• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BIDANG STUDI IPA SISWA KELAS VIII-I MTS NEGERI LUBUKPAKAM TA 2014-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BIDANG STUDI IPA SISWA KELAS VIII-I MTS NEGERI LUBUKPAKAM TA 2014-2015."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH BIDANG STUDI IPA SISWA KELAS VIII-ı MTS NEGERI LUBUK PAKAM TA 2014-2015

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Dasar

OLEH

SITI MAYANG SARI NIM 8136182049

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Siti Mayang Sari. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap Ilmiah Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Bidang Studi IPA Siswa Kelas VIII-ı MTs Negeri Lubukpakam TA 2014-2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah, pada materi zat aditif dan zat adiktif dikelas VIII-ı MTs Negeri Lubukpakam; (2) meningkatkan sikap ilmiah dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah, pada materi zat aditif dan zat adiktif dikelas VIII-ı MTs Negeri Lubukpakam Tahun Pelajaran 2014/2015. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-ı. Tehnik pengambilan data dengan mengumpulkan hasil test evaluasi, observasi kegiatan pembelajaran dan angket sikap ilmiah. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu: 1) Perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi’ dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan jumlah siswa 30 orang. Pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dan observasi (pengamatan) terhadap sikap ilmiah siswa. Analisis data menggunakan tehnik kualitatif dengan mengkaitkan data yang diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah. Hasil test awal sebagai berikut: siswa yang mendapat nilai ≥78 5 orang, rata-rata persentase 10% peringkat baik, siswa yang mendapat nilai ≤78 6 orang, rata-rata persentase 20% peringkat cukup baik, dan siswa yang mendapat nilai <65 terdapat 18 orang dengan peringkat tidak baik. Hasil belajar siklus I, Berdasarkan hasil penelitian diatas Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap ilmiah siswa di kelas VIII-ı MTs Negeri Lubukpakam.

(6)

ABSTRACT

SitiMayang Sari. Efforts to Improve Learning Outcomes And Scientific Attitude By Applying Problem Based Learning Model IPA Study Field Student Class VIII-1 MTs LubukpakamTA 2014-2015.

This study aims to determine: (1) Improving learning outcomes using Problem Based Learning model, the material additives and addictive substances in class VIII-ı MTs Lubukpakam; (2) improve scientific attitude using Problem Based Learning model, the material additives and addictive substances in class VIII-ı MTs Lubukpakam academic year 2014/2015. The population in this study were all students of class VIII-ı. The technique of data collection is to collect test results evaluation, observation of learning activities and scientific attitude questionnaire. This research is a classroom action research namely: 1) Planning; 2) implementation; 3) Observation 'and reflection. This study consisted of two cycles with the number of students 30 people. Collecting data using test results of study and observation (observation) of the scientific attitude of students. Analysis of data using qualitative techniques by linking the data obtained. The results showed that: There was an increase in student learning outcomes by implementing a Problem Based Learning. The first test results as follows: students who scored ≥78 5, the average percentage of 10% ranks well, students who scored ≤78 6, the average percentage of 20% ranks pretty well, and students who scored <65 contained 18 people with no rank well. Results of the first cycle of learning, students who have not completed 23 students completeness percentage is 56.43%, and students who have completed 17 students completeness percentage of 43.58%. Data from observational scientific attitude of students in the first cycle there is an increase that is in meetings II. Cycle II students have not completed 5 10.30%, 87.70% completed 25 people. Results of data has increased the scientific attitude is very good. Based on the result of problem-based learning can improve learning outcomes and scientific attitude of students in class VIII-ı MTs Lubukpakam.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dan Sikap Ilmiah Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Bidang Studi IPA Siswa kelas VIII-1 MTs Negeri Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2014-2015” Ini selesai dengan baik. Tesis ini disusun guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Selawat dan Salam junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu membawa keberkahan bagi kita semua.

Dalam kesempatan ini, penulisdengan kerendahan hati menyampaikan ungkapan rasa terimakasih setulusnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Wisman Hadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang setulus hati membimbing serta memberi motivasi dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. H. Hasruddin, M.Pd., Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si., dan Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si., selaku narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

3. Ibu Dra. Mismah, M,Si., selaku kepala MTs Negeri Lubuk Pakam yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian disekolah yang beliau pimpin, termasuk dalam pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang digunakan selama penelitian.

(8)

5. Ibu Siti Sarah Aini, S.Pd, selaku guru dan kakak kandung yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti selama proses penelitian ini. 6. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang berharga bagi

pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi, serta teman-teman seperjuangan diprodi DIKDAS kelas B1 dan seluruh keluarga besar Prodi DIKDAS Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Ayahanda Drs. H. Syarif Hardi, dan Ibunda Dra. Agusniar, kedua mertua, serta Abang, Kakak, adik yang telah memberikan do’a, dan dorongan semangat, teristimewa untuk Suami tercinta Razali, ST., dan ananda Fadlal Ramadhan Farabi yang selalu memberi do’a, motivasi dan semangat.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Keberkahan dan Ridha Allah selalu bersama kita, semoga kita semua selalu Dalam Lindungan-Nya. Amin.

Medan, 26 Agustus 2015 Penulis

(9)

v

2.1.1 Pengertian Belajar... 13

2.1.2 Hakekat Hasil Belajar IPA ... 15

2.1.3 Hakekat Sikap Ilmiah ... 17

2.1.4 Sikap Ilmiah Dan Pengembangannya ... 20

2.1.5 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 24

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 28

2.1.5.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 29

2.1.5.3 Langkah-langkah Proses Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32

2.1.5.4 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 35

2.1.5.5 Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

2.1.5.6 Keunggulan Dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

2.1.5.7 Keterkaitan Model Pembelajaran berbasis Masalah Dengan Hasil Belajar Siswa ... 39

2.1.5.8 Teori belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Kontruktivisme ... 41

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 44

2.3 Materi Pokok SMP/MTS Semester II ... 48

2.4 Kerangka Konseptual ... 55

(10)

2.4.2 Upaya Menumbuhkan Sikap ilmiah Dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 56

2.5 Hipotesis Tindakan ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

3.1 Lokasi Penelitian ... 57

3.2 Subjek dan Objek Penelitian... 57

3.3 Jenis Penelitian ... 57

3.4 Desain Penelitian ... 58

3.5 Prosedur Penelitian ... 60

3.5.1 Persiapan Tindakan penelitian ... 60

3.5.2 Kegiatan Pelaksanaan tindakan pada Siklus I ... 61

3.5.2.1 Perencanaan ... 61

3.5.2.2 Pelaksanaan Tindakan ... 62

3.5.2.3 Observasi ... 63

4.1.4.1 Data Pengamatan Aktifitas Belajar siswa Siklus I ... 81

4.1.4.2 Data Pengamatan Aktifitas Guru ... 82

(11)

vii

4.2.4 Aktivitas Siswa Siklus II ... 90

4.2.4.1 Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 90

4.2.4.2 Data Pengamatan Aktivitas Guru ... 91

4.2.4.3 Data hasil Belajar Siswa Siklus II ... 92

4.2.4.4 Data Pengamatan Sikap Ilmiah Siswa Siklus II ... 93

4.2.5.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II .. 94

4.2.5.2 Rekapitulasi pengamatan Sikap Ilmiah Siswa Siklus I Dan II ... 96

4.2.5.3 Rekapitulasi data Pengamatan Aktivitas Guru siklus I Dan II ... 96

4.2.6 Refleksi ... 97

4.2.7 Pembahasan ... 97

4.2.8 Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 101

5.1 Simpulan ... 101

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Nilai Semester GenapTahun Ajaran 2012-2013 ... 6

Tabel 2.1 Dimensi Sikap dan Indikator Sikap Ilmiah Siswa ... 22

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah3 ... 33

Tabel 2.3 Bahan Pemanis Sintetik yang Diizinkan Sesuai Peraturan ... 49

Tabel 2.4 Pengaruh Beberapa Bahan Pengawet Terhadap Kesehatan ... 50

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 68

Tabel 3.2 Kisi-kisi Indikator Sikap Ilmiah ... 70

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 75

Tabel 4.2 Pengamatan Kegiatan Siswa Tentang Komposisi Makanan Ringan Dan Minuman Kemasan ... 77

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kegiatan Aktivitas Siswa Percobaan Uji Bakso Dan Mie Instan ... 80

Tabel 4.4 Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa siklus I ... 81

Tabel 4.5 Data Pengamatan Aktivitas Guru ... 82

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I dan II ... 83

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Sikap Ilmiah Siswa ... 84

Tabel 4.8 Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 90

Tabel 4.9 Data Pengamatan Aktivitas Guru ... 91

Tabel 4.10 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan III dan IV ... 92

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Sikap Ilmiah Siswa ... 93

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II ... 94

Tabel 4.13 Rekapitulasi Pengamatan Sikap Ilmiah siswa Siklus I Dan II ... 96

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Data Pengamatan Aktivitas Belajar siswa siklus I ... 82

Grafik 4.2 Data Hasil Belajar Siklus I Pertemuan I dan II ... 83

Grafik 4.3 Hasil Pengamatan Sikap Ilmiah Siswa ... 85

Grafik 4.4 Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 91

Grafik 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 92

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 107

Lampiran 2 Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 116

Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal IPA ... 119

Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 126

Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 130

Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 135

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan suatu pembaharuan terjadi

pada tingkahlaku.Berhasil atau tidaknya belajar tergantung kepada beberapa

faktor. Faktor tersebut antara lain adalah dari dalam diri siswa dan dari luar diri

siswa. Faktor dari dalam diri siswa meliputi sikap ilmiah yang tertanam sejak

melangkah ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP/MTS), dengan sikap

ilmiah dapat menentukan peningkatan hasil belajar siswa. Faktor dari luar yaitu

lingkungan belajar serta model yang digunakan saat pembelajaran. Menurut

Sujana, (1998), belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Hal senada

diungkapkan pula oleh Skinner dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono, (2002).

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku pada saat orang belajar,

maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya

menurun (Mudjiono, 2002).

Dengan demikian, belajar merupakan perubahan perilaku individu atau

seseorang yang disebabkan oleh latihan yang berkesinambungan.Pada umumnya,

defenisi belajar adalah perubahan tingkahlaku, perubahan yang didasari dan

timbul akibat praktek, pengalaman, latihan bukan secara kebetulan. Pengertian

belajar lebih mengarah kepada hasil, sedangkan pengertian pembelajaran lebih

mengarah kepada prosesnya. Menurut Heinich dkk dalam bukunya Suherman

(17)

2

danlingkungan untuk memfasilitasi belajar (Suherman, 2003). Lebih rinci,

pengertian pembelajaran diutarakan oleh Piaget dalam buku Dimyati (2002), yang

menyatakanbahwa, pembelajaran terdiri dari empat langka berikut: (1)

Menentukan topik yang akan dipelajari oleh siswa sendiri; (2) memilih atau

mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut; (3) mengetahui adanya

kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses

pemecahan masalah; (4) melaksanakan penilaian tiap kegiatan, memperhatikan,

keberhasilan, dan melakukan revisi.

IPA hakekatnya dipelajari dan diperoleh serta disusun dengan cara yang

khas atau khusus, yaitu “dengan melakukan observasi, eksperimentasi,

penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara

cara yang satu dengan cara yang lain”, (Abdullah , 1998). Dalam pembelajaran

IPA tercakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya.

Ruang lingkup IPA meliputi makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan

alam semesta, serta proses materi dan sifatnya.

IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di Sekolah

Menengah Pertama (SMP). IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa “Sains (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

(18)

3

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal

ini menunjukkan bahwa, IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan

pembelajaran yang empirik dan faktual. Sebagai proses diwujudkan dengan

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara

produk IPA ditemukan. IPA yang dianggap sebagai produk merupakan akumulasi

hasil upaya perintis IPA terdahulu pada umumnya telah tersusun secara lengkap

dan sistematis dalam bentuk buku teks. Dalam pengajaran IPA seorang guru

dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai

sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling autentik dan

tidak akan habis digunakan.

Di dalam pembelajaran IPA, siswa didorong untuk menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu

tidak lagi sesuai. Pandangan dasar tentang pembelajaran adalah bahwa

pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa harus

didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya. Agar

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk

bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan

berupaya menghasilkan suatu karya dari idenya.

Untuk siswa SMP, umumnya berada pada fase peralihan dari operasional

konkrit menuju operasional formal. Ini berarti, peserta didik SMP/MTS telah

dapat diajak berpikir secara abstrak, misalnya melakukan analisis, inferensi,

(19)

4

pembelajaran IPA dimulai dari situasi yang nyata dulu. Oleh karena itu, kegiatan

pengamatan dan percobaan memegang peran penting dalam pembelajaran IPA

agar pembelajaran IPA tidak sekedar pembelajaran hafalan.

Dari hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa ditingkat SMP/MTS

masih sangat memprihatinkan khususnya mata pelajaran IPA. Dari beberapa

pemantauan yang bersifat formal atau non formal, individu maupun kelompok

masyarakat, saat ini banyak siswa yang mengeluh dalam upaya menerima materi

pada mata pelajaran IPA. Mereka merasa kurang berkenan, bosan, dan kurang

puas. Hal tersebut diperberat dengan kualitas tenaga pendidik dan fasilitas

praktikum yang kurang memadai. Maka terdapat beberapa faktor yang diduga

mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA, yaitu

kurikulum, media, guru dan proses belajar mengajar. Dari faktor-faktor tersebut,

proses pembelajaran merupakan faktor yang cukup penting, karena dalam proses

itu terjadi interaksi antara guru dengan siswa.

Dalam pembelajaran diperlukan kesesuaian antara pengalaman guru dengan

siswa. Kebermaknaan pembelajaran IPA sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan

nyata, karena siswa SMP/MTS sudah mulai dapat menghubungkan alasan yang

bersifat hipotesis. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman dan

pemahaman akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu

diuji dengan pengalaman baru. Di MTs Negeri Lubuk Pakam, diketahui bahwa,

guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab secara sederhana

serta mengadakan praktek perkelompok dengan peralatan yang dibawa sendiri

(20)

5

kurang aktif hanya sibuk dengan aktivitasnya. Guru kurang mengadakan interaksi

dua arah secara menyeluruh, guru hanya memperhatikan siswa tertentu yang aktif

dan lebih banyak mengatasi siswa yang mengganggu proses pembelajaran.

Terlihat pada saat guru menjelaskan, siswa kurang antusias merespon materi yang

diberikan oleh guru, contohnya pada saat salah satu siswa bertanya, siswa lain

kurang berpikir untuk mencari jawaban dan ketika dijelaskan, siswa kurang

merespon jawaban dan penjelasan dari temannya tersebut, siswa juga tidak

menulis pokok bahasan yang telah diuraikan guru, sehingga sikap ilmiah siswa

kurang menonjol ketika diberi tugas kelompok, sementara dalam RPP di anjurkan

agar siswa memiliki sikap ilmiah dalam menyelesaikan setiap persoalan. Selain

pemilihan model pembelajaran, perolehan hasil belajar suatu kegiatan belajar

mengajar juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengolah kelas.

Berdasarkan hasil observasi, data hasil belajar siswa pada bidang studi IPA

masih kurang memuaskan. Oleh karena itu guru berupaya untuk meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam, namun tahun pelajaran

2014/2015, dari data hasil rata-rata nilai belajarbelum terlihat peningkatan yang

drastis, dan hal ini menuntut usaha guru agar dapat menyiapkan siswanya

terutama kelas VIII naik kelas dengan nilai yang memenuhi Kriteria Kemampuan

Minimal. Terlihat dari data dari hasil belajar siswa tahun ajaran 2013-2014 masih

tergolong rendah di bawah KKM, yaitu dapat di lihat dari tabel perolehan nilai

(21)

6

Rata-rata ketuntasan 72,79%

Dari data nilai hasil ujian semester ganjil tahun ajaran 2013-2014, diketahui

bahwa persentase belajar IPA siswa kelas VIII-ı belum memuaskan, banyak

siswa belum tuntas dalam pencapaian hasil belajar terutama pada mata pelajaran

IPA. Sementara Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 78, maka belum terdapat

peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan nilai di atas. Sikap ilmiah siswa

belum tampak dalam proses belajar, terlihat pada saat mengerjakan tugas

kelompok siswa cendrung aktif pada kesibukan masing-masing sedangkan tugas

kelompok dikerjakan oleh ketua kelompok saja. Padahal pelajaran IPA sangat

menarik apabila dibelajarkan dengan model pembelajaran yang mengaktifkan

seluruh siswa, dengan begitu siswa mengerjakan tugas kelompok dengan

menggunakan pemikiran masing-masing sehingga menghasilkan suatu keputusan

(22)

7

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru

dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran (Waluyo, 2000).

Dalam proses belajar mengajar belum didapati guru menggunakan model

pembelajaran yang dapat memicu sikap ilmiah siswa dalam memecahkan suatu

masalah yang di tugaskan dari materi pelajaran. Oleh karena itu peneliti

menggunakan model PBM, dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam

menangkap dan menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru serta

mengaplikasikan dengan sikap ilmiah yang dimiliki siswa sehingga dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dengan model pembelajaran

tersebut dapat memudahkan guru untuk membentuk konsep pembelajaran

sehingga tercapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam

angka rapot, sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan

kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar, (Dimyati dan Mudjiono, 2009).

Dalam rangkaian pembelajaran yang akan di lakukan seorang guru untuk

meningkatkan keberhasilannya dalam pembelajaran, yaitu dengan melihat hasil

belajar siswa dan sikap ilmiah siswa dalam menanggapi suatu persoalan yang di

timbulkan dalam pembelajaran tersebut. Catharina (2005), mengklasifikasikan

tujuan pembelajaran ke dalam lima kategori adalah: (1) kemahiran intelektual

(intelectual skill); (2) strategi kognitif (cognitif strategies); (3) informasi verbal

(23)

8

(attitudes).Sikap mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk

memilih obyek terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja yang spesifik.

Menurut Afrizon (2012), ada beberapa sikap ilmiah yang perlu dimiliki

siswa, antara lain: berbicara berdasarkan fakta, berani berpendapat dan

berargumentasi, memupuk rasa ingin tahu, peduli terhadap lingkungan, kritis dan

ilmiah dalam berpendapat, bertanggung jawab, kerjasama dan jujur. Untuk

menghasilkan siswa yang memiliki sikap ilmiah guru harus dapat menerapkan

model pembelajaran yang dapat menyeimbangkan konsep dan cara berfikir anak,

yaitu dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, guru akan lebih

mudah melihat peningkatan hasil belajar dan siswa akan memiliki sikap ilmiah.

Belajar dengan menggunakan model yang tepat akan membuat siswa aktif

untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Menurut Dewey, (dalam Trianto,

2009), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,

merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.Lingkungan

memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan

sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga

masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari

pemecahannya dengan baik.

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem

Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan

menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta

didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Kemudian

(24)

9

bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran berbasis masalah menyarankan

kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang

relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada siswa

untuk belajar sendiri.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti akan mencoba

memberi masukan kepada guru untuk merubah cara guru membelajarkan IPA

dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan guru.Peneliti akan merubah

penggunaan metode ceramah menjadi ”Model Pembelajaran Berbasis Masalah”.

Model ini merupakan model pembelajaran yang menerapkan keaktifan seluruh

siswa dalam kelompok kerja, dengan demikian siswa aktif dan kreatif dalam

proses pembelajaran.Hal ini menyebabkan siswaakan selalu terlatih

mengembangkan keterampilan memiliki sikap ilmiah dalam memecahkan

masalah dan menerapkan konsep-konsep IPA yang akan dipelajari dan

diaplikasikan ke dalam dunia nyata. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk

mengadakan kajian yang menekankan pada hasil belajar dan sikap ilmiah siswa

dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiahdengan

Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Bidang Studi IPA Siswa

(25)

10

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang terdapat beberapa masalah yang akan diangkat

dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan

sebagai berikut: (1) Model pembelajaran yang digunakan umumnya masih bersifat

konvensional; (2) hasil belajar siswa kelas VIII-ı MTs Negeri Lubuk Pakam pada

bidang studi IPA masih rendah; (3) kurang tumbuhnya sikap ilmiah siswa dalam

proses belajar; (4) model pembelajaran yang dilakukan guru kurang bervariasi; (5)

model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada pelajaran IPA.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

masalah pada: (1) Mengukur hasil belajar siswa dengan mengadakan test tertulis

yang dinilai pada lembar kerja peserta didik; (2) materi pokok dibatasi pada Zat

Aditif dan Zat Adiktif bidang studi IPA tahun ajaran 2014/2015 semester 1 kelas

VIII-ı MTs Negeri Lubuk Pakam; (3) model pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pembelajaran Berbasis Masalah; (4) menumbuhkan sikap

(26)

11

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

(1) Seberapa besar persentase peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa kelas

VIII-ı MTs Negeri Lubuk Pakam dengan menerapkan model Pembelajaran

Berbasis Masalah?

(2) Seberapa besar peningkatan sikap ilmiah siswa dengan menerapkan model

pembelajaran berbasis masalah siswa kelas VIII-ı MTs Negeri Lubuk

Pakam?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Untuk mengetahui persentase peningkatan hasil belajar IPA siswa MTs

Negeri Lubuk pakam kelas VIII-ı, dengan menerapkan model Pembelajaran

Berbasis Masalah.

(2) Untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah siswa MTs Negeri Lubuk

pakam kelas VIII-ı bidang studi IPA pada materiZat Aditif dan zat Adiktif,

(27)

12

1.6 Manfaat Penelitian

Pada Penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), dan PTK ini mempunyai dua manfaat yaitu:

(1) Manfaat teoretis, manfaat teoretis adalah manfaat yang diambil untuk

mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar IPA melalui

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar dan sikap ilmiah siswa.

(2) manfaat praktis pada Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) ini adalah manfaat

yang secara langsung didapat oleh pihak terkait dalam penelitian ini yaitu

siswa , guru, dan sekolah. (1) Manfaat Praktis bagi siswa: Setelah

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah, dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah dengan cara

berfikir tingkat tinggi, sehingga akan lebih bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran. (2) Manfaat Praktis bagi Guru: Dengan meningkatnya hasil

belajar peserta didik karena penggunaan model Pembelajaran berbasis

masalah pada mata pelajaran IPA, maka guru sebagai motor dalam proses

belajar mengajar akan terpacu untuk menggunakan model ini dalam

menyampaikan pembelajaran baik materi pelajaran pendidikan IPA maupun

mata pelajaran lainnya. (3) Manfaat Praktis bagi Sekolah: MTs Negeri

Lubuk Pakam, akan mendapatkan manfaat yang langsung diterapkan oleh

(28)

101

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

dikemukakan beberapa kesimpulan berikut:

1. Upaya menerapkan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah

pada materi zat aditif dan zan adiktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA

dikelas VIII-ı MTs Negeri Lubuk Pakam T.A. 2014/2015.

2. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan sikap ilmiah

siswa pada materi zat aditif dan zat adiktif mata pelajaran IPA kelas VIII-ı

MTs Negeri Lubuk pakam T.A. 2014/2015.

5.2. Implikasi

Hasil yang diperoleh melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, adanya

peningkatan hasil belajar dan sikap ilmiah siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan model PBM. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sesuai

dengan hasil PTK ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah membawa dampak positif

terhadap hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan sangat penting untuk

diterapkan ditingkat SMP/MTs agar dapat memacu sikap ilmiah siswa

(29)

102

3. Penerapan Model PBM pada pembelajaran IPA dapat digunakan sebagai

acuan kreatifitas dan keaktivan siswa dalam memahami dan penguasaan

materi Zat Aditif dan zat Adiktif.

4. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan menggunakan PBM dilengkapi

dengan lembar kegiatan siswa dan embar kegiatan guru yang dirancang

dengan baik.

5. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis masalah pada pembelajaran IPA,

diharapkan guru dapat membangkitkan kreatifitas siswa sehingga siswa

aktiv dalam pembelajaran dapat memecahkan masalah dan mengambil

keputusan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan bersama.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan pengalaman yang dialami peneliti

dan guru bidang stidi setelah melaksakan penelitian ini, beberapa saran yang

diharapkan berguna bagi perbaikan dalam menerapkan model PBM pada

pembelajara IPA dimasa yang akan datang, sebagai berikut:

1. Bagi guru model Pembelajaran Berbasis Masalah hendaknya digunakan

sebagai model pembelajaran yang bukan hanya dibidang studi IPA, akan

tetapi digunakan pada bidang studi lainnya. Dan dalam merancang

pembelajaran guru memperhatikan materi yang akan disampaikan, konsep

pembelajaran dan karakteristik siswa.

2. Rancangan pembelajaran yang diterapkan belum begitu sempurna, untuk itu

(30)

103

kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dalam melakukan kegiatan pembelajaran,

sehingga akan menghasilkan nilai lebih baik dan sikap ilmiah yang tinggi.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah perlu diterapkan disekolah guna

meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa belajar dengan kreatif

dan aktif pada setiap tugas yang diberikan serta menciptakan generasi yang

(31)

104

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:BumiAksara.

Afrizon, Renol., Ratnawulan, fauzi, A., 2012. Peningkatan PerilakuBerkarakter

dan Keterampilan BerpikirKritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang Pada Mata PelajaranIPA-Fisika Menggunakan ModelProblem Based Instruction.

Arends, Richard. (2008). Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani.

New York: McGraw Hill Company.

Arends, RI. 1997. Classroom Intruction and Management. New York. McGraw. Hill Companies, Inc.

Anderson, L. W. & Kathwohl, D. R. 2001. ATaxonomy for Learning, Teaching,

Assessing(Revision of Bloom’s Taxonomy ofeducation Objectives).

Baharuddin.(1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual, Sikap, dan

Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA di Sulawesi Selatan Membangun Model Analog dan Model Mental.

Bandung: Disertasi Pada PPs IKIP Bandung.

Barrows, H. S. (1996). “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief

overview.” In L.Wilkerson & W. H. Gijselaers (Eds.), Bringing problem-based learning to higher education: Theory and practice (pp. 3-12). San

Francisco: Jossey-Bass.

Boud & Felleti (1998). The Challenge Of Problem-Based Learning. Kogan Page.

Sydney,Australia.

Brotowidjoyo, Mukayat D. (1985). Penulisan Karangan Ilmiah.Jakarta: Akademika Pressindo.

Catharina, T. (2005). Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES

Cahyadi Wisnu. (2009), Analisis dan Aspek kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1988). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

(32)

105

Dimyati dan Mudjiono, (2009).Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakhriyah (2014),Penerapan problem based learning dalam upaya

mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. PGSD FKIP

UMK.

Gagne, R. M., & Bringgs, L. J. 1979. Principle of instructional design. New York:

Holt Rinehart and Winston.

Hasruddin, (2009). Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan

Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed.6 (1): 48-60.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Halizah and Ishak R. (2008). Creative Thinking Skill Approach Through

Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the EngineeringClassroom.

International Journal of Social Sciences.

Harlen (1996). Jurnal Pelangi Ilmu Volume 2 No. 5, Mei 2009Penilaian Sikap

Ilmiah dalam pembelajaran Sains.

Ibrahim, dan Nur. (2004). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Penerbit UNESA.

Kamala Izzatin. (2011). “Peningkatan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Pembelajaran IPA Kelas VII B di SMP Negeri 1 Sayegan”.

Klien, S.B. (1996), Learning Principles and Applications. New York:

McGraw_Hill, Inc.

Mahendra, (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD. Journal Mimbar PGSD Universitas

PendidikanGanesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

.

Mudjiono, (2002). Belajar Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

.

Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sanjaya W, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W, (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

(33)

106

Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suprihatiningrum J, (2012), Reigeluth,C.M. (1983), Intructional desigh Theories

and Model london: New Jersey, lawrence erlbaum Associates publisher.

Suherman, (2003). Strategi pembelajaran matematika kontenporer.Bandung: UPI.

Shahram, (2002). Learning Theories. Diakses dari alamat http: http:

//cmap.upb.edu.co/rid=1155658100609_1605921141_13667/learning%2 0 theorie.ppt. pada tanggal 26 Februari 2015.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rhineka

Cipta, Jakarta.

Suprihatiningrum J, (2012). Strategi Pembelajaran teori dan Aplikasi. Jakarta:

AM. Media.

Trianto, (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Trianto, (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. (2010).Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Waluyo. (2000). StrategiPembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.

Winkel, W.S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Herson

Gambar

Gambar Gambar  3.2 Alur  Pelaksanaan PTK  .............................................................
Grafik  4.1 Grafik  4.2
Tabel 1.1 Perolehan Nilai Tahun Ajaran 2013-2014

Referensi

Dokumen terkait

Sidang isbat yang dilaksanakan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tidak mengedepankan egoisasi politik, campur tangan pemerintah. Tidak hanya bersandar pada hasil rukyah

Siswa (anggota kelompok) dari beberapa kelompok dengan masalah/problem yang sama berkumpul dalam satu kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli untuk

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

ekstrak  kasar  metanol.  Fukosantin  terkonfirmasi  pada  panjang  gelombang  maksimum  (maks) 447  nm  pada  spektrum  UV.  Puncak  monoisotopik  ion 

Proses penyusunan RPJM Desa, pada urutan pembentukan tim penyusun RPJM Desa, penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota, dan pengkajian keadaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif terjadi pada partisipan karena pemberian uang saku dari orang tua yang dapat dibelikan sesuatu

Jarak antara tiap individu dapat diketahui dengan membaca tabel 4, pada Pericrocotus cinnamomeus dan Pericrocotus flammeus memiliki jarak terkecil yaitu sebesar 1,732 ,

Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya sebuah keluarga. Apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat, maka antar