PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS NEUROLOGI
FK UNUD DENPASAR
Oleh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mahasiswa sebagai makhluk sosial dalam hidupnya dapat mengalami berbagai
macam permasalahan. Lingkungan pendidikan dalam kehidupan mahasiswa
merupakan lingkungan yang penuh dengan tekanan psikologis dan fisik; hal ini
dapat mengakibatkan buruknya kinerja akademis dan munculnya sejumlah besar
masalah psikologis bagi mahasiswa tersebut.
Ego strength, dominansi dan responsibility merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi keberhasilan seorang peserta didik. Ego strength,
dominansi dan responsibility mempengaruhi kemampuan dalam beradaptasi, mengambil keputusan, mengatasi masalah dan rasa tangggung jawab (Graham,
2006). Pada peserta didik program studi spesialis hal itu sangat diperlukan untuk
menunjang kelancaran pendidikan dan dalam menangani pasien.
Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2Dx (MMPI-2Dx)
merupakan salah satu tes kesehatan mental yang saat ini sering digunakan untuk
mengevaluasi kondisi kesehatan mental seseorang, berupa: fungsi kepribadian,
keadaan emosional saat ini dan sifat keparahan psikopatologi, serta dapat
merumuskan intervensi atau pengobatan. Suplemen scale MMPI-2 Dx merupakan
salah satu skala pada MMPI-2Dx yang penilaiannya merupakan pengukuran
kesehatan mental sangat penting dilakukan agar dapat mendeteksi adanya
kecenderungan gangguan mental dan kelancaran pendidikan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran ego strength, dominansi dan responsibility dari peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility
pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK unud Denpasar
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility
berdasarkan suplemen scale MMPI-2Dx pada peserta didik pendidikan
spesialis neurologi FK Unud Denpasar
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran ego strength,
dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud
1.4.2. Manfaat Klinis
2.1. MMPI 2-Dx
MMPI 2 adalah suatu tes psikologi untuk mengidentifikasi psikopatologi dan tipe
kepribadian seseorang. Penggunaan MMPI 2 dapat membantu penentuan pola
perilaku, pola berpikir serta kekuatan ego seseorang dimana data tersebut sangat
berguna bagi konselor dan terapis (Polimeni,2010; Kasan,2011).
MMPI merupakan instrumen psikiatri dan psikologi yang cukup popular
dan banyak digunakan untuk penelitian maupun skrining penerimaan atau
penempatan pegawai, pengukuran fungsi mental, prediksi perilaku dengan melihat
psikopatologi yang terjadi (Sepehrmanesh, 2008). MMPI-2 juga sering digunakan
sebagai skrining maupun penelitian dalam penjara (Craig, 2008).
MMPI mulai dikembangkan sejak akhir 1930-an oleh Starke R. Hathaway,
PhD (psikolog) dan J. Charnley Mc Kinley, MD (psikiater), dirumah sakit dari
Universitas Minnesota, Minneapolis, USA. MMPI dipublikasikan pertama kali
pada tahun 1943 dengan beberapa skala yang masih sedikit kemudian berkembang
sampai saat ini (Gunawan, 2008).
MMPI sebagai tes kepribadian merujuk pada pembahasan ada tidaknya
psikopatologi karena statemen pertanyaannya membandingkan kelompok
normatif normal dengan kelompok kasus. Pertanyaannya berupa statemen yang
dijawab ya atau tidak dan bersifat umum yang biasanya dimodifikasi sesuai
divalidasi tahun 2003, diawali dengan studi kepustakaan pada Januari-Februari
2003, dilanjutkan dengan tes validitas (Maslim, 2003). MMPI 2 disempurnakan
kembali dalam buku panduan edisi Januari 2011 sebagai MMPI-2Dx (Kasan,
2011)
Struktur MMPI 2 Dx terdiri dari: (Butcher, 2001; Kasan, 2001; Graham,
2006)
1. Skala Validitas
Merupakan indikator untuk menilai apakah peserta tes telah menjawab pertanyaan
tes sesuai dengan kondisi peserta tes. Peserta tes mungkin menjawab tes dengan
berbagai kemungkinan: banyak jawaban dikosongkan, secara random, tidak
konsisten atau distorsi dari keadaan yang sebenarnya
- Cannot say (soal tes tak terjawab) - Monitoring inkonsisten (Vrin dan Trin)
- Monitoring infrekwen (F,Fb, Fp)
- Monitoring sikap defensive (L,K,S,FBS,Fs)
- Monitoring overreporting dan underreporting tambahan (Ds, Dsr, Od, Esd, Wsd, Mp, Ss)
2. Skala Klinik dan Sub SkalaKlinik
- Skala 1: Hypochondriasis (Hs) - Skala 2: depression (D)
- Skala 3: hysteria (Hy)
- Skala 6: paranoid (Pa) - Skala 7: psychastenia (Pt) - Skala8: schizophrenia (Sc) - Skala 9: hypomania (Ma) - Skala 0: social introversion (Si)
3. Skala Restructured Clinical atau RC (inti dari skala klinik)
Dikembangkan oleh Tellegen dkk (2003) untuk mengurangi kendala pada skala
klinik yang heterogen karena skala klinik sebagian besar dipengaruhi oleh unsur
emosional dan maladjustment. Restructure clinical scale berusaha mengeluarkan faktor general stress, maladjustment dan demoralization dari skala klinik. Terdiri dari 9 skala yaitu:
- Demoralization (RCd)
Merupakan indikator unhappiness dan dissatisfaction. Skor tinggi ≥ 65
mencerminkan cemas, depresi dan tegang. Merasa tidak aman, pesimistik, rendah
diri dan resiko bunuh diri. Skor sangat tinggi ≥ 75 menunjukkan ketidakmampuan
untuk mengatasi keadaan.
- Somatic complaints (RC1)
Makin tinggi skor makin kuat interpretasi ke arah faktor psikologis. Skor ≥ 65
menunjukkan banyak keluhan fisik, preokupasi pada kesehatannya, capek, lemah,
sakit kronik dan stress atau kesulitan dalam hubungan interpersonal. Skor sangat
tinggi ≥ 75 sangat mengeluh sakit fisik dan sangat preokupasi sakit fisik serta
- Low positive emotions (RC2)
Indikator yang bagus untuk depresi. Skor tinggi ≥ 65 mengalami depresi
anhedonia, rasa tidak aman, pesimistik, menyendiri, rasa bosan, tak bersemangat
dan pasif.
- Cynicism (RC3)
Sulit membina hubungan harmonis dengan orang lain. Skor ≥ 65 adalah orang lain
tidakdapat dipercaya, mementingkan diri dan eksploitatif. Skor ≤ 40 menunjukkan
naïf, mudah tertipu dan percaya berlebihan pada orang lain.
- Antisocial behavior (RC4)
Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan perilaku antisocial, agresif, marah-marah,
argumentative, sulit mentaati peraturan yang berlaku, resiko tinggi memakai
narkoba dan seks bebas serta cenderung terjadi konflik dengan orang lain.
- Ideas of persecution (RC6)
Indikator untuk kecurigaan sampai dengan waham paranoid. Skor tinggi ≥ 65
menunjukkan ide paranoid menonjol, merasa terancam oleh kedengkian orang
lain, merasa menjadi korban niat jahat orang lain, sangat mencurigai orang lain
dan merasa diperlakukan tidak adil.
- Dysfunctional negative emotions (RC7)
Merupakan indikator emosi negatif. Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan cemas, marah,
khawatir berlebihan, sensitif terhadap kritik, sedih, preokupasi pada kegagalan,
- Aberrant experiences (RC8)
Indikator pemikiran dan pengalaman yang aneh. Skor ≥ 65 menunjukkan karakter
skizotipal.skor sangat tinggi ≥ 75 untuk melihat kemungkinan skizofrenia,
gangguan waham dan gangguan skizoafektif.
- Hypomanic activation (RC9)
Merupakan indikator gejala hipomanik. Skor ≥ 65 menunjukkan harga diri
melambung, sangat energik, sensation-seeking berani melakukan tindakan beresiko tinggi, agresif, impulsif, euforia, pencepatan pikiran dan kebutuhan tidur
berkurang. Skor sangat tinggi ≥ 75 kemungkinan manik atau episode hipomanik
(mungkin gangguan bipolar).
4. Skala Content dan Skala Content Component
Dikelompokkan menjadi 4 yaitu
kelompok internal symptom
o Anxiety (ANX) o Fears (FRS) o Obsessions (OBS) o Depressions (DEP) o Health Concerns (HEA) o Bizarre Mentation (BIZ)
kelompok eksternal atau aggressive tendencies
o Anger (ANG) o Cynicism (CYN)
o Type A (TPA)
kelompok devalued viewof the self
o Low self esteem (LSE)
kelompok general problem areas
o Social Discomfort (SOD) o Family Problem (FAM) o Work Interference (WRK)
o Negative Treatment Indicators (TRT)
5. Skala suplemen
Dikelompokkan menjadi :
- Broad personality characteristics
Skala ini ada 5 skala yaitu: ansietas (A), Represi (R), Ego strength (Es), Dominansi (Do), Responsibility (Re)
Skala ini baik apabila nilai ≥65. Skala ini untuk mengukur ansietas,
adaptasi, fleksibilitas, kemampuan mengatasi masalah, rasa percaya diri,
tanggung jawab.
- Generalized emotional distress
Skala ini ada 3 yang dilihat yaitu : Maladjustment (Mt), Post Traumatic Stress Disorder-Keane (PK), Marital Distress (MDS)
- Behavioural dyscontrol
Skala ini terdiri dari 5 skala yaitu : Hostility (Ho), Over-controlled hostility (OH), Mac–Andrew Alcoholism Revisid (MAC-R), Addiction
- Gender role
Terdiri dari 2 macam skala yaitu : Gender Role – Masculine (GM), Gender Role – Feminine (GF)
6. Skala Personality Psychopathology Five
Psy-5 meliputi aggressiveness (AGGR), psychoticism (PSYC), discotraint (Disc),
negative emotionality/neuroticism (NEGE), introversion/low positive emotionality
(INTR)
7. Skala tambahan
8. Code type adalah skala – skala klinik dengan skor T tertinggi.
2.2. Ego strength, Dominansi dan Responsibility
Ego strength adalah kualitas yang ektif melekat membawa berbagai bentuk energi dan getaran pada orang selama kehidupan (Sadock, 2010). Ego strength ini mencerminkan inti dari jiwa dan akhirnya membangun komitmen yang solid menuju ideal, kepercayaan, orang lain yang
signifikan dan masyarakat yang lebih luas (Sadock, 2009).
Menurut prinsip epigenetik, menyatakan bahwa ego strength ada selama masa kehidupan, namun beberapa meningkat dalam hubungan
untuk resolusi positif yang berhubungan dengan krisis psikososial,
khususnya harapan dari dasar kepercayaan versus ketidakpercayaan (masa
kanak-kanak), kepercayaan dari otonomi versus malu atau ragu (anak usia
dini),tujuan dari inisiatif versus rasa bersalah (masa kanak awal),
fase identitas versus kebingungan identitas (masa remaja), cinta dari
keintiman versus isolasi (dewasa awal), perawatan pada fase generativitas
versus stagnasi (dewasa), kebijaksanaan dari integritas versus putus asa
(dewasa tua). Komponen hirarki Erikson juga sesuai dengan kemungkinan
ego strength selanjutnya ditingkatkan melaluui resolusi positif dari krisis psikososial sebelumnya. Ego dibentuk menurut kebutuhan psikososial
(Sadock, 2009; Schneider, 2005).
Ego strength terdiri dari kemampuan untuk mengerti, mengartikan dan melakukan hubungan langsung, kontrol diri dan apa yang akan
dilakukan, konsistensi, koheren dan harmoni, rekognisi dari potensi.
Pada teori Erikson, terdapat delapan krisis perkembangan yang
harus dinegosiasikan seseorang untuk perkembangan yang sehat dan ego
yang kuat (Sadock, 2009). Catatan tentang suatu krisis menyiratkan bahwa
perkembangan normal tidak berlangsung secara mulus, tetapi lebih
cenderung menyatakan bahwa ego hanya dapat berkembang melalui
pemecahan serangkaian konflik (Schneider, 2005). Meskipun terdapat
beberapa titik pada siklus kehidupan di mana krisis tertentu akan menjadi
lebih signifikan dibanding yang lain, semua krisis ada di sepanjang
kehidupan seseorang (Sadock, 2009). Yang penting untuk Erikson,
konflik-konflik ini ditentukan oleh masyarakat dan budaya tempat orang
itu tinggal (Schneider, 2005). Namun sementara tantangan sosial ini
bersamaan dengan aspek tertentu perkembangan psikologis, mereka lebih
dinegosiasikan dengan baik, konflik akan menghasilkan pencapaian ego strength tertentu, yang dapat dipahami sebagai kualitas adaptif primer yang mengarahkan pada peningkatkan sensasi kekuatan internal dan
koherensi dalam diri seseorang (Markstrom, et al., 2005; Newman, 2009 ).
Jika suatu krisis gagal dinegosiasikan, antipati ego strength tersebut akan terjadi, dan akan tidak produktif terhadap perkembangan. Namun,
sementara tingkat antipati yang tinggi akan menghasilkan derajat ego strength yang lebih rendah, sejumlah antipati akan diperlukan untuk bertahan hidup, karena baik hal-hal positif dan negatif secara bersamaan
akan berkontribusi pada kapasitas adaptif seseorang (Sadock, 2009;
Newman, 2011). Misalnya, untuk dapat menghargai dan memahami cinta
sepenuhnya, seseorang juga harus mengalami sejumlah penolakan
(Maramis, 2010).
Ego strength lebih berorientasi ke sifat feminin, misalnya care dan
love, sementara will, purpose dan competence terkait dengan stereotipik karakteristik maskulin. Ego strength yang lebih tinggi berhubungan dengan konsolidasi ide yang lebih kuat, riset ini mengantisipasi bahwa
kesepakatan yang lebih kuat untuk identitas gender yang lebih kuat berupa
maskulin, feminin, dan androgen akan berhubungan dengan ego strength
yang lebih tinggi. (Schneider, 2005)
Dominansi merupakan salah satu nilai yang dibutuhkan agar
berwibawa dalam tatap muka, mampu mempengaruhi orang lain, tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Selain itu dominansi juga
dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh (Butcher, 2001).
Responsibility merupakan salah satu nilai yang diperlukan agar siap dan mampu menerima konsekwensi atas perbuatan sendiri, dapat
dipercaya, dapat diandalkan dan memiliki tanggung jawab. Pada
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang
bertujuan untuk melihat skala ego strength, dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Neurologi RSUP Sanglah Denpasar.
Penelitian dilakukan bulan Oktober- November 2014
3.3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis di RSUP
Sanglah Denpasar. Populasi terjangkau adalah seluruh peserta didik pendidikan
spesialis RSUP Sanglah Denpasar.
3.4. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis Neurologi
RSUP Sanglah.
3.5. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara. Penilaian
selanjutnya dilakukan dengan mengisi instrumen dan daftar pertanyaan terhadap
responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian
psikopatologi dengan MMPI-2Dx, edisi Januari 2011. Instrumen ini
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan mengambil data peserta didik pendidikan spesialis
neurologi, kemudian diberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian bagi responden secara umum serta cara
mengisi instumen. Kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan responden
akan dijaga.
Responden yang bersedia ikut dalam penelitian diminta menandatangani
informconsent. Hasilnya nanti akan diinformasikan pada responden berupa
penjelasan dan diberikan psikoedukasi sesuai kebutuhan masing-masing individu.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.
Satu persatu responden diminta mengisi tes MMPI-2DX dan dimasukkan
pada program untuk melihat validitas hasilnya. Pengambilan data responden terus
dilakukan sampai seluruh responden mengisi. Bagi responden dengan hasil tes
invalid (tidak valid) diperkenankan mengulang tes bila yang bersangkutan
menginginkan. Mereka yang telah mendapatkan hasil dan valid akan diberikan
konseling mengenai hasil MMPI-2DX yang telah dikerjakan. Hasil dikumpulkan
oleh peneliti. Data dimasukkan dan diolah dengan bantuan program komputer
3.6.2 Alur Penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian
3.7. Analisa Data
Hasil MMPI-2Dx yang telah dikerjakan oleh responden dimasukkan dan
dianalisa dalam program komputer sehingga didapatkan data MMPI
berdasarkan skala Suplemen. Program komputer yang dipakai adalah
program MMPI-2DX edisi januari 2011 (Kasan, 2011). Skala Es, Do, Re
dianalisa. Data karakteristik subyek disajikan secara deskriptif. Peserta Didik pendidikan spesialis
Neurologi FK Unud/RSUP
Inform Consent
MMPI-2DX
Hasil Valid
4.1. Gambaran Demografi Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di Bagian/SMF pada bulan Oktober -
November 2014. Responden adalah peserta didik pendidikan spesialis
neurologi yang mengisi tes MMPI dan hasilnya valid.
Secara keseluruhan didapatkan 39 orang responden, dimana hanya
18 responden yang hasilnya valid. Dari 18 responden yang hasilnya valid,
responden yang terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 11
responden (61,1%). Responden sebagian besar berusia 20-30 tahun yaitu
sebanyak 10 orang responden (55,6%). Responden terbanyak menjalani
pendidikan pada tahun ke 2 sebanyak 7 responden (38,9%). Berdasarkan
status perkawinan, sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 12
yang low score. Pada penelitian ini ada 3 item yaitu skala Es, Do dan Re. Pada penelitian ini skala Es pada responden semua berada low score. Skala Do pada penelitian ini sebagian besar berada pada low score yaitu sebanyak 17 responden (94,4%), sedangkan yang memiliki high score
hanya 1 responden (5,6%). Skala Re pada responden sebagian besar
berada pada low score yaitu sebanyak 16 responden (94,4%) sedangkan yang memiliki high score hanya 2 responden (11,1%).
Tabel 4.2
Ego strength, Dominansi dan Responsibility pada Responden
Ada penelitian yang dilaporkan mengenai MMPI pada mahasiswa, namun
yang diteliti adalah tingkat kecemasan dan depresi. Belum ada penelitian
yang meneliti mengenai ego strength pada peserta pendidikan spesialis khususnya di Indonesia. Perbedaan kondisi dan beban kerja
mempengaruhi ego strength masing-masing individu sesuai tingkatannya. Responden penelitian ini adalah peserta didik pendidikan spesialis
neurologi karena ingin mengetahui bagaimana ego strength peserta didik pendidikan spesialis neurologi. Dari 39 responden hanya 18 responden
yang hasilnya valid. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan hasilnya
tidak valid adalah pengisian tes yang terputus-putus dan kurangnya
konsentrasi dalam mengerjakan tes.
Kebanyakan responden pada penelitian ini berusia antara 20
sampai 30 tahun (usia 20-30 tahun 55,6%, usia 30 - 40 tahun 44,4%).
Responden memiliki status perkawinan yang sebagian besar sudah
menikah yaitu sebanyak 12 responden (66,7%) dan sebagian besar berada
pada tahun kedua pendidikan.
Skala ego strength pada responden semuanya ada pada low score, yang kemungkinan besar tidak mampu beradaptasi, terdapat emosional
distress, kurang mampu mengatasi masalah. Pada peserta didik sebaiknya
berbagai situasi, percaya diri, dan mampu mengatasi masalah baik itu
dalam pendidikan maupun di luar pendidikan.
Skala dominansi pada sebagian besar responden (94,4%) memiliki
nilai low score yang berarti kecenderungan untuk dependen. Sebaiknya peserta didik yang notabene seorang dokter memiliki skala dominansi
yang high score. Hal ini berarti memiliki sikap yang berwibawa, tenang, percaya diri, optimistik, berorientasi pada tujuan serta pandai bergaul.
Skala dominansi ini dipengaruhi oleh level pendidikan.
Skala responsibility pada sebagian besar responden (88,9%) memiliki nilai low score yang berarti kecenderungan untuk sikap dan perilaku antisocial. Sebaiknya peserta didik memiliki skala responsibility
yang high score. Hal ini berarti memiliki perhatian pada etika dan moral, bersikap adil dan dapat dipercaya. Skala ini juga dipengaruhi oleh tingkat
6.1. Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Skala ego strength pada responden seluruhnya low score, hal ini kurang baik.
2. Skala dominansi pada responden sebagian besar low score, hal ini kurang baik.
3. Skala responsibility pada responden penelitian sebagian besar low score, hal ini kurang baik.
4. Ego strength diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk beradaptasi, mengatasi masalah, bertangggung jawab dan
mengambil keputusan.
5. Dominansi diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, tidak mudah diintimidasi dan
percaya diri
6. Responsibility diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab, dapat diandalkan dan dipercaya.
6.2. Saran
mengenai suatu masalah. Pemeriksaan mengenai ego strength, dominansi dan responsibility sebaiknya rutin dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan,
mengatasi suatu permasalahan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap
lingkungannya.
Penelitian mengenai ego strength, dominansi dan responsibility
perlu dilakukan dengan membandingkan hasil saat awal pendidikan dan
setelah memulai pendidikan untuk mengetahui adanya pengaruh
Press. Malang, P:85-107
Butcher, et al. 2001. MMPI-2 (Minessota Multiphasic personality Inventory-2). Tersedia di: www.pearsonassessments.com/test/mmpi-2.html
Craig, R.2008.MMPI-Based Forensic Psychological Assessment of Lethal Violence. In: Hall H, editors. Forensic Psychology and Neuropsychology for Criminal and Civil Cases. New York. Tailor & Francis Group. P;393-412.
Dahlan, M.S. 2011. Statistik untuk kedokteran Indonesia. Seri Evidence Based Medicine 1. Jakarta. Salemba medica. Edisi 2. Hal 1-164.
Graham, J. R. 2006. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopathology. Fourth Ed. New York. Oxford Universitty Press.
Gunawan, E. 2008. Hubungan Kecenderungan Psikopatologi Kepribadian MMPI-2 dengan Kejadian Depresi pada Penderita Cedera Kepala Ringan. Semarang. Universitas Diponegoro. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/12890/
Kasan,H. 2011.Buku Panduan dan Kumpulan Kasus Workshop MPI-2Dx. Profesional Training Center “NL”. Jakarta, Indonesia.
Kolegium Psikiatri Indonesia. 2008. Modul Siklus Kehidupan.
Markstrom,C.A., Li, X., Blackshire, S.L., Wilfong, J.J. 2005 Ego strength
Development of Adolescents Involved in Adult-Sponsored Structured Activities. In: Journal of Youth and Adolescence.34(2)
Maslim,R. 2003.Manual Pelatihan MMPI-2 Indonesia. Indonesian center for Mental health Training and Research. Jakarta.
Polimeni, A.M., et al. 2010. MMPI-2 Profiles of Clients with Substance Dependencies Accessing a Therapeutic Community Treatment Facility. Electronic Journal of Applied Psychology. 6(1): 1-9.
Sadock. B. J., Sadock, V.A., Newton, D.S.. (2009): Sadock & Kaplan Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eighth Edition, Lippincot William Wilkin, Philadelphia, p:747-755