• Tidak ada hasil yang ditemukan

D IPS 0808284 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D IPS 0808284 Chapter1"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keprihatinan terhadap kemunduran kemanusiaan dan kerusakan lingkungan yang semakin meluas telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari persoalan modernitas, dan telah menjadi fokus perhatian pemerintahan di seluruh dunia. Bukan hanya dampak eksternal, tetapi juga logika kebebasan yang dibangun dalam perkembangan teknologi dan perkembangan ilmiah akan saling bertentangan jika bahaya serius dan tak tertahankan tidak dapat dihindari. Humanisasi teknologi tampaknya telah menyebabkan semakin meningkatnya isu

moral dalam relasi yang kini “sangat instrumental” antara manusia dengan

(2)

2

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Itulah misi dan sekaligus juga tantangan utama dari pendidikan Indonesia. Desain ilmu-ilmu, khususnya ilmu sosial dalam pendidikan, terutama pendidikan sejarah agar lebih menawarkan kemandirian, melalui pengembangan kesadaran dan nalar kritisnya dengan memfungsikan kesadaran etis dan estetika yang dimilikinya. Nalar kritis mahasiswa dalam menganalisis sejarah akan memberikan perspektif keilmuan sekaligus juga pemahaman etis terhadap kehidupan sosial dalam masyarakatnya. Sedangkan pemahaman estetika akan menghadirkan bentuk kesadaran yang menghargai keindahan akan keunikan dalam keragaman peristiwa dan realitas yang dihadapinya.

(3)

3

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam kelanjutan gagasan tersebut, Wiriaatmadja (2002: 294), mengatakan bahwa sejarah termasuk kelompok ilmu yang lamban di dalam merespon perubahan. Padahal sikap optimisme terhadap sejarah sebagai sebuah disiplin yang menjanjikan nilai-nilai spiritual, dan kultural karena kajiannya yang bersifat memberikan pedoman terhadap keseimbangan hidup, harmoni, nilai-nilai, dan keteladanan dalam keberhasilan dan kegagalan, dan cerminan bagi pengalaman kolektif suatu masyarakat bangsa yang dapat menjadi petunjuk bagi kehidupan masa depan. Kesadaran sejarah dapat mengendalikan kecenderungan berkembangnya keserakahan yang semakin “menggurita” dari kemajuan teknologi dan industri dengan mengeksploitasi hutan, sungai, udara, lautan, daratan tempat di mana manusia tinggal. Kesadaran sejarah dalam konteks ini, menunjukkan bahwa ketidakarifan dalam pemanfatan kekayaan alam dan akal budi manusia pada gilirannya akan membawa eksistensi kemanusiaan dan peradabannya ke dalam kehancuran.

(4)

4

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimensi pengetahuan yang berfungsi sebagai sumber atau pedoman dalam moral dan keteladanan perlu disampaikan dengan pendekatan yang bermakna juga.

Kebermaknaan dalam pembelajaran menjadi penting dalam kajian ilmu-ilmu sosial khususnya pendidikan ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Karena pengetahuan kesejarahan yang dimiliki mahasiswa tidak dapat mencapai pemahaman yang mendalam tanpa didukung oleh kemampuan analisis dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial atau pendidikan ilmu-ilmu sosial. Artinya mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan kajian interdisipliner, multidisipliner dan transdisipliner yang menjadi ciri khas Pedidikan Ilmu Pengetahuan sosial (PIPS).

(5)

5

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga pada gilirannya dapat berfungsi di dalam mendorong kesadaran mahasiswa akan identitas diri dan bangsanya yang dapat dipupuk dan dikembangkan sejalan dengan perkembangan kepribadian mahasiswa sebagai bagian dari intelektual bangsa. Pengajaran sejarah yang mengedepankan pendekatan hermeneutika dapat meningkatkan kemampuan berpikir kesejarahan mahasiswa secara analitis, logis, dan kritis.

(6)

6

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tentu saja, nuansa-nuansa bahasa tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang baru, karena jauh sebelumnya Hans-Georg Gadamer dalam bukunya

“Wahrheit und Methode atau “Truth and Method atau “Kebenaran dan

Metode” telah mengemukakan sebagai berikut: “bahasa merupakan modus

operandi dari cara kita berada di dunia dan merupakan wujud yang

seakan-akan merangkul seluruh konstitusi tentang dunia ini”. Dengan pernyataan

tersebut, Gadamer telah menyederhanakan status manusia di dunia ini sebagai bagian yang seakan-akan tidak terbedakan dari dunia itu sendiri. Di mana kita tidak mungkin dapat berbuat banyak di dunia ini, jika tanpa menggunakan bahasa. Mengingat dengan bahasa maka setiap orang menemukan dirinya di dunia yang terus berubah ini. Walaupun Gadamer tidak setuju jika bahasa dianggap sebagai yang selalu mengalami perubahan, akan tetapi hendaknya bahasa itu dipikirkan sebagai yang memiliki

“ketertujuan” (teleologi) di dalam dirinya (Gadamer, 2004: 62). Dengan kata

lain bahwa kata-kata atau ungkapan secara aksidental tidak pernah memiliki

“kebakuan”. Kata-kata ataupun ungkapan mempunyai tujuan (telos)

(7)

7

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar logika, namun pada kenyataannya kata-kata itu tidak pernah dibentuk secara aksidental saja atau sembarang saja.

Dengan demikian, hermeneutika dapat diibaratkan cara untuk „bergaul‟ melalui bahasa. Sebab dengan bahasa menjelemakan kebudayaan maupun peradaban manusia. Henri Bergson menyatakan bahwa bila seseorang memahami bahasa suatu negara, dapat dipastikan ia tidak akan mungkin benci terhadap negara itu (Bergson, 1959: 159). Hal ini dapat dipahami, karena bila seseorang mampu memahami sesuatu bahasa tertentu, maka ia memahami segala sesuatu tentang masyarakat, bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian bahasa merupakan medium tanpa batas, yang membawa segala sesuatu di dalamnya – tidak hanya kebudayaan yang telah disampaikan kepada individu melalui bahasa, melainkan juga segala sesuatu tanpa ada kecualinya – sebab segala sesuatu termuat dalam domain pemahaman (Sumaryono, 1999: 28). Dengan kata lain bahasa adalah perantara yang nyata bagi hubungan manusia. Segala tradisi dan kebudayaan kita semuanya terungkap di dalam bahasa, baik yang terukir pada batu prasasti maupun yang ditulis pada daun lontar (Gadamer, 1977: 59-68).

(8)

8

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Veda, dan Upanisad, agar dapat dimengerti memerlukan interpretasi atau hermeneutika. Begitu juga teks sejarah yang ditulis dalam bahasa yang rumit yang beberapa abad tidak dipedulikan oleh para pembacanya, tidak dapat dipahami dalam kurun waktu seseorang tanpa penafsiran yang benar. Istilah-istilah yang dipakai mungkin ada kesamaannya, tetapi arti atau makna dari istilah itu bisa berbeda. Perang pada zaman dahulu dengan perang zaman sekarang pada hakikatnya sama saja, tetapi dalam setiap perang memerlukan penafsiran lebih jauh. Sebagai contoh pada Perang Bubat dan Perang Diponegoro, memiliki nuansa dan substansi yang berbeda. Meminjam istilah Dilthey di samping memiliki perbedaan antara wajah dalam (interior) dan wajah luar (eksterior), dalam pandangan dualistis tersebut, suatu peristiwa bisa dilihat aspek eksterior-kontekstualnya (kapan, dimana, dan siapa tokohnya), sedangkan secara interior dapat dilihat dari dasar „kesadaran‟ (mengapa dan bagaimana peristiwa) itu terjadi

(Tuttle, 1969: 65).

Kedua dimensi tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan dalam teks sejarah. Di sini perlunya disusun sebuah dasar bagi pertimbangan sejarah yang menempatkan penyelidikan sejarah supaya sejajar dengan penelitian ilmiah lainnya. Padahal dalam penelitian ilmiah disiplin lainnya hanya terdapat satu dimensi, yaitu

dimensi eksterior saja. Sedangkan aspek „kesadaran‟ pada penelitian-penelitian

(9)

9

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai metode, tetapi untuk meletakkan pemahaman yang mengarah kepada tingkat ontologis, bukan metodologis. Sebab menurut Gadamer kebenaran menerangi metode–metode individual, sedangkan metode justru merintangi atau menghambat kebenaran. Dalam arti bahwa Gadamer ingin mencapai kebenaran bukan melalui metode, melainkan melalui dialogis dan reflektif (Gadamer, 2004: 224: 439: 441). Sebab di dalam proses dialogis dan reflektif, kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara bebas lebih banyak kemungkinannya dibandingkan dengan proses metodis. Pada dasarnya metode adalah struktur yang dapat membekukan dan memanipulasi unsur-unsur yang memudahkan prosedur tanya-jawab, sedangkan proses dialogis dan reflektif tidaklah demikian (Gadamer, 2004: 561-562). Di samping itu tidak semua ilmu pengetahuan kemanusiaan dapat diterapi melalui suatu metode tertentu, kesusasteraan dan seni tidak dapat diterapkan melalui metode itu, dan dalam hal ini hermeneutika dapat membantu dalam memahami dan menafsirkan pada domain ilmu- ilmu tersebut.

(10)

10

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

walaupun kebanyakan hal ini tidak disadarinya. Sebagai contoh: ketika pemain bermain catur umpamanya, umumnya pemain tidak menyadari bahwa permainan itu diciptakan untuk sebuah aktivitas tertentu. Namun sebaliknya para pemain catur itu sendiri begitu serius dan larut dalam permainan itu sehingga permainan tersebut menguasai aktivitas mereka sebagai pemain catur. Subjek “permainan” yang sebenarnya bukanlah para pemainnya, melainkan permainannya sendiri (Gadamer, 1985: 92). Dalam hal ini siapa-pun yang ikut bermain harus betul-betul larut dalam “permainan” itu. Begitu-pun setiap “permainan”, mempunyai aturan atau dinamikanya sendiri yang bersifat independen terhadap kesadaran para pemainnya. Walaupun demikian, untuk bermain dengan baik yang harus dilakukan pemain, pertama-tama harus mengetahui lebih dahulu aturan-aturan dan dinamikanya. Setelah menguasai aturan-aturan dan dinamika “permainan” tersebut, maka pemain akan menyadari adanya aturan-aturan tersebut sekaligus tidak menyadarinya bahwa ini hanyalah sebuah “permainan”.

Di sinilah Gadamer menolak hermeneutika dipersepsikan sebagai metode, meskipun baginya hermeneutika adalah sebuah cara untuk mendapatkan

“pemahaman” namun ia tetap tidak menyatakan sebagai metode. Pernyataan ini

terungkap dalam karyanya yang berjudul Philosophical Apprenticeships atau

“Magang Filsafat” (1985). Dalam retorikanya ia kemukakan: “Dapatkah tujuan

(11)

11

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metodenya supaya mengenali dirinya sendiri terutama dalam konteks eksistensi manusia dan penalarannya” (Gadamer, 1985: 179).

Selain itu Gadamer begitu intens perhatiannya terhadap seni (meliputi;

bildung, sensus communis, pertimbangan, dan taste atau selera). Baginya

hermeneutika adalah „seni‟, bukan proses mekanis. Karena itu, jika pemahaman adalah jiwa dari hermeneutika, maka pemahaman tidak dapat dijadikan pelengkap proses mekanis. Pemahaman dan hermeneutika hanya dapat diberlakukan sebagai suatu karya seni. Sedangkan dalam berpikir tentang seni terdapat intuisi maupun imajinasi serta spekulasi. Oleh karena itu dalam proses hermeneutika hampir dapat dipastikan tidak dapat diramalkan sebelumnya.

(12)

12

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap kehidupan kontemporer, sehingga manusia yang mempelajari sejarah dapat menangkap dan memahami bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah sebagai kontekstualisasi yang memberikan makna bagi kehidupan dirinya dan manusia lainnya.

Oleh karena itu narasi sejarah tidak boleh kering-kerontang, rigid, dan terlalu bersifat tekstual. Karena interpretasi bukanlah sekedar sesuatu yang ditambahkan atau dipaksakan masuk ke dalam pemahaman. Namun

sebaliknya “memahami” berarti mendayagunakan apa saja yang dikumpulkan

dari panca indera dan semangat intuisi dan imajinasi penafsir untuk memberi keutuhan kepada teks maupun narasi sejarah dari proses intelektual penafsir. Inilah sebabnya yang mendorong peneliti untuk mengkaji Pengembangan Pendekatan Hermeneutika Model Gadamer dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Fenomenologi pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di UHAMKA dan UNJ). Penelitian ini menjadikan mahasiswa sebagai subjek yang bernalar dan menafsirkan teks sejarah dalam dimensi sosio-kultural yang dihadapi mahasiswa dalam kehidupannya, sehingga tugas sejarah di tangan mahasiswa menjadi lebih layak dan bermakna bagi kehidupannya dan masyarakatnya.

(13)

13

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang penelitian maka peneliti melakukan proses identifikasi masalah sebagai upaya menuju kepada perumasan masalah. Berikut ini identifikasi masalah tersebut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran sejarah mampu menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam memahami materi sejarah dalam bentuk teks sejarah?

2. Bagaimanakah pemahaman mahasiswa melalui pendekatan hermeneutika terhadap proses pembelajaran sejarah terkait dengan kerangka Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial?

3. Mengapa pendekatan hermeneutika penting untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah di perguruan tinggi

4. Bagaimana konsep hermeunitika sebagai sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran sejarah memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi sejarah?

5. Bagaimana mengembangkan daya kritis dan analisis mahasiswa melalui pendekatan hermeneutik dengan studi fenomenologis?

6. Bagaimana pengembangan pendekatan hermeneutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis?

(14)

14

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan memperhatikan latar belakang penelitian serta identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman mahasiswa terhadap konsep hermeneutika yang selama ini mereka pahami sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sejarah?

2. Bagaimanakah desain perencanaan pembelajaran untuk menerapkan pendekatan hermeneutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis?

3. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pengembangan hermeneutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis? 4. Bagaimanakah hasil-hasil penerapan pengembangan hermeuneutika model

Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis?

5. Bagaimana solusi pembelajaran hermeneutika model Gadamer dalam menghadapi kendala-kendala yang dihadapi dengan studi fenomenologis?

D. Tujuan Penelitian

(15)

15

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa yang belum mengenal penerapan hermenutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah secara konkret. Melalui penerapan pendekatan hermeneutika model Gadamer ini, diharapkan pemahaman mahasiswa dalam mengembangkan interpretasi dan pemahaman teks sejarah lebih komprehensif, utuh dan sesuai dengan jiwa zamannya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kesejarahan.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, untuk

mengembangkan pemahaman dan keterampilan atau skill interpretasi mahasiswa terhadap konsep hermeneutika yang selama ini mereka pahami sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sejarah. Kedua, untuk mendesain rancangan pembelajaran penerapan pendekatan hermeneutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis; Ketiga, untuk menyusun langkah-langkah pengembangan penerapan hermeneutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis; Keempat, untuk menyimak dan menganalisis hasil-hasil pembelajaran penerapan pendekatan hermeneutika model Gadamer dalam pembelajaran sejarah dengan studi fenomenologis tersebut;

Kelima, untuk menganalisis dan memecahkan masalah dalam memahami

kendala-kendala serta mengatasi sejumlah persoalan yang ditimbulkan selama penerapan hermeneutika model Gadamer dengan studi fenomenologis tersebut.

(16)

16

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini bersifat teoretis dan praktis. Secara teoretik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan aspek-aspek substansial dari pembelajaran sejarah yang kritis melalui kajian teoretis-hermeneutik dengan pengembangan kesadaran sejarah baik dalam wajah eksterior maupun interior dalam pemahaman kesejarahan. Sejauh yang dicermati penelitian mengenai pembelajaran sejarah di perguruan tinggi masih sangat terbatas, dengan lingkup kajian yang juga terbatas, yaitu terbatas pada aspek pembelajaran praktis, karena belum sampai pada persoalan filosofis-praktis bernalar secara konseptual-teoretik dengan kritis yang dibutuhkan dalam pembelajaran sejarah pada mahasiswa melalui pendekatan hermeneutika sebagai pisau analisisnya.

Dengan demikian penelitian ini merupakan hal baru yang berupaya untuk melakukan eksplorasi lebih jauh terhadap teori dan konsep hermeneutika dalam konteks pembelajaran sejarah yang dirumuskan dan dikembangkan secara sinergis dengan ragam teoritis lainnya dalam tujuan mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan yang lebih relevan dan kontekstual untuk situasi perkembangan masyarakat Indonesia dewasa ini.

(17)

17

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan melalui pengembangan pendekatan dan metode pembelajaran, belum sampai pada eksplorasi filosofis-teoretis-praktis yang bersifat kesejarahan, sehingga mahasiswa terjebak pada pola berpikir instrumental-mekanikal dalam memandang realitas yang dihadapinya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh: (1). pakar pendidikan sejarah dan ilmu-ilmu sosial sebagai bahan informasi rujukan filosofis, teoretis, dan kontekstual dalam mengembangkan paradigma pembelajaran sejarah dan ilmu-ilmu sosial; (2). Praktisi pendidikan sejarah sebagai bahan informasi dan rujukan konsep pragmatik dalam mengembangkan pembelajaran sejarah pada setiap jenjang, terutama di perguruan tinggi.

F. Penjelasan Istilah

Untuk memudahkan pemahaman dalam kajian tulisan ini, peneliti sebelumnya akan memberikan penjelasan istilah secara konseptual yang ada dalam judul tersebut, yakni:

Pertama; “pengembangan”, dimaksudkan sebagai tindakan dalam

(18)

18

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

modifikasi sesuai dengan konteks pembelajaran yang mengandung kepentingan penanaman nilai dan keilmuan, bukan sebagai konteks keilmuan yang bebas nilai. Istilah hermeneutika model Gadamer mengacu kepada paradigma efistemologi ilmu-ilmu kemanusiaan yang pendekatan tidak bersifat posivistik-dualistik-mekanistik yang bebas nilai, melainkan pendekatan yang terikat dengan nilai sebagai sebagai kebenaran dengan memperhatikan aspek intuisi dan imajinasi dalam menangkap konteks realitas sebagai kebenaran. Dengan demikian, penelitian ini juga menggunakan istilah fenomenologi sebagai efistemologi dalam menangkap realitas yang sarat dengan nilai tersebut.

Kedua; “hermeneutika”, diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau

situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Batasan umum ini selalu dianggap benar, baik hermeneutika dalam pandangan klasik maupun dalam pandangan modern (Palmer, 1969: 3). Gadamer (2004: 197) memaknai hermeneutika sebagai disiplin klasik yang berkaitan dengan seni dalam memahami teks. Pada kenyataannya, hermeneutika kemudian dipahami sebagai perspektif yang komprehensif meliputi persoalan kompleks. Pemahaman memberikan pada kesadaran hermeneutika sebagai bagian dari proses menghadirkan makna, di mana arti dari semua pernyataan dari teks dibentuk dan disempurnakan.

(19)

19

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap situasi mereka sendiri. Setiap peristiwa atau karya memiliki makna dari interpretasi para pelaku atau pembuatnya. Karya yang merupakan interpretasi atas sesuatu tersebut selanjutnya menghadapi pembaca atau pengamatnya dan ditangkap dengan interpretasi dan diinterpretasi pula. Atau menurut istilah Gadamer dalam menjelaskan karya, bahwa setiap karya akan selalu diciptakan kembali oleh pengamat atau pembacanya, yaitu mendapatkan makna baru yang dicipta oleh pengamatnya (penghayatnya) tersebut.

Ketiga; “Model Gadamer”, adalah pola yang digagas oleh Hans-Georg

Gadamer (1900-2002), di mana dalam penyajian pendekatan hermeneutiknya menekankan pada: (1) Teks/narasi sejarah sebagai sesuatu yang bersifat seni;

Dalam penelitian ini „seni‟ yang dimaksud adalah sesuatu yang tidak terikat oleh

daya nalar yang logis-rasional, melainkan dapat bersifat imajinatif dan intuitif. (2) hermeneutika dalam sejarah lebih menyerupai permainan di mana subjeknya

adalah “permainan” itu sendiri bukan pemainnya. Dalam penelitian ini permainan

(20)

20

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat; “pembelajaran sejarah” adalah sebuah corak wacana intelektual

yang kritis dan rasional. Ia bukan semata-mata wacana yang menggunakan ilustrasi dengan kisah yang bersumber pada masa lalu, sehingga sebagai bahan pembelajaran, sejarah tidak menjadi kering dan monoton, sebagai bahan pembelajaran sejarah menjadi menarik karena memberikan berbagai informasi berharga. Sebagai kajian ia perlu dibarengi dengan pemikiran kritis yang akan memberikan pemahaman jernih dan mendalam terhadap masa silam. Dalam hal ini pembelajaran sejarah dapat memunculkan satu pemikiran rasional yang menghubungkan peristiwa masa lalu dengan realitas masa sekarang dan perspektif masa yang akan datang, sehingga kesinambungan sejarah sebagai suatu kontinuitas yang mengalir dipahami mahasiswa dengan lebih baik lagi.

Oleh karena itu pembelajaran sejarah yang menampilkan sejarah sebagaimana adanya dan tidak diikuti dengan proses pengolahan materi yang memadai serta tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan nalar interpretatif melalui kemampuan berpikirnya akan mengakibatkan mahasiswa tidak memiliki wawasan yang memadai dalam memahami sejarah bangsanya secara utuh. Selanjutnya kondisi yang demikian ini menjadikan mahasiswa berada pada pihak yang dirugikan dalam proses pembelajaran sejarah yang berlangsung.

(21)

21

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fenomenologi. Sesuai dengan namanya, fenomenologi merupakan ilmu (logos) mengenai gejala yang tampak (phenomenon). Dalam hal ini, fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang dihadapi kesadaran manusia. Fenomenologi merupakan studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran, atau cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan mengalaminya secara sadar. Namun, Husserl menawarkan fenomenologi untuk memahami keteraturan sistemik dalam persepsi dan pemahaman melalui kepastian terhadap pengetahuan dunia objektif sebagai realitas, yaitu dengan cara menerima apa yang sebenarnya terlihat dalam fenomena, dan menggambarkannya secara jujur.

Sebagai salah satu aliran filsafat, Husserl menginginkan fenomenologi dapat melahirkan ilmu yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga fenomenologi berkembang tidak hanya sebagai salah satu aliran filsafat, juga menjadi salah satu varian dalam pendekatan penelitian kualitatif dalam payung paradigma interpretatif yang memperkaya epistemologi ilmu dalam riset yang ditetapkan dalam berbagai disiplin ilmu sosial.

(22)

22

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mulutnya", bercerita tentang dirinya: kita bertanya, mendengarkan, dan menangkap pola serta maknanya. Sebagai metode ilmiah, fenomenologi menunjukkan jalan perumusan ilmu pengetahuan melalui tahap-tahap tertentu, di mana suatu fenomena yang dialami manusia menjadi subjek kajiannya. Penelitian ini membatasi pada fenomenologi sebagai studi dalam penelitian ilmu- ilmu sosial.

Dalam penelitian ini, fenomenologi bertindak sebagai efistemologi yang memberikan ruang bagi mahasiswa untuk memahami gejala kesejarahan dalam kehidupannya. Fenomenologi memberikan perspektif yang menjadikan realitas sosial yang dihadapi mahasiswa dalam kesehariannya dapat dihubungkan dengan realitas masa lampau dalam teks sejarah, sehingga diharapkan pemahaman sejarah mahasiswa tidak hanya mengakar pada masa lampau, tetapi juga memiliki visi pemahaman dalam konteks kekinian.

G. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

(23)

23

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Sembodo Ardi Widodo, 2008, Metode Hermeneutik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Dengan mencermati uraian-uraian sebelumnya, dapat diambil intisari pembahasan sebagai berikut: Pertama, hermeneutika mengambil model pemahaman dari wilayah human studies daripada natural sciences. Pemahaman tidak ubahnya seperti membaca teks atau mempelajari analog-analognya daripada mengobservasi objek. Sebuah teks selalu mempunyai makna, tetapi karena pengarangnya tidak hadir, meninggal, atau berasal dari kultur yang berbeda dengan kita, maka makna harus diinterpretasikan untuk kondisi waktu sekarang.

(24)

24

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sedang kita hadapi, lebih-lebih untuk dipahami. Sebagai seorang guru, kita bertanya kepada murid-murid untuk topik terlebih dahulu dalam cakrawala pengetahuan dan interestnya sekarang, dan kemudian menyuruhnya untuk memodifikasi sikap-sikap mereka dalam merespon apa yang oleh topik dikatakan kepada mereka. Dengan cara ini mereka akan mengembangkan horizon mentalnya terhadap horizon topik. Inilah langkah kreatif dari pra pemahaman. Ketiga, bagi hermeneutik, proses pembelajaran itu seperti dialog atau “permainan” di mana mereka yang terlibat dibawa oleh sesuatu yang lebih besar dari dirinya kepada pandangan yang tidak mereka antisipasi sebelumnya. Diskusi sejati tidak pernah direncanakan kemajuan dan hasilnya. Guru dan murid-murid berbicara secara spontan. Sebagaimana layaknya dalam “permainan” pemahaman, mereka bisa merubah pandangan atau respon-responnya terhadap teks tanpa batas.

2. O. Hasbiansyah, 2008, Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik

Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi, Bandung: Unisba.

(25)

25

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengalaman faktual si subjek, bersifat objektif bahkan fisikal. Sedangkan dimensi kedua merupakan opini, penilaian, evaluasi, harapan dan pemaknaan subjek terhadap fenomena yang dialaminya. Dimensi kedua bersifat subjektif. Namun seorang peneliti perlu memahami terlebih dahulu prinsip-prinsip fenomenologi. Tanpa memahaminya, ia tidak akan mampu menganalisis data penelitian yang sudah ditranskripsikan ke dalam uraian atau tabel dalam konteks fenomenologi. Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tahapan-tahapan penelitian yang dikemukakan bukanlah prosedur baku dalam penelitian fenomenologi. Apa yang telah diuraikan hanyalah salah satu variasi metodologi penelitian fenomenologi yang dapat dipakai. Di luar itu masih ada sejumlah prosedur yang dapat digunakan.

3. Ratna Indriati, 2011, Serat Aji Pamasa dalam Kajian Hermeneutika Gadamer. Semarang: Unnes.

(26)

26

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian ini berdasar konsep Bildung, pemahaman yang diperoleh tentang serat Aji Pamasa yang merupakan puisi Jawa klasik bermetrum macapat terdiri dari tiga belas pupuh yakni dhandhanggula, sinom, asmarandana, kinanthi, pucung, pangkur, gambuh,

durma, megatruh, pangkur, girisa, asmarandana, sinom dengan keseluruhan

jumlah bait yakni 689 bait.

(27)

27

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang baik dan menganggap Mangkunegara IV sebagai sosok pemimpin yang baik. Rasa yang ingin disugestikan oleh pengarang ialah rasa damai.

Berdasar penelitian ini, saran yang bisa diberikan agar serat Aji Pamasa dikaji lebih lanjut menggunakan teori sastra lain, misalnya saja menggunakan teori strukturalisme untuk membedah serat Aji Pamasa dari segi strukturnya. Dengan demikian, dapat menambah wawasan terhadap karya sastra sebagai kebudayaan manusia.

4. Hambali, R. Yuli A., 2005, Pemulihan Peran Subjek dalam Hermeneutika

Hans Georg Gadamer, Yogyakarta: UGM.

(28)

28

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada titik ini, persoalannya terasa jadi lebih mendasar, karena ini menyangkut soal hakikat dan posisi manusia selaku subjek dalam dunia. Hermeneutika Gadamer memiliki pandangan berbeda tentang ini. Dengan melanjutkan tradisi pemikiran Heidegger, Gadamer memandang hermeneutika sebagai ciri khas keberadaan manusia. Untuk menafsirkan teks bukanlah melulu berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi merupakan bagian dari totalitas pengalaman manusia di dalam dunianya (being in the world).

Berbeda dengan apa yang telah diupayakan oleh Scheilmacher dan Dilthey, Gadamer berupaya menggeser bidang penelitian hermeneutika dari wilayah teori pengetahuan atau epistemologi ke ontologi, yaitu cara manusia memaknai dan melibatkan pengalaman keberadaannya di dunia. Pengalaman manusia saat bersentuhan dengan persoalan-persoalan filosofis, seni estetika, dan sejarah menjadi model-model pengalaman yang selalu melibatkan manusia dimana kebenaran yang dikomunikasikan tidak bisa diverifikasi dengan sarana-sarana metodis ilmu pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode historis, sedangkan tekhnik yang digunakan adalah interpretasi atas sejumlah naskah terutama dari Truth and Method (1975).

H. Paradigma Penelitian

Berikut ini adalah bagan paradigma penelitian

(29)

29

Desvian Bandarsyah, 2014

Pengembangan pendekatan hermeneutika model gadamer dalam pembelajaran sejarah

(studi fenomenologis pada mahasiswa

Program studi pendidikan sejarah uhamka dan unj)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Referensi

Dokumen terkait

Konsultasi publik dilakukan melalui studi penelitian kepada berbagai pihak terkait yang merupakan stakeholders kakao yang terkait langsung dengan kegiatan usaha pada setiap

Bab VI mengenai pembinaan dan pengawasan kebudayaan daerah, yang didalamnya terdapat pengaturan tentang kewenangan dalam melakukan pembinaan dan pengawasaan baik pembinaan

a) Masalah data hilang sering berlaku dalam kebanyakan penyelidikan atau eksperimen sains yang melibatkan pengumpulan data. Kejadian data hilang boleh berpunca daripada

Dari analisis hasil kegiatan pap smears apabila di kelola dengan baik dapat menghasilkan informasi tidak hanya terdeteksinya kemungkinan kanker servik yang cenderung meningkat

Lamanya masa ‘ iddah wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil sebenarnya sudah tercantum dalam Al-Qur’an yaitu pada surah al-Baqarah ayat 234 dan surat ath-Thalaq

Jenaka atau kecindan yang diamalkan oleh guru akan dapat membantu mewujudkan suasana pembelajaran yang ceria dan boleh membantu mengurangkan tekanan dan kerunsingan

Hasil perhitungan uji beda rata-rata pendapatan usahatani padi organik antara peserta SL-PTT dan non peserta SL-PTT diperoleh nilai signifikan lebih dari 0,05