• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendampingan Kegiatan Belajar Kepada Pelajar Sekolah Dasar Di Desa Palurahan Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pendampingan Kegiatan Belajar Kepada Pelajar Sekolah Dasar Di Desa Palurahan Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

14

Pendampingan Kegiatan Belajar Kepada Pelajar Sekolah Dasar Di Desa Palurahan Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang

Usep Saepul Mustakim1, Ratu Fani Andriani2, Asep Saefullah Kamali3, Linda4, Ira Asyura5, Ratna Dewi6, Minhatul Ma’arif7,

Yeni Sulaeman8, Ajeng Muliasari9, Eneng Liah Khoiriyah10

1-9Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Syekh Manshur Email : usepsam@gmail.com

ABSTRAK

Pendampingan belajar calistung didasarkan pada hasil observasi dan wawancara terhadap orang tua siswa sekolah dasar di desa Palurahan kecamatan kaduhejo yang merasa kesulitan dalam mengajari anaknya belajar calistung (baca, tulis,hitung). Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah : (a) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelajar SD tentang konsep dasar membaca, menutis dan berhitung, (b) mendampingi siswa dalam meningkatkan keterampilan calistung (baca, tulis, hitung). Metode pelaksanaan program ini adalah : (a) metode cepat dan menyenangkan untuk membaca, menulis dan berhitung. Sehingga peserta mampu membaca, menulis dan berhitung sendiri. Peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 30. Melalui kegiatan ini diperoleh data kualifikasi peserta kognitif peserta sebanyak 40% peserta mahir calistung, 43% lancar, sedangkan yang masih kesulitan hanya berkisar 17% saja sehingga kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan kognitif anak khususnya pelajar di tingkat sekolah dasar.

Kata Kunci: Pendampingan Belajar, Pelajar Sekolah Dasar

ABSTRACT

Calistung learning assistance is based on the results of observations and interviews with parents of elementary school students in Palurahan village, Kaduhejo sub-district who find it difficult to teach their children to learn calistung (read, write, count). The objectives of this program are: (a) to increase the knowledge and skills of elementary school students about the basic concepts of reading, writing and arithmetic, (b) assisting students in improving their calistung skills (reading, writing, arithmetic). The implementation methods of this program are: (a) a fast and fun method for reading, writing and arithmetic. So that participants are able to read, write and count on their own. As many as 30 participants took part in this activity. Through this activity, 40% of participants were proficient in calistung, 43% were fluent, while only 17% were still having difficulty so that this activity could have a positive impact on children's cognitive development, especially students. at the elementary school level.

Keywords: Calistung Learning Assistance, Elementary School Students

(2)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Maret 2023 pISSN 2685-0303

15 PENDAHULUAN

Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar, mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran disekolahnya nanti jika sedari awal tidak dibekali keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Hal tersebut membuat para orang tua akhirnya sedikit memaksa anaknya untuk belajar calistung. Meskipun Pratiwi (2015) menyatakan “Anak usia dini yang sudah menguasai calistung akan lebih untuk menempuh jenjang pendidikan di SD” hal tersebut tidak akan menjadi suatu hal yang positif jika pemberian calistungnya diberikan secara terburu-buru atau dipaksa sehingga tidak memperhatikan kondisi mental dan perkembangan anak.

Istiyani (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa calistung memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif anak-anak menguasai kemampuan baca tulis hitung lebih dini atau cepat, sehingga lebih mudah menyesuaikan pada saat mengikuti proses pembelajaran di sekolah masing-masing. Dampak negatif pembelajaran calistung yang tidak mempertimbangkan kondisi psikis anak usia dini akan berdampak secara psikis, misalkan anak mengalami kejenuhan atau bosan dalam belajar, masa bermain mereka tereduksi dengan padatnya jadwal belajar mereka secara formal. Pada pembelajaran calistung yang tidak menggunakan metode untuk anak usia dini, cenderung menghilangkan konteks belajar pada anak usia dini.

Dampak negatif dari pembelajaran calistung di atas memiliki kesamaan dengan pengertian dari stress akademik. (Desmita, 2012; Anitei et al,2015) mengatakan bahwa

“stress akademik merupakan kondisi stress perasaan tidak nyaman yang dialami siswa akibat adanya tuntutan sekolah yang dinilai menekan sehingga memicu terjadinya ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat mempengaruhi prestasi belajar.” Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa stress akademik yaitu suatu keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental atau emosional yang disebabkan ketidak sesuaian antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan yang dimiliki siswa sehingga perlu kesadaran untuk anak agar mau belajar atas keingannya seperti yang tertuan dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Konsep calistung yang menjadikan berbagai pihak terkadang berbeda pemahaman mengenai penyampaian calistung yang benar dan sesuai dengan perkembangan anak. Hasan (2013) berpendapat “Memang tidak ada salahnya memperkenalkan calistung pada anak, hal ini boleh boleh saja asalkan orang tua maupun guru mampu melihat kemampuan dan minat anak.” Jika calistung diberikan sesuai dengan peraturan dan perkembangan, mungkin tidak akan terlalu berdampak negatif kepada anak. Sanders & Fallon (2017) berpendapat “Kesulitan akademik didefinisikan sebagai ketidak mampuan belajar, menerima program pendidikan khusus atau kesulitan belajar, juga memiliki kebutuhan khusus yang berkaitan dengan pendidikan atau masalah perilaku di sekolah.

Misra (2004) menyatakan “menekankan kesulitan dalam belajar, pada kasus yang berat dapat menyebabkan putus sekolah, karena siswa tidak dapat menggunakan

(3)

16

semua kemampuan mental mereka dan belajar bagaimana untuk mengambil konten emosional mereka.” Dari beberapa pandangan para partisipan dan beberapa teori yang mendukung, tuntutan calistung kepada anak usia sekolah dasar memiliki peran terhadap munculnya stress akademik pada anak usia sekolah dasar. Banyaknya tuntutan yang diberikan kepada anak, dan penerapan calistung yang tidak sesuai dengan aturan memberikan potensi munculnya stress akademik pada anak usia dini. maka jika melihat beberapa hasil penelitian bahwa tuntutan calistung berpotensi munculnya stress akademik pada anak usia sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanan oleh Pratiwi,E (2015) hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Apabila pembelajaan calistung yang terburu-buru dan tidak sesuai dengan dunianya maka akan menjadi pemberontakan, merasakan kejenuhan dan kebosanan belajar, ketidaksiapan anak untuk memasuki dan mengikuti kegiatan di SD berdampak pada gangguan berkomunikasi, gangguan pengendalian emosi, stress, depresi dan gangguan perilaku lainnya pada masa usia remaja hingga dewasa.” Berdasarkan hal tersebut maka sekiranya calistung tidak dipaksakan diberikan kepada anak usia dini, tetapi hanya pengenalan huruf, angka, dengan konsep yang sederhana, dan secara bertahap.

Berdasarkan diskusi dengan beberapa orang tua di Desa Palurahan kecamatan Kaduhejo bahwasanya mereka kesulitan mengajari anaknya untuk belajar calistung (baca,tulis,hitung) dimasa pandemic seperti ini. Kegiatan pengabdian diimplementasikan hasil penelitian yang telah dilakukan (Wahyudi,Dkk.2017).

Berdasarkan pemikiran diatas maka tim pengabdian pada masyarakat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar bermaksud mengadakan kegiatan Pendampingan belajar Calistung (baca,tulis,hitung) bagi kelas 1 dan 3 di Desa Palurahan. Pengabdian kepada masyarakat selanjutnya di laksanakan di kampung Cangkuliang bekerjasama dengan beberapa orangtua, dan dilakukan dengan metode pendampingan dari awal program hingga akhir program.

Pengabdian dilaksanakan di kampung Cangkuliang mampu untuk membantu anak-anak menguasai konsep dasar membaca, menulis, dan berhitung, dan dapat mengembangkannya di sekolah. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak dalam pengetahuan dasar membaca, menulis dan berhitung.

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pendampingan Calistung (baca,tulis,hitung). Pada tahap pertama peserta mendapatkan materi dasar yang berkaitan dengan Calistung, tahap kedua peserta diwajibkan untuk membaca dan menulis dengan metode cepat dan menyenangkan untuk membaca dan menulis, tahap ketiga peserta berhitung dengan metode cepat dan menyenangkan untuk berhitung.

Tahapan yang dilakuakan meliputi : 1) tahap persiapan pelaksanaan belajar, pada tahapan ini yang dilakukan yaitu : (1) melakukan pertemuan dengan orang tua dan anak-anak untuk menyampaikan program Calistung. 2) tahap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di kampung Cangkuliang, Desa Palurahan, Kecamatan Kaduhejo.

Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) peserta akan mengikuti kegiatan belajar Calistung di kampung cangkuliang. (2) peserta di berikan kesempatan untuk membaca, menulis, dan berhitung . (3) melakukan evaluasi. Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan Calistung berdasarkan tanggapan peserta dalam kepuasan kegiatan. Indicator kegiatan Calistung meliputi: (1) keahlian dan kesiapan fasilitator,

(4)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Maret 2023 pISSN 2685-0303

17 (2) kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan harapan peserta, (3) kesesuaian fasilitas yang diberikan pada saat pelaksanaan kegiatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan calistung dengan menyiapkan buku bacaan dan papan tulis untuk anak-anak belajar menggunakan media pembelajaran buku bacaan dan papan tulis agar anak-anak bisa membaca dan berhitung sesuai dengan yang ada di papan tulis. Adapun salahsatu dokumentasi kegiatan pendampingan dapat dilihat pada gambar berikut.

Pencapaian perkembangan anak dalam calistung dapat dilihat dari progress awal ketika anak pertama kali mengkuti calistung 2-3 kali pendampingan dilaksanakan.

Peserta dari unsur pelajar yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 30 orang dari kelas I (satu) hingga kelas II (dua) tingkat sekolah dasar. Dari 30 orang tersebut 14 anak sudah bisa calistung, 5 anak masih ada yang kesulitan dan 11 anak lainnya sudah bisa dikatakan menguasai dalam calistung. Anak yang sudah bisa bahkan menguasai calistung mampu mengenal bentuk huruf dan simbol untuk persiapan membaca dan menulis. Kemampuan berhitung anak termasuk kedalam aspek perkembangan kognitif yaitu anak mampu berfikir simbolik. Namun ada 5 anak yang masih kesulitan itu karena tertinggal dibandingkan dengan teman-temannya, dikarenakan sering tidak mengikuti belajar calistung. Anak ini berangkat belajar saat awal diadakan belajar calistung, setelah dua kali pertemuan anak ini tidak berangkat lagi. Adapun hasil kegiatan ini dapat dilihaat pada tabel berikut.

Tabel 1. Daftar Peserta Belajar Calistung No Kategori Peserta Siswa SD

Jumlah Kelas I Kelas II

1 Mahir Calistung 4 8 12 Orang

2 Lancar Calistung 5 8 13 Orang

3 Masih Kesulitan 4 1 5 Orang

Jumlah 14 16 30 Orang

(5)

18

SIMPULAN

Calistung memiliki peran terhadap terjadinya stress akademik pada anak usia sekolah dasar. Calsitung memang diperbolehkan di ajarkan kepada anak usia sekolah dasar, akan tetapi hal tersebut harus berdasakan aturan yang ada. Penerapan calistung yang dilakukan secara terburu-buru dan menggunakan metode yang salah bisa menyebabkan stress akademik dan ini beresiko terjadi kepada anak usia sekolah dasar.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 30 orang yang mengikuti kegiatan ini dengan kualifikasi persentasi yang mahir calistung sekitar 40% dan lancar calistung 43% sedangkan yang masih kesulitan hanya berkisar 17% sehingga kegiatan ini berdampak positif pada perkembangan kognitif untuk perkembangan anak yang menjadi peserta dalam kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anitei, Metal. (2015). Differences in Academic Specialization regarding Stressor Perception, Coping and Stress Effects Perception in Young Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences 203 ( 2015 ) 433 – 437.doi:

10.1016/j.sbspro.2015.08.320

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda Karya Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Hamalik, O. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Hasan, M. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press

Istiyani, D. (2013). Model Pembelajaran Membaca Menulis Menghitung (calistung) Pada Anak Usia Dini di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Penelitian. Vol. 10, No. 1 (2013) 1-18. STAIN Pekalongan

Misra, R. & Castillo, L. (2004). Academic Stress among College Students: Comparison of American and International Students. International Journal of StressManagement, 11, 132-14 doi: 10.1016/j.sbspro.2013. 08.803

Sanders, J. Fallon, B. (2017). Child welfare involvement and academic diviculties:

Characteristics of children, families, and households involved with child welfare and experiencing academic difficulties. Social and Behavioral Sciences, 86 (2017) 98- 109.

Pratiwi, E. (2015). Pembelajaran Calistung Pada Anak Usia Dini Antara Manfaat Akademik Dan Resiko Menghambat KecerdasanMental Anak. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. FKIP Universitas Muhamadiyah Ponorogo: Yogyakarta

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 (Online), (disdikpora.bulelengkab.go.id. diakses 20 Agustus 2021).

Referensi

Dokumen terkait

Pembacaan hasil dari tes penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas, pada seri tabung yang diinkubasi pada suhu 37℃ angka

Hal ini selaras dengan teori yang menyatakan respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat

Berkaitan dengan hal itu, bagaimana jika penghubung antara mobile robot dengan komputer tanpa menggunakan media kabel melainkan menggunakan teknologi tanpa kabel yang

Data khusus berisi tentang faktor alergen, faktor aktivitas fisik serta faktor stress dan derajat serangan malam asma yang terjadi pada penderita asma di Puskesmas Perak

Selain menggunakan sistem harian, dalam seminggu diadakan lomba tiga kali pada hari Selasa malam, Jumat malam dan hari minggu pagi yaitu lomba mataan dimana lomba ini

Peringkat penjualan kendaraan motor suzuki jenis Thunder berada pada posisi kedua dengan prdiksi penjualan tahun 2016 sebanyak 33 unit, tahun 2017 prediksi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian sistem ini yang akan dibangun

a. Rata-rata pemakaian : tidak memakai, sedikit memakai, pemakai biasa dan pemakai berat. Tingkat kesiapan : tidak tahu, tahu, tertarik, ingin mencoba, mencoba