• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek produksi selai buah naga kulit merah dagingmerah (Hylocereus polyrhizus) ryan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktek produksi selai buah naga kulit merah dagingmerah (Hylocereus polyrhizus) ryan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTEK PRODUKSI

SELAI BUAH NAGA KULIT MERAH DAGINGMERAH

(

Hylocereus polyrhizus

)

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Pertanian

Di Fakultas PertanianUniversitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

RYAN FUGUH ABRIANTORO

H3109051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTEK PRODUKSI

SELAI BUAH NAGA KULIT MERAH DAGING MERAH

(Hylocereus polyrhizus)

Oleh

RYAN FUGUH ABRIANTORO H3109051

Telah dipertahankan dihadapan dosen pembimbing dan penguji

Pada Tanggal : ...

Pembimbing I / Penguji I

Edhi Nurhartadi, S.T.P., M.P. NIP 197606152009121002

Pembimbing II / Penguji II

Esti Widowati, S.Si., M.P. NIP 198305052009122006

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya, sehingga tugas akhir yang berjudul “Praktek Produksi Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah” dapat terselesaikan. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mencapai gelar Ahli

Madya (D3) pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Choirul Anam, MP., MT. Ketua Program Studi DIII Teknologi Hasil

Pertanian Falkutas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Edhi Nurhartadi, S.T.P., M.P. selaku pembimbing 1 / Penguji 1 proses

produksi

4. Esti Widowati,S.Si., M.P. selaku pembimbing 2 / penguji 2 proses

produksi

5. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual

serta nasehat-nasehatnya.

6. Teman-teman DIII Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2009 yang telah

berjuang bersama, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya.

7. Semua pihak yang telah ikut serta membantu terselesaikannya laporan

Praktek Produksi

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk lebih menyempurnakan isi dari tugas akhir

ini sehingga dapat lebih berguna dan membantu pihak-pihak yang

(4)

commit to user

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Praktek Produksi ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Naga ... 4

B. Selai ... 5

C. Bahan Pembuatan Selai ... 8

1. Bahan Utama ... 8

2. Bahan Tambahan a. Gula Rafinasi ... 9

b. Air ( H2O ) ... 11

c. Carboxy Methyl Cellulose ( CMC ) ... 12

d. Jeruk Nipis ( Citrus Aurantifolia ) ... 14

D. Proses Pengolahan Selai ... 16

a. Sortasi ... 16

b. Pembuatan Bubur Buah ... 16

c. Pemasakan ... 17

d. Pendinginan ... 17

(5)

commit to user

v

E. Analisis Sensori ... 18

F. Asam Askorbat ( Vitamin C ) ... 19

G. Aktivitas Antioksidan ... 20

H. Analisis Ekonomi ... 22

1. Biaya Produksi ... 22

a. Biaya Tetap ( Fixed Cost ) ... 22

b. Biaya Tidak Tetap ( Variable Cost ) ... 23

2. Harga Pokok Penjualan ... 23

3. Kriteria Kelayakan Usaha ... 23

a. Break Event Point ( BEP ) ... 23

b. Return On Invesment ( ROI ) ... 23

c. Net Benefit Cost ( Net B/C ) ... 24

d. Pay Out Time ( POT ) ... 24

BAB III. METODE PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 26

B. Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Alat ... 26

2. Bahan ... 26

3. Proses Pembuatan Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah ... 27

C. Analisis Produk 1. Analisis Sensori ... 28

2. Analisis Kandungan Fungsional Produk ... 30

D. Analisis Ekonomi ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk ... 33

a. Analisis Sensoris ... 35

b. Analisis Kimia ... 38

B. Desain Kemasan ... 38

1. Bahan ... 39

2. Bentuk ... 40

(6)

commit to user

vi

C. Analisis Ekonomi ... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 01-3764-1995 ... 6

Tabel 2.2 Kandungan Gizi dalam 100g Buah Naga Kulit Merah Daging Merah... 8

Tabel 2.3 Standar Gula Rafinasi berdasarkan SNI 01-3140.2-2006 ... 10

Tabel 2.4 Standar Mutu Air dalam Kemasan berdasarkan SNI 01-3553-2006 .. 12

Tabel 2.5 Kandungan Gizi Buah 100 g Jeruk Nipis... 15

Tabel 3.1 Formulasi Pembuatan Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah 30 Tabel 3.2 Analisis Kandungan Fungsional Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah ... 30

Tabel 4.1 Hasil KarakteristikSensori Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah ... 35

Tabel 4.2 Hasil Vitamin C dan Aktivitas Antioksidan ... 38

Tabel 4.3 Biaya Usaha ... 42

Tabel 4.4 Biaya Penyusutan ... 42

Tabel 4.5 Amortisasi ... 42

Tabel 4.6 Total Biaya Tetap ( Total Fixed Cost )... 43

Tabel 4.7 Biaya Bahan Baku dan Bahan Tambahan ... 43

Tabel 4.8 Biaya Kemasan ... 43

Tabel 4.9 Biaya Bahan Bakar / Energi dan Pembersihan ... 44

Tabel 4.10 Biaya Perawatan dan Perbaikan ... 44

(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 BuahNaga Kulit Merah Daging Merah ... 4

Gambar 2.2 Rumus Bangun Komponen Molekul Pektin ... 7

Gambar 2.3 Rumus Kimia dan Bangun Carboxy Methyl Cellulose ( CMC ) ... 14

Gambar 2.4 Buah jeruk nipis ... 14

Gambar 2.5 Rumus Bangun Asam Askorbat ... 19

Gambar 3.1 Proses Pembuatan Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah . 28

Gambar 4.1 Kemasan Botol ... 40

(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Analisis Kimia………. ... 57

Lampiran 2 Borang dan Analisis Sensoris ... 62

(10)
(11)

commit to user

PRAKTEK PRODUKSI

SELAI BUAH NAGA KULIT MERAH DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus)

“LABUGA”

Ryan Fuguh A1, Edhi Nurhartadi2, Esti Widowati3

RINGKASAN

Tujuan pelaksanaan praktek produksi ini adalah mengetahui proses pembuatan selai naga kulit merah daging merah dan bahan baku yang digunakan, mengetahui kadar vitamin C dan aktifitas antioksidant pada produk selai naga kulit merah daging merah, dan mengetahui analisis biaya produk selai buah naga kulit merah daging merah. Proses pembuatan selai buah naga kulit merah daging merah menggunakan beberapa bahan baku, yaitu buah naga kulit merah daging merah, CMC, gula, jeruk nipis dan air.

Proses pembuatan selai naga kulit merah daging merah yaitu, persiapan bahan baku, pemisahan, penghancuran, pemasakan, pendinginan, dan pengemasan. Praktek produksi selai buah naga kulit merah daging merah menggunakan 3 formulasi selai buah naga kulit merah daging merah ( formulasi A menggunakan perbandingan daging buah yang digunakan sebesar 100 g dengan gula sebesar 50 g. Untuk formulasi B menggunakan perbandingan daging buah yang digunakan sebesar 100 g dengan gula sebesar 100 g dan formulasi C menggunakan perbandingan daging buah yang digunakan sebesar 100 g dengan gula sebesar 200 g )

Berdasarkan uji kesukaan, selai buah naga kulit merah daging merah yang disukai konsumen yaitu selai buah naga kulit merah daging merah dengan menggunakan formulasi daging buah naga kulit merah daging merah 100 g dan gula 50 g, 5 ml jeruk nipis, cm dan air secukupnya. Selai buah naga kulit merah daging merah yang terpilih dilakukan analisis kimia yaitu analisis aktivitas antioksidan dan kadar vitamin C. sehingga didapat kandungan kadar vitamin C pada selai buah naga kulit merah daging merah sebesar 30,25 mg/100g bahan dan aktivitas antioksidan sebesar 19,7%.

Produksi selai buah naga kulit merah daging merah dalam sebulan mampu menghasilkan 5000 kemasan dengan harga jual Rp 3.500 per kemasan. Keuntungan bersih perbulan penjualan selai buah naga kulit merah daging merah mencapai Rp 2.214.604,17. Usaha ini akan mencapai titik impas (BEP) pada tingkat produksi 4000 botol, ROI sebelum pajak sebesar 15,01% dan ROI setelah pajak 14,55%, nilai POT sebesar 6,65 untuk mengembalikan modal serta mendapatkan keuntungan bersih dan nilai Net B/C produksi selai buah naga kulit merah daging merah yaitu 1,15 yang berarti proses produksi selai buah naga kulit merah daging merah dapat dijalankan dengan baik.

Kata Kunci : Analisa Ekonomi , Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah, Vitamin C

Keterangan :

1. Mahasiswa Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dosen Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(12)

commit to user

PRODUCTION PRACTICE Fruit jam RED DRAGON SKIN RED MEAT

( Hylocereus polyrhizus ) "LABUGA"

Ryan Fuguh A1, Edhi Nurhartadi2, Esti Widowati3

SUMMARY

The aim of this production practice is to know the process of making jam dragon red leather red meat and raw materials used, determine levels of vitamin C and antioxidant activity of peanut products dragon on red leather red meat, and know the product cost analysis of dragon fruit jam red leather red meat. The process of making dragon fruit jam red leather red meat uses some raw materials, namely red dragon fruit skin of red meat, CMC, sugar, lemon and water.

The process of making jam dragon red skin that is red meat, raw material preparation, separation, crushing, cooking, cooling, and packaging. Practice dragon fruit jam production of red leather red meat formulations using 3 dragon fruit jam red leather red meat (formulations A comparison using pulp that is used at 100 g to 50 g of sugar. Formulation B for use comparisons pulp used at 100 g with sugar of 100 g and C formulations using comparisons pulp used for 100 g of sugar for 200 g)

Based on test preferences, dragon fruit jam red leather red meat consumers preferred the dragon fruit jam red skin with red flesh dragon fruit flesh using a formulation of red leather red meat 100 g and 50 g sugar, 5 ml lemon juice, and enough water cm. Dragon fruit jam red leather red meat were selected chemical analysis and the analysis of the antioxidant activity of vitamin C. in order to get the content of vitamin C in the skin of red dragon fruit jam of red meat for 30.25 mg/100g ingredients and antioxidant activity of 19.7%. Dragon fruit jam production of red leather red meat can produce 5000 packs a month with a selling price of Rp 3,500 per pack. Net profit per month selling fruit jam dragon red leather red meat Rp 2,214,604.17. This effort will reach break-even point (BEP) at the level of production of 4000 bottles, ROI before tax of 15.01% and 14.55% ROI after tax, POT value of 6.65 for the return of capital as well as net profit and net value of B / C dragon fruit jam production of red leather red meat is 1.15, which means the production of dragon fruit jam red leather red meat can be run properly.

Keywords: Dragon Fruit Jam Red Leather Red Meats, Economic Analysis, Vitamin C

Description:

1. Student D-III Study Program of Agricultural Product Technology Faculty of Agriculture, Sebelas Maret Surakarta University.

(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Kementerian Pertanian Indonesia (2010) buah naga kulit

merah daging merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah tahunan

yang dapat tumbuh pada cuaca kering atau panas. Buah ini memiliki ciri

yaitu memiliki daging buah yang berwarna merah. Buah naga ada empat

jenis yaitu buah naga daging merah, buah naga daging putih, buah naga

daging super red dan buah naga berkulit kuning daging putih. Keempat

jenis buah tersebut mempunyai keunggulan masing-masing dan

mempunyai ciri yang berbeda sehingga mempunyai perbedaan nilai jual

pada buah tersebut. Ketersediaan buah naga kulit merah daging merah

hanya pada bulan tertentu karena merupakan buah musiman yang dapat

dipanen setahun tiga kali yaitu antara Maret-April, Juli-Agustus dan

November-Desember. Untuk proses pembuatan selai ini sesuai hasil panen

dalam waktu satu tahun bertempat di kabupaten Sragen.

Untuk saat ini produk yang sudah ada untuk buah naga daging merah

ini baru dalam bentuk buah asli langsung untuk konsumsi segar serta sari

buah ataupun sirup. Buah naga kulit merah daging merah diproses menjadi

produk olahan seperti selai buah naga kulit merah daging merah dipilih

karena memiliki kandungan air, gula dan serat pangan, kandungan gizi

yang cukup, warna yang cukup menarik.

Menurut Badan Standar Nasional 1995 selai buah merupakan produk

makanan semibasah yang dapat dioleskan yang dibuat dari pengolahan

buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan

bahan tambahan pangan yang diijinkan. Selai yang terbuat dari kulit buah

memiliki perbedaan yaitu pada warna yang dihasilkan serta rasa yang tidak

(14)

commit to user

Selai biasanya digunakan sebagai bahan olesan pada roti dan juga

sebagai bahan tambahan untuk pembuatan kue maupun makanan lainya.

Pengolahan produk olahan buah naga kulit merah daging merah masih

sangat terbatas, karena dari buah naga kulit merah daging merah masih

banyak dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Oleh karena itu dilakukan

penganekaragaman jenis produk olahan seperti pembuatan selai buah naga,

untuk menciptakan produk baru yang berkualitas baik, serta untuk

memperpanjang umur simpan. Proses produksi ini diharapkan mampu

mengatasi masalah turunnya nilai ekonomis buah naga karena kelebihan

produksi saat panen serta mengembangkan produk olahan yang belum ada

dalam pasaran dan untuk mengembangkan produk untuk lebih baik lagi

sehingga mampu memenuhi harapan dari konsumen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diambil rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana proses produksi selai buah naga kulit merah daging merah?

2. Bagaimana kadar vitamin C pada selai buah naga kulit merah daging

merah?

3. Bagaimana aktivitas antioksidan selai buah naga kulit merah daging

merah?

4. Bagaimana analisis kelayakan usaha selai buah naga kulit merah

daging merah?

C. Tujuan Praktek Produksi

Tujuan pelaksanaan Praktek Produksi adalah :

1. Mengetahui proses produksi selai buah naga kulit merah daging merah.

2. Mengetahui kadar vitamin C pada selai buah naga kulit merah daging

merah.

3. Mengetahui aktivitas antioksidan selai buah naga kulit merah daging

merah

4. Mengetahui analisis kelayakan usaha selai buah naga kulit merah

(15)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Naga

Tanaman ini terdiri dari empat jenis yang dikenal, yaitu Hylocereus

undatus (kulit buah berwarna merah dengan daging buah berwarna putih),

Hylocereus polyrhizus (kulit buah berwarna merah dengan daging buah

berwarna merah keunguan), Hylocereus costaricensis (kulit buah berwarna

merah dengan daging buah berwarna lebih merah dibandingkan

Hylocereus polyrhizus), dan Selenicereus megalanthus (kulit buah

berwarna kuning dengan daging buah berwarna putih) (Kristanto, 2009).

Gambar 2.1 Buah Naga Kulit Merah Daging Merah (Kristanto, 2009)

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau family

Cactaceae dan Subfamili Hylocereanea. Klasifikasi buah naga tersebut

adalah (Kristanto, 2009) :

Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Cactales Famili : Cactaceae Subfamili : Hylocereanea Genus : Hylocereus

Species : Hylocereus polyrhizus

Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika

(16)

commit to user

segar. Jenis dari tanaman ini merupakan tanaman memanjat. Secara

morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak

memiliki daun namun hanya memiliki akar, batang dan cabang, bunga,

buah serta biji (Kristanto, 2009).

Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair. Bentuk

buah bulat agak memanjang atua bulat agak lonjong. Kulit buah ada yang

berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari

jenisnya. Kulit buah agak tebal, yaitu sekitar 3-4 mm. Seluruh kulitnya

dihiasi dengan jumbai-jumbai menyerupai sisik-sisik ular naga. Oleh

karena itu, buahnya disebut buah naga. Berat buah beragam berkisar antara

80–500 gram, tergantung dari jenisnya. Daging buah berserat sangat halus

dan di dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak

dan berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih,

dan hitam, tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan

rasanya manis sedikit masam (Cahyono, 2009).

Biji buah naga sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah.

Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji buah naga dapat langsung

dimakan tanpa mengganggu kesehatan. Biji buah naga dapat

dikecambahkan untuk dijadikan bibit (Winarsih, 2007).

B. Selai

Selai buah adalah produk pangan semibasah, merupakan pengolahan

bubur buah dan gula yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan

55 bagian berat gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang

diizinkan (Fatonah, 2002).

Menurut Badan Standar Nasional 1995 selai buah merupakan produk

makanan semibasah yang dapat dioleskan yang dibuat dari pengolahan

buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan

bahan tambahan pangan yang diijinkan. Syarat mutu selai buah dapat

(17)

commit to user

Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 01-3746-1995

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

3 Identifikasi buah (secara mikroskopis) - Sesuai label 4 Bahan tambahan makanan

4.1 4.2 4.3

Pewarna tambahan Pengawet

Pemanis buatan (Sakarin, Siklamat)

Sesuai SNI 01-0222-1987*

7 Cemaran mikroba 7.1

bubur buah dan 55 bagian berat gula. Bubur buah adalah daging buah yang

telah dihaluskan. Selai diperoleh dengan cara dipanaskan campuran antara

bubur buah dan gula, kemudian dipekatkan melalui pemanas dengan api

sedang sampai gulanya menjadi 68% (Fachruddin, 1997).

Beberapa kerusakan yang sering terjadi pada saat pembuatan selai

adalah terbentuknya kristal-kristal karena bahan terlalu banyak

mengandung gula, gel besar dan kaku disebabkan oleh rendahnya kadar

gula atau pektin yang tidak cukup, gel yang kurang padat dan menyerupai

sirup karena kadar gula terlalu tinggi sehingga tidak seimbang dengan

kandungan pektin, dan pengeluaran air dari gel (sineresis) karena terlalu

(18)

commit to user

Proses pembuatan selai memerlukan kontrol yang baik. Pemasakan

yang berlebihan akan menyebabkan selai menjadi keras dan kental,

sedangkan jika pemasakan kurang akan menghasilkan selai yang encer.

Pembuatan selai biasanya dilakukan pada suhu 1030-1050C. Akan tetapi,

titik didih ini dapat bervariasi menurut buah atau perbandingan gula

(Wiraatmadja,1988).

Pembentukan selai terjadi hanya dalam satu rentang pH yang sempit

(Susanto,1993). pH optimum yang dikehendaki dalam pembuatan selai

berkisar 3,10-3,46. Apabila terlalu asam akan terjadi sineresis yakni

keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai akan berkurang bahkan

sama sekali tidak terbentuk gel (Fachruddin,1997).

Pada buah-buahan pektin banyak terdapat di bawah kulit buah, hati

buah dan sekitar biji buah. Kandungan pektin terbanyak terdapat pada

buah yang sedang akan matang dan setelah itu jumlahnya menurun karena

adanya enzim yang mencegah pektin menjadi asam pektat dan alkohol,

asam pektat tidak dapat membentuk gel kecuali ditambahkan molekul

kalsium. Penambahan pektin pada pembuatan selai dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah gagalnya pembentukan gel pada pembuatan selai dari

buah-buahan yang kandungan pektinnya rendah (Fatonah, 2002).

Gel pektin dapat terbentuk pada berbagai suhu walaupun kecepatan

pembentukan gel tergantung pada berbagai faktor yaitu gula, konsentrasi

pektin, jenis pektin, pH dan suhu. Pembentukan gel dapat menjadi lebih

cepat dengan semakin rendahnya suhu serta meningkatnya konsentrasi

gula (Fatonah, 2002).

Gambar 2.2 Rumus Bangun Komponen Molekul Pektin

(Fatonah, 2002)

Supaya diperoleh selai yang aromanya harum dan dengan konsistensi

(19)

commit to user

matang penuh. Buah yang setengah matang akan memberikan pektin dan

asam yang cukup, sedangkan buah yang matang penuh akan memberikan

aroma yang baik (Fatonah, 2002).

C. Bahan Pembuatan Selai

1. Bahan Utama

Bahan utama dalam pembuatan selai buah naga adalah daging

buah naga. Rasio bagian buah yang dikonsumsi dengan bagian buah

yang dibuang, dalam hal ini kulit buahnya yang mencapai 2/3 bagian

buah atau 66,6%.

Kandungan dalam buah naga daging merah yang terkait dalam

pembuatan selai yaitu serat pangan, gula dan air. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 2.2 mengenai kandungan zat gizi dalam 100

gram buah naga.

Tabel 2.2 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Buah Naga Kulit

Merah Daging Merah

Kandungan Jumlah

Air (g) 82,5 - 83,0

Protein (g) 0,16 - 0,23

Lemak (g) 0,21 - 0,61

Serat/dietary fiber (g) 0,7 - 0,9 Betakaroten (mg) 0,005 - 0,012 Kalsium (mg) 6,3 - 8,8 Fosfor (mg) 30,2 - 36,1

Besi (mg) 0,55 - 0,65

Vitamin B1 (mg) 0,28 - 0,30 Vitamin B2 (mg) 0,043 – 0,045 Vitamin C (mg) 8-9

Niasin (mg) 1,297 – 1,300 (Kristanto, 2009)

Dalam pembuatan selai biasanya yang digunakan adalah daging

buah hal ini dikarenakan daging buah jumlahnya lebih banyak

dibandingkan kulit ataupun ampas, untuk ampas dan kulit biasanya

digunakan untuk makanan ternak. Hal itu dapat dilihat dari jenis buah

yang akan dibuat selai. Buah naga terutama buah naga daging merah

(20)

commit to user

sehingga dapat dibuat menjadi selai. Gula yang terdapat dalam buah

naga daging merah tergolong sedikit, kandungan terbanyak yaitu air

gula dan pektin yang terkandung dalam buah naga daging merah

sehingga mampu menjadi kental saat pemanasan dan berpengaruh

dalam pembuatan selai.

2. Bahan Tambahan

a. Gula Rafinasi

Rafinasi berasal dari kata refinery yang artinya menyuling,

menyaring, atau membersihkan. Gula rafinasi adalah gula berasal

dari tebu yang sudah dipisahkan dari zat-zat lainnya serta

mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi (Kriz, 2011).

Menurut Baikow (1978), proses pengolahan gula rafinasi

meliputi beberapa tahapan seperti afinasi, klarifikasi, filtrasi,

dekolorisasi, evaporasi, kristalisasi, dan sentrifugasi. Syarat gula

rafinasi menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Standar Gula Rafinasi Menurut SNI 01-3140.2-2006

No Kriteria uji satuan I Persyaratan II

1 Polarisasi ºZ Min. 99,80 Min. 99,70

2 Gula reduksi %, Maks.0,04 Maks. 0,04 3 Susut pengeringan %, b/b Maks. 0,05 Maks. 0,05

4 Warna larutan IU Maks. 45 Maks. 80

5 Abu %, b/b Maks. 0,03 Maks. 0,05

6 Sedimen mg/kg Maks. 7,0 Maks. 10,0

7 Belerang dioksida (SO2) mg/kg Maks.2,0 Maks. 5,0 8 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0 Maks. 2,0 9 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2,0 Maks. 2,0 10 Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0 Maks. 1,0

11 Angka lempeng total

(ALT) Koloni/10g Maks. 200 Maks. 250 12 Kapang Koloni/10g Maks. 10 Maks. 10 13 Khamir Koloni/10g Maks. 10 Maks. 10 CATATAN Z =Zuiker = Sukrosa; IU = ICUMSA UNIT

(BSN, 2006)

Gula sukrosa menurut SNI adalah gula yang diproduksi melalui

(21)

commit to user

meliputi afinasi-pelarutan kembali

(remelting)-klarifikasi-dekolorisasi-kristalisasi-fugalisasi-pengeringan-pengemasan (BSN,

2006).

Fungsi penambahan gula berpengaruh pada kekentalan gel yang

terbentuk, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang

umur selai, menambah kandungan gizi, membuat tekstur selai

menjadi lebih ideal dan gula akan menurunkan kekentalan gel. Hal

ini disebabkan gula akan mengikat air akibatnya suhu gelatinisasi

lebih tinggi, Selain itu adanya gula akan menurunkan aktivitas air

dalam bahan pangan karena gula bersifat higroskopis (Winarno,

1992).

Gula terbagi menjadi berbagai bentuk antara lain sukrosa,

glukosa, dan fruktosa. Sukrosa adalah gula yang dikenal sehari –

hari dengan istilah gula pasir dan banyak digunakan dalam industri

makanan, baik bentuk kristal halus, kasar maupun dalam bentuk

cair (Winarno, 1997).

Gula termasuk pengawet dalam pembuatan aneka ragam

produk-produk makanan beberapa diantaranya jeli, selai,

marmalade, sari buah pekat, sirup buahbuahan, buah-buahan

bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar

manis, susu kental manis, madu dan lain sebagainya.

Daya larut gula tinggi mampu mengurangi keseimbangan

kelembaban relatif (ERH) dan dapat mengikat air adalah sifat-sifat

yang menyebabkan gula dipakai sebagai pengawet bahan pangan.

Apabila gula ditambahkan kedalam bahan pangan dalam

konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40 % padatan terlarut)

sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk

pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan

pangan (Buckle dkk.,1985).

Fungsi utama gula dalam pembuatan selai buah naga daging

(22)

commit to user

untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan rasa yang ideal.

Semakin tinggi penggunaan gula pada selai dagng merah maka

hasil selai yang dihasilkan akan semakin keras, maka dalam

pembuatan selai buah naga daging merah penggunaan gula sangat

sedikit karena adanya kandungan serat pangan pada buah naga

daging merah.

b. Air (H2O)

Air (H2O) merupakan komponen penting dalam bahan makanan

karena air dapat mengetahui penampakan, tekstur, tingkat

kerenyahan produk akhir serta cita rasa makanan. Reaksi

pembentukan gel memerlukan air sebagai penentu tingkat

keberhasilan produk yang diinginkan (Winarno, 1992).

Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan tidak

berwarna, tidak berbau, jernih, dan tidak mempunyai rasa. Air

merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air

dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, tingkat kerenyahan

produk akhir serta cita rasa makanan. Reaksi pembentukan gel

memerlukan air sebagai penentuan tingkat keberhasilan produk

yang diinginkan (Winarno, 1992).

Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat

ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik,

kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kandungan air

dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan

lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya

awet bahan pangan tersebut. Standar air yang digunakan dalam

pembuatan selai menggunakan standar air minum dalam kemasan

(23)

commit to user

Tabel 2.4 Syarat Mutu Air dalam Kemasan SNI 01-3553-2006

No Kriteria uji Satuan Persyaratan

Air mineral Air dimineral

1

Zat organik (angka KmnO4) Total organik karbon

Angka lempeng total awal *) Angka lempeng total akhir **) Bakteri bentuk koli

c. Carboxy Methyl Cellulose (CMC)

Carboxy Methyl Cellulose (CMC) adalah eter asam karboksilat

turunan selulosa yang berwarna putih, tidak berbau, padat,

(24)

commit to user

pengental adalah hidrofil dan terdispersi dalam larutan yang

dikenal sebagai hidrokoloid. (Fennema, 1996).

CMC merupakan turunan selulosa yang dapat larut dalam air,

baik panas maupun dingin. Purvitasari (2004) menambahkan

bahwa CMC merupakan koloid hidrofilik yang efektif untuk

mengikat air sehingga memberikan tekstur yang seragam,

meningkatkan kekentalan, dan cenderung membatasi

pengembangan. CMC dibuat dari selulosa yang direaksikan dengan

larutan NaOH, kemudian selulosa alkalis tersebut direaksikan

dengan sodium monokloroasetat (Glicksman, 2000). CMC terdiri

atas molekul panjang dan cukup kaku yang mengandung muatan

negatif. Molekul-molekul pada larutan merenggang karena daya

tolak menolak antarsegmen rantai. Selanjutnya, rantai tolak

menolak satu sama lain sehingga menghasilkan larutan yang sangat

kental.

CMC dalam produk makanan yang berperan sebagai pengikat

air dan pengental yang akan menghasilkan tekstur produk pangan

yang lebih baik. Belizt and Grosch (1999) menyatakan,

penggunaan Na-CMC sebagai derivat dari selulosa antara

0,01-0,8% akan mempengaruhi produk pangan seperti jelli buah, sari

buah, mayonaise dan lain-lain. (Belitz and Grosh, 1999).

Hidayat (2005) menjelaskan bahwa CMC dalam bentuk

murninya disebut gum selulosa, yang terdiri dari garam-garam

kalsium, natrium dan ammonium. CMC merupakan polielektrolit

anionik turunan dari selulosa yang digunakan luas dalam industri

pangan. CMC digunakan dalam bentuk garam natrium CMC

sebagai pemberi bentuk, konsistensi, dan tekstur. CMC juga

berperan sebagai pengikat air, pengental, dan stabilisator emulsi.

CMC memiliki rumus kimia serta rumus bangun yang dapat dilihat

(25)

commit to user

Gambar 2.3 Rumus Kimia dan Rumus Bangun CMC Carboxy Methyll Cellulose (Hidayat, 2005) Menurut Fardiaz, dkk. (1987), ada empat sifat fungsional yang

penting dari Na-CMC yaitu untuk pengental, stabilisator,

pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Di dalam

sistem emulsi hidrokoloid (Na-CMC) tidak berfungsi sebagai

pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan

kestabilan.

d. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus (jeruk). Buah jeruk

nipis yang sudah tua rasanya asam, Jeruk nipis mengandung asam

sitrat (Thomas,1989).

Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak

memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet dan

keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam.

Dalam penggunaan pada selai berfungsi sebagai penstabil pH serta

memperbaiki tekstur. (Sarwono, 1999)

(26)

commit to user Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Family : Rutaceae Genus : Citrus

Species : C. aurantifolia

Jeruk nipis dimanfaatkan buahnya, yang biasanya bulat,

berwarna hijau atau kuning, memiliki diameter 3-6 cm, memiliki

rasa asam dan agak pahit, agak serupa rasanya dengan lemon. Jeruk

nipis, yang sering dinamakan sebagai jeruk limau, digunakan

perasan isi buahnya untuk memasamkan makanan, seperti

pada soto (Sarwono, 1999).

Tabel 2.5 Kandungan Gizi 100 g Buah Jeruk Nipis

Kandungan Jumlah

Kalori 37 gr

Protein 0,8 gr

Lemak 0,1 gr

Karbohidrat 12,4 gr Vitamin B1 0,04 mg

Kalsium 40 mg

Fosfor 22 mg

Besi 0,6 mg

asam askorbat 27 mg ( Sarwono, 1999 )

Selain memiliki kandungan vitamin C yang tinggi, jeruk nipis

juga mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak

atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen,

gerani-lasetat, linali-gerani-lasetat, aktilaldehid, nildehid) damar, glikosida, asam

sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C.

Sedangkan daun, buah dan bunganya mengandung minyak terbang

atau minyak atsiri (Sarwono, 1999).

Tujuan penambahan asam selain untuk menurunkan pH selai

juga untuk menghindari terjadinya pengkristalan gula. Bila tingkat

(27)

commit to user

jumlah gula yang mengalami inversi selama pendidihan (Fatonah,

2002).

D. Proses Pengolahan Selai

Pembuatan atau pengolahan selai pada buah naga daging merah

hampir sama dengan pembuatan selai pada umumnya yaitu pengupasan

kulit buah untuk memisahkan kulit buah dengan daging buah kemudian

dilakukan penghancuran daging buah dengan menggunakan alat juicer dan

blender untuk menghasilkan bubur buah kemudian dilakukan pemasakan

pada api kecil seelah masak kemudian dilakukan pendinginan dilanjutkan

proses yang terakhir yaitu proses pengemasan. Pada proses penghancuran

dengan menggunakan alat juicer hasil yang didapat berupa sari buah

dengan ampas sehingga dalam pembuatan selai dari ampas tekstur lebih

kasar dibanding penghancuran dengan blender. Warna yang dihasilkan

lebih bagus juicer daripada blender. Jus yang dihasilkan dengan

menggunakan juicer banyak dikarenakan juicer memisahkan antara sari

buah dengan ampas buah, makan jus yang dihasilkan akan banyak.

a. Sortasi

Proses ini bertujuan untuk memilih buah yang baik dan kurang baik

serta memisahkan kulit buah dengan daging buah untuk mendapatkan

hasil yang memuaskan. Serta memisahkan bahan yang layak diolah

dengan bahan yang tidak layak untuk diolah. Dalam proses ini dipilih

dua bagian yaitu ampas buah serta daging buah yang utuh. Buah yang

layak digunakan adalah buah yang tidak terlalu masak ataupun terlalu

tua. Serta daging buah yang tidak terlalu keras maupun terlalu lembek.

b. Pembuatan bubur buah

Pada proses ini bahan daging buah dimasukkan ke dalam mesin

blender atau juicer kemudian dihancurkan untuk menjadi bubur buah

sebagai bahan pembuatan selai. Proses penghancuran ini dilakukan

sampai halus. Bila menggunakan blender maka bubur buah yang

(28)

commit to user

hancur menjadi satu, sedangkan juicer hanya mengambil sari buah dan

menghasilkan ampas buah maka yang digunakan dalam pembuatan

selai adalah ampas buah yang telah diambil sarinya.

c. Pemasakan

Pada proses ini bahan baku yang telah menjadi bubur kemudian

dimasak diatas api kecil, kemudian bubur buah diaduk hingga

mengental dan dihindari supaya tidak sampai gosong. Suhu pemasakan

selai yaitu 103-1050C selama 10 menit. Kondisi setelah dimasak terjadi

perubahan pada warna yaitu dari warna merah menjadi keunguan,

tekstur menjadi lembut.

d. Pendinginan

Tahap ini merupakan tahapan setelah produk yang sudah jadi

kemudian didinginkan sebelum dikemas. Suhu pendinginan yang

digunakan pada suhu ruang, karena bila selai masih dalam kondisi

panas langsung dikemas maka hasil selai akan rusak serta akan merusak

kemasan bila dikemas dalam kemasan plastik. Pendinginan dilakukan

sampai selai benar-benar dingin waktu yang digunakan dapat 3 sampai

15 menit. Pendinginan dilakukan dengan cara didiamkan pada suhu

kamar atau dimasukkan kedalam wadah kemudian direndam

menggunakan air supaya pendinginan dapat berjalan cepat. Kondisi saat

dingin selai menjadi liat.

e. Pengemasan

Pengemas disebut juga pembungkus, pewadahan atau pengepakan.

Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau

mengurangi, melindungi bahan pangan atau produk yang ada

didalamnya, dan melindungi bahaya pencemaran serta bahaya fisik

(gesekan benturan, dan getaran). Pengemasan juga berfungsi untuk

menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri supaya

(29)

commit to user

pengangkutan dan distribusi. Kemasan juga sebagai alat promosi dan

media informasi (Syarif dkk, 1993).

Pengemasan yang cocok untuk selai buah naga daging merah

adalah kemasan plastik ataupun kemasan botol kaca, karena mampu

melindungi selai dari bahan cemaran serta lainnya. Cara sterilisasi

kemasan gelas yaitu dipanaskan pada suhu 1000C supaya membunuh

bakteri patogen yang terdapat dalam kemasan. Perebusan botol dan

tutupnya di dalam panci besar selama kurang lebih 15 menit.

Kemasan yang digunakan adalah botol kaca hal ini dikarenakan

untuk melindungi produk dari cemaran mikroba yang terdapat di sekitar

produk. Bila pengemasan salah maka produk yang dihasilkan akan

rusak, bila pengemasan kurang benar maka bentuk, warna, serta rasa

produk dapat berubah.

E. Analisis Sensori

Analisis sensoris merupakan disiplin ilmu yang mempelajari

identifikasi, pengukuran, analisis dan interpretasi sifat sensori atau atribut

bahan pangan atau bahan lain yang diterima sensasinya oleh indera

penglihat, pencecap, pembau, peraba dan pendengar (Septa, 2009).

Uji skoring atau uji skor berfungsi untuk menilai suatu sifat

organoleptik yang spesifik, selain itu uji skoring dapat juga digunakan

untuk menilai sifat hedoni atau sifat mutu hedonik. Pada uji skoring

diberikan penilaian terhadap mutu sensorik dalam suatu jenjang mutu.

Tujuan uji ini adalah pemberian suatu nilai skor dapat dikaitkan dengan

skala hedonik yang jumlah skalanya tergantung pada tingkat kelas yang

dikehendaki (Rahayu, 2001)

Dalam uji skoring parameter-parameter yang mencirikan produk

tersebut dengan atribut/ karakteristik/ deskriptor/ teminologi. Pemilihan

atribut sensoris dan batasnnya dihubungkan dengan sifat kimia untuk

flavor, rasa dan bau. Sementara untuk tekstur dan kenampakan

dihubungkan dengan sifat fisik. Pemahaman pada sifat reologi dan sifat

(30)

commit to user

data untuk diinterpretasikan dan berguna dalam penentuan keputusan

dalam suatu produk (Utami, 1999).

F. Asam Askorbat (Vitamin C)

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting

untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia

dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai

antioksidan terlarut air yang juga secara efektif mengambil formasi ROS

dan radikal bebas (Frei 1994).

Kerusakan asam aksorbat atau vitamin C dapat menyebabkan berubah

warna serta mempercepat terjadinya proses oksidasi pada buah naga.

Asam askorbat atau vitamin C memiliki rumus molekul C6H8O6 dan

memiliki rumus bangun seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.5 Rumus Bangun Asam Askorbat ( Lasintha, 2010 )

Vitamin larut air dikelompokkan menjadi vitamin C dan vitamin

B-kompleks. Vitamin ini banyak terdapat dalam buah-buahan dan

sayur-sayuran, biji-bijian utuh dan kacang-kacangan, serta daging tanpa lemak,

sedangkan susu mengandung kedua kelompok vitamin tersebut. Vitamin

B-kompleks terdiri atas beberapa faktor yang saling berkaitan fungsinya di

dalam tubuh (Winarno, 2008).

Vitamin larut air tidak mempunyai prekursor. Kelebihan kebutuhan

dari vitamin jenis ini disimpan sedikit. Vitamin ini juga harus selalu ada

dalam makanan sehari-hari dan dibutuhkan oleh organisme sederhana dan

kompleks (Almatsier 2004).

Vitamin C merupakan vitamin yang paling sering digunakan sebagai

(31)

commit to user

tubuh. Massot et al., (2010) dalam penelitiannya tentang vitamin C pada

tomat menyatakan bahwa vitamin C merupakan sumber antioksidan bagi

tubuh. Vitamin C diketahui berperan penting dalam mencegah penyakit

scurvy yaitu penyakit yang menyebabkan pucat, rasa lelah, dan

pendarahan gusi.

Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati yaitu

sayur dan buah terutama buah yang asam. Vitamin C adalah vitamin yang

paling tidak stabil dari semua vitamin, mudah rusak karena bersentuhan

dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Vitamin C mudah

rusak selama pemrosesan dan penyimpanan (Almatsier 2004).

Sebagai antioksidan, vitmin C bekerja sebagai donor elektron, dengan

cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu, vitamin

C juga dapat menyumbangkan electron ke dalam reaksi biokimia

intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa

oksigen reaktif di dalam sel netrofil, monosit, protein lensa, dan retina.

Vitamin ini juga dapat bereaksi dengan Fe-ferritin. Di luar sel, vitamin C

mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya

LDL teroksidasi, mentransfer electron ke dalam tokoferol teroksidasi dan

mengabsorpsi logam dalam saluran pencernaan (Levine, et al., 1995).

Peran vitamin C pada selai adalah sebagai senyawa yang mengurangi

perubahan warna serta rasa pada selai buah naga daging merah. Vitamin C

dapat ditemukan pada daging buah serta untuk mengikat radikal bebas

pada tubuh.

G. Aktivitas Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat

memutus reaksi berantai dan radikal bebas. Antioksidan didefinisikan

sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi

dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang

relatif stabil. Akan tetapi jika dikaitkan dengan radikal bebas yang

(32)

commit to user

yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif

(Kumalaningsih,2006).

Antioksidan primer (pemecah rantai) merupakan antioksidan yang

dapat bereaksi dengan radikal lipida lalu mengubahnya ke bentuk yang

lebih stabil. Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim

DNA-repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi

dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas.

Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogeneus atau

nonenzimatis. Antioksidan dalam kelompok ini disebut pertahanan

preventif. Sistem pertahanan ini, pembentukan senyawa oksigen relatif

dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau dirusak pembentukannya.

Senyawa antioksidan memiliki peran yang sangat penting dalam

kesehatan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa

antioksidan mengurangi risiko berbagai penyakit kronis seperti kanker dan

penyakit jantung koroner. Karakter utama senyawa antioksidan adalah

kemampuannya menangkap radikal bebas (Prakash, 2001). Radikal bebas

adalah molekul yang sangat reaktif karena memiliki elektron yang tidak

berpasangan dalam orbital luarnya sehingga dapat bereaksi dengan cara

mengikat elektron molekul sel tersebut (Wijaya, 1996). Senyawa

antioksidan yang dihasilkan dari tumbuhan seperti vitamin C, vitamin E,

karoten, golongan senyawa fenolat terutama polifenol dan flavonoid

diketahui berpotensi mengurangi resiko penyakit degeneratif tersebut

(Okawa et al., 2001;Prakash, 2001).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies

oksigen reaktif/spesies nitrogen aktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas

sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang

dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskuler

dan penuaan. Antioksidan alami secara toksikologi lebih aman untuk

dikonsumsi dan lebih mudah diserap oleh tubuh daripada antioksidan

(33)

commit to user

Radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan radikal

organik nitrogen yang stabil, yang memberikan efek warna ungu.

Pengujiana aktifitas antioksidan dengan metode DPPH didasarkan pada

pengukuran kemampuan pereduksian terhadap radikal DPPH. Pengukuran

dapat dilakukan dengan pengukuran penurunan absorbansi. Larutan DPPH

yang berwarna ungu merupakan kumpulan radikal-radikal bebas dan akan

dikait oleh ion H dari senyawa antioksidan sehingga intensitas warna ungu

akan turun. Penurunan intensitas warna ungu dapat diukur pada panjang

gelombang 517 nm (Brand-William et al., 1995).

Aktivitas antioksidan adalah aktivitas senyawa yang terdapat dalam

makanan yang mampu mengurangi, menghambat ataupun memperlambat

oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas.

H. Analisis Ekonomi

Analisis kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan kalayakan

suatu usaha, baik dari segi teknik, ekonomi, maupun finansial. Analisis

ekonomi bertujuan mengetahui apakah usaha yang dijalankan dapat

memberikan keuntungan atau tidak. Analisis finansial menitikberatkan

kepada aspek keuangan berupa lalu lintas uang (cash flow) yang terjadi

selama usaha dijalankan. Analisis ekonomi yang dilakukan meliputi

perhitungan biaya produksi, harga pokok penjualan, serta kriteria

kelayakan usaha.

1. Biaya Produksi

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun

perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri

atas biaya usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, pajak usaha

(34)

commit to user Laba

modal

b. Biaya Tidak Tetap/Variabel (Variabel Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika

melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga

kerja, biaya bahan baku dan bahan pembantu, biaya bahan

bakar/energi, biaya perawatan dan perbaikan.

2. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga terendah dari produk yang

tidak mengakibatkan kerugian bagi produsen. Harga penjualan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut

Harga Pokok Penjualan (HPP) =

3. Kriteria Kelayakan Usaha

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Break Event

Point (BEP), Return On Invesment (ROI), Net Benefit Cost (Net B/C)

dan Pay Back Period (PBP)

a. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah suatu titik keseimbangan

dimana pada titik tersebut jumlah hasil penjualan sama dengan

jumlah biaya yang dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak

mengalami laba atau rugi. Jika penjualan berjumlah kurang dari

pada jumlah yang ditunjukan oleh titik ini, maka akan diperoleh

kerugian bersih (Umar, 2007).

b. Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) adalah perbandingan antara

besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan

dalam persent per tahun.

ROI = x 100% per tahun

Total biaya produksi / bulan

(35)

commit to user

ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara

hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum

dikurangi pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu

laba dikurangi pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya

modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal

keseluruhan modal tetap dan modal kerja (Umar, 2007).

c. Net Benefit Cost (Net B/C)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah nilai perbandingan antara

pendapatan dan biaya. Jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka

perusahaan memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak.

Jika nilai B/C lebih kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak

berdiri (rugi). Jika nilai B/C = 1 maka perusahaan berada dalam

keadaan impas (Umar, 2007).

Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula

kriteria yang disebut benefit cost ratio-BCR. Penggunaannya

dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan

umum atau sektor publik. Meskipun penekanannya ditujukan

kepada manfaat bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan

finansial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta

mengabaikan kriteria ini (Umar, 2007).

d. Pay Out Time (POT)

(36)

commit to user

(37)

commit to user

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktek Produksi Selai Buah Naga kulit merah daging merah

dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Desember 2012 di

Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Alat, Bahan dan Cara Kerja

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan selai buah naga

kulit merah daging merah adalah pisau stainless, blender / mesin

penghancur (National), wajan, baskom, dan kompor gas. Sedangkan alat

yang digunakan untuk analisis sensoris adalah alat tulis, kertas borang,

sampel selai naga kulit merah daging merah.

Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis kimia selai buah naga

kulit merah daging merah adalah pipet volume 25 ml, pipet ukur 5 ml,

buret 50 ml, labu takar 100 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet volume 10 ml

dan 1 ml, Spectrometer uv-vis, tabung reaksi, tisu, buret.

2. Bahan

Pada proses pembuatan selai buah naga daging merah bahan yang

digunakan adalah buah naga kulit merah daging merah dapat diperoleh di

Pasar Legi, dan Pasar Gede pasar buah wilayah Surakarta, jeruk nipis di

peroleh di Pasar Gede, carboxy methyl cellulose (CMC) didapat di toko

kimia wilayah Solo, gula pasir (Gulaku) dan didapat dari supermarket.

Sedangkan bahan yang digunakan untuk uji karakteristik kimia selai buah

naga kulit merah daging merah adalah selai buah naga kulit merah daging

merah,reagen DPPH larutan metanol, aquadest, larutan iodine 0,01N dan

indikator amilum 0,1%.

(38)

commit to user

3. Proses Pembuatan Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah

Bagian buah yang digunakan adalah daging buah naga berwarna

merah hati keunguan, Buah naga diperoleh dari pedagang diwilayah

Sragen dan Jogja. Pada pembuatan selai daging buah naga merah variasi

yang digunakan yaitu pada perbandingan gula dengan daging buah naga

kulit merah daging merah. Dengan menggunakan perbandingan gula maka

dapat diketahui tingkat perbedaan selai, standar buah yang yang digunakan

beratnya berkisar 200-350 g, tidak ada cacat pada dinding buah.

Proses pembuatan selai buah naga pertama-tama memilih buah naga

yang berkualitas baik yaitu buah yang dari kenampakan kulit yang cerah,

daging buah berwarna merah hati, tidak terdapat cacat pada daging buah

seperti adanya jamur yang terdapat dalam daging buah, ukuran yang

dipakai tidak terlalu besar atau terlalu kecil, berat yang digunakan sekitar

500 g, kemudian mengambil bagian daging kemudian ditambahkan air

secukupnya untuk mempermudah menghancurkan daging buah dengan

blender supaya menjadi bubur daging kemudian panaskan daging buah

tambahkan CMC dan gula kemudian aduk pada api kecil hingga mengental

kemudian tambahkan sisa gula dan tambahkan jeruk nipis kemudian aduk

sampai rata kemudian didinginkan. Proses dapat dilihat pada diagram alir

Gambar 3.1.

Cara mensterilkan botol-botol kemasan dengan cara merebus botol

berikut tutupnya di dalam panci besar selama kurang lebih 15 menit, dan

hanya dikeringkan saat akan mengemas (Apandi, 1984).

Daging buah naga daging merah berfungsi sebagai bahan utama dalam

pembentukan selai, carboxy methyl cellulose (CMC) berfungsi sebagai

pengental, jeruk nipis untuk memperbaiki tekstur selai serta mengurangi

pengkristalan gula, gula berfungsi sebagai memperoleh tekstur,

(39)

commit to user

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Selai Buah Naga Kulit Merah Daging

Merah

C. Analisis Produk

1. Analisis Sensori

Analisis sensori adalah sebuah uji yang dilakukan untuk

menentukan tingkat kesukaan, perbedaan, dan perbandingan pada

sebuah produk. Dalam praktek produksi ini dilakukan uji organoleptik

yang berfungsi untuk menentukan tingkat kesukaan pada 3 formulasi

selai buah naga yang ketiga formulasi selai buah naga ini dibedakan

berdasarkan formulasinya. Tujuan analisis sensori adalah untuk

menentukan tingkat kesukaan, perbedaan, dan perbandingan pada

sebuah produk. Formulasi yang dinilai oleh panelis adalah warna, daya

oles, rasa serta keseluruhan. Tujuan dilakukan analisis sensori antara Selai Bua Naga

Buah Naga Kulit Merah Daging Merah

Sortasi

Pengupasan

Pembuburan

Pemasakan

Pendinginan

Pengemasan CMC,

Gula Pasir, Jeruk Nipis

Air

Daging buah naga kulit merah daging

merah

(40)

commit to user

lain untuk pengembangan mutu, pengawasan mutu, perbaikan mutu,

membandingkan produk sendiri dengan produk yang sudah ada.

Analisis sensori dilakukan dengan uji organoleptik yaitu dengan

menggunakan metode skoring untuk mengetahui penerimaan

konsumen terhadap mutu selai naga kulit merah daging merah yang

dibuat dengan perbedaan konsentrasi gula dan daging buah yang

berbeda. Parameter yang diuji antara lain warna, rasa, tekstur, aroma

dan overall.

Pada uji organoleptik ini panelis yang berjumlah 30 orang

diminta untuk memberikan penilaian tingkat kesukaan untuk tiap-tiap

parameter mutu yang diujikan seperti warna, rasa, tekstur, daya oles

dan overall.

Skala nilai :

1 = Tidak Suka 2 = Kurang Suka 3 = Agak Suka 4 = Suka

5 = Sangat Suka

Formulasi selai yang dibuat adalah formulasi A menggunakan

perbandingan daging buah yang digunakan sebesar 100 g dengan gula

sebesar 50 g. Untuk formulasi B menggunakan perbandingan daging

buah yang digunakan sebesar 100 g dengan gula sebesar 100 g dan

formulasi C menggunakan perbandingan daging buah yang digunakan

sebesar 100 g dengan gula sebesar 200 g. Menggunakan formulasi ini

dikarenakan sudah mampu untuk menentukan penilaian panelis pada

produk karena dengan menggunakan formulasi tersebut sudah terlihat

jelas perbedaan di tekstur, warna, rasa, daya oles dan over all.

Formulasi yang dibuat tanpa melakukan modifikasi, menggunakan

perbandingan gula dengan daging buah karena buah naga kulit merah

daging merah memiliki kandungan serat dan gula sehingga

menggunakan perbandingan daging buah dengan gula. Untuk

(41)

commit to user

Px% x jam kerja perhari x jam kerja perbulan Jam kerja perhari x jam kerja perbulan x umur alat

Tabel 3.1 Formulasi Pembuatan Selai Buah Naga Kulit Merah Daging Merah

Nama Bahan Formulasi

(buah naga : gula)

Air Secukupnya Secukupnya secukupnya

2. Analisis Kandungan Fungsional Produk

Analisis kadar vitamin C dan aktivitas antioksidan dilakukan

bertujuan untuk mengetahui keunggulan dari produk akhir praktek

produksi yang dilakukan serta mengetahui jumlah kadar vitamin C dan

aktivitas aktioksidan. Uji ini dilakukan karena dalam buah naga kulit

merah daging merah terdapat vitamin C sebesar 8-9 mg dan terdapat

antosianin sebagai antioksidan alami. Hasil analisis kandungan

fungsional produk dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Analisis Kandungan Fungsional Selai Buah Naga Kulit Merah

Daging Merah

Parameter Analisis Metode

Kadar Vitamin C Aktivitas Antioksidan

Titrasi Iodometri (Sudarmadji, 1989) Metode DPPH ( Chow, et al., 2003)

D. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi bertujuan untuk menghitung biaya produksi (biaya

tetap, biaya variabel), Break Event Point (BEP), Payback Period (PP),

Return On Investment (ROI) dan Benefit Cost Ratio (B/C)

1. Biaya produksi

Total biaya produksi = total fixed cost + total variable cost

2. Biaya Perawatan Dan Perbaikan (BPP)

(42)

commit to user Biaya Produksi

Kapasitas Produksi

FC

Harga Jual – (VC / kapasitas produksi)

Laba kotor

Total biaya produksi x 100 % P – NS

N

Laba bersih

Total biaya produksi x 100 % = harga awal

FPP = faktor perawatan dan perbaikan

3. Penyusutan/Depresiasi

Depresiasi =

Keterangan:

P : Harga peralatan awal NS : Biaya penyusutan N : Jumlah bulan

4. Pajak Usaha

Pajak Usaha = 10% x laba kotor

5. Harga Pokok Penjualan

HPP =

6. Perhitungan Penjualan

Penjualan = Harga/unit x jumlah unit

7. Perhitungan Rugi Laba

Laba kotor = Penjualan-Biaya Pokok Produksi

Laba bersih = Laba Operasi – Pajak Usaha

8. Break Event Point (BEP) unit

Q BEP =

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap) VC : Variabel Cost (biaya tidak tetap)

9. Return on Investment ( ROI )

ROI sebelum pajak =

(43)

commit to user Biaya Produksi

Laba Kotor

Pendapatan Biaya produksi 10.Pay Out Time (POT)

POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk

mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan

bersih.

POT =

11.Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

(44)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Produk

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan selai yaitu daging

buah naga kulit merah daging merah yang tidak terlalu matang, masih segar

dan tidak kotor. Buah naga kulit merah daging merah dipilih karena buah naga

kulit merah daging merah memiliki kandungan serat yang baik bagi pencernaan

dan terdapat kandungan antosianin sebagai antioksidan dan vitamin C.

Antioksidan berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang terdapat dalam

tubuh manusia sehingga sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit

degeneratif. Buah naga kulit merah daging merah yang digunakan dalam

pembuatan selai yaitu daging buahnya.

Selai buah naga kulit merah daging merah yang dibuat dari komposisi

daging buah naga kulit merah daging merah, gula pasir, jeruk nipis, CMC dan

air ini dihasilkan warna ungu merah hati. Selai naga kulit merah daging merah

dikemas dengan berat bersih 200 gram per botol. Pengemasan selai naga kulit

merah daging merah dikemas dengan botol bermulut lebar, untuk memudahkan

dalam sterilisasi alat maupun botol selai yang sudah diisi dengan cara dikukus

atau dipanaskan dan supaya produk selai dapat lebih awet.

Proses pembuatan selai naga kulit merah daging merah meliputi sortasi

dengan cara pengupasan serta pemisahan kulit buah dengan daging buah,

pembuburan (pemblenderan), pemanasan, pendinginan dan pengemasan. Untuk

penjelasan dari masing-masing tahapan proses pembuatan selai naga kulit

merah daging merah adalah sebagai berikut :

1. Pengupasan dan pemisahan kulit dengan daging buah

Pengupasan buah naga kulit merah daging merah dilakukan dengan

cara mengupas bagian tengah buah naga kulit merah daging merah,

kemudian memisahkan kulit buah dari daging buah dan kemudian daging

buah naga kulit merah daging merah bagian dalam berwarna merah hati

diambil yang akan dijadikan bahan baku selai. Bahan baku pembuatan

(45)

commit to user

selai harus dari daging buah naga kulit merah daging merah yang masih

segar.

2. Penghancuran

Daging buah yang sudah dipisahkan kemudian dilakukan

penghancuran dengan menggunakan blender selama 3 menit dan

ditambahkan air sedikit supaya mempermudah proses penghancuran

daging buah menjadi bubur.

3. Pemasakan

Pemasakan dilakukan dengan mencampur semua bahan utama dan

bahan tambahan. Bahan utama yang digunakan yaitu daging buah naga

kulit merah daging merah yang telah dihancurkan, sedangkan bahan

tambahan yang digunakan adalah gula, jeruk nipis, CMC dan air.

Pemasakan dilakukan selama 5-10 menit dengan suhu 100oC sampai selai

mengental atau bahan menjadi kalis.

Pemanasan dan pemasakan sangat berpengaruh terhadap mutu selai.

Pemanasan dan pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan hasil

selai terlalu keras dan membentuk kristal gula. Sedangkan apabila terlalu

cepat atau singkat, selai yang dihasilkan akan encer. Pengadukan juga

berpengaruh terhadap mutu selai apabila pengadukan dilakukan terlalu

cepat akan menimbulkan gelembung udara yang akan merusak tekstur dan

penampakan akhir.

4. Pendinginan

Setelah dilakukan pemasakan, selai didinginkan. Pendinginan

dilakukan hingga dingin. Setelah didinginkan, tekstur selai menjadi

menggumpal dan tidak lembek. Jika selai masih keadaan panas dan jika

dikemas akan menimbulkan uap yang kemudian mengembun. Sedangkan

jika pendinginan selai terlalu lama akan keras atau menggumpal dan sulit

untuk dikemas.

5. Pengemasan

Setelah proses pemasakan dan pendinginan didalam wadah,

(46)

commit to user

supaya tidak terjadi pengerasan didalam wajan. Selai dapat tahan dalam

jangka waktu yang relatife lama apabila dikemas dengan baik. Pengisian

selai ke dalam botol dapat dilakukan dengan cara setelah selai mulai

dingin.

a. Analisis Sensori

Berdasarkan hasil uji kesukaan selai naga kulitr merah daging merah

dapat diketahui tingkat kesukaan panelis terhadap selai buah naga kulit merah

daging merah yang dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Hasil Karakteristik Sensori Selai Naga Kulit Merah Daging Merah

Sampel Warna Rasa Tekstur Daya Oles

Over all Penambahan gula 100 g, 100 g daging

buah naga kulit merah daging merah 4,13

b

4,23c 3,70b 2,97a 3,77b

Penambahan gula 50 g, 100 g daging

buah naga kulit merah daging merah 3,33

a

3,03a 3,60b 3,83b 3,83b

Penambahan gula 200 g, 100g daging

buah naga kulit merah daging merah 3,10

a

3,63b 2,57a 3,20a 2,83a

Keterangan : bila dalam satu parameter terdapat huruf yang sama “a” maka hasil tersebut

tidak beda nyata, bila dalam satu parameter terdapat dua huruf “a-b / b-c” maka hasil tersebut

beda nyata. Skala yang digunakan adalah : 1 : tidak suka, 2 : kurang suka, 3 : agak suka, 4 : suka dan 5 : sangat suka.

Pada uji organoleptik ini panelis yang berjumlah 30 orang diminta untuk

memberikan penilaian tingkat kesukaan untuk tiap-tiap atribut mutu yang

diujikan seperti warna, rasa, tekstur, daya oles dan overall.

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa selai naga kulit merah daging

merah dengan formulasi diatas memiliki nilai rerata yang berbeda-beda. Dari

hasil uji kesukaan dapat diketahui tingkat kesukaan panelis terhadap Selai

Naga Kulit Merah Daging Merah .

1. Warna

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa formulasi

penambahan gula 100 g dan 100 g daging buah naga kulit merah

daging merah beda nyata dengan penambahan gula 50 g dan 100 g

daging buah naga kulit merah daging merah dan tidak beda nyata

dengan formulasi penambahan gula 200 g dan 100 g daging buah naga

(47)

commit to user

perbedaan warna formulasi penambahan gula 100 g dan 100 g daging

buah naga kulit merah daging merah beda nyata dengan penambahan

gula 50 g dan 100 g daging buah naga kulit merah daging merah dan

beda nyata dengan formulasi penambahan gula 200 g dan 100 g

daging buah naga kulit merah daging merah. Tetapi dari rerata warna

selai yang paling disukai adalah selai dengan formulasi penambahan

gula 100 g dan 100 g daging buah naga kulit merah daging merah.

2. Rasa

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa formulasi

penambahan gula 100 g dan 100 g daging buah naga kulit merah

daging merah beda nyata dengan penambahan gula 50 g dan 100 g

daging buah naga kulit merah daging merah dan beda nyata dengan

formulasi penambahan gula 200 g dan 100 g daging buah naga kulit

merah daging merah. Pada parameter rasa selai yang terpilih adalah

selai dengan formulasi penambahan gula 100 g dan 100 g daging buah

naga kulit merah daging merah dengan penambahan gula 100 g, yaitu

tidak terlalu manis dan rasa asamnya pas.

3. Tekstur

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa formulasi

Penambahan gula 100 g dan 100 g daging buah naga kulit merah

daging merah tidak beda nyata dengan penambahan gula 50 g dan 100

g daging buah naga kulit merah daging merah dan beda nyata dengan

formulasi penambahan gula 200 g dan 100 g daging buah naga kulit

merah daging merah. Tetapi tekstur selai dengan formulasi dengan

penambahan gula 100 g dan 100 g daging buah naga kulit merah

daging merah tidak beda nyata dengan penambahan gula 50 g dan 100

g daging buah naga kulit merah. Artinya dari formulasi dengan

penambahan gula 100 g dan 100 g daging buah naga kulit merah

daging merah tidak beda nyata dengan penambahan gula 50 g dan 100

Gambar

Gambar 2.1 BuahNaga Kulit Merah Daging Merah .........................................
Gambar 2.1 Buah Naga Kulit Merah Daging Merah (Kristanto, 2009)
Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 01-3746-1995
Tabel 2.2 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Buah Naga Kulit Merah Daging Merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan kulit buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap

Penelitian tahap I pembuatan ekstrak kulit buah naga merah dan pengujian ekstrak tersebut, penelitian tahap II pengolahan sosis daging sapi yang ditambahkan ekstrak kulit

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenolik dan flavonoid dalam fraksi kloroform kulit buah naga merah (KBNM) (Hylocereus polyrhizus) serta mengetahui

Tingkat kesukaan panelis terhadap kekerasan gel selai lembar buah naga merah dapat dilihat pada Gambar 10 Hasil penilai uji kesukaan panelis terhadap

Semakin lama waktu pengeringan yang dilakukan maka semakin kecil kadar air teh herbal kulit buah naga merah dan semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar air teh kulit

Berikut ini adalah diagram alir pembuatan sari kulit buah naga sebagai bahan pewarna alami pada selai kulit semangka :.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rasio daging buah pisang mas dan daging buah naga merah berpengaruh nyata terhadap kadar air,

Semakin lama waktu pengeringan yang dilakukan maka semakin kecil kadar air teh herbal kulit buah naga merah dan semakin tinggi suhu pengeringan maka kadar air teh kulit