• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

89

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Deskripsi gambaran umum organisasi PIRA dan deskripsi karakteristik responden penelitian adalah berikut :

4.1.1 Organisasi PIRA

Pertimbangan yang mendasri pendirian organisasi PIRA adalah bahwa dalam rangka melaksanakan Fungsi Partai GERINDRA yaitu guna menyerap, menampung, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat serta meningkatkan kesadaran politik rakyat dan menyiapkan kader-kader serta guna mengarahkan pemilih perempuan Indonesia untuk memilih Partai GERINDRA, maka pada tanggal 09 Oktober 2008 telah didirikan suatu perkumpulan yang diberi nama PEREMPUAN INDONESIA RAYA (disingkat “PIRA”) sebagaimana ternyata dalam Akta Pendirian Perkumpulan “Perempuan Indonesia Raya” tertanggal 27 Oktober 2009, Nomor:12, yang dibuat dihadapan IRMAWATY HABIE, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta Timur, sebagai sarana penunjang pelaksana program partai yang mempunyai hubungan hirarki secara

organisasi dengan Dewan Pimpinan Pusat Partai GERAKAN INDONESIA RAYA (DPP GERINDRA), dan yang dalam kegiatannya selalu berpedoman pada

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PEREMPUAN INDONESIA RAYA (PIRA).

(2)

PIRA dengan Azas, Jati Diri dan Watak sebagai berikut :

1. PIRA berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Jati diri PIRA adalah berjiwa Kebangsaan, Kerakyatan, Religius dan keadilan sosial.

3. Watak PIRA adalah Jujur, Religius, Demokratis, Mandiri, Berkarakter, Terbuka dan Gigih.

4. Pengaturan lebih lanjut mengenai watak PIRA diatur dalam pasal 2 Anggaran Rumah Tangga.

Dengan Azas, Jati Diri dan Watak tersebut ditetapkan Visi, Misi, Fungsi dan Tujuan sebagai berikut :

Visi organisasi PIRA adalah “Meningkatkan kesejahteraan perempuan Indonesia Dalam Seluruh Aspek Kehidupan.” Dengan misi ini ditetapkan Misi Organisasi PIRA berikut :

Meningkatkan Ekonomi Keluarga dan Kerakyatan, Meningkatkan pendidikan, akal budi/budaya dan pemahaman kesehatan kepada perempuan Indonesia untuk kemandirian bangsa dan bertanggung jawab kepada generasi penerus. Dengan misi ini ditetapkan Fungsi Organisasi PIRA berikut :

1. Ssebagai Sarana Perkumpulan Perempuan yang berdedikasi untuk kebesaran Partai GERINDRA.

2. Wadah untuk menampung aspirasi perempuan Indonesia yang ingin turut membesarkan Partai Gerindra.

(3)

3. Sarana mengimplementasikan program-program Partai Gerindra yaitu membangun Kejayaan Indonesia Raya.

Sesuai Visi dan Misi-nya Organisasi PIRA bertujuan menjalankan usaha dan kegiatan di bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, kesehatan dan kemasyarakatan sebagai berikut :

1. Menghimpun, menyalurkan, menyuarakan dan menyampaikan aspirasi PIRA kepada Partai Gerakan Indonesia Raya (PARTAI GERINDRA) dan secara tidak langsung kepada lembaga-lembaga lainnya agar dijadikan pertimbangan didalam pengambilan kebijakan dan keputusan bagi kemaslahatan rakyat Indonesia pada umumnya dan Perempuan khususnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Menyelenggarakan pendidikan serta pelatihan dibidang politik dan keorganisasian, diskusi, seminar, lokakarya, pelatihan kader dan sejenis, guna meningkatkan kualitas anggota dalam bermasyarakat dan berorganisasi. 3. Mengadakan dialog, membina hubungan dengan organisasi perempuan

lainnya, serta aktif mengikuti kegiatan-kegiatan perempuan pada tingkat Daerah, Nasional maupun Internasional.

4. Mengimplementasikan program-program Partai GERINDRA, khususnya Ekonomi Kerakyatan di bidang usaha ekonomi keluarga.

Untuk mencapai tujuan-tujuan Organisasi PIRA tersebut ditetapkan Keanggotaan dan Kader Organisasi PIRA berikut :

1. Anggota PIRA terdiri dari perempuan berbagai elemen dan/atau individu, yang bersifat sukarela dan terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

(4)

2. Kader PIRA adalah anggota yang merupakan inti dan penggerak PIRA. Pengaturan lebih lanjut mengenai anggota dan kader PIRA diatur dalam Pasal 8 Anggaran Rumah Tangga.

3. Keanggotaan dan Kader PIRA akan berakhir karena : a. Meninggal dunia.

b. Mengundurkan diri. c. Diberhentikan.

d. Tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya.

e. Mencemarkan nama baik PIRA dan/atau melakukan tindakan melanggar hukum.

Dengan keanggotaan dan kader yang demikian itu ditetapkan kewajiban dan hak anggota Organisasi PIRA sebagai berikut :

Anggota berkewajiban : (1) Menjunjung tinggi nama dan kehormatan serta kode etik PIRA dan Partai GERINDRA; (2) Memegang teguh dan patuh pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan PIRA dengan penuh rasa tanggung jawab; dan (3) Aktif melaksanakan kebijakan dan program PIRA. Anggota berhak : (1) Mengeluarkan pendapat dan mengajukan saran serta memilih dan dipilih menjadi Pengurus PIRA; (2) Menerima perlakuan yang sama di dalam PIRA; (3) Memperoleh proses pembelajaran, bimbingan dan pengawasan secara merata; (4) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas; dan (5) Membela kehormatan dan harga diri.

Organisasi PIRA dikelola oleh kepengurusan dengan Struktur Pengurus Organisasi PIRA berikut :

(5)

1. Struktur kepengurusan di tingkat pusat adalah Pengurus Pusat (PP). 2. Struktur kepengurusan di tingkat Propinsi adalah Pengurus Daerah (PD). 3. Struktur kepengurusan di tingkat Kabupaten/Kota adalah Pengurus cabang

(PC).

Pengurus Pusat adalah badan Pelaksana tertinggi PIRA yang bersifat kolektif. Pengurus pusat mempunyai hak dan wewenang : (1) Menentukan kebijakan PIRA ditingkat Nasional sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa dan Rapat Pimpinan Nasional, Musyawarah Anggota serta Peraturan PIRA, sesuai dengan kebijakan Partai GERINDRA; (2) Menerima, mengkoreksi dan menyetujui usulan/komposisi pengurus PIRA Daerah; (3) Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pengurus Daerah (PD); (4) Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pengurus Cabang (PC); (5) Merekomendasikan Pengurus PIRA di semua tingkatan (PP, PD, PC) yang bersedia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan eksekutif kepada Partai GERINDRA di semua tingkatan; (6) Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pengurus Daerah (PD) melalui Majelis etik PIRA. (7) Memberikan penghargaan dan sanksi kepada pengurus, anggota dan/atau kader sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PIRA.

Pengurus Pusat mempunyai kewajiban : (1) Melaksanakan dan mematuhi segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan Kongres, Rapat Pimpinan tingkat Nasional serta Tata Tertib PIRA; (2) Memberikan pertanggung jawaban pada Kongres; dan (3) Bertanggungjawab pada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai GERINDRA cq.

(6)

Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan.

Pengurus Daerah adalah Badan Pelaksana PIRA yang bersifat kolektif di tingkat Propinsi. Pengurus Daerah mempunyai wewenang : (1) Menentukan kebijakan PIRA di tingkat propinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres dan Rapat, baik Tingkat Nasional maupun Tingkat Propinsi serta peraturan PIRA; (2) Mengajukan komposisi dan personalia Pengurus Cabang kepada Pengurus Pusat untuk mendapat persertujuan; (3) Menetapkan dan merekomendasikan Pengurus Daerah yang bersedia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan eksekutif ditingkat propinsi kepada Pengurus Daerah Partai GERINDRA; (4) Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pengurus Cabang.

Pengurus Daerah mempunyai kewajiban : (1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres dan Rapat, baik Tingkat Nasional maupun daerah Tingkat Propinsi serta peraturan PIRA; dan (2) Memberikan pertanggung jawaban pada Pengurus Pusat PIRA melalui Musyawarah Daerah.

Pengurus cabang adalah Badan Pelaksana PIRA yang bersifat kolektif di daerah tingkat Kabupaten/Kota. Pengurus cabang mempunyai wewenang : (1) Menentukan kebijakan di daerah tingkat kabupaten/kota sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, dan Rapat baik ditingkat Nasional, tingkat Propinsi, serta tingkat Kabupaten; (2) Menetapkan dan merekomendasikan pengurus yang bersedia mencalonkan diri sebagai anggota Legislatif dan eksekutif ditingkat Kabupaten/kota kepada Pengurus Cabang Partai

(7)

GERINDRA; (3) Pengurus cabang mempunyai kewajiban : (1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres dan Rapat, baik Tingkat Nasional maupun daerah Tingkat Propinsi serta peraturan PIRA; (2) Memberikan pertanggung jawaban kepada Pengurus Daerah PIRA melalui Musyawarah Daerah.

PIRA mempunyai organisasi yang terdiri dari : (1) Pembina; (2) Penasehat; (3) Pengurus; dan (4) Anggota. Pengurus Pusat PIRA, terdiri dari : (1) Pengurus Harian; dan (2) Bidang-bidang. Pengurus Harian PIRA terdiri dari : (1) Ketua Umum; (2) Ketua Harian I (satu), Ketua Harian II (dua) dan Ketua Harian III (tiga); (3) Sekretaris Jendral, Wakil Sekretaris Jendral; (4) Ketua-ketua Bidang; (5) Bendahara Umum, dan Wakil Bendahara Umum. Bidang-bidang Pengurus Pusat dikoordinir oleh:

Ketua Harian I meliputi : (1) Bidang Organisasi Kaderisasi dan

Keanggotaan (OKK); (2) Bidang Humas dan Hubungan Antar Lembaga; (3) Bidang Hukum/Advokasi; dan (4) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ketua Harian II meliputi : (1) Bidang Penggalangan Dana; (2) Bidang Budaya dan Pariwisata; dan (3) Bidang Agama dan Kerohanian. Ketua Harian III meliputi : (1) Bidang Kesejahteraan Masyarakat (KESRA); (2) Bidang Pendidikan; (3) Bidang Lingkungan Hidup; (4) Bidang Ketahanan Pangan dan Koperasi. Susunan Pengurus PIRA secara vertikal terdiri dari: (1) Tingkat Nasional meliputi Wilayah Nusantara (PP); (2) Tingkat Daerah meliputi Wilayah Propinsi (PD); dan (3) Tingkat Cabang meliputi Wilayah Kabupaten/Kota (PC).

(8)

4.1.2 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden yang menjadi responden penelitian dapat mengindikasikan kapasitas para responden dalam mengungkapkan berbagai hal yang dijadikan obyek penelitian, karena para responden berperan sebagai media pengungkapan obyek penelitian. Sesuai dengan pengambilan responden penelitian sebanyak 99 orang. Deskripsi karakteristik responden berikut ini meliputi pendidikan formal, usia, pekerjaan dan jenis kelamin sebagai berikut:

4.1.2.1 Tingkat Pendidikan Formal

Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan formal dapat diketahui dari tabel berikut.

Tabel 4.1

Tingkat pendidikan formal

No Tingkat pendidikan formal Jumlah Persen (%)

1 SMA/sederajat 49 45,79 2 Akademi/D3 15 14,02 3 Sarjana/Strata 1 25 23,36 4 Magister/Strata 2 14 13,08 5 Doktor 4 3,74 Total 107 100

Sumber: Kuesioner penelitian

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu indikator untuk mengungkapkan kapasitas intelektual seseorang. Dari data yang tersaji diketahui bahwa sebanyak 49 responden atau 45,79% responden penelitian berpendidikan SMA/sederajat, 15 responden atau 14,02% responden penelitian berpendidikan akademi, responden yang berpendidikan Sarjana/(Strata 1) sebanyak 25 atau 23,36%, responden yang berpendidikan Sarjana/(Strata 2) sebanyak 14 atau 13,08%, dan yang berpendidikan Doktor sebanyak 4 responden atau 3,74%.

(9)

Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan formal ini cukup kompeten untuk mengungkap berbagai masalah yang dijadikan obyek penelitian. Data ini menunjukkan bahwa penyebaran kuesioner penelitian telah sampai kepada responden sebagai pihak yang memahami kepemimpinan dan efektivitas komunikasi organisasi perempuan Indonesia Raya yang dijadikan obyek penelitian. Dengan sumber data primer yang demikian itu diharapkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh melalui peran para responden menjadi optimal.

4.1.2.2 Status Sosial

Karakteristik responden menurut status sosial dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4.2 Status Sosial

No Pekerjaan Jumlah Persen (%)

1 Sudah kawin/berkeluarga 38 35,51

2 Belum kawin/belum berkeluarga 69 64,49

Total 107 100

Sumber: Kuesioner penelitian

Tabel di atas menunjukan bahwa status sosial responden didominasi oleh perempuan belum kawin/belum berkeluarga sebanyak 69 responden atau 64,49% sedangkan sebanyak 38 responden atau 35,51%, sudah kawin/ berkeluarga.

4.1.2.3 Pekerjaan

Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan dapat diketahui dari tabel berikut:

(10)

Tabel 4.3 Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persen (%)

1 Mahasiswa 42 39,25 2 Karyawan 13 12,15 3 Pengusaha 9 8,41 4 Pengajar 11 10,28 5 Lain-lain 32 29,91 Total 107 100

Sumber: Kuesioner penelitian

Tabel di atas menunjukan bahwa pekerjaan responden didominasi oleh mahasiswa sebanyak 42 responden atau 39,25%, sebanyak 32 responden atau 29,91%, memiliki pekerjaan lain-lain, sebanyak 13 responden atau 12,15% adalah karyawan, 11 responden atau 10,28% adalah pengajar, dan 9 responden atau 8,41% adalah pengusaha.

4.1.2.4 Kisaran Usia

Tabel 4.4 Kisaran usia

No Kisaran usia Jumlah Persen (%)

1 Di bawah 30 tahun 39 36,45

2 31 sampai 40 tahun 29 27,10

3 41 sampai 50 tahun 24 22,43

4 Di atas 50 tahun 15 14,02

Total 107 100

Sumber: Kuesioner penelitian

Tabel di atas menunjukan kisaran usia dibawah 30 tahun berjumlah 39 responden atau 36,45% dari total responden, kisaran usia 31 sampai 40 tahun berjumlah 29 responden atau 27,10% dari total responden, kisaran usia 41 sampai 50 tahun berjumlah 24 responden atau 22,43% dan kisaran usia di atas 50 tahun berjumlah 15 atau 14,02% dari total responden.

(11)

4.1.3 Deskripsi Data

4.1.3.1 Deskripsi Data Variabel Kepemimpinan

Instrumen Kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 12 pernyataan yang dijawab oleh 107 responden. Rentang skor teoretik yaitu antara 12 (12 pernyataan dijawab sangat tidak setuju) sampai dengan 60 (12 pernyataan dijawab sangat setuju). Sesuai dengan hasil data penelitian diperoleh rentang empiris antara 29 sampai 54 dengan rentang (range) 25. Kemudian dari hasil analisis data diperoleh skor rata-rata (mean) sebesar 43,02, median 44,00, modus 41, standar deviasi 5,910 dan varians 34,924 serta jumlah skor total sebesar 4603.

Penyusunan distribusi frekuensi menurut aturan Sturges untuk data Kepemimpinan diperoleh 8 kelas interval dan panjang kelasnya 3, sehingga dapat dibuat distribusi skor Kepemimpinan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan

No.Kelas Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Absolut (%) Kumulatif (%) 1 29 - 31 4 3,74 4 3,74 2 32 - 34 4 3,74 8 7,48 3 35 - 37 11 10,28 19 17,76 4 38 - 40 17 15,89 36 33,64 5 41 - 43 17 15,89 53 49,53 6 44 - 46 19 17,76 72 67,29 7 47 - 49 18 16,82 90 84,11 8 50 - 54 17 15,89 107 100,00 Total 108 100

Sumber : Diolah dari hasil penelitian

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa skor rata-rata sebanyak 17 responden atau 15,89%, pada nomor kelas kelima dengan interval kelas antara 41

(12)

sampai 43, skor di bawah rata-rata sebanyak 36 responden atau 33,64% dan skor di atas rata-rata sebanyak 54 responden atau 50,47%.

Untuk lebih memperjelas penyajian distribusi frekuensi variabel Kepemimpinan, maka disajikan juga dalam bentuk histogram seperti pada grafik berikut:

Sumber : Diolah dari hasil penelitian Grafik 4.1

Grafik Histogram Kepemimpinan (X)

Penilaian skor responden menurut variabel Kepemimpinan dapat dihitung sebagai berikut :

Skor Tinggi = > Mean (X) + 1SD = 43,02 + 5,910 48,93 dibulatkan menjadi > 49

Skor Sedang = Dari Mean-1SD hinggga Mean + 1 SD (43,02 - 5,910)…( 43,02 + 5,910)

37,11…48,93 dibulatkan menjadi 37…49 Skor Rendah = <Mean – 1SD = < 43,02 - 5,910

< 37,11 dibulatkan menjadi 37.

Dari hasil penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa penilaian skor pada variabel Kepemimpinan setelah diurut nilai terendah sampai tertinggi atau dari

4 4 11 17 17 19 18 17 0 5 10 15 20 1 Interval Kelas F re k u e n s i 29,5 31,5 34,5 37,5 40,5 43,5 46,5 49,5 54,5 X f

(13)

nilai skor 29 sampai nilai skor 54 yaitu Skor Tinggi di atas skor 49 sebanyak 17 responden (15,89%), Skor Sedang dari skor 37 sampai skor 49, sebanyak 75 responden (70,09%) dan Skor Rendah di bawah skor 37,sebanyak 15 responden (14.02%). Skor Sedang sebanyak 75 responden (70,09%), artinya tanggapan responden terhadap Kepemimpinan adalah sedang saja.

4.1.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA

Instrumen Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 15 pernyataan yang dijawab oleh 107 responden. Rentang skor teoretik yaitu antara 15 (15 pernyataan dijawab sangat tidak setuju) sampai dengan 75 (15 pernyataan dijawab sangat setuju). Sesuai dengan hasil data penelitian diperoleh rentang empiris antara 40 sampai 68 dengan rentang (range) 28. Kemudian dari hasil analisis data diperoleh skor rata-rata (mean) sebesar 54,79, median 55,00, modus 58, standar deviasi 7,198 dan varians 51,812 serta jumlah skor total sebesar 5862.

Penyusunan distribusi frekuensi menurut aturan Sturges untuk data Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA diperoleh 8 kelas interval dan panjang kelasnya 3, sehingga dapat dibuat distribusi skor Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA seperti pada tabel berikut:

(14)

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Skor Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA No.Kelas Interval Kelas Frekuensi Frekuensi

Absolut (%) Kumulatif (%) 1 40 - 43 7 6,54 7 6,54 2 44 - 47 12 11,21 19 17,76 3 48 - 51 24 22,43 43 40,19 4 52 - 55 11 10,28 54 50,47 5 56 - 59 23 21,50 77 71,96 6 60 - 63 17 15,89 94 87,85 7 64 - 67 10 9,35 104 97,20 8 68 - 71 3 2,80 107 100,00 Total 107 100

Sumber : Diolah dari hasil penelitian

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa skor rata-rata sebanyak 23 responden atau 21,50%, pada nomor kelas kelima dengan interval kelas antara 56 sampai 59, skor di bawah rata-rata sebanyak 54 responden atau 50,47% dan skor di atas rata-rata sebanyak 30 responden atau 28,03%.

Untuk lebih memperjelas penyajian distribusi frekuensi variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA , maka disajikan juga dalam bentuk histogram seperti pada grafik berikut :

Sumber : Diolah dari hasil penelitian Grafik 4.2

Grafik Histogram Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA

7 12 24 11 23 17 10 3 0 5 10 15 20 25 30 1 Interval Kelas F re k u e n s i 29,5 31,5 34,5 37,5 40,5 43,5 46,5 49,5 54,5 Y f

(15)

Penilaian skor responden menurut variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA dapat dihitung sebagai berikut :

Skor Tinggi = > Mean (X) + 1SD = 54,79 + 7,198 61,99 dibulatkan menjadi > 62

Skor Sedang = Dari Mean-1SD hinggga Mean + 1 SD (54,79 - 7,198)…( 54,79 + 7,198)

47,59…61,99 dibulatkan menjadi 48…62 Skor Rendah = <Mean – 1SD = < 43,02 - 5,910

< 47,59 dibulatkan menjadi 48.

Dari hasil penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa penilaian skor pada variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA setelah diurut nilai terendah sampai tertinggi atau dari nilai skor 40 sampai nilai skor 68 yaitu Skor Tinggi di atas skor 62 sebanyak 18 responden (16,82%), Skor Sedang dari skor 48 sampai skor 62, sebanyak 70 responden (65,42%) dan Skor Rendah di bawah skor 47, sebanyak 19 responden (17.76%). Skor Sedang sebanyak 70 responden (65,42%), artinya tanggapan responden terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA adalah sedang saja.

4.1.4 Pengujian Persyaratan Analisis

4.1.4.1 Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

Fungsi pengujian validitas instrumen penelitian adalah untuk mengetahui validitas setiap item kuesioner penelitian. Pengertian valid adalah bahwa kuesioner efektif dapat digunakan sebagai alat pengumpul data untuk menggali masalah yang dijadikan obyek penelitian. Efektivitas didasarkan pada asumsi bahwa kuesioner penelitian mudah dimengerti dan mudah dijawab oleh para

(16)

responden penelitian. Pengukuran validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment.

Kriterianya jika rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel) berarti valid,

sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel) berarti tidak valid.

Berdasarkan taraf kepercayaan (df) yang dipilih sebesar 95 persen dan alpha 5 persen dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 107 responden didapat rtabel

sebesar 0,0195 (Lampiran 6). Untuk mengetahui koefisien korelasi validitas pada setiap item kuesioner penelitian dilakukan penghitungan dengan menggunakan program statistik SPSS for windows (Lampiran 7). Hasil pengujian validitas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7

Output Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Nomor

Pernyataan

Corrected Item-Total

Correlation r-tabel Keterangan

1 0,304 0,195 Valid 2 0,325 0,195 Valid 3 0,230 0,195 Valid 4 0,217 0,195 Valid 5 0,184 0,195 Valid 6 0,391 0,195 Valid 7 0,211 0,195 Valid 8 0,240 0,195 Valid 9 0,405 0,195 Valid 10 0,346 0,195 Valid 11 0,267 0,195 Valid 12 0,390 0,195

Sumber: Diolah dari hasil penelitian

Berdasarkan nilai pada Corrected Item-Total Correlation menunjukkan bahwa 12 (dua belas) item pernyataan valid, karena 12 (dua belas) item pernyataan variabel Kepemimpinan (X1) lebih besar dari angka penguji pada

(17)

yang terstruktur dalam konsep operasional variabel Kepemimpinan (X1) teruji

valid. Interpretasinya, hasil valid tersebut bermakna bahwa indikator-indikator penelitian dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengukur variabel Kepemimpinan (X1).

Tabel 4.8

Output Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA Nomor

Pernyataan

Corrected Item-Total

Correlation rtabel Keterangan

1 0,325 0,195 Valid 2 0,300 0,195 Valid 3 0,364 0,195 Valid 4 0,428 0,195 Valid 5 0,340 0,195 Valid 6 0,377 0,195 Valid 7 0,370 0,195 Valid 8 0,300 0,195 Valid 9 0,333 0,195 Valid 10 0,535 0,195 Valid 11 0,488 0,195 Valid 12 0,237 0,195 Valid 13 0,272 0,195 Valid 14 0,437 0,195 Valid 15 0,217 0,195 Valid

Sumber: Diolah dari hasil penelitian

Berdasarkan nilai pada Corrected Item-Total Correlation menunjukkan bahwa 15 (lima belas) item pernyataan valid, karena 15 (kelimabelas) item pernyataan variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA (Y) lebih besar dari angka penguji pada r-tabel,

yaitu sebesar 0,195. Dengan demikian seluruh item kuesioner penelitian yang

terstruktur dalam konsep operasional variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA (Y) teruji valid. Interpretasinya, hasil valid tersebut bermakna bahwa indikator-indikator penelitian dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengukur variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA (Y).

(18)

4.1.4.2 Pengujian Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui nilai instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dari sampel penelitian reliabel atau tidak reliabel. Pengertian reliabel adalah bahwa alat ukur yang digunakan dapat diandalkan, karena dalam situasi yang berbeda kuesioner penelitian tidak menimbulkan persepsi yang jauh berbeda.

Kriteria Pengujian adalah jika rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel)

berarti reliabel, sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel) berarti

tidak reliabel. Berdasarkan taraf kepercayaan (df) yang dipilih sebesar 95 persen dan alpha 5 persen dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 85 responden didapat rtabel sebesar 0,195. (Lampiran 6). Koefisien reliabilitas yang diperoleh

dari hasil penghitungan statistik dibandingkan dengan tabel harga kritik r product

moment Pengujian reliabilitas menggunakan teknik reliability analysis alpha yang

dibantu dengan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil pengujian adalah sebagai berikut :

1. Koefisien reliabilitas alpha untuk variabel Kepemimpinan (X1) yang diperoleh

sebesar 0,650 (Lampiran 6) Karena Koefisien Reliabilitas atau 0,650 lebih besar dari angka penguji 0,195 pada rtabel, maka hasil pengujian reliabilitas

pada variabel Kepemimpinan dapat dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan. 2. Koefisien reliabilitas alpha untuk variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi

PIRA (Y) yang diperoleh sebesar 0,752 (Lampiran 7) Karena Koefisien Reliabilitas atau 0,752 lebih besar dari angka penguji 0,195 pada rtabel, maka

(19)

hasil pengujian reliabilitas pada variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA dapat dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan.

Interpretasinya, hasil reliabel ini bermakna bahwa indikator-indikator penelitian dapat dipergunakan sebagai alat ukur untuk mengukur masing-masing variabelnya.

Selanjutnya data seluruh item kuesioner penelitian yang dinyatakan valid dan reliabel diolah untuk melakukan pengukuran pengaruh dan pengujian Hipotesis.

4.1.4.3 Pengukuran dan Pengujian Hipotesis Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA

Terdapat satu hipotesis (pernyataan) yang diajukan untuk diuji melalui statistik regresi sederhana. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

HIPOTESIS : Ho = 0 H1 ≠ 0

H0 = Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap Efektivitas Komunikasi

Organisasi PIRA

H1 = Kepemimpinan berpengaruh terhadap Efektivitas Komunikasi

Organisasi PIRA

Berdasarkan pengolahan statistik dengan program SPSS 15.0 for windows (lampiran 6) diperoleh hasil :

(20)

Tabel 4.9

Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Hubungan antara Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,751a ,563 ,559 4,779

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan

Sumber: hasil penelitian

Hasil pengukuran koefisien korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang terjalin di antara variabel Kepemimpinan dengan variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA mencapai 0,751. Koefisien korelasi ini terbilang positif dan sangat signifikan. Artinya, di antara variabel Kepemimpinan dengan variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA Terpadu terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas.

Hasil penghitungan statistik Koefisien Determinasi (r2) atau R square diketahui bahwa Koefisien Determinasi di antara variabel Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA mencapai 0,563. Artinya, 56,3% keragaman Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA dapat dijelaskan dari variabel Kepemimpinan, dan atau besaran kontribusi variabel Kepemimpinan terhadap variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA mencapai 56,3%. Sisanya sebesar 43,7% merupakan kontribusi variabel-variabel lain terhadap variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA, namun tidak diteliti atau tidak dilibatkan dalam penelitian ini.

(21)

Tabel 4.10

Hasil Pengukuran Koefisien Regresi Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 15,456 3,410 4,532 ,000 Kepemimpinan ,914 ,079 ,751 11,640 ,000

a. Dependent Variable: Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA

Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan Tabel 4. diatas, persamaan regresi Ŷ = 15,456 + 0,914X diketahui bahwa koefisien regresi (b) sebesar 0,914. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA. Karena pengaruh tersebut bersifat positif, maka apabila variabel Kepemimpinan (X) mengalami peningkatan, maka peningkatan tersebut akan diimbangi dengan peningkatan pada variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA (Y).

Selanjutnya uji hipotesis pengaruh Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA adalah dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

Kriteria pengujiannya adalah apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Nilai thitung yang diperoleh dari analisa data pengaruh Kepemimpinan

terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA adalah 11,640, dengan Tingkat signifikansi (α = 0,05) dan df (derajat kebebasan) = n-1 = 107 - 1 = 106 didapat ttabel =1,980 (lampiran 8).

Karena thitung > ttabel (11,640 > 1,980), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian teruji terdapat pengaruh yang positif dan signifikan Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA.

(22)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa hasil pengujian persyaratan analisis menunjukkan bahwa instrumen penelitian dan alat ukur yang digunakan menhasilkan data yang valid dan reliabel. Pembahasan hasil penelitian dari fenomena Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA, terungkap bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA. Hasil penelitian ini bermakna bahwa di antara variabel Kepemimpinan dan variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA terjalin suatu dinamika hubungan kausalitas, yang dapat diartikan bahwa rendahnya Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA disebabkan pengaruh dari Kepemimpinan. Dengan adanya hubungan kuasalitas yang demikian itu, maka apabila Kepemimpinan ditingkatkan atau meningkat maka peningkatan tersebut secara simultan diikuti pula dengan peningkatan Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA.

Pengaruh Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA, didapat hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa H0 ditolak H1 diterima. H1 diterima karena thitung > ttabel (11,640 > 1,980) pada taraf kepercayaan 95 persen. Hasil ini menunjukkan Terdapat Kepemimpinan terhadap Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA. Adanya pengaruh ini menunjukkan bahwa di antara Kepemimpinan yang diposisikan sebagai variabel bebas dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA yang diposisikan sebagai variabel terikat terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas. Mekanisme hubungan kausalitas dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan situasional atau hubungan kondisional di antara dinamika Kepemimpinan yang berlangsung di organisasi PIRA dalam

(23)

meningkatkan efektivitas komunikasi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Kepemimpinan merupakan faktor bebas (penyebab) dan efektivitas komunikasi merupakan faktor terikat (masalah, atau akibat). Artinya, efektivitas komunikasi dipengaruhi oleh peningkatan Kepemimpinan.

Dimensi pemahaman itu, dari hasil pengukuran koefisien korelasi variabel Kepemimpinan (X) dengan variabel kualitas pelayanan (Y) diketahui r = 0,870. Koefisien korelasi diantara kedua variabel tersebut ternyata sangat kuat atau signifikan, karena terletak antara 0,800 sampai dengan 1,000. Hasil penghitungan koefisien korelasi ini membuktikan bahwa diantara variabel Kepemimpinan dengan variabel kualitas pelayanan terjalin suatu mekanisme hubungan kausalitas yang sangat kuat.

Hasil penghitungan koefisien determinasi variabel Kepemimpinan terhadap variabel kualitas pelayanan diketahui bahwa r2 = 0,757 atau 75,7 persen dan faktor lain yang tidak diteliti (epsilon) 24,3 persen. Dengan hasil penghitungan koefisien determinasi ini diketahui bahwa kontribusi pengaruh variabel Kepemimpinan terhadap variabel kualitas pelayanan lebih besar bila dibandingkan dengan kontribusi pengaruh faktor epsilon (faktor lain). Hasil pengukuran koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan dalam pelaksanaan pelayanan nampaknya menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan efektivitas komunikasi organisasi PIRA.

Hasil penghitungan persamaan regresi Ŷ = 15,456 + 0,914X, diketahui bahwa koefisien regresi (b) sebesar 0,914. Koefisien regresi ini positif (searah). Hasil pengujian hipotesis dan penghitungan persamaan regresi menunjukkan

(24)

bahwa di antara Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA terjain suatu mekanis me huungan kausalitas yang bermakna : Apabila Kepemimpinan ditingkatkan atau meningkat maka peningkatan tersebut secara stimulan diikuti dengan peningkatan Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penyebab maksimal atau tidak maksimalnya Efektivitas Komunikasi Organisasi PIRA. Dengan demikian maka efektivitas komunikasi organisasi PIRA dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kepemimpinan yang berlangsung di antara pimpinan dan anggota PIRA.

Sesuai dengan konsep penelitian, maka peningkatan efektivitas kepemimpinan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi PIRA dapat dilakukan dengan meningkatkan (1) Kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pimpinan kepada anggota; (2) Perilaku hubungan diantara pimpinan dengan anggota; dan (3) Kesiapan anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi. Peningkatan kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pimpinan kepada anggota meliputi (1) Bimbingan komunikasi politik; (2) Bimbingan komunikasi social; (3) Arahan politik; dan (4) Arahan konsolidasi. Peningkatan perilaku hubungan diantara pimpinan dengan anggota meliputi (1) Hubungan Pembina dengan Pengurus; (2) Hubungan Penasehat dengan Pengurus; (3) Hubungan antar Pengurus; dan (4) Hubungan Pengurus dengan Kader. Peningkatan kesiapan anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi meliputi (1) Kesiapan kader dalam melaksanakan komunikasi politik; (2) Kesiapan kader dalam melaksanakan komunikasi sosial; (3) Kesiapan kader dalam

(25)

melaksanakan arahan politik; dan (4) Kesiapan kader dalam melaksanakan arahan konsolidasi.

Dengan mengacu pada konsep pemahaman hasil penelitian yang demikian itu maka masalah kepemimpinan yang berlangsung di antara unsur-unsur pimpinan dengan anggota PIRA teridentifikasi dari kelemahan berikut :

1. Adanya kelemahan kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pimpinan kepada anggota merupakan faktor penyebab bimbingan komunikasi politik; bimbingan komunikasi social; arahan politik; dan arahan konsolidasi menjadi tidak efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi PIRA. 2. Adanya kelemahan perilaku hubungan diantara pimpinan dengan anggota

merupakan faktor penyebab hubungan pembina dengan pengurus; hubungan penasehat dengan pengurus; hubungan antar pengurus; dan hubungan pengurus dengan kader menjadi tidak efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi PIRA.

3. Adanya kelemahan kesiapan anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi merupakan faktor penyebab kesiapan kader dalam melaksanakan komunikasi politik; kesiapan kader dalam melaksanakan komunikasi sosial; kesiapan kader dalam melaksanakan arahan politik; dan kesiapan kader dalam melaksanakan arahan konsolidasi menjadi tidak efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi PIRA.

Efektivitas organisasi yang dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha mencapai tujuan atau sasaran. artinya efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan

(26)

gambaran mengenai keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian masalah dan kelemahan kepemimpinan yang berlangsung di antara unsur-unsur pimpinan dengan anggota PIRA, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka sangat jelas bahwa belum efektivnya Organisasi Perempuan Indonesia Raya dalam mencapai tujuannya yaitu belum mampu mengimplementasikan kebijakan organisasi dalam memenangkan calon presiden nomor urut dua yang di usung partai gerindra sebagai induk dari PIRA.

Gambar

Tabel 4.2   Status Sosial
Tabel 4.3  Pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 20 menunjukkan waktu latih percobaan menggunakan 3 buah toleransi galat yang menghasilkan akurasi maksimum pada Percobaan 3. Gambar 15 menunjukkan jumlah

Sequence diagram menjelaskan secara detil urutan proses yang dilakukan dalam sistem untuk mencapai tujuan dari use case: interaksi yang terjadi antar class, operasi apa

Dengan menggunakan metode ini dapat mempermudah siswa dalam menulis puisi karena dapat mengamati objek dengan media visual kemudian merangkainya menjadi sebuah puisi dengan

Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan tentang musik iringan tari Jepin Langkah Penghibur Pengantin yang berhubungan dengan fokus penelitian, yaitu bagaimana bentuk

Informasi akuntansi pertanggungjawaban telah menjadi alat control pada PT.Telkom untuk melaksanakan/menngendalikan aktivitasnya, dapat dilihat dari hasil analisis mengenai

P: Participants (pihak-pihak yang terlibat dalam penuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan yang disapa, atau pengirim atau penerima pesan) Penjual dan pembeli

Sedangkan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja (R = 0,003), dan pada tingkat pendidikan mempengaruhi secara signifikan

Karena ada beberapa faktor yang membatasi produksi optimal seperti (bahan baku, kapasitas mesin, tenaga kerja, modal/dana dan jumalah permintaan atau jumlah penjualan) maka