• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN EGO STRENGTH, DOMINANSI DAN RESPONSIBILITY PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS NEUROLOGI FK UNUD DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN EGO STRENGTH, DOMINANSI DAN RESPONSIBILITY PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS NEUROLOGI FK UNUD DENPASAR."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS NEUROLOGI

FK UNUD DENPASAR

Oleh

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mahasiswa sebagai makhluk sosial dalam hidupnya dapat mengalami berbagai

macam permasalahan. Lingkungan pendidikan dalam kehidupan mahasiswa

merupakan lingkungan yang penuh dengan tekanan psikologis dan fisik; hal ini

dapat mengakibatkan buruknya kinerja akademis dan munculnya sejumlah besar

masalah psikologis bagi mahasiswa tersebut.

Ego strength, dominansi dan responsibility merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi keberhasilan seorang peserta didik. Ego strength,

dominansi dan responsibility mempengaruhi kemampuan dalam beradaptasi, mengambil keputusan, mengatasi masalah dan rasa tangggung jawab (Graham,

2006). Pada peserta didik program studi spesialis hal itu sangat diperlukan untuk

menunjang kelancaran pendidikan dan dalam menangani pasien.

Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2Dx (MMPI-2Dx)

merupakan salah satu tes kesehatan mental yang saat ini sering digunakan untuk

mengevaluasi kondisi kesehatan mental seseorang, berupa: fungsi kepribadian,

keadaan emosional saat ini dan sifat keparahan psikopatologi, serta dapat

merumuskan intervensi atau pengobatan. Suplemen scale MMPI-2 Dx merupakan

salah satu skala pada MMPI-2Dx yang penilaiannya merupakan pengukuran

(3)

kesehatan mental sangat penting dilakukan agar dapat mendeteksi adanya

kecenderungan gangguan mental dan kelancaran pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran ego strength, dominansi dan responsibility dari peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility

pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK unud Denpasar

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility

berdasarkan suplemen scale MMPI-2Dx pada peserta didik pendidikan

spesialis neurologi FK Unud Denpasar

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran ego strength,

dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud

1.4.2. Manfaat Klinis

(4)

2.1. MMPI 2-Dx

MMPI 2 adalah suatu tes psikologi untuk mengidentifikasi psikopatologi dan tipe

kepribadian seseorang. Penggunaan MMPI 2 dapat membantu penentuan pola

perilaku, pola berpikir serta kekuatan ego seseorang dimana data tersebut sangat

berguna bagi konselor dan terapis (Polimeni,2010; Kasan,2011).

MMPI merupakan instrumen psikiatri dan psikologi yang cukup popular

dan banyak digunakan untuk penelitian maupun skrining penerimaan atau

penempatan pegawai, pengukuran fungsi mental, prediksi perilaku dengan melihat

psikopatologi yang terjadi (Sepehrmanesh, 2008). MMPI-2 juga sering digunakan

sebagai skrining maupun penelitian dalam penjara (Craig, 2008).

MMPI mulai dikembangkan sejak akhir 1930-an oleh Starke R. Hathaway,

PhD (psikolog) dan J. Charnley Mc Kinley, MD (psikiater), dirumah sakit dari

Universitas Minnesota, Minneapolis, USA. MMPI dipublikasikan pertama kali

pada tahun 1943 dengan beberapa skala yang masih sedikit kemudian berkembang

sampai saat ini (Gunawan, 2008).

MMPI sebagai tes kepribadian merujuk pada pembahasan ada tidaknya

psikopatologi karena statemen pertanyaannya membandingkan kelompok

normatif normal dengan kelompok kasus. Pertanyaannya berupa statemen yang

dijawab ya atau tidak dan bersifat umum yang biasanya dimodifikasi sesuai

(5)

divalidasi tahun 2003, diawali dengan studi kepustakaan pada Januari-Februari

2003, dilanjutkan dengan tes validitas (Maslim, 2003). MMPI 2 disempurnakan

kembali dalam buku panduan edisi Januari 2011 sebagai MMPI-2Dx (Kasan,

2011)

Struktur MMPI 2 Dx terdiri dari: (Butcher, 2001; Kasan, 2001; Graham,

2006)

1. Skala Validitas

Merupakan indikator untuk menilai apakah peserta tes telah menjawab pertanyaan

tes sesuai dengan kondisi peserta tes. Peserta tes mungkin menjawab tes dengan

berbagai kemungkinan: banyak jawaban dikosongkan, secara random, tidak

konsisten atau distorsi dari keadaan yang sebenarnya

- Cannot say (soal tes tak terjawab) - Monitoring inkonsisten (Vrin dan Trin)

- Monitoring infrekwen (F,Fb, Fp)

- Monitoring sikap defensive (L,K,S,FBS,Fs)

- Monitoring overreporting dan underreporting tambahan (Ds, Dsr, Od, Esd, Wsd, Mp, Ss)

2. Skala Klinik dan Sub SkalaKlinik

- Skala 1: Hypochondriasis (Hs) - Skala 2: depression (D)

- Skala 3: hysteria (Hy)

(6)

- Skala 6: paranoid (Pa) - Skala 7: psychastenia (Pt) - Skala8: schizophrenia (Sc) - Skala 9: hypomania (Ma) - Skala 0: social introversion (Si)

3. Skala Restructured Clinical atau RC (inti dari skala klinik)

Dikembangkan oleh Tellegen dkk (2003) untuk mengurangi kendala pada skala

klinik yang heterogen karena skala klinik sebagian besar dipengaruhi oleh unsur

emosional dan maladjustment. Restructure clinical scale berusaha mengeluarkan faktor general stress, maladjustment dan demoralization dari skala klinik. Terdiri dari 9 skala yaitu:

- Demoralization (RCd)

Merupakan indikator unhappiness dan dissatisfaction. Skor tinggi ≥ 65

mencerminkan cemas, depresi dan tegang. Merasa tidak aman, pesimistik, rendah

diri dan resiko bunuh diri. Skor sangat tinggi ≥ 75 menunjukkan ketidakmampuan

untuk mengatasi keadaan.

- Somatic complaints (RC1)

Makin tinggi skor makin kuat interpretasi ke arah faktor psikologis. Skor ≥ 65

menunjukkan banyak keluhan fisik, preokupasi pada kesehatannya, capek, lemah,

sakit kronik dan stress atau kesulitan dalam hubungan interpersonal. Skor sangat

tinggi ≥ 75 sangat mengeluh sakit fisik dan sangat preokupasi sakit fisik serta

(7)

- Low positive emotions (RC2)

Indikator yang bagus untuk depresi. Skor tinggi ≥ 65 mengalami depresi

anhedonia, rasa tidak aman, pesimistik, menyendiri, rasa bosan, tak bersemangat

dan pasif.

- Cynicism (RC3)

Sulit membina hubungan harmonis dengan orang lain. Skor ≥ 65 adalah orang lain

tidakdapat dipercaya, mementingkan diri dan eksploitatif. Skor ≤ 40 menunjukkan

naïf, mudah tertipu dan percaya berlebihan pada orang lain.

- Antisocial behavior (RC4)

Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan perilaku antisocial, agresif, marah-marah,

argumentative, sulit mentaati peraturan yang berlaku, resiko tinggi memakai

narkoba dan seks bebas serta cenderung terjadi konflik dengan orang lain.

- Ideas of persecution (RC6)

Indikator untuk kecurigaan sampai dengan waham paranoid. Skor tinggi ≥ 65

menunjukkan ide paranoid menonjol, merasa terancam oleh kedengkian orang

lain, merasa menjadi korban niat jahat orang lain, sangat mencurigai orang lain

dan merasa diperlakukan tidak adil.

- Dysfunctional negative emotions (RC7)

Merupakan indikator emosi negatif. Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan cemas, marah,

khawatir berlebihan, sensitif terhadap kritik, sedih, preokupasi pada kegagalan,

(8)

- Aberrant experiences (RC8)

Indikator pemikiran dan pengalaman yang aneh. Skor ≥ 65 menunjukkan karakter

skizotipal.skor sangat tinggi ≥ 75 untuk melihat kemungkinan skizofrenia,

gangguan waham dan gangguan skizoafektif.

- Hypomanic activation (RC9)

Merupakan indikator gejala hipomanik. Skor ≥ 65 menunjukkan harga diri

melambung, sangat energik, sensation-seeking berani melakukan tindakan beresiko tinggi, agresif, impulsif, euforia, pencepatan pikiran dan kebutuhan tidur

berkurang. Skor sangat tinggi ≥ 75 kemungkinan manik atau episode hipomanik

(mungkin gangguan bipolar).

4. Skala Content dan Skala Content Component

Dikelompokkan menjadi 4 yaitu

 kelompok internal symptom

o Anxiety (ANX) o Fears (FRS) o Obsessions (OBS) o Depressions (DEP) o Health Concerns (HEA) o Bizarre Mentation (BIZ)

 kelompok eksternal atau aggressive tendencies

o Anger (ANG) o Cynicism (CYN)

(9)

o Type A (TPA)

 kelompok devalued viewof the self

o Low self esteem (LSE)

 kelompok general problem areas

o Social Discomfort (SOD) o Family Problem (FAM) o Work Interference (WRK)

o Negative Treatment Indicators (TRT)

5. Skala suplemen

Dikelompokkan menjadi :

- Broad personality characteristics

Skala ini ada 5 skala yaitu: ansietas (A), Represi (R), Ego strength (Es), Dominansi (Do), Responsibility (Re)

Skala ini baik apabila nilai ≥65. Skala ini untuk mengukur ansietas,

adaptasi, fleksibilitas, kemampuan mengatasi masalah, rasa percaya diri,

tanggung jawab.

- Generalized emotional distress

Skala ini ada 3 yang dilihat yaitu : Maladjustment (Mt), Post Traumatic Stress Disorder-Keane (PK), Marital Distress (MDS)

- Behavioural dyscontrol

Skala ini terdiri dari 5 skala yaitu : Hostility (Ho), Over-controlled hostility (OH), MacAndrew Alcoholism Revisid (MAC-R), Addiction

(10)

- Gender role

Terdiri dari 2 macam skala yaitu : Gender Role Masculine (GM), Gender Role Feminine (GF)

6. Skala Personality Psychopathology Five

Psy-5 meliputi aggressiveness (AGGR), psychoticism (PSYC), discotraint (Disc),

negative emotionality/neuroticism (NEGE), introversion/low positive emotionality

(INTR)

7. Skala tambahan

8. Code type adalah skala – skala klinik dengan skor T tertinggi.

2.2. Ego strength, Dominansi dan Responsibility

Ego strength adalah kualitas yang ektif melekat membawa berbagai bentuk energi dan getaran pada orang selama kehidupan (Sadock, 2010). Ego strength ini mencerminkan inti dari jiwa dan akhirnya membangun komitmen yang solid menuju ideal, kepercayaan, orang lain yang

signifikan dan masyarakat yang lebih luas (Sadock, 2009).

Menurut prinsip epigenetik, menyatakan bahwa ego strength ada selama masa kehidupan, namun beberapa meningkat dalam hubungan

untuk resolusi positif yang berhubungan dengan krisis psikososial,

khususnya harapan dari dasar kepercayaan versus ketidakpercayaan (masa

kanak-kanak), kepercayaan dari otonomi versus malu atau ragu (anak usia

dini),tujuan dari inisiatif versus rasa bersalah (masa kanak awal),

(11)

fase identitas versus kebingungan identitas (masa remaja), cinta dari

keintiman versus isolasi (dewasa awal), perawatan pada fase generativitas

versus stagnasi (dewasa), kebijaksanaan dari integritas versus putus asa

(dewasa tua). Komponen hirarki Erikson juga sesuai dengan kemungkinan

ego strength selanjutnya ditingkatkan melaluui resolusi positif dari krisis psikososial sebelumnya. Ego dibentuk menurut kebutuhan psikososial

(Sadock, 2009; Schneider, 2005).

Ego strength terdiri dari kemampuan untuk mengerti, mengartikan dan melakukan hubungan langsung, kontrol diri dan apa yang akan

dilakukan, konsistensi, koheren dan harmoni, rekognisi dari potensi.

Pada teori Erikson, terdapat delapan krisis perkembangan yang

harus dinegosiasikan seseorang untuk perkembangan yang sehat dan ego

yang kuat (Sadock, 2009). Catatan tentang suatu krisis menyiratkan bahwa

perkembangan normal tidak berlangsung secara mulus, tetapi lebih

cenderung menyatakan bahwa ego hanya dapat berkembang melalui

pemecahan serangkaian konflik (Schneider, 2005). Meskipun terdapat

beberapa titik pada siklus kehidupan di mana krisis tertentu akan menjadi

lebih signifikan dibanding yang lain, semua krisis ada di sepanjang

kehidupan seseorang (Sadock, 2009). Yang penting untuk Erikson,

konflik-konflik ini ditentukan oleh masyarakat dan budaya tempat orang

itu tinggal (Schneider, 2005). Namun sementara tantangan sosial ini

bersamaan dengan aspek tertentu perkembangan psikologis, mereka lebih

(12)

dinegosiasikan dengan baik, konflik akan menghasilkan pencapaian ego strength tertentu, yang dapat dipahami sebagai kualitas adaptif primer yang mengarahkan pada peningkatkan sensasi kekuatan internal dan

koherensi dalam diri seseorang (Markstrom, et al., 2005; Newman, 2009 ).

Jika suatu krisis gagal dinegosiasikan, antipati ego strength tersebut akan terjadi, dan akan tidak produktif terhadap perkembangan. Namun,

sementara tingkat antipati yang tinggi akan menghasilkan derajat ego strength yang lebih rendah, sejumlah antipati akan diperlukan untuk bertahan hidup, karena baik hal-hal positif dan negatif secara bersamaan

akan berkontribusi pada kapasitas adaptif seseorang (Sadock, 2009;

Newman, 2011). Misalnya, untuk dapat menghargai dan memahami cinta

sepenuhnya, seseorang juga harus mengalami sejumlah penolakan

(Maramis, 2010).

Ego strength lebih berorientasi ke sifat feminin, misalnya care dan

love, sementara will, purpose dan competence terkait dengan stereotipik karakteristik maskulin. Ego strength yang lebih tinggi berhubungan dengan konsolidasi ide yang lebih kuat, riset ini mengantisipasi bahwa

kesepakatan yang lebih kuat untuk identitas gender yang lebih kuat berupa

maskulin, feminin, dan androgen akan berhubungan dengan ego strength

yang lebih tinggi. (Schneider, 2005)

Dominansi merupakan salah satu nilai yang dibutuhkan agar

berwibawa dalam tatap muka, mampu mempengaruhi orang lain, tidak

(13)

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Selain itu dominansi juga

dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh (Butcher, 2001).

Responsibility merupakan salah satu nilai yang diperlukan agar siap dan mampu menerima konsekwensi atas perbuatan sendiri, dapat

dipercaya, dapat diandalkan dan memiliki tanggung jawab. Pada

(14)

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang

bertujuan untuk melihat skala ego strength, dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Neurologi RSUP Sanglah Denpasar.

Penelitian dilakukan bulan Oktober- November 2014

3.3. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis di RSUP

Sanglah Denpasar. Populasi terjangkau adalah seluruh peserta didik pendidikan

spesialis RSUP Sanglah Denpasar.

3.4. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis Neurologi

RSUP Sanglah.

3.5. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara. Penilaian

selanjutnya dilakukan dengan mengisi instrumen dan daftar pertanyaan terhadap

responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian

psikopatologi dengan MMPI-2Dx, edisi Januari 2011. Instrumen ini

(15)

3.6. Prosedur Penelitian

3.6.1. Persiapan

Persiapan dilakukan dengan mengambil data peserta didik pendidikan spesialis

neurologi, kemudian diberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan,

tujuan penelitian dan manfaat penelitian bagi responden secara umum serta cara

mengisi instumen. Kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan responden

akan dijaga.

Responden yang bersedia ikut dalam penelitian diminta menandatangani

informconsent. Hasilnya nanti akan diinformasikan pada responden berupa

penjelasan dan diberikan psikoedukasi sesuai kebutuhan masing-masing individu.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.

Satu persatu responden diminta mengisi tes MMPI-2DX dan dimasukkan

pada program untuk melihat validitas hasilnya. Pengambilan data responden terus

dilakukan sampai seluruh responden mengisi. Bagi responden dengan hasil tes

invalid (tidak valid) diperkenankan mengulang tes bila yang bersangkutan

menginginkan. Mereka yang telah mendapatkan hasil dan valid akan diberikan

konseling mengenai hasil MMPI-2DX yang telah dikerjakan. Hasil dikumpulkan

oleh peneliti. Data dimasukkan dan diolah dengan bantuan program komputer

(16)

3.6.2 Alur Penelitian

Gambar 1. Alur Penelitian

3.7. Analisa Data

Hasil MMPI-2Dx yang telah dikerjakan oleh responden dimasukkan dan

dianalisa dalam program komputer sehingga didapatkan data MMPI

berdasarkan skala Suplemen. Program komputer yang dipakai adalah

program MMPI-2DX edisi januari 2011 (Kasan, 2011). Skala Es, Do, Re

dianalisa. Data karakteristik subyek disajikan secara deskriptif. Peserta Didik pendidikan spesialis

Neurologi FK Unud/RSUP

Inform Consent

MMPI-2DX

Hasil Valid

(17)

4.1. Gambaran Demografi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di Bagian/SMF pada bulan Oktober -

November 2014. Responden adalah peserta didik pendidikan spesialis

neurologi yang mengisi tes MMPI dan hasilnya valid.

Secara keseluruhan didapatkan 39 orang responden, dimana hanya

18 responden yang hasilnya valid. Dari 18 responden yang hasilnya valid,

responden yang terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 11

responden (61,1%). Responden sebagian besar berusia 20-30 tahun yaitu

sebanyak 10 orang responden (55,6%). Responden terbanyak menjalani

pendidikan pada tahun ke 2 sebanyak 7 responden (38,9%). Berdasarkan

status perkawinan, sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 12

(18)
(19)

yang low score. Pada penelitian ini ada 3 item yaitu skala Es, Do dan Re. Pada penelitian ini skala Es pada responden semua berada low score. Skala Do pada penelitian ini sebagian besar berada pada low score yaitu sebanyak 17 responden (94,4%), sedangkan yang memiliki high score

hanya 1 responden (5,6%). Skala Re pada responden sebagian besar

berada pada low score yaitu sebanyak 16 responden (94,4%) sedangkan yang memiliki high score hanya 2 responden (11,1%).

Tabel 4.2

Ego strength, Dominansi dan Responsibility pada Responden

(20)

Ada penelitian yang dilaporkan mengenai MMPI pada mahasiswa, namun

yang diteliti adalah tingkat kecemasan dan depresi. Belum ada penelitian

yang meneliti mengenai ego strength pada peserta pendidikan spesialis khususnya di Indonesia. Perbedaan kondisi dan beban kerja

mempengaruhi ego strength masing-masing individu sesuai tingkatannya. Responden penelitian ini adalah peserta didik pendidikan spesialis

neurologi karena ingin mengetahui bagaimana ego strength peserta didik pendidikan spesialis neurologi. Dari 39 responden hanya 18 responden

yang hasilnya valid. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan hasilnya

tidak valid adalah pengisian tes yang terputus-putus dan kurangnya

konsentrasi dalam mengerjakan tes.

Kebanyakan responden pada penelitian ini berusia antara 20

sampai 30 tahun (usia 20-30 tahun 55,6%, usia 30 - 40 tahun 44,4%).

Responden memiliki status perkawinan yang sebagian besar sudah

menikah yaitu sebanyak 12 responden (66,7%) dan sebagian besar berada

pada tahun kedua pendidikan.

Skala ego strength pada responden semuanya ada pada low score, yang kemungkinan besar tidak mampu beradaptasi, terdapat emosional

distress, kurang mampu mengatasi masalah. Pada peserta didik sebaiknya

(21)

berbagai situasi, percaya diri, dan mampu mengatasi masalah baik itu

dalam pendidikan maupun di luar pendidikan.

Skala dominansi pada sebagian besar responden (94,4%) memiliki

nilai low score yang berarti kecenderungan untuk dependen. Sebaiknya peserta didik yang notabene seorang dokter memiliki skala dominansi

yang high score. Hal ini berarti memiliki sikap yang berwibawa, tenang, percaya diri, optimistik, berorientasi pada tujuan serta pandai bergaul.

Skala dominansi ini dipengaruhi oleh level pendidikan.

Skala responsibility pada sebagian besar responden (88,9%) memiliki nilai low score yang berarti kecenderungan untuk sikap dan perilaku antisocial. Sebaiknya peserta didik memiliki skala responsibility

yang high score. Hal ini berarti memiliki perhatian pada etika dan moral, bersikap adil dan dapat dipercaya. Skala ini juga dipengaruhi oleh tingkat

(22)

6.1. Simpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Skala ego strength pada responden seluruhnya low score, hal ini kurang baik.

2. Skala dominansi pada responden sebagian besar low score, hal ini kurang baik.

3. Skala responsibility pada responden penelitian sebagian besar low score, hal ini kurang baik.

4. Ego strength diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk beradaptasi, mengatasi masalah, bertangggung jawab dan

mengambil keputusan.

5. Dominansi diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain, tidak mudah diintimidasi dan

percaya diri

6. Responsibility diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab, dapat diandalkan dan dipercaya.

6.2. Saran

(23)

mengenai suatu masalah. Pemeriksaan mengenai ego strength, dominansi dan responsibility sebaiknya rutin dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan,

mengatasi suatu permasalahan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap

lingkungannya.

Penelitian mengenai ego strength, dominansi dan responsibility

perlu dilakukan dengan membandingkan hasil saat awal pendidikan dan

setelah memulai pendidikan untuk mengetahui adanya pengaruh

(24)

Press. Malang, P:85-107

Butcher, et al. 2001. MMPI-2 (Minessota Multiphasic personality Inventory-2). Tersedia di: www.pearsonassessments.com/test/mmpi-2.html

Craig, R.2008.MMPI-Based Forensic Psychological Assessment of Lethal Violence. In: Hall H, editors. Forensic Psychology and Neuropsychology for Criminal and Civil Cases. New York. Tailor & Francis Group. P;393-412.

Dahlan, M.S. 2011. Statistik untuk kedokteran Indonesia. Seri Evidence Based Medicine 1. Jakarta. Salemba medica. Edisi 2. Hal 1-164.

Graham, J. R. 2006. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopathology. Fourth Ed. New York. Oxford Universitty Press.

Gunawan, E. 2008. Hubungan Kecenderungan Psikopatologi Kepribadian MMPI-2 dengan Kejadian Depresi pada Penderita Cedera Kepala Ringan. Semarang. Universitas Diponegoro. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/12890/

Kasan,H. 2011.Buku Panduan dan Kumpulan Kasus Workshop MPI-2Dx. Profesional Training Center “NL”. Jakarta, Indonesia.

Kolegium Psikiatri Indonesia. 2008. Modul Siklus Kehidupan.

Markstrom,C.A., Li, X., Blackshire, S.L., Wilfong, J.J. 2005 Ego strength

Development of Adolescents Involved in Adult-Sponsored Structured Activities. In: Journal of Youth and Adolescence.34(2)

Maslim,R. 2003.Manual Pelatihan MMPI-2 Indonesia. Indonesian center for Mental health Training and Research. Jakarta.

(25)

Polimeni, A.M., et al. 2010. MMPI-2 Profiles of Clients with Substance Dependencies Accessing a Therapeutic Community Treatment Facility. Electronic Journal of Applied Psychology. 6(1): 1-9.

Sadock. B. J., Sadock, V.A., Newton, D.S.. (2009): Sadock & Kaplan Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eighth Edition, Lippincot William Wilkin, Philadelphia, p:747-755

Gambar

Gambar 1.  Alur Penelitian
Tabel 4.1.
Tabel 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pelat timbal bekas tutup instalasi listrik pada atap rumah

[r]

Karena badan-badan keton mencakup beberapa asam seperti asam asetoasetat yang berasal dari penguraian tidak sempurna lemak oleh hati, ketosis ini menyebabkan

penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji pinang konsentrasi 1%, 2% dan 4% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05), serta konsentrasi

Penelitian tentang return indeks yang terendah pada hari Senin terkonsentrasi pada dua minggu terahir setiap bulanya dilakukan oleh penelitian Nur Azlina (2009)

Studi ini memperlihatkan realitas sosial dalam hubungan sosial antar etnis di Kelurahan Nyamplungan dalam membangun dan menjaga integrasi sosial. Adapun subyek

Perceived Quality dan Brand Loyalty terhadap Keputusan Pembelian Semen Holcim di Toko Bangunan Tunas Mekar Pangkalpinang ”.. Penelitian ini dilatar belakangi berdasarkan fenomena

Bogor Bakery karena perhitungan jumlah produksi dengan sistem activity-based costing yang lebih rendah dari perhitungan biaya dengan menggunakan target costing,