... 4

E. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

F. METODE PENELITIAN ... 5

G. SISTEMATIKA PENELITIAN ... 6

BAB II ... 8

(8)

a. Seni Lukis Abstrak ... 31

b. Sejarah Seni Lukis ... 32

c. Alat dan Bahan Melukis ... 36

C. ESTETIKA ... 43

D. SEMIOTIKA ... 46

a. Penanda dan Petanda ... 48

b. Bentuk (Form) dan Isi (Content) ... 49

c. Bahasa (Langue) dan Ujaran (Parole) ... 50

d. Sinkronis (Synchronic) dan Diakronis (Diachronic) ... 52

e. Sintagma (Syntagmatic) dan Paradigma (Paradigmatic) ... 53

E. STRUKTUR PUISI ... 54

BAB III ... 57

A. METODE PENELITIAN ... 57

B. LOKASI PENELITIAN ... 57

C. INSTRUMEN PENELITIAN ... 59

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 60

E. PENDEKATAN PENELITIAN ... 62

a. Pendekatan Formalisme ... 62

b. Pendekatan Ekspresivisme ... 63

c. Pendekatan Instrumentalisme ... 63

(9)

F. PROSEDUR DAN TAHAP PENELITIAN ... 63

BAB IV ... 65

A. BIOGRAFI SINGKAT TETET CAHYATI ... 65

B. PENELITIAN KARYA LUKIS TETET CAHYATI ... 68

a. Cahaya Jiwa ... 70

b. Sepanjang masa ... 76

c. The Living Energy ... 81

d. Nyanyian Anak Pertiwi ... 86

e. Bandung ... 91

f. The Spirit of Growth ... 96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. SIMPULAN ... 101

B. SARAN ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(10)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

2.1 Hasil Pencampuran Warna Primer ... 19

2.2 Pemaknaan Warna Berdasarkan Budaya Indonesia ... 22

2.3 Kajian langue dan parole pada obyek desain ... 51

2.4 Model Kajian Semiotik berdasarkan Paradigma dan Sintagma ... 53

3.1 Unit Analisis Penelitian ... 58

3.2 Instrumen Penelitian ... 59

3.3 Jadwal Kegiatan Pengamatan Karya Lukis Tetet Cahyati ... 61

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman

2.1 Macam-macam Garis ... 10

2.2 Garis Berdasarkan Arahnya ...11

2.3 Contoh-contoh Bentuk ... 12

2.4 Contoh Stilasi ...13

2.5 Contoh Distorsi ...13

2.6 Contoh Transformasi ...14

2.7 Contoh Disformasi ...15

2.8 Contoh-contoh Tekstur ...16

2.9 Roda Warna ...18

2.10 Hasil Pencampuran Warna Primer, Sekunder, dan Tersier ...19

2.11 Contoh Warna Analog ...20

2.12 Contoh Warna Komplementer ...20

2.13 Contoh Warna Hampir Kontras ...21

2.14 Contoh Warna Triad ...21

2.15 Contoh Unsur Rupa Beda Dekat atau Harmoni ...24

2.16 Contoh Kontras Berdasarkan Perbedaan Ukuran dan Bentuk ...24

2.17 Contoh Repetisi ...25

2.18 Contoh Gradasi Berdasarkan Ukuran ...26

2.19 Contoh Kesatuan Bentuk berdasarkan Kesamaan Bentuk dan Warna...27

2.20 Contoh Keseimbangan ...27

2.21 Contoh Emphasis dengan Membedakan Bentuk, Ukuran, dan Tata Letak ...28

2.22 Contoh Proporsi dengan Mengulang Bentuk Persegi ...29

2.23 S. Sudjojono: ‘Pertemuan di Tjikampek yang Bersedjarah’,1964. Cat Minya di atas Kanvas 104 x 154 cm ...33

(12)

2.25 Fadjar Sidik: ‘Dinamika Keruangan’, 1969. Cat minyak di atas

Kanvas 94 x 64 cm ...35

2.26 Affandi: ‘Barong Bali’ ...35

2.27 Popo Iskandar: ‘Kucing Hitam’, 1976. Kanvas. Koleksi Ditjen Kebudayaan ...36

2.28 Contoh Kanvas yang Sudah Diregangkan ...37

2.29 Contoh Cat Minyak ...38

2.30 Contoh Perbedaan Kuas berdasarkan Ukuran ...39

2.31 Perbedaan Kuas Bulu Babi dengan Bulu Sintetis dan Bulu Musang...40

2.32 Contoh-contoh Pisau Palet ...41

2.33 Contoh Ezel ... ...42

2.34 Contoh Palet untuk Cat Minyak ...43

3.1 Peta Lokasi Sanggar Seni “Tirtasari” ...58

4.1 Foto Tetet Cahyati ... ...65

4.2 Tetet Cahyati bersama Model pada Pembukaan Pameran Lukisanya di Hotel “Jayakarta” Bandung ...66

4.3 Foto Penghargaan Tetet Cahyati sebagai Seniwati Multi-Media terhadap Satu Tema ...68

4.4 Puisi dan Lukisan “Cahaya Jiwa” ...70

4.5 Lukisan “Cahaya Jiwa” ...71

4.6 Keterangan Prinsip Kesatuan pada Lukisan “Cahaya Jiwa” ...72

4.7 Keterangan Bentuk pada Lukisan “Cahaya Jiwa” ...73

4.8 Arah Gerak Bentuk pada Lukisan “Cahaya Jiwa” ...73

4.9 Hubungan antara Makna Tanda Verbal dengan Tanda Visual Lukisan “Cahaya Jiwa” ...75

4.10 Puisi dan Lukisan “Sepanjang Masa” ...76

4.11 Lukisan “Sepanjang Masa” ...77

4.12 Kesatuan dan Irama Warna pada Lukisan “Sepanjang Masa” ...77

4.13 Arah Gerak Bentuk Lukisan “Sepanjang Masa” ...78

(13)

4.15 Puisi dan Lukisan “The Living Energy” ...81

4.16 Lukisan “The Living Energy” ...82

4.17 Bentuk-bentuk pada Lukisan “The Living Energy” ...83

4.18 Hubungan antara Makna Tanda Verbal dengan Tanda Visual Lukisan “The Living Energy” ...86

4.19 Puisi dan Lukisan “Nyanyian Anak Pertiwi” ...86

4.20 Lukisan “Nyanyian Anak Pertiwi” ...88

4.21 Prinsip Kesatuan pada Lukisan “Nyanyian Anak Pertiwi” ...88

4.22 Hubungan antara Makna Tanda Verbal dengan Tanda Visual Lukisan “Nyanyian Anak pertiwi” ...90

4.23 Puisi dan Lukisan “Bandung” ...91

4.24 Lukisan “Bandung” ...92

4.25 Prinsip Kesatuan dan Irama Warna pada Lukisan “Bandung” ...92

4.26 Garis Nyata pada Lukisan “Bandung” ...93

4.27 Bentuk-bentuk pada Lukisan “Bandung” ...92

4.28 Hubungan antara Mana Tanda Verbal dengan Tanda Visual Lukisan “Bandung” ...95

4.29 Puisi dan Lukisan “The Spirit og Growth” ...96

4.30 Lukisan “The Spirit of Growth” ...97

4.31 Bentuk-bentuk pada Lukisan “The Spirit of Growth” ...97

4.32 Unsur Tekstur pada Lukisan “The Spirit of Growth” ...98

(14)

DAFTAR DIAGRAM

Nama Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran ... ...6

2.1 Tingkat Tanggapan atau Pengamatan Estetika ...45

2.2 Hubungan antara Seniman, Subject Matter, Karya dan Makna ...46

2.3 Model Kajian Estetik pada Karya Seni Rupa ...46

2.4 Penanda dan Petanda dalam Pikiran Seseorang Menjadi Simbolisasi yang Utuh ...49

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya manusia hidup di dunia harus memenuhi lima kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Hal tersebut harus dipenuhi untuk menunjang kesejahteraan dan kualitas hidup seorang manusia (Maslow dalam Lianto, 1984 hlm. 39). Semua

kebutuhan tersebut dapat diperoleh dari berbagai bidang berbeda, tergantung keahlian setiap pribadi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri salah satunya dengan cara berkesenian, karena dalam berkesenian setiap orang merdeka akan dirinya sehingga dapat mengekspresikan diri sesuai keinginan. Banyak orang yang merasakan dorongan secara tidak langsung untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan seni, entah itu seni visual (seni yang tampak oleh mata dan perabaan), seni audio (seni yang dinikmati dengan indera pendengaran), maupun seni audio-visual (seni yang berkaitan dengan indera penglihatan dan pendengaran dalam satu waktu).

Sumardjo (2000, hlm. 41) mengemukakan perihal seni sebagai berikut:

“Kata seni telah umum dipakai sebagai padanan kata bahasa Inggris yaitu

art...Kata seni berasal dari bahasa Melayu (Melayu-Tinggi untuk membedakanya

dengan Melayu-Rendah di zaman kolonial) yang berarti kecil...Tetapi dalam majalah Pujangga Baru pada 10 April 1935... telah dipakai kata seni dalam pengertian seperti yang kita pakai, yaitu art...”

Dari penjelasan tersebut kita mendapatkan informasi bahwa kata seni merupakan serapan bahasa

Inggris dan Melayu yaitu art. Pada dasarnya seni merupakan dorongan atau hasrat untuk mencurahkan pemikiran maupun ungkapan pada sebuah media sehingga memiliki nilai estetika dan makna tersendiri bagi seniman (orang yang membuat karya seni). Pernyataan tersebut

sejalan dengan pandangan Ducasse (dalam Setjoatmodjo 1988, hlm 5) yang menyatakan “Seni

adalah aktivitas yang punya tujuan yang terkontrol yang bermaksud menciptakan suatu objek yang punya kemampuan merefleksi terhadap penciptanya...objek itulah yang membangkitkan

(16)

Seni terbagi menjadi beberapa cabang seni dan salah satunya seni rupa. Seni rupa adalah sebuah ide atau gagasan yang dicurahkan pada objek dua atau tiga dimensi sehingga dapat dinikmati secara visual atau menggunakan indera pengelihatan. Pernyataan tersebut sejalan

dengan pendapat Muharram dan Sundaryanti (1992, hlm. 3) “Hakikat karya seni rupa sendiri

adalah ungkapan ide/gagasan, perasaan, emosi yang dicurahkan dalam wujud dua atau tiga

dimensi.” Seni rupa dua dimensi adalah karya seni yang memiliki ukuran panjang dan lebar,

sehingga hanya dapat dinikmati dari satu sisi saja. Contoh karya seni dua dimensi sangat beragam diantaranya adalah grafis, ilustrasi, relief, dan seni lukis. Sedangkan seni rupa tiga

dimensi adalah karya seni yang memiliki ukuran, panjang, lebar, dan tinggi sehingga dapat dinikmati dari berbagai sisi. Contoh karya seni tiga dimensi adalah patung, keramik, dan boneka.

Seni lukis merupakan salah satu seni yang sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun lalu, terbukti dengan adanya peninggalan lukisan Gua Lascaux yang menggambarkan hewan-hewan buruan dan manusia. Menurut Roder dan Galis (dalam Poesponegoro; 2008, hlm. 185), yang menyelidiki lukisan gua di Papua, lukisan itu berkaitan dengan upacara penghormatan nenek moyang, upacara penguburan, dan mungkin juga keperluan ilmu dukun, untuk minta hujan dan kesuburan, atau memperingati suatu kejadian yang penting. Seiring bergantinya zaman, maka berubah pula fungsi, bentuk, dan makna sebuah lukisan. Pada zaman pra-sejarah lukisan gua mengusung kebutuhan dan pencapaian komunal, sedangkan di era post-modern karya seni lukis merupakan wujud ekspresi individual atau personal. Dengan memperlihatkan berbagai teknik seni lukis yang semakin beragam para seniman semakin bebas mengekspresikan diri mereka dalam media lukis. Hal tersebut juga dilakukan oleh putri seniman besar, Popo Iskandar, yakni Tetet Cahyati.

Nama Tetet Cahyati memang sudah tidak asing lagi di dunia pendidikan dan seni rupa Indonesia, Kota Bandung khususnya. Lahir di keluarga seniman membuat Tetet Cahyati memiliki bakat seni Popo Iskandar, salah satu pelukis tersohor di Bandung. Dengan mengusung gaya lukis ekspresivisme-abstrak, karya lukis beliau telah menghiasi beberapa pameran di Ceko,

Malaysia, Singapura, dan beberapa kota di Indonesia. Lukisan-lukisan karya Tetet Cahyati tentu saja memiliki karakter tersendiri yang membuat karya tersebut berbeda dan unik. Walau

(17)

beliau mengingatkan kita pada seni lukis zaman pra-sejarah dimana karya seni saling melengkapi, tidak hanya terpatok pada satu bidang seni saja dengan kata lain beliau membuat sebuah karya seni lintas media. Herry Dim salah satu seniman yang juga melakukan transvisual puisi menjadi karya seni rupa modern seperti cara berkesenian Tetet Cahyati. Bahkan Herry Dim juga mengapresiasi karya Tetet Cahyati yang merupakan rekan sesama penyair dan seniman modern. Tidak heran inovasi beliau dalam berkarya mendapatkan respon positif dari kalangan seni rupa maupun pendidikan di Kota Bandung dan menarik perhatian penulis.

Dengan mengusung aliran lukis ekspresivisme-abstrak yang bersumber gagasan puisi

bertema Bandung, Tetet Cahyati telah menunjukan esksistensinya secara mandiri di dunia seni rupa maupun pendidikan Indonesia. Hal tersebut mendorong penulis untuk menganalisis lebih

jauh nilai estetik dan makna karya lukis Tetet Cahyati dalam skripsi “ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI”. Penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca, maupun masyarakat luas tentang nilai estetik dan makna karya lukis Tetet Cahyati.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada sejumlah hal yang dapat dikaji diantaranya unsur-unsur visual karya lukis, nilai estetik, dan makna karya lukis abstrak.

Sejalan dengan batasan di atas, maka rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah: 1. Bagaimana visualisasi karya lukis Tetet Cahyati dari sumber gagasan puisinya yang bertema Bandung?

2. Bagaimana nilai estetik yang terdapat pada karya lukis Tetet Cahyati dari sumber gagasan puisinya yang bertema Bandung?

3. Bagaimana makna yang terdapat dari karya lukis Tetet Cahyati dari sumber gagasan puisinya yang bertema Bandung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Merujuk ruang lingkup yang akan dikaji seperti yang dijelaskan dalam pembatasan

masalah, maka penelitian ini memiki tujuan sebagai berikut:

(18)

2. Menganalisa makna yang terdapat pada karya lukis Tetet Cahyati dari sumber gagasan puisinya yang bertema Bandung.

Untuk memperoleh tujuan yang berhubungan dengan unsur visual dan nilai estetik, penulis menggunakan metode pendekatan formalisme, ekspresifisme, dan instrumentalisme. Sedangkan untuk memperoleh makna karya lukis menggunakan pendekatan semiotika strukturalis Ferdinand de Saussure.

D. MANFAAT PENELITIAN

Skripsi “ANALISIS ESTETIK DAN MAKNA KARYA LUKIS TETET CAHYATI”

diharapkan dapat bermanfaat bagi siapapun, diantaranya: 1. Mahasiswa Seni Rupa

Menambah wawasan, apresiasi, dan sikap kritis terhadap perkembangan dunia seni lukis abstrak Indonesia. Selain itu mengenal lebih dalam nilai estetik dan makna karya seni lukis ekspresivisme-abstrak, yakni karya lukis Tetet Cahyati yang merupakan hasil transvisual puisinya yang bertemakan Bandung.

2. Masyarakat Umum

Membangkitkan apresiasi dan wawasan masyarakat umum tentang perkembangan dunia seni rupa di Indonesia. Selain itu mengenal lebih dalam nilai estetik dan makna karya lukis ekspresivisme-abstrak ataupun sebuah karya lukis yang merupakan hasil transvisual.

3. Seniman yang bersangkutan

Menjadi motivasi untuk lebih aktif, kreatif, dan produktif dalam menciptakan karya seni rupa.

4. Dunia Kesenirupaan

Memperkenalkan dan menjadikan bahan pembahasan perkembangan seni lukis ekspresivisme-abstrak dan karya seni lintas media di Indonesia, di Kota Bandung khususnya. 5. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

(19)

E. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini berdasarkan data dan informasi dari buku acuan yang menunjang, internet, katalog pameran, dan artikel di media cetak.

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah alat bantu untuk mendapatkan data tentang objek yang sedang diteliti agar lebih sistematis. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur visual, nilai estetik, dan makna karya lukis Tetet Cahyati.

Penulis juga menggunakan nilai-nilai pendekatan kualitatif melalui wawancara, studi pustaka, serta observasi lapangan. Dalam menganalisa visualisasi karya lukis Tetet Cahyati, penulis menggunakan pendekatan-pendekatan kritik seni yaitu pendekatan formalisme, ekspresivisme, instrumentalisme. Sedangkan untuk menganalisa makna karya lukis beliau dengan menggunakan pendekatan semiotika strukturalis Ferdinand de Saussure.

Kerangka pemikiran merupakan peta alur penelitian ini, oleh sebab itu kerangka penelitian turut menunjang metodelogi penelitian agar metodologi bersinergi dengan teori dan obyek penelitian. Kerangka pemikiran penulis dirangkum pada diagram berikut ini:

(20)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab, yaitu :

BAB I. Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. Kajian teoritis berisikan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini, yakni:

a. Seni rupa berdasarkan teori Leanger (Kartika; 2004, hlm. 2) dan didukung teori pembagian seni menurut Kulpe (Muharram E dan Sundaryati; 1992, hlm. 7) yaitu, seni rupa (applied

art) dan seni rupa murni (fine art). Berdasarkan pemahaman Kartika (2004, hlm. 36)

bahwasanya seni lukis merupakan ungkapan ekspresi yang dituangkan berdasarkan unsur rupa, yaitu garis, warna, tekstur, bangun, dan sebagainya.

b. Estetika berdasarkan teori Worringer, didukung teori Horspers (Setdjoatmodjo; 1988 hlm. 2, hlm. 139).

c. Semiotika strukturalis berdasarkan teori Ferdinand de Saussure (Sukyadi; 2011 hlm. 202). d. Struktur puisi menurut Aminuddin (2004, hlm. 136-147).

BAB III. Metode dan Teknik Penelitian yang berisikan metode penelitian, lokasi penelitian dan unit analisis, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pendekatan penelitian, dan prosedur dan tahap penelitian.

BAB IV. Biografi Singkat Tetet Cahyati dan Analisis Karya Lukis Tetet Cahyati. Dalam bab ini akan menjelaskan latar kehidupan dan proses kekaryaan lukis Tetet Cahyati (mencakup pendidikan, pengalaman berkarya, dan penghargaan yang diperoleh). Selain itu penulis akan membahas hasil analisis estetik dan makna lukis Tetet Cahyati dari sumber gagasan puisinya yang bertema Bandung.

(21)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif atau disebut juga metode penelitian naturalistik. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci (Riduwan; 2012, hlm. 51).

Penelitian ini juga didukung oleh metode penelitian deskriptif analisis. Metode deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data, kemudian data tersebut digunakan sebagai pendukung penulisan hasil penelitian dengan menggambarkan kenyataan yang terjadi sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Metode analisis digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan seputar nilai estetik dan makna karya lukis Tetet Cahyati.

B. LOKASI PENELITIAN DAN UNIT ANALISIS

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Seni “Tirtasari” yang beralamat di Jalan Tirtasari

(22)

Gambar 3.1

Peta Lokasi Sanggar Seni “Tirtasari” (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

Karya lukis Tetet Cahyati yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sampel karya lukis Tetet Cahyati dari sumber gagasan puisinya yang bertema Bandung seperti yang dirangkum dalam tabel unit analisis berikut ini:

Tabel 3.1

Unit Analisis Penelitian TABEL UNIT ANALISIS

Tahun Pembuatan No Judul Karya

2002 1 Cahaya Jiwa

2 Sepanjang Masa

2004

3 The Living Energy

4 Nyanyian Anak Pertiwi

5 Bandung

2005 6 The Spirit of Growth

(23)

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kumpulan catatan dari kegiatan wawancara dengan narasumber, serta hasil pengamatan maupun studi pustaka dari buku-buku yang menunjang penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu jenis alat penelitian yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Pada penelitian kualitatif penulis banyak menjadi instrumen sebab dalam penelitian kualitatif penulis sebagai kunci dari instrumen itu sendiri (Riduwan; 2012, hlm. 77-78).

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian

No Variabel Aspek Indikator

Teknik

a. Pengamatan a. Lukisan Tetet

Cahyati yang bertema “Bandung”

(24)

atau Denotatif

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara (interview), studi pustaka, dan pengamatan (observation). Wawancara (interview) adalah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari narasumber (Riduwan; 2012, hlm. 74). Penulis menggunakan teknik wawancara agar mendapat informasi lebih mendalam walau hanya satu responden saja. Dalam kegiatan wawancara penulis berkedudukan sebagai pewawancara, yaitu petugas pengumpul informasi yang diharapkan mampu memberikan pertanyaan, sedangkan responden dalam penelitian ini adalah Tetet Cahyati, seniman yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karya lukis beliau selaku subyek penelitian ini. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara bebas terpimpin, yaitu kegiatan wawancara mengikuti pedoman garis besar pertanyaan yang akan diberikan terhadap responden.

Pada bukunya Nazir (1988, hlm. 111) menjelaskan “Studi kepustakaan adalah teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan, dan laporan-laporan yang ada hubunganya dengan masalah yang dipecahkan.” Pada penelitian ini penulis tidak hanya menelaah buku-buku yang berkaitan dengan kajian penelitian

ini, namun juga pada buku elektronik maupun halaman situs-situs internet yang menunjang. Pengamatan (observation) adalah kegiatan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan; 2012, hlm. 76). Penulis akan melaksanakan kegiatan pengamatan seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Jadwal Kegiatan Pengamatan Karya Lukis Tetet Cahyati

NO TANGGAL KEGIATAN

(25)
(26)

kepada Tetet Cahyati

Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana dalam pendekatan merujuk kepada penjelasan atau gambaran hasil penelitian berupa gambar-gambar atau kata-kata. Data tersebut dibutuhkan untuk penelitian dikumpulkan seara mandiri oleh penulis. Sifat pendekatan kualitatif cenderung fleksibel, dimana analisis terhadap objek penelitian bisa sejalan dengan pengumpulan data, atau tentatif. Untuk menelaah sebuah karya seni penulis menggunakan pendekatan kritik seni seperti yang tertera seperti berikut:

a. Pendekatan Formalisme

Pendekatan ini berasumsikan bahwa kehidupan seni memiliki dunianya sendiri, dimana

seni sama sekali terlepas dari realitas kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini berlandaskan teori

Clive Bell (dalam Pratiwi dikunjungi pada 16 November 2014) yang menyatakan “Art is to be art, must be independent and self suficient”. Pendekatan formalis meninjau unsur-unsur visual secara fisik, salah satunya adalah mutu garis, bentuk, warna, pencahayaan, dan lainnya yang terorganisasikan secara komposisi pada karya seni sehingga melahirkan emosi estetik bagi pengamat seni (Bangun; 2000, hlm. 15).

b. Pendekatan Ekspresivisme

Pendekatan ini menelaah eskpresi perasaan seniman dalam membangkitkan emosi yang ditanamkan pada karya seninya lewat pengalaman estetik. Pendekatan ekspresivisme memperhatikan faktor-faktor internal seniman sehingga mempengaruhi hadirnya unsur-unsur pribadi dalam proses berkarya (dalam Pratiwi dikunjungi pada 16 November 2014). Teori

tersebut didukung oleh Bangun (2000, hlm. 57) yang menjelaskan “Konsep seni ekspresivisme

menganggap karya seni sebagai rekaman emosi kreatornya.” c. Pendekatan Instrumentalisme

(27)

bagi masyarakat. Karena berhubungan dengan masyarakat, maka pendekatan instrumentalisme mengacu pada penelitian pengaruh sebuah karya seni dilatarbelakangi oleh kenyataan moral, budaya, religi, sosial, politik, maupun psikologi seniman (Bangun; 2000, hlm. 59).

d. Pendekatan Semiotika Strukturalis

Pendekatan untuk mengetahui sebuah makna yang terkandung dalam karya seni yang berpegang pada prinsip form follows function, dengan mengikuti model semiotik penanda atau fungsi (Piliang dalam Tinarbuko; 2009, hlm. 20). Semiotika struktural mengacu pada teori Saussure, dimana hubungan antara penanda dan petanda relatif stabil dan abadi. Pada pendekatan

ini penulis menggunakan lima pandangan Saussure, yaitu penanda dan petanda, bentuk dan isi, bahasa dan ujaran, sinkronis dan diakronis, sintagma dan paradigma.

F. PROSEDUR DAN TAHAP PENELITIAN

Prosedur penelitian ini mengikuti teori Arikunto (2006, hlm. 21) dengan arus kegiatan seperti yang tercantum pada Diagram 3.1. Dalam diagram tersebut dapat dilihat langkah satu hingga langkah enam merupakan kegiatan pembuatan rangcangan penelitian, sedangkan langkah tujuh hingga langkah sepuluh merupakan pelaksaan penelitian, dan langkah 11 merupakan laporan penelitian.

Langkah-langkah pembuatan rancangan telah terangkum dalam skripsi ini. Namun adapula kegiatan penulis dalam penelitian ini yang bersifat nonformal, salah satunya adalah studi pendahuluan, merumuskan anggapan dasar, dan hipotesis. Studi pendahuluan atau studi eksploratori (Surachmad dalam Arikunto; 2006 hlm. 24) adalah observasi secara cepat untuk menentukan diteruskannya atau tidak suatu penelitian berdasarkan besar-kecilnya kemungkinan

pengerjaan penelitian. Penulis melakukan studi pendahuluan di Sanggar Seni “Tirtasari”

khususnya kepada Tetet Cahyati untuk mendapatkan izin meneliti karya lukis yang akan diteliti, yaitu karya lukis yang bertemakan Bandung. Dalam kegiatan tersebut penulis juga meminta kesanggupan beliau untuk memberikan informasi dalam kegiatan wawancara untuk memperkaya

informasi penelitian.

Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya

(28)

beranggapan bahwa karya lukis abstrak Tetet Cahyati mengandung makna konotasi dimana makna dari karya tersebut memiliki makna ganda.

Diagram 3.1

Arus Kegiatan Penelitian

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini adalah lukisan Tetet Cahyati yang bertema Bandung merupakan lukisan ekspresivisme-abstrak yang bersumber gagasan dari karya puisinya. Setiap lukisan tersebut merupakan hasil transvisual puisi yang berjudul sama dengan

karya lukisnya. Gagasan utama yang disampaikan dari kesebelas karya lukis beliau cukup beragam diantaranya adalah romantika percintaan, nilai-nilai kehidupan dan rasa nasionalisme sehingga penulis reduksi sampel menjadi enam karya yang diteliti. Enam karya dari sebelas yang

mewakili deretan karya beliau yakni “Cahaya Jiwa”, “Sepanjang Masa”, “The Living Energy”,

“Nyanyian Anak Pertiwi”, “Bandung”, dan “The Spirit of Love”. Lukisan-lukisan tersebut digarap beliau selama kurang-lebih tiga tahun dari tahun 2002 hingga 2005. Seluruh lukisan Tetet Cahyati menggunakan media cat minyak di atas kanvas. Walaupun menggunakan media yang sama, beliau sesekali menggunakan ukuran kanvas yang berbeda, antara lain kanvas berukuran 70 x 80 cm, 30 x 40, dan 100 x 100 cm. Ada hal-hal yang menjadi karakteristik utama dari cara Tetet Cahyati membuat lukisan, yaitu beliau selalu menggunakan kuas berbulu keras dengan sapuan yang spontan, dan dalam penggarapan karya lukis beliau membuat bentuk-bentuk terlebih dahulu disusul dengan warna latar.

Seperti halnya karya lukis ekspresivisme-abstrak, lukisan Tetet Cahyati sangat mengeksplorasi unsur warna. Unsur warna pada lukisan beliau merupakan simbolisasi dari

subject matter maupun gagasan utama yang disampaikan Tetet Cahyati. Kombinasi warna yang

dihadirkan pada karya lukis beliau sangat beragam, diantaranya adalah kombinasi warna analog, komplementer, maupun triad komplementer. Dari deretan karya lukis beliau terlihat sebuah kecenderungan yang menampilkan karakteristik Tetet Cahyati berdasarkan unsur warna. Tetet Cahyati cenderung memberikan warna hitam dan merah dimana warna tersebut mengindikasikan karakteristik Tetet Cahyati yang penuh semangat, bergairah, enerjik namun terdapat sisi misterius. Selain itu warna pada karya lukis beliau memiliki kedudukan sebagai pengikat sebuah

(30)

jarang menggunakan prinsip gradasi pada unsur warna sehingga perbedaan warnalah yang menciptakan garis semu. Selain unsur garis, ada beberapa karya Tetet Cahyati yang menampilkan garis nyata. Unsur garis semu dan garis nyata cenderung merupakan sebuah garis cakrawala yang membelah karya lukis beliau seakan-akan menjadi dua bagian. Selain itu garis semu dan nyata biasanya dibuat berulang atau repetisi sebanyak dua hingga tiga kali. Unsur bentuk merupakan unsur yang selalu ada pada karya lukis beliau walaupun beberapa kali melebur dengan unsur warna. Bentuk geometris dan non-geometris sering dijumpai di tiap karya lukis beliau, namun bentuk bulat merupakan bentuk yang selalu ada. Bentuk bulat mengindikasi

representasi diri Tetet Cahyati yang hadir pada tiap karyanya sehingga mampu menjadi penanda karakteristik lukisan beliau. Unsur tekstur yang dihadirkan pada karya beliau cenderung merupakan tekstur kasar semu. Tekstur tersebut merupakan tekstur ekspresi Tetet Cahyati yang diciptakan dengan spontan karena beliau cenderung memulaskan cat minyak dengan cepat, kuat, dan lincah.

Setiap karya lukis Tetet Cahyati memiliki segi nilai estetiknya masing-masing, entah itu dari segi unsur rupa, prinsip rupa, ataupun hasil representasi puisi Tetet Cahyati sendiri. Dari beberapa nilai estetik yang dihadirkan, ada beberapa hal yang patut diperhatikan dari deretan karya beliau yang memberikan nilai estetik tersendiri. Dari tema Bandung yang dihadirkan beliau menjadikan tema tersebut menjadi tiga karakter, yaitu Bandung dari segi romantika, Bandung dari segi rasa nasionalisme, dan Bandung dari segi sosial. Karakteristik kota Bandung yang variatif membuat apresiator tidak bosan dan terus menanti karya-karya Tetet Cahyati dan memacu apresiator menelaah karya beliau lebih dalam. Adaa beberapa hal yang mencirikan karakteristik lukisan Tetet Cahyati sehingga apresiator dapat mengenali karya lukis beliau walaupun hanya melihat sepintas. Beliau konsisten menciptakan sebuah karya seni ekspresivisme-abstrak dimana karya beliau mengeksplorasi warna. Teknik dan proses berkarya yang sangat ekspresif juga menjadi ciri khas beliau dimana unsur dan prinsip rupa yang hadir dalam karya beliau sangat spontan. Nilai kebaruan yang dihadirkan beliau tercermin pada setiap

karya beliau, contohnya beliau merubah kombinasi warna, komposisi bentuk, ataupun mengeksplorasi media lukis. Hal tersebut selalu memberikan karakteristik dan suasana baru bagi

apresiator sehingga mereka selalu menunggu karya-karya lukis Tetet Cahyati.

(31)

cenderung menyampaikan makna yang terdapat pada karya puisinya dengan simbolis yang dihadirkan pada unsur warna. Selain secara simbolis, penyampaian makna pada puisi disampaikan dengan kesesuaian makna yang terdapat pada unsur maupun prinsip rupa. Tidak hanya itu, beliau juga cenderung menampilkan makna-makna secara tersirat dimana kita harus membedakan apakah pada kata dalam baris puisi tersebut merupakan lambang atau simbol ataupun langue atau parole. Beliau sering menggunakan tanda bermakna ganda pada setiap puisinya. Selain itu beliau cenderung mengasosiasikan suatu hal dengan karakteristik manusia

seperti yang terlihat pada puisi “Bandung”. Karakteristik utama puisi Tetet Cahyati adalah beliau

menyisipkan parole yang berasosiasi dengan sebuah cahaya pada setiap karya puisinya. Hal tersebut sejalan dengan bentuk bulat pada setiap karya lukisanya, sehingga dapat ditarik

kesimpulan transvisual “cahaya” pada puisi beliau adalah bentuk bulat pada karya lukisnya. Hal

(32)
(33)
(34)

B. SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian di lapangan, ada beberapa saran dan masukan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Saran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapapun, maka penulis merekomendasikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Tetet Cahyati selaku seniman dan pemiliki Sanggar Seni “Tirtasari” hendaknya tetap

semangat dalam berkarya dalam dunia seni rupa agar lebih dikenal masyarakat luas, terutama kalangan dunia pendidikan formal. Walaupun Tetet Cahyati sudah memiliki karakteristik tersendiri, namun alangkah lebih baik apabila beliau mengeksplorasi lebih luas unsur maupun

prinsip rupa agar karya lukis beliau lebih beragam dan bervariasi. Selain itu pendataan penjualan maupun pembelian lukisan maupun karya seni Sanggar Seni “Tirtasari” lainya lebih diperhatikan mengingat cukup penting bagi pembukuan maupun tindak lanjut. Maka dari itu sangat

disarankan agar beliau ataupun staf Sanggar Seni “Tirtasari” memperhatikan lebih jauh data-data karya seni yang sudah laku terjual.

2. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu materi yang bisa dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan sebagai pengenalan materi kritik seni. Tanpa kita sadari kritik seni membantu kita untuk berfikir kritis karena dalam kegiatan tersebut dibutuhkan pemahaman fisik dan psikis yang mendalam. Apabila peserta didik sudah terbiasa mengkritik dengan ketentuan yang benar, tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kemajuan bagi dunia pendidikan karena membiasakan peserta didik memahami segala sesuatu secara mendalam dan detail.

3. Bagi bidang keilmuan pendidikan seni rupa, semoga penelitian ini mampu menjadi gerbang informasi bahwasanya di zaman kontemporer ini terdapat seniman-seniman modern yang mampu menginspirasi muda-mudi Indonesia tetap berkreasi tanpa melupakan dunia pendidikan. Dan tidak ada salahnya apabila kita mulai memperkenalkan seniman-seniman modern dalam ranah pendidikan yang mampu memadupadankan seni bahasa dengan seni rupa. Selain itu penelitin ini diharapkan membuka pintu paradigma masyarakat Indonesia bahwa pendidikan terpadu sangat

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aminuddin. (2004). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Bagus, L. (2000). Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bangun, S. C. (2000). Kritik Seni Rupa. Bandung: ITB.

Berril, P. (2010). Pedoman bagi Semua Orang Melukis Dengan Cat Minyak. Tangerang: KARISMA Publishing Group.

Cahyati, T. (2012). Cahaya Jiwa dalam Batik Abstrak Bandung. Bandung : PT. Imata Kaniatama.

Galeri Nasional. (2011). Tepian Masa . Jakarta: Galeri Nasional Indonesia.

Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Marwati Djoened Poesponegoro, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Maslow, A. H. (1984). Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki

Kebutuhan Manusia (judul asli: Motivation of Personel), Seri Menejemen Sumber Daya Manusia 3 diterjemahkan oleh Nurul Iman. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo.

Muharram, dan Sundaryati. (1992). PENDIDIKAN SENI II SENI RUPA. JAKARTA: Depdikbud RI.

Nazir, M. (1988). Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nugroho, E. (2008). Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Pilang, Y. A. (2012). SEMOTIKA DAN HIPERSEMIOTIKA. Bandung: MATAHARI.

Sachari, A. (2003). Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Bandung: Erlangga.

Sanyoto, S. E. (2009). NIRMANA elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: JALASUTRA.

Setjoatmodjo, P. (1988). Pilihan Bacaan Tentang Estetika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sobur, A. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(36)

Tinarbuko, S. (2009). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: JALASUTRA.

Sumber Internet:

Ben Navee Gallery. (2010). A Half Day Intensive With Pallete Knive Painting Workshop. Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari Ben Navaee Gallery: http://www.bennavaeegallery.com/Pages/PaletteKnifePaintingWorkshop.aspx

Galeri Nasional Indonesia. (2000.). Lukisan: Dinamika Keruangan (Fadjar Sidiq - 1969). Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari Galeri Nasional Indonesia: http://galeri-nasional.or.id/collections/737-dinamika_keruangan

Hijau Art. (2007). Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari http://www.hijauart.com/wp-content/uploads/2012/11/cat-minyak.jpg

Javadesindo Art Gallery. (17 Juli 2011). Lukisan Karya S. Sudjojono. Dikunjungi pada 31

Januari, 2015, dari JavaDesindo:

http://lelang-lukisanmaestro.blogspot.com/2011/07/lukisan-karya-s-sudjojono.html

KnowYourMeme.com. (7 Februari 2012). Batman Slapping Robbin. Dikunjungi pada 7 November, 2014, dari Know Your Meme: http://knowyourmeme.com/memes/my-parents-are-dead-batman-slapping-robin

Malakian, T. (26 Juli 2011). Contoh Distorsi Karikatur. Dikunjungi pada 11 November, 2014, dari ToniMalakianBlogspot: http://tonimalakian.blogspot.com/2011/07/contoh-distorsi-karikatur.html

Merylna. (31 Maret 2010). Intertektualitas dalam Iklan Rokok. Dikunjungi pada 7 November, 2014, dari merlynacamelia.wordpress: https://merlynacamelia.wordpress.com/2010/03/

Rabinowitz, I. (1 Mei 2013). Technology is a Canvas, not a Platform. Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari Media Social Exploler: http://www.socialmediaexplorer.com/content-marketing-2/technology-is-a-canvas-not-a-tool/

Rementilla, R. (7 Desember 2010). Easel and Painting Pappercraft. Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari Papperkraft.Net: http://paperkraft.blogspot.com/2010/12/easel-and-painting-papercraft.html

Suboh, I. (26 Februari 2013). Warna..Warna...Warna. Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari IdalinaSuboh.Wordpress: https://idalinasuboh.wordpress.com/category/seni-visual-tingkatan-2/,

synnabar. (3 Oktober 2011). Boy Winged Lion Line Art. Dikunjungi pada 31 Januari, 2015, dari Deviant Art: http://synnabar.deviantart.com/art/BoY-Winged-Lion-Line-Art-261542443

Gambar

Gambar 3.1 Peta Lokasi Sanggar Seni
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Pengamatan Karya Lukis Tetet Cahyati

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Permohonan mengikuti Program Fast Track Skema Mandiri disetujui, maka mahasiswa yang bersangkutan harus berdiskusi bersama dengan Penasehat Akademik untuk finalisasi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan percetakan yang pernah mengalami kecelakaan kerja dalam setahun terakhir lebih banyak pada mekanisme kecelakaan yaitu

Dalam tahap persiapan pembelajaran pada SBI, guru harus menyusun strategi pembelajaran, ialah mulai dari bagaimana mengorganisasi bahan ajar, memilih model/

Dengan mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa secara konseptual, prosedural Dengan mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa secara konseptual, prosedural dan faktual

Calcium chloride Calcium chloride + a few drops sodium hydroxide Calcium chloride + excess sodium hydroxide Calcium chloride + any amount ammonia solution (no reaction

Telah diadakan evaluasi dan dinyatakan memenuhi persyaratan dalam tahapan – tahapan evaluasi sebagai penyedia jasa, maka bersama ini diumumkan penyedia pengadaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil tabulasi data dengan membandingkan produksi total untuk tiap jenis verietas rumput tanpa memperhatikan dosis pupuk didapatkan bahwa

Sementara, unsur yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak dianggap terbukti dengan uraian-uraian fajta dalam