• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. OLEH: Eva Tri Handayani NPM JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. OLEH: Eva Tri Handayani NPM JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PELAKSANAAN SEWA MENYEWA PADA KOLAM PANCING DITINJAU DARI PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH

(Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah)

OLEH: Eva Tri Handayani

NPM. 14118174

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1440 H/ 2018 M

(2)

ii

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana SE

OLEH: Eva Tri Handayani

NPM. 14118174

Pembimbing I : Nizaruddin, S.Ag., M.H Pembimbing II : Dliyaul Haq, M.E.I

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1440 H/ 2018 M

(3)
(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

PELAKSANAAN SEWA MENYEWA PADA KOLAM PANCING DITINJAU DARI PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH (STUDI KASUS

KAMPUNG PUJOKERTO KECAMATAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH)

OLEH:

EVA TRI HANDAYANI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dan apakah pelaksanan sewa menyewa kolam pancing di Trimurjo sesuai dengan fikih muamalah. Adapun rumusan masalah yaitu Bagaimana Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing Ditinjau Dari Perspektif Fikih Muamalah Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah?.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan (Field Reserch) dengan sifat penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan terbagi menjadi sumber data primer dan sumber data sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode berpikir deduktif yang berangkat dari fakta-fakta umum ke khusus.

Dari analisis yang peneliti lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian ini adalah Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing Kampung Pujokerto telah sesuai dengan fikih muamalah, karena dalam sistem sewa kolam pancing tersebut telah memenuhi rukun dan syarat ijarah. Dimana hasil perolehan ikan tidak dapat dipastikan oleh pemancing, hal tersebut tidak merugikan salah satu pihak karena adanya prinsip kerelaan antara pemancing dengan pemilik kolam. Namun, karena ketidakjelasan suatu unsur akad dalam pelaksanaan sewa kolam pancing tersebut. Meskipun hasil ikan yang diperoleh pemancing hanya sedikit atau tidak memperoleh ikan, namun mereka beranggapan bahwa hal tersebut tidak dijadikan masalah karena memancing merupakan bentuk hobi dari mereka.

(7)
(8)

viii MOTTO                          

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S An-Nisa : 29)

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Tiada kata yang pantas diucapkan selain bersyukur kepada Allah SWT yang telah mamberikan begitu banyak berkah dalam hidup peneliti. Peneliti persebahkan Skripsi ini sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ibunda (Tumisri) dan Ayahanda (Suyut) yang senantiasa mendorong, memberi semangat, memotivasi dan mendoakan untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan studi.

2. Kakak-kakakku (Ipen Yudianto dan Enis Nurmalika) yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti.

3. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah Kelas D yang telah memberikan dukungan serta bantuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skrips ini.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulllahirobbil’alamin, segala puji syukur peneliti haturan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing Ditinjau Dari Perspektif Fikih Muamalah (Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah”.

Shalawat serta salam saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Penulisan Skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program studi Ekonomi Syari‟ah Jurusan Syari‟ah dan Ekonomi Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE).

Dalam penyelesaian Skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, tidak lupa peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibu prof. Enizar, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

3. Bapak Nizaruddin, S.Ag.,MH selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dliyaul Haq, M.E.I selaku Dosen Pembimbing II.

4. Bapak Ibu Dosen/Karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas guna menyelesaikan Skripsi ini.

5. Pemilik Kolam Pancing Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo, dan Konsumen/masyarakat Pemancing.

6. Sahabat-sahabatku yang telah memberi motivasi dan semangat (Desi, Maya, Iin, Vicky, dan Novi) sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(11)

xi

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu peneliti mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dikemudian hari.

Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak dalam memahami pengetahuan Ekonomi Syariah.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN NOTA DINAS ... iv

HAMALAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

HALAMAN KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Penelitian Relevan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Ijarah ... 10

1. Pengertian Ijarah ... 10

2. Dasar Hukum Ijarah ... 10

3. Rukun dan Syarat Ijarah ... 12

4. Sifat dan Hukum Akad Ijarah ... 15

5. Macam-macam Ijarah... 17

6. Berakhirnya Akad Ijarah ... 17

B. Pemancingan ... 19

(13)

xiii

2. Lokasi Pemancingan ... 19

3. Klasifikasi Kolam Pemancingan ... 21

C. Fikih Muamalah ... 23

1. Pengertian Fikih Muamalah ... 23

2. Pembagian Fikih Muamalah ... 26

3. Ruang Lingkup Fikih Muamalah ... 27

4. Prinsip-prinsip Fikih Muamalah ... 28

5. Konsep Akad Fikih Muamalah ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 33

B. Sumber Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

D. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Umum Kolam Pemancingan di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah ... 38

B. Sistem Kolam Pemancingan di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah ... 41

C. Analisis Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing Ditinjau Dari Perspektif Fikih Muamalah Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah ... 49

BAB V PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Pra-Survey

3. Surat Izin Research 4. Surat Tugas

5. Surat Balasan Research 6. Alat Pengumpul Data (APD) 7. Outline

8. Nota Dinas

9. Surat Keterangan Bebas Pustaka 10. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mengajarkan setiap manusia untuk saling berinteraksi dan tolong menolong antar sesamanya, serta juga memerintahkan untuk berusaha mencari rezeki sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. Manusia merupakan makhluk sosial karena mereka tidak dapat hidup sendiri, sehingga mereka membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti melakukan transaksi (muamalah). Muamalah berasal dari bahasa arab mufa’alah (saling berbuat) yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga dalam

muamalah butuh sebuah aturan yang disebut dengan fikih muamalah.1

Fikih muamalah itu sendiri merupakan aturan hukum Islam mengenai perilaku manusia di dunia yang berkaitan dengan harta yang mengatur pola akad atau transaksi antar manusia, dan memiliki aturan yang mengikat serta

mengatur para pihak yang melaksanakan muamalah tertentu.2 Dewasa ini

dalam melakukan kegiatan ekonomi banyak yang tidak sesuai dengan fikih muamalah. Selain itu, di dalam fikih muamalah terdapat prinsip-prinsip muamalah yang merupakan hukum asal segala bentuk muamalat adalah mubah, muamalat dilakukan atas dasar suka rela, muamalat dilakukan atas dasar menarik manfaat dan menolak madharat, muamalat dilakukan atas dasar

1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), 2.

2 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 7.

(16)

menegakkan keadilan yang disyari‟atkan kesemua transaksi tersebut, kecuali

transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan. 3 Serta sangat

memperhatikan objek dalam muamalah itu sendiri.

Objek muamalah dalam Islam mempunyai bidang yang luas, sehingga al-Qur‟an dan as-Sunnah secara mayoritas lebih banyak membicarakan persoalan muamalah dalam bentuk global. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan inovasi terhadap berbagai bentuk muamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka, dengan syarat bahwa bentuk muamalah hasil inovasi tersebut tidak keluar dari

ketentuan Islam.4

Perkembangan kebutuhan dalam kehidupan sangat beragam dan selalu berinovasi selain tempat tinggal, pangan, dan pakaian. Manusia juga membutuhkan proses transaksi dengan orang lain, di zaman ini transaksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan manusia salah satunya adalah transaksi dalam bentuk ijarah.

Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi

kebutuhan hidup manusia.5 Sedangkan menurut Mardani ijarah adalah

perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa.6 Berdasarkan beberapa definisi tersebut, ijarah adalah

suatu perjanjian sewa menyewa atas barang yang dapat diambil manfaatnya dengan pembayaran sewa dalam waktu tertentu.

3 Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017), 4. 4 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 8. 5 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 90. 6 Mardani, Fiqh Ekonomi., 247.

(17)

Adapun beberapa bentuk ijarah yaitu ijarah dengan ijarah muntahiyah bittamlik. Ijarah muntahiyah bittamlik merupakan akad antara dua pihak dimana salah satu menyewakan barang kepada pihak lain dengan pembayaran secara angsur dalam jangka waktu tertentu, pada akhir masa sewa kepemilikan

tersebut berpindah kepada pihak penyewa dengan akad baru.7

Sewa menyewa yang digunakan tersebut dalam bentuk sewa barang yang dapat diambil manfaatnya. Dimana pihak penyewa harus memberikan imbalan atas manfaat dari barang yang disewakan oleh pihak penyewa. Dalam hal ini yang disewakan oleh pemilik kolam dalam bentuk tempat dimana terdapat ketidakjelasan pada unsur akadnya. Dimana dalam sewa menyewa kolam tersebut manfaat yang disewa tidak dapat diambil, namun manfaat sewa hanya dapat dipakai untuk sementara waktu.

Berdasarkan survey di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan menggunakan sistem harian dan sistem lomba mataan. Sistem harian yaitu dengan menyewakan tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar sewa, dimana harga yang ditetapkan untuk semua penyewa sama. Pemancing akan dikenakan biaya yang jumlahnya sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pemilik kolam pancing. Dimana harga yang ditetapkan untuk semua penyewa sama yaitu Rp35.000,00 per kilo dalam sehari pukul 08.00-17.00 WIB, dan Rp20.000,00 setengah kilo dalam setengah hari pukul

(18)

17.00 WIB, dan malam buka pada pukul 20.00-00.00 WIB, meski manfaat/objek yang diperoleh antara penyewa yang satu dengan penyewa

lainnya berbeda dan pembayaran dilakukan di akhir.8 Ketika pemancing tidak

memperoleh ikan maka mereka merasa dirugikan karena tetap membayar dengan harga yang sama sebesar Rp35.000,00 namun mereka tetap datang dengan alasan karena memancing merupakan hobi mereka.

Dimana dengan menggunakan sistem harian dan saat pemancing pulang tidak menimbang/menakar ikan yang diperolehnya. Dikarenakan, dalam sistem harian hasil tangkapan tidak dapat dipastikan oleh pemancing sedangkan bayar sewanya sama. Sewa menyewa ini terdapat unsur ketidakjelasan pada akadnya. Dimana dalam ijarah manfaat sewa tidak dapat ambil, namun dalam sewa menyewa kolam pancing tersebut hanya memanfaatkan barang atau tempat untuk memancing.

Selain menggunakan sistem harian, dalam seminggu diadakan lomba tiga kali pada hari Selasa malam, Jumat malam dan hari minggu pagi yaitu lomba mataan dimana lomba ini biasanya diikuti oleh kurang lebih 10 peserta dengan sitem pembayaran awal Rp50.000,00 dan Rp35.000,00 untuk harga ikannya dan Rp15.000,00 untuk mataannya, dimana uang Rp15.000,00 tersebut dikumpulkan dijadikan satu, lalu digunakan untuk memberikan hadiah/uang kepada peserta yang memperoleh ikan dengan dihargai Rp10.000,00 per mata ikan (satu ekor ikan). Pemberian uang tersebut sesuai dengan ikan yang diperoleh peserta, misalnya peserta memperoleh 5 ekor ikan, maka akan

(19)

diberikan uang Rp50.000,00 jadi, peserta tersebut bisa dikatakan memperoleh ikan secara gratis.

Disisi lain peneliti memilih objek penelitian terkait dengan pelaksanaan sewa menyewa kolam pancing di kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah karena tempat pemancingan tersebut merupakan tempat satu-satunya yang berada di desa Pujokerto yang belum lama dibuka dan tempatnya strategis yang tidak jauh dari permukiman, sehingga banyak konsumen yang berdatangan bukan hanya dari orang-orang terdekat melainkan orang-orang jauh untuk memancing. Selain itu, peneliti ingin mengetahui sistem yang digunakan dalam kolam pancing tersebut berbeda dengan yang lain, dimana sewa kolam pancing tersebut hanya menggunakan sistem harian dan sistem lomba mataan. Sedangkan dikolam lainnya tidak menggunakan sistem mataan akan tetapi menggunakan sistem timbang barang, sistem galatama, dan sistem lomba yang terdapat unsur perjudian.

Dimana terdapat unsur ketidakjelasan pada akad sewa menyewa kolam pancing tersebut, dikarenakan dalam ijarah manfaat dari sewa menyewa tersebut tidak dapat diambil namun hanya dapat memakai manfaat barang atau tempat sewa tersebut. Kegiatan pemancingan tersebut sudah terbiasa dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga hal tersebut ada yang menganggap sesuatu hal yang wajar atau bisa diterima secara umum, dikarenakan kegiatan pemancingan kolam ikan ini sebagai bentuk hobi dari

(20)

masyarakat. 9 Hal inilah yang menarik untuk diteliti guna mengetahui pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: Bagaimana pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah, dan apakah pelaksanaan sewa menyewa kolam pancing di Trimurjo sesuai dengan fikih muamalah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

9Wawancara dengan Bapak Tri, Pemancing Kolam Pancing Trimurjo pada tanggal 17 Maret 2018.

(21)

a. Secara Teoretis

1) Sebagai wahana untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang fikih mumalah.

2) Sebagai penjelas dan atau memperkuat atas hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat berguna dan sebagai bahan masukan (pengetahuan) terhadap pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah.

D. Penelitian Relevan (Prior Research)

Permasalahan yang peneliti angkat mengenai “pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah” dalam hal ini peneliti menggunakan objek penelitian yaitu kolam pancing di Trimurjo dan lebih spesifik membahas mengenai pelaksanaan sewa menyewa ditinjau dari perspektif fikih muamalah.

Penelitian ini terkait dengan masalah pelaksanaan sewa menyewa Pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah, karena sebelumnya telah ada penelitian yang membahas hal tersebut. Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan penelitian-penelitian yang terkait adalah Penelitian yang berjudul “Sistem Pemancingan Permadani 23 Karang Rejo Kecamatan Metro Utara Ditinjau Dari Etika Bisnis Dalam Islam oleh Amri Husniati STAIN

(22)

Jurai Siwo Metro Tahun 2004”.10 hasil penelitian ini adalah terdapat empat sistem memancing diantaranya dengan menggunakan sistem timbang barang, sistem galatama, sistem harian dan sistem perlombaan. Dimana dalam sistem tersebut mengandung unsur gharar, ketidakadilan, ketidakpastian, dan perjudian.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dilihat dari adanya penggunaan sistem harian. Adapun perbedaan dalam penelitian di atas lebih fokus terhadap etika bisnis dalam Islam. Sedangkan penelitian ini dengan menggunakan sistem mataan dan sistem harian yang tidak dapat dipastikan hasil tangakapannya. Dimana terdapat unsur ketidakjelasan pada akad sewa menyewa pada kolam pancing tersebut, serta pelaksanaan sewa menyewanya ditinjau dari perspektif fikih muamalah.

Penelitian yang berjudul “Praktek Usaha Kolam Pemancingan Dalam

Tinjauan Islam Di Kota METRO Tahun 2013 oleh Ade Wijaya”.11 Hasil

penelitian ini adanya indikasi terjadinya penyalahgunaan sarana hiburan, hal ini dikarenakan sumber hadiah yang diberikan kepada pemenang lomba memancing berasal dari uang iuran dimana hal ini sama dengan perjudian.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dilihat dari pelaksanaan sewa menyewa kolam pemancingan. Adapun perbedaannya dalam penelitian di atas lebih difokuskan pada tinjauan ekonomi. Sedangkan penelitian ini menggunakan sistem mataan dan sistem harian yang tidak dapat dipastikan

10 Amri Husniati, “Sistem Pemancingan Permadani 23 Karang Rejo Kecamatan Metro Utara Ditinjau Dari Etika Bisnis Dalam Islam”, (STAIN Jurai Siwo METRO, 2004), 6.

11 Ade Wijaya, “Praktek Usaha Kolam Pemancingan Dalam Tinjauan Ekonomi Islam Di Kota METRO Tahun 2013", (STAIN Jurai Siwo METRO, 2013), 7.

(23)

hasil tangkapannya. Dimana terdapat unsur ketidakjelasan pada akad sewa menyewa pada kolam pancing tersebut, serta pelaksanaan sewa menyewanya ditinjau dari perspektif fikih muamalah.

Penelitian berjudul “ Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing ditinjau Menurut Perspektif Fiqih Muamalah oleh M.Arya Mulyawan

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2016”.12

Hasil penelitian ini transaksi tersebut bukan sewa menyewa gharar ataupun sewa menyewa yang terlarang lainnya, maka transaksi ini diperbolehkan, pertimbangan ini dikemukakan karena penduduk setempat tidak memakai istilah sewa menyewa untuk praktik transaksi ini.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dilihat dari pelaksanaan sewa menyewanya terhadap fikih muamalah. Adapun perbedaannya dalam penelitian di atas lebih difokuskan pada adanya pertimbangan antara sewa menyewa terlarang yang diperbolehkan. Sedangkan penelitian ini lebih diarahkan menggunakan sistem mataan dan sistem harian yang tidak dapat dipastikan hasil tangkapannya. Dimana terdapat unsur ketidakjelasan pada akad sewa menyewa pada kolam pancing tersebut, serta pelaksanaan sewa menyewanya ditinjau dari perspektif fikih muamalah.

12 M.Arya Mulyawan, “Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing ditinjau Menurut Perspektif Fiqih Muamalah”, (UIN Riau, 2016), 21.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ijarah

1. Pengertian Ijarah

Lafal al-ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa, atau imbalan. Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa, menyewa, kontrak atau

menjual jasa perhotelan dan lain-lain.13Ijarah menurut syara’ adalah suatu

bentuk akad atas kemanfaatan yang telah disengaja dan menerima

penyerahan, serta diperbolehkannya dengan penggantian yang jelas.14

Al-ijarah dapat diartikan sebagai akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan waktu tertentu, melalui pembayaran upah

sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang. 15

Berdasarkan definisi diatas ijarah adalah suatu perjanjian sewa menyewa atas barang yang dapat diambil manfaatnya dengan pembayaran sewa dalam jangka waktu tertentu.

2. Dasar Hukum Ijarah

Hampir semua ulama ahli fiqih sepakat bahwa ijarah disyariatkan dalam Islam. Adapun golongan yang tidak menyepakatinya, seperti Abu Bakar Al-Asham, Ismail Bin Aliyah, Hasan Al-Basri, Al-Qasyani,

13

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 228.

14

Muhammad Ali, Fiqih, (Bandar Lampung: AURA, 2013), 121.

15

Dimyauddin djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 153.

(25)

Nahrawi dan Ibn Kaisan beralasan bahwa ijarah adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat dipegang (tidak ada). Sesuatu yang tidak ada tidak dikategorikan jual beli. Jumhur ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan berdasarkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

a. Al-Qur‟an Surat Al-Qashash ayat 26 dan 27



















































































(

: صصقلا

62

-62

)

Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik". (QS. Al-Qashash : 26-27)

b. As-Sunnah

ُهُقَرَع َّفِجَي ْنَأ َلْبَ ق ُهَرْجَأ َرْ يِجَلأْا اوُطْعَأ

)رمع نبا نع هجام نبا هاور(

Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelumkeringatnya kering”. (HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)16

16

(26)

Dari ayat Al-Qur‟an dan hadis tersebut akad ijarah atau sewa menyewa hukumnya dibolehkan karena akad tersebut dibutuhkan oleh masyarakat. Sejak zaman sahabat sampai sekarang ijarah telah disepakati oleh para ahli hukum Islam, hal tersebut dikarenakan

masyarakat membutuhkan akad ini.17

Berdasarkan penjelasan tersebut jelas adanya hubungan dasar hukum ijarah dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dimana dalam sewa menyewa ini banyak dilakukan oleh masyarakatkarena dapat menguntungkan berbagai pihak, maka dari itu bentuk sewa menyewa merupakan muamalah yang disyari‟atkan dalam Islam. 3. Rukun dan Syarat Ijarah

a. Rukun Ijarah

Ijarah memiliki beberapa rukun yang telah digariskan oleh

ulama guna menentukan sahnya akad tersebut. 18 Menurut ulama

Hanafiyah, rukun ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira’, dan al-ikra. Adapun menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada 4 yaitu:

1) Aqid‟, yaitu mu‟jir (orang yang menyewakan) dan musta‟jir (orang yang menyewa),

2) Shighat akad, yaitu ijab dan qabul, 3) Ujrah (uang sewa atau upah),

17

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat., 320.

18

(27)

4) Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan

tenaga dari orang yang bekerja.19

Berdasarkan penjelesan tersebut berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perpsektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dimana dalam sewa menyewa ini adanya kedua pihak yang melakukan akad sewa yaitu pihak yang menyewakan dan pihak penyewa, serta terdapat uang sewa yang diberikan oleh pihak penyewa dan adanya manfaat yang dapat diperoleh berupa objek barang tersebut.

b. Syarat Ijarah

Adapun syarat-syarat akad ijarah adalah sebagai berikut:

1) Untuk kedua orang yang berakad (al-muta’aqidain), menurut ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, disyaratkan telah balig dan berakal. Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila, menurut mereka, al-ijarahnyatidak sah.

2) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaanya untuk melakukan akad al-ijarah. Apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah.

3) Manfaat yang menjadi objek al-ijarahharus diketahui secara sempurna, sehinga tidak muncul perselisihan di kemudian hari. Apabila manfaat yang menjadi objek al-ijarah tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan

(28)

menjelaskan jenis manfaatnya, dan penjelasan berapa lama manfaat di tangan penyewa.

4) Objek al-ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak cacat. Oleh sebab itu, para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa.

5) Objek al-ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara‟. Oleh sebab itu, para ulama fiqh sepakat menyatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk mengajarkan ilmu sihir, menyewa seseorang untuk membunuh orang lain (pembunuh bayaran), dan orang Islam tidak boleh menyewakan rumah kepada orang non muslim untuk dijadikan tempatuntuk ibadah mereka.

6) Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa. Misalnya, menyewa orang untuk melaksanakan shalat untuk diri penyewa dan menyewa orang yang belum haji untuk menggantikannya haji penyewa.

7) Objek al-ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti rumah, mobil, dan hewan tunggangan. Oleh sebab itu, tidak boleh dilakukan akad sewa menyewa terhadap sebatang pohon yang akan dimanfaatkan penyewa sebagai penjemur kain cucian, karena akad pohon bukan dimaksudkan untuk penjemur cucian.

8) Sewa dalam akad al-ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai harta. Oleh sebab itu, para ulama sepakat menyatakan bahwa

(29)

khamar dan babi tidak boleh menjadi upah dalam akad al-ijarah, karena kedua benda itu tidak bernilai dalam Islam.

9) Ulama hanafiyah mengatakan sewa itu tidak sejenis dengan manfaat yang disewa. Misalnya, dalam sewa menyewa rumah. Jika sewa rumah dibayar dengan penyewaan kebun, menurut mereka al-ijarah

seperti ini dibolehkan.20

4. Sifat dan Hukum Akad Ijarah a. Sifat Akad Al-ijarah

Para ulama fikih berbeda pendapat tentang sifat akad al-ijarah, apakah bersifat mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama hanafiyah berpendirian bahwa akad al-ijarah itu bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak yang berakad, seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan kecakapan untuk bertindak hukum. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad al-ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh dimanfaatkan.

Akibat perbedaan pendapat ini terlihat dalam kasus apabila salah seorang meninggal dunia. Menurut ulama hanafiyah, “Apabila seorang yang berakad meninggal dunia, maka akad a-ijarah batal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa manfaat itu boleh diwariskan karena termasuk harta (al-mal). Oleh sebab itu, kematian salah satu pihak yang berakad

tidak membatalkan al-ijarah.21

Berdasarkan penjelasan di atas berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari

20

Muhammad Ali, Fiqih., 232.

21

(30)

perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengahdimana dalam melakukan akad sewa menyewa kedua pihak dapat membatalkan jika ada kerusakan atau cacat barang yang di sewakan.

b. Hukum Ijarah

Akibat hukum dari ijarah yang shahih adalah tetapnya hak milik atas manfaat bagi musta’jir (penyewa), dan tetapnya hak milik atas uang sewa atau upah bagi mu’jir (yang menyewakan). Hal ini karena akad ijarah adalah akad mu’awadhah, yang disebut dengan jual beli manfaat.

Dalam ijarah fasidah, apabila mus’tajirtelah menggunakan barang yang disewa maka ia wajib membayar uang sewa yang berlaku (ujratul mitsli). Menurut Hanafiyah, kewajiban membayar ujratul mitsli berlaku apabila rusaknya akad ijarah tersebut karena syarat yang fasid, bukan karena ketidakjelasan harga, atau tidak menyebutkan jenis pekerjaanya. Dalam hal ijarah fasidah karena dua hal yang disebutkan

terakhir ini, maka upah atau uang sewa harus dibayar penuh.22

Berdasarkan penjelasan di atas yang berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dimana kedua pihak telah bersepakat, ketika dalam sewa menyewa tersebut terdapat kerusakan barang

22

(31)

namun pihak penyewa tetap diwajibkan untuk membayar upah sewa, karena adanya kesepakatan di awal.

5. Macam-macam Ijarah

Ada dua macam-macam ijarah yaitu:

a. Ijarah atas manfaat, disebut dengan sewa menyewa. Dalam ijarah bagian pertama ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu benda. b. Ijarah atas pekerjaan, disebut dengan upah mengupah. Dalam ijarah

bagian kedua ini objeknya adalah amal atau pekerjaan seseorang.23

Berdasarkan macam-macam ijarah tersebut maka yang berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah yaitu ijarah atas manfaat karena objek akadnya diambil dari manfaat suatu benda. 6. Berakhirnya Akad Ijarah

Ijarah merupakan suatu akad yang lazim, yaitu suatu akad yang tidak boleh ada pembatalan pada salah satu pihak, baik orang yang menyewakan barang atau penyewa, kecuali ada sesuatu hal yang menyebabkan ijarah itu batal yaitu:

a. Menurut ulama Hanafiyah berakhir dengan meninggalnya salah seorang dari dua orang yang berakad ijarah hanya hak manfaat, maka hak ini tidak dapat diwariskan karena warisan berlaku untuk benda yang dimiliki, sedangkan jumhur ulama berpendapat ijarah tidak boleh

23

(32)

karena kematian salah satu pihak yang berakad. Sifat akad ijarah adalah lazim (mengikat para pihak) seperti halnya dengan jual beli.Ijarah merupakan milik al-manfaah (kepemilikan manfaat) maka dapat diwariskan.

b. Pembatalan akad ijarah dengan iqalah, yaitu mengakhiri suatu akad dengan kesepakatan kedua belah pihak. Diantara penyebabnya adalah aib pada benda yang disewa yang menyebabkan hilang atau berkurangnya manfaat pada benda itu.

c. Sesuatu yang disewakan hancur, rusak, atau mati misalnya hewan sewaan mati, rumah sewaan hancur. Jika barang yang disewakan kepada penyewa musnah, pada masa sewa, perjanjian sewa itu gugur demi hukum dan menanggung resiko adalah yang menyewakan.

d. Waktu perjanjian akad ijarah telah habis, kecuali ada unsur atau halangan. Apabila ijarah telah berakhir waktunya, maka penyewa wajib mengembalikan barang sewaan utuh seperti semula. Bila barang sewaan sebidang tanah sawah pertanianyang ditanami dengan tanaman padi, boleh ditangguhkan padinya dan dipetik dengan pembayaran yang sebanding dengan tenggang waktu yang diberikan. Dalam hal ini ijarah belum dianggap selesai.24

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa berakhirnya akad ijarah ketika salah satu pihak yang melakukan akad wafat maka hak tersebut tidak boleh diwariskan, dimana dalam akad perjanjian dapat dibatalkan

24

(33)

ketika adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dengan sebab benda yang disewakan itu rusak.

B. Pemancingan

1. Pengertian Pemancingan

Menurut Wudianto (1999), memancing secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa dikategorikan sebagai hobi, olahraga luar ruangan, pekerjaan atau kegiatan dipinggir atau ditengah danau, laut,

sungai, dan perairan lainnya dengan target seekor ikan.25 Sedangkan

memancing menurut KBI (kamus bahasa indonesia) adalah menangkap ikan dengan pancing, mengail, untuk memikat sehingga bisa mendapat apa

yang diinginkan tersebut.26

Berdasarkan pengertian diatas memancing dapat dikatakan sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang pemancing untuk mendapatkan sesuai dengan yang diinginkan. Dimana memancing merupakan bentuk dari hobi, olahraga yang dilakukan oleh pemancing.

2. Lokasi Pemancingan

Pengertian lokasi pemancingan menurut Wudianto (1990), terdiri atas perairan umum dan kolam khusus. Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi air (air tawar, air payau, dan air laut) dari garis pasang surut terendah kearah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Perairan

25

Andro Friehandoko, “Kepuasan Konsumen Wisata Pemancinga Ajo Kabupaten Karawang Proponsi Jawa Barat”, (ITB, 2009), 23.

26

(34)

ini kepemilikannya bersifat umum bukan milik perseorangan, contohnya sungai, danau, situ, rawa, waduk atau bendungan, laut dan genangan yang bersifat sementara sedangkan kolam khusus adalah kolam yang secara teknis merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas, dibuat manusia dan mudah dikuasai (diisi air, dikeringkan, diatur, menurut kehendak kita). Pada setiap tempat pemancingan terdapat istilah sewa kolam yang umum yaitu:

a. Sewa Lapak

Lapak adalah tempat pijakan saat memancing, terbuat dari bambu atau papan dan dipasang dipinggiran kolam pemancingan. Pemancing menyewa tempat di kolam pemancingan yang telah diisi ikan oleh pengelola pemancingan untuk periode waktu tertentu.

b. Sistem borongan kolam

Pemancing menyewa kolam sendiri atau bersama-sama untuk periode waktu tertentu. Lama waku, jumlah, dan jenis ikan yang diisikan ke dalam kolam sesuai dengan kesepakatan pemancing dengan pemilik kolam.

c. Sistem kiloan

Pemancing melakukan pemanciangan di kolam dengan besar biaya tergantung pada jumlah (kilogram) yang tertangkap dan sesuai dengan

hargayang telah disepakati sebelumnya.27

27

(35)

Berdasarkan lokasi pemanciangan diatas berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing di kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah, dimana lokasi pemancingan yang digunakan adalah kolam khusus dengan menggunakan sewa lapak.

3. Klasifikasi Kolam Pemancingan

Menurt Wudianto (1999), sistem pemancingan yang sering digunakan oleh para pengelola pemancingan ikan air tawar dalam lokasi kolam buatan dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kolam pancing harian

Tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar harga lapak (sewa lapak berikut ikannya), kemudian memancing. Kegiatan memancing dapat dilakukan setiap hari.

b. Kolam pancing kiloan

Pemancing menggunakan sistem dengan cara menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga berdasarkan perolehan ikannya.

c. Kolam pancing borongan

Pemancing menggunakan sistem dengan cara pemancing atau kelompok, pemancing menyewa kolam pancing yang waktu memancingnya dan jumlah ikan yang diisikan di kolam pancing berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak atau dapat juga

(36)

sekelompok pemancing menawar isi kolam pancing milik petani budidaya, baru dilaksanakan kegiatan memancing.

d. Kolam pancing lomba

Kolam pancing yang dikhusukan untuk para pemancing yang akan mencoba ketangguhan dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi kekaraban sesamanya. Pada sistem pancing lomba, penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan berdasarkan perolehan ikan terberat per ekor yang didaparkan peserta lomba memancing dan lomba memancing dilaksanakan pada hari libur atau minggu dari padi hingga sore.

e. Kolam pancing galatama

Sistem pemamcingan yang hendak mengasah ketrampilan konsumen dalam memancing karena ikan hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Ikan yang ditebar pada kolam pemancingan jumlahnya sangat banyak. Kegiatan memancing dlakukan setiap haridan bersifat perlombaan karena peserta perlombaan memancing akan diberikan hadiah sebagai penghargaan untuk peserta yang keluar sebagai pemenangnya. Hadiah umumnya berupa uang yang jumlah nominalnya tergantung dari jumlah peserta

dan kesepakatan para peserta perlombaan.28

28

(37)

Berdasarkan klasifikasi pemancingan tersebut berkaitan dengan pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing di Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah, dimana dalam sewa menyewa tersebut menggunakan sistem harian dengan cara pemancing membayar harga lapak kemudian memancing.

C. Fikih Muamalah

1. Pengertian Fikih Muamalah

Fiqih muamlah terdiri atas dua kata yaitu fiqih dan muamalah. Agar definisi fiqih muamalah lebih jelas maka akan diuraikan pengertian fiqih, muamalah, dan fiqih muamalah.

a. Fikih

Menurut etimologi adalah alfahmu (paham), seperti

pernyataanfaqqahtuddarsa (saya paham pelajaran itu). Arti ini sesuai dengan arti fikih dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari berikut:

ِنيِّدلا ىِف ُهْهِّقَفُ ي اًرْ يَخ ِهِب ُهَّللا ِدِرُي ْنَم

)يراخب مامإ ةياور(

Artinya: “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisiNya, niscaya diberikan kepadaNya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”(HR. Imam Bukhari)

Fiqih menurut istilah sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf yaitu:

Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‟ yang bersifat amaliyah yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Atau fiqh adalah

(38)

himpunan hukum-hukum syara‟ yang bersifat amaliyah yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.

b. Muamalah

Kata muamalah adalah masdar dari kata „amala-yu’ailu-muamalatan yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling mengenal. Menurut A. Warson Munawir, muamalah secara etimologis

yaitu perlakuan hubungan kepentingan seperti jual beli.29

Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tanpa memandang agama atau asal usul kehidupannya.

c. Fiqih Muamalah

Fiqih muamalah dalam arti luas menurut Ad-Dimyati, fiqih muamalah adalah aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi. Sedangkan menurut pendapat Mahmud Syaltout yaitu ketentuan-ketentuan hukum mengenai hubungan

perekonomian yang dilakukan anggota masyarakat, dan

bertendensikan kepentingan material yang saling menguntungkan satu sama lain.

Berdasarkan pemikiran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiqih muamalah adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan jasa penitipan diantara anggota-anggota

29

(39)

masyarakat sesuai keperluan mereka, dan dalil-dalil syara‟ yang terinci.30

Menurut Harun Fiqh muamalah terdiri dari kata “fiqh” dan “muamalah” fiqh secara bahasa berati al-fahmu (paham), sedangkan secara istilah fiqh berarti ilmu tentang hukum-hukum syara‟ amaliyah yang digali atau diperoleh dari dalil-dalil yang tafshili (rinci). Dengan kata lain fiqh berarti kumpulan hukum syara yang berhubungan dengan amal perbuatan manusia (mukallaf) yang digali dari dalil-dalil yang rinci.

Perkembangan selanjutnya, ulama fiqh membagi beberapa bidang yang salah satunya adalah fiqh muamalah. Muamalah berasal dari kata yang semakna dengan mufa’alah (saling berbuat), yang menggambarkan adanya suatu aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, fiqh muamalah berarti hukum-hukum syara‟ yang berhubungan dengan perbuatan manusia

yang menyangkut urusan keduniaan.31

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas fiqih muamalah adalah suatu aturan hukum mengenai kegiatan perilaku manusia didunia yang berkaitan dengan harta yang mengatur tentang pola akad atau transaksi antarmanusia, dan memiliki aturan yang mengikat para pihak yang melaksanakan muamalah tertentu.

30

Nizaruddin, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Idea Press, 2013), 4.

31

(40)

2. Pembagian Fiqih Muamalah

Al-Fikri dalam kitab Al-Muamalah Al-Madiyah, wa Al-Adabiyah, membagi fiqih muamalah menjadi dua bagian yaitu:

a. Al-Muamalah Al-Madiyah

Al-Muamalah al-madiyah adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya, yaitu benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah al-madiyah bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjualbelikan atau diusahakan,

benda yang menimbulkan kemudaratan dan mendatangkan

kemaslahatan bagi manusia, dan lain-lain.

Dengan kata lain, al-muamalah al-madiyah adalah aturan-aturan yang telah ditetapkan syara‟ dari segi objek benda. Oleh kerena itu, berbagai aktivitas muslim yang berkaitan dengan benda, seperti al-bai‟ (jual-beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh keuntungan semata, tetapi lebih jauh dari itu, yakni untuk memperoleh ridha Allah. Konsekuensinya, harus menuruti tata cara jual-beli yang

telah ditetapkan syara‟.32

Berdasarkan penjelasan di atas yang berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dimana dalam sewa menyewa ini sudah jelas objeknya yaitu benda yang halal.

(41)

b. Al-Muamalah Al-Adabiyah

Al-muamalah al-adabiyah maksudnya, muamalah ditinjau dari segi cara tukar menukar benda, yang sumbernya dari pancaindera manusia, sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasud, iri, dendam, dan lain-lain.Dalam bahasa yang lebih sederhana, al-muamalah al-adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat yang ditinjau dari segi subjeknya, yaitu manusia sebagai pelakunya. Dengan demikian, maksud adabiyah berkisar dalam keridaan dari kedua belah pihak yang melangsungkan akad, ijab

qabul, dusta, dan lain-lain.33

Dari pembagian fiqih muamalah tersebut makayang berkaitan dalam penelitian tentang pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah adalah al-muamalah al-madiyah karena dalam penjelasan tersebut dijelaskan bahwa muamalah yang dikaji dilihat dari segi objeknya yaitu benda yang bersifat halal, haram dan syubhat untuk dimiliki.

3. Ruang Lingkup Fikih Muamalah

Sesuai dengan pembahasan muamalah, maka ruang lingkup fiqh muamalah terbagi dua. Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab dan qabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah

33

(42)

satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.

Ruang lingkup pembahasan madiyah ialah masalah jual beli (al-bai’ al-tijarah), gadai (ar-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman), pamindahan hutang (hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-hajru), perseroan atau (al-syirkah), perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah), sewa menyewa (al-ijarah‟), pemberian hak guna pakai ariyah), barang titipan wadi’ah), barang temuan luqathah), garapan tanah mujara’ah), sewa menyewa tanah mukhabarah), upah (ujarat al’amal), gugatan syuf’ah), sayembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah), pemberian (al-hibah), pembebasan (al-ibra)¸ damai (al-shulhi), ditambah dengan beberapa masalah mu’ashirah (muhaditsah), seperti masalah bunga bank, asuransi,

kredit dan masalah baru lainnya.34

Berdasarkan ruang lingkup fikih muamalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada salah satu ruang lingkup fikih muamalah yaitu tentang sewa menyewa (al-ijarah) karena berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah.

4. Prinsip-prinsip Fikih Muamalah

Hal-hal yang menjadi prinsip dalam bermuamalah adalah: a. Mubah

Prinsip dasar dalam setiap bentuk muamalah dalam Islam adalah mubah atau boleh. Setiap akad muamalah yang dilakukan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya adalah boleh selama tidak ada dalil yang menyatakan keharamannya.

34

(43)

b. Halal

Dalam melakukan muamalah, benda yang akan ditransaksikan harus suci zatnya sesuai dengan QS. Al-Maidah (5:88).

c. Sesuai Dengan Ketentuan Syariat Dan Aturan Pemerintah

Dalam Islam prinsip yang berlaku adalah melakukan transaksi harus sesuai dengan apa yang diatur dalam syariat dan peraturan pemerintah. Transaksi yang dilakukan dengan cara melawan hukum yang berlaku atau bertentangan dengan ketentuan syariat dipandang tidak sah. d. Asas Manfaat

Benda yang ditransaksikan harus mempunyai manfaat, baik manfaat yang dapat dirasakan secara langsung, seperti buah-buahan, maupun tidak langsung, seperti bibit tanaman.

e. Asas Maslahat

Prinsip ini sejalan dengan tujuan syariat (maqashid syariah) yakni mendatangkan kemaslahatan dan menghindari kemudaratan pada setiap transaksi yang dilakukan.

f. Asas Kerelaan

Dalam Islam, setiap akad atau transaksi yang dilakukan dengan manusia harus dilakukan atas dasar suka sama suka atau kerelaan. g. Niat

Niat merupakan sesuatu yang sangat menentukan nilai suatu perbuatan, karena hasil dari suatu perbuatan tergantung pada niat.

(44)

h. Asas Tolong Menolong

Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan

manusia lain dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya.35

Berdasarkan prinsip-prinsip fikih muamalah tersebut maka yang berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah yaitu menggunakan asas manfaat karena prinsip tersebut terdapat manfaat yang dirasakan langsung oleh konsumen/masyarakat pemancing.

5. Konsep Aqad Fiqih Muamalah

Setiap kegiatan usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah kumpulan transaksi-trsansaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu objek tertentu, baik objek berupa barang ataupun jasa. Objek transaksi menurut syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa, bahkan jasa dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya objek transaksi dapat dibedakan kedalam:

a. Objek yang sudah pasti (Ayn), yaitu objek yang sudah jelas keberadaanya atau segera dapat diperoleh manfaatnya.

b. Objek yang masih merupakan kewajiban (Dayn), yaitu objek yang

timbul akibat suatu transaksi yang tidak tunai.36

35

(45)

Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut: 1. Aqad Mudharabah

Ikatan atau aqad mudharabah pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran berupa hubungan kerjasama antara pemilik usaha dengan pemilik harta.

2. Aqad Musyarakah

Ikatan atau aqad musyarakah pada hekekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi pemilik usaha.

3. Aqad Perdagangan

Aqad fasilitas perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan atas suatu transaksi jual beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas penundaan pembayaran atau penyerahan objek sehingga pembayaran atau penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat transaksi.

4. Aqad Ijarah

Aqad ijarahadalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan objek melalui penguasaan sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada pemilik objek. Ijarah mirip dengan leasing namun tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena

36

(46)

ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi

perpindahan kepemilikan.37

Berdasarkan konsep aqad fiqih muamalah tersebut maka yang berkaitan dengan penelitian pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau dari perspektif fikih muamalah studi kasus kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah yaitu dengan menggunakan aqad ijarah karena dalam aqad tersebut dengan memberikan hak untuk memanfaatkan objek melalui penguasaan sementara dengan membayar imbalan kepada pemilik objek.

37

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi sosial, individu, kelompok,

lembaga dan masyarakat.38 Jadi peneliti melakukan penelitian secara

langsung di tempat penelitian Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing Ditinjau Dari Perspektif Fikih Muamalah Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu yang berupa

keterangan-keterangan dan bukan berupa perhitungan dan angka. 39

Sedangkan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.40

Jadi penelitian deskriptif kualitatif adalah sifat penelitain yang bertujuan untuk menggambarkan atau menjabarkan tentang suatu kondisi dan situasi, yang penjabarannya tertuang dalam bentuk kalimat bukan

38

Husein Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) 24.

39

Sumadi Suryabrata, Metodologi Peneitian, Cet. Ke-VI (Jakarta: Rajawali Press, 1991), 8.

40

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 4.

(48)

angka. Artinya, dalam penelitian ini hanya berupa gambaran dan keterangan-keterangan mengenai Pelaksanaan Sewa Menyewa Pada Kolam Pancing Ditinjau Dari Perspektif Fikih Muamalah Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.41 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pemilik

Sewa Menyewa Kolam Pancing dan konsumen/masyarakat di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah. Dimana peneliti wawancara dengan 1 pemilik kolam pancing yaitu Bapak Selak dan mengambil 8 sampel pemancing.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan

kepustakaan.42 Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber

data dari buku-buku dan dokumen, yaitu Seperti buku Fikih Ekonomi Syariah (Mardani), Fiqh Muamalah (Nasrun Harun), Fiqih Muamalah

41

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik Komunikasi Manajemen dan Pemasaran,

(Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2013), 129.

42

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 88.

(49)

(Rahmad Syafei), Pengantar Fiqh Muamalah (Dimyauddin Djuwaini), Fiqh Muamalah (Nizaruddin), Fikih Muamalah (Hendi Suhendi).

C. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu: 1. Wawancara

Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang

diwawancara.43 Macam-macam wawancara terdiri dari :

a. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukakan.

b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan cara pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden tanpa terikat pola-pola tertentu.

c. Campuran, bentuk ini merupakan campuran antara wawancara

berstruktur dengan tak berstruktur. 44

Berdasarkan rnacam-macam wawancara di atas maka penelitian ini menggunakan wawancara campuran yaitu gabungan dari wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Pada wawancara ini peneliti membawa sederet pertanyaan, namun pada saat wawancara peneliti dapat mengembangkan pertanyaan lagi. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan 1 pemilik sewa menyewa kolam pancing Bapak Selak dan 8 konsumen/masyarakat di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah.

43

Abdurrahmat Fathoni, Meteodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skirpsi, (Jakarta; Rineka Cipta, 2011), 105.

44

(50)

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 8

konsumen/masyarakat pemancing dengan menggunakan teknik

Purposive sampling merupakan pengambilan sampel hanya pada

individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.45

Peneliti mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu masyarakat Pujokerto yang sering memancing di kolam pancing tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti tidak mengambil semua individu namun yang sering datang memancing di kolam pancing tersebut berdasarkan temuan dan ciri-ciri subjek yang diteliti dengan

mengambil 9 sampel (1 pemilik kolam pancing dan 8

konsumen/masyarakat). 2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencantatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran.46 Berdasarkan pengertian tersebut

peneliti menggunakan metode observasi langsung yaitu peneliti terjun ke lapangan mengamati pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing. D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, menemukan pola, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

45

Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 118.

(51)

apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.47

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif karena data yang didapat berupa uraian-uraian dan keterangan-keterangan. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data yang didapatkan berupa uraian-uraian dan keterangan dari kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti.

Cara berfikir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deduktif, berfikir deduktif yaitu dengan menggunakan analisis yang berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti

dan hasilnya dapat memecahkan persoalan khusus.48 Cara berfikir ini

digunakan untuk membahas mengenai Pelaksanaan Sewa Menyewa Kolam Pancing Ditinjau Dari Perspektif Fikih Muamamalah Studi Kasus Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah.

47

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian., 248

48

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999), 20.

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kolam Pemancingan di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah

Kolam pemancingan di kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah berdiri sejak tahun 2016 yang dikelola oleh Bapak Selak, dengan luas tanah 1/8 hektar yang dibangun kolam pemancingan dengan berukuran 25×13 M². Usaha kolam pemancingan yang dijalani oleh Bapak Selak sudah berjalan ± 2 (dua) tahun.

Pemilik kolam pemancingan ini adalah Bapak Paino yang dibangun dengan tanah yang dimilikinya. Kemudian sebelum kolam pemancingan dikelola oleh Bapak Selak sebelumnya telah dikelola oleh orang lain. Namun setelah kolam pemancingan berjalan sekitar beberapa bulan yang dikelola oleh orang tersebut, penghasilan yang didapat tidak sesuai atau tidak menghasilkan keuntungan.

Adanya hal tersebut, maka Bapak Paino mencari pengganti untuk mengelola kolam pemancingan kepada Bapak Selak untuk mengelola kolam pemancingan tersebut. Sehingga sampai sekarang kolam pemancingan yang dikelola oleh Bapak Selak telah berjalan lancar dan berpenghasilan yang cukup lumayan untuk kegiatan usaha sampingannya.

Nama pemancingan kolam ikan tersebut adalah pemancingan Gapura Gajah. Dimana nama tersebut diambil dari adanya tugu patung

(53)

gajah yang berbatasan antara desa Pujokerto dengan desa Pujobasuki.

Jenis ikan yang ada di kolam pemancingan tersebut adalah ikan emas.49

Tempat usaha sewa menyewa kolam pemancingan di kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah didirikan dengan alasan sebagai usaha sampingan, dan untuk mendapatkan profit atau keuntungan. Selain itu, belum adanya yang membuka usaha kolam pemancingan tersebut, sehingga peluang ini dapat dimanfaatkan oleh Bapak Selak.

Kolam pemancingan di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah menggunakan sistem harian dan sistem lomba mataan, dimana kolam pemancingan tersebut dibuka setiap hari mulai dari pagi sampai malam hari. Dimana harga yang ditetapkan untuk semua penyewa sama yaitu Rp35.000,00 perkilo dalam sehari pukul 08.00-17.00 WIB, dan Rp20.000,00 setengah kilo dalam setengah hari pukul 12.00-17.00 WIB,

dan malam buka pada pukul 20.00-00.00 WIB.50 Dimana pemilik kolam

pancing menyediakan tempat untuk disewakan kepada para pemancing dengan menggunakan sistem yang telah diterapkan tersebut.

Perlombaan memancing di kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dilakukan tiga kali dalam satu minggu yaitu pada hari selasa malam dan jumat malam pada pukul 20.00-00.00 WIB, namun jika pada siang hari perlombaan dilakukan pada hari jumat siang dimulai pukul 14.00-15.00 WIB dan hari minggu pada pukul 08.00-17.00.

49

Wawancara dengan Bapak Selak, Pemilik Kolam Pancing Trimurjo pada13 Oktober 2018

50

Wawancara dengan Bapak Selak, Pemilik Kolam Pancing Trimurjo pada13 Oktober 2018

(54)

Batas waktu lomba mataan tersebut sekitar 2-3 jam sampai ikan untuk loma mataan di dalam kolam sudah habis, maka setelah itu boleh dilanjutkan bebas memancing seperti biasa.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan pada Bapak Selak menyatakan banyak pemancing yang berdatangan untuk memancing di kolam pemancingan kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah selain dari pemancing sekitar namun juga banyak dari pemancing

luar.51 Peniliti mengambil 8 (delapan) sampel konsumen/masyarakat yang

memancing di kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah diantaranya yaitu Bapak Miswantoro (Nunggal Rejo), Bapak Jom (Nunggal Rejo), Bapak Sabarno (Pujoasri), Bapak Eman (Kota Gajah), Bapak Tri (Pujokerto), Bapak Hamdani (Pujodadi), Bapak Kodiran (Pujokerto), dan Bapak Dodi (Pujokerto). Dalam penyewaan kolam pancing yamg diterapkan tersebut dilakukan secara individu.

Pemancing tidak ada yang komplain atau keberatan dengan adanya sistem yang diterapkan oleh pemilik kolam pancing tersebut. Karena menurut mereka sistem yang diterapkan dalam kolam pancing tersebut telah sesuai dan tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh pemilik kolam pemancingan.

51

Wawancara dengan Bapak Selak, Pemilik Kolam Pancing Trimurjo pada13 Oktober 2018

(55)

B. Sistem Kolam Pemancingan di Kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah

Sistem yang dilakukan di kolam pemancingan kampung Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah menggunakan 2 (dua) sistem yaitu sistem harian dan sistem lomba mataan. Sistem harian yaitu dengan menyewakan tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar sewa, dimana harga yang ditetapkan untuk semua penyewa sama. Dalam sistem harian pemancing akan dikenakan biaya yang jumlahnya sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pemilik kolam pancing. Dimana harga yang ditetapkan untuk semua penyewa sama yaitu Rp35.000,00 perkilo dalam sehari pukul 08.00-17.00 WIB, dan Rp20.000,00 setengah kilo dalam setengah hari pukul 12.00-17.00 WIB, dan malam buka pada pukul 20.00-00.00 WIB.

Sistem lomba mataan ini dilakukan satu minggu tiga kali yaitu pada hari selasa malam dan jumat malam, namun jika siang hari dilakukan pada hari jumat dan hari minggu. Lomba mataan ini dilakukan dengan membagi undian kepada pemancing dimana pemancing duduk memancing berdasarkan nomor undian tersebut. Kemudian pemancing tersebut tidak boleh berpindah tempat memancing sebelum lomba mataan selesai. Jika lomba mataan sudah selesai maka pemancing bebas untuk berpindah memancing.

Lomba mataan ini biasanya diikuti oleh kurang lebih 10 pemancing dengan sistem pembayaran awal Rp50.000,00 dan Rp35.000,00 untuk

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, total kendaraan yang dimilikinya akan menjadi 310 unit, meningkat dari posisi sebelum IPO yakni pada 2019 yang hanya 105 unit.. Source: Bisnis

Pada Fuzzy C-Means clustering dengan 3 cluster menunjukkan peringkat cluster terbaik atau termasuk kelompok pelanggan gold atau yang bersifat loyal yaitu cluster 3 kemudian

Salah satu bentuk kerjasama yang dijalin pihak Indonesia adalah hubungan antara Negara Indonesia dengan negara Swiss melalui suatu perjanjian Internasional mengenai

Untuk mengurangi biaya pengendalian hama, upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah menerapkan teknologi pengendalian berbasis ekologi, yang meliputi tumpang sari kapas

Wirid remaja dan didikan subuh ini telah menjadi icon pendidikan keagamaan dalam bentuk pendidikan non formal dalam wajah pendidikan di Kota Padang. Instruksi walikota sebagai

Dalam penelitian ini metode pencatatan dokumen digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif tentang pelaksanaan program dan belanja pada program Polmas

Indikator Kriteria & Bentuk Penilaian Metode Pembelajaran (Estimasi Waktu) Materi Pembelajaran (Pustaka) Bobot Penilaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 13-15

Kamulyan, B., 2008, Liquid Smoke atau lebih dikenal sebagai asap cair merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun