commit to user
TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PENYELESAIAN MASALAH KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
(PADA MAHASISWA KEBIDANAN DI YOGYAKARTA)
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Diajukan oleh:
Siti Nuryati NIM: S 540 809 316
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman Pengesahan Pembimbing ……… Halaman Pengesahan Penguji Tesis ………. Pernyataan ………...
3. Kesehatan Reproduksi Remaja ….……….………….. 10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja … 12 5. Kemampuan Menyelesaikan Masalah. ….……… 13
6. Ilmiah ….……….….……….... 15
7. Etika ………..….……….. 16
8. Hukum ………... 17
9. Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (Unwanted Pregnancy) …...…….. 19
B. Penelitian yang Relevan ………..……... 21
commit to user
viii
BAB III METODE PENELITIAN ….……… 25
A. Rancangan Penelitian ….……… 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ….……… 25
C. Populasi Sampel ….………... 26
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ….……… 26
E. Instrument Penelitian ….………. 28
F. Teknik Pengumpulan Data ….………. 29
G. Teknik Analisis Data ….………. 30
H. Jadwal Penelitian ….………... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 27
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner 29
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian 31
Tabel 4.1 Karakteristik Responden 32
Tabel 4.2 Karakteristik Penyuluhan KRR dan Kemampuan 33
Penyelesaian Masalah KTD.
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Kelompok eksperimen dan Kelompok 35
kontrol
Tabel 4.4 Perbedaan Peningkata Skor Pre test – Post test KRR 36
dengan Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah KTD pada Kelompok eksperimen dan kontrol
Tabel 4.5 Perbedaan Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD 37
pada Kelompok eksperimen
Tabel 4.6 Perbedaan Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD 38
pada Kelompok kontrol
Tabel 4.7 Peningkataan Skor Pre test dan Post test Kemampuan kognitif 39
Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol.
Tabel 4.8 Perbedaan Kemampuan Kognitif dari Aspek ilmiah, 40
etika, hukum dilihat dari Umur, Tempat tinggal asal, Tempat tinggal sekarang pada Kelompok eksperimen
Tabel 4.9 Perbedaan Kemampuan Kognifit dari Aspek ilmiah, 41
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 23
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Skor Pre test dan Post test 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 56
Lampiran 2. Permohonan sebagai Responden 57
Lampiran 3. Pernyataan Persetujuan 58
Lampiran 4. Daftar Pernyatan 59
Lampiran 5. Bahan pembelajaran Ceramah 63
Lampiran 6. Hand out materi Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Kehamilan Tidak Diinginkan 65
Lampiran 6. Hasil Uji Validits dan Realibilitas 84
Lampiran 7. Hasil Uji Paired T test 86
commit to user
xii Abstrak
Siti Nuryati, S 540809316, 2009. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan pada Mahasiswa Kebidanan Di Yogyakarta. Tesis: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof.Dr.dr. Didik Tamtomo, MKes, MM, PAK.; Pembimbing II dr. Hari Wujoso, SpF, MM.
Latar Belakang: Masalah kesehatan reproduksi sangat komplek, apalagi masalah kesehatan reproduksi remaja, seperti penyakit-penyakit infeksi menular seksual dan kehamilan tidak diinginkan. Hasil survey LDUI, di 4 propinsi di Indonesia “hanya 55% remaja mengetahui proses kehamilan, 53% remaja tidak mengetahui bahwa sekali berhubungan seksual dapat mengakibatkan kehamilan, 61% KTD remaja usia 15-19 tahun melakukan aborsi, 12% dari mereka melakukan aborsi yang dilakukan sendiri 70%, dokter 10%, tenaga medis 7%. Hanya 45,1% remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi, pubertas, menstruasi dan kebersihan diri” (Depkes, 2005). Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap kemampuan kognitif penyelasaian masalah kehamilan tidak diinginkan.
Metode: Penelitian eksperimen Pre test – Post test Control Group Design dengan randomisasi, untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Populasi mahasiswa DIII Kebidanan Semester I, Poltekkes Permata Indonesia Yogyakarta, dengan jumlah populasi/sampel 46 orang (total sampling), kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing 23 orang mahasiswa.
Hasil: Ada pengaruh yang signifikan penyuluhan KRR terhadap kemampuan kognitif penyelasaian masalah KTD. Uji Paired T test, T hitung -8,674 > T tabel 2, 074, P 0,000 < (P 0,05). Demikian juga pengaruh penyuluhan KRR terhadap kemampaun kognitif penyelasaian masalah KTD ditinjau dari aspek etika dan hukum, menunjukan bermakna T hitung > dar T tabel dan P < 0,05. Tetapi ditinjau dari aspek ilmiah tidak ada pengaruh yang bermakna T hitung -1,127 < T tabel 2,074, dan P 0,272 > (P 0,05).
Kesimpulan: Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuaan kognitif penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Abstract
Siti Nuryati, S 540 809 316, 2009, Adolecent Reproductive Health Education Influence on the Ability of Solving Cognitive Problems of Unwanted Pregnancy in Midwifery Student in Yogyakarta. Thesis: Gradute Program of Sebelas Maret University Surakarta. 1st Counselor Prof.Dr.dr. Didik Tamtomo, MKes,MM,PAK.; 2nd Counselor dr. Hari Wujoso, SpF, MM.
Blackground: Reproductive heath problems were really complex, aspecially adolescent reproductive health problems, sexual transmited diseases, and unwanted pregnancy. The LDUI survey result in 4 province in Indonesia was found that only 55% adolescents who know pregnancy process, 53% of adolescents did not know that one sexual intercourse could result unwanted pregnancy, 61% of adolescents unwanted pregnancy from aged 15-19 did abortion, 12% of them did abortion by themselves 70%, by doctor 10% and 7% by medical practitioner. Only 45,1% of adolescents had good knowledge on their reproduction organ, puberty, menstruation and personal hygiene (Depkes, 2005).
Objective: To observe adolescents reproductive health education influence on the ability of solving cognitive problems of unwanted pregnancy.
Metodology: Experimental research pretest-posttest control group design with randomization. Population: Midwifery 1st semester students, Permata Indonesia Yogykarta Health Polytechnic Yogyakarta. Sample 46, 23 experment and 23 control. Result: There were significant influence between adolescents reproductive health education and ability of solving cognitive unwanted pregnancy problems. T test Paired result, T count -8,674 > T tabel 2,074; P 0,000 < (P 0,05). Likewise, adolescent reproductive health education influence toward ability of solving cognitive unwanted pregnancy problems viewed from etic and law aspect had significant result, T count > T tabel and P < 0,05. But, from scientific aspect view point, there were no significant influence, T count -1,127 < T tabel 2,074, and P 0,272 > (P 0,05).
Conclusion: There were significant influence between adolescents reproductive health education and ability of solving unwanted pregnancy problems.
Key words: education, adolescents reproductive health, problem solving, unwanted pregnancy.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak dan kesehatan reproduksi saat ini mendapat perhatian khusus secara
global, sejak diwujudkan isu tersebut dalam konferensi internasional tentang
kependudukan dan pembangunan. Konferensi internasional tersebut kita kenal
“International Conference on Population Development” atau ICPD di Kairo pada
tahun 1994. Kemudian dibahas dalam Konferensi Perempuan Dunia IV (Fourth
World Conference on Women atau FWCW ke 4) di Beijing tahun 1995 untuk
memantau pelaksanaan dan evaluasi setiap 5 tahun.
Aspek hak dan kesehatan reproduksi memang sangat luas, menyangkut
seluruh siklus kehidupan manusia selama hidupnya. Siklus yang dimulai dari
kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa sampai dengan masa usia
lanjut. Selain panjang rentang usia masalah kesehatan reproduksi juga sangat
kompleks mulai dari masalah kehamilan dan persalinan, penyakit-penyakit
menular seksual dan penyakit degeratif, serta masalah kesehatan reproduksi
remaja. Kesehatan remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di
berbagai dunia saat ini. Seks tanpa proteksi menyebabkan kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi dan infeksi penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Aborsi masalah yang berkait dengan kelangsungan hidup adalah kematian ibu.
Resiko komplikasi dan kematian ibu serta bayi lebih besar, pada kehamilan
remaja, resiko bertamabah untuk melakukan aborsi yang tidak aman (Depkes RI,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan. Remaja
harapan masa depan bangsa perlu dijaga kesehatan secara fisik mental dan
kesejahteraan sosial secara utuh, demikian juga semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Gejala yang sering kita lihat dan
kemudian menimbulkan masalah adalah: hubungan seks pranikah, ketidaksiapan
remaja mengatasi kehamilan yang diakibatkannya, telah memicu masalah yang
luas: tindakan aborsi, tindakan kekejaman terhadap bayi yang dilahirkan atau
masalah dalam perawatan anak (Soetjiningsih, 2010).
Survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1995/1996 pada
remaja 13-19 tahun di Jawa Barat dan Bali didapatkan angka 7% dan 5%
kehamilan pada remaja. Data tentang kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dari
beberapa sumber adalah 61% pada usia 15-19 tahun diantaranya 12,2%
melakukan pengguguran, 7,2% ditolong oleh dokter dan bidan, 10,2% oleh dukun
dan 70,4% tanpa pertolongan. Hasil base line survey yang dilakukan oleh
Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) di 4 Provinsi (Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung) tahun 1999 hanya 55 % mengetahui
tentang proses kehamilan, 53% remaja tidak mengetahui bahwa sekali saja
berhubungan dapat mengakibatkan kehamilan serta 61% kehamilan tidak
diinginkan pada remaja usia 15-19 tahun dengan melakukan aborsi 12% dari
mereka melakukan aborsi yang dilakukan sendiri 70%, dokter 10% dan tenaga
medis 7% (Depkes 2005). Masih hasil survey, hanya 45,1% remaja mempunyai
pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi, pubertas, menstruasi, dan
commit to user
Penelitian Sahabat Remaja Forum PKBI mengenai seksual pada remaja di
Yogyakarta dikatakan bahwa 26% dari 359 remaja Yogyakarta mengaku telah
melakukan hubungan seksual (Creagh,S. 2009). Kehamilan tidak diinginkan yang
dialami remaja di DIY sangat memprihatinkan; dari tahun 2003-2010 banyak
terjadi pernikahan di bawah umur karena kehamilan tidak diinginkan dan mereka
dikeluarkan dari Sekolah. Hasil dari investigasi dibeberapa Sekolah dan Kantor
Urusan Agama (KUA) di wilayah DIY ada sejumlah 554 pernikahan di bawah
umur (Widyatama, A. , 2010).
Permasalahan remaja erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi di
karenakan kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai
sehat secara reproduksi. Untuk itu penyuluhan/ pendidikan kesehatan reproduksi
remaja sangat diperlukan dan dapat dikatakan sebagai keharusan. Agar remaja
mampu menyelesaikan masalah, bila terjadi KTD. Tujuan penyuluhan/pendidikan
dapat dipengaruhi oleh beberapa fakta yaitu metode pendidikan dan alat-alat
peraga pendidikan yang dipakai. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja dapat
diberikan dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan sasaran kelompok
remaja.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap
Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan, dan
penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa DIII Kebidanan di Yogyakarta.
Mengingat bidan dalam tugasnya merupakan kunci utama untuk mempromosikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
reproduksi. Penelitian akan dilakukan pada mahasiswa D III Kebidanan
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Permata Indonesia semester I yang belum
pernah menerima materi kesehatan reproduksi remaja.
B. Rumusan Masalah
Adakah Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap
Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
terhadap Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD) pada Mahasiswa Kebidanan Politeknik Kesehatan
(Poltekkes) Permata Indonesia Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari aspek
ilmiah.
b. Mengetahui Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari aspek
etika.
c. Mengetahui Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari aspek
hukum pada mahasiswa Kebidanan Poltekkes Permata Indonesia
Yogyakarta.
d. Mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Terhadap Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah KTD pada
commit to user
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya kesehatan reproduksi remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Pemberian penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR)
diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa sebagai calon bidan agar nantinya
mampu memecahkan masalah kesehatan reproduksi remaja.
b. Bagi institusi pendidikan khususnya kebidanan dapat menerapkan metode
penyuluhan/pendidikan yang baik dalam proses pembelajaran kesehatan
reproduksi remaja.
c. Bagi peneliti lain diharapkan hasil ini dapat dikembangkan lagi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan (Asian Brain, com, 2010). Penyuluhan/pendidikan harus
mempunyai konsep yang jelas, apa yang diinginkan oleh pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari ilmu kesehatan juga mempunyai dua sisi,
yakni sisi ilmu dan sains. Dari sisi sains aplikasi pendidikan kesehatan merupakan
penunjang bagi program-program kesehatan lain misalnya pemberantasan penyakit,
program pelayanan kesehatan, program perbaikan gizi masyarakat.
Penyuluhan/pendidikan kesehatan terhadap subjek didik adalah proses perubahan
kearah dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat, (Notoatmodjo 2003). Masih menurut Notoatmodjo (2003) batasan
pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
commit to user
apa yang diharapkan oleh pendidik. Hasil yang diharapkan adalah perilaku
kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
Tujuan peyuluhan/pendidikan merupakan komponen yang sangat penting
dalam sistem pembelajaran, karena tujuan utama pendidikan adalah agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi atau kemampuan. Melalui kemampuan yang baik,
diharapkan subjek didik dapat melakukan penyesuaian diri (well adjusted) dengan
baik. Kemampuan penyesuaian diri yang baik tersebut akan menjadikan individu
itu mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien,memuaskan dan sehat
(Asrori,2008).
Menurut Notoatmodjo,(2003), sasaran pendidikan kesehatan dibedakan
menjadi 3 (tiga) tingkatan, yakni:
a. Sasaran primer adalah sasaran langsung, kepada keluarga ibu hamil dan
menyusui , untuk kesehatan ibu dan anak, anak sekolah untuk kesehatan
remaja.
b. Sasaran sekunder adalah tokoh masyarakat
c. Sasaran tertier adalah para pembuat keputusan
Sedangkan metode pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo
(2003) dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Metode Pendidikan Individual.
Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau perilaku
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan dasar yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
yang berbeda-beda, agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta
dapat membantunya.
Bentuk pendidikan ini antara lain :
1). Bimbingan dan penyuluhan
2). Interview
b. Metode Pendidikan Kelompok
Metode pendidikan kelompok dibagi:
1) Kelompok besar bila jumlah anggota kelompok lebih dari 15 orang,
metode yang digunakan ceramah, simulasi.
2) Kelompok kecil, jumlah anggota kelompok kurang dari 15 orang,
metode yang digunakan diskusi kelompok, brain storming, snow balling,
bruzz group , role play dan simulation game.
c. Metode Pendidikan Massa
Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan
yang ditujukan untuk massa dengan menggunakan metode ceramah umum,
pidato, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan majalah/ koran, dan bill board.
d. Metode Ceramah
Metode ceramah baik untuk sasaran lebih dari 15 orang yang
berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan metode ceramah adalah penceramah harus menguasai
materi yang akan diceramahkan secara sistematika yang baik,
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide,
commit to user
ceramah adalah bila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah dalam
sikap dan penampilan meyakinkan, suara hendaknya cukup keras dan jelas,
pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan
(ditengah) tidak boleh duduk dan menggunakan alat-alat bantu semaksimal
mungkin (Notoatmodjo, 2003).
2. Teori Belajar
Teori Belajar menurut teori Gestalt dalam buku Mustaqim (2008), adalah
penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan response yang tepat, hal ini sangat
tergantung pada pengamatan. Dengan kata lain pemecahan problem sangat
tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka
problem “pencerahan” dan dapat memecahkan problem itu. Pemecahan problem
adalah mengadakan perubahan dari keadaan non pragnanz (tidak teratur, tidak
stabil, tidak simetri, tidak seimbang) ke keadaan pragnanz. Inti pelajaran menurut
aliran ini adalah mendapatkan “insight” artinya: dimengertinya persoalan,
dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi tertentu,
hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan
problem, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari.
Insight ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu antara lain: (1) Sikap dan taraf
kompleksitas situasi, (2) Pengalaman, (3) Intelegensi dan kematangan individu.
Teori belajar menurut Notoatmojo (2003), dapat dikelompokan menjadi dua
kelompok besar yaitu teori stimulus-respons memperhitungkan faktor internal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
berpangkal pada psikologi asosiasi, dirintis oleh John Locke dan Hirbart. Dalam
teori ini apa yang terjadi pada diri subyek belajar merupakan rahasia atau biasa
disebut sebagai black box. Belajar mengambil tanggapan-tanggapan dan
menggabung-gabungkan tanggapan dengan jalan mengulang–ulang.
Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau
rangsangan-rangsangan. Teori belajar yang kedua memperhatikan factor internal dan external.
Teori transformasi yang berlandaskan pada psikologi kognitif adalah transformasi
dari masukan (input), kemudian input tersebut direduksi, diuraikan, disimpan,
ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Belajar dimulai dari kontak individu dengan
dunia luar. Transformasi dari masukan-masukan sensoris bersifat aktif melalui
seleksi untuk dimasukan kedalam ingatan/memori.
Ciri-ciri Kegiatan Belajar (Notoatmojo, 2003):
a. Belajar adalah kegiatan untuk menghasilkan perubahan pada diri individu
yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial.
b. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama.
c. Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha bukan, bukan karena proses
kematangan. Hilgard, yang disarikan oleh Pasaribu dan Simanjuntak dalam
Notoatmojo (2003), yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
commit to user
Definisi kesehatan reproduksi yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Kesepakatan Konferensi Wanita Sedunia di Beijing dalam Yani W, (2009).
Definisi ini sama yang ada di Undang-undang Kesehatan Nomor 36/2009,
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Kesehatan
reproduksi yang dimaksud yaitu; saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan
sesudah melahirkan ; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi dan kesehatan seksual;
dan kesehatan sistem reproduksi.
b. Remaja
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia. Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa. Menurut
Desmita (2006) untuk menentukan definisi yang memadai tetang remaja tidaklah
mudah, serta kapan masa remaja mulai dan kapan anak remaja tumbuh menjadi
dewasa, tidak dapat dipastikan. Desmita (2006) dalam bukunya Psikologi
Perkembangan, mengatakan batasan usia remaja menurut para ahli adalah antara
usia 12 hingga 21 tahun. Rentang usia remaja dibedakan atas tiga yaitu: masa
remaja awal, usia 12- 15 tahun, masa remaja pertengahan, usia 15 – 18 tahun, masa
remaja akhir, usia 18 – 21 tahun.
Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
periode remaja merupakan klimak dari periode-periode perkembangan sebelumnya.
Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya diuji dan
dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu
pola pribadi yang lebih mantap (Latifah, M. 2010).
c. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat
disini tidak semata-mata bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun sehat
secara mental serta sosial cultural (BKKBN, 2007).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sehat sacara fisik, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa
kepada Allah SWT, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
anggota dan antar keluarga dengan warga masyarakat dan lingkungan (Depag
Jateng, 2004)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja.
Keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi remaja
commit to user
a. Masalah gizi, yang meliputi anemia dan kurang energi kronis, pertumbuhan
yang terhambat pada remaja putri yang dapat mengakibatkan kesempitan
panggul.
b. Masalah pendidikan, meliputi buta huruf dan pendidikan rendah dapat
mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar
ketika berkeluarga dan akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan
diri dan keluarganya.
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan; lingkungan dan suasana kerja yang
kurang memperhatikan kesehatan remaja, lingkungan sosial yang kurang
sehat dapat menghambat bahkan merusak kesehatan fisik mental dan
emosional remaja.
d. Masalah seks dan seksualitas; pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak
tepat tentang masalah seksualitas, kurangnya bimbingan untuk bersikap
positif dalam hal yang berkait dengan seksualitas, penyalahgunaan dan
ketergantungan napza, yang mengarah kepada penularan HIV/AIDS melalui
jarum suntik dan seks bebas, penyalahgunaan seksual, kehamilan remaja,
kehamilan pranikah.
e. Masalah kesehatan reproduksi; ketidakmatangan secara fisik dan mental,
resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar, kehilangan
kesempatan untuk pengembangan diri remaja, resiko bertambah untuk
melakukan aborsi yang tidak aman.
5. Kemampuan Menyelesaikan Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pendidikan dibagi dalam tiga domain (ranah), yaitu ranah kognitif (cognitive
domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotor
domain). Di dalam ranah kognitif terdapat penerapan (application) yang meliputi
kemampuan menerapkan suatu kaidah/ metode untuk menyelesaikan masalah
kehidupan yang nyata pada suatu kasus atau problem yang konkrit dan baru,
termasuk masalah kehamilan tidak diinginkan yang terjadi pada remaja.
Aplikasi menurut Bloom dalam Mustaqim (2008), adalah merupakan suatu
abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut bisa terbentuk
ide, teori, petunjuk teknis, prinsip atau generalisasi. Aplikasi (aplication) diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain, Notoatmojo (2003). Aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi kongkrit atau situai khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Abstraksi berupa prinsip atau generalisasi yakni suatu yang umum sifatnya untuk
diterapkan pada situasi khusus. Prinsip merupakan abstraksi suatu proses atau suatu
hubungan mengenai kebenaran dasar hukum umum yang berlaku dibidang ilmu
tertentu. Prinsip mungkin merupakan suatu pernyataan yang berlaku pada sejumlah
besar keadaan dan mungkin pula merupakan suatu deduksi dan suatu teori atau
asumsi. Generalisasi merupakan rangkuman sejumlah informasi atau rangkuman
commit to user
Kemampuan kognitif seperti pengamatan, perhatian, tanggapan, fantasi, dan
berfikir, merupakan sarana dasar untuk pengambilan keputusan oleh remaja dalam
melakukan penyesuaian diri (Asrori, 2007).
6. Ilmiah
Ilmiah menurut Badudu artinya bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan. Jadi
penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan secara ilmiah adalah
penyelesaian yang bersifat bijak dan sesuai dengan kaidah pengetahuan di bidang
ilmu kesehatan reproduksi. Pengetahuan seseorang diperoleh melalui berbagai
sumber informasi. Ragam informasi tersebut dapat berasal dari pengalaman, proses
pendidikan/belajar, informasi media masa, media elektronik, buku-buku bacaan,
informasi dari petugas, teman dekat dan lain-lain. Pengetahuan dapat membentuk
keyakinan tertentu sehingga seseorang dapat melaksanakan sesuatu berdasarkan
pengalaman itu. Pengetahuan/kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Dengan pengetahuan inilah
seseorang akan mengambil sikap untuk suatu tindakan dalam penyelesaian masalah
yang dihadapi. Sikap , merupakan reaksi yang tertutup tidak dapat dilihat secara
langsung hanya dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tampak.
Menurut Notoatmojo (2003), sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu
tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
pengalaman orang lain.
c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak
atau sedikitnya pengalaman seseorang.
7. Etika
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kuwajiban moral. Etika merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kuwajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan
atau tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti
tidak memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik. Etika dapat
diartikan juga sebagai yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan, benar
atau tidaknya suatu perbuatan, karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan (Suhaeni,ME. 2002).
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral, yang erat
kaitannya dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan apakah itu benar/
salah, baik/ buruk. Etika dan moral tidak bisa dipisahkan, etika berfokus pada
prinsip dan konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam
commit to user
Etika adalah moral yang berasal dari bahasa Latin mos/jamak mores yang
artinya kebiasaan/adat dan menurut Bertens, K.(2002). Etik yaitu nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Menurut Dep Dik Bud dalam Bertens, K.(2002), Etika
adalah; ilmu tentang baik dan buruk, tentang hak dan kuwajiban, kumpulan azas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Sumber moral adalah agama mimiliki
fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral yang baik bagi
manusia. Penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan, ditinjau dari aspek
etika, harus memperhatikan moral budaya setempat dan juga moral agama sebagai
sumber moral.
8. Hukum.
Hukum adalah semua peraturan/perundangan yang berlaku dan dibuat oleh
yang berwenang , wajib dipatuhi oleh semua warga. Norma hukum perlu dipahami
baik norma hukum secara umum maupun secara khusus misalnya hukum kesehatan
(Sudarma, 2008). Hukum kesehatan yang mengatur penyelesaian masalah
kehamilan tidak diinginkan/ aborsi tertulis di Undang-undang Republik Indonesia
No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, Bagian Keenam, Kesehatan reproduksi,
Pasal 75:
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan;
atau
(b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76:
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam paasal 75 hanya dapat dilakukan:
(1) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecualui dalam hal kedaruratan medis.
(2) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki ketrampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri;
(3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
commit to user
(5) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77:
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelesaian masalah KTD dalam penelitian ini hukum yang dipakai hukum
kesehatan. Secara tidak langsung hukum adat dan hukum agama juga berperan,
apalagi kalau tinggal di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti
hukum adat, yaitu seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku
disuatu wilayah. Hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan
agama tertentu, yang terdapat dalam Kitab Suci, yang menjadi sumber hukum dan
moral.
9. Kehamilan yang Tidak Diinginkan (Unwanted pregnancy)
Resiko hubungan seksual pra nikah salah satunya adalah kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD). Menurut Sugiharto dalam Soetjiningsih (2010) ada 2 hal
yang dilakukan remaja jika mengalami KTD, yaitu mempertahankan kehamilan
atau mengakhiri kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut membawa resiko baik
fisik, psikis, maupun sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1) Resiko fisik kehamilan pada usia dini dapat menyebabkan kesulitan
dalam persalinan, pendarahan bahkan hingga terjadi kematian.
2) Resiko psikis/psikologis. Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi
orang tua tunggal karena pria yang menghamili tidak bertanggung jawab
atas perbuatannya. Seandainya menikah, hal ini juga bisa
mengakibatkan perkawinan yang bermasalah dan penuh konflik karena
sama-sama belum dewasa dan belum siap menjadi orang tua.
Lebih-lebih pihak perempuan seakan dibebani berbagai perasaan yang tidak
nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri,
bersalah atau berdosa, tertekan, pesimis. Bila tidak ditangani dengan
baik, maka perasaan-perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan
yang lebih parah.
3) Resiko sosial, salah satunya adalah berhenti/putus sekolah atas kemauan
sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain
dikeluarkan dari sekolah, karena sekolah tidak mentolerir siswi yang
hamil. Resiko sosial lain adalah menjadi pembicaraan, kehilangan masa
remaja yang seharusnya dinikmati atau cap buruk karena melahirkan
anak “di luar nikah” serta terabaikannya hak pendidikan. Di Indonesia
melahirkan di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua maupun
anak yang lahir.
b. Bila kehamilan diakhiri (aborsi):
Banyak remaja yang memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila
commit to user
dilakukan oleh dokter/ bidan yang berpengalaman sebaliknya aborsi tidak
aman bila dilakukan oleh dukun ataupun cara-cara yang tidak benar. Aborsi
bisa berdampak negatif secara fisik, psikis dan sosial terutama bila
dilakukan secara tidak aman.
Resiko yang dapat terjadi bila aborsi dilakukan tidak aman;
1) Resiko fisik. Pendarahan dan komplikasi yang dapat menyebabkan
infeksi dan terjadi kemandulan sampai berakibat fatal yaitu kematian.
2) Resiko psikis. Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan
takut, panik, tertekan, atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan
kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah dan dosa akibat aborsi,
selain itu perilaku aborsi juga mengakibatkan kehilangan kepercayaan
diri.
3) Resiko sosial. Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih
besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami
KTD dan aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sukar menolak
ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan terputus atau
masa depan terganggu.
B. Penelitian yang Relevan.
1. Yori Sulistia (2008), Judul penelitian “Hubungan progran Kesehatan
Reproduksi Remaja dengan Perilaku Pencegahan Seksualitas Pranikah Siswa
SMA di Kabupaten Agam Sumatra Barat” , menggunakan metode penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
lebih banyak pada siswa yang mendapat KRR dari pada siswa yang tidak
mendapat KRR, dan ada hubungan bermakna dengan perilaku pencegahan
seksual adalah (P= 0,000, RP= 7,5), informasi orang tua (P= 0,004, RP= 2,5),
dan informasi teman sebaya (P= 0,03, RP= 0,39). Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan pada judul, rancangan penelitian, subjek, waktu dan tempat
penelitian. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kesehatan
reproduksi remaja.
2. Sri Lestari Dwi Astuti (2008), melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku
Seksual Pranikah pada Mahasiswa DIII Keperawatan Politehnik Kesehatan
Surakarta. Metode penelitian eksplanatory research dengan rancangan
crossectional subjek penelitian Mahasiswa DIII Keperawatan. Hasil; Terdapat
Hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap tentang Kesehatan
reproduksi dengan perilaku seksual pranikah, dengan uji P (P) 0,01< 0,05 dan
uju T (P) X1 0,002 dan (P) X2 0,046 lebih kecil 0,05 serta nilai R2 total = 0,448
atau 44,8%, secara parsial R2 X1= 0,189 atau 18,6% dan R2X2= 0,262 atau
26,2%. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada judul, rancangan
penelitian, subjek, waktu, dan tempat penelitian. Persamaannya adalah meneliti
tentang kesehatan reproduksi.
3. Susilo Damarini (2009), Judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja terhadap Kemampuan Penangan Penyelesaian Masalah Kehamilan
tidak Diinginkan pada Mahasiswa Kebidanan di Kota Bengkulu. Metode :
Kuasi Eksperimen non randomized, pre tes – post tes Control group design.
Populasi Mahasiswa kebidanan, analisis uji Paired T-test, regresi linier
commit to user
kelompok sebaya dan ceramah dapat meningkatkan kemampuan remaja
dalam meningkatkan kemampun remaja dalam menyelesaikan masalah
KTD dan dipengaruhi oleh variabel keluarga. Nilai koefisien sebesar 3,18
(CI: 2,59-3,77). Nilai R-square 0,61 berarti variabel tempat tinggal sekarang
bersama keluarga dapat memprediksi kemampuan remaja dalam
menyelesaikan masalah KTD sebesar 61%, Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan pada judul, subjek, waktu dan tempat penelitian.
Sedang persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kesehatan
reproduksi remaja dengan KTD.
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
1. Ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap
Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari Aspek
Ilmiah.
KemampuanKognitif Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari aspek ilmiah, etika, dan hukum
Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Remaja
Variabelbebas
- Umur
- Tempat tinggal
- Tempat asal
Variabel terikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap
Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari Aspek
Etika.
3. Ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap
Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah KTD ditinjau dari Aspek
Hukum.
4. Ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap
Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah KTD pada Mahasiswa D III
commit to user
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian bersifat kuantitatif dan rancangan dalam penelitian ini dengan
randomized control trial. Design ini menurut Sugiyono (2008) disebut Pre test –
Post test Control Group Design, dalam design ini terdapat dua kelompok yang
dipilih secara random, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal.
Selanjutnya dilakukan post test bagi kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol.
Berikut adalah bagan rencana penelitian:
Keterangan:
“1” Hasil observasi awal = pre test
“x” Pelaksanaan pendidikan KRR dengan ceramah “2” Hasil observasi akhir = post test
“3” Hasil observasi awal = pre test pada kelompok kontrol “4” Hasil observasi akhir = post test pada kelompok kontrol
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Permata Indonesia
Yogyakarta.
1 x 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Waktu pengambilan data mulai tanggal 14 Oktober sampai tanggal 8
November 2010
C.Populasi Sampel
1. Populasi : Semua mahasiswa DIII Kebidanan semester satu (1), di
Poltekkes Permata Indonesia Yogyakarta sebanyak 46 orang.
2. Sampel : Sampel pada penelitian ini total sampling, dengan randomisasi
untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok
komtrol. Total sampling menurut Murti, B. (2010) disebut
exhaustive sampling, merupakan skema pencuplikan yang
mengambil semua subjek dari populasi sumber sebagai sampel
untuk diteliti. Kemudian sampel dilakukan randomisasi untuk
menentukan sampel penelitian yang mendapat penyuluhan
dengan ceramah dan sampel sebagai kontrol untuk belajar
mandiri dengan diberi hand out/materi, masing-masing dengan
jumlah yang sama. Dari populasi sebanyak 46 orang, dirandom
dengan mengambil undian, nomor satu (1) menjadi kelompok
kontrol dan nomor dua (2) menjadi kelompok penelitian.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.
1. Variabel Penalitian ini: variabel independen/variabel bebas adalah penyuluhan
commit to user
kemampuan kognitif penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan (KTD).
Sedang sub variabelnya ada tiga yaitu penyesian masalah KTD ditinjau dari
aspek ilmiah, aspek etika, aspek hukum dan variabel luarnya adalah; umur
responden, tempat tinggal sekarang dan tempat asal responden.
2. Definisi Operasional:
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
No. Jenis Variabel Uraian
1.
Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yaitu proses pembelajaran/ceramah yang diberikan secara lisan dan tatap muka dengan responden, dalam ceramah diberikan juga scenario kasus yang memerlukan penyelesaian. Skala pengukuran : interval.
Kemampuan kognitif responden yang meliputi aspek ilmiah, aspek etika, dan aspek hukum dalam menyelesaikan masalah kehamilan tidak diinginkan dengan menggunakan test pertanyaan, jawaban Ya dan tidak, skor (1) untuk jawaban yang benar dan skor (0) untuk jawaban salah. Instrument dalam bentuk pertanyaan/kuestioner untuk pre test serta post test dengan pertanyaan tertutup dengan jawaban ya dan tidak.
Penyelesaian masalah secara bijak sesuai kaidah
pengetahuan tentang KESEHATAN Reproduksi
Remaja (KRR).
Penyelesaian masalah sesuai dengan etika/moral dan agama.
Penyelesaian masalah sesuai dengan kaidah hukum kesehatan.
Umur/usia remaja dalam tahun berdasar ulang tahun terakhir(17-20 Th), skala continue, alat ukur/instrument kuestioner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tempat tinggal sekarang
kota Propinsi/ Kabupaten/Kota) dan pedesaan
(bertempat tinggal diluar perkotaan), alat ukur/ instrument questioner.
Tempat tinggal responden setelah menjadi mahasiswa, bersama orangtua/ keluarga, asrama, kos atau kontrak bersama dengan teman. Alat ukur kuestioner.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah daftar pertanyaan/ kuesioner tertutup,
responden tinggal menjawab ya/tidak. Instrument yang digunakan sudah diyakini
valid dan reliabel. Menurut Notoatmojo (2003) uji coba kuesioner dilakukan
untuk mengehatui validitas dan reliabilitas kuesioner. Sudah dilakukan uji
validitas dengan korelasi Pearson Product Moment dan uji realibilitas dengan
Spearman Brown, tanggal 5 Oktober 2010 pada mahasiswa DIII kebidanan
semester satu (1) STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, dengan pertimbangan
lokasi, kondisi akademik, sarana prasarana hampir sama atau seimbang. Peserta
uji validitas dan reliabilitas sebanyak 30 orang. Hasil uji validitas 44 pernyataan,
dinyatakan valid 40 pernyataan, r hitung lebih besar dari r tabel (0,239). Hasil
perhitungan rumus Spearman Brown dibandingkan dengan tabel r product
moment, r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel maka dinyatakan reliabel.
Hasil semua pernyataan dinyatakan reliable, namun yang digunakan hanya 40
pernyataan, disesuaikan dengan pernyataan yang valid. Hasil penghitungan
commit to user Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner.
No. Aspek Materi Jawaban N
Rincian kuesioner kemampuan
kognitif:
F. Tehnik Pengumpulan Data
Sumber data primer yang dikumpulkan melalui pre test dengan
memberikan pertanyaan tertutup, dan setelah perlakuan dilakukan post test juga
dengan pertanyaan tertutup dengan jawaban Ya atau tidak. Pre test tanggal 14
oktober 2010. Penyuluhan tanggal 17, 18, dan 19 Oktober 2010, media
pembelajaran menggunakaan alat bantu visual dan diberikan hand out tanggal 19
Oktober 2010. Sedang kelompok kontrol hanya diberikan hand out, pada hari
yang sama dengan pemberian hand out pada kelompok eksperimen. Kemudian
berselang 15 hari, tanggal 4 November 2010 diadakan post test bagi kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Hal ini dilakukaan dengan pertimbangan cukup memenuhi persyaratan, posr test
dilakukan pada hari ke 15-30 setelah perlakuan (Notoatmodjo, 2005)
G. Teknik Analisa Data
Pengolahan data dilakukan melalui proses:
a. Editing
Memeriksa kelengkapan jawaban responden dan meminta menjawab kembali
apabila terdapat pertanyaan yang belum dijawab/ jawaban tidak jelas.
b. Coding
Memberikan kode terhadap jawaban responden, yaitu “1” untuk jawaban
yang benar dan “0” untuk jawaban yang salah.
c. Transfering
Memindahkan jawaban yang telah diberi kode kedalam master table.
d. Tabulating
Menghitung dan menjumlah karakteristik dan jawaban yang sama kemudian
disusun dalam tabel umum disertai dengan keterangan untuk setiap
karakteristik dan pengetahuan.
e. Analisa data.
1) Analisis univariabel
Analisis ini untuk menganalisis distribusi frekuensi masing-masing
commit to user
Analisis univariabel menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui
gambaran secara menyeluruh yaitu jumlah responden, jumlah persentasi,
umur remaja, tempat tinggal asal dan tempat tinggal sekarang.
2) Analisis bivariabel
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
(Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja) dan variabel terikat
(Kemampuan kognitif penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan
dilihat dari aspek ilmiah, aspek etika dan aspek hukum). Pada penelitian
ini variabel bebas menggunakan skala interval dan variabel terikat
menggunakan skala interval, maka uji statistik yang digunakan adalah
Uji Paired T test / Uji T beda rata-rata.
H. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3. Jadwal Penelitian.
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1.
September – Oktober 2010 Oktober – November 2010 November – Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Subjek Penelitian adalah Mahasiswa DIII Kebidanan semester satu (1)
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Permata Indonesia Yogyakarta. Umur 17 sampai
dengan 20 tahun, jumlah mahasiswa 46 orang, yang dibagi menjadi dua (2)
kelompok secara random, yaitu kelompok I sebagai kelompok eksperimen 23
orang mahasiswa mendapat penyuluhan dengan ceramah dan kelompok II sebagai
kelompok kontrol 23 orang mahasiswa diberi hand out untuk belajar mandiri.
1. Analisa Univariat
Untuk mendiskripsikan tentang karakteristik responden dalam penelitian ini ,
disajikan dalam bentuk tabel frekwensi, meliputi : (a) Umur responden (b)
Tempat tinggal asal dan (c) tempat tinggal sekarang.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Subjek Penelitian.
commit to user
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa responden mayoritas
umur 18 tahun baik kelompok experiment (ceramah) 18 (78,3%), maupun
kelompok kontrol 17 (73,9%) dari 76,1%.
Tabel 4.2. Karakteristik Penyuluhan KRR dan Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD
Karakteristik Ceramah Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. terlihat ada peningkatan skor (mean) dari hasil pre test - post test secara
menyeluruh baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Peningkatan skor (mean) kesehatan reproduksi remaja terhadap kemampuan
kognitif penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan pada kelompok
eksperimen (ceramah) pre test 30,61 dan post test 34,30; kelompok kontrol
(belajar mandiri) pre test 28,65 dan post test 31. Kemampuan kognitif
penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan peningkatan pada kelompok
eksperimen skor (mean) pre test 13,13 post test menjadi 15,83; kelompok kontrol
pre test 12,17 – post test 14,78. Penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan
ditinjau dari aspek ilmiah pada kelompok eksperimen pre test 5,7 – post test 6,00;
kelompok kontrol pre test 5,35 - post test menjadi 6,00; aspek etika kelompok
eksperimen pre test mean 4,09 - post test 5,74; kelompok kontrol pre test 3,74 –
post test 5,00; dan aspek hukum kelompok eksperimen pre test mean 3,35 – post
commit to user
Tabel 4.3. Uji Homoginitas Kelompok Eksperimen Ceramah) dan Kontrol
(Belajar Mandiri)
Aspek F P
-KRR terhadap Kemampuan Penyelesaian Masalah KTD - Kemampuan Kognitif -Aspek Ilmiah
-Aspek Etika -Aspek Hukum
0,012
0,640 0,921 0,199 1,404
0,913
0,428 0,343 0,658 0,242
Hasil uji homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
menunjukan homogen, diketahui dari penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) terhadap kemampuan kognitif penyelesaian masalah
KehamilanTidak Diinginkan (KTD), sebesar (F) 0,012 pada tingkat signifikan
(P) 0,91, (P >0,05). Kemampuan kognitif (F) 0,640 pada tingkat signifikan
(P) 0,428, (P.>0,05) berarti Kemampuan kognitif homogen. Aspek ilmiah
homogen (F) 0,921 dengan (P) 0,343, (P> 0,05), juga aspek etika (F) 0,199,
(P) 0,658, (P > 0,05) dan aspek hukum dengan (F) 1,404 tingkat signifikan
(P) 0,242, (P>0,05) berarti keduanya homogen.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk hubungan antara variabel bebas penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja (ceramah) dengan variabel terikat (kemampuan kognitif
penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan meliputi aspek ilmiah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Paired T test, yaitu untuk
mengetahui peningkatan skor pre test dan post test baik kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Tabel 4.4. Perbedaan Peningkatan skor pre test-post test Kesehatan
Reproduksi Remaja dengan Kemampuan kognitif
Penyelesaian Masalah KTD pada Kelompok eksperimen (ceramah) dan Kelompok kontrol (belajar mandiri).
Kelompok
Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa dengan Paired T test ada peningkatan skor
pre test– post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Peningkatan skor mean kelompok eksperimen -5,391 (CI: -6,680 - -4,102),
T hit -8,674 > T tb 2,074 nilai (P) 0,000 < 005, berarti secara statistik
bermakna dan signifikan secara praktis. Pada kelompok kontrol, hasil uji
Paired T test juga menunjukan peningkatan skor mean -5,130 (CI: -6,881 -
-3,380, T hit -6,077 > T tb 2,074 nilai (P) 0,000 < 0,05, secara statistik
bermakna dan signifikan secara praktis.
Berdasar hasil analisis ini menunjukan peningkatan skor yang bermakna
secara praktis dan statistik penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan
kemampuan kognitif penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan (Ada
commit to user
kognitif penyelesaian masalah Kehamilan Tidak Diinginkan), baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol.
Dibawah dapat dilihat pada grafik peningkatan skor pre test dan post testnya.
Grafik 4.1. Peningkatan Skor Pre test dan Post test Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Kemampuan Kognitif Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan.
Tabel 4.5. Perbedaan Kemampuan Penyelesaian Masalah Kehamilan
Tidak Diinginkan Pada Kelompok Eksperimen (Ceramah). Varibel/sub
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
nilai rerata pre test dan post test, kelompok eksperimen; kemampuan kognitif,
aspek etika, aspek hukum secara praktis dan statistic bermakna. Variabel
kemampuan kognitif, CI -2,696, T hit -8,674 > T tb 2,074, (P) 0,000 <0,05;
aspek etika, CI -1,652, T hit -7,713 > T tb 2,074, (P) 0,000 <0,05; aspek
hukum, CI 0,739, T hit -4-376 > T tb 2,074, (P) 0,000 < 0,05. Sedang aspek
ilmiah menunjukan tidak signifikan atau tidak bermakna CI 0,304, T hit
-1,127 < T tb 2,074, P 0,272 > 0,05 berarti tidak ada perbedaan yang
bermakna antara pre test dan post test dari aspek ilmiah.
Tabel 4.6. Perbedaan Kemampuan Penanganan Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Kelompok Kontrol (Belajar - Mandiri). Variabel/
Dilihat dari tabel 4.6. Variabel maupun sub variabel menunjukan selisih nilai
rerata pre test dan post test kelompok kontrol, secara statistik dan praktis
signifikan atau bermakna. Variabel kemampuan kognitif CI -2,609, T hit
-6,204 > T tb 2,074, (P) 0,000 < 0,05, aspek ilmiah CI-0,652, T hit -3,347 > T
tb 2,074, P 0,003 < 0,05; aspek etika CI -1,261, T hit -5,319 > T tb 2,074, (P)
0,000 < 0,05; aspek hukum CI 0,609, T hit -2,826 > T tb 2,074, (P) 0,010 <
commit to user
Tabel 4.7. Peningkataan Skor Pre test dan Post test Kemampuan kognitif Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol.
Variabel/sub
Dari tabel 4.7. bahwa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
keduanya menunjukan peningkatan Skor post test, namun pada kelompok
eksperimen secara keseluruhan peningkatannya lebih tinggi dari kelompok
kontrol, hanya peningkatan pada aspek ilmiah kelompok eksperimen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 4.8. Perbedaan Kemampuan Kognitif, Aspek Ilmiah, Aspek Etika, Aspek Hukum Dilihat Dari Umur, Tempat Tinggal Asal, Tempat Tinggal Sekarang Pada Kelompok Eksperimen (Ceramah)
Variabel-Sub variabel/
umur sama kemampuan kognitifnya dalam penyelesaian masalah KTD. F hit
0,260 < F tb 3,127 dan P 0,853 > P 0,05. Tempat tinggal asal Perkotaan dan
Pedesaan, T hit 0,868 < T tb 2,080 dan P 0,395 > 0,05 berarti tidak ada
perbedaan dalam kemampuan kognitif penyesaian masalah KTD. Tempat
tinggal sekarang, tinggal bersama orang tua dan di Kos, F hit 0,697 < F tb
3,127 dan P 0,413 > 0,05 berarti tidak ada perbedaan kemampuan kognitif
penyelesaian masalah KTD, antara yang tinggal bersama orang tua dengan di
commit to user
dilihat dari umur, semua kelompok umur sama dalam penyelesaian masalah
KTD, F hit < F tb dan P> dari 0,05. Dari tempat tinggal asal, tidak ada
perbedaaan, antara yang tinggal di Perkotaan maupun Pedesaan
kemampuannya dalam penyelesaian masalah KTD. T hit < T tb dan P > dari
0,05. Dilihat dari tempat tinggal sekarang bersama orang tua dan di Kos juga
tidak ada perbedaan penyelesaian masalah KTD, baik Aspek ilmiah, etika
maupun aspek hukum, F hit < F tb dan P > 0,05.
Tabel 4.9. Perbedaan Kemampuan Kognitif, Aspek Ilmiah, Aspek Etika, Aspek Hukum Dilihat dari Umur, Tempat Tinggal Asal, Tempat Tinggal Sekarang, Pada Kelompok Kontrol (Belajar Mandiri) Variabel-Sub variabel/
Tempat Tinggal Asal Tempat Tinggal Sekarang
Tempat Tinggal Asal Tempat Tinggal Sekarang
Tabel 4.9. diatas menunjukan bahwa kemampuan kognitif pada kelompok
kontrol, dilihat dari umur, semua kelompok umur sama kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
> 0,05. Tempat tinggal asal dari Perkotaan maupun Pedesaan juga tidak ada
perbedaan kemampuan kognitif penyelesaian masalah KTD, T hit 0,240 < T
tb 2,080 dan P > 0,05. Tempat tinggal sekarang tidak ada perbedaan pada
kemampuan kognitif penyelesaian masalah KTD, F hit 0,730 < F tb 3,217 dan
P > 0,05. Dari aspek ilmiah, aspek etika dan aspek hukum, pada semua
kelompok umur, yang tinggal di Perkotaan, Pedesaan dan tinggal bersama
orang tua dan di Kos semua sama kemampuannya dalam penyelesaian
masalah KTD. Hasil menunjukan F / T hit < F / T tb dan P > 0,05.
B.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui pengaruh penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja (KRR) terhadap kemampuan kognitif
penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan tujuan khusus
untuk (1) Mengetahui kemampuan penyelesaian masalah kehamilan tidak
diinginkan ditinjau dari aspek ilmiah; (2) Penyelesaian masalah KTD ditinjau
dari aspek etika; (3) Penyesaian masalah KTD ditinjau dari aspek hukum; (4)
Mengetahui pengaruh penyuluhan KRR terhadap kemampuan kognitif
penyelesaian masalah KTD pada mahasiswa DIII Kebidanan Poltekkes
Permata Indonesia Yogyakarta.
1. Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja (KRR) terhadap
kemampuan kognitif penyelesaian masalah kehamilan tidak diinginkan
(KTD), penelitian ini mencoba untuk melihat pengaruh KRR melalui
commit to user
sebagai kelompok kontrol, terhadap penyelesaian masalah KTD pada
mahasiswa DIII Kebidanan semester I, di Yogyakarta. Pengukuran
dilakukan dengan melihat hasil evaluasi sebelum perlakuan dengan pre test
dan setelah perlakuan. Evaluasi intervensi penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja dengan post test. Pengukuran dengan cara ini untuk
melihat seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap kemampuan kognitif
penyelesaian masalah KTD. Pre test untuk melihat seberapa besar nilai
dasar kemampuan penyelesaian masalah KTD responden sebelum diberi
perlakuan, sedang post test digunakan untuk melihat seberapa besar
responden dapat menyerap materi yang diberikan pada saat perlakuan.
Prosedur penelitian telah dilaksanakan, Pre test dilakukan awal penelitian,
tiga (3) hari dari pelaksanaaan pre test dilakukan ceramah sebanyak 3 kali/
3 hari berturut-turut dan diberi hand out. Kelompok kontrol diberi hand out
pada hari terakhir kelompok eksperimen mendapat ceramah. Kemudian 15
hari berikutnya dilakukan post test secara bersama-sama. Prosedur ini
sesuai pendapat Notoatmojo, (2005), pengetahuan yang terukur pada masa
ini telah tersimpan dalam memori jangka panjang subjek. Selang waktu
15-30 hari adalah cukup untuk memenuhi persyaratan. Apabila selang
waktu terlalu pendek, kemungkinan remaja masih ingat
pernyataan-pernyataan pada pre test sedangkan bila waktu itu terlalu lama,
kemungkinan pada remaja telah terjadi perubahan dalam variabel yang
akan diukur. Dengan melihat hasil pre test dan post test yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kebidanan Poltekkes Permata Indonesia dengan penyuluhan menjadi
lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis statistik pada penelitian ini bahwa perbedaan
nilai rerata kemampuan responden pada pre test dan post test antara
kelompok eksperimen dan kontrolmenunjukan hasil yang bermakna.
Hasil penelitian dengan uji Paired T test, post test menunjukan bahwa
kemampuan responden meningkat secara signifikan, T hitung > T tabel
-8,674 > 2,074), P 0,000 < P 0,05 berarti secara statistik bermakna dan
signifikan secara praktis, berarti ada pengaruh penyululuhan KRR
terhadap kemampuan kognitif penyelesaian masalah KTD. Demikian juga
kelompok kontrol menunjukan bermakna, T hitung > T tabel (-6,077 >
2,074), P 0,000 < P 0,05 ada pengaruh belajar mandiri terhadap
kemampuan kognitif penyelesaian masalah KTD.
Hasil penelitian kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol lebih
tinggi (2,08) karena perlakuan dengan metode ceramah dibanding belajar
mandiri ada beberapa kelebihan yaitu dalam ceramah responden disamping
mendengarkan juga dapat membaca sendiri dan dapat minta penjelasan
bila ada yang kurang jelas, sedang kelompok belajar mandiri hanya
membaca sendiri tanpa dapat menanyakan kepada tutor manakala ada
hal-hal yang kurang jelas. Hal ini sesuai dengan kerucut Elgar Dale dalam
Notoatmojo (2003) bahwa ada 11 tingkatan yang menggambarkan tingkat
intensitas penggunaan alat bantu/peraga dalam menyampaikan