Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak dan Mandailing
Di Desa Pargarutan Julu Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Sri Wahyuni Harahap
Nim. 3103122055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak dan Mandailing Di Desa Pargarutan Julu Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak Mandailing dan Untuk mengetahui persepsi orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni halak Padangbolak dan orang Mandailing terhadap julukan kolit ni halak Mandailing, selain itu juga penelitian ini bertujan untuk mengetahui dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak Mandailing menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial orang Padangbolak dan orang Mandailing dengan suku lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan deskriptif dengan objek orang Padangbolak dan Mandailing yang menetap di Desa Pargarutan Julu, kecamatan Angkola Timur, kabupaten Tapanuli Selatan, dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara yang ditentukan melalui Purposive sampling yakni menentukan secara sengaja informan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu enam orang Padangbolak, lima orang Mandailing dan tokoh masyarakat yaitu raja Ihutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stereotip itu terbentuk oleh kategori sosial yang merupakan upaya individu untuk memahami lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, ketika individu menghadapi sekian banyak orang di sekitarnya, individu akan mencari persamaan-persamaan antara sejumlah orang tertentu dan mengelompokkan mereka kedalam satu kategori. Namun pada gilirannya kategori sosial ini justru mempengaruhi cara pandang seseorang yang sudah dimasukkan kedalam kelompok tersebut..
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orang Padangbolak itu tidak memiliki sifat dengki (gutgut) hanya saja memiliki sikap yang keras karena dilihat intonasi suaranya ketika berbicara yang sangat keras. Orang Mandailing menganggap bahwa mereka sudah terbiasa dengan sikap dan sifat orang Padangbolak yang keras. Hal itu terjadi karena kurangnya interaksi dan pendekatan, tersebut sehingga julukan gutgut ni halak padangbolak adalah stereotip. Sama halnya dengan manipol yang melekat pada orang Mandailing bahwa julukan mandailing polit adalah tuduhan yang tidak terbukti sehingga dapat disimpulkan sebagai stereotip.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia dan kemudahan serta ridha-Nya, untuk
menyelesaikan skripsi dengan judul : Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak
dan Mandailing Di Desa Pargarutan Julu Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Tidak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak
yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini . Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih banyak dan kerendahan hati
kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah
memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Dra.
Puspitawati, M,Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan nasihat
5. Ibu Supsiloani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang
telah memberikan masukan, nasehat dan motivasi selama proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si dan Ibu Dra. Trisni Handayani, M.Si selaku
dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan
dan penyelesaian skripsi ini.
7. Dosen-dosen Pendidikan Antropologi UNIMED yang telah banyak sekali
memberikan bantuan, arahan, semangat, serta motivasi sehingga
terselesaikan skripsi ini.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis ayahanda tercinta Alm.
Ismail Efendi Harahap sebagai wujud kasih sayang penulis kepada beliau
dan membuktikan keberhasilan penulis kepada beliau dan ibunda tercinta
Misrawati Siregar, terimaksih sudah menjadi ibu yang hebat untuk penulis,
serta doa, dukungan dan nasehatnya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
9. Terkhusus dan penulis banggakan adek Deviana Safitri Harahap, adek
Ismaito Harahap, adek Khoirunnisa Harahap yang memberi doa dan
dukungan serta semangat yang luar biasa bagi penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan
10. Kepada sahabat-sahabat saya Fira Gustina, Anisa Mutmainah, Winda
Fitria, Irma Ries Verany sebagai sahabat berbagi ilmu, tawa, sedih dan
11. Kepada kawan-kawan PPL SMA NEGERI 1 TEMENG, khususnya buat
Riza Handayani Siregar dan Febry yang selalu menyemangati penulis,
semoga cepat menyusul.
12. Buat Sonya Indri Sebayang teman seperjuangan untuk penyusunan skripsi
dan kepada semua teman Antropologi stambuk 2010 yang tidak bisa
penulis sebut satu persatu, akhirnya kita sampai ke akhir perjalanan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Yes We Can
13. Terima kasih juga buat kak Ayu Febriani dan Anisa Rodiah Harahap yang
telah membantu penulis dalam menyusun administrasi.
Serta kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian serta diberikan berkah dan
rahmat-Nya. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi semua
pihak.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 6
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Stereotip ... 8
2.1.2 Masyarakat ... 12
2.1.3 Padangbolak ... 13
2.1.4 Mandailing ... 14
2.2 Kerangka Teori ... 15
2.2.2 Teori Identitas Sosial ... 14
2.2.3 Teori Kategorisai Diri ... 16
2.2.4 Teori Penilaian Sosial ... 16
2.3 Kerangka Berfikir ... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.2 Lokasi Penelitian ... 19
3.3 Informan ... 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
3.5 Teknik Analisis Data ... 22
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24
4.1.1 Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Tapanuli Selatan ... 24
4.1.2 Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Kecamatan Angkola Timur... 27
4.1.3 Letak Wilayah Desa Pargarutan Julu ... 28
4.2 Keadaan penduduk ... 28
4.2.1 Pendidikan ... 30
4.2.2 Mata Pencaharian ... 32
4.2.3 Agama ... 33
4.3 Sarana dan Prasarana ... 34
4.4.1 Bahasa ... 38
4.4.2 Kesenian ... 39
4.4.3 Organisasi Sosial... 40
4.4.4 Tradisi... 42
4.5 Pengertian Gutgut (Dengki) ... 44
4.6 Pengrtian Kolit (Pelit) ... 45
4.7 Latar Belakang Munculnya Julukan Gutgut Ni Halak Padangbolak Kolit Ni Halak Mandailing ... 48
4.8 Persepsi Orang Padangbolak Terhadap Julukan Gutgut Ni Halak Padangbolak ... 51
4.9 Persepsi Orang Mandailing terhadap Julukan Kolit Ni Halak Mandailing... 53
4.10 Dampak Julukan Gutgut Ni Halak Padangbolak Kolit Ni halak Menghambat Komunikasi Terhadap Hubungan Sosial ... 56
4.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Stereotip ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA
DAFTAR INFORMAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu Berdasarkan
Jenis Kelamin...29
2. Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu
Berdasarkan Tingkat Usia ...30
3. Tabel 3 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ...31
4. Tabel 4 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu Berdasarkan
Mata Pencaharian ...33
5. Tabel 5 Sarana dan Prasarana Desa Pargarutan Julu ...34
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan
sukubangsa saling berdekatan dengan perbedaan ras, maka ciri-ciri ras yang
sebenarnya adalah ciri-ciri biologi mempunyai makna sebagai ciri-ciri sosial di
dalam hubungan antar masyarakat. Ciri-ciri fisik yang bermakna sosial ini
menjadi simbol masyarakat.
Keanekaragaman suku bangsa merupakan masalah global, hampir seluruh
Negara di dunia memiliki keanekaragaman suku, etnis dan agama.
Keanekaragaman tersebut tentunya ditandai dengan keberagaman kebubudyaan
antara satu dengan yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan tatanan
pengetahuan, bahasa, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, dan konsep tentang
alam semesta.
Keanekaragaman masyarakat (masyarakat majemuk) adalah hal yang
dihargai pada masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia sendiri terdiri
dari berbagai macam suku, etnis dan agama. Secara rinci menggambarkan
kemajemukan masyarakat Indonesia dari berbagai sisi: Pertama, hubungan
kekerabatan, hubungan kekerabatan ini merujuk pada pada ikatan dasar hubungan
darah (keturunan) yang dapat ditelusuri berdasarkan garis keturunan ayah, ibu
atau keduanya. Kedua, ras dapat dibedakan dengan ciri-ciri fisik orang lain
(rambut, kulit dan bentuk muka). Ketiga, daerah asal merupakan tempat asal
2
di tempat lain seperti dialek yang digunakan, anggota organisasi yang bersifat
kedaerahan serta prilaku. Keempat, menggunakan bahasa sukunya
masing-masing. Kelima, agama yang dianut Indonesia yang berbeda-beda.
Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari
berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan
konflik antar kelompok. Konflik kelompok di Indonesia, seperti konflik SARA
(suku, agama, ras dan antar golongan) sudah menjadi konsekuensi dalam hidup
bermasyarakat majemuk, karena hal tersebut bisa terjadi kapan saja dengan
membawa identitas kelompok. Konflik SARA biasanya terjadi ketika antar
kelompok tidak dapat saling memahami budaya masing-masing dan merasa
budayanyalah yang lebih unggul dibanding yang lain (etnosentrisme). Oleh karena
itu kesalapahaman yang ditimbulkan oleh stereotip harus senantiasa dihilangkan
dalam aktifitas komunikasi antarbudaya.
Keberhasilan komunikasi antarbudaya juga sangat diperlukan bagi
masyarakat yang mendiami kota-kota besar di Indonesia. Tingginya tingkat
perpindahan penduduk dari desa ke kota, ketergantungan ekonomi dan mobilitas
antar negara menjadikan kota sebagai tempat yang didiami berbagai latarbelakang
budaya yang berbeda. Kesalapahaman antarbudaya yang ditimbulkan oleh
stereotip bisa saja terjadi dalam hidup bermasyarakat di kota-kota besar jika
anggota masyarakat tidak dapat memahami satu sama lain mengenai budaya
kelompok lain.
Dalam kajian ilmu sosial atau kajian mengenai suku bangsa sering muncul
3
orang yang memberikan julukan (stereotip) kepada suku bangsa. Dahulu banyak
suku bangsa di Sumatera Utara yang dikaitkan orang dengan stereotip tertentu.
Tetapi sejak lama stereotip yang dikenakan orang kepada berbagai suku bangsa di
Sumatera Utara itu boleh dikatakan sudah hampir hilang semuanya
Daerah Tapanuli Selatan adalah satu-satunya daerah Tingkat II yang
terluas di Propinsi Sumatera Utara. Dengan kata lain Kabupaten Tapanuli Selatan,
lebih dari setengah luas daerah Tapanuli. Penduduknya mayoritas Suku Batak,
yaitu Batak Angkola, Batak mandailing. Kedua subetnik tersebut sudah banyak
pula berbaur dengan orang Minangkabau, Jawa, dan Aceh (Alam 2011:1)
Berkembangnya dahulu stereotip yang dikenakan kepada setiap etnik
merupakan bagian dari politik pecah belah yang dilakukan oleh Belanda.
Tujuannya adalah agar hubungan yang harmonis di antara sesama etnik tidak
terjalin. Dengan kata lain agar sesama etnik itu saling mencurigai satu sama lain.
Sebab biasanya stereotip yang dikenakan kepada suatu etnik yang mengandung
sesuatu yang negatif dalam arti menonjolkan anggapan yang tidak baik, seperti
halnya julukan gutgut ni halak Padangbolak yang artinya “dengkinya orang
padangbolak” yang dikenakan kepada orang Padangbolak dan kolit ni halak
Mandailing yang artinya “pelitnya orang Mandailing” yang di kenakan orang
kepada orang Mandailing. Adanya julukan-julukan negatif yang berkembang saat
ini dapat dapat menjadi potensi pemicu terjadinya konflik antar kelompok etnis
dan suku khususnya orang Padangbolak dan orang Mandailing.
Berkembangnya julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak
4
orang Padangbolak dan orang Mandailing maupun dengan suku lainnya
khususnya ketika mereka berada dalam lingkungan yang sama. Karena dalam
proses sosial, komunikasi menjadi alat dalam melakukan perubahan sosial.
Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena
mampu merekatkan sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan
perubahan. Komunikasi cenderung mengalami kemudahan jika pelaku
komunikasi yang berlainan budaya memiliki derajat persamaan dalam persepsi,
sebaliknya jika terdapat kesulitan dalam persamaan persepsi maka komunikasi
yang berlangsung tidak akan efektif dan menimbulkan kecenderungan untuk
menguatkan akan perbedaan kelompok.
Julukan tersebut juga bisa saja menjadi penilaian negatif terhadap orang
Padangbolak dan orang Mandailing sehingga dikhawatirkan dapat menjadi
pontensi pemicu terjadinya konflik. Selain itu apabila kebenaran akan julukan
tersebut benar-benar terjadi tentunya tuduhan akan secara langsung tertuju pada
orang padangbolak dan orang Mandailing yang belum tentu melakukannya
sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Kondisi demikian menarik perhatian dan mendorong penulis untuk
untuk meneliti “Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak dan Mandailing Di
5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penlis
mengidentifikasi berbagai masalah yang dapat diteliti terkait dengan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Pandangan umum masyarakat orang Padangbolak dan orang Mandailing
terhadap munculnya julukan gutgut ni halak padangbolak kolit ni halak
Mandailing sebagai stereotip.
2. Potensi munculnya konflik yang dapat terjadi sebagai akibat julukan
gutgut ni halak Padangbolak dan kolit ni halak Mandailing.
3. Timbulnya persepsi negatif dari suku lain teradap orang Mandailing dan
orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni halak Padangbolak koli ni
halak Mandailing.
4. Dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak Mandailing
menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial orang Padangbolak
dan orang Mandailing dengan suku lain.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat masalah yang kompleks, keterbatasan waktu, pengetahuan,
tenaga, dana, dan untuk mengarahkan masalah penelitian lebih terfokus maka
masalah penelitian dibatasasi untuk mengetahui Stereotip Pada Masyarakat
6
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan yang telah dikemukakan diatas dalam penelitian
ini, maka masalah yang akan diteliti ini dirumuskan hanya pada tiga permasalahan
yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang munculnya julukan gutgut ni halak
Padangbolak kolit ni halak Mandailing?
2. Bagaimana persepsi orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni halak
Padangbolak dan orang Mandailing terhadap julukan kolit ni halak
Mandailing?
3. Apakah dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak
Mandailing menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial orang
Padangbolak dan orang Mandailing dengan suku lain?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneltian yang dilakukan ini adalah :
1. Untuk mengetuhi latar belakang munculnya julukan gutgut ni halak
Padangbolak kolit ni halak Mandailing.
2. Untuk mengetahui persepsi orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni
halak Padangbolak dan orang Mandailing terhadap julukan kolit ni halak
Mandailing.
3. Untuk mengetahui dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni
halak Mandailing menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial
7
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian dapat
bermanfaat sebagai :
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
khususnya di bidang antropologi tentang julukan-julukan setiap etnis.
2. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan,
khususnya Universitas Negeri Medan.
3. penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi untuk mengajukan
saran dan rekomendasi kepada pihak lain yang ingin melakukan penelitian
lanjutan
4. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan pada Bab IV dan hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebutan gutgut ni halak Padangbolak ini belum diketahui secara jelas
asal-usulnya. Sedangkan julukan manipol yang melekat pada orang
Mandailing. Dahulu anggapan negatif bahwa orang mandailing pelit
dinyatakan orang dengan menggunakan istilah “ikan kerek” saja.
Kemudian kedua istilah itu diganti diganti orang dengan istilah “manipol”,
yang merupakan singkatan dari “mandailing polit”. Munculnya istilah
“manipol” itu dimulai sejak tahun 1960-an.
2. Persepsi masyarakat terhadap julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni
halak Mandailing merupakan stereotip negatif yang dibesar-besarkan
meskipun ada sifat tersebut di antara orang Padangbolak dan Mandailing
secara individu.
3. Stereotip memiliki pengaruh terhadap komunikasi. Namun Stereotip
Gutgut Ni Halak Padangbolak Kolit Ni halak Mandailing ini tidak
menjadi hambatan bagi masyarakat desa Pargarutan Julu untuk melakukan
komunikasi dan berinteraksi. Karena di desa Pargarutan Julu ini sangat
menghargai perbedaan walaupun di Desa Pargarutan Julu ini memiliki
65
4. Stereotip itu terbentuk oleh kategori sosial yang merupakan upaya
individu untuk memahami lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, ketika
individu menghadapi sekian banyak orang di sekitarnya, individu akan
mencari persamaan-persamaan antara sejumlah orang tertentu dan
mengelompokkan mereka kedalam satu kategori. Namun pada gilirannya
kategori sosial ini justru mempengaruhi cara pandang seseorang yang
sudah dimasukkan kedalam kelompok tersebut. Akibatnya timbul
kesalahan-kesalahan dalam melakukan persepsi sosial karena seluruh
individu dalam kategori sosial tertentu mempunyai sifat-sifat dari
kelompoknya
5.2 Saran
1. Stereotip yang berkembang akan mempengaruhi proses komunikasi dalam
kehidupan bermasyarakat khususnya bagi masyarakat yang berlainan
budaya, oleh karena itu kesadaran dan peran aktif untuk saling memahami
satu sama lain sangat diperlukan. Tentunya hal tersebut dapat dimulai
dengan sikap terbuka dalam berinteraksi.
2. Stereotip-stereotip yang berkembang terhadap suatu kelompok suku dan
etnis yang arahnya negatif hendaknya tidak dipandang sebelah mata dan
sebagai penghambat dalam komunikasi melainkan dibutuhkan peran aktif
dan baik dalam menanggapi hal tersebut. Sebaliknya stereotip yang
mengarah pada penilaian positif hendaknya dijadikan sebagai karakteristik
suatu kelompok budaya sehingga penilaian terhadap kelompok tersebut
66
3. Diperlukan kesadaran akan pentingnya pemahaman unsur-unsur budaya
baik itu kepercayaan, nilai-nilai dan sikap mengingat
pemahaman-pemahaman tersebut dapat memberikan pemahaman-pemahaman dalam menaggapi
stereotip yang mengandung dampak negatif. Selain itu semangat untuk
ikut serta dan aktif dalam lembaga-lembaga sosial harus senantiasa
ditingkatkan mengingat peranan lembaga tersebut sebagai wadah
pemersatu antar anggota masyarakat.
4. Sebaiknya jangan langsung menuduh kelompok lain dengan
julukan-julukan yang mengarah negatif tanpa bisa membuktikannya. Dan untuk
orang Padangbolak dan Mandailing harus bisa membuktikan bahwa
julukan-julukan yang selama ini mengarah kepada yang negatif juga harus
bisa membuktikan kalau semua julukan itu adalah stereotip dengan
tindakan, sehingga kesalahpahaman tidak akan terjadi.
5. Penelitian yang telah dilakukan dapat dilanjutkan dengan pertimbangan
bahwa stereotip dapat berkembang dan berubah, khususnya pada
perkembangan stereotip yang telah ditemukan terhadap orang Padangbolak
DAFTAR PUSTAKA
A.Black, James & J.Champion, Dean. 2009. Metode dan Masalah Penelitian
Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Alam. S.T.B.P. 2011. Seni Budaya Tradisional Daerah Tapanuli Selatan. Medan: CV.Mitra
Alam, Sutan Tinggi.B.P. 2011. Surat Tumbaga Holing 1. Medan : CV.Mitra
Alam, Sutan Tinggi.B.P 2013. Adat Budaya Batak Angkola. Padangsidimpuan, tidak diterbitkan
Keesing, M, Rooger. 1989. Antropologi Budaya,Suatu Perspektif Kontemporer, Jilid II. Jakarta:Erlngga
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Rineka Cipta.
Lubis, Pangaduan Z. 2011. Mandailing Polit: Benarkah Orang Mandailing Pelit?. Medan: CV.Mitra
Maryaeni, M.Pd,Dr. 2005. Metode Peneltian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyana, Deddy & Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komuniaksi Antarbudaya. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Nasikun. 1998. Sistem Sosial Indonesia. Penerbit : Rajawali Press Joenoes
Nurabsyah. 2007. Rekonstruksi Identitas Etnik Pada Kelompok Komunitas Etnik
Mandailing Di Kota Medan. Tesis Program Pascasarjana UNIMED
Silalahi, MA, Ulber Dr. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Simanjuntak, B A. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesi
Simanjuntak, B.A. 2011. Pemikian Tentang Batak. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sarwono, Sarlito.W. 2001.Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan. Jakarta: Balai Pustaka
Sarwono, Sarlito.W 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sarwono, Sarlito.W. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada