• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB IV"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

31 4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(2)

4.1.2. Struktur Organisasi Puskesmas

4.1.3 Proses Penelitian

Pada penelitian ini, yang paling pertama peneliti lakukan adalah memberikan surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan ke bagian tata usaha Puskesmas Beteleme kemudian setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala Puskesmas, peneliti sudah bisa melakukan penelitian pada saat itu. Partisipan pada penelitian ini diperoleh peneliti dari proses wawancara pada pengurus promosi kesehatan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan didapatkan informasi bahwa yang melakukan promosi kesehatan ibu dan anak sebagian besar adalah

Kepala Puskesmas

Tata Usaha

Promosi Kesehatan Jaringan Pelayanan

Puskesmas Pembantu

Bidan Desa Upaya Kesehatan

Masyarakat

(3)
(4)

mengganggu aktivitas partisipan dan guna melancarkan jalannya proses wawancara. Saat penelitian berlangsung semua partisipan menyambut dengan baik kehadiran penelliti saat proses wawancara berlangsung, partisipan terlihat antusias dan sangat terbuka dalam menjawab tiap pertanyaan yang ada.

4.1.3 Gambaran Umum Partisipan

[image:4.516.85.452.148.630.2]

Partisipan dalam penelitian ini memiliki pengalaman dalam memberikan promosi kesehatan ibu dan anak yang sudah bekerja di Puskesmas atau keperawatan komunitas selama lebih dari 5 tahun. Adapun karakteristik partisipan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

Nama (Inisial)

Umur (Tahun)

Pendidikan Pekerjaan Lama Kerja

RT 34 Amd.Keb Bidan 6 tahun

NR 40 Amd.Keb Bidan 10 tahun

NN 28 Amd.Keb Bidan 7 tahun

SA 30 Amd.Keb Bidan 9 tahun

LT 26 Amd.Keb Bidan 5 tahun

(5)

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian memaparkan mengenai beberapa tema yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, diangkat dari hasil sub-sub tema yang ditemui selama di lapangan. Peneliti mendapatkan 6 tema besar yang mendasari hasil penelitian. Adapun tema tersebut adalah :

4.2.1. Bervariasinya Pemahaman Bidan terhadap 10 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dari semua 6 partisipan tidak semua bidan mengetahui semua Indikator PHBS. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini :

10 indikator PHBS yang pertama persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, memberikan ASI ekslusif, penimbangan bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, makan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik, tidak merokok dalam rumah” (P1Q1A1)

“Yang saya tau itu pertolongan ditolong oleh tenaga

kesehatan, memberikan ASI Ekslusif, penimbangan berat badan bayi dan balita, dan ketersediaan jamban kalau yang lainya saya kurang ingat hanya yang tentang kesehatan ibu dan anak saja yang saya

(6)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh partiisipan lain yaitu P2Q1A1, P4Q1A1, P5A1Q1 dan P6Q1A1. Dari 6 partisipan yang mengetahui 10 indikator PHBS ada 2 orang yaitu partisipan 1 dan 2, sedangkan 4 partisipan lainnya hanya mengetahui 4-6 indikator PHBS. Berdasarkan peryataan diatas, maka pengetahuan bidan tentang 10 indikator PHBS sangat bervariasi.

4.2.2. Perencanaan dan pengawasan promosi kesehatan dilakukan secara rutin.

Sebelum dilakukan pelaksanaan promosi kesehatan tentang kesehatan Ibu dan anak, dilakukan perencanaan dan pengawasan setiap awal bulan dalam bentuk lokakarya mini yang dihadiri oleh semua petugas kesehatan. Kegiatan lokakarya mini diantaranya adalah untuk menentukan jadwal kegiatan, teknik pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan tim kerja. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini :

“Biasanya sebelum diadakan kegiatan Promosi

Kesehatan tersebut kita mengadakan lokakarya mini atau loka karya mini setiap awal bulan” (P1Q3A1)

“Setiap awal bulan kami mengadakan lokakarya mini…

(7)

Selain menyusun rencana kegiatan promosi kesehatan, dalam lokakarya mini juga sudah langsung membicarakan evaluasi yang akan dilakukan setelah pelaksanaan promosi kesehatan itu selesai. Evaluasi yang dilakukan adalah melakukan wawancara kepada masyarakat yang ikut sejauh mana mereka mengerti tentang promosi kesehatan yang sudah diberikan, membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan dan pada kelas ibu hamil melakukan post tes sebanyak 15 nomor pada pertemuan ketiga. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini

“Evaluasinya itu kami wawancara mayarakatnya….

dan kami juga membuat laporan pertanggung

jawaban… untuk evaluasi kelas ibu hamil itu kami buat post tes..” (P6Q7A1)

“post tesnya itu ada 15 soal sudah mencakup semua

materi yang diberikan selama 3 kali pertemuan..”

(P2Q7A2)

(8)

“Sasarannya ibu hamil dan keluarganya..” (P1Q8A4)

Pernyataan diatas diungkapkan juga oleh semua partisipan dengan kode P2Q8A4, P3Q8A2, P4Q8A4, P5Q8A3 dan P6Q8A3.

4.2.3 Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Sudah Dilakukan di Puskesmas Sesuai dengan Prosedur.

Promosi kesehatan ibu dan anak dalam 3 indikator PHBS tentang persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, penimbangan berat badan bayi dan balita, memberikan ASI ekslusif sudah dilaksanakan oleh Puskesmas. Pernyataan

ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini

“iya semua sudah kami laksanakan….” (P1Q2A1)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua partisipan dengan kode P2Q2A1, P3Q2A1, P4Q2A2, P5Q2A1 dan P6Q2A1.

(9)

hamil. Kegiatannya bersifat formal, dimulai dari perkenalan, menjelaskan tujuan, memberikan materi tentang kesehatan ibu dan anak dengan menggunakan media, setelah itu dilakukan sesi tanya jawab. Kelas ibu hamil ini tidak ada batasan waktunya, biasanya paling lama 1-2 jam dan maksimal peserta dalam kelas ibu hamil berjumlah 5 orang. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“pada saat pelaksanaan posyandu tiap bulan kita

berikan Promosi Kesehatan sama dorang (kepada mereka), dan pada saat kelas ibu hamil sebanyak 3

kali dalam 1 bulan…”( P2Q5A1)

“kalau tempat pelaksanaanya tidak menentu biasanya

dirumah salah satu ibu hamil atau di puskesmas

pembantu…” (P1Q4A7)

“kita laksanakan kelas ibu hamil ini kalau ibu hamil didesa tersebut ada 5 orang…”(P6Q4A4)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua partisipan dengan kode P2Q4A3-4, P4Q5A1, P5Q5A1, P6Q5A1, P2Q4A4-7, P3Q4A2-6, P4Q1A2-6, P5Q4A2-5 dan

P6Q4A2-6.

(10)

kehamilan dan kesehatan anaknya di Puskesmas. Media yang biasa digunakan adalah memberikan pamflet tentang persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dengan tujuan agar Ibu hamil bisa mengerti lagi tentang keuntungan apabila bersalin dibantu oleh tenaga kesehatan dan pemasangan poster di ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentang manfaat ASI eksklusif dan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan difasilitas kesehatan. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“didalam gedung ketika pasien datang kita langsung

berikan penyuluhan secara langsung, setelah kita

selesai memeriksa keadaan kehamilanya” (P5Q4A1)

“kalau poster itu kami tempel di ruang KIA”(P6Q4A7)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua partisipan dengan kode P1Q4A1,8, P2Q4A9, P3Q4A1,7, P4Q4A1,8, P5Q4A1,6 dan P6Q4A1,7.

(11)

yang nyaman selama pelaksanaan promkes dan melakukan penyuluhan kepada individu serta keluarganya setelah dilakukan pemeriksaan antenatal. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“…kalau tidak sampai 5 orang misalnya hanya ada 2

orang, agar ibu hamil ini bisa mengikuti kelas ibu hamil kita gabungkan dengan ibu hamil di desa tetangga jadi ibu hamil ini tetap mengikuti kelas ibu hamil tiap minggunya, torang semua (kita semua) duduk melantai supaya suasana tidak tegang P6Q4A4

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh semua partisipan dengan kode P1Q4A4, P2Q4A8, P3Q4A5, P5Q4A4 dan P6Q4A6.

4.2.5 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat dan Fasilitas yang Kurang Menjadi Hambatan Promosi Kesehatan.

(12)

sehingga dapat dimengerti. Pernyataan ini dapat didukung

dengan kutipan wawancara berikut ini:

“…kalo hambatanya biasa kalo latar belakang

pendidikanya agak kurang itu susah kita untuk berikan Promosi Kesehatan supaya dorang (mereka) mengerti” (P3Q6A1)

Pernyataan diatas juga diungkapkan oleh partisipan yang lain dengan kode P1Q6A1, P4Q6A1 dan P6Q6A1.

Selain latar belakang pendidikan yang kurang, kurangnya fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan hambatan dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa semua partisipan mengungkapkan bahwa mereka mengalami kesulitan pada saat memberikan penyuluhan di posyandu karena mereka tidak memiliki pembesar suara, LCD, dan

camera untuk mendokumentasikan kegiatan, untuk dokumentasi mereka menggunakan handphone sendiri. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh puskesmas hanya poster, pamflet dan papan informasi. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:

“yang dimiliki itu hanya poster, brosur, dan papan

informasi, kalau untuk pembesar suara, leptop, lcd

kami belum punya… untuk dokumentasi kami hanya

(13)

Pernyataan diatas diungkapkan juga oleh partisipan yang lain dengan kode P1Q6A2, P3Q6A2, P4Q6A2, P5Q6A1-3, P6Q6A2-3. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa dari bidang promosi kesehatan sendiri belum memiliki fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan promosi kesehatan yang lebih baik.

4.2.6 Promosi kesehatan Ibu dan Anak berdampak baik dikehidupan masyarakat.

(14)

“Dampaknya sangat baik karna mereka bisa

mengetahui bahaya-bahaya yang timbul akibat dri persalinan yang tidak di tolong oleh tenaga kesehatan. Angka kematian ibu pada saat bersalin juga disni

kurang…” (P2Q8A7)

“Kalau dampaknya saya rasa baik karena semua ibu

-ibu antusias untuk membawa anakanya menimbang”

(P4Q9A6)

Pernyataan di atas juga diungkapkan oleh partisipan yang lainnya dengan kode P3Q8A5, P4Q8A6, P5Q8A6, P6Q8A6, P5Q9A5 dan P6Q9A5.

4.3. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Penjabaran dalam penelitian dengan tujuan penelitian, menggunakan beberapa teori dalam pembahasan dan menginterpretasikan tema yang sudah didapat dari penelitian. Dari hasil penelitian terhadap 6 riset partisipan dan didapatkan 6 tema yang dapat membantu menjawab tujuan umum dan juga tujuan khusus.

4.3.1 Bervariasinya Pemahaman Bidan tentang 10 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(15)

promosi kesehatan PHBS. Bervariasinya pemahaman bidan mengenai PHBS diidentifikasi karena kurangnya sumber informasi yang didapatkan. Notoadmodjo (2005) menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, sumber informasi dapat diperoleh dari mana saja melalui media cetak seperti surat kabar, artikel,

(16)

kesehatan merupakan salah satu bentuk sumber informasi bagi tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas tersebut.

(17)

pihak kepada pihak-pihak lainnya sehingga dapat menciptakan pemahaman yang baru. Bervariasinya pemahaman bidan tentang 10 indikator PHBS pada studi ini dapat diasumsikan kurangnya sosialisasi dari bidan koordinator kepada bidan yang lainya dan kurangnya paparan sumber informasi yang didapatkan.

(18)

kesehatan yang terjadi. Rodiyatun (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan informasi tentang PHBS sehingga dapat membantu untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu pengetahuan bidan tentang 10 indikator PHBS sangatlah penting untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi tentang kesehatan.

(19)

pengetahuan ibu dengan penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga. Hal tersebut menunjukan bahwa ibu yang berpengetahuan baik akan berpeluang besar untuk melaksanakan PHB. Dengan demikian pengetahuan yang baik tentang PHBS pada tatanan rumah tangga beserta semua indikatornya akan menentukan pembentukan sikap yang positif terhadap pelaksanaannya.

4.3.2 Perencanaan dan Pengawasan Promosi Kesehatan Dilakukan Secara Rutin

(20)

Perencanaan promosi kesehatan merupakan suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan. Perencanaan kegiatan selain lokakarya mini ada juga model perencanaan yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) dalam Maulana (2009) yaitu model Precede-Proceed

(21)

dalam aplikasi kegiatan atau program. Model PERT terdiri atas 6 fase yaitu initation, needs assesmant, goal setting, planning, implementation, dan evaluation.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2007) evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk menilai proses dari hasil pelaksanaan promosi kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan evaluasi yang dilakukan oleh Puskesmas Beteleme, tetapi evaluasi yang dilakukan bukan hanya di pertengahan dan akhir tahun, melainkan setiap akhir bulan karena ada kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap bulannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menlilai sejauh mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai. Menurut Maulana (2009), evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator sebagai masukan untuk perbaikan. Evaluasi program menurut Atik, dkk. (2009) juga dilakukan untuk mengetahui hasil pencapaian dan keterbatasan program. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa program promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik apabila melalui tahapan-tahapan tersebut.

(22)

Promosi kesehatan Ibu dan anak yang sesuai dengan prosedur dilaksanakan dengan cara penyuluhan secara perorangan pada saat datang berkunjung ke puskesmas dan penyuluhan secara berkelompok pada saat posyandu, memasang poster tentang kesehatan ibu dan anak di puskesmas dan puskesmas pembantu di setiap desa (Depkes, 2011). Pelaksanaan promosi kesehatan dalam 3 indikator PHBS tentang persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, penimbangan berat badan bayi dan balita dan pemberian ASI eksklusif sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas Beteleme.

(23)

oleh Hermina, dkk. (2015) bahwa prosedur promosi kesehatan dengan media poster mudah dipahami oleh masyarakat terkhususnya ibu hamil, ibu menyusui dan ibu yang memiliki bayi dan balita. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan (2011) yang dilaksanakan di luar gedung puskesmas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan PHBS dalam 3 indikator khusus yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan bahwa promosi kesehatan Ibu dan anak diluar gedung dapat dilaksanakan di posyandu dan program kelas Ibu hamil. Prosedur pelaksanaannya melakukan penyuluhan, pemutaran video dan memberikan materi pada saat kelas ibu hamil. Berdasarkan penelitian Cahya (2007), dalam pelaksanaan promosi kesehatan penyuluhan dan pemutaran video adalah salah satu metode yang efektif untuk ibu memahami apa yang disampaikan sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sehingga ibu mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

(24)
(25)

sudah disepakati oleh puskesmas, akan tetapi dalam pelaksanaan prosedur yang sudah ditetapkan kurang sesuai dengan keadaan masyarakat. Oleh karena itu, bidan dalam hal ini adalah tim pelaksana promosi kesehatan memiliki strategi tersendiri agar promosi kesehatan tersebut tetap dijalankan.

4.3.4 Strategi Bidan dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, bidan melakukan strategi tersendiri dalam prosedur pelaksanaan promosi kesehatan. Ditemukan bahwa pada saat promosi kesehatan bidan berusaha untuk menciptakan suasana yang santai agar selama pelaksanaan promosi kesehatan tidak terlalu tegang dan bidan juga memberikan promosi kesehatan bukan hanya fokus kepada sasaran utamanya saja melainkan dengan anggota keluarganya dan masyarakat disekitarnya. Hal ini sesuai dengan WHO (2011) bahwa untuk mencapai tujuan promosi kesehatan salah satu strategi yang digunakan adalah bina suasana. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan

sosial yang mendorong individu anggota masyarakat

untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

(26)

apabila lingkungan sosial dimana ia berada seperti

keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan,

kelompok arisan dan bahkan masyarakat umum memiliki

opini yang positif terhadap perilaku tersebut.

Untuk mendukung proses promosi kesehatan

dalam membawa masyarakat melakukan PHBS,

khususnya dalam upaya mengajak para individu

mengubah perilaku dari fase tahu ke fase mau, perlu

dilakukan bina suasana. Menurut Depkes (2006) pada

pelaksanaannya terdapat pendekatan dalam bina

suasana yang dapat dilakukan yaitu pendekatan individu,

melalui pendekatan tersebut diharapkan mereka akan

menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku

yang sedang diperkenalkan dan mereka juga diharapkan

dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal

perilaku yang sedang diperkenalkan dan bersedia atau

mau mempraktikkan perilaku yang sudah diperkenalkan

tersebut dalam hal ini yang sudah diberikan promosi

kesehatan dan dapat menciptakan suasana yang

kondusif bagi perubahan perilaku individu. Liliweri (2007)

(27)

determinan penting dari perilaku sehat dan menjadikan

strategi promosi kesehatan sebagai program untuk

meningkatkan perilaku sehat atau perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dari masyarakat, keluarga, dan

individu. Keberhasilan suatu program dapat dipengaruhi

oleh strategi yang digunakan.

Hal lain yang bisa dilakukan bidan dalam strategi promosi kesehatan adalah pemberdayaan. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek

practice). Berdasarkan hasil penelitian Suci (2008) bahwa pemberdayaan masyarakat mempunyai pengaruh yang

relatif lebih besar terhadap tingkat PHBS dibanding bina

suasana dan advokasi. Berdasarkan penelitian tersebut

dapat diketahui bahwa semakin baik pelaksanaan strategi

(28)

peningkatan mutu perilaku hidup sehat dari masyarakat,

keluarga atau individu.

Strategi lain yang dapat digunakan dalam promosi

kesehatan adalah advokasi dengan pendekatan dan

motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari

segi materi maupun non materi. Pentingnya advokasi

sebagai bentuk pendekatan dengan para pembuat

keputusan setempat dapat dilihat melalui penelitian yang

dilakukan oleh Rachman (2009) tentang penerapan

strategi promosi kesehatan pada pemberian inisiasi

menyusu dini di Rumah Bersalin Sophiara Makassar,

bahwa kurang berhasil atau kegagalan suatu program

kesehatan sering disebabkan oleh karena kurang atau

tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan,

baik di tingkat nasional maupun lokal. Berbeda halnya

dengan penelitian Rezki, dkk. (2013) bahwa ada

hubungan yang signifikan antara advokasi dengan PHBS

individu pada masyarakat Perkebunan di wilayah

Puskesmas Seikijang Kabupaten Pelalawan. Hasil

(29)

hubungan advokasi terhadap peningkatan PHBS pada

tatanan rumah tangga. Strategi advokasi dapat tercapai

jika ada peran aktif dari masyarakat, dinas terkait, dan

pemegang kebijakan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, didapatkan bahwa

strategi promosi kesehatan sangat berpengaruh terhadap

PHBS terkhususnya dalam 3 indikator, yaitu persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan, penimbangan bayi dan

balita, serta pemberian ASI eksklusif.

4.3.5 Latar Belakang Pendidikan Ibu dan Sarana Prasarana yang Kurang Menjadi Hambatan Promosi Kesehatan Ibu dan Anak

(30)

pendidikan perempuan di Desa Beteleme hanya sampai sekolah menengah pertama (SMP). Oleh karena itu latar belakang pendidikan ibu menjadi salah satu hambatan promosi kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Beteleme. Ibu yang memiliki pendidikan yang rendah sulit untuk diberikan pemahaman dan susah untuk menerima apa yang disampaikan. Upaya untuk mengatasi hambatan tersebut, promosi kesehatan tentang ibu dan anak dilakukan secara terus menerus sampai mereka bisa memahami dan menerima apa yang disampaikan. Hasil penelitian Shinta, dkk. (2013) menyatakan bahwa pendidikan seseorang akan

mempengaruhi pola hidup dan proses penerimaan materi

lebih mudah dipahami sehingga orang tersebut akan

merubah perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan

tujuan. Menurut Hasanbasri (2007), semakin tinggi tingkat

(31)
(32)

dalam melaksanakan promosi kesehatan salah satunya adalah sarana dan prasarana yang lengkap. Menurut Kementrian Kesehatan (2007) standar sarana atau peralatan minimal promosi kesehatan yang harus dimiliki oleh puskesmas adalah flipcharts dan stands, poster, papan informasi, projector, amplifier dan wireless microphone,

kamera foto, megaphone, selain peralatan tersebut yang sama pentingnya dan mendukung dalam pelaksanaan promosi kesehatan yaitu alat peraga seperti phantom bayi dan phantom breast care khususnya dalam promosi kesehatan ASI eksklusif, karena dengan menggunakan alat peraga tersebut bisa langsung dipraktekkan dan lebih cepat dipahami. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh puskesmas Beteleme untuk pelaksanaan promosi kesehatan adalah poster dan papan informasi. Microphone

(33)

pelaksanaan promosi kesehatan dengan menggunakan poster dan leafleat saja dianggap dapat membantu dalam

menyebarluaskan informasi kesehatan.

4.3.6 Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Berdampak Baik di Kehidupan Masyarakat.

(34)

bulan pada saat posyandu. Selain itu pada pemantauan status gizi balita puskesmas Beteleme tahun 2015, tercatat status gizi baik sebanyak 98,2% dan pada angka kematian ibu yaitu 26/100.000 KH dan angka kematian bayi 15/1.000 KH. Dari data yang sudah disajikan diatas, terlihat bahwa ibu yang akan bersalin sudah mengerti kalau akan melakukan persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan sudah melakukan penimbangan berat badan bayi dan balita di posyandu, walaupun pemberian ASI eksklusif belum sepenuhnya 100% tetapi dari data tersebut sudah menunjukan bahwa sebagian besar dari ibu menyusui sudah memberikan dan mengerti dengan pemberian ASI eksklusif.

(35)

dapat membantu untuk perlahan-lahan dapat merubah perilaku dalam menjaga kesehatan ibu maupun anaknya, Hal tersebut sesuai dengan penelitian Noviati (2015) bahwa promosi kesehatan yang dilakukan melalui kelas ibu hamil dapat merubah perilaku ibu hamil walaupun tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa promosi kesehatan dapat memberikan sesuatu hal yang positif. Selain itu berdasarkan penelitian dari Elly, dkk. (2006) promosi kesehatan dengan menggunakan peer education lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu.

(36)

untuk menimbang anaknya. Promosi kesehatan ibu dan anak merupakan determinan yang sangat penting dalam merubah perilaku masyarakat sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi kesehatan.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Tempat : Gedung Syafrudin Prawiranegara Kementerian Keuangan Lantai 9, Jalan Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4 Jakarta Pusat. Nomor : BA- 30 /PPBJ/2010 Tanggal : 26

2) Mengambil sikat dan odol. Sebelum memulai menggosok gigi, sikat gigi terlebih dahulu di cuci sampai bersih. Kemudian diberi odol yang sesuai rasa kesukaan anak dengan

a) Menurut Durkin: sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang pakar.

Pendahuluan , Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya , Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota , Profil Kabupaten/Kota ,

Mallaby atau yang mempunyai nama lengkap Aubertin Walter Sothern Mallaby yang lahir lahir di Britania Raya, 12 Desember 1899 adalah jendral yang membawa

Pengambilan contoh lambung ikan bandeng, contoh plankton, pengukuran panjang serta pengukuran parameter kualitas air dilakukan satu kali pada empat stasiun

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan pada penelitian tindakan sekolah sebagai upaya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun butir soal melalui focus group

yang memiliki kewajiban moral untuk berperilaku patuh atau tidak patuh tinggi, maka niat ketidakpatuhan pajaknya juga tinggi atau sebaliknya. Semakin besar persepsi