• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK (Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK (Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

(Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Febi Dwi Andyani NIM: 11151120000081

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020/1441 H

(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

(Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Febi Dwi Andyani NIM: 11151120000081

Dosen Pembimbing

Dra. Gefarina Djohan, MA NIP. 19631024 199903 2 001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

M/1441 H

(3)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK (Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)

1. Merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Juni 2020

Febi Dwi Andyani NIM: 11151120000081

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Febi Dwi Andyani

NIM : 11151120000081

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

(Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)

dan telah diuji.

Jakarta, 8 Juni 2020

Mengetahui, Menyetujui, Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dra. Gefarina Djohan, MA NIP. 19701013 200501 1 003 NIP. 19631024 199903 2 001

(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK (Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)

Oleh Febi Dwi Andyani

11151120000081

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP. 19701013 200501 1 003 NIP. 19770424 200710 2 003

Penguji I, Penguji II,

Dr. Agus Nugraha, MA Dr. Haniah Hanafie, M.Si

NIP. 19680801 200003 1 001 NIP. 19610524 200003 2 002 Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 8 Juni 2020. Ketua Program Studi Ilmu Politik,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP. 19701013 200501 1 003

(6)

ABSTRAK Nama : Febi Dwi Andyani

NIM : 11151120000081

Judul : Implementasi Kebijakan Publik (Studi pada Kartu Sehat Bekasi tahun 2017 dan 2018)

Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Mahalnya biaya kesehatan seringkali menjadi permasalahan di masyarakat, terlebih masyarakat yang kurang mampu. Oleh karena itu, pemerintah dituntut agar mampu mencanangkan sebuah kebijakan dalam bidang kesehatan yang adil dan merata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana implementasi kebijakan Kartu Sehat di Kota Bekasi pada tahun 2017 dan 2018, serta melihat faktor-faktor yang ada dalam implementasinya. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis teori model implementasi menurut Van Metter dan Van Horn terdapat enam variabel didalamnya yang sekaligus menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendukungnya yaitu ukuran dan tujuan, sumber daya, karakteristik pelaksana, kecenderungan pelaksana. Meski dalam implementasinya sudah berjalan dengan baik, kebijakan ini masih mengalami kendala yang menjadi penghambatnya. Seperti kurangnya komunikasi antar pelaksana dengan kelompok sasaran dan lingkungan eksternal yang kurang kondusif menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan Kartu Sehat Bekasi.

(7)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Publik (Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)”. Shalawat serta salam terucapkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya sejak awal hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

2. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Suryani, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

5. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen seminar proposal, penulis ucapkan terima kasih karena telah membimbing dan memberikan masukannya kepada penulis selama proses mengerjakan proposal skripsi. 6. Dra. Gefarina Djohan, MA, selaku dosen pembimbing yang telah dengan

sabar membantu, membimbing, serta memberikan dukungan kepada penulis hingga tahap akhir penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan penulis dengan ilmunya yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Dr. H. Rahmat Effendi, selaku Walikota Bekasi yang telah meluangkan waktu disela kesibukannya untuk menjadi narasumber dan memberikan informasi mengenai data-data yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi.

9. Faisal, selaku anggota DPRD Komisi IV Kota Bekasi yang telah meluangkan waktunya dan telah bersedia membantu memberikan informasi data dalam penelitian skripsi.

10. dr. Fikri Firdaus, selaku Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan dan Rujukan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, yang telah membantu memberikan data-data dan masukan yang baik dalam penelitian skripsi.

11. dr. Ria Joesriati, selaku Kepala UPTD Puskesmas Pondok Gede, yang telah memberikan data-data yang dibutuhkan oleh penulis dan berdiskusi mengenai penelitian skripsi.

(9)

12. Dhicky Sultan Hadi, selaku Bagian Verifikasi Kartu Sehat RSUD Chasbullah Kota Bekasi, yang telah meluangkan waktunya dan membantu penulis memberikan informasi melalui wawancara.

13. Masyarakat Kota Bekasi, yang telah bersedia untuk diwawancarai sehingga membantu penulis dalam mendapatkan informasi.

14. Orang tua penulis yang tercinta, Anjar Pramono dan Vivi Rianti, penulis sangat berterimakasih karena doa dan dukungan yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta kakak dan adik penulis Tantri Astriani dan Acita Nabila Anjani, terima kasih atas dukungan dan doanya kepada penulis selama ini.

15. Sahabat terbaik penulis, Lidya Puspita Lestari yang sejak 12 tahun yang lalu tidak pernah berhenti untuk memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis hingga tahap akhir penulisan skripsi.

16. Sahabat penulis, Aya Yola Wulandari, Dhea Rissa Utami, Indri Wulandari, Meiga Saputri Gumelar, Puspa Indah, Irma Irawati, dan Lina Wardani yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam penelitian skripsi. 17. Adha Rifadly Akbar yang telah memberikan dukungan dalam penulisan

penelitian skripsi.

18. CB Politik 2015, Azizah Putri Rivinia, Dyah Safira Priambodo, Nahdahtul Hikmah, Diana Novita Sari, Neng Sys Mafazah, Nofika Indah Lestari, Astri Diyawati, dan Indah Dwi Wulandari yang menjadi penyemangat penulis selama masa perkuliahan, terima kasih atas diskusi dan dukungannya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(10)

19. Teman-teman dari Politik B 2015 (Polbe), yang membuat masa perkuliahan penulis menjadi sangat terkenang.

20. KKN Lentera 126, yang membuat pengalaman penulis di Desa Cibalung selama satu bulan menjadi kenang yang tidak akan dilupakan dan selalu menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini hingga selesai. Penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan yang diberikan, penulis tidak yakin akan mampu menyelesaikan skripsi tanpa bantuan mereka, semoga Allah SWT senantiasa melindungi mereka dan membalas kebaikan yang telah mereka lakukan. Atas segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 3 Februari 2020

Febi Dwi Andyani NIM: 11151120000081

(11)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

D. Tinjauan Pustaka ...7

E. Metode Penelitian...10

F. Sistematika Penelitian ...13

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP ...14

A. Teori Kebijakan Publik ...14

1. Pengertian Kebijakan Publik ...14

2. Implementasi ...16

3. Evaluasi ...19

B. Konsep tentang Hak Atas Kesehatan ...21

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...24

A. Profil Kota Bekasi ...24

1. Sejarah Kota Bekasi ...24

2. Geografis ...26

3. Kependudukan...27

4. Pelayanan Publik ...30

5. Visi & Misi ...31

B. Gambaran Umum Kartu Sehat Bekasi ...33

1. Latar Belakang ...35

2. Landasan Hukum ...36

BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KARTU SEHAT BEKASI TAHUN 2017 DAN 2018 ...37

A. Perbedaan Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018 ...37

1. Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi tahun 2017 ...38

2. Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi Tahun 2018 ...48

3. Analisis Perbedaan Kebijakan Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan Kartu Sehat Bekasi Tahun 2018 ...57

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi ...66

1. Faktor Pendukung ...66

(12)

BAB V PENUTUP ...81

A. Kesimpulan ...81

B. Saran ...82

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi di berbagai Kecamatan

Tahun 2016 ...28 Tabel III.2 Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 2017 dan 2018 ...29 Tabel III.3 Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Kota Bekasi

Tahun 2016 ...30 Tabel III.4 Data Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Kota Bekasi

Tahun 2015 dan 2016 ...31 Tabel IV.1 Daftar Rumah Sakit di Wilayah Kota Bekasi yang Bekerjasama

Tahun 2017 ...47 Tabel IV.2 Daftar Rumah Sakit di Wilayah Luar Kota Bekasi yang

Bekerjasama Tahun 2017 ...48 Tabel IV.3 Daftar Rumah Sakit yang Bekerjasama Pada Tahun 2018 ...55 Tabel IV.4 Perbedaan antara Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi di

tahun 2017 dan Kartu Sehat Bekasi tahun 2018 ...57 Tabel IV.5 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bekasi pada

tahun 2015-2018 ...67 Tabel IV.6 Angka Harapan Hidup Manusia Kota Bekasi pada Tahun

2015-2018 ...68 Tabel IV.7 Data Angka Kematian Ibu di Kota Bekasi ...68 Tabel IV.8 Data Angka Kematian Bayi Kota Bekasi tahun 2015-2018 ...69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.2 Peta Kecamatan di Kota Bekasi...29

Gambar III.1 Brosur Layanan Kartu Sehat ...35

Gambar IV.1 Kondisi Ruang Tunggu Puskesmas Pondok Gede ...45

Gambar IV.2 Kondisi Ruang Tunggu RSUD Chasbullah Kota Bekasi ...63

Gambar IV.3 RSUD Tipe D di Kecamatan Jatisampurna...71

Gambar IV.4 RSUD Tipe D di Kecamatan Pondok Gede ...71

(15)

Alkes : Alat Kesehatan

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial

Dinsos : Dinas Sosial

Disdukcapil : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPT : Daftar Pemilih Tetap

DUHAM : Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia HAM : Hak Asasi Manusia

ICU : Intensif Care Unit IGD : Instalasi Gawat Darurat JKN : Jaminan Kesehatan Nasional KIS : Kartu Indonesia Sehat KK : Kartu Keluarga

KPU : Komisi Pemilihan Umum

KPUD : Komisi Pemilihan Umum Daerah

KS : Kartu Sehat

MoU : Memorandum of Understanding NICU : Neonatal Intensif Care Unit NIK : Nomor Induk Kependudukan PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa Pemda : Pemerintah Daerah

Perda : Peraturan Daerah

PICU : Perintal Intensif Care Unit Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah

RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Pendek Daerah RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SKPD : Satuan Kerja Pembantu Daerah UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah UUD : Undang-Undang Dasar

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara salah satunya adalah tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain pendidikan dan pekerjaan, kesehatan juga menjadi suatu hal yang penting bagi kesejahteraan. Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap individu untuk dapat hidup layak dan produktif. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 bahwa pembangunan kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat masyarakat dengan derajat setinggi-tingginya.1

Program pelayanan kesehatan tingkat nasional sejak masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berkonsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kemudian pada tahun 2014, per-tanggal 1 Januari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai mengelola Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) pada era Jokowi. Mengacu pada data jumlah masyarakat yang terdaftar dalam BPJS di daerah Jawa Barat pada Oktober 2017 yaitu sekitar 70,36%, hal tersebut berarti bahwa masyarakat Jawa Barat mulai sadar akan kesehatan meski masih terdapat 30% yang tidak ikut serta dalam jaminan kesehatan tersebut.2 Keikutsertaan masyarakat Jawa Barat yang kurang ini dikarenakan stigma masyarakat

1 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

2Rep-No, “Jumlah Peserta BPJS Kesehatan di Jabar Capai 22 Juta”, tersedia di

https://jabarprov.go.id/index.php/news/23590/2017/12/04/Jumlah-Peserta-BPJS, di akses pada 2 Mei 2018.

(17)

mengenai jaminan kesehatan yang dalam prakteknya sering terjadi diskriminasi, seperti dalam hasil penelitian Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan bahwa peserta kartu JKN di nomor duakan misalnya kebohongan ketersediaan kamar kelas III yang seharusnya digunakan oleh peserta JKN, sehingga masyarakat tidak ingin berpartisipasi dalam jaminan kesehatan.3

Diskriminasi dalam pelayanan kesehatan menjadi pemicu kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ikut serta dalam program pemerintah tersebut. Dengan anggapan masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan cukup berbelit, sehingga membuat masyarakat memilih untuk mengeluarkan biaya sendiri ketika terjadi keluhan sakit dan fatalnya adalah ketika masyarakat kurang mampu lebih memilih menahan rasa sakitnya karena keterbatasan biaya. Mahalnya biaya kesehatan merupakan salah satu penyebab sulit terwujudnya kesempatan yang sama bagi setiap orang dalam haknya di bidang kesehatan.

Dalam kasus di atas, banyak masyarakat Kota Bekasi yang mengeluh tentang pemerataan pelayanan kesehatan dalam jaminan kesehatan baik KIS ataupun BPJS. Kurang baiknya aksesibilitas jaminan kesehatan, membuat masyarakat pengguna JKN seperti di nomor duakan (prosedur berbelit dan pelayanan kurang maksimal) dalam mendapatkan pelayanan kesehatan

3 Ady Thea, “ICW Temukan Banyak Kecurangan JKN di Rumah Sakit”, tersedia di

https://m.hukumonline.com/berita/icw-temukan-banyak-kecurangan-jkn-di-rumah-sakit/, di akses pada 5 Mei 2018.

(18)

dibandingkan dengan pasien umum. 4 Mengingat bahwa Kota Bekasi merupakan salah satu daerah penyangga ibu kota, dikarenakan letaknya yang berdekatan dengan DKI Jakarta. Hal itu menjadikan Kota Bekasi sebagai tujuan masyarakat untuk menetap dan akan menimbulkan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bekasi setiap tahunnya.

Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2015 sebanyak 2.733.240 jiwa hingga tiga tahun kemudian meningkat yakni pada tahun 2018 menjadi sebanyak 2.953.859 jiwa. 5 Peningkatan pada jumlah penduduk dapat menjadi beban pembangunan dan tantangan bagi pemerintah setempat. Hal tersebut menuntut agar pemerintah dapat berupaya mengendalikan penduduk yang diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya, salah satunya pada bidang kesehatan. Karena tingkat kesehatan sangat berpengaruh bagi produktifitas sumber daya manusia yang akan mendukung keberhasilan pembangunan.

Melihat pada permasalahan tersebut, Rahmat Effendi selaku Walikota Bekasi mencanangkan Kartu Sehat Bekasi yang resmi pada tahun 2017. Kebijakan ini merupakan jaminan kesehatan daerah yang selanjutnya di singkat jamkesda Kota Bekasi yang menggunakan sistem berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK). Sebelum diwujudkan menjadi kartu sehat,

4 Ady Thea, “ICW Temukan Banyak Kecurangan JKN di Rumah Sakit”, tersedia di

https://m.hukumonline.com/berita/icw-temukan-banyak-kecurangan-jkn-di-rumah-sakit/, di akses pada 5 Mei 2018.

5 Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id/,

(19)

jamkesda Kota Bekasi melalui Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk masyarakat kurang mampu.6

Setelah berjalan selama satu tahun, Rahmat Effendi kemudian mengajukan anggaran sekitar Rp. 200 miliar pada APBD Kota Bekasi tahun 2018 dan menargetkan sekitar 300.000 kartu yang akan dicetak.7 Pada implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi tahun 2018, pemkot Bekasi melakukan evaluasi pada pelaksanaannya. Seperti masalah kepesertaan, pada tahun 2017 kebijakan ini dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh masyarakat Kota Bekasi yang kemudian dievaluasi menjadi adanya pengecualian terhadap kepesertaannya. Pengecualian tersebut adalah bagi masyarakat yang telah menjadi peserta BPJS aktif dan BPJS pemberi bantuan (PBI).8

Adanya kebijakan Kartu Sehat Bekasi ini tentunya sangat bermanfaat dan juga mempermudah setiap warga Kota Bekasi yang sedang membutuhkan pelayanan kesehatan, terlebih Kartu Sehat ini dapat langsung digunakan ke rumah sakit yang ingin dituju tanpa harus menggunakan rujukan terlebih dahulu. Namun, dalam berjalannya kebijakan ini terdapat evaluasi terhadap prosedur Kartu Sehat Bekasi di mana setiap warga yang ingin berobat ke rumah sakit harus melalui tahap rujukan terlebih dahulu dari pusat kesehatan

6 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

Website. Di akses pada 14 Mei 2018.

7 Tiara Febrianti, “Walikota Bekasi luncurkan Kartu Sehat Berbasis NIK”, tersedia di

http://www.harnas.co/2017/01/16/wali-kota-bekasi-luncurkan-kartu-sehat-berbasis-nik, Internet, di akses pada 12 Mei 2019.

8 Yusuf Bachtiar, “Walikota Bekasi Evaluasi Kebijakan Kartu Sehat”,

https://jakarta.tribunnews.com/2019/09/12/wali-kota-bekasi-akan-evaluasi-kebijakan-kartu-sehat, Internet, di akses pada 12 Mei 2019.

(20)

masyarakat atau puskesmas.9 Evaluasi itu bertujuan agar meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan kartu sehat agar tepat sasaran, yakni masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Maka, dibuatlah Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 9 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan Daerah melalui Kartu Sehat.

Sesuai dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan dalam implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi tahun 2017 dan 2018 yang lebih dikaji oleh penulis dalam penelitian ini. Dengan berbekal pada data-data itulah, penulis menjadikan penelitian ini dengan judul “Implementasi Kebijakan Publik (Studi pada Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018)”.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas adalah:

1. Bagaimana perbedaan implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi pada tahun 2017 dan Kartu Sehat Bekasi tahun 2018?

2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi?

9 Yusuf Bachtiar, “Walikota Bekasi Evaluasi Kebijakan Kartu Sehat”,

https://jakarta.tribunnews.com/2019/09/12/wali-kota-bekasi-akan-evaluasi-kebijakan-kartu-sehat, Internet, di akses pada 12 Mei 2019.

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik (Studi pada Kartu Sehat Bekasi tahun 2017 dan 2018), adalah sebagai berikut:

a. Untuk menggambarkan perbedaan dalam implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi tahun 2017 dan Kartu Sehat Bekasi tahun 2018. b. Untuk menjelaskan faktor pendukung maupun penghambat dalam

berjalannya kebijakan Kartu Sehat Bekasi. 2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat akademis dan manfaat praktis sebagai berikut:

a. Manfaat akademis, melalui penelitian ini diharapkan agar mampu menjadi referensi khususnya dalam kajian kebijakan publik yang mengarah pada program pelayanan kesehatan.

b. Manfaat praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada semua pihak terkait khususnya pemerintah Kota Bekasi sebagai dasar untuk program pelayanan kesehatan. Serta menjadi informasi pada berbagai pihak yang akan melakukan kegiatan serupa.

(22)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang telah mengkaji tentang implementasi pelayanan kesehatan yang kemudian menjadi acuan bagi peneliti dalam menyusun karya ilmiah ini. Adapun beberapa penelitian tentang implementasi kebijakan dalam program kesehatan, antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, jurnal yang ditulis oleh Indah Nur Lathifah dkk. Dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan Menggunakan Kartu Jakarta Sehat (Studi pada RSAB Harapan Kita dan RS Zahirah DKI Jakarta)”,10 mengkaji permasalahan mengenai program Kartu Jakarta Sehat yang kurang disambut baik oleh rumah sakit swasta. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Kartu Jakarta Sehat di RSAB Harapan Kita dan RS Zahirah berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah DKI Jakarta. Namun, terdapat faktor penghambat dalam berjalannya program ini salah satunya adalah kurangnya SDM di bagian Satgas Gakin RSAB Harapan Kita dan minimnya komunikasi yang ada di RS Zahirah dengan PPKI (Puskesmas). Perbedaannya dengan penelitian ini adalah objek dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini lebih berfokus pada permasalahan yang ada di Rumah Sakit, sedangkan peneliti lebih berfokus kepada programnya.

10 Indah Nur Lathifah dkk,”Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

dengan Menggunakan Kartu Jakarta Sehat (Studi pada RSAB Harapan Kita dan RS Zahirah DKI Jakarta)”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2. No. 1, (2004).

(23)

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Choiri Suhaila dengan judul “Implementasi Program BPJS Kesehatan di Puskesmas Bandarharjo Semarang Utara”.11 Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa program BPJS Kesehatan di Puskesmas Bandarharjo sudah berjalan dengan baik. Namun, terdapat beberapa indikator yang bermasalah salah satunya adalah struktur birokrasi. Tersedianya fasilitas yang memadai dan keaktifan dalam memberikan informasi mengenai BPJS Kesehatan, merupakan faktor pendukung dari implementasi program kesehatan ini. Selain itu faktor penghambatnya adalah sering terjadi miss komunikasi antara pelaksana dan penerima layanan. Terdapat perbedaan dengan penelitian ini, yaitu tingkat kebijakan pusat dan memiliki masalah yang lebih kompleks.

Ketiga, penelitian dalam bentuk jurnal yang ditulis oleh Syarifah dan Febri Yuliani berjudul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Daerah”12. Hasil dari penelitian ini Pemda Provinsi Riau sejak tahun 2011, sudah mengupayakan pemeliharaan melalui Program Jaminan Kesehatan Daerah dengan badan pengelola Unit Pelayanan Teknis (UPT), dan Badan Layanan Umum (BLU) Jaminan Kesehatan Daerah yang berada di bawah Dinas Kesehatan Provinsi Riau dengan Perda no. 7 Tahun 2011 dikembangkan menjadi Jaminan Kesehatan. Perbedaan jurnal ini dengan penelitian penulis adalah jurnal ini membahas upaya pemeliharaan Jamkesda di Provinsi Riau

11 Choiri Suhaila, “Implementasi Program BPJS Kesehatan di Puskesmas Bandarharjo

Semarang Utara”, Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, (2017).

12 Syarifah dan Febri Yuliani, “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Daerah”, Jurnal

(24)

dan penelitian ini membahas mengenai pembaharuan program jamkesda di Kota Bekasi.

Keempat, jurnal yang ditulis oleh Yesnita dengan judul “Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Rumah Sakit Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir”13, mengangkat permasalahan mengenai implementasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut. Temuan dalam penelitian ini adalah belum terpenuhinya harapan dari peserta Jamkesmas, dikarenakan peserta yang masih bingung dengan prosedur administrasi dan sosialisasi yang kurang. Tak hanya itu, unit pengaduan untuk kritik dan saran pun belum tersedia sehingga belum adanya penanganan keluhan oleh para pasien atau peserta Jamkesmas. Kendala terdapat faktor-faktor yang berbeda karena setiap faktor dari daerah yang berbeda akan berbeda pula hasil yang akan ditemukan oleh peneliti.

Kelima, tesis yang ditulis oleh M. Zuhad berjudul “Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) (Studi di Puskesmas Kerongkong Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur)”,14 mengangkat permasalahan kesenjangan dalam kepesertaan dan akses dari kebijakan Jamkesmas. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Jamkesmas di Kecamatan Suralaga belum berjalan secara maksimal, terutama dalam hal kepesertaan, akses dan mekanisme pelayanan. Masih terjadinya

13 Yesnita, “Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di

Rumah Sakit Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir”, Jurnal Administrasi Publik dan

Birokrasi, Vol. 1. No. 2. (2014).

14 M. Zuhad, “Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

(Studi di Puskesmas Kerongkong Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur)”, Tesis Program

(25)

kesenjangan dalam kepesertaan, serta masih kurangnya sosialisasi dan pembinaan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah ruang lingkup penelitian, yang dimana peneliti lebih luas semua kalangan dapat menggunakan kartu sehat.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk membahas kebijakan Kartu Sehat Bekasi serta analisis pada penyusunan penelitian ini. Mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.15 Dalam analisis data, penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif yang menjelaskan dari hasil analisis yang diteliti.16

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bekasi dan untuk waktu penelitian dilakukan secara bertahap.

3. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang penulis peroleh secara langsung melalui pengumpulan data dari objek yang diteliti dengan teknik purposive sampling dengan melakukan wawancara dengan para

15 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006), hlm. 6.

16 David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode dalam Ilmu Politik (Bandung:

(26)

narasumber. Wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti Rahmat Effendi (Walikota Kota Bekasi), Dinas Kesehatan Kota Bekasi, pengelola Puskesmas Pondok Gede dan RSUD Chasbullah, dan tiga masyarakat Kota Bekasi.

b. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dengan cara pengumpulan sumber-sumber yang berasal dari buku, literatur, dan dokumentasi seperti keputusan ataupun informasi pimpinan atau lembaga tentang suatu kebijakan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan dengan lima narasumber yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling antara lain adalah:

a. Rahmat Effendi, Walikota Bekasi karena kebijakan Kartu Sehat Bekasi dicanangkan oleh Walikota Bekasi.

b. Faisal, anggota DPRD Komisi IV Kota Bekasi karena sebelum menjadi sebuah kebijakan, Kartu Sehat Bekasi ini menjadi pembahasan dan persetujuan bersama.

c. dr. Fikri Firdaus, Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan dan Rujukan Dinas Kesehatan Kota Bekasi karena kebijakan Kartu Sehat Bekasi dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi.

(27)

d. dr. Ria Joesriati, Kepala Puskesmas Pondok Gede sebagai pelayanan tingkat dasar dalam pelaksanaan kebijakan Kartu Sehat Bekasi. e. Dhicky Sultan Hadi, Staf Bagian Verifikasi Kartu Sehat RSUD

Chasbullah Kota Bekasi karena RSUD menjadi rumah sakit yang paling banyak di datangi oleh pasien pengguna Kartu Sehat Bekasi.

Kemudian observasi yang dilakukan penulis dengan mengunjungi kondisi RSUD Kota Bekasi setelah direnovasi dan ruang tunggu Puskesmas Pondok Gede yang kurang memadai. Selanjutnya pengumpulan data dokumentasi dengan menggunakan dokumen-dokumen yang diberikan Dinas Kesehatan Kota Bekasi seperti data angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

5. Teknik Analisis Data

Penulis dalam menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yang lebih menekankan pada terperincinya penjelasan dan penafsiran terhadap data-data yang berkaitan dengan masalah implementasi suatu kebijakan. Seperti menurut Moleong, deskriptif adalah kata-kata atau gambar yang dianalisa untuk menggambarkan suatu keadaan objek penelitian.17 Teknik ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi yang dicanangkan oleh Rahmat Effendi selaku Walikota Bekasi.

(28)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang berkorelasi antara bab yang satu dengan bab lainnya, maka penulis mengurutkan topik penelitian ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I, pada bab ini penulis membahas pendahuluan penelitian yang didalamnya berisikan antara lain: latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, pada bab ini penulis memaparkan mengenai kerangka teoritis dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam menggali topik yang diteliti.

Bab III, pada bab ini penulis membahas mengenai gambaran umum Kota Bekasi dan Kartu Sehat Bekasi.

Bab IV, bab ini merupakan bagian yang berisi analisis penulis terhadap permasalah yang diangkat. Penulis menjelaskan mengenai perbedaan implementasi Kartu Sehat Bekasi pada tahun 2017 dan 2018. Serta menjabarkan faktor-faktor penghambat dan pendorong dalam implementasi Kartu Sehat Bekasi ini.

Bab V, penulis memberikan sebuah kesimpulan dari semua penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta memaparkan beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

(29)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KONSEP A. Teori Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tertentu.1 Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan tersebut mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Thomas R. Dye yang dikutip dalam Said Zainal Abidin mengatakan (whatever governments choose to do or not to do), yang artinya bahwa kebijakan adalah sebuah pilihan bagi pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal.2

Kebijakan sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan dan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan tujuan, nilai dan praktiknya.3Andreas Hoogerwerf yang dikutip dalam Miriam Budiardjo, mengatakan bahwa suatu objek dalam ilmu politik adalah kebijakan pemerintah, proses terbentuknya, dan akibat-akibatnya. Berdasarkan kutipan tersebut, kebijakan publik bermaksud membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan.4

1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013),

hlm. 20.

2 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm. 5-6. 3 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hlm. 6.

(30)

Menurut Lasswell dan Kaplan mendefinisikan kebijakan sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan, dan kebijakan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan adanya tujuan, nilai dan praktik.5 Pengertian serupa mengenai kebijakan publik diungkapkan oleh James E. Anderson yang dikutip dalam Budi Winarno, bahwa kebijakan sebagai arah suatu tindakan yang memiliki maksud dan ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan.6

Kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah, yang memiliki tujuan tertentu dalam kepentingan seluruh masyarakat.7 Sebagai produk perundang-undangan, kebijakan publik seharusnya relavan dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan publik meliputi suatu proses memilih dan memilah berbagai alternatif terbaik untuk memecahkan masalah tertentu dalam masyarakat.8 Kebijakan publik juga mencakup proses pembentukan masalah, bagaimana memecahkannya, bagaimana penentuan kebijakannya, bagaimana kebijakan itu dilaksanakan, dan dievaluasi. Untuk itu, berdasarkan pada definisi-definisi yang telah dijelaskan mengenai kebijakan publik, penulis akan gunakan sebagai alat analisis dalam memahami kebijakan Kartu Sehat Bekasi sebagai suatu kebijakan.

5 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hlm. 6.

6 Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, (Yogyakarta: CAPS, 2016), hal. 20. 7 Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. (Jakarta: Bina Aksara.

2003), hlm. 13.

8 Agus Dwiyanto, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

(31)

2. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan adalah tahap yang cukup penting dalam kebijakan publik. Secara luas, implementasi sering kali dianggap sebagai bentuk pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktor, organisasi, dan teknis bekerjasama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program.9 Leo Agustino menyebutkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, di mana dalam pelaksanaan kebijakan melakukan suatu kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.10

Grindle seperti yang dikutip dalam Winarno, menyatakan bahwa tugas implementasi yaitu membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan dapat direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.11 Pada hakikatnya, menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno, implementasi didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.12 Tindakan-tindakan tersebut mencakup usaha untuk mengubah keputusan menjadi suatu tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu.

9 Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hlm. 134.

10 Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 70. 11 Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hlm. 135.

(32)

Implementasi kebijakan merupakan kegiatan untuk memenuhi janji-janji yang tertulis dalam kebijakan tersebut yang berbentuk program pemerintah dan memiliki output yang nyata. Proses dalam implementasi kebijakan diawali dengan output kebijakan yang kemudian ditujukan kepada kelompok tertentu yang berkaitan dengan kebijakan tersebut dan kedepannya akan menimbulkan akibat apakah kebijakan tersebut berhasil atau gagal.

Implementasi kebijakan publik dilaksanakan dalam dua wujud yaitu wujud program dan kebijakan publik tambahan. Implementasi kebijakan ini merupakan wujud program yang dijadikan proyek untuk berbagai kegiatan pelaksanaan.13 Implementasi kebijakan publik biasanya diwujudkan dalam bentuk kebijakan undang-undang atau perda yaitu suatu jenis implementasi kebijakan yang perlu mendapatkan penjelalasan atau sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Implementasi kebijakan tersebut secara operasional antara lain keputusan presiden, instruksi presiden, keputusan menteri, keputusan kepala daerah, keputusan dinas dan sebagainya. Implementasi kebijakan ini pada dasarnya merupakan wujud program yang dijadikan proyek untuk berbagai kegiatan pelaksanaan.14

Implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, sesungguhnya merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

13 Agustinus Subarsono, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi, hlm. 101. 14 Riant Nugroho, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, (Jakarta: PT

(33)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Publik Terdapat enam variabel yang dapat memengaruhi kinerja implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn seperti yang dikutip dalam Winarno,15 antara lain:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan, indikator kinerja ini untuk menilai sejauh mana ukuran dan tujuan kebijakan telah direalisasikan. 2. Sumber Daya, untuk mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan diperlukannya sumber daya yang berkualitas.

3. Karakteristik Agen Pelaksana, ciri yang tepat dan cocok dengan para agen pelaksana akan sangat mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan.

4. Sikap dan Kecenderungan Pelaksana (Disposisi), sikap menerima atau menolak dari agen pelaksana dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu implementasi kebijakan.

5. Komunikasi antar Pelaksana, komunikasi dalam penyampaian informasi kepada para agen pelaksana harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.

6. Lingkungan Eksternal, jika lingkungan eksternal tidak kondusif maka akan menjadi masalah dari kegagalan kinerja implementasi. Implementasi kebijakan pada subtansinya adalah cara yang tepat untuk melaksanakan agar sebuah kebijakan yang baik dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh para pembuat kebijakan.

(34)

Berdasarkan pada penjelasan di atas, penulis akan menggunakan enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi.

3. Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya dan sejauh mana tujuannya tercapai. Evaluasi merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai atau manfaat dari serangkaian aksi di masa lalu dan masa depan.16

Sebagai sebuah siklus, maka evaluasi kebijakan merupakan satu mata rantai yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Itu sebabnya jika ada kebijakan yang kemudian dievaluasi, maka hal itu adalah hal yang biasa dan tentu menjadi bagian dari upaya untuk memperbaiki atau menyempurnakan kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi ini menilai keterkaitan antara teori (kebijakan) dan praktiknya (implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, yaitu dampak tersebut sesuai atau tidak seperti yang sudah diperkirakan. Secara normatif, fungsi evaluasi sangat dibutuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, terlebih pada masyarakat yang semakin kritis dalam menilai kinerja pemerintah.

16 William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada

(35)

Tujuan dari evaluasi dalam suatu kebijakan yaitu mengukur efek suatu program atau kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah adanya program tersebut. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan serta menilai kesesuaian dan perubahan program dan rencana. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program pada masa mendatang, sebagai bentuk pertanggung jawaban publik atau memenuhi akuntabilitas publik.17

a. Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan

Tipe evaluasi dibagi menjadi tiga, yang masing-masingnya berdasarkan pada pemahaman evaluator terhadap evaluasi yaitu:

1. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Tipe ini selalu mempertimbangkan mengenai manfaat atau dampak dari suatu kebijakan.

2. Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya suatu kebijakan. Tipe evaluasi seperti ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai efisiensi dalam melaksanakan program.

3. Evaluasi kebijakan sistematis. Dalam tipe ini memandang secara objektif program yang dijalankan untuk mengukur dampak bagi masyarakat dan sejauhmana tujuan awalnya tercapai.18

17 Agustinus Subarsono, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi, hlm. 121. 18 Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hlm. 194-195.

(36)

B. Konsep Hak Atas Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, karena secara prinsip hak atas kesehatan sama pentingnya dengan hak atas pekerjaan, pendidikan, martabat manusia, akses informasi dan lainnya. Seperti hak-hak tersebut, berarti bahwa setiap individu berhak untuk menikmati dalm menerima pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang kondusif bagi kehidupannya. Selain itu, hak atas kesehatan adalah salah satu nilai kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan yang dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.19

Pengakuan hak atas kesehatan sebagai bagian hak asasi manusia dapat ditemukan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang dideklarasikan oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Yang di dalam Deklarasi itu terdapat 30 pasal yang semuanya memaparkan mengenai hak dan kewajiban umat manusia.20 Salah satunya pasal 25 yang membahas mengenai hak kesehatan dan kesejahteraan. Pada pasal 25 ayat 1 di dalamnya mengatur hak atas kesehatan yang berbunyi:

Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, usia lanjut, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi di luar kekuasaannya.21

19 Idah Rosida, Hak Atas Kesehatan, tersedia di

https://lbhyogyakarta.org/2012/08/09/setiap-orang-berhak-sehat/, Internet. Diunduh pada 12 Desember 2019.

20 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hlm. 218.

21 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, tersedia di https://www.komnasham.go.id/, Website,

(37)

Mengenai kesehatan juga tercantum dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 36 Tahun 2009 bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.22 Dalam UU tersebut mengisyaratkan bahwa setiap individu berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengaturnya agar terpenuhi hak hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat terlebih yang kurang mampu23 Pemerintah harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata, adil dan terjangkau untuk mewujudkan hak atas kesehatan.

Pemerintah daerah berpartisipasi dalam penyediaan layanan kesehatan yang dilakukan melalui penyediaan tenaga kesehatan, rumah sakit daerah, puskesmas, dan lainnya. Pemerintah membiayai penyediaan layanan tersebut melalui anggaran daerah (APBD). Untuk dapat mengakses layanan kesehatan tersebut, pada umumnya masyarakat dikenakan pungutan retribusi jasa layanan kesehatan.24

Secara umum terdapat tiga bentuk kewajiban negara dalam upaya memenuhi hak atas kesehatan, sebagai berikut:

1. Menghormati hak atas kesehatan:

Perhatian utama negara dalam konteks ini adalah tindakan atau kebijakan yang akan dilakukan atau yang akan dihindari. Dalam hal ini

22 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

23 Dedi Afandi, “Hak Atas Kesehatan dalam Perspektif HAM”, (Jurnal Ilmu Kedokteran,

Vol. 2. No. 1, Tahun 2008), hlm. 2.

24 Dedi Afandi, “Hak Atas Kesehatan dalam Perspektif HAM”, (Jurnal Ilmu Kedokteran,

(38)

negara wajib untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan

berdampak negatif pada kesehatan.

2. Melindungi hak atas kesehatan

Dalam hal ini negara wajib melakukan upaya legislasi, standar peraturan serta panduan untuk melindungi tenaga kerja, masyarakat

serta lingkungan. Mengontrol dan mengatur pemasaran yang

berbahaya bagi kesehatan.

3. Memenuhi hak atas kesehatan

Pemerintah harus menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan.

Dalam rangka memenuhi hak atas kesehatan negara harus mengambil

langkah-langkah baik secara individual, bantuan dan kerja sama

internasional.25

25 Idah Rosida, Hak Atas Kesehatan, tersedia di

(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Kota Bekasi

1. Sejarah Kota Bekasi

Dayeuh Sundasembawa merupakan sebutan Bekasi dahulu kala, atau Jayagiri sebagai Ibukota Kerajaan Tarumanagara. Luas Kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor hingga ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu. Menurut para ahli sejarah dan fisiologi, letak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai Ibukota Tarumanagara adalah di wilayah Bekasi sekarang.1

Pada 20 April 1982, Menteri Dalam Negeri melakukan peresmian Kota Administratif Bekasi dengan H. Soedjono sebagai Walikota pertama pada periode 1981-1988. Lalu pada tahun 1988, Drs. Andi Sukardi menjadi Walikota Bekasi yang kemudian digantikan oleh Drs. H. Khailani AR hingga tahun 1997. Kota Administratif Bekasi kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya (Kota), melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 Walikotamadya saat itu di jabat oleh Drs. H. Khailani AR selama satu tahun (1997-1998).2 Kemudian berdasarkan hasil pemilihan pada tahun 1998,

1 Andi Sopandi, Sejarah dan Budaya Kota Bekasi: Sebuah Catatan Perkembangan Sejarah

dan Budaya Masyarakat Bekasi, (Bekasi: Dispora Pemkot Bekasi, 2009), hlm. 20.

2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat

(40)

Walikotamadya definitif dijabat oleh Drs. H. Nonon Sonthanie pada periode 1998-2003.3

Berdasarkan Perda Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2002 Tentang Penetapan Kelurahan, maka seluruh desa yang ada di Kota Bekasi berubah status menjadi kelurahan sehingga Pemerintah Kota Bekasi memiliki 52 pemerintahan di kelurahan. Pemerintahan Kota Bekasi pun mengalami pemekaran kembali, yang juga didukung oleh Perda Pemerintah Kota Bekasi Nomor 4 Tahun 2004.4 Maka, wilayah administrasi Kota Bekasi menjadi 12 kecamatan dan 56 kelurahan.

Setelah itu, terbit Keputusan DPRD Kota Bekasi No. 37-174.2/DPRD/2003 tertanggal 22 Februari 2003 tentang penetapan walikota Bekasi dan wakilnya periode 2003-2008. Kemudian dilanjutkan dengan Keputusan Mendagri No. 131.32-113 Tahun 2003 tentang Pengesahan Walikota Bekasi, Jawa Barat. Dan Keputusan Mendagri No. 132.32-114 Tahun 2003 tentang Pengesahan Walikota Bekasi, Jawa Barat H Akhmad Zurfaih HR, S.Sos yang didampingi oleh Mochtar Mohamad.5 Pada tahun 2008 Mochtar Mohammad menjabat sebagai Walikota sampai tahun 2012 digantikan oleh Rahmat Effendi. Rahmat Effendi adalah Walikota Bekasi yang kembali terpilih pada periode 2018-2023.

3 Andi Sopandi, Sejarah dan Budaya Kota Bekasi: Sebuah Catatan Perkembangan Sejarah

dan Budaya Masyarakat Bekasi, (Bekasi: Dispora Pemkot Bekasi, 2009), hlm. 25.

4 Perda Pemkot Bekasi Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi

kecamatan dan kelurahan.

5 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

(41)

2. Geografis

Kota Bekasi merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0 - 2 % dan ketinggian antara 11 m - 81 m di atas permukaan laut. Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106o48’28’’ – 107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’ – 6o30’6’’ Lintang Selatan.6 Berikut letak setiap kecamatan yang ada di Kota Bekasi:

Gambar II.1.

Peta Kecamatan di Kota Bekasi

Sumber: bekasikota.go.id

Luas wilayah Kota Bekasi 210,49 km2 dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah terluas (24,73 km2), Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km2). Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Bekasi adalah sebelah utara dengan Kabupaten

6 Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa Barat, tersedia di

http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/profilkabkota-22.html, Website. Di unduh pada 14 Juli 2019.

(42)

Bekasi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.7

Secara administrasi Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi). Perkembangan yang terjadi di Kota Bekasi menjadikan kota ini sebagai tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. Jarak Kota Bekasi dengan Ibukota Jakarta ± 18 km.

Kota Bekasi dilintasi oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses, yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Jalan tol Lingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang menghubungkan Pusat Kota dengan Bekasi Utara, maka pemerintah bersama pengembang Summarecon Agung telah membangun jalan layang sepanjang 1 km.

3. Kependudukan

Jumlah penduduk terus mengalami perubahan dalam satu kurun waktu tertentu karena mobilitas penduduk, hal ini merupakan data yang bersifat dinamis. Selain itu, data kependudukan juga bersifat strategi karena digunakan sebagai perencanaan pembangunan suatu daerah.

7 Bappeda, Kota Bekasi Dalam Angka, (Bekasi: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(43)

Pada tahun 2012 penduduk Kota Bekasi berdasarkan data penduduk yang dipublikasikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah 2.334.142 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 1.189.733 jiwa dan perempuan 1.144.409 jiwa dan rasio jenis kelamin 103.96.8 Jumlah penduduk ini tersebar pada 12 kecamatan. Berdasarkan publikasi yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, penyebaran tertinggi pada Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 12.84% (299.648 jiwa), Bekasi Barat 12.51% (292.015 Jiwa), Bekasi Timur 11,52% (268.922 jiwa) dan terendah di Kecamatan Bantargebang sebesar 3.86% (90.027 jiwa) menjadi yang terendah.9

Tabel III.1.

Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi di berbagai Kecamatan

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Pondok Gede 149.141 148.934 298.075 Jatisampurna 70.232 71.247 141.479 Pondok Melati 77.748 77.659 155.407 Jatiasih 123.256 120.951 244.207 Bantargebang 62.500 56.680 119.230 Mustikajaya 122.527 121.390 243.917 Bekasi Timur 132.053 127.826 259.879 Rawa Lumbu 127.107 129.515 256.622 Bekasi Selatan 113.935 113.311 227.246 Bekasi Barat 152.477 146.703 299.180 Medansatria 93.244 91.743 184.987 Bekasi Utara 189.154 183.900 373.054

Sumber: Data Proyeksi BPS Kota Bekasi 2016

Selama kurun waktu empat tahun, tepatnya pada tahun 2016 penduduk Kota Bekasi tersebar di 12 Kecamatan berdasarkan pada data

8 Bappeda, Kota Bekasi Dalam Angka, hlm. 20. 9 Bappeda, Kota Bekasi Dalam Angka, hlm. 21

(44)

proyeksi Badan Pusat Statistik Kota Bekasi tahun 2016 bahwa jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2016 yaitu 2.803.283 jiwa.

Tabel III.2.

Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi Tahun 2017 dan 2018 Tahun Jumlah Penduduk

2017 2.873.484 jiwa

2018 2.953.859 jiwa

Sumber: Data Proyeksi BPS Kota Bekasi

Terlihat bahwa setiap tahunnya, Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan dalam jumlah penduduk. Di mana terlihat dari tabel di atas, pada tahun 2017 jumlah penduduk Kota Bekasi adalah 2.873.484 jiwa.

Bahkan sampai pada tahun 2018 angkanya mencapai hampir 3 juta jiwa, yakni 2.953.859 jiwa.

Secara etnografis, terdapat tiga kelompok etnik yang cukup dominan di Kota Bekasi yaitu etnik Sunda, etnik Betawi, dan Jawa-Banten. Berdasarkan pembagian wilayah budaya (cultur area) tersebut, maka di Kota Bekasi terdapat 3 tipologi kebudayaan, yaitu kebudayaan Sunda dengan sistem pertanian sawahnya, kebudayaan Betawi, dan kebudayaan Jawa-Banten dengan budaya pesisirnya. Di daerah perkotaan penduduknya lebih bersifat heterogen, namun demikian etnik Betawi nampak lebih dominan.10

10 Rosyadi, Peta Budaya Kabupaten Bekasi, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

(45)

Sedangkan untuk Bahasa yang digunakan penduduk Kota Bekasi cukup beragam dikarenakan pengaruh dari asal daerah penduduk seperti Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Betawi, Bahasa Tionghoa, Bahasa Minang. Namun, Bahasa Indonesia tetap menjadi Bahasa pengantar sehari-hari masyarakat Kota Bekasi. Hal ini dikarenakan Kota Bekasi yang merupakan kota urban untuk mencari lapangan pekerjaan menggunakan Bahasa Indonesia untuk mempermudah dalam berkomunikasi.

4. Pelayanan Publik

Di bidang pendidikan, pemerintah Kota Bekasi sebagai kota metropolitan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya. Hal ini dapat dibuktikan dengan dicanangkannya program wajib belajar 12 tahun dan diadakannya program sekolah gratis dari tingkat Sekolah Dasar hingga SLTA. Berikut data sarana dan prasana dalam menunjang Pendidikan di Kota Bekasi:

Tabel III.3.

Data Sarana dan Prasana Pendidikan Kota Bekasi Tahun 2016 Jenjang

Pendidikan

Sekolah Guru Murid

(1) (2) (3) (4)

SD sederajat 690 10.627 254.636 SLTP sederajat 264 4.545 155.043

SLTA sederajat 139 3.843 65.578

Sumber: Statistik Daerah Kota Bekasi

Dalam upaya untuk meningkatkan Pendidikan di Kota Bekasi diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti pada table di atas, jumlah Sekolah Dasar (SD) Negeri/Swasta yang terdapat di Kota Bekasi pada tahun 2016 sebanyak 690

(46)

unit. Jumlah sekolah SLTP Negeri/Swasta berjumlah 264 unit, dan jumlah sekolah SLTA Negeri/Swasta sebanyak 139 unit.11

Tabel III.4.

Data Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Kota Bekasi Jenis Fasilitas Kesehatan 2015 2016 Rumah Sakit 38 38 Puskesmas 31 39 Puskesmas Pembantu 24 16

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bekasi

Di bidang kesehatan, berdasarkan pada data dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi di tahun 2015 terdapat 38 unit rumah sakit, 31 unit puskesmas, dan 24 unit puskesmas pembantu. Pada tahun 2016 rumah sakit masih sama seperti tahun sebelumnya yaitu 38 unit. Dapat dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa adanya penambahan jumlah puskesmas di tahun 2016, yaitu menjadi berjumlah 39 puskesmas di Kota Bekasi. Sedangkan untuk jumlah puskesmas pembantu berkurang menjadi 16 unit.

5. Visi dan Misi

Kota Bekasi memiliki visi “Cerdas, Kreatif, Maju, Sejahtera dan Ihsan”.12 Penjelasan dari Bekasi Cerdas, Kreatif, Maju itu menggambarkan pembangunan Kota Bekasi dan kehidupan warga yang dinamis, inovatif, dan kreatif yang didukung dengan ketersediaan prasarana dan sarana sebagai bentuk perwujudan kota yang maju.

11 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Kota Bekasi Dalam Angka 2017.

12 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

(47)

Penjelasan dari Bekasi Sejahtera menggambarkan derajat kehidupan warga Kota Bekasi yang meningkat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pendidikan, kesehatan, terbukanya kesempatan kerja dan berusaha, serta lingkungan fisik, sosial dan religius sebagai bentuk perwujudan masyarakat yang sejahtera.

Dalam visi Bekasi Ihsan, hal ini menggambarkan situasi terpelihara dan menguatnya nilai, sikap dan perilaku untuk berbuat baik dalam lingkup individu, keluarga dan masyarakat Kota Bekasi. Kedisiplinan, ketertiban sosial, keteladanan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tumbuh seiring dengan meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mewujudkan kehidupan yang beradab.

Selanjutnya penjelasan misi Kota Bekasi yang pertama, meningkatkan kapasitas tata kelola pemerintahan yang baik. Kedua, meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana kota yang maju dan memadai. Ketiga, meningkatkan perekonomian berbasis potensial jasa kreatif dan perdagangan yang berdaya saing. Keempat, meningkatkan dan mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat yang berpengetahuan, sehat, berakhlak mulia, kreatif dan inovatif. Kelima, membangun, meningkatkan, dan mengembangkan kehidupan Kota yang aman & cerdas serta lingkungan lingkungan hidup yang nyaman.13

13 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

(48)

B. Gambaran Umum Kartu Sehat Bekasi

Kartu Sehat Bekasi yang berbasis NIK (KS NIK) sebagai kebijakan milik Pemerintah Kota Bekasi yang selanjutnya akan disingkat menjadi Pemkot Bekasi. Kartu Sehat Bekasi ini diluncurkan oleh Walikota Bekasi, yaitu Rahmat Effendi dan wakilnya Ahmad Syaikhu pada tahun 2017. Kebijakan ini adalah pengembangan dari Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang yang sebelumnya adalah surat keterangan tidak mampu (SKTM) yang kemudian diperkuat baik secara kualitas dan kuantitas pelayanannya.14

Syarat untuk memiliki Kartu Sehat Bekasi, masyarakat harus menyerahkan Kartu Keluarga (KK) dan KTP Kepala Keluarga dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) Kota Bekasi. Dengan berbasis NIK, menjamin bagi semua warga Kota Bekasi tanpa kecuali untuk dapat dilayani oleh Rumah Sakit yang bekerja sama baik di dalam wilayah Kota Bekasi maupun di luar Kota Bekasi serta meminimalisir penyalahgunaan warga dari luar Kota Bekasi sehingga pemanfaatannya bisa maksimal.

Setiap pasien pengguna KS diharuskan mengikuti alur pendaftaran dengan cara mendaftarkan diri terlebih dahulu ke loket pendaftaran dengan menunjukan Kartu Sehat Bekasi, setelah itu pasien pengguna KS akan diberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan SOP. Apabila kondisi penyakit tidak dapat ditangani oleh pihak puskesmas dan memerlukan sarana penunjang atau penanganan dokter spesialis, maka pasien pengguna KS akan dirujuk ke RSUD Chasbullah

14 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

(49)

atau Rumah Sakit Swasta yang telah menjadi mitra dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui Kartu Sehat Bekasi. Adapun jenis pelayanan kesehatan yang didapat oleh peserta Kartu Sehat Bekasi, antara lain:

a. Layanan Kesehatan Rawat Jalan b. Layanan Kesehatan Rawat Inap

c. Layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) d. Layanan Intensif Care Unit (ICU)

e. Layanan Neonatal Intensif Care Unit (NICU) f. Layanan Perintal Intensif Care Unit (PICU) g. Layanan Hemodialisa (Cuci Darah)

h. Layanan Persalinan pada Klinik Pratama Rawat Inap (Melalui IBI/Poned)

i. Antenatal Care (ANC) dan Postnatal Care (PNC) j. Layanan Ambulan

k. Layanan Labu Darah15

Dengan jaminan tanpa batasan jenis penyakit termasuk penyakit katastropik yaitu penyakit yang mengancam jiwa, perlu penanganan komprehensif dan berbiaya tinggi. Dengan sistem yang dimiliki berbasis NIK juga data yang dibutuhkan juga dapat diperoleh secara efektif untuk menilai atau

15 Dinas Kesehatan, Brosur Edaran: Jaminan Kesehatan melalui Kartu Sehat Bekasi, pada

(50)

mengevaluasi akuntabiltas kebijakan Kartu Sehat oleh SKPD terkait selama setahun berjalan dan selanjutnya diperbaiki.16

1. Latar Belakang

Latar belakang Kartu Sehat Bekasi ini adalah bentuk kewajiban pemerintah dalam menghormati dan memenuhi hak atas kesehatan masyarakatnya. Selain itu juga, sebagai bentuk melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam mensejahterakan rakyatnya.17 Kebijakan ini bertujuan untuk memudahkan, memperpendek alur pelayanan, dan lebih khusus adanya kepastian akan layanan yang dibutuhkan, sebagai jaminan bagi warga oleh pemerintah.18

Gambar III.1.

Brosur Layanan Kartu Sehat Bekasi

Sumber: Brosur Sosialisasi Kartu Sehat Bekasi

16 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

Website, diunduh pada 13 Februari 2019.

17 Hasil wawancara dengan Rahmat Effendi, Walikota Bekasi, pada 20 Oktober 2019, di

Alun-Alun Kota Bekasi, Kota Bekasi.

18 Pemerintah Kota Bekasi, tersedia di https://www.bekasikota.go.id/pages/visi-misi,

(51)

2. Landasan Hukum

a. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 27.A Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah. b. Keputusan Walikota Bekasi Nomor 460/Kep.346.ADinsos/

VII/2017 tentang Kepesertaan Kartu Sehat Berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) di Kota Bekasi.

c. Peraturan Walikota Nomor 110 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pembayaran Jaminan Kesehatan Daerah Kartu Sehat berbasis NIK bagi masyarakat kota Bekasi pada pemberi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta yang bekerja sama.

d. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 09 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan Daerah melalui kartu sehat.

(52)

BAB IV

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KARTU SEHAT BEKASI TAHUN 2017 DAN 2018

A. Perbedaan Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017 dan 2018

Dalam memperoleh pembahasan yang komprehensif tentang kebijakan Kartu Sehat Bekasi, penulis akan membahas bagian utama penelitian ini, yaitu mengenai perbedaan implementasi kebijakan kartu sehat Bekasi 2017 dan 2018 serta bagian kedua menganalisis faktor-faktor dalam implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi dengan menggunakan teori kebijakan publik dan konsep hak atas kesehatan.

Sebelum masuk pada pembahasan mengenai analisis faktor-faktor implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi, penulis terlebih dahulu membahas bagian pertama yang akan dibagi dalam tiga sub bagian. Pertama, implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi tahun 2017. Kedua, implementasi kebijakan Kartu Sehat Bekasi 2018. Kemudian yang ketiga, komparatif terhadap kebijakan Kartu Sehat Bekasi tahun 2017 dan Kartu Sehat Bekasi tahun 2018.

(53)

1. Implementasi Kebijakan Kartu Sehat Bekasi Tahun 2017

Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang memiliki tujuan tertentu yang ditetapkan untuk mengatasi suatu persoalan atau masalah.1 Hal tersebut ditunjukkan bahwa dalam kebijakan Kartu Sehat Bekasi yang diresmikan oleh Rahmat Effendi sebagai Walikota Bekasi bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan seperti yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu juga sebagai bentuk kewajiban pemerintah dalam menghormati dan memenuhi hak atas kesehatan masyarakatnya dalam pemerataan pelayanan kesehatan.2

Tujuan dari Kartu Sehat Bekasi juga dijelaskan oleh anggota DPRD Kota Bekasi Komisi IV, menyatakan bahwa mahalnya biaya kesehatan merupakan salah satu beban yang ada di masyarakat. Karena masyarakat cenderung menahan rasa sakitnya yang tanpa disadari akan semakin parah ketimbang berobat dan mengeluarkan biaya. Tetapi dengan adanya Kartu Sehat Bekasi, pasien pengguna KS tidak lagi memikirkan masalah biaya karena sudah ditanggung APBD. Oleh karena itu, Pemkot Bekasi ingin masyarakatnya merasakan manfaat dari Kartu

1 Budi Winarno, Kebijakan Publik Era Globalisasi, hlm. 20.

2 Hasil wawancara dengan Rahmat Effendi, Walikota Bekasi, pada 20 Oktober 2019, di

Gambar

Tabel III.1      Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi di berbagai Kecamatan
Gambar II.1.
Tabel III.1.
Tabel III.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika diantaranya siswa dapat: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan

Dari berbagai parameter, intensitas cahaya memberikan pengaruh terhadap dinamika komunitas fitoplankton hanya pada zona A pada periode pengamatan musim kemarau, sebaliknya pada

g) pipet ukur 1 mL steril dengan skala 0,1 mL dilengkapi bulb atau pipettor; dan h) cawan Petri gelas/plastik (berukuran minimal 15 mm x 90 mm), steril. Masukkan ke dalam

Nilai komponen pertama (penentuan dan perhitungan pendapatan) I-KSP, yaitu: 77 dan berada pada posisi kategori keempat (61-80), yakni adil. Ini menunjukan bahwa PT.

Hubungan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) di Taman Kanak-Kanak wilayah Kecamatan Banjarbaru Utara tahun

Micro teaching atau pengajaran mikro dilaksanakan pada semester 6. Micro teaching bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran sebelum terjun

Tujuan Kegiatan : Melalui kegiatan demonstrasi, peserta didik mampu membuat kolase bentuk ikan menggunakan biji-bijian dengan baik. Langkah-langkah :

Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada