• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

Kharima Siti Amna1)

Sri Maywati2) dan H.Yuldan Faturahman2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja1) kha.sitiamna@gmail.com

Dosen Pembimbinga Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultass Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi2)

ABSTRAK

Proses pewarnaan batik selalu berhubungan dengan bahan kimia seperti naftol, indigosol, remasol dan caustic soda sehingga memiliki risiko terkena dermatitis kontak pada pekerja. Selain bahan kimia beberapa faktor lain yang menjadi faktor risiko untuk dermatitis kontak adalah masa kerja, penggunaan sarung tangan, personal hygiene, dan lama kontak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja batik bagian pewarnaan di Cigeureung Kota Tasikmalaya. Adapun metode yang digunakannya adalah case control dengan sampel 30 kasus, 30 kontrol dari 103 populasi. Data dianalisis dengan uji chi square. Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja (p value 0.012), penggunaan sarung tangan (p value 0.018), personal hygiene (p value 0.000), dan lama kontak (p value 0.036). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara masa kerja, penggunaan sarung tangan, personal hygiene, dan lama kontak dengan kejadian dermatitis pada pekerja batik bagian pewarnaan. Disarankan agar pekerja yang belum menggunakan sarung tangan diharapkan menggunakannya, pekerja menjaga personal hygiene demi mengurangi risiko timbulnya kasus dermatitis kontak, pekerja harus memiliki kesadaran untuk cepat tanggap apabila dalam kondisi sakit.

Kata kunci : Proses pewarnaan batik, Bahan kimia, Dermatitis Kontak Kepustakaan : 1979-2012

(2)

THE FACTORS RELATE TO THE INCIDENT OF DERMATITIS CONTACT TO THE WORKERS OF BATIK DYEING IN CIGEUREUNG, TASIKMALAYA

Kharima Siti Amna1)

Sri Maywati2) dan H.Yuldan Faturahman2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja1) kha.sitiamna@gmail.com

Dosen Pembimbinga Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultass Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi2)

ABSTRACT

The process of dyeing batik always relate with chemicals such as nafthol, indigosol, remasol, and caustic soda so they have risks to dermatitis contact to the workers. Besides chemicals are some other factors to be risk factors for dermatitis contact are tenure, the using of gloves, personal hygiene, and duration of contact. The aim of research is to know the factors relate to the incident of contact dermatitis to the workers of batik dyeing in Cigeureung, Tasikmalaya. The method is case control. The sample is 30 cases and 30 controls from 103 population. The data analyzed using chi square test. The collected data analyzed using chi square test. Based on the results show that, there is correlation among tenure (p value 0.012 ), the using of gloves (p value 0.018), personal hygiene (p value 0.000), and duration of contact (p value 0.036). The Conclusion, there is correlation among the tenure, the using of gloves, personal hygiene, and duration of contact in dermatitis contact to workers of batik dyeing. It is recommended that workers who are not yet using gloves is expected to use it, workers maintain personal hygiene to reduce the risk of contact dermatitis cases, workers must have awareness for quick response when in a state sick.

(3)

A. PENDAHULUAN

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja ini sering kali terjadi pada industrI formal maupun informal, seperti halnya pada industrI yang erat sekali kaitannya dengan penggunaan bahan-bahan kimia yang memiliki potensi bahaya mulai dari bahaya rendah hingga berisiko tinggi. Penggunan bahan kimia selain membawa dampak positif bagi kemajuan industrI juga memiliki dampak negatif bagi kesehatan kerja. Bahan kimia yang digunakan dalam proses industri tersebut memiliki potensi bahaya untuk menyebabkan gangguan pada kulit pekerja (Fatma dkk, 2007)

Penyakit kulit yang banyak di derita oleh pekerja akibat kerja adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan dengan gejala timbulnya lesi kemerahan pada kulit, terasa gatal-gatal, kulit mengering, pecah-pecah, terasa panas, mudah terangsang, perubahan warna kulit menjadi kemerahan dan terasa perih (lecet) (Harahap, 2000). Dermatitis Kontak jika dikaitkan dengan pekerjaan dapat terjadi pada hampir semua pekerjaan yang sering berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat toksik, maupun alergik, misalnya ibu rumah tangga, petani, dan pekerja yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia dan lain-lain (Orton dan Wilkinson, 2004).

Salah satu bentuk penggunaan bahan kimia lainnya adalah pada industri batik di bagian proses pewarnaan. Pada saat proses pewarnaan mereka menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti kaustik soda dan bahan-bahan pemekat lainnya yaitu zat pewarna sintetis (Fregert, 1988). Penggunaan bahan kimia tersebut pekerja dapat berisiko terkena dermatitis kontak.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain case

control. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja batik di bagian pewarnaan

yang berjumlah 103 orang, dengan sampel 30 kasus dan 30 kontrol. Variabel-variabel yang dianalisis adalah variabel bebas yaitu masa kerja, penggunaan sarung tangan, personal hygiene, dan lama kontak yang dihubungkan dengan variabel terikat yaitu kejadian dermatitis kontak. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara dengan kuesioner.

Analisis data menggunakan perangkat lunak computer berupa program SPSS yang meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan dengan

(4)

tabel distribusi frekuensi untuk tiap variabel yang diteliti dan diukur. Analisis bivariat yaitu menguji kemaknaan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square. Pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (α=0.05).

C. HASIL & PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian kepada 60 respoden, maka didapatkan karakteristik usia, pendidikan, masa kerja, penggunaan sarung tangan, personal hygiene, dan lama kontak pada responden sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan data menunjukkan bahwa usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 42 tahun dengan rata-rata 29.12.

Tabel 1. Gambaran Data Statistik Responden Berdarkan usia Statistik Nilai Mean 29.12 Median 28.00 Standar Deviation 5.019 Minimum 21 Maksimum 42

Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan lulusan SMP yaitu 27 responden (45%).

Tabel 2. Gambaran Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan F %

SD 25 41.7

SMP 27 45.0

SMA 8 13.3

Jumlah 60 100.0

Berdasarkan data menunjukkan bahwa masa kerja > 2 tahun sebesar 78.3% dan masa kerja ≤ 2 tahun sebesar 21.7%.

Tabel 3. Gambaran Data Statistik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja F %

> 2 tahun 47 78.3

≤ 2 tahun 13 21.7

(5)

Berdasarkan data menunjukkan bahwa dengan kategori tidak menggunakan sarung tangan sebesar 60% dan kategori menggunakan sarung tangan sebesar 40%.

Tabel 4. Gambaran Data Statistik Responden Berdasarkan Penggunaan Sarung Tangan

Penggunaan SarungTangan F %

Tidak Menggunakan 36 60.0

Menggunakan 24 40.0

Total 60 100.0

Berdasarkan data menunjukkan bahwa personal hygiene diperoleh hasil dengan kategori tidak baik sebesar 63.3% dan kategori baik sebesar 36.7%.

Tabel 5. Gambaran Data Statistik Responden Berdasarkan Personal Hygiene

Personal Hygiene F %

Tidak Baik 38 63.3

Baik 22 36.7

Total 60 100.0

Berdasarkan data menunjukkan bahwa lama kontak dengan ≥ 8 jam/hari sebesar 58.3% dan lama kontak <8 jam/ hari sebesar 41.7%.

Tabel 6. Gambaran Data Statistik Responden Berdasarkan Lama Kontak

Lama Kontak F %

≥ 8 jam/hari 35 58.3

< 8 jam/hari 25 41.7

Total 60 100.0

2. Distribusi Dermatitis Kontak

Tabel 7 Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak Kejadian Dermatitis F %

Kasus 30 50.0

Kontrol 30 50.0

Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa jumlah total responden yang menjadi kategori kasus sebanyak 30 orang dan kategori kontrol sebanyak 30 orang.

(6)

3. Analisis Faktor Risiko Terhadap Dermatitis Kontak

Berdasarkan Tabel 8 bahwa masa kerja dengan > 2 tahun menunjukan proporsi pada kelompok kasus sebesar 59.6%, sedangkan ≤ 2 tahun sebesar 15.4%. Pada kelompok kontrol diperoleh hasil dengan masa kerja > 2 tahun sebesar 40.4% dan masa kerja ≤ 2 tahun sebesar 84.6%. Berdasarkan hasil statistik maka diperoleh nilai p 0.012, artinya ada hubungan masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak, dengan nilai OR sebesar 8.105.

Menurut Handoko (1992), masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Pekerja yang lebih lama terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit bagian luar, semakin lama terpajan maka semakin merusak sel kulit sehingga bagian dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis kontak.

Tabel 8. Distribusi silang antara Dermatitis Kontak dengan Masa Kerja

Masa Kerja Kategori Total Kasus Kontrol N % N % > 2 tahun 28 59.6 19 40.4 41 ≤ 2 tahun 2 15.4 11 84.6 19 Jumlah 30 100 30 100 60 P Value = 0.012, OR = 8.105, CI = 1.612 – 40.766

Penggunaan sarung tangan dengan kejadian dermatitis kontak disajikan pada tabel 9. Responden yang selalu menggunakan sarung tangan dengan dengan kelompok kasus sebesar 29.2% dan responden yang tidak menggunakan sarung tangan sebesar 63.9%, sedangkan pada kelompok kontrol dengan kategori tidak menggunakan sarung tangan sebesar 36.1% dan kategori menggunakan sarung tangan sebesar 70.8%. Berdasarkan hasil statistik maka diperoleh nilai p 0.018, artinya ada hubungan penggunaan sarung tangan dengan kejadian dermatitis kontak, dengan nilai OR sebesar 4.297.

Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa masih banyak para pekerja yang belum menggunakan sarung tangan. Alasan yang menyebabkan pekerja tidak menggunakan sarung tangan adalah tidak praktis (mengganggu proses kerja). Pada dasarnya sarung dapat melindungi tangan dan jari-jari tangan dari bahan kimia, api atau logam, panas, basah dan air, terpotong atau tergesek, dermatitis kotak, dan bahan peledak mesin (Suma’mur, 2009).

(7)

Tabel 9. Distribusi Silang antara Dermatitis Kontak dengan Penggunaan Sarung Tangan Penggunaan Sarung Tangan Kategori Total Kasus Kontrol N % N % Tidak Menggunakan 23 63.9 13 36.1 36 Menggunakan 7 29.2 17 70.8 24 Jumlah 30 100 30 100 60 P Value = 0.018, OR = 4.297, CI = 1.413 – 13.068

Pada Tabel 10. Menunjukkan bahwa Personal hygiene dengan dengan kategori tidak baik pada kelompok kasus diperoleh nilai sebesar 68.4% dan kategori baik diperoleh nilai sebesar 18.2%, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai 31.6% pada kategori tidak baik dan 81.8% pada kategori baik. Berdasarkan hasil statistik maka diperoleh nilai p 0.000, artinya ada hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak, dengan nilai OR sebesar 9.750. Penelitian ini sejalan dengan Widodo (2009) yang mengakatan bahwa ada hubungan personal

hygiene dengan dermatitis kontak

Personal hygiene merupakan salah satu usaha pencegahan terhadap

dermatitis kontak. Salah satu tindakan pencegahan penyakit dermatitis kontak yaitu dengan mencuci tangan yang baik dan benar. Karena tangan merupakan anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia, dengan mencuci tangan maka risiko terkena dermatitis kontak semakin minim. Menurut WHO (2005), cara mencuci tangan yang baik yaitu minimal menggunakan sabun dan air, tetapi dalam mencuci tangan memiliki prosedur agar tangan kita benar-benar dikatakan bersih. Kesalahan dalam mencuci tangan ternyata dapat menjadi salah satu penyebab dermatitis kontak.

Tabel 10. Distribusi Silang antara Dermatitis Kontak dengan Personal Hygiene Personal Hygiene Kategori Total Kasus Kontrol N % N % Tidak Baik 26 68.4 12 31.6 38 Baik 4 18.2 18 81.8 22 Jumlah 30 100 30 100 60 P Value = 0.000, OR = 9.750, CI = 2.707 – 35.112

Pada tabel 11 Menunjukkan Lama Kontak dengan jam kerja ≥ 8 jam/hari pada kelompok kasus sebesar 62.9% dan responden yang bekerja dengan lama

(8)

kontak < 8 jam/hari sebesar 32%. Pada kelompok kontrol diperoleh hasil dengan lama kontak ≥ 8 jam/hari 37.1% dan lama kontak < 8 jam/hari sebesar 68%. Berdasarkan hasil statistik maka diperoleh nilai p 0.036, artinya ada hubungan lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak, dengan nilai OR 3.596.

Menurut Hudyono (2002), pekerja yang lama berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin lama berkontak dengan bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit lapisan yang lebih dalam dan memudahkan untuk terjadinya dermatitis. Kontak dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen secara terus menerus akan menyebabkan kulit pekerja mengalami kerentanan mulai dari tahap yang ringan sampai tahap yang berat.

Tabel 11. Distribusi Silang antara Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Lama Kontak Kategori Total Kasus Kontrol N % N % ≥ 8 jam/hari 22 62.9 13 37.1 35 < 8 jam/hari 8 32.0 17 68.0 25 Jumlah 30 100 30 100 60 P Value = 0.036, OR = 3.596, CI = 1.216 – 10.638 D. SIMPULAN

a. Masa kerja > 2 tahun sebesar 78.3% dan masa kerja ≤ 2 tahun sebesar 21.7%, responden yang tidak menggunakan sarung tangan sebesar 60% dan yang menggunakan sarung tangan sebesar 40%, responden dengan personal hygiene tidak baik sebesar 63.3% dan responden dengan personal hygiene baik sebesar 36.7%, lama kontak ≥ 8 jam/jam sebesar 58.3% dan lama kontak < 8 jam/hari sebesar 41.7%.

b. Dermatitis kontak pada pekerja batik bagian pewarnaan di Cigeuereung Kota Tasikmalaya dengan kasus 30 responden (50%) dan kontrol 30 responden (50%). c. Ada hubungan masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja batik

bagian pewarnaan di Cigeureung Kota Tasikmalaya dengan p value 0.012, OR 8.105.

d. Ada hubungan penggunaan sarung tanagan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja batik bagian pewarnaan di Cigeureung Kota Tasikmalaya dengan p value 0.018, OR 4.297.

(9)

e. Ada hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja batik bagian pewarnaan di Cigeureung Kota Tasikmalaya dengan p value 0.000, OR 9.750.

f. Ada hubungan lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja batik bagian pewarnaan di Cigeureung Kota Tasikmalaya dengan p value 0.036, OR 3.596

E. SARAN

a. Bagi Pekerja Batik Bagian Pewarnaan

1. Pekerja yang belum menggunakan sarung tangan diharapkan menggunakannya karena dapat mengurangi risiko timbulnya kasus dermatitis kontak.

2. Pekerja menjaga personal hygiene demi mengurangi risiko timbulnya kasus dermatitis kontak.

3. Pekerja harus memiliki kesadaran untuk cepat tanggap apabila dalam kondisi sakit, segeralah berobat ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya agar senantiasa dalam kondisi sehat.

b. Bagi Industri Batik

Menyediakan sarung tangan dan menambah fasilitas kebersihan seperti tempat mencuci tengan serta memberikan kontrol terhadap kelayakan sarung tangan yang telah digunakan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya dapat melakukan uji tempel untuk dapat memperkuat hasil diagnosa mengenai kejadian dermatitis kontak.

2. Diagnosa kejadian dermatitis kontak sebaiknya dilakukan oleh spesialis kulit. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat meneliti ukuran molekul, daya larut serta

konsentrasi dari bahan kimia yang kontak dengan kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Fregert, S, Kontak Dermatitis. Yayasan Essentia Medica. 1988. Harahap, M, Ilmu Penyakit Kulit, Penerbit Hipokrates, Jakarta, 2000.

Hudyono, J, Dermatosis Akibat Kerja, Majalah Kedokteran Indonesia, 2002.

Lestari, Fatma, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri, Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, FKM UI, 2007.

(10)

Orton DI, Wilkinson J.D, Cosmetic Allergy,Iincidence, Diagnosis and Management. Am J Clin Darmatol, 2004.

Suma’mur, PK, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta, P.T. Toko Gunug Agung, 2009.

Gambar

Tabel 1. Gambaran Data Statistik Responden Berdarkan usia  Statistik  Nilai  Mean  29.12  Median  28.00  Standar Deviation   5.019  Minimum  21  Maksimum  42
Tabel 9. Distribusi Silang antara Dermatitis Kontak dengan Penggunaan Sarung  Tangan  Penggunaan Sarung  Tangan  Kategori  Total Kasus Kontrol  N  %  N  %  Tidak Menggunakan  23  63.9  13  36.1  36  Menggunakan  7  29.2  17  70.8  24  Jumlah  30  100  30
Tabel 11. Distribusi Silang antara Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis  Kontak  Lama Kontak  Kategori  Total Kasus Kontrol  N  %  N  %  ≥ 8 jam/hari  22  62.9  13  37.1  35  &lt; 8 jam/hari  8  32.0  17  68.0  25  Jumlah  30  100  30  100  60  P Value =

Referensi

Dokumen terkait

Untuk medeskripsikan faktor apa saja yang mempengaruhi siswa SMK Bagimu Negeriku Semarang dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal UTS bahasa Jepang semester

1. Coxib dapat digunakan untuk terapi nyeri nosiseptif/ inflamasi seperti misalnya: osteoartritis, rematoid artritis, nyeri haid, sakit gigi dan sebagainya dengan

[r]

[r]

[r]

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan diktum KESEMBILAN Keputusan Bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh komunikasi antar pribadi sponsor dan kualitas kerja anggota jaringan Tianshi di Bengkulu, maka ada beberapa saran yang

Pemberian penguatan ( reinforcement ) pada pelaksanaan pendidikan agama Islam dirasa perlu dilakukan oleh SMPN I Kepanjen dengan tujuan meningkatkan perhatian siswa