• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL CAHYANI MUKTI PAMUJI K1210016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL CAHYANI MUKTI PAMUJI K1210016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

ASPEK KEJIWAAN TOKOH UTAMA PADA KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA1

Cahyani Mukti Pamuji, Yant Mujiyanto, Nugraheni Eko Wardani2

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret

Email: muktipamuji644@gmail.com

Abstract

The aim of this research describes psychological aspect of

the main character in the short story collection entitled Leontin

Dewangga written by Martin Aleida. This research uses the qualitative descriptive method with approach of literature psychology by Sigmund Freud. The result of data analysis shows that

the main character in the short story collection entitled Leontin

Dewangga written by Martin Aleida are Kamaluddin Armada,

Abdullah Peureulak, Iramani, Bimbi, Aku (Munah), Aku, and

Huripto. Setting in the short story collection is indicated by setting of spot, time, and social. Internal conflicts are happened in self of the main character. The conclusion of this research shows that short story collection is composed by characters and setting that are not

related from short story with ones. The analysis of literature

psychology can be found that the main characters have the strong id. They tend to avoid the uncomfortable feeling ignoring the reality that they actually can not do that.

Keywords: short story, literature psychology, personality structure

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek kejiwaan tokoh utama pada kumpulan cerpen Leontin Dewangga

karya Martin Aleida. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama atau protagonis yaitu Kamaluddin Armada, Abdullah Peureulak, Iramani, Bimbi,

Aku (Munah), Aku,dan Huripto. Latar dalam cerita diungkapkan

melalui latar tempat, waktu, dan sosial. Konflik batin diri para tokoh

utama terjadi dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga ini.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ketujuh cerpen

1 Artikel ini disusun berdasarkan isi skripsi FKIP UNS dengan judul “Kumpulan Cerpen

Leontin Dewangga Karya Martin Aleida (Tinjauan Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan)”.

2 Tim penulis adalah mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan

▸ Baca selengkapnya: penokohan dalam cerpen tanah air karya martin aleida

(2)

commit to user

tersusun atas penokohan dan latar yang tidak berkaitan antara satu cerpen dengan lainnya. Dari analisis psikologi dapat diketahui bahwa para tokoh utama memiliki id yang dominan dan cenderung melepaskan diri dari segala ketidaknyamanan yang dirasakan.

Kata kunci: kumpulan cerpen, psikologi sastra, struktur kepribadian

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan suatu bentuk karya yang sangat indah dan dapat

menyentuh jiwa pembaca karena karya sastra memuat cerita-cerita yang mampu

membuat hati pembaca ikut larut dan merasakan sesuai dengan perasaan yang

sedang dialami oleh tokoh yang ada dalam cerita. Meskipun sebenarnya cerita dan

peristwa tersebut tidak pernah terjadi tetapi seakan-akan sedang terjadi melalui

penggambaran cerita tersebut. Suharianto (1982: 17) mangatakan bahwa

cerita-cerita yang ditulis oleh pengarang baik berupa cerpen, novel, maupun roman,

biasanya diambil dari cerita-cerita yang ada di sekitar kehidupan pengarang.

Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen atau cerita pendek

merupakan kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata), yang memberikan kesan

tunggal yang dominan dan memusatkan pada suatu tokoh disuatu situasi

(Depdiknas, 2003 : 2010 ). Cerpen sebagai salah satu karya fiksi pada hakikatnya

menawarkan sebuah dunia yang bersifat model-model kehidupan yang diidealkan,

dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya.

Waluyo (2011: 8) menyatakan bahwa unsur-unsur cerita fiksi meliputi:

tema, cerita, plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau

tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau point

of view, latar belakang atau back-ground, dialog atau percakapan, gaya

bahasa/gaya bercerita, waktu cerita dan waktu penceritaan, dan amanat.

Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan oleh pengarang dan dibuat mirip dengan dunia

nyata lengkap beserta peristiwa-peristiwa yang terjadi. Unsur-unsur inilah yang

secara langsung membangun sebuah cerita.

Salah satu karya sastra yang memberikan nilai-nilai pendidikan yang dapat

memberikan motivasi pembaca untuk mewujudkan manusia yang berilmu,

▸ Baca selengkapnya: nilai moral cerpen tanah air'' karya martin aleida

(3)

commit to user

Dewangga karya Martin Aleida (2003). Leontin Dewangga merupakan sebuah

buku fiksi berbentuk kumpulan cerpen yang sarat akan kritik sosial terhadap

tragedi pada masa itu. Leontin Dewangga terdiri atas tujuh belas cerpen. Tiga

cerpen yang pertama di antaranya Malam Kelabu, Leontin Dewangga, dan Ode

untuk Selembar KTP berlatar peristiwa 1965. Peristiwa 1965 yang diawali dengan

penculikan para jenderal oleh pasukan Cakrabirawa pada subuh, 1 Oktober 1965,

merupakan konflik terpanjang dalam sejarah nasional setelah merdeka.

Satu-satunya konflik vertikal dan horizontal yang merombak tatanan politik, ekonomi,

dan sosial bangsa Indonesia secara drastis. Christopher Buler (dalam Suwarna,

dkk. 2013: 186) menilai bahwa tragedi bukan hanya akan memberikan efek moral,

tetapi juga nilai edukatif berupa pemahaman kepada pembaca tentang

nilai-nilai edukatif moral seperti apa yang tengah dijelaskan dan yang harus dibutuhkan

sebagai pencerah moral yang akhirnya akan menjadi pemikiran manusia.

Penelitian yang baik haruslah memiliki tujuan yang baik dan jelas serta

memiliki arah dan tujuan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk

mendeskripsikan: (1) Struktur kumpulan cerpen Leontin Dewangga karya Martin

Aleida, (2) Aspek kejiwaan para tokoh utama yang terdapat dalam kumpulan

cerpen Leontin Dewangga karya Martin Aleida, (3) Nilai pendidikan yang

terkandung dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga karya Martin Aleida.

Pendekatan strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan

(penelitian) kesusastraan yang menekankan kajian hubungan antara unsur-unsur

pembangun karya sastra yang bersangkutan. Analisis struktural dapat dilakukan

dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendefinisikan fungsi dan hubungan

antarstruktur intrinsik. Identifikasi dan deskripsi misalnya tema dan amanat, plot,

tokoh, penokohan, latar, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005).

Cerpen adalah salah satu karya sastra yang terbangun oleh unsur-unsur

yang secara garis besar dibagi atas dua bagian. Nurgiyantoro (2005: 23) membagi

unsur pembangun karya sastra prosa fiksi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang

berasal dari dalam karya sastra itu sendiri yang meliputi peristiwa, cerita, plot,

(4)

commit to user

Sedangkan, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra

itu sendiri, tetapi secara tidak langsung memengaruhi karya sastra. Akan tetapi,

dalam penelitian ini hanya akan diuraikan unsur-unsur intrinsik yang secara

langsung berkaitan dengan penelitian yaitu penokohan, dan latar.

Penokohan menggambarkan karakter pelaku yang diketahui karakternya

dari cara bertindak, ciri fisik, serta lingkungan tempat tinggal. Pembedaan tokoh

menurut Nurgiyantoro (2005: 176) dibagikan dalam dua jenis yang dilihat dari

kepentingan tokoh atau tingkat peranan, yaitu: (1) tokoh utama, yaitu tokoh yang

ditampilkan terus menerus atau paling sering diceritakan, dan (2) tokoh tambahan,

yaitu tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali saja dalam sebuah cerita.

Setting atau latar dalam sebuah karya sastra dihadirkan dengan fungsi

untuk mengidentifikasi keadaan dan situasi dalam rangkaian cerita. Secara

sederhana, Rampan (1995: 42) mengatakan bahwa latar atau bertumpu pada

tempat dan waktu yang melatarbelakangi sebuah cerita. Sementara itu, Semi

(1993: 46) berpendapat bahwa latar/setting merupakan lingkungan terjadinya

peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam cerita. Lebih lanjut

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 216) mengatakan latar atau disebut juga

sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Kumpulan cerpen ini selanjutnya dianalisis menggunakan pendekatan

psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra dipilih berdasarkan kesesuaian

antara teknik analisis dengan objek yang dianalisis. Psikologi sastra memberikan

perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-usur kejiwaan tokoh-tokoh

fiksional yang terkandung dalam sastra. Analisis struktural sastra disebut juga

pendekatan objektif dan menganalisis unsur intrinsiknya. Penilaian yang diberikan

dipandang dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan

keharmonisan semua unsur pembentuknya. Wellek & Warren (dalam Kurniawan,

2014: 108) menyatakan bahwa hubungan antara sastra dengan psikologi adalah di

satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia. Di

pihak lain, psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan

(5)

commit to user

terjamah sebelumnya, sehingga hasilnya merupakan kebenaran yang mempunyai

nilai-nilai artistik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra

tersebut. Ketujuh cerpen tersebut akan dikaji menggunakan teori psikoanalisis

Sigmund Freud mengenai struktur kepribadian.

Freud (dalam Miderop, 2010: 20) membagi kepribadian terdiri atas tiga

aspek, yaitu Das Es atau Id, Das Ich atau Ego, dan Das Ueber Ich atau Superego.

Das Es atau Id merupakan aspek biologis dan sebagai lapisan kejiwaan yang

paling dasar. Das es atau id (aspek biologis) merupakan sistem kepribadian yang

asli dan sumber dari semua energi dan dorongan. Id berisikan segala sesuatu yang

secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir (unsur-unsur biologis),

termasuk insting-insting. yaitu naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif),

termasuk keinginan-keinginan yang direpresi. Id berfungsi untuk mencapai

kepuasan bagi keinginan nalurinya sesuai prinsip kesenangan.

Das Ich atau Ego merupakan aspek psikologi dari kepribadian yang timbul

karena kebutuhan untuk berhubungan dengan dunia kenyataan (realita). Ego

adalah devirat id yang bertugas menjadi perantara kebutuhan instingtif dengan

keadaan lingkungan untuk mencari objek yang tepat guna mereduksi tegangan.

Dengan kata lain, peran ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan

yang bersifat naluri-naluri dengan keadaan lingkungan.

Das Ueber Ich atau TheSuperego merupakan aspek psikologi kepribadian

yang fungsi pokoknya menentukan benar salahnya atau susila tidaknya sesuatu.

Dengan kata lain, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Superego dibentuk melalui jalan internalisasi, artinya larangan perintah dari luar

diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Fungsi pokok

superego terlihat dalam hubungannya dengan ketiga sistem kepribadian, yaitu

merintangi impuls-impuls id terutama impuls seksual dan agresif, mendorong ego

untuk lebih mengejar hal-hal moralitas dan mengejar kesempurnaan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Moleong

(6)

commit to user

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu individu, keadaan,

gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati. Dalam hal ini peneliti

mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan

hubungan kausal fenomena yang diteliti. Sumber data berupa dokumen. Teknik

pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu

melakukan pengambilan data diambil dari dokumen kumpulan cerpen Leontin

Dewangga karya Martin Aleida yang dapat mendukung data penelitian. Sampel

yang yang dapat mewakili jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan

dari ketujuh belas cerpen tersebut diambil tujuh cerpen, yaitu: Malam Kelabu,

Leontin Dewangga, Ode untuk Selembar KTP, Keteguhan Namamu, Bmibi, Aku

Sepercik Air, Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika, dan 3033 (PenjudiTogel dan

Warisannya).Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengkaji

dokumen dan arsip (content analysis). Validitas data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu teknik triangulasi teori. Penelitian ini menggunakan teknik

analisis mengalir (flow model of analysis), yaitu: (1) pengumpulan data; (2)

reduksi data; (3) penyajian data; dan (4) penarikan simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis struktur kumpulan cerpen Leontin Dewangga diarahkan pada dua

unsur, yaitu penokohan dan latar. Ketiga unsur ini berfungsi sebagai pendukung

analisis psikologi sastra. Dilihat dari segi tokoh dan penokohan, maupun latar,

Leontin Dewangga memiliki karakter dan kekhasan yang berbeda-beda meskipun

cerpen-cerpen di dalamnya disatukan oleh satu tema yang sama yaitu cinta.

Unsur tokoh dan penokohan dalam Leontin Dewangga terdapat beberapa

tokoh yang diceritakan. Tokoh utama di masing-masing cerpen dalam kumpulan

cerpen Leontin Dewangga, yakni Kamaluddin Armada dalam cerpen Malam

Kelabu, Abdullah dalam cerpen Leontin Dewangga, Iramani dalam cerpen Ode

untuk Selembar KTP, Bimbi dalam cerpen Keteguhan Namamu, Bimbi, Aku

dalam cerpen Aku Sepercik Air, Aku dalam cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada

Fisika, Huripto dalam cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya). Ketujuh

(7)

commit to user

diceritakan terus menerus dalam cerita. Penggambaran karakter tokoh lebih detail

dan utuh daripada tokoh lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kedelapan tokoh

dalam masing-masing cerita tersebut adalah tokoh utama dalam kumpulan cerpen

Leontin Dewangga. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2005: 176)

yang menyatakan bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang ditampilkan secara

terus menerus atau paling sering diceritakan dalam sebuah cerita.

Tokoh tambahan yang terdapat dalam kumpulan cerpen ini ialah Partini

Mulyoraharjo dan Pak Carik Kelurahan Laban dalam cerpen Malam Kelabu.

Dewangga Suciati dalam cerpen Leontin Dewangga. Tatiana dalam cerpen Ode

untuk Selembar KTP. Paman dan suami Bimbi dalam cerpen Keteguhan Namamu,

Bimbi. Nizam (Suami tokoh Aku), Fadilla, dan Lailan Hanum dalam cerpen Aku

Sepercik Air. Saiman Panatagama dan orangtuanya dalam cerpen Tak Ada Jumat

Tak Ada Fisika. Renowo, John Towel dan Ketua RT dalam cerpen 3033 (Penjudi

Togel dan Warisannya). Tokoh-tokoh tambahan tersebut hanyamuncul sekilas

atau sekejap dalam cerita. Tokoh tambahan tersebut ada yang bersifat protagonis

dan antagonis di dalam jalannya cerita.

Sedangkan, dalam unsur latar atau setting dikategorikan tiga jenis yaitu

latar tempat, waktu, dan sosial. Latar yang digambarkan dalam kumpulan cerpen

Leontin Dewangga bisa memberikan pengaruh nuansa dalam cerita, dengan

penyampaian latar yang baik maka pembaca seakan-akan diajak masuk oleh

pengarang ke dalam latar cerpen tersebut. Kumpulan cerpen Leontin Dewangga

juga menunjukkan tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Hal

itu sejalan dengan pernyataan Nurgiyantoro (2005: 227) yang mebagi latar ke

dalam tiga jenis yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat adalah tempat yang menunjuk pada lokasi kejadian atau

peristiwa. Nama tempat yang digunakan, yaitu nama tempat yang nyata, misalnya,

nama kota, instansi atau tempat-tempat tertentu. Penggunaan nama tempat

haruslah tidak bertentangan dengan sifat atau geografis tempat yang bersangkutan,

karena setiap latar tempat memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri. Latar

tempat dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga, di antaranya rumah berjalan

(8)

commit to user

menuju daerah Soroyudan dan berakhir di jembatan Bacem dalam cerpen Malam

Kelabu. Kamar rumah sakit dalam cerpen Leontin Dewangga. Di rumah tepatnya

di beranda dalam cerpen Ode untuk Selembar KTP. Rumah paman, lalu diikuti

latar tempat di Kramatwatu, Merak dan kota Jakarta dalam cerpen Keteguhan

Namamu, Bimbi. Jakarta, Sungai Asahan, di tepi jalan raya Gunung Sahari yang

berada di atas tebing Ciliwung, dan daerah Rajawali dalam cerpen Aku Sepercik

Air. di atap gerbong, stasiun Cawang, stasiun Pasar Minggu, stasiun Gondangdia,

dan kantor polisi dalam cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika. lapangan

sepakbola, gerobak rokok, di sebuah gang, rumah Renowo, di jalan raya, dan di

dalam mobil dalam cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya).

Latar waktu berkaitan dengan kapan peristiwa terjadi. Latar waktu yang

diceritakan sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penggambaran waktu yang

digunkan dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga berupa penunjukan waktu

pagi, siang, sore, dan malam. Selain itu, latar waktu dalam kumpulan cerpen ini

kadang terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama karena terkadang alur

ceritanya flashback.

Latar sosial merujuk pada beragam hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat pada wilayah tertentu, yang meliputi masalah

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir,

serta hal-hal spiritual. Latar sosial dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga ini

adalah kehidupan bangsa saat itu, yakni kehidupan sebelum atau setelah peristiwa

G-30S dalam cerpen Malam Kelabu, mengadu peruntungan di Jakarta melalui

beragam cara pekerjaan pada masa sebelum atau sesudah peristiwa G-30S dalam

cerpen Leontin Dewangga. Kehidupan mantan tahanan penjara pada zaman Orde

Baru dengan berbagai masalah kehidupan setelah ia bebas dari penjara dalam

cerpen Ode untuk Selembar KTP. Pekerjaan Bimbi sebagai seorang konsultan

dalam cerpen Keteguhan Namamu, Bimbi. kesenjangan sosial atau kehidupan

yang sangat berbeda antara orang kaya dan orang miskin dalam cerpen Aku

Sepercik Air. Pernik kehidupan seorang pensiunan dalam cerpen Tak Ada Jumat

(9)

commit to user

yang sebagai penjual rokok sekaligus penjudi dan Renowo sebagai bandar togel

dalam cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya).

Hasil penelitian berupa analisis aspek kejiwaan tokoh utama pada

kumpulan cerpen Leontin Dewangga karya Martin Aleida, yaitu berpangkal dari

pembahasan terhadap aspek penokohan yang terdapat dalam analisis struktural,

sehingga dapat dikatakan bahwa analisis aspek kejiwaan tokoh utama melalui

pendekatan psikologi sastra merupakan tindak lanjut dari analisis struktural.

Aspek kejiwaan dari para tokoh utama dalam kumpulan cerpen ini akan diteliti

unsur psikologi sastra dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan pelaksana

perwatakan, yang digambarkan memiliki perkembangan atau konflik yang

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Sigmund Freud (dalam Minderop, 2010: 20) membagi susunan

kepribadian menjadi tiga sistem yaitu: (1) Das Es atau Id adalah aspek biologis

dan sebagai lapisan kejiwaan yang paling dasar. Das es atau id (aspek biologis)

merupakan sistem kepribadian yang asli dan sumber dari semua energi dan

dorongan. Id bermanfaat sebagai prinsip kesenangan yang bertujuan untuk

membebaskan seseorang dari konflik, sehingga id dominan untuk meredakan

ketegangan yang terjadi dalam diri manusia.; (2) Das Ich atau Ego adalah aspek

psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk

berhubungan dengan dunia kenyataan (realita). Peran ego ialah menjadi perantara

antara kebutuhan-kebutuhan yang bersifat naluri-naluri dengan keadaan

lingkungan.; (3) Das Ueber Ich atau Superego adalah aspek sosiologi kepribadian,

merupakan yang fungsi pokoknya menentukan benar salahnya atau susila

tidaknya sesuatu. Dengan kata lain, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral

masyarakat. Fungsi pokok superego terlihat dalam hubungannya dengan ketiga

sistem kepribadian, yaitu merintangi impuls-impuls id terutama impuls seksual

dan agresif, mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal moralitas dan mengejar

kesempurnaan. Penelitian tersebut dibahas dengan dilihat dari setiap aspek

psikologi tokoh utamanya.

Dorongan id dalam diri Kamaluddin Armada pada cerpen Malam Kelabu

(10)

commit to user

yang kehilangan Partini Mulyoraharjo dan keluarganya yang dibunuh. Tindakan

itu berupa bunuh diri, super ego berupa rasa bersalah diungkapkan Kamaluddin

Armada kepada Tuhannya.

Id dalam diri Abdullah pada cerpen Leontin Dewangga sangat

mendominasi berupa rasa cinta yang luar biasa hebatnya terhadap Dewangga

Suciati. Abdullah tidak sama seperti laki-laki kebanyakan yang

mempermasalahkan keperawanan yang hilang. Super ego yang bersifat rasa

menyesal karena telah memilih Dewangga Suciati tidak ada dalam diri Abdullah,

ia tetap cinta sampai Dewangga menutup mata untuk selama-lamanya.

Id sangat mendominasi diri Iramani dalam cerpen Ode untuk Selembar

KTP, ia tak lagi memikirkan jutaan rupiah yang dihabiskan untuk menyogok

oknum aparatur dalam pembuatan KTP. Ia hanya ingin menebus pembebasan

terakhir sebelum ia mati. Ego yang berperan sebagai sarana pemikiran yang

mengontrol keberadaan id dan super egotak mampu mengatasi. Super ego dalam

diri Iramani pun tak tampak, walaupun Tatiana menasihati dan menjelaskan

kepadanya. Superego yang seharusnya berupa penyesalan tak terlihat.

Superego dalam bentuk rasa bersalah dan meneyesal muncul dalam diri

Bimbi pada cerpen Keteguhan Namamu, Bimbi mengenai perihal mengapa ia

tidak berterima kasih pada laki-laki yang telah menolong mobilya saat pecah ban

waktu itu. Dan mengenai hal tersebut paman Bimbi tidak sama sekali marah.

Pamannya malah merasa nasihat yang selama ini ia berikan telah diikuti dengan

baik oleh Bimbi. Akan tetapi, superego itu tetap besar dalam diri Bimbi.

Ego yang seharusnya bertindak sebagai sarana pemikiran yang mengontrol

keberadaan id dan super ego tidak mampu mengatasi dominannya id. Keinginan

tokoh Aku (Munah) dalam cerpen Aku Sepercik Air untuk membunuh suaminya

sudah terlaksana, dirinya merasa tenang atas perbuatannya. Superego yang

seharusnya berupa rasa bersalah dan menyesal karena telah membunuh suami dan

bapak dari anak-anaknya tidak tampak. Tak ada rasa ketakutan dan kecemasan

dalam diri tokoh Aku bahwa besok akan dipenjara. Id tidak memandang benar

tidaknya perbuatan, yang terpenting kesenangan atas lara hati yang telah bebas

(11)

commit to user

Id dalam diri tokoh Aku pada cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika

bermanfaat sebagai prinsip kesenangan yang bertujuan membebaskan dirinya dari

ketegangan atau ketakutan berupa kehilangan persahabatan dengan Saiman yang

mungkin bisa terjadi apabila ia tak melakukan hal-hal berbahaya tersebut.

Id dalam diri Huripto pada cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya)

tidak memandang benar atau tidaknya berjudi. Id dalam diri Huripto berasal dari

dorongan berupa anganan memiliki kredo. Berjudi, setidaknya bisa membuat

hatinya lebih sejuk tenteram melalui angan-angan kemenangan perjudian karena

ia merasa regangan sarafnya menjadi kendur. Selain itu, kematian dan uang hasil

togel Huripto ternyata mampu mengungkapkan aspek kepribadiannya yang

berkaitan dengan superego adalah hubungan baik Huripto dengan masyarakat.

Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Sangidu (2004: 11)

bahwa psikologi sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra

sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang

diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner yang ada di dalamnya atau mungkin juga

diperankan oleh tokoh-tokoh faktual. Psikologi dan sastra secara tidak langsung

mempelajari kehidupan manusia. Sedangkan, secara fungsional psikologi dan

sastra mempelajari kondisi kejiwaan orang lain, yang mana di dalam psikologi

gejala tersebut nyata, namun dalam sastra bersifat imajinatif.

SIMPULAN DAN SARAN

Dilihat dari aspek struktural yang sesuai dalam penelitian ini, ketujuh

cerpen dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga tersusun atas penokohan dan

latar yang tidak berkaitan antara satu cerpen dengan cerpen yang lainnya.

Penokohan atau penggambaran tokoh dapat diungkapkan melalui peranan yang

dimainkan para tokoh dalam cerita tersebut. Tokoh-tokoh utama dan protagonis

yang ditampilkan ialah Kamaluddin Armada, Abdullah, Iramani, Bimbi, Aku

(Munah), Aku, Huripto. Sedangkan, latar yang digunakan dalam cerita

diklasifikasikan menjadi latar tempat, waktu, dan sosial.

Struktur kepribadian memiliki tiga unsur, yaitu Das Es atau Id, Das Ich

(12)

commit to user

kepribadian tersebut memengaruhi pola pemikiran, tingkah laku, serta kejiwaan

para tokoh utama dalam Leontin Dewangga. Berdasarkan analisis psikologi dapat

diketahui bahwa para tokoh utama memiliki id yang kuat dan cenderung ingin

melepaskan diri dari bentuk apapun ketidaknyamanan yang dirasakan dalam

hidup tanpa melihat kenyataan yang ada.

Penelitian ini diharapkan dapat menberikan gambaran karya sastra yang

bisa digunakan sebagai bahan ajar dalam apresiasi sastra. Beberapa cerpen dalam

kumpulan cerpen Leontin Dewangga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar. Hal

ini dikarenakan ceritanya sederhana dan mudah dipahami dibantu debgan

pengemasan bahasa yang baik, maka cerpen ini cocok dijadikan sebagai materi

ajar baik di SMP maupun di SMA. Cerpen ini cocok sekali dijadikan bahan ajar di

SMP kelas IX semester 1 sesuai kurikulum yang berlaku. Cerpen yang dapat

dijadikan sebagai bahan ajar tersebut dari ketujuh cerpen yang dianalisis dalam

penelitian ini diantaranya; cerpen Ode untuk Selembar, cerpen Keteguhan

Namamu, Bimbi, cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika, dan cerpen 3033

(Penjudi Togel dan Warisannya). Cerpen-cerpen ini memiliki nilai-nilai didik

kehidupan yang dapat diambil oleh guru untuk digunakan sebagai bahan ajar

dalam pembelajaran sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Aleida, Martin. (2003). Leontin Dewangga. Jakarta: Buku Kompas.

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rieneka Cipta

Kurniawan, Eka. (2014). “Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Didik dalam

Kumpulan Cerpen Sepotong Hati yang Baru Karya Tere Liye”. Skripsi

tidak diterbitkan. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Minderop, A. (2010). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh

Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Moleong, J. L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah University

(13)

commit to user

Rampan, Korrie Layun. (1995). AliranJenis Cerita Pendek. Flores-NTT: Nusa

Indah.

Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat.

Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Gajah Mada.

Semi, M. A. (1993). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Suharianto, S. (1982). Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta :Widya Duta.

Suwarna, D., Meilinawati, L. R.., dan Priyatna, A. (2013). Tragedi dalam 5

Cerpen Martin Aleida. Dalam Jurnal Al-Tsaqafa UIN Sunan Gunung Djati

Bandung Vol. 10, No.2, hal: 183-193

Waluyo, H. J. (2011). Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi . Surakarta: UNS

Referensi

Dokumen terkait

The strategy used is note-tak:ing, and the title that the writer takes for this thesis is 'Note-Taking Strategy In Reading Comprehension Based On SPARe

Pratomo Djati Nugroho,

Berbeza dengan responden di Indonesia, dapatan kajian menunjukkan lebih daripada separuh iaitu 111 orang (74 peratus) menyifatkan hidup mereka tidak ada perubahan selepas

[r]

penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli barang yang ditawarkan itu dapat. membuat kesepakatan dengan

keselamatan adalah penting mengingat kebanyakan kecelakaan terjadi pada tenaga kerja baru yang belum terbiasa dengan bekerja secara hati-hati. Pelatihan keselamatan kerja

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran dan surat penetapan penyedia barang pelaksanaan paket pekerjaan Pengadaan Peralatan Perbengkelan pada Dinas Perhubungan,

[r]