• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVISI Buku FINISHING 1_P.NOV 2014 ke2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REVISI Buku FINISHING 1_P.NOV 2014 ke2"

Copied!
269
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun dalam bentuk paket pembelajaran yang berisi uraian materi untuk mendukung penguasaan kompetensi tertentu yang ditulis secara sistematis dan sesuai dengan prinsip pembelajaran yang mengacu kepada kurikulum SMK 2013.

Bahan ajar ini, diharapkan dapat dipelajari secara individu oleh siswa SMK. Karena itu, meskipun bahan ajar ini dipersiapkan untuk pengembangan kompetensi dasar bagi siswa SMK khususnya bidang teknik Konstruksi Batu dan Beton dan atau tenaga kependidikan, dapat digunakan juga untuk pendidikan lain yang sejenis. Di dalam penggunaannya, bahan ajar ini tetap mengharapkan penerapan azas keluwesan dan keterlaksanaan, yaitu menyesuaikan dengan karakteristik peserta, kondisi fasilitas dan tujuan kurikulum SMK 2013.

Dengan demikian, kepada semua pihak baik unit kerja maupun tenaga pendidik diharapkan untuk dapat berusaha mengoptimalkan penggunaannya sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dalam meningkatkan kompetensi peserta didik.

Kami, atas nama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) Bandung, menyampaikan terima kasih dan penghargan yang setinggi-tingginya kepada para penulis dan semua pihak yang terkait atas peran sertanya dalam penulisan buku ini.

(2)

DAFTAR ISI

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5

F. Cek Kemampuan Awal 7

BAB II PEMBELAJARAN 10

A. Deskripsi 10

B. Kegiatan Belajar 11

KB. 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 11

1. Tujuan Pembelajaran 11

2. Uraian Materi 11

3. Rangkuman 60

4. Tugas 64

5. Tes Formatif 66

KB. 2. Pemeliharaan dan Perawatan Finishing 67

(3)

2. Uraian Materi 67

3. Rangkuman 82

4. Tugas 86

5. Tes Formatif 87

KB. 3. Rencana Anggaran Biaya Pek. Plesteran 89

1. Tujuan Pembelajaran 89

2. Uraian Materi 89

3. Rangkuman 111

4. Tugas 113

5. Tes Formatif 115

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 . Kaca mata las...28

Gambar 2. Penutup Kepala...29

Gambar 3. Alat Pelindung Telinga...29

Gambar 4. Alat Pelindung Hidung...29

Gambar 5. Alat Pelindung Tangan...30

Gambar 6. Alat Pelindung Kaki...30

Gambar 7. Alat Pelindung Badan...31

Gambar 8. Alat Pelindung Mesin...32

Gambar 9. Perlindungan Arus Listrik...32

Gambar 10. Alat Pengaman Ruang...33

Gambar 11. Contoh denah ruang bengkel...33

Gambar 12. Pemacu Timbulnya Api...34

Gambar 13. Memadamkam Api...35

(4)

Gambar 15. Jenis Kebakaran Kelas B...37

Gambar 16. Jenis Kebakaran Kelas C...38

Gambar 17. Penampang jaringan yang normal...39

Gambar 18. Luka bakar tingkat 1...40

Gambar 19. Luka bakar tingkat 2...40

Gambar 20. Luka bakar tingkat 3...41

Gambar 21. Prosentase luka bakar...41

Gambar 22. Tindakan bila penderita pingsan...43

Gambar 23. Membersihkan mulut...43

Gambar 24. Memegang tengkuk...44

Gambar 25. Mengurut rahang bagian atas...44

Gambar 26. Memberikan napas buatan...44

Gambar 27. Membaringkan korban...45

Gambar 28. Membalut luka...45

Gambar 29. Denah bangunan...102

Gambar 30. Rencana penutup lantai...103

Gambar 31. Pekerjaan Plesteran...104

Gambar 32. Meteran...116

Gambar 33. Unting-unting...117

Gambar 34... 117

Gambar 35. Sendok spesi...118

Gambar 36. Sendok Acian...118

Gambar 37. Sendok Relief...119

Gambar 38. Roskam Baja...119

Gambar 39. Roskam Sudut...119

Gambar 40. Roskam Kayu...120

Gambar 41. Roskam Kayu cekungan...120

Gambar 42. Nampan adukan...121

Gambar 54. Cara Penempatan Semen...132

Gambar 55. Cara Penempatan Kapur...133

Gambar 56. Penempatan Gipsum...134

(5)

Gambar 58. Menakar dengan ember...140

Gambar 59. Menakar dengan sekop...140

Gambar 60. Cara menimbun bahan adukan...141

Gambar 61. Cara membuat adukan dengan mesin...142

Gambar 62. Adukan tanpa “pegangan” (key)...143

Gambar 63. Adukan ada “pegangan” (key)...143

Gambar 64. Memasang paku dan benang...147

Gambar 65. Mengukur ketebalan...147

Gambar 66. Pemasangan lot dan benang...148

Gambar 67. Menentukan kedataran...149

Gambar 68. Dasar kepala plesteran dinding...150

Gambar 69. Kepala plesteran dibuat vertikal...151

Gambar 70. Kepala plesteran dibuat horizontal...152

Gambar 71. Cara mengambil adukan dengan roskam baja...153

Gambar 72. Cara melekatkan adukan pada dinding dengan roskam baja....154

Gambar 73. Cara mengiris adukan dengan acuan lajur kepala plesteran...155

Gambar 74. Dasar kepala plesteran lantai...157

Gambar 75. Lajur kepala plesteran lantai...158

Gambar 76. Menghampar adukan di antara lajur kepala plesteran lantai...158

Gambar 77. Mengiris kelebihan adukan antara lajur kepala plesteran lantai...159

Gambar 78. Dasar kepala plesteran langit-langit...160

Gambar 79. Lajur kepala plesteran langit-langit...160

Gambar 80. Melekatkan adukan di antara lajur kepala...161

Gambar 81. Mengiris adukan di antara lajur kepala...161

Gambar 82. Memasang mistar...162

Gambar 83. Melekatkan adukan di antara cetakan...163

Gambar 84. Mengiris adukan di antara cetakan...163

Gambar 85. Meratakan sambungan adukan...164

Gambar 86. Menentukan kesikuan plesteran ruang...165

Gambar 87. Menentukan kesikuan plesteran kolom...166

Gambar 88. Dasar kepala plesteran sudut dinding...166

Gambar 89. Lajur kepala plesteran sudut dinding...167

Gambar 90. Melekatkan adukan diantara lajur kepala plesteran sudut dinding ... 167

Gambar 91. Mengiris adukan di antara lajur kepala plesteran...168

Gambar 92. Melekatkan adukan pada sudut dinding...168

Gambar 93. Cara mengiris adukan pada sudut dinding...169

Gambar 94. Membuat mistar penggiris lengkung (Curved Rule)...170

Gambar 95. Penggiris jalur dengan mistar penggiris lengkung...171

Gambar 96. Tangkai penggiris (gig stick)...172

Gambar 97. Cara penggunaan tangkai penggiris...172

Gambar 98. Melukis mistar penggiris...173

(6)

Gambar 100. Cara mengiris bidang plesteran bulat...174

Gambar 101. Cara melukis huruf...176

Gambar 102. Melekatkan adukan huruf/angka...177

Gambar 103. Mengiris adukan huruf/angka...177

Gambar 104. Membentuk huruf /angka...177

Gambar 105. Bentuk huruf/angka...178

Gambar 106. Posisi saringan terhadap permukaan plesteran...181

Gambar 107. Pengerjaan motif koral sikat dengan menggunakan mistar...183

Gambar 108. Pengerjaan motif koral sikat menggunakan mistar dan lis...184

Gambar 109. Bentuk Moulding Roma...203

Gambar 110. Bentuk Moulding Greek...204

Gambar 111. Running Mould...206

Gambar 112. Posisi cetakan pada Meja kerja...210

Gambar 113. Membuat Adukan Gips...211

Gambar 114. Menuang adukan gips pada meja kerja...213

Gambar 115. Penggoresan adukan gips Dengan running mould...214

Gambar 116. Menghamparkan adukan gips pada muka cetakan...215

Gambar 117. Membersihkan permukaan list gips...215

Gambar 118. Cetakan list yang telah dicat...216

Gambar 119. Memberi bahan pemisah pada cetakan dengan spritus dan serlak... 217

Gambar 120. Menuang adukan gips pada permukaan cetakan...218

Gambar 121. Menghamparkan serat penguat...219

Gambar 122. Meratakan adukan gips...220

Gambar 123. Pemisahan antara Iist gips...221

Gambar 124. Pengeringan lis gips...221

Gambar 125. Posisi cetakan pada dinding tembok...223

Gambar 126. Papan penahan pada cetakan...223

Gambar 127. Posisi mata pisau dari papan perletakan...224

Gambar 128. Posisi cetakan pada permukaan bidang yang berbeda...225

Gambar 129. Posisi cetakan untuk membuat variasi sudut...226

Gambar 130. Merencanakan bentuk cetakan...226

Gambar 131. Lis atau profil Gips pada sudut luar...226

Gambar 132. Merencanakan bentuk lis dan cetakan...227

Gambar 133. Posisi cetakan pada sudut antara dinding dan plafon...228

Gambar 134. Posisi Joint Rule pada Permukaan Lis Gips...228

Gambar 135. Posisi cetakan dan papan bilah pengantar...229

Gambar 136. Lis atau Profil pada tiang persegi...229

Gambar 137. Posisi titik pusat dan pisau penggores...230

Gambar 138. Posisi cetakan untuk membuat moulding bulat...231

Gambar 139. Posisi titik pusat pada tangkai...231

Gambar 140. Cara mengukur jari-jari...232

(7)

Gambar 142. Semi circular arch...234

Gambar 143. Equilateral arch...234

Gambar 144. Drop arch...235

Gambar 145. Lancet Arc...236

Gambar 146. Segmental gothic...237

Gambar 147. eliptical atau tudor gothic...237

Gambar 148. Penentuan titik pusat...239

Gambar 149. Balok penyangga...239

Gambar 151. Penyelesaian pekerjaan dengan...241

Gambar 150. Posisi cetakan, tangkai, dan balok penyangga pada kedua belah sisi konstruksi cetakan lengkung...241

Gambar 152. Penyelesaian pekerjaan dengan dua titik pusat...242

Gambar 153. Cara kerja pada empat titik pusat...243

Gambar 154. Bagian tiang hiasan...244

Gambar 155. Cara membuat bagian kepala dan dasar...245

Gambar 156. Mesin bubut gips digerakkan secara manual...246

Gambar 157. Posisi "plat poros"...247

Gambar 158. Balok penahan dan paku titik pusat...247

Gambar 159. Posisi paku perkuatan pada balok...247

Gambar 160. Posisi antara cetakan dan balok perkuatan...248

Gambar 161. Posisi pisau penggores...248

Gambar 162. a. Melepas pisau, b. pahatan V pada landasan...249

Gambar 163. Arah putaran running mould...250

Gambar 164. Cara melepaskan benda kerja terhadap landasan cor...250

Gambar 166. Coakan pada papan box...251

Gambar 165. Bagian mesin bubut manual...251

Gambar 167. Posisi pemotongan papan penggores...252

Gambar 168. Posisi pisau penggores...253

Gambar 169. Menuangkan adukan gips pada landasan cor...254

Gambar 171. Pemisahan landasar cor dengan box...255

Gambar 170. Memasang serat penguat...255

(8)

PETA KUDUDUKAN BAHAN AJAR

BATU KONSTRUKSI BETON

(9)
(10)
(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

Tuntutan pasar global, cakupan persaingan telah berubah. Pasar domestik semakin menjadi bagian dari pasar dunia, yang dipasok dari pusat-pusat produksi di seluruh dunia. Karena itu semakin banyak organisasi/ perusahaan/ institusi telah mengubah strateginya, dari perusahaan yang berusaha menguasai sumber daya baik bahan baku, tenaga kerja, modal, dan teknologi dalam negeri untuk menguasai pasar domestik, ke perusahaan yang berusaha menemukan kombinasi optimal dari sumber daya lokal dan luar negeri, untuk dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar global. Demikian juga halnya dengan persaingan sektor konstruksi dalam hal ini konstruksi batu dan beton.

Situasi dan kondisi seperti ini, menuntut kemampuan sumber daya manusia yang bekompetenlah yang akan memenangkan persaingan dan mempertahankan posisinya.

Semakin kaburnya batas-batas antar negara dan semakin ditiadakannya hambatan-hambatan tarif, mendorong timbulnya suatu tuntutan standar terhadap mutu atau kompetensi tenaga kerja sebagai salah satu faktor persaingan yang utama. Pada saatnya nanti tuntutan tersebut tidak pernah seragam tetapi kita harus bisa memenuhi permintaan yang sangat variatif tersebut dengan tetap mengacu kepada kepuasan pelanggan. Bagaimanapun juga bahwa pelangganlah yang menentukan kualitas terakhir.

(13)

A. Deskripsi

Bahan ajar ini memuat pembahasan tentang finishing bangunan untuk kelas XI semester 3 meliputi;

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan sesuai peraturan K3LH. 2. Jenis-jenis pekerjaan finishing, Kegunaan pekerjaan finishing pada

bangunan gedung, karakteristik pekerjaan finshing bangunan. 3. Pemeliharaan dan perawatan pekerjaan finishing bangunan.

4. Pengelolaan pekerjaan finishing, Pengujian kualitas hasil pekerjaan finishing bangunan.

5. Perhitungan volume pekerjaan finishing, Analisa biaya pekerjaan finishing.

6. Pelaksanaan berbagai jenis pekerjaan finishing, teridiri dari: Plesteran, acian, dan moulding.

B. Prasarat

Prasyarat untuk pembelajaran mata pelajaran konstruksi beton bertulang pada kelas XI semester 3, anda telah berhasil mempelajari :

1. Pengetahuan bahan/teknologi bahan bangunan

2. Mata Pelajaran Matematika pada kelas X semester I dan II 3. Mata Pelajaran Fisika pada kelas X semester I dan II

4. Mata Pelajaran Gambar teknik pada kelas X semester I dan II 5. Mata Pelajaran Ukur Tanah pada kelas X semester I dan II 6. Mata Pelajaran Mekanika teknik pada kelas X semester I dan II 7. Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan pada kelas X semester I dan

II.

C. Petunjuk Penggunaan

Langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik sebelum, selama proses dan setelah selesai mempelajari bahan ajar ini adalah:

1. Baca bahan ajar dengan seksama, yang dibagi dalam beberapa bagian meliputi penguasaan pengetahuan dan keterampilan maupun sikap yang mendasari penguasaan kompetensi ini sampai anda merasa yakin telah menguasai kemampuan dalam unit ini.

(14)

3. Jika anda latihan diluar jam tatap muka atau di luar jam kerja ( Jika anda sedang Praktik Kerja di Industri ) dapat menggunakan bahan ajar ini sebagai panduan belajar bersama dengan materi yang telah disampaikan di kelas.

4. Ikuti semua instruksi yang terdapat dalam lembar informasi untuk melakukan aktivitas dan isilah lembar kerja yang telah disediakan dan lengkapi latihan pada setiap sesi/ kegiatan belajar.

5. Pelatih anda bisa saja seorang supervisor, guru atau manager anda. Dia akan membantu dan menunjukkan kepada anda cara yang benar untuk melakukan sesuatu. Minta bantuannya bila anda memerlukannya.

6. Pelatih anda akan memberitahukan hal-hal yang penting yang anda perlukan pada saat anda melengkapi lembar latihan,dan sangat penting untuk diperhatikan dan catat point-poinnya.

7. Anda akan diberikan kesempatan untuk bertanya dan melakukan latihan. Pastikan anda latihan untuk ketrampilan baru ini sesering mungkin. Dengan jalan ini anda akan dapat meningkatkan

9. Kerjakan soal-soal latihan dan evaluasi mandiri pada setiap akhir sesi untuk mengecek pemahaman anda.

(15)

pelatih anda untuk memberikan penilaian dan anda telah siap untuk dinilai.

12. Bila anda telah menyelesaikan bahan ajar ini dan merasa yakin telah memahami dan melakukan cukup latihan, pelatih/ guru anda akan mengatur pertemuan kapan anda dapat dinilai oleh penilai. 13. Guna mendalami materi lebih lanjut, anda dapat mempelajari dari

berbagai sumber baik cetak maupun elektronik.

D. Tujuan Akhir

Setelah anda menyelesaikan pembelajaran pada bahan ajar ini anda diharapkan mampu :

1. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan sesuai

4. Menyajikan hasil deskripsi pekerjaan finishing bangunan

5. Menerapkan perhitungan kebutuhan alat dan bahan untuk pekerjaan finishing bangunan berdasarkan daftar analisa

6. Menyajikan hasil rencana dan perhitungan kebutuhan alat dan

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar kelompok mata pelajaran dasar bidang kejuruan pada bidang keahlian teknologi dan rekayasa sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan adalah:

(16)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

fenomenanya untuk dipergunakan sebagai aturan pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan

1.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam pekerjaan pemasangan finishing bangunan

2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam menerapkan aturan pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan

2.2Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dan cara melakukan pekerjaan finshing bangunan

2.1 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan tugas finishing bangunan

3. Memahami,

menerapkan, dan

menganalisis

3.1 Menerapkan Keselamatan dan

(17)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

finishing bangunan sesuai peraturan K3LH

3.2 Mendeskripsikan pekerjaan finishing bangunan

3.3 Menerapkan perhitungan kebutuhan alat dan bahan untuk pekerjaan finishing bangunan berdasarkan daftar analisa

3.4 Menerapkan pelaksanaan pekerjaan plesteran, acian, dan moulding sesuai gambar rancangan bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu lingkungan hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan

4.2 Menyajikan hasil deskripsi pekerjaan finishing bangunan

4.3 Menyajikan hasil rencana dan perhitungan kebutuhan alat dan bahan pekerjaan finishing bangunan

4.4 Menyajikan hasil penerapan pekerjaan plesteran, acian, dan moulding.

(18)

Untuk mengetahui kemampuan awal yang anda miliki berkaitan dengan paket keahlian finishing bangunan dan berkaitan dengan kompetensi Dasar di bawah ini berilah tanda Check ( V) pada kolom yang telah disediakan sesuai kemampuan awal sebelum anda mempelajari bahan ajar ini !

NO KOMPETENSI DASAR ( KD) Kemampuan awal

Sudah Belum

K.1 1.1 Menyadari sempurnanya konsep Tuhan

tentang benda-benda dengan

fenomenanya untuk dipergunakan sebagai aturan pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan

K.2 2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam menerapkan aturan pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan.

2.3 Menghargai kerjasama, toleransi, damai,

santun, demokratis, dalam

menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dan cara melakukan pekerjaan finshing bangunan

K.3 3.1 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan sesuai peraturan K3LH

3.2 Mendeskripsikan pekerjaan finishing bangunan

(19)

3.4 Menerapkan pelaksanaan pekerjaan plesteran, acian, dan moulding sesuai gambar rancangan

K.4 4.1 Menyajikan hasil penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan

4.2 Menyajikan hasil deskripsi pekerjaan finishing bangunan

4.3 Menyajikan hasil rencana dan perhitungan kebutuhan alat dan bahan pekerjaan finishing bangunan

4.4 Menyajikan hasil penerapan pekerjaan plesteran, acian, dan moulding.

(20)

BAB II PEMBELAJARAN

A. Deskripsi

Materi yang akan dipelajari pada bahan ajar, memuat pembahasan tentang finishing bangunan untuk kelas XI semester 3 meliputi;

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan sesuai peraturan K3LH, terdiri dari: Pengertian K3LH, Tujuan K3LH, Peraturan K3LH, Penanganan K3LH, Penerapan K3LH dalam pekerjaan finishing bangunan pada pekerjaan plesteran, acian, dan moulding,

2. Pekerjaan finishing bangunan, terdiri dari: Jenis-jenis pekerjaan finishing, kegunaan pekerjaan finishing pada bangunan gedung, karakteristik pekerjaan finshing bangunan, pemeliharaan dan perawatan pekerjaan finishing bangunan, pengelolaan pekerjaan finishing, Pengujian kualitas hasil pekerjaan finishing bangunan. 3. Perhitungan volume pekerjaan finishing, Analisa biaya pekerjaan

finishing yang difokuskan pada pekerjaan plesteran, acian, dan

moulding.

4. Pelaksanaan berbagai jenis pekerjaan finishing, teridiri dari: penerapan pengetahuan pekerjaan plesteran, acian, dan moulding. 5. Diharapkan dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan

(21)

akan terbentuk perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif, tanggung jawab, toleransi, dan santun.

B. Kegiatan Belajar (KB) Lingkungan Hidup (K3LH) dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan sesuai peraturan K3LH;

b. Menyajikan hasil penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup dalam pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan.

2. Uraian Materi

Kemajuan teknologi dan industrialisasi di negara kita dewasa ini telah melahirkan tuntutan baru terhadap penerapan konsep keselamatan dan kesehatan kerja di dunia industri maupun lembaga pendidikan dan pelatihan yang akan mempersiapkan tenaga kerja di industri.

Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisa si, maka dalam banyak hal berlangsung pula peningkatan intensitas kerja operasional dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga kerja secara

(22)

intensif pula dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain merupakan akibat daripadanya dan menjadi sebab terjadinya kecelakaan. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru senantiasa akan merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja.

Keselamatan kerja atau dalam bahasa inggris “work safety” mempunyai fungsi mencegah kecelakaan di tempat kerja. Tidak ada seorangpun yang berfikiran sehat di dunia ini yang ingin mengalami kecelakaan. Oleh karena itu keselamatan kerja bersifat umum dan ditujukan untuk keselamatan seluruh umat manusia. Hal ini terbukti dengan diadakannya international safety conference di Roma pada tahun 1955 yang diikuti 27 negara; di kota Brussel Belgia, pada tahun 1958 yang diikuti 51 negara, yang pada akhirnya diikuti oleh seluruh negara di dunia.

(23)

Dalam industri modern dewasa ini yang semakin hari semakin rumit dan pelik penyelenggaraannya, kecelakaan-kecelakaan dalam perusaha an serta usaha pencegahannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Kini sudah banyak terdapat perusahaan-perusahaan yang menginsafi pentingnya pencegahan kecelakaan sehingga mereka bersunguh-sungguh mengolah dan memolakan keselamatan kerja. Dalam hal ini mereka mendirikan Kesatuan Keselamatan Kerja dalam perusahaannya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang lulusannya diharapkan akan mengisi pasar tenaga kerja dunia industri, dituntut untuk mempunyai kesadaran akan pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan penerapan keselamatan kerja di tempat kerjanya nanti. Oleh karena itu selama proses belajar di sekolah, baik itu di ruang teori maupun kegiatan proses belajar mengajar di bengkel praktek dan atau laboratorium sekolah, penegakan penerapan konsep keselamatan dan kesehatan kerja bagi para siswa harus sudah dimulai sejak dini.

(24)

diciptakan iklim kerja yang tentram secara aman dan lancar. Dengan demikian waktu yang terbuang karena terjadinya suatu kecelakaan dapat ditekan sekecil mungkin.

Program-program pencegahan kecelakaan di bengkel dapat berbeda menurut jenisnya, misalnya pada suatu bengkel kerja tertentu harus ada alat-alat pelindung pada mesin dan instrumen, sedangkan ditempat lain harus ada penerangan, ventilasi dan setiap program mempunyai unsur-unsur dasar yang harus dilaksanakan.

(25)

a. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sejak umat manusia bekerja mulai dari jaman purbakala untuk dapat memenuhi keperluan hidup sehari-hari, banyak dari mereka yang telah mengalami cedera, luka, menderita sakit dan sebagainya. Pengala- man demikian telah menyebabkan mereka mencari jalan dan cara agar dapat mencegah dan atau mengurangi terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja.

Kurang lebih tahun 1700 sebelum masehi kerajaan Babilonia mempunyai seorang raja Hamurabi yang menaruh perhatian besar terhadap keselamatan kerja dan dalam kitab undang-undangnya tertulis antara lain:

“Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh maka ahli bangunan itu harus dibinasakan. Dan apabila anak pemilik rumah itu menjadi korban hingga meninggal dunia, maka anak ahli bangunan itu harus dibunuh. Jika budak pemilik rumah itu yang menjadi korban hingga meninggal, maka ia harus diganti, diambil dari milik ahli bangunan itu”.

Hal ini menggambarkan bahwa ada segolongan manusia yang mau mengerjakan suatu yang penuh bahaya, sedangkan yang memberi pekerjaan tidak berusaha untuk memperhatikan resiko yang mereka hadapi, malahan mereka membayarnya dengan murah, walaupun mereka sendiri tidak akan sudi melakukan pekerjaan itu.

(26)

dan rohani tetap dalam keadaan utuh, berfungsi baik dan berkembang, maka problema keselamatan kerja penting bagi kehidupan manusia tidak akan terhapus dan akan terus berkembang mengikuti jejak kemajuan teknik dan teknologi. Dari yang semula sangat primitif bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, lambat laun berkembang dan mulai mengenal cara bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dipasarkan. Selama pekerjaan masih dikerjakan dengan tangan dan merupakan industri rumah yang bersifat perorangan, pencegahan terjadinya kecelakaan tidaklah begitu sulit. Karena mereka hanya perlu melakukan perbaikan alat-alat dan cara kerjanya saja. Hal-hal yang demikian segera cepat berubah sejak dicetuskannya revolusi industri. Hukum-hukum alam yang semula tidak disadari/dipahami lambat laun mulai tersingkap dan dipelajari dengan seksama sehingga menjadi ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan secara praktis.

Sejak itu industri mulai tumbuh dengan sangat pesat, beraneka ragam dan semakin serba rumit. Yang semula usaha manusia hanya untuk memenuhi kebutuhannya cukup dengan industri kecil seperti menenun pakaian dengan tangan, maka dengan adanya penemuan-penemuan baru yang dimulai pada abad ke 18, dibangunlah pabrik-pabrik tekstil raksasa di banyak tempat, dimana secara berkesinambungan dibarengi dengan penemuan yang satu selalu disusul dengan penemuan-penemuan baru lainnya.

(27)

akhirnya dikenal bentuk-bentuk baru yang disebut uap yang tekanannya bisa mencapai ratusan atmosfir. Uap tersebut telah terbukti memberikan sangat banyak manfaat bagi manusia, tetapi ketel uap itupun mengandung bahaya yang maha dahsyat. Bila suatu ketel meledak, peledakan yang seperti bom itu dapat memusahkan seluruh pabrik dan lingkungan sekelilingnya.

Selanjutnya menyusul revolusi listrik dan revolusi tenaga atom. Kesemua penemuan baru dibidang teknik dan teknologi tersebut mempunyai konsekuensi kepada umat manusia untuk segera merencanakan dan melaksanakan program keselamatan kerja yang lebih rumit bagi para pekerja yang telibat di dalam proses industri tersebut. Program tersebut akan mencakup segala bidang persoalan keselamatan kerja yang memerlukan keahlian, kecerdasan, keterampil- an, ketekunan dalam menelaah membahas dan melaksanakannya.

b. Falsafah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki arti dan tujuan yang dapat diuraikan dalam perumusan sebagai berikut:

“Menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya”.

Falsafah tersebut dirumuskan secara singkat dan jelas serta senantiasa harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja. Dalam falsafah tersebut tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial teknis dan sosial ekonomis.

(28)

Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mene-kankan bahwa program kegiatan keselamatan kerja pada suatu unit organisasi diarahkan untuk dapat mencapai sasaran keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi kegiatan : 1) Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan;

2) Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran; 3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

5) Memberi pertolongan pada kecelakaan;

6) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; 7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar

luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penularan;

9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 10) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; 11) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

12) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya;

13) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang;

14) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

(29)

16) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;

17) Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin dsb;

Kesemua sasaran/ ruang lingkup kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, maka pada akhirnya tujuan akhir yang akan dicapai adalah adanya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh umat manusia di muka bumi ini.

d. Pentingnya Upaya Pencegahan Kecelakaan kerja

Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat kerja adalah merupakan program kegiatan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, upaya tersebut akan dapat diwujudkan hanya jika setiap perusahan /organisasi dapat melakukan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya masing – masing.

(30)

Pada sebuah perusahaan gambaran kerugian yang akan ditimbulkan sebagai akibat terjadinya suatu kecelakaan kerja itu antara lain :

1. Kerugian berupa pengeluaran biaya pengobatan dan perawatan serta biaya penggantian kerugian bagi penderita atau korban.

2. Kerugian berupa pengeluaran biaya administrasi, karena harus pula melakukan penyelidikan dengan seksama tentang sebab dan akibat terjadinya kecelakaan, dan dengan dilakukannya penyelidikan itu berarti akan menugaskan pegawai atau petugas tertentu untuk melakukannya.

3. Kerugian dalam bidang produksi, karena dengan terjadinya suatu kecelakaan sudah tentu akan mengundang masalah bagi orang lain, bahkan beberapa orang terpaksa harus terlibat dalam upaya pertolongan terhadap korban serta mengantarkan sipenderita kerumah sakit. Dan sebagai akibatnya proses produksi akan terganggu karena para pegawai tersita waktunya untuk menangani si korban

4. Kesukaran untuk mencari dan mendidik lagi tenaga kerja pengganti yang akan bertugas menggantikan pekerja yang mengalami kecelakaan. Keadaan ini akan terasa pengaruhnya terhadap penurunan hasil produksi, apalagi jika sikorban tersebut adalah seorang pekerja yang bisa menghadapi mesin-mesin atau kerja berat yang penting lainya dan tidak ada tenaga lain sebagai penggantinya. 5. Kerugian sebagai akibat penurunan moral kerja, karena

(31)

yang mengerikan bagi pekerja lain akan mempengaruhi semangat bekerjanya.

6. Kerugan pada mesin/ peralatan produksi. Akibat suatu kecelakaan kemungkinan pula akan terjadi kerusakan terhadap mesin yang digunakan si korban. Kalaupun mesin tersebut tidak mengalami kerusakan namun sudah pasti tersebut mengalami kerusakan sudah pasti pula harus ada biaya perbaikan. Dan biaya perbaikan akan lebih mahal bila kerusakan terjadi pada mesin-mesin yang mahal.

Berdasarkan suatu penelitian (penyelidikan) bahwa kerugian-kerugian tersebut akan lebih besar terjadi bila dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk usaha-usaha pencegahan kecelakaan di tempat kerja, dan seorang pemimpin dalam perusahaan harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan yang dipikulnya tersebut.

e. Pengaruh Lingkingan Terhadap Kesehatan Kerja

(32)

Pabrik-pabrik membuang kotoran dan zat-zat kimia dan sungai-sungai tercemar, yang mengakibatkan kehidupan ganggang, ikan, dan hewan-hewan terganggu dan seterusnya mempengaruhi penyediaan makanan bagi umat manusia. Pengotoran udara menyebabkan kesehatan manusia terganggu, begitu pula tumbuh-tumbuhan dapat dirusak oleh gas-gas buangan tersebut. Menurut pengalaman, pengotoran air dan udaralah yang paling buruk untuk kesehatan mahluk hidup. Seperti pepatah mengatakan lebih baik mencegah dari mengobatinya, begitu pula halnya dengan pencemaran, lebih mencegahnya dari pada memperbaiki yang diakibatkannya. Akibat dari pencemaran industri menjadi sangat serius sehingga pencemaran yang dilakukannya lambat atau cepat kita harus membayar akibatnya.

Dalam bab ini digambarkan secara umum masalah pencemaran lingkungan. Selanjutnya ditonjolkan beberapa masalah pencemaran industri seperti:

Pencemaran Udara

Masalah utama yang dihadapi dalam pencegahan pencemaran udara adalah terutama berpusat pada bagian-bagian industri yang berhubungan dengan pengolahan besi dan baja. Proses ini menyebabkan pengeluaran partikel-partikel dan gas-gas seperti oksida belerang (SO2), karbon dioksida (CO2), karbon

monoksida (CO) dan hidro karbon (CxHx), karena banyaknya

kemungkinan keluarnya asap dari proses yang memakai suhu tinggi ini.

(33)

tersebut ke atmosfir. Supaya asap yang mengandung butiran-butiran partikel yang akan dikeluarkan ke atmosfir tidak mengotori udara sekitarnya, maka perlu terlebih dahulu dilakukan pengurangan jumlah butir partikel dalam asap (tidak melampaui jumlah yang diperbolehkan) dengan memakai alat pembersih butiran partikel seperti : cyclone, penyikat basah (wet scrubers), pengendap elektrostatis (electrostatic precccipitator), saringan kain (fabric filters).

Sedangkan beberapa cara untuk mencegah pengotoran udara antara lain seperti:

- Penggunaan Ventilasi biasa, yang dibantu dengan kipas angin yang ditempatkan ditempat-tempat strategis untuk menyedot udara luar lebih bersih serta meniupkan udara yang tercemar ke luar.

- Pemakaian pelindung pernafasan

- Cerobong-cerobong asap dengan atau tanpa alat penghisap (blower)

Jika hal-hal tersebut di atas tidak dilakukan maka, pencemaran udara dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit seperti:

Pneumoconiosis, ialah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh infeksi partikel debu. Partikel debu selalu terdapat di dalam udara yang diisap sewaktu pernapasan.

Silicosis, adalah penyakit yang disebabkan oleh debu silika yang terdapat dalam bentuk kristal. Debu ini dapat ditemukan pada daerah industri, misalnya tambang emas, besi, batu bara, pembelahan batu pasir, dan industri keramik.

(34)

dibutuhkan waktu 10 sampai 15 tahun sebelum timbul kerusakan yang nyata gejala kliniknya.

Kikroskopis, adalah penyakitkan yang disebabkan debu silika, mula-mula tampak tonjolan yang keras pada bagian tertentu dari paru-paru. Lama-lama kelamaan tonjolan tersebut menjadi lebih besar dan tersebar rata. Tonjolan tersebut berbatas untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Selanjutnya karena air industri dapat dipakai kembali berkali-kali dan mutunya dapat dikontrol dan disesuaikan pada pesyaratan-persyaratan proses tertentu, kemungkinan pemakaian kombinasi teknologi tersebut sangat besar.

Pengolahan air buangan biasa dapat diharapkan untuk dapat lebih banyak digunakankan kembali. Lebih-lebih jika kontrol yang mahal tidak diperlukan untuk membuat air buangan cocok dengan operasi pengolahan. Yang merupakan masalah terbesar adalah perubahan dari karakteristik kimia seperti PH dan zat padat yang larut.

Hasil-hasil dari pemakaian berulang sering terlihat pada pengkaratan pada alat-alat. Masalah ini biasanya tidak timbul pada sistem yang menggunakan aliran air satu kali, karena permukaan air lebih tetap dari pada air yang digunakan kemarin.

(35)

sehingga mutu air bertambah buruk. Contoh dalam sistem penggunaan air buangan dimana dari zat padat yang mencair didapat dari setiap siklus, konsentrasi akan bertambah menjadi 2000 ppm setelah 40 siklus. Selanjutnya jika suhu sedikit naik pada setiap siklus air akan menjadi sedemikian panas, sehingga metode pendingin luar harus digunakan.

Gangguan Suara

Gangguan suara merupakan suatu kebisingan yang sulit untuk diatasi. Bising adakah suara yang kita dengar akibat adanya getaran udara yang berasal dari sumber getaran dan sampai pada telinga kita.

Tidak semua getaran dapat kita terima menjadi suara yang bisa kita dengar. Adanya batas-batas jumlah frekuensi dan amplitudo tertentu. Dalam hal ini bising itu banyak sekali macamnya, misalnya gemerciknya hujan, gemuruhnya gelombang laut dan lain-lain.

Tetapi selain bising alam yang berlangsung jutaan tahun, masih banyak lagi bising lainnya sebagai hasil peradaban manusia . Misalnya Suara mesin-mesin pabrik, pembangunan lalu litas, kapal terbang dan lain-lain. Bahkan suara musik yang oleh pemainnya merupakan suara merdu dan enak didengar, tapi bagi orang lain yang tidak berkepentingan bahkan merupakan suara bising yang sangat menjengkelkan. Akibat jangka panjang atau menengah dari bising terhadap manusia adalah hilangnya daya pendengaran. Makin tua umur manusia makin berkuranglah daya pendengarannya atau dalam istilah asingnya dikatakan presbicusis.

(36)

akan lebih cepat terjadi. Di samping itu menurut penghematan, bising sangat mempengaruhi manusia baik secara psikologis maupun biologis.

Penyelidikan juga menunjukkan bahwa disekitar pelabuhan udara persentase timbul penyakit lebih besar dari pada di daerah lain. Angka keguguran juga lebih besar, bahkan penyelidikan lain menunjukkan bahwa serangan jantung terjadi ditempat sumber bising. Pengaruh lain yang merugikan ialah adanya kemerosotan prestasi pekerja.

Menurut Dr. P.G. Knitschild suara bukan alamiah dari pesawat terbang akan memperpendek umur manusia apabila berlangsung terus menerus. Menurut Prof. Sudiro umumnya kita tidak menyadari bahwa setiap tahun bising itu bertamabah rata-rata satu dB (desibel) akibat banyaknya motor, mesin-mesin, pesawat dan lain-lain. Dengan demikian, penahaban kegaduhan pada akhir abad ini dapat mencapai sekitar 20 dB atau lebih.

Desibel adalah ukuran intesitas suara. Sebagai perbandingan dapat disebutkan pesawat terbang pada jarak pendek memiliki dB 120 dengan akibat mendekati batas telinga. Bor mesin pada jarak satu meter dekat lapangan terbang mempunyai dB 100 dengan efek tak tertahan. Bis dan truk pada jarak 7 meter dBnya 90.

(37)

Menurut Prof. Sudiro akibat kebisingan tidak berarti kita harus meng hentikan segala kemajuan, walaupun menimbulkan risiko menambah bising baru yang mungkin lebih mencemaskan. “Setiap akibat sampingan sebagai akibat kemajuan teknologi, harus dilawan dengan kemajuan teknologi baru”.

Ada 4 cara dasar untuk mengatasi kebisingan yang dikemukakan, yaitu perencanaan tata ruang yang baik, penggunaan bahan-bahan bangunan dan akustika yang tepat, pembuatan seksi-seksi atau bangunan pembendung (penahan) dan penggunaan getaran suara, yaitu cara yang dalam waktu dekat telah dan akan dapat berhasil.

f. Penggunaan Alat-alat Keselamatan Kerja

Keharusan menggunakan alat-alat keselamatan kerja oleh para pekerja selama mereka melaksanakan tugasnya di tempat kerja adalah merupakan modal dasar kuat untuk upaya mencegaha terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Pimpinan perusahaan di dunia industri maupun pimpinan sekolah di dunia pendidikan adalah orang yang paling bertanggungjawb terhadap upaya pengadaan fasilitas keselamatan kerja maupun upaya pemasyarakatan penggunaannya.

Pada bab ini dibahas beberapa alat keamanan kerja yang sering digunakan/diperlukan pada waktu bekerja, terutama alat-alat untuk pelindung badan, pelindung pada mesin, pengaman arus listrik, alat pengamanan ruang.

1) Alat-alat pelindung anggota badan.

Badan kita terdiri dari beberapa bagian. Semuanya itu harus terlindung sewaktu melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung badan tersebut adalah sebagai berikut :

(38)

Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu. Kelangkapan lengsa untuk pengelasan dengan gas dan untuk melakukan pemotongan jangan dibiasakan dipakai untuk pengelesan lengkung atau busur karena lensa untuk mengelas lengkung telah disediakan tersendiri.

Kacamata debu adalah sebuah alat pelindung mata supaya mata tidak kemasukan debu atau bram (tatal) terutama pada waktu pengerjaan gerinda, memahat dan lain-lain.

Gambar 1 . Kaca mata las

Kacamata las dapat dibedakan terutama pada kacanya, antara kacamata untuk pekerjaan las asetilin dan kaca mata untuk las listrik. Kaca mata pekerjaan las listrik lebih gelap dari kaca untuk pekerjaan las asetilin. Bentuk kaca mata asetilin sama dengan bentuk kaca mata debu, hanya dibedakan pada kegelapan kacanya.

b) Alat pelindung kepala,

(39)

kepala (over head) tutup kepala atau peci sangatlah penting.

Gambar 2. Penutup Kepala c) Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga adalah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising, juga penahan bising dari letupan-letupan.

Gambar 3. Alat Pelindung Telinga

d) Alat Pelindung Hidung

(40)

Gambar 4. Alat Pelindung Hidung

e) Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan adalah alat yang terbuat dari bermacam-macam bahan (Kain, asbes, kulit dan karet) yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

Gambar 5. Alat Pelindung Tangan

f) Alat Pelindung Kaki

Untuk menghindarkan kerusakan pada kaki akibat tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia, maka sebagai alat pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan dengan kebutuhan tempat kita bekerja.

(41)

g) Alat Pelindung Badan

Apron, ketentuan memakaian sebuah apron pelindung harus dibiasakan di luar baju kerja. Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.

Pakaian pelindung, dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka pakaian biasa akan terhindar dari percikan api, terumata pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju yang panjang akan melindungi tangan dari sinar api.

Gambar 7. Alat Pelindung Badan

2) Alat Perlindungan pada Mesin

Letak bahaya utama bila menggunakan mesin-mesin ialah pada bagian roda gigi, roda sabuk, bagian-bagian yang berputar.

(42)

terjadinya kecelakaan terhadap manusia atau kerusakan pada mesin.

Gambar 8. Alat Pelindung Mesin

3) Pengamanan Arus Listrik

Peralatan listrik yang terdapat di bengkel kerja harus diberi pengaman untuk menghindari terjadinya bahaya-bahaya seperti tersengat arus listrik maupun terjadinya kebakaran akibat terjadinya hubungan singkat. Oleh karena itu bila terjadi/ terlihat hal-hal seperti: peralatan listrik yang tidak tertutup, penggantian kawat sekering dengan kawat yang lebih besar, Penggunaan ukuran kabel listrik yang tidak sesuai dengan kapasitasnya dll, segera hubungi orang yang ahli dibidangnya.

Gambar 9. Perlindungan Arus Listrik

4) Alat Pengaman Ruang

(43)

seperti terjadinya kebakaran. Alat-alat pengaman ruang diutamakan alat-alat pemadam kebakaran, termasuk adanya pintu darurat untuk upaya menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran maupun bahaya keruntu- han akibat terjadinya gempa bumi.

Gambar 10. Alat Pengaman Ruang

(44)

g. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

Peristiwa kebakaran adalah peristiwa yang paling menakutkan. Kebakaran dapat menimbulkan kehilangan harta benda, kematian dan kecelakaan. Kebakaran merupakan satu peristiwa yang tidak terjadi begitu saja, sudah pasti ada penyebabnya.

Pada jaman yang serba modern ini orang sudah banyak mengenal alat pemadam yang serba mutakhir, namun kejadian kebakaran itu masih saja terjadi. Siapa sumber kecelakaan kebakaran dan siapa pula yang menderita akibat kebakaran? Jawabannya adalah manusia.

Manusia mempunyai keterbatasan, oleh karena itu dalam segala bentuk usaha/pekerjaan perlu disempurnakan dengan tindakan pengamanan

1) Zat-zat yang dapat menimbulkan kebakaran.

Kebakaran dapat menimbulkan kerugian materi, bahkan kadang-kadang korban jiwa tentunya bukan merupakan dambaan setiap manusia. Khusus bagi pekerja di industri dan bengkel yang banyak sekali menghadapi zat-zat yang mudah menyala, diharapkan dapat mengetahui zat-zat yang harus dipisahkan antara satu dengan lainnya sehingga tidak menimbulkan kebakaran. Kebakaran akan timbul apabila ada bahan bakar, panas dan oksigen.

(45)

- Yang dimaksud dengan bahan bakar ialah sesuatu yang dapat terbakar, misalnya: benda padat, cair, dan gas.

- Panas dapat ditimbulkan oleh nyala api, percikan bunga api, puntung rokok, gesekan sumber listrik dan lain-lain.

- Oksigen adalah udara yang terdapat disekeliling kita atau reaksi bahan kimia.

Pada gambar 13, panas dipisahkan dari bahan bakar dan oksigen sehingga tidak akan menimbulkan api. Jadi perlu diingat bahwa: Tanpa bahan bakar tidak mungkin terjadi kebakaran, tanpa panas tidak mungkin terjadi kebakaran, tanpa oksigen tidak mungkin terjadi kebakaran.

Gambar 13. Memadamkam Api

2) Mengenal Cara Mengatasi Kebakaran

Sifat panik dan bingung adalah suatu hal yang sering terjadi pada manusia pada saat menghadapi suatu bahaya secara tiba-tiba. Dalam menghadapi suatu kebakaran hal ini sering pula terjadi. Oleh karena itu dituntut kepada kita khususnya yang bekerja di bengkel atau industri dapat mengenal hal-hal sebagai berikut:

(46)

d) Alat Pemadam Kebakaran harus ditempatkan pada tempat yang tidak terlindung, mudah dicapai dan dekat pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran.

e) Penempatan alat pemadam kebakaran harus dijaga terhadap keadaan temperatur. Jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin.

f) Dapat menggunakan alat pemadam kebakaran, yang cara penggunaannya dapat dibaca pada kartu petunjuk penggunaannya.

g) Mengetahui pintu keluar untuk menyelamatkan diri jika terjadi peristiwa kebakaran yang tidak dapat dicegah lagi. Dan bila terjadi kebakaran maka ada 6 langkah yang anda harus ikuti:

a) Segera membunyikan alarm atau tanda bahaya yang dimiliki.

b) Menelpon petugas pemadam kebakaran.

c) Memberitahukan kepada semua orang untuk meninggalkan tempat kerja.

d) Memadamkan kebakaran dengan bahan pemadam api. e) Tinggalkan tempat kebakaran bila tidak dapat diatasi. f) Jangan mencoba masuk kembali ke tempat yang terbakar

3) Mengenal Jenis Kebakaran dan Bahan Pemadam Kebakaran.

Menurut penggolongannya jenis kebakaran ada 3 macam, yaitu: Kelas A, Kelas B, dan Kelas C.

Kebakaran Kelas A

(47)

Untuk memadamkam kebakaran kelas A maka ada beberapa zat pemadam yang cocok digunakan antara lain:

a) Air

b) Soda asam (soda acid) c) Tekanan gas (gas pressure)

d) Tekanan udara (stored air pressure)

Gambar 14. Jenis Kebakaran Kelas A

Kebakaran Kelas B

Kebakaran kelas B adalah kebakaran yang terjadi akibat cairan yang mudah terbakar, seperti: bensin, oli, solar, minyak tanah, tiner dan pelarut lainnya. Untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran maka tutuplah semua tangki bahan bakar, botol minyak, kaleng cat dan jauhkan dari sumber api/panas.

“Jangan menggunakan air untuk memadamkan kebakaran kelas B”.

(48)

Untuk memadamkan kebakaran kelas B pakailah dry powder

dan gas carbon dioxide (CO2). Foam extenguisher (busa) paling tepat dipakai untuk memadamkan kebakaran kelas B.

Kebakaran Kelas C

Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang ditimbulkan oleh alat-alat listrik, misalnya: motor listrik, generator listrik, kabel, kotak kontrol dan peralatan elektronik.

Kebakaran kelas C dapat dipadamkan dengan cairan Bromochioro Diflourometane (BCF) atau Dry Powder dan CO2.

Jangan menggunakan air atau pemadam yang berisi busa untuk memadamkan kebakaran kelas C”.

Gambar 16. Jenis Kebakaran Kelas C

Klasifikasi Api Dan Pemilihan Jenis Penyemprot adalah sebagai berikut:

Air Sangat baik Kurang baik Berbahaya

(49)

arang

Luka bakar dapat diakibatkan antara lain oleh:  Terbakar api

 Tersiram air panas  Tersengat arus listrik  Kejemur panas matahari

Gambar 17. Penampang jaringan yang normal

(50)

a) Luka Bakar tingkat satu, Mengenai lapisan kulit luar, kulit kelihatan merah, membengkak dan nyeri.

Gambar 18. Luka bakar tingkat 1

b) Luka Bakar tingkat dua, Mengenai seluruh epitelium kulit merah, basah dan timbul lepuh-lepuh, sangat nyeri.

Gambar 19. Luka bakar tingkat 2

(51)

Gambar 20. Luka bakar tingkat 3

5) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) pada luka bakar.

Jika terjadi bencana luka bakar maka langkah-langkah utama yang dapat dilakukan antara lain:

 Tetapkanlah tingkat kerusakan jaringan, nyatakan dalam prosentase permukaan tubuh.

Gambar 21. Prosentase luka bakar

 Bawa segera ke Rumah Sakit, apabila penderita luka bakar.

(52)

 Rendamlah bagian tubuh yang terkena dalam air sampai

bersih dan nyerinya berkurang. Jika bagian tubuh tak dapat direndam, tutuplah dengan kain bersih yang dibasahi dengan air sampai bersih.

 Tutuplah dengan balut kering steril.

h. Bahaya Sengatan Listrik

Arus listrik selalu dapat dialirkan kesegala arah melalui benda-benda yang konduktif, seperti logam dan zat cair. Tetapi aliran listrik tersebut tidak dapat kita lihat bila hanya sebuah kutub saja, tidak seperti halnya air yang mengalir.

Karena arus listrik yang lewat itu tidak dapat langsung dilihat oleh mata kita, tanpa bantuan benda-benda lain, maka hal ini amat berbahaya, dan dapat mematikan.

1) Arde

Arde adalah sangat perlu untuk setiap peralatan yang menggunakan aliran listrik, pada badannya kita hubungkan ke bumi ( ditanam). Agar bila terjadi kebocoran arus listrik tidak mengalir ke orang, melainkan langsung ke bumi. Terutama pesawat-pesawat yang bertegangan tinggi, merupakan suatu keharusan.

2) Pencegahan Terkena Aliran Listrik

Untuk menghindari terkena bahaya sengatan listrik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: Berilah tanda bahaya pada aliran listrik yang berbahaya, misalnya dipagari. Gunakan bahan-bahan yang tidak sebagai penghantar listrik, misalnya sarung tangan karet, sepatu karet, peralatan-peralatan yang berisolasi karet. Keringkan tangan sebelum menggunakan peralatan yang beraliran listrik.

(53)

Bila terjadi kecelakaan pada pekerja sebagai akibat terkena bahaya sengatan listrik, maka beberapa langkah P3K yang dapat dilakukan antara lain adalah : Mematikan tombol utama atau memisahkan si penderita dengan bantuan sebatang kayu panjang yang kering. Kemudian lakukan tindakan-tindakan berikut seandainya si penderita pingsan.

Seandainya pernafasan berhenti, maka bersihkan sesuatu yang merintangi di dalam mulut.

Pegang tengkuk dan kemudian tekan bagian belakang kepala kedepan perlahan-lahan.

42

Gambar 22. Tindakan bila penderita pingsan

(54)

Tekan perlahan rahang bagian atas kemudian urut kebawah agar lidah terjulur bebas dan mendapatkan udara segar untuk dihisap.

Tekan lubang hidung korban dan hembuskan napas anda melalui mulut korban perlahan-lahan. Kemudian hentikan dan amatilah ada gerakan pada dada korban. Hal ini dapat diulang.

Bila korban mengalami luka pada tempat-tempat yang membahayakan, maka baringkan korban tersebut, bagian tubuh yang luka dinaikkan bila perlu.

43

Gambar 25. Mengurut rahang bagian atas

(55)

Tekan pinggiran luka, sehingga kelihatan lebih bersih kemudian balutlah.

Untuk luka-luka yang lebih besar balutlah dengan menggunakan perantara untuk menghisap pendarahan.

i. Pertolongan Pada Luka

Luka adalah terputusnya hubungan jaringan oleh sesuatu sebab. Penyebab tejadinya luka antara lain disebabkan oleh: 1) Persentuhan dengan benda tumpul: Lecet, memar, dan

robek.

2) Persentuhan dengan benda tajam: Tusuk, iris, dan bacok. 1) Luka bakar akibat dari: Api, Uap Panas, Cairan Panas, Zat

Kimia, Sinar, Arus listrik

(56)

2) Selain terluka biasanya korban akan diikuti pula oleh :

 Adanya pendarahan yang dapat berakibat si korban menjadi shock.

 Terjadi Infeksi yang akan berwarna merah bengkak nanah.  Terjadinya patah tulang.

 Hal-hal lain seperti : geger otak, kena rongga dada/perut dsb.

Pemberian Pertolongan:

 Bekerjalah sebersih mungkin (sabun, air, alkohol)

 Gunakan peralatan yang steril/bersih (gunting, pincet, pembalut dsb)

 Lakukan penghentian pendarahan

 Cegah jangan sampai terjadinya shock, yang disebabkan oleh adanya pendarahan/ cairan hilang/ kesakitan.

Kirimkan penderita ke rumah sakit/puskesmas/klinik/dokter.

j. Tanggungjawab Keselamatan Kerja

Pada suatu organisasi baik itu lembaga pendidikan maupun industri, biasanya setelah pimpinan utama yang menjadi penanggung jawab keselamatan kerja, maka urutan berikutnya yang turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan keselamatan kerja adalah :

1) Bagian Keamanan

Bagian Keamanan suatu organisasi harus diberi pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan mempunyai tugas kewajiban:

 Memberi petunjuk dan mengarahkan ke jalan yang aman.  Menerangkan mengenai pengamanan, penyelidikan dan

pemeliharaan.

(57)

 Mempelajari menyelidiki sebab-sebab kecelakaan. 2) Tenaga Pengajar/instruktur/guru

Tanggungjawab tenaga pengajar dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain adalah :

 Memberi instruksi dengan benar, tepat, aman untuk tiap-tiap bagian yang akan dikerjakan.

 Memutar film, slide atau gambar-gambar kecelakaan.  Menyelidiki sebab terjadinya kecelakaan, kerusakan.  Melapor segera bilamana terjadi kecelakaan, kerusakan

pada mesin, dan dicatat peristiwa –peristiwa tersebut. 3) Praktikan/ pekerja

Kepada para praktikan/pekerja harus selalu waspada pada waktu bekerja. Mereka bertanggungjawab/ bertugas dan berkewajiban:

 Praktikan harus mentaati instruksi dan peraturan yang berlaku.

 Memperhatikan instruksi untuk bekerja betul dan aman.  Bertindak tepat dan benar pada waktu terjadi kecelakaan.  Segera lapor kepada instruktur bila terjadi kecelakaan.

 Menerangkan penyebab terjadinya kecelakaan,

kerusakan.

k. Usaha Pencegahan Kecelakaan di Bengkel

Syarat-syarat minimal yang harus dipenuhi dalam usaha-usaha pencegahan kecelakaan di tempat kerja antara lain adalah :

1) Pemimpin atau pengusaha/manajer berusaha sepenuhnya

mengadakan upaya-upaya pencegahan kecelakaan. 2) Penegakan persyaratan kesehatan bagi pekerja/praktikan

(58)

melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab, tenang dan kegairahan kerja.

3) Sifat dari bahaya kecelakaan harus benar-benar diketahui dan pahami dalam segala bidang baik peralatan atau ruang yang dipergunakan.

4) Semua pekerja/ praktikan harus menyadari akan pentingnya keselamatan kerja dan pemeliharaan kesehatan diri pribadi, karena para pekerja harus taat, patuh terhadap petunjuk/peraturan yang diberikan (disiplin) .

5) Membuat catatan-catatan mengenai kecelakaan yang telah terjadi sehingga mudah untuk mengetahui sebab-sebabnya, mungkin alat-alatnya harus segera disempurnakan.

l. Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan

1) Pekerja tidak hati-hati

Kecelakaan sering terjadi akibat suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu akibat keadaan yang tidak aman, mungkin juga karena kedua-duanya. Bekerja tidak hati-hati bisa terjadi karena ia tidak mempunyai perhatian terhadap apa yang ia sedang kerjakan atau mungkin ia sedang tidak menaruh perhatian sama sekali.

2) Bekerja tanpa pengetahuan

Seseorang yang sedang melakukan pekerjaan tetapi ia tidak mengetahui bahwa tindakannya adalah salah artinya tidak mempunyai pengetahuan dan kepandaian dalam melakukan pekerjaan tersebut. Maka dalam hal ini keadaan tidak aman akan menyangkut kepada tempatnya yang memang tidak memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang baik atau menyangkut orang itu sendiri atau mungkin juga menyangkut kedua-duanya.

(59)

Keadaan yang tidak aman yang menyangkut orangnya dapat disebabkan karena jasmani dan atau rohaninya.

Mungkin ia mempunyai gangguan jasmani misalnya kurang pendengaran, buta warna, kecapaian dan sebagainya. Cacat rohani sering disebabkan oleh beberapa faktor latar belakang bahkan mungkin karena latar belakang yang di luar pekerjaan, misalnya kesulitan hidup dalam rumah tangganya baik sosial ekonominya atau kurang istirahat, kurang tidur, mungkin pula karena kurang pengalaman atau sebagainya. 4) Alat-alat yang dipakai sudah tidak memenuhi syarat lagi

misalnya rusak dan bukan fungsinya

5) Tanpa alat pelindungan/keselamatan kerja baik perlindungan pada mesin, pelindungan pada sipekerja dan tempat yang sering menimbulkan bahaya.

6) Tidak perduli atau masa bodoh karena seorang pekerja tidak mempunyai perhatian yang cukup terhadap pekerjaan yang ditugaskan.

7) Tidak sanggup, karena pekerja tidak mempunayi kesanggupan fisik dan mental yang cukup untuk menghasilkan pekerjaan dengan aman.

8) Keinginan untuk bekerja atau bekerja dalam suatu tidak aman yang biasanya sering dilakukan dengan sengaja oleh pekerja yang dianggap pemberani oleh teman sekerjanya.

m. Keadaan Bengkel atau Ruang Kerja yang Tidak Aman Bengkel atau ruang kerja yang tidak aman dapat diidentifikasi antara lain dari :

1) Bentuk atau konstruksi ruang kerja yang tidak aman.

(60)

kecelakaan, kesalahan ini biasanya dibuat karena rencana pembuatan yang tidak aman/baik.

3) Pengaturan yang tidak baik

4) Pengaturan atau penempatan yang tidak baik /tepat. Dalam hal ini termasuk pengaturan tempat-tempat bekerja yang tidak aman. Penempatan alat dan bahan-bahan dan perlengkapan yang tidak teratur, Pemasangan mesin-mesin yang tidak betul. Kesemuanya ini dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja-pekerja yang bersangku- tan.

5) Tidak memakai alat pelindung (pengaman)

6) Salah satu contoh adalah penghantar arus listrik dari kawat yang tidak terbungkus berada di luar bebas, sehingga ada kemungkinan di antara anggota badan sipekerja dapat menyentuhnya.

7) Alat-alat pelindung tidak aman

8) Khususnya alat-alat pelindung peralatan yang tidak memenuhi syarat. Kadang-kadang penggunaan alat pelindung demikian akan lebih berbahaya dari pada tidak memakai alat pengaman sama sekali. Dengan adanya alat pelindung biasanya sipekerja tidak berhati-hati atau merasa aman karena menggunakan alat pelindung tersebut

9) Kurang penerangan, karena kesalahan perencanaan tata lampu pada bengkel kerja sehingga menyebabkan pada sisi tertentu di dalam bengkel menjadi kekurangan cahaya yang dapat menganggu kelancaran bekerja.

(61)

1) Memelihara alat-alat dengan baik dan segera perbaiki bila ada alat yang rusak atau kurang sempurna.

2) Jangan rag-ragu dalam bekerja dan memegang alat harus memakai metoda yang betul dan baik serta aman.

3) Jangat melempar-lempar alat atau memberikan atau menerima alat kepada dan dari orang lain dengan cara melempar.

4) Sekrup dengan alur-alur atau drad yang rusak tidak boleh dipakai lagi karena dapat melukai atau tidak aman dalam bekerja.

5) Bila menggunakan obeng, pilihlah obeng yang ujungnya pas dengan alur skrup dan obeng yang tumpul harus ditajamkan atau diratakan terlebih dahulu.

6) Gunakan kunci pas yang betul-betul pas, jika tidak ada kemungkinkan merusak mur dan mungkin terlepas serta melukai anda. Kunci pas tidak boleh dipakai sebagai alat pemukul.

7) Kikir harus memakai tangkai kalau tidak akan melukai tangan penggunanya.

8) Jangan memakai baju kerja yang terlalu longgar karena baju bisa terkait oleh alat tersebut.

9) Jangan menghentikan bagian-bagian mesin yang sedang bergerak dengan tangan, karena tenaga anda tidak mungkin melawan kekuatan mesin, mungkin anda terseret sehingga mengakibatkan kecelakaan yang tidak diinginkan. 10) Jangan membuka alat-alat pengaman/tutup mesin yang

sedang bekerja/berputar, juga jangan memberi minyak pelumas pada mesin yang sedang bekerja.

(62)

12) Jangan berdiri dimuka atau searah dari pisau mesin gergaji, gerinda dan lain-lain dan jangan sekali-kali menyentuh atau memegangnya.

13) Pakailah kacamata bila bekerja untuk pekerjaan yang menghasilkan debu atau bram.

14) Jangan memakai cincin, kalung dalam bekerja di bengkel. 15) Dalam pekerjaan mengangkat, menarik barang-barang dan

lain-lain gunakanlah sarung tangan, terlebih-lebih untuk menarik tali kabel atau rantai.

16) Jangan mencoba-coba mengantongi alat-alat kerja yang runcing permukaannya atau bermata tajam di luar batas, selain mengganggu gerakan anda juga melukai diri sendiri. 17) Jangan membawa alat-alat dengan mulut, membawa paku

dengan mulut (digigit) dan jangan juga membuka botol dengan gigi.

18) Buanglah sisa-sisa pekerjaan seperti bram-bram paku yang rusak potongan pelat, melainkan masukan ke dalam bak sampah supaya tidak melukai orang lain.

19) Susunlah alat-alat kerja pada tempatnya dengan rapih, simpalah alat-alat dengan tidak bertindihan, tidak boleh ditumpuk dan jangan menyimpan alat-alat dengan mencampur adukan satu sama lain.

20) Bersihkan dengan segera bila lantai ditempat kerja terdapat ceceran minyak, oli maupun air.

21) Bila mendapat luka walaupun kecil harus segera diobati supaya tidak terkena infeksi.

22) Matikan mesin pada hubungan listriknya jika meninggalkannya atau akan memperbaikinya.

(63)

24) Di dalam pengelasan harus memakai kaca mata las atau masker dan pakaian las, perhatikan dan konsentrasikan perhatian pada pekerjaan yang sedang dikerjakan sehingga kesalahan dan keru sakan akan cepat teratasi. 25) Sediakan alat-alat dan perlengkapan P3K di dalam

bengkel.

26) Lantai ruangan kerja harus dipelihara dengan baik, tidak licin dan tidak berlubang-lubang.

27) Di ruang kerja perlu disediakan pintu darurat, untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan (kebakaran, gempa bumi, dll).

28) Pipa-pipa pengalir uap dan air panas yang kemungkinan dapat tersentuh/ terpegang harus dibungkus (dilindungi) dengan sempurna.

29) Alat-alat dan pesawat-pesawat yang mengalirkan arus listrik, harus dipelihara dan secara rutin dikontrol sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya bahaya api/ hubungan pendek dari peralatan tersebut. 30) Bagian-bagian alat penggerak dari mesin yang dapat

membahayakan harus diberi alat pengaman dan pelindung yang baik.

31) Pasanglah tanda larangan dan tanda bahaya/ peringatan di tempat-tempat tertentu di dalam bengkel, seperti:

Tanda larangan

(64)

“Dilarang merokok”

Perintah

Gambar putih diatas biru yang mempunyai arti suatu perintah.

“Gunakan kaca mata”

Peringatan

Pada tanda peringatan ini berbentuk segi tiga dengan warna hitam di atas putih dengan gambar nyala api di dalam segitiga, berwarna oranye.

“Sesuatu yang mudah terbakar”

Pemberitahuan

(65)

o. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Untuk memperkecil risiko kecelakaan kerja, sejaka awal tahun 1980an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan

(66)

Hudson (1985) menyatakan bahwa pada proyek konstruksi di negara-negara berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan penggunaan peralatan pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah diatur dalam pedoman K3 konstruksi. Jenis-jenis kecelakaan kerja akibat pekerjaan galian dapat berupa tertimbun tanah, tersengat aliran listrik bawah tanah, terhirup gas beracun, dan lain-lain. Bahaya tertimbun adalah risiko yang sangat tinggi, pekerja yang tertimbun tanah sampai sebatas dada saja dapat berakibat kematian. Di samping itu, bahaya longsor dinding galian dapat berlangsung sangat tiba-tiba, terutama apabila hujan terjadi pada malam sebelum pekerjaan yang akan dilakukan pada pagi keesokan harinya. Data kecelakaan kerja pada pekerjaan galian di Indonesia belum tersedia, namun sebagai perbandingan, Hinze dan Bren (1997) mengestimasi jumlah kasus di Amerika Serikat yang mencapai 100 kematian dan 7000 cacat tetap per tahun akibat tertimbun longsor dinding galian serta kecelakaan-kecelakaan lainnya dalam pekerjaan galian.

Gambar

Gambar 3. Alat Pelindung Telinga
Gambar 8. Alat Pelindung Mesin
Gambar 10. Alat Pengaman Ruang
Gambar 12. Pemacu Timbulnya Api
+7

Referensi

Dokumen terkait