• Tidak ada hasil yang ditemukan

STEREOTIP PADA MASYARAKAT PADANGBOLAK DAN MANDAILING DI DESA PARGARUTAN JULU KECAMATAN ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STEREOTIP PADA MASYARAKAT PADANGBOLAK DAN MANDAILING DI DESA PARGARUTAN JULU KECAMATAN ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak dan Mandailing

Di Desa Pargarutan Julu Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Sri Wahyuni Harahap

Nim. 3103122055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak dan Mandailing Di Desa Pargarutan Julu Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak Mandailing dan Untuk mengetahui persepsi orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni halak Padangbolak dan orang Mandailing terhadap julukan kolit ni halak Mandailing, selain itu juga penelitian ini bertujan untuk mengetahui dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak Mandailing menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial orang Padangbolak dan orang Mandailing dengan suku lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan deskriptif dengan objek orang Padangbolak dan Mandailing yang menetap di Desa Pargarutan Julu, kecamatan Angkola Timur, kabupaten Tapanuli Selatan, dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara yang ditentukan melalui Purposive sampling yakni menentukan secara sengaja informan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu enam orang Padangbolak, lima orang Mandailing dan tokoh masyarakat yaitu raja Ihutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stereotip itu terbentuk oleh kategori sosial yang merupakan upaya individu untuk memahami lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, ketika individu menghadapi sekian banyak orang di sekitarnya, individu akan mencari persamaan-persamaan antara sejumlah orang tertentu dan mengelompokkan mereka kedalam satu kategori. Namun pada gilirannya kategori sosial ini justru mempengaruhi cara pandang seseorang yang sudah dimasukkan kedalam kelompok tersebut..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orang Padangbolak itu tidak memiliki sifat dengki (gutgut) hanya saja memiliki sikap yang keras karena dilihat intonasi suaranya ketika berbicara yang sangat keras. Orang Mandailing menganggap bahwa mereka sudah terbiasa dengan sikap dan sifat orang Padangbolak yang keras. Hal itu terjadi karena kurangnya interaksi dan pendekatan, tersebut sehingga julukan gutgut ni halak padangbolak adalah stereotip. Sama halnya dengan manipol yang melekat pada orang Mandailing bahwa julukan mandailing polit adalah tuduhan yang tidak terbukti sehingga dapat disimpulkan sebagai stereotip.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, karunia dan kemudahan serta ridha-Nya, untuk

menyelesaikan skripsi dengan judul : Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak

dan Mandailing Di Desa Pargarutan Julu Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Tidak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak

yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini . Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih banyak dan kerendahan hati

kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr. Restu MS beserta jajarannya yang telah

memberikan segala kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Dra.

Puspitawati, M,Si yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah

membimbing dan memberikan banyak masukan, arahan dan nasihat

(7)

5. Ibu Supsiloani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang

telah memberikan masukan, nasehat dan motivasi selama proses

penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si dan Ibu Dra. Trisni Handayani, M.Si selaku

dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan

dan penyelesaian skripsi ini.

7. Dosen-dosen Pendidikan Antropologi UNIMED yang telah banyak sekali

memberikan bantuan, arahan, semangat, serta motivasi sehingga

terselesaikan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis ayahanda tercinta Alm.

Ismail Efendi Harahap sebagai wujud kasih sayang penulis kepada beliau

dan membuktikan keberhasilan penulis kepada beliau dan ibunda tercinta

Misrawati Siregar, terimaksih sudah menjadi ibu yang hebat untuk penulis,

serta doa, dukungan dan nasehatnya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

9. Terkhusus dan penulis banggakan adek Deviana Safitri Harahap, adek

Ismaito Harahap, adek Khoirunnisa Harahap yang memberi doa dan

dukungan serta semangat yang luar biasa bagi penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan

10. Kepada sahabat-sahabat saya Fira Gustina, Anisa Mutmainah, Winda

Fitria, Irma Ries Verany sebagai sahabat berbagi ilmu, tawa, sedih dan

(8)

11. Kepada kawan-kawan PPL SMA NEGERI 1 TEMENG, khususnya buat

Riza Handayani Siregar dan Febry yang selalu menyemangati penulis,

semoga cepat menyusul.

12. Buat Sonya Indri Sebayang teman seperjuangan untuk penyusunan skripsi

dan kepada semua teman Antropologi stambuk 2010 yang tidak bisa

penulis sebut satu persatu, akhirnya kita sampai ke akhir perjalanan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Yes We Can

13. Terima kasih juga buat kak Ayu Febriani dan Anisa Rodiah Harahap yang

telah membantu penulis dalam menyusun administrasi.

Serta kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian serta diberikan berkah dan

rahmat-Nya. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi semua

pihak.

Medan, Juni 2014

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Stereotip ... 8

2.1.2 Masyarakat ... 12

2.1.3 Padangbolak ... 13

2.1.4 Mandailing ... 14

2.2 Kerangka Teori ... 15

(10)

2.2.2 Teori Identitas Sosial ... 14

2.2.3 Teori Kategorisai Diri ... 16

2.2.4 Teori Penilaian Sosial ... 16

2.3 Kerangka Berfikir ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi Penelitian ... 19

3.3 Informan ... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.5 Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

4.1.1 Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Tapanuli Selatan ... 24

4.1.2 Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Kecamatan Angkola Timur... 27

4.1.3 Letak Wilayah Desa Pargarutan Julu ... 28

4.2 Keadaan penduduk ... 28

4.2.1 Pendidikan ... 30

4.2.2 Mata Pencaharian ... 32

4.2.3 Agama ... 33

4.3 Sarana dan Prasarana ... 34

(11)

4.4.1 Bahasa ... 38

4.4.2 Kesenian ... 39

4.4.3 Organisasi Sosial... 40

4.4.4 Tradisi... 42

4.5 Pengertian Gutgut (Dengki) ... 44

4.6 Pengrtian Kolit (Pelit) ... 45

4.7 Latar Belakang Munculnya Julukan Gutgut Ni Halak Padangbolak Kolit Ni Halak Mandailing ... 48

4.8 Persepsi Orang Padangbolak Terhadap Julukan Gutgut Ni Halak Padangbolak ... 51

4.9 Persepsi Orang Mandailing terhadap Julukan Kolit Ni Halak Mandailing... 53

4.10 Dampak Julukan Gutgut Ni Halak Padangbolak Kolit Ni halak Menghambat Komunikasi Terhadap Hubungan Sosial ... 56

4.11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Stereotip ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR INFORMAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu Berdasarkan

Jenis Kelamin...29

2. Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu

Berdasarkan Tingkat Usia ...30

3. Tabel 3 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ...31

4. Tabel 4 Komposisi Penduduk Desa Pargarutan Julu Berdasarkan

Mata Pencaharian ...33

5. Tabel 5 Sarana dan Prasarana Desa Pargarutan Julu ...34

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

sukubangsa saling berdekatan dengan perbedaan ras, maka ciri-ciri ras yang

sebenarnya adalah ciri-ciri biologi mempunyai makna sebagai ciri-ciri sosial di

dalam hubungan antar masyarakat. Ciri-ciri fisik yang bermakna sosial ini

menjadi simbol masyarakat.

Keanekaragaman suku bangsa merupakan masalah global, hampir seluruh

Negara di dunia memiliki keanekaragaman suku, etnis dan agama.

Keanekaragaman tersebut tentunya ditandai dengan keberagaman kebubudyaan

antara satu dengan yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan tatanan

pengetahuan, bahasa, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, dan konsep tentang

alam semesta.

Keanekaragaman masyarakat (masyarakat majemuk) adalah hal yang

dihargai pada masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia sendiri terdiri

dari berbagai macam suku, etnis dan agama. Secara rinci menggambarkan

kemajemukan masyarakat Indonesia dari berbagai sisi: Pertama, hubungan

kekerabatan, hubungan kekerabatan ini merujuk pada pada ikatan dasar hubungan

darah (keturunan) yang dapat ditelusuri berdasarkan garis keturunan ayah, ibu

atau keduanya. Kedua, ras dapat dibedakan dengan ciri-ciri fisik orang lain

(rambut, kulit dan bentuk muka). Ketiga, daerah asal merupakan tempat asal

(15)

2

di tempat lain seperti dialek yang digunakan, anggota organisasi yang bersifat

kedaerahan serta prilaku. Keempat, menggunakan bahasa sukunya

masing-masing. Kelima, agama yang dianut Indonesia yang berbeda-beda.

Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari

berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan

konflik antar kelompok. Konflik kelompok di Indonesia, seperti konflik SARA

(suku, agama, ras dan antar golongan) sudah menjadi konsekuensi dalam hidup

bermasyarakat majemuk, karena hal tersebut bisa terjadi kapan saja dengan

membawa identitas kelompok. Konflik SARA biasanya terjadi ketika antar

kelompok tidak dapat saling memahami budaya masing-masing dan merasa

budayanyalah yang lebih unggul dibanding yang lain (etnosentrisme). Oleh karena

itu kesalapahaman yang ditimbulkan oleh stereotip harus senantiasa dihilangkan

dalam aktifitas komunikasi antarbudaya.

Keberhasilan komunikasi antarbudaya juga sangat diperlukan bagi

masyarakat yang mendiami kota-kota besar di Indonesia. Tingginya tingkat

perpindahan penduduk dari desa ke kota, ketergantungan ekonomi dan mobilitas

antar negara menjadikan kota sebagai tempat yang didiami berbagai latarbelakang

budaya yang berbeda. Kesalapahaman antarbudaya yang ditimbulkan oleh

stereotip bisa saja terjadi dalam hidup bermasyarakat di kota-kota besar jika

anggota masyarakat tidak dapat memahami satu sama lain mengenai budaya

kelompok lain.

Dalam kajian ilmu sosial atau kajian mengenai suku bangsa sering muncul

(16)

3

orang yang memberikan julukan (stereotip) kepada suku bangsa. Dahulu banyak

suku bangsa di Sumatera Utara yang dikaitkan orang dengan stereotip tertentu.

Tetapi sejak lama stereotip yang dikenakan orang kepada berbagai suku bangsa di

Sumatera Utara itu boleh dikatakan sudah hampir hilang semuanya

Daerah Tapanuli Selatan adalah satu-satunya daerah Tingkat II yang

terluas di Propinsi Sumatera Utara. Dengan kata lain Kabupaten Tapanuli Selatan,

lebih dari setengah luas daerah Tapanuli. Penduduknya mayoritas Suku Batak,

yaitu Batak Angkola, Batak mandailing. Kedua subetnik tersebut sudah banyak

pula berbaur dengan orang Minangkabau, Jawa, dan Aceh (Alam 2011:1)

Berkembangnya dahulu stereotip yang dikenakan kepada setiap etnik

merupakan bagian dari politik pecah belah yang dilakukan oleh Belanda.

Tujuannya adalah agar hubungan yang harmonis di antara sesama etnik tidak

terjalin. Dengan kata lain agar sesama etnik itu saling mencurigai satu sama lain.

Sebab biasanya stereotip yang dikenakan kepada suatu etnik yang mengandung

sesuatu yang negatif dalam arti menonjolkan anggapan yang tidak baik, seperti

halnya julukan gutgut ni halak Padangbolak yang artinya “dengkinya orang

padangbolak” yang dikenakan kepada orang Padangbolak dan kolit ni halak

Mandailing yang artinya “pelitnya orang Mandailing” yang di kenakan orang

kepada orang Mandailing. Adanya julukan-julukan negatif yang berkembang saat

ini dapat dapat menjadi potensi pemicu terjadinya konflik antar kelompok etnis

dan suku khususnya orang Padangbolak dan orang Mandailing.

Berkembangnya julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak

(17)

4

orang Padangbolak dan orang Mandailing maupun dengan suku lainnya

khususnya ketika mereka berada dalam lingkungan yang sama. Karena dalam

proses sosial, komunikasi menjadi alat dalam melakukan perubahan sosial.

Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena

mampu merekatkan sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan

perubahan. Komunikasi cenderung mengalami kemudahan jika pelaku

komunikasi yang berlainan budaya memiliki derajat persamaan dalam persepsi,

sebaliknya jika terdapat kesulitan dalam persamaan persepsi maka komunikasi

yang berlangsung tidak akan efektif dan menimbulkan kecenderungan untuk

menguatkan akan perbedaan kelompok.

Julukan tersebut juga bisa saja menjadi penilaian negatif terhadap orang

Padangbolak dan orang Mandailing sehingga dikhawatirkan dapat menjadi

pontensi pemicu terjadinya konflik. Selain itu apabila kebenaran akan julukan

tersebut benar-benar terjadi tentunya tuduhan akan secara langsung tertuju pada

orang padangbolak dan orang Mandailing yang belum tentu melakukannya

sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

Kondisi demikian menarik perhatian dan mendorong penulis untuk

untuk meneliti “Stereotip Pada Masyarakat Padangbolak dan Mandailing Di

(18)

5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penlis

mengidentifikasi berbagai masalah yang dapat diteliti terkait dengan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Pandangan umum masyarakat orang Padangbolak dan orang Mandailing

terhadap munculnya julukan gutgut ni halak padangbolak kolit ni halak

Mandailing sebagai stereotip.

2. Potensi munculnya konflik yang dapat terjadi sebagai akibat julukan

gutgut ni halak Padangbolak dan kolit ni halak Mandailing.

3. Timbulnya persepsi negatif dari suku lain teradap orang Mandailing dan

orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni halak Padangbolak koli ni

halak Mandailing.

4. Dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak Mandailing

menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial orang Padangbolak

dan orang Mandailing dengan suku lain.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat masalah yang kompleks, keterbatasan waktu, pengetahuan,

tenaga, dana, dan untuk mengarahkan masalah penelitian lebih terfokus maka

masalah penelitian dibatasasi untuk mengetahui Stereotip Pada Masyarakat

(19)

6

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan yang telah dikemukakan diatas dalam penelitian

ini, maka masalah yang akan diteliti ini dirumuskan hanya pada tiga permasalahan

yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang munculnya julukan gutgut ni halak

Padangbolak kolit ni halak Mandailing?

2. Bagaimana persepsi orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni halak

Padangbolak dan orang Mandailing terhadap julukan kolit ni halak

Mandailing?

3. Apakah dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni halak

Mandailing menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial orang

Padangbolak dan orang Mandailing dengan suku lain?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneltian yang dilakukan ini adalah :

1. Untuk mengetuhi latar belakang munculnya julukan gutgut ni halak

Padangbolak kolit ni halak Mandailing.

2. Untuk mengetahui persepsi orang Padangbolak terhadap julukan gutgut ni

halak Padangbolak dan orang Mandailing terhadap julukan kolit ni halak

Mandailing.

3. Untuk mengetahui dampak julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni

halak Mandailing menghambat komunikasi terhadap hubungan sosial

(20)

7

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian dapat

bermanfaat sebagai :

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan

khususnya di bidang antropologi tentang julukan-julukan setiap etnis.

2. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan,

khususnya Universitas Negeri Medan.

3. penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi untuk mengajukan

saran dan rekomendasi kepada pihak lain yang ingin melakukan penelitian

lanjutan

4. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk

(21)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan pada Bab IV dan hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebutan gutgut ni halak Padangbolak ini belum diketahui secara jelas

asal-usulnya. Sedangkan julukan manipol yang melekat pada orang

Mandailing. Dahulu anggapan negatif bahwa orang mandailing pelit

dinyatakan orang dengan menggunakan istilah “ikan kerek” saja.

Kemudian kedua istilah itu diganti diganti orang dengan istilah “manipol”,

yang merupakan singkatan dari “mandailing polit”. Munculnya istilah

“manipol” itu dimulai sejak tahun 1960-an.

2. Persepsi masyarakat terhadap julukan gutgut ni halak Padangbolak kolit ni

halak Mandailing merupakan stereotip negatif yang dibesar-besarkan

meskipun ada sifat tersebut di antara orang Padangbolak dan Mandailing

secara individu.

3. Stereotip memiliki pengaruh terhadap komunikasi. Namun Stereotip

Gutgut Ni Halak Padangbolak Kolit Ni halak Mandailing ini tidak

menjadi hambatan bagi masyarakat desa Pargarutan Julu untuk melakukan

komunikasi dan berinteraksi. Karena di desa Pargarutan Julu ini sangat

menghargai perbedaan walaupun di Desa Pargarutan Julu ini memiliki

(22)

65

4. Stereotip itu terbentuk oleh kategori sosial yang merupakan upaya

individu untuk memahami lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, ketika

individu menghadapi sekian banyak orang di sekitarnya, individu akan

mencari persamaan-persamaan antara sejumlah orang tertentu dan

mengelompokkan mereka kedalam satu kategori. Namun pada gilirannya

kategori sosial ini justru mempengaruhi cara pandang seseorang yang

sudah dimasukkan kedalam kelompok tersebut. Akibatnya timbul

kesalahan-kesalahan dalam melakukan persepsi sosial karena seluruh

individu dalam kategori sosial tertentu mempunyai sifat-sifat dari

kelompoknya

5.2 Saran

1. Stereotip yang berkembang akan mempengaruhi proses komunikasi dalam

kehidupan bermasyarakat khususnya bagi masyarakat yang berlainan

budaya, oleh karena itu kesadaran dan peran aktif untuk saling memahami

satu sama lain sangat diperlukan. Tentunya hal tersebut dapat dimulai

dengan sikap terbuka dalam berinteraksi.

2. Stereotip-stereotip yang berkembang terhadap suatu kelompok suku dan

etnis yang arahnya negatif hendaknya tidak dipandang sebelah mata dan

sebagai penghambat dalam komunikasi melainkan dibutuhkan peran aktif

dan baik dalam menanggapi hal tersebut. Sebaliknya stereotip yang

mengarah pada penilaian positif hendaknya dijadikan sebagai karakteristik

suatu kelompok budaya sehingga penilaian terhadap kelompok tersebut

(23)

66

3. Diperlukan kesadaran akan pentingnya pemahaman unsur-unsur budaya

baik itu kepercayaan, nilai-nilai dan sikap mengingat

pemahaman-pemahaman tersebut dapat memberikan pemahaman-pemahaman dalam menaggapi

stereotip yang mengandung dampak negatif. Selain itu semangat untuk

ikut serta dan aktif dalam lembaga-lembaga sosial harus senantiasa

ditingkatkan mengingat peranan lembaga tersebut sebagai wadah

pemersatu antar anggota masyarakat.

4. Sebaiknya jangan langsung menuduh kelompok lain dengan

julukan-julukan yang mengarah negatif tanpa bisa membuktikannya. Dan untuk

orang Padangbolak dan Mandailing harus bisa membuktikan bahwa

julukan-julukan yang selama ini mengarah kepada yang negatif juga harus

bisa membuktikan kalau semua julukan itu adalah stereotip dengan

tindakan, sehingga kesalahpahaman tidak akan terjadi.

5. Penelitian yang telah dilakukan dapat dilanjutkan dengan pertimbangan

bahwa stereotip dapat berkembang dan berubah, khususnya pada

perkembangan stereotip yang telah ditemukan terhadap orang Padangbolak

(24)

DAFTAR PUSTAKA

A.Black, James & J.Champion, Dean. 2009. Metode dan Masalah Penelitian

Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Alam. S.T.B.P. 2011. Seni Budaya Tradisional Daerah Tapanuli Selatan. Medan: CV.Mitra

Alam, Sutan Tinggi.B.P. 2011. Surat Tumbaga Holing 1. Medan : CV.Mitra

Alam, Sutan Tinggi.B.P 2013. Adat Budaya Batak Angkola. Padangsidimpuan, tidak diterbitkan

Keesing, M, Rooger. 1989. Antropologi Budaya,Suatu Perspektif Kontemporer, Jilid II. Jakarta:Erlngga

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Rineka Cipta.

Lubis, Pangaduan Z. 2011. Mandailing Polit: Benarkah Orang Mandailing Pelit?. Medan: CV.Mitra

Maryaeni, M.Pd,Dr. 2005. Metode Peneltian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyana, Deddy & Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komuniaksi Antarbudaya. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Nasikun. 1998. Sistem Sosial Indonesia. Penerbit : Rajawali Press Joenoes

Nurabsyah. 2007. Rekonstruksi Identitas Etnik Pada Kelompok Komunitas Etnik

Mandailing Di Kota Medan. Tesis Program Pascasarjana UNIMED

Silalahi, MA, Ulber Dr. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Simanjuntak, B A. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesi

Simanjuntak, B.A. 2011. Pemikian Tentang Batak. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia

(25)

Sarwono, Sarlito.W. 2001.Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi

Terapan. Jakarta: Balai Pustaka

Sarwono, Sarlito.W 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi

Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sarwono, Sarlito.W. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 24

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda mengambil sepotong kertas dari origami yang pertama (bilangan pertama) dan tiga potongan kertas dari origami kedua (bilangan kedua), tentukan hasil operasi

In this paper, we presented a change detection methodology for buildings that is based on the combined analysis of two different data types – remotely sensed image

Pada suatu kegiatan perkemahan Sabtu Minggu, Ani mendapatkan tugas menanak nasi menggunakan kayu bakar yang diambil dari pepohonan yang ada di sekitar

The tracking of pixel based land cover change for the 1995-2009 period in combination of Landsat and latest ALOS data from its AVNIR-2 for the tropical rain forest area has

Setiap planet mengelilingi matahari dengan jalur yang disebut orbit.….. Matahari dan planet-planet membentuk suatu sistem

Dari 36 siswa di kelas 6 terdapat 7 anak suka berenang, 8 anak suka bermain bola,10 suka bulu tangkis dan sisanya suka tenis.Cabang olah raga yang banyak digemari siswa kelas 6

[r]

Penawaran ini sudah memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan Langsung untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas. Kami akan