MRT Jakarta merupakan gagasan pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan transportasi. Pembangunan MRT Jakarta yang akan direncanakan tahun 2013 ini memiliki dua rute yang direncanakan yaitu koridor selatan – utara dan barat – timur. Akan tetapi rute yang direncanakan belum mencakup semua daerah DKI Jakarta. Masih ada beberapa daerah yang membutuhkan sarana transportasi lagi untuk mencapai MRT Jakarta. Moda pengumpan (feeder) dibutuhkan untuk menunjang penggunaan MRT Jakarta agar lebih maksimal. Tugas Akhir ini merencanakan rute LRT (Light Rail Transit) sebagai moda pengumpan (feeder) untuk MRT Jakarta. LRT sendiri memiliki kapasitas yang lebih kecil dari MRT. Akan
tetapi tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam
pembangunannya. Dalam tugas akhir ini salah satu langkah dalam menentukan rute LRT adalah permodelan transportasi pada zona yang direncanakan yang kemudian akan diterapkan pada rute yang direncanakan. Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan permodelan transportasi untuk rute LRT yang direncanakan, demand pada rute LRT, mendaptakan analisa pembebanan penumpang pada rute LRT, serta perencanaan operasional moda LRT.
Hasil yang didapatkan pada tugas akhir ini adalah dari permodelan pada zona yang ditentukan didapatkan persamaan – persaman yang akan digunakan untuk menenetukan demand rute LRT. Dengan beberapa variabel yang dimasukkan pada persamaan yang didapatkan, dihasilkan bangkitan paling maksimum sebesar 2340 dan tarikan paling maksimum sebesar 1740 pada tahun eksisting, sedangkan untuk tahun rencana dihasilkan bangkitan paling maksimum sebesar 2830 dan tarikan paling maksimum sebesar 2013. Dari hasil bangkitan dan tarikan dilakukan analisis distribusi yang paling maksimum sebesar 336,57 pada tahun eksisting dan 394,06 pada tahun rencana. Untuk analisis pembebanan didapatkan yang terbesar adalah 7897,30 untuk tahun eksisting dan 9722,88 untuk tahun rencana. Hasil dari perencanaan operasional moda didapatkan headway sebesar 12 menit dan travel time selama 1 jam dengan jumlah armada 5 kereta.
Kata kunci : rute, LRT, MRT Jakarta, feeder, regresi
I. PENDAHULUAN
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah sering menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi kemacetan. Sistem Three In One yang paling lama diterapkan oleh pemerintah sudah tidak mampu mengatasi kemacetan yang ada. Kemudian pemerintah juga sudah membangun Trans Jakarta yang menerapkan sistem Bus Rapid Transit yang sekarang sudah
memiliki 11 koridor. Akan tetapi masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya selama beberapa tahun ini. Kemudian pemerintah mulai merencanakan pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) yang pembangunannya masih dimatangkan kembali dan diperkirakan akan dibangun mulai tahun 2013.
Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih 110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih 23.8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang kurang lebih 87 km [1]. Dapat dilihat pembangunan MRT Jakarta tidak menyebar keseluruh kota Jakarta. Beberapa daerah cukup kesulitan mencapai ke koridor MRT tersebut. Maka untuk mempermudah para masyarakat menggunakan MRT, dibutuhkan moda pengumpan (feeder) yang nyaman dan terjangkau.
Moda pengumpan atau feeder sudah sering diterapkan di dalam berbagai transportasi massal. Di Jakarta sendiri, feeder diterapkan kepada moda Trans Jakarta. Jenis feeder yang digunakan untuk menjangkau Trans Jakarta adalah jenis bus. Bus tersebut biasanya beroperasi mulai dari suatu daerah kemudian menuju ke daerah yang dilewati oleh jalur Trans Jakarta. Jenis feeder sendiri ada berbagai macam dari angkutan umum hingga transportasi berbasis rel. Contohnya di Singapura sendiri menggunakan LRT (Ligh Rail Transit) sebagai moda pengumpan MRT Singapura.
Light Rail Transit (LRT) merupakan salah satu transportasi massal yang menggunakan tenaga listrik sebagai penggeraknya, memiliki kapasitas besar dan memiliki lajur sendiri. LRT merupakan salah satu alternatif sebagai moda pengumpan (feeder) moda MRT Jakarta. LRT tidak menghasilkan polusi yang besar dan dapat mengurangi volume kendaraan yang ada. LRT dalam pembangunannya tidak memerlukan pembangunan jalan baru karena LRT dapat menggunakan jalan yang sudah ada. Pada tugas akhir ini rute LRT sudah direncanakan dan memiliki dua titik pertemuan pada pemberhentian halte MRT Jakarta. Feeder yang direncanakan bertujuan untuk mengangkut penumpang MRT Jakarta ke daerah pemukiman atau perkantoran yang belom dilewati oleh MRT Jakarta ataupun transportasi massal lainnya.
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis permodelan bangkitan, analisis bangkitan, analisis distribusi, dan analisis
Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit)
Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT
Jakarta
Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
pembebanan pada rute LRT rencana, juga perencanaan moda dan pola operasional LRT berdasarkan analisis pembebanan.
II. METODOLOGI
Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Metodologi Tugas Akhir
III. HASILDANPEMBAHASAN
A. Data Primer
Pada perencanaan moda pengumpan (feeder) LRT untuk mendapatkan analisa regresi maka dibutuhkan data penumpang MRT Jakarta. Karena MRT Jakarta belum beroperasi maka untuk data penumpang diasumsikan sama dengan data penumpang Transjakarta. Kemudian dibutuhkan juga data penduduk per kelurahan sesuai letak halte Transjakara Koridor 1. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Data Penumpang Transjakarta Koridor 1
Halte Pagi Malam Pagi Malam
Blok-M 2.787 5.885 3.291 4.480 Al-Azhar 1.092 1.097 1.101 456 Bundaran Senayan 672 3.030 978 1.615 Gelora Bung Karno 433 2.210 458 1.150 Polda Metro Jaya 513 2.253 640 994 Bendungan Hilir 654 3.237 1.220 2.085 Karet 767 2.562 781 1.475 Setia Budi 430 1.872 428 897 Dukuh Atas 359 1.423 391 590 Tosari 420 1.808 492 1.018 BundaranHI 471 2.900 450 2.330 Sarinah 570 2.920 719 2.010 BI 311 1.603 289 481 Monas 383 2.142 358 1.365 Harmoni 799 3.918 922 2.600 Sawah Besar 882 2.006 894 1.306 Mangga Besar 687 1.320 793 1.030 Olimo 678 1.341 658 1.126 Glodok 743 2.164 736 1.926 Kota 2.138 4.562 2.378 4.298 Naik Turun
Tabel 2. Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sesuai Halte Transjakarta [4]
No Kelurahan Halte Jumlah Penduduk
1 Melawai Blok-M 4070
2 Selong Masjid Agung 5527
3
Bundaran Senayan
4 Gelora Bung Karno
5 Polda Metro Jaya
6 Karet Semanggi Bendungan Hilir 3259
7 Karet 8 Setia Budi 9 Dukuh Atas 10 Menteng Tosari 31695 11 BundaranHI 12 Sarinah 13 BI 14 Monas
15 Petojo Utara Harmoni 23021
16 Kebon Kelapa Sawah Besar 13894
17 Mangga Besar 18 Olimo 19 Glodok Glodok 9642 20 Pinangsia Kota 13748 Gondangdia Gambir Keagungan 4742 3351 5481 2835 22521 Senayan Setia Budi B. Permodelan Bangkitan
Permodelan yang dilakukan menggunakan metode regresi linier berdasarkan jumlah penduduk per kelurahan, jumlah rumah, dan daerah luas bangunan komersial dengan jumlah lantai. Variabel jumlah penduduk, jumlah rumah, dan luas bangunan komersial dengan jumlah lantai merupakan variabel bebas yang didapatkan dengan membuat zona pada halte Transjakarta Koridor 1 dengan radius 1 km, 500 m, dan 250 m, dan variabel tetapnya adalah jumlah penumpang Transjakarta Koridor 1 yang diumpakan sebagai penumpang MRT Jakarta yang naik dan turun. Hasil regresi linier tersebut merupakan persamaan – persamaan yang akan digunakan pada permodelan rute LRT. Lokasi halte Transjakarta Koridor 1 dapat dilihat pada gambar 1 dan hasil regresi linier yang akan digunakan untuk permodelan rute LRT dapat dilihat pada tabel 3 [2].
Tabel 3
Hasil regresi linier yang digunakan untuk permodelan LRT
C. Analisis Bangkitan pada Rute LRT Rencana
Untuk mendapatkan bangkitan pada rute LRT yang dilakukan adalah membuat zona dengan radius 1 km, 500 m, dan 250 m pada tiap stasiun yang berada pada rencana rute LRT. Untuk menentukan zona pada rute LRT rencana kita harus menentukan letak stasiun terlebih dahulu [3]. Rute LRT yang direncanakan dimulai dari daerah Dukuh Atas kemudian melewati daerah Pejompongan, Senayan, Kebayoran Baru, dan berakhir di daerah Mampang Prapatan. Letak stasiun LRT dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Letak Stasiun LRT (Rute LRT warna putih dan rute MRT Jakarta warna biru)
Setelah menentukan letak stasiun LRT, maka dilakukan perhitungan jumlah rumah pada zona radius 500 m dan 250 m. Sedangkan untuk zona radius 1 km dilakukan perhitungan luas bangunan komersial dengan jumlah lantai. Setelah diketahui jumlah rumah dan luas bangunan komersial dengan jumlah lantai, data tersebut digunakan sebagai variabel yang akan digunakan pada persamaan regresi pada zona halte Transjakarta Koridor 1 untuk mendapatkan jumlah penumpang yang naik dan turun pada rute LRT. Jumlah rumah yang
dihitung apabila diregresikan dengan penumpang naik pagi dan turun malam akan didapatkan bangkitan dan tarikan, sedangkan luas bangunan komersial x lantai apabila diregresikan dengan penumpang turun pagi dan naik malam akan didapatkan tarikan dan bangkitan. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : [2]
Persamaan regresi zona halte Transjakarta koridor 1 : Y = 0,1513 X + 753,23
Jumlah rumah pada zona stasiun 1 LRT : 780 rumah (sebagai X)
Maka bangkitan perjalanannya :
Y = 0,1513 X + 753,23 =(0,1513 x 780) + 753,23
= 871
Hasil dari bangkitan dan tarikan pada rute LRT dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Bangkitan dan Tarikan Rute LRT No Stasiun Bangkitan Pagi Tarikan Pagi Bangkitan Malam Tarikan Malam 1 1 871 869 1512 1404 2 2 938 979 2172 1491 3 3 1106 998 2286 1710 4 4 1091 1023 2439 1691 5 5 941 719 613 1495 6 6 1128 743 756 1740 7 7 807 784 1001 1320 8 8 829 776 955 1349 9 9 820 770 917 1337 10 10 829 808 1149 1349 11 11 936 903 1716 1488 12 12 839 802 1110 1361 13 13 860 877 1563 1389 14 14 835 819 1214 1357 15 15 855 804 1126 1382 16 16 857 766 896 1384 17 17 878 798 1087 1413 18 18 887 810 1158 1424 19 19 805 778 967 1317 D. Analisis Transit LRT
Pada tugas akhir ini, moda LRT yang direncanakan merupakan moda pengumpan (feeder) MRT Jakarta. Maka perlu dilakukan analisis jumlah penumpang yang akan transit atau pindah moda dari MRT Jakarta menuju moda LRT yang direncanakan. Pada rute LRT sendiri ada dua lokasi stasiun transit yaitu stasiun 1 dan stasiun 11 yang berdekatan dengan stasiun MRT Jakarta yaitu stasiun Dukuh Atas dan Senayan Perhitungan dalam analisis ini, data yang digunakan adalah jumlah penumpang Trasnjakarta naik dan turun pada pagi dan malam hari yang diasumsikan sebagai penumpang MRT Jakarta. Data tersebut digunakan untuk mencari nilai rata – rata penumpang naik dan turun pada pagi dan malam hari pada halte biasa dan nilai rata – rata penumpang naik dan turun pada pagi dan malam hari pada halte transit. Halte transit pada Transjakarta koridor 1 adalah halte Blok M, Dukuh Atas, dan Harmoni. Hasil nilai rata – rata halte transit kemudian dibagi
nilai rata – rata halte non transit. Letak stasiun LRT transit dan stasiun MRT Jakarta transit dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Lokasi stasiun LRT transit dan stasiun MRT Jakarta (Lingkaran Kuning)
Berikut adalah hasil perhitungan analisis transit LRT : 1. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit nak pagi :
1.315 / 678 = 1,939686962
2. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit turun pagi : 3.742 / 2.247 = 1,665166873
3. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit naik malam: 1.535 / 765 = 2,006974717
4. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit turun malam: 2.557 / 1.453 = 1,75971245
Hasil perbandingan nilai rata – rata yang telah dihitung, digunakan sebagai faktor pengali untuk mendapatkan penumpang LRT + jumlah penumpang yang transit. Nilai – nilai yang telah dihitung dikalikan dengan hasil bangkitan dan tarikan LRT yang telah diketahui pada stasiun transit yaitu 1 dan 11 [6].
E. Analisis Bangkitan pada Tahun Rencana
Dalam tugas akhir ini juga perlu menghitung bangkitan pada tahun rencana. Tahun rencana yang ditentukan adalah tahun 2030. Tahun 2030 dipilih berdasarkan RTRW DKI Jakarta tahun 2030. Dalam RTRW DKI Jakarta tahun 2030 terdapat peta rencana tata ruang kota kawasan DKI Jakarta. Peta tersebut menjelaskan kawasan mana yang akan berkembang menjadi kawasan perumahan dan kawasan komersial pada tahun 2030. Peta rencana tata ruang kota pada daerah sekitar rute LRT yang dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Peta rencana tata ruang kota DKI Jakarta pada daerah rute LRT
Dalam analisis ini, kita menghitung jumlah rumah dan luas bangunan komersial x jumlah lantai yang diperkirakan akan bertambah pada tahun 2030 berdasarkan RTRW DKI Jakarta tahun 2030. Perhitungan yang dilakukan sama seperti pada zona stasiun LRT dengan radius 1 km, 500 m, dan 250 m. Untuk jumlah rumah, pada analisis tahun rencana ini diasumsikan berupa apartemen berlantai 10 dengan luas unit 59 m2 dengan perhitungan luas sesuai dengan peta rencana tata kota. Untuk luas bangunan komersial diasumsikan sebagai gedung perkantoran berlantai 10 dengan luas sesuai daerah yang direncanakan pada peta rencana tata kota. Hasil perhitungan pertumbuhan jumlah rumah dan luas bangunan zona stasiun LRT pada tahun 2030 digunakan sebagai variabel x pada persamaan regresi zona halte Transjakarta koridor 1. Dengan perhitungan yang sama, hasil perhitungan bangkitan dan tarikan pada rute LRT tahun rencana yaitu tahun 2030 yang dapat dilihat pada tabel 5 [2].
Tabel 5
Bangkitan dan Tarikan Rute LRT Tahun Rencana No Stasiun Bangkitan Pagi Tarikan Pagi Bangkitan Malam Tarikan Malam 1 1 871 950 1998 1404 2 2 1135 1088 2830 1734 3 3 1188 1053 2618 1710 4 4 1173 1055 2628 1691 5 5 941 744 765 1495 6 6 1232 825 1252 1740 7 7 807 828 1267 1320 8 8 882 820 1221 1485 9 9 853 817 1204 1337 10 10 829 856 1436 1349 11 11 1211 944 1962 1488 12 12 1088 863 1478 2013 13 13 897 939 1931 1389 14 14 872 880 1582 1357 15 15 855 908 1746 1382
16 16 857 896 1676 1384
17 17 878 891 1648 1413
18 18 940 918 1805 1564
19 19 856 827 1261 1450
F. Analisis Trip Distribution dengan Metode Furness Untuk mendapatkan persebaran penumpang pada rute LRT, perlu dilakukakan analisis persebaran dengan metode Furness [2]. MAT (Matriks Asal Tujuan) awal yang digunakan adalah matriks bernilai 1 kemudian untuk mendapatkan matrik persebaran dikalikan dengan bangkitan dan tarikan rute LRT eksisting yang sudah diketahui dan dilakukakn secara bergantian. Pada matrik awal, untuk angka bangkitan dan tarikan stasiun 1 dan 11 yang merupakan stasiun transit, dikalikan juga dengan nilai faktor pengali transit yang telah dihitung sebelumnya. Matrik yang dikalikan kemudian diiterasikan hingga mendapatkan hasil fo = 1. Untuk Furness tahun rencana, hasil matrik akhir dari furness eksisting diiterasi kembali dengan mengkalikan bangkitan dan tarikan pada tahun 2030. Hasil MAT dapat dilihat pada tabel 6, 7, 8, dan 9.
Tabel 6. MAT Pagi tahun Eksisting
Tabel 7. MAT Malam tahun Eksisting
Tabel 8. MAT Pagi Tahun 2030
Tabel 9. MAT Malam Tahun 2030
G. Analisis Trip Assignment
Analisis trip assignment atau analisis pembebanan penumpang didapatakan dari hasil matrik Furness [2]. Pembebanan yang di analisis adalah pembebanan penumpang per ruas rute LRT arah pergi dan pulang. Pembebanan ini juga digunakan untuk perencanaan headway moda LRT. Hasil pembebanan dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.
Tabel 10 Pembebanan per Ruas Rute LRT Eksisting Pagi dan Malam
Tabel 11 Pembebanan per Ruas Rute LRT Tahun 2030 Malam
Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpamg 1 1-2 1689,94 19-18 855,90 1 1-2 4010,41 19-18 1261,28 2 2-3 2607,81 18-17 1708,24 2 2-3 6319,16 18-17 2918,87 3 3-4 3433,32 17-16 2410,07 3 3-4 8067,04 17-16 4268,86 4 4-5 4102,55 16-15 3004,58 4 4-5 9496,37 16-15 5500,63 5 5-6 4562,92 15-14 3508,82 5 5-6 9478,74 15-14 6642,03 6 6-7 5109,09 14-13 3945,83 6 6-7 9436,41 14-13 7496,97 7 7-8 5275,82 13-12 4294,95 7 7-8 9687,08 13-12 8440,26 8 8-9 5413,86 12-11 4697,48 8 8-9 9722,88 12-11 8740,89 9 9-10 5457,12 11-10 5359,71 9 9-10 9675,53 11-10 9349,96 10 10-11 5388,50 10-9 5310,02 10 10-11 9665,49 10-9 9390,28 11 11-12 5335,79 9-8 5214,76 11 11-12 8814,28 9-8 9176,29 12 12-13 5066,40 8-7 5050,68 12 12-13 7927,95 8-7 8821,87 13 13-14 4575,35 7-6 4775,05 13 13-14 7337,91 7-6 8487,71 14 14-15 4036,42 6-5 4547,47 14 14-15 6549,14 6-5 7353,26 15 15-16 3382,31 5-4 4204,29 15 15-16 5682,88 5-4 6446,38 16 16-17 2652,70 4-3 3541,11 16 16-17 4651,39 4-3 5365,11 17 17-18 1842,62 3-2 2737,92 17 17-18 3418,88 3-2 3918,99 18 18-19 915,20 2-1 1750,31 18 18-19 1877,80 2-1 2258,28 No Malam No Pagi
Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpang Segmen Jumlah Penumpang Segmen Jumlah Penumpamg
1 1-2 1690 19-18 805 1-2 3034 19-18 967 2 2-3 2434 18-17 1610 2-3 4833 18-17 2025 3 3-4 3201 17-16 2321 3-4 6448 17-16 2906 4 4-5 3813 16-15 2934 4-5 7897 16-15 3520 5 5-6 4276 15-14 3456 5-6 7828 15-14 4234 6 6-7 4772 14-13 3877 6-7 7698 14-13 4910 7 7-8 4950 13-12 4212 7-8 7793 13-12 5709 8 8-9 5067 12-11 4470 8-9 7759 12-11 6069 9 9-10 5104 11-10 4873 9-10 7624 11-10 7211 10 10-11 5045 10-9 4866 10-11 7504 10-9 7210 11 11-12 4795 9-8 4797 11-12 7339 9-8 7003 12 12-13 4489 8-7 4651 12-13 6806 8-7 6720 13 13-14 4043 7-6 4414 13-14 6261 7-6 6382 14 14-15 3552 6-5 4225 14-15 5520 6-5 5629 15 15-16 2994 5-4 3907 15-16 4630 5-4 4903 16 16-17 2391 4-3 3255 16-17 3607 4-3 4299 17 17-18 1675 3-2 2489 17-18 2483 3-2 3360 18 18-19 861 2-1 1600 18-19 1241 2-1 2327 No Pagi Malam
H. Perencanaan Moda dan Operasional LRT Contoh perhitungan headway (berdasarkan analisis
pembebanan) [3] :
Kebutuhan penumpang maksimum (Eksisting) = 7897 orang/8 jam = 987 orang/jam
Jenis kendaraan LRT yang digunakan : Alstom Citadis Dualis dengan kapasitas 234 penumpang (Cv)
Headway maksimum (h maks) = (Cv x 3600)/P = (234 x 3600)/987 = 853,3541 detik = 14,22 menit Headway rencana (h) = 14 menit = 840 detik
Kapasitas jalur (C) = (Cv x 3600)/h = (243 x 3600)/840 = 1002,857 penumpang Frekuensi (F) = (1/h) x 3600 = (1/840) x 3600 = 5 kendaraan / jam Kontrol = (P/C) < 1 = (987/1002,857) < 1 = 0,984 < 1 ...OK Jarak tempuh = 18,56 km (rute pulang dan pergi) Kecepatan minimum = 20 km/jam = 0,33 km/menit Headway = 660 detik
Jumlah Armada =
Dari hasil perhitungan, headway yang akan digunakan pada rute LRT adalah sebagai berikut :
Jumlah Penumpang = 1174 penumpang/jam (tahun 2030) Jenis moda = Bombardier Flexity Freedom
Kapasitas 251 penumpang Frekuensi = 5 kendaraan/jam
Headway = 720 detik = 12 menit Perencanaan area mengantri [5]
Panjang moda LRT = Bombardier Flexity Freedom, 30,8 m
Jumlah pintu kereta = 6 pintu Lebar stasiun LRT rencana = 2 m
LOS (Level of Service) = C, 0,7 m2 / orang Luas stasiun = 61,6 m2
Jumlah penumpang = 354 penumpang/jam Jumlah orang mengantri = 354 / 6 = 59 orang/jam = 12 orang/12 menit
Luas tempat menunggu = 0,7 x 12 orang = 8,3 m2 ~ 8 m2
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
1. Dari hasil permodelan yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi, didapatkan empat persamaan regresi berdasarkan pada zona halte Transjakarta koridor 1 radius 1 km, 500 m, dan 250 m yang kemudian digunakan untuk permodelan rute LRT. Persamaan regresi yang didapatkan adalah y = 0,1513x + 753,23 untuk permodelan bangkitan pagi, y = 0,0002x + 649,09 untuk tarikan pagi, y = 0,0012x + 194,18 untuk bangkitan malam, dan y = 0,3955x + 1249,3 untuk tarikan malam.
2. Dari hasil analisis didapatkan pada rute LRT yang memiliki bangkitan terbesar pada kondisi eksisting adalah stasiun 4 yaitu sebesar 2439 yang berada pada Jl. Karet Pasar Baru Barat dekat daerah Dukuh Atas dan untuk kondisi tahun rencana tahun 2030 adalah stasiun 2 yaitu sebesar 2830 yang berada pada Jl. Karet Pasar Baru Timur dekat daerah Dukuh Atas. Untuk tarikan terbesar pada kondisi eksisting adalah stasiun 6 yaitu sebesar 1740 yang berada pada Jl. Pejompongan Raya dan untuk kondisi tahun rencana adalah staisun 12 yaitu sebesar 2013 yang berada pada Jl. Senopati. 3. Dari hasil analisis distribusi yang dapat dilihat pada matriks
asalal tujuan pada bagian lampiran, didapatkan pergerakan yang paling maksimum pada tahun eksisting adalah pergerakan pada stasiun 11 menuju stasiun 1 pada malam hari yaitu sebesar 336,57 sedangkan tahun 2030 pergerakan pada stasiun 1 menuju stasiun 11 pada malam hari yaitu sebesar 394,06.
4. Dari hasil analisis pembebanan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan (demand) ruas antar stasiun LRT yang terbesar adalah ruas 4-5 yaitu sebesar 7897,30 untuk kondisi eksisting dan ruas 8-9 yaitu sebesar 9722,88 untuk kondisi tahun rencana.
5. Headway rencana yang didapatkan dari hasil analisis adalah 720 detik atau 12 menit menggunakan jenis moda Bombardier Flexity Freedom. Untuk travel time yang didapatkan adalah 1 jam. Sehingga didapatkan jumlah armada tiap jam sebesar 5 kereta. Untuk jenis right of way yang dipilih adalah separated right of way atau tipe B, shared right of way atau tipe C, dan exclusive right of way atau tipe A. Kemudian untuk analisis area mengantri didapatkan luas area mengantri pada stasiun LRT berdarkan jenis moda dan jumlah penumpang maksimum adalah 8 m2 untuk stasiun biasa dan 5,6 m2 untuk stasiun trasnit.
DAFTAR PUSTAKA
[1] About MRT Jakarta Project, Brosur MRT Jakarta, PT. Mass Rapid Jakarta, Jakarta.
[2] Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan
Transportasi.Bandung : ITB.
[3] Vuchic, V. R. 1981. Urban Public Transportation
System and Technology. University of Pensylvania [4] BPS Provinsi DKI Jakarta, 2012, e-Publikasi Kecamatan
Dalam
Angka,URL<:http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT 0xOTUwJnBhZ2U9YnVrdWtkYQ==>
[5] Transportation Research Board. 2003. Transit Capacity
and Quality of Service Manual—2nd Edition.
Washington, D.C
[6] Febrianda, M. 2013. Studi Perencanaan Rute LRT
(Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik