KEKUATAN PEMBUKTIAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
( PUTUSAN NO.940/PID.B/2010/PN.Jkt.Sel)
ARTIKEL
ALFIKRI SEBASTIO 1310012111119
PROGRAM KEKUSUSAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNGHATTA PADANG
KEKUATAN PEMBUKTIAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
(PUTUSAN NO.940/PID.B/2010/PN.Jkt.Sel)
Alfikri Sebastio1, Uning Pratimaratri1, Syafridatati1 1
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail : asebastio17@gmail.com
Abstrak
The criminal act of corruption is regulated in Law Number 30 of 1999 as amended by Act Number 20 of 2001 on Corruption Crime. Many cases of corruption involving civil servants in Indonesia are revealed from the PPATK report. The issues raised in this research are: (1) How is the strength of PPATK proof in the criminal act of corruption in decision number 940 / PID.B / 2010 / PN.Jkt.Sel? (2) What is the judge's consideration in Decision Number 940 / PID.B / 2010 / PN.Jkt.Sel? This research used normative
approach. Research is done by analyzing. Data collection techniques used document studies. Data were analyzed qualitatively. The result of the decision of South Jakarta District Court Number 940 / PID.B / 2010 / PN.Jkt.Sel research shows: (1) The PPATK report has a very important role in the proving of corruption crime. (2) The judge handed down one of the judgments based on the PPATK report and supported by other evidence.
Keywords: Strength, Proof, PPATK, Corruption
Pendahuluan
Korupsi merupakan salah satu dari
sekian istilah yang kini telah akrab di telinga
masyarakat Indonesia, hampir setiap hari
media massa memberitakan berbagai kasus
korupsi yang dilakukan oleh aparatur negara
baik pegawai negeri ataupun pejabat negara.
Dalam kepustakaan kriminologi, korupsi
merupakan salah satu kejahatan jenis white
collar crime atau kejahatan kerah putih.
Akrabnya istilah korupsi dikalangan
masyarakat telah menunjukkan tumbuh
suburnya perhatian masyarakat terhadap
korupsi, kejahatan kerah putih mampu
menarik perhatian masyarakat karena para
pelakunya adalah orang-orang yang
dipersepsikan oleh masyarakat sebagai
orang-orang terkenal atau cukup terpandang
namun merekalah yang membuat kemiskinan
di dalam masyarakat.
Timbulnya kejahatan sejenis seperti ini
kemiskinan saja yang menjadi penyebab
timbulnya kejahatan, melainkan faktor
kemakmuran dan kemewahan merupakan
faktor pendorong orang-orang
melakukan kejahatan.
PPATK adalah lembaga independen
yang dibentuk dalam rangka mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian
uang.Lembaga ini memiliki kewenanganan
untuk melaksanakan kebijakan pencegahan
dan pemberantasan pencucian uang sekaligus
membangun rezim anti pencucian uang dan
kontra pendanaan terorisme di Indonesia.
PPATK memiliki tugas pokok yaitu
membantu penegak hukum dalam mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian
uang dan tindak pidana berat lainnya dengan
cara menyediakan informasi intelejen yang
dihasilkan dari analisis terhadap laporan
yang disampaikan kepadanya.
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan Muhammad Yusuf
mendatangi kantor Kejaksaan Agung di
Jakarta, Selasa siang, 2 Desember 2014.
Yusuf mengaku hendak menyerahkan
sepuluh laporan aliran duit mencurigakan
kepada Korps Adhyaksa tersebut. "Ada
kasus yang cukup besar, baik dari jumlah
transaksi uang dan orang yang terindikasi
terlibat,".Dalam laporan tersebut PPATK
berharap laporan nya tersebut dapat ditinjak
lanjuti oleh kejaksaan.didalam laporan
tersebut di indikasi nilai transaksi
mencurigakan senilai lebih kurang Rp. 1
Triliun.
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus Widyopramono mengatakan bahwa
sepuluh laporan PPATK merupakan perkara
dugaan korupsi yang sudah lama. Meski
begitu, Widyopramono berjanji akan melihat
kembali perkembangan kasus-kasus yang
sudah disidik oleh Kejaksaan Agung. Selain
itu, dia akan meminta laporan perkembangan
penyidikan kasus-kasus tersebut.Kondisi
yang demikian menunjukan bahwa
pembuktian memegang peranan yang sangat
penting dalam penyelesaian suatu perkara,
acaranya bertujuan untuk memperoleh
jaminan maksimal atas kebenaran dan
keadilan melalui suatu putusan Hakim,
didasarkan pada penerapan hukum
pembuktian. Dengan perkataan lain, maka
untuk memperoleh jaminan maksimal atas
kebenaran dan keadilan suatu perkara sangat
tergantung dalam proses pembuktian yang
sesuai dengan ketentuan.
Alat bukti yang sah dalam bentuk
petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
188 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, khusus
untuk tindak pidana korupsi juga dapat
diperoleh dari:
a. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan
b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.”
Membicarakan tentang korupsi
memang akan menemukan kenyataan
semacam itu karena korupsi menyangkut
segi-segi moral, sifat dan keadaan yang
busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan
dalam jabatan karena pemberian, faktor
ekonomi dan politik, serta penempatan
keluarga atau golongan kedalam kedinasan
di bawah kekuasaan jabatannya.
Korupsi digolongkan sebagai
kejahatan luar biasa (ekstra ordinary
crime),tidak saja karena modus dan teknik
yang sistematis, akibat yang ditimbulkan
kejahatan korupsi bersifat pararel dan
merusak seluruh sistem kehidupan, baik
dalam ekonomi, politik, sosial-budaya dan
bahkan sampai pada kerusakan moral serta
mental masyarakat.Rusaknya sistem
kehidupan ekonomi sehingga merugikan
negara, yang dapat mengganggu
perekonomian negara. Definisi negara disini
tidak hanya menyangkut negara dalam
enyangkut Pemerintah Daerah, hal ini terjadi
karena memang tidak dapat dipungkiri,
bahwa kekuasaan baik di pusat maupun di
daerah memang cendrung lebih mudah untuk
korup (Power tends to Corup).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
penulis menulis judul “KEKUATAN
PEMBUKTIAN PUSAT PELAPORAN
DAN ANALISIS TRANSAKSI
KEUANGAN (PPATK) DALAM
TINDAK PIDANAKORUPSI (PUTUSAN NO.940/PID.B/2010/PN.Jkt.Sel)’’.
A. RumusanMasalah
1. Bagaimanakah kekuatan pembuktian
PPATK dalam tindak pidana korupsi?
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim
terhadap laporan PPATK dalam tindak
pidana korupsi?
B. TujuanPenelitian
a. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian
dari PPATK terhadap tindak pidana
korupsi
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim
dari laporan PPATK terhadap tindak
pidana korupsi
C. MetodePenelitian
1. SifatPenelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah
deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu system pikiran ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang.
2. Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan adalah
yuridis normatif yaitu pendekatan menurut
Undang-undang.
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
hokum yang mengikat, dan terdiri dari:
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pencegahan Tindak Pidana
3) PUTUSAN
NO.940/PID.B/2010/PN.Jkt.Sel
b. Bahan hukum sekunder, yang
memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti, rancangan
Undang-Undang, Hasil-Hasil penelitian,
hasil karya dari kalangan hukum dan
seterusnya.
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang
memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder; contohnya adalah
kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif,
dan seterusnya
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan bahan hokum dalam
skripsi ini adalah dengan studi dokumen
adalah tekknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek peniliti
dalam rangka memperoleh informasi terkait
objek penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Skripsi ini menggunakan teknik analisis data
penelitian kualitatif penelitian kualitatif
adalah sebuah metode penelitian yang
digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan peneliti.
Tinjauan Pustaka
Pengertian pembuktian
Pembuktian menurut pemahaman
umum adalah menunjukkan ke hadapan
tentang suatu keadaan yang bersesuaian
dengan induk persoalan, atau dengan kata
lain adalah mencari kesesuaian antara
peristiwa induk dengan akar-akar
peristiwanya dalam perkara hukum pidana
kesesuaian itu tentu tidak harus diartikan
adanya korelasi, atau adanya hubungan yang
saling mendukung terhadap penguatan atau
pembenaran karena hukum. Misalnya,
peristiwa pencurian, induk permasalahannya
adalah adanya barang yang hilang,
korelasinya mungkin saja tempat menyimpan
barang yang hilang itu telah rusak, atau
tanda-tanda di tempatnya atau juga barang
yang ditempatkan di tempat tertentu itu telah
tidak ada di tempatnya, karena adanya usaha
Pembuktian adalah
ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan
pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan
undang-undang membuktikan kesalahan
yang didakwakan kepada terdakwa.
Pembuktian juga merupakan ketentuan yang
mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan
undang-undang membuktikan kesalahan
yang didakwakan kepada
terdakwa.Pembuktian juga merupakan
ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang
dibenarkan undang-undang yang boleh
dipergunakan hakim membuktikan kesalahan
yang didakwakan. Persidangan pengadilan
tidak boleh sesuka hati dan semena-mena
membuktikan kesalahan terdakwa dalam
mencari dan meletakkan kebenaran yang
akan dijatuhkan dalam putusan, harus
berdasarkan alat-alat bukti yang
telahditentukan undang-undang secara “limitatif” sebagaimana yang disebut dalam
Pasal 184 KUHAP.
Dalam sistem pembuktian hukum
acara pidana yang menganut stelsel negatief
wettelijk, hanya alat-alat bukti yang sah
menurut undang-undang yang dapat
dipergunakan untuk pembuktian. Hal ini
berarti bahwa di luar dari ketentuan tersebut
tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti
yang sah. Pembuktian merupakan masalah
yang memegang peranan di sidang
pengadilan, dimana melalui pembuktian
ditentukan nasib terdakwa.Apabila hasil
pembuktian dengan alat-alat bukti yang
ditentukan undang-undang tidak cukup
membuktikan kesalahan yang didakwakan
kepada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari
hukuman. Sebaliknya, kalau kesalahan
terdakwa dapat dibuktikan dengan alat bukti
yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP maka
terdakwa dinyatakan bersalah dan kepadanya
akan dijatuhkan sanksi. Oleh karena itu,
hakim harus berhati-hati, cermat, dan matang
menilai dan mempertimbangkan nilai
pembuktian meneliti sampai dimana batas minimum “kekuatan pembuktian” atau
Bewijs Kracht dari setiap alat bukti yang
Jenis-jenis pembuktian
Dalam Pasal 73 UU No. 8 Tahun
2010 yang merupakan alat bukti dalam
pemeriksaan adalah:
1) Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
Hukum Acara Pidana
2) Alat bukti lain berupa informasi yang
diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat
optic atau alat yang serupa optic dan
dokumen; dan
3) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 angka 16
Adapun ketentuan dalam pasal 1 angka
16 UU No. 8 Tahun 2010 adalah:
“Dokumen adalah data, rekaman, atau
informasi yang dapat dilihat, dibaca,
dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik
yang tertuang di atas kertas, benda fisik
apapun selain kertas, atau yang terekam
secara elektronik, termasuk tapi tidak
terbatas pada: 1) tulisan, suara atau gambar
2) peta, rancangan, foto atau sejenisnya; 3)
huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi
yang memiliki makna atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.”
Alat bukti yang dipergunakan dalam
pemeriksaan suatu tindak pidana pencucian
uang menurut Pasal 73 UU No. 8/2010 ini
memang sangat beragam. Hal ini jelas
merupakan suatu kebutuhan dalam
pemberantasan pencucian uang karena
masalah pencucian uang merupakan masalah
yang sangat kompleks karena modus dan
system kejahatan yang dipraktekan oleh para
pelaku penucian uang sudah melibatkan
alat-alat berteknologi tinggi.
A. Simpulan
PPATK mempunyai kekuatan
pembuktian yang sesuai dengan peraturan
perundang undangan pasal 184 KUHAP
tentang alat bukti dimana badan pusat
pelaporan dan analisis transaksi keuangan
memberikan utusan saksi ahli yang
memberikan keterangan sesuai dengan ilmu
persidangan sehingga memberikan titik
terang terhadap masalah tindak pidana
pencucian uang serta membantu hakim
dalam menjatuhkan hukuman bagi tersangka.
PPATK menjalankan perannya
dengan memberikan petunjuk terhadap kasus
pencucian uang yang dilakukan oleh S S
yang menjadi bahan pertimbangan oleh
hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
terdakwa.
Berdasarkan pengamatan penulis
dapat dilihat dari kasus ini dimana bahwa
salah satu anggota polisi telah melakukan
pelanggaran dan penyelewengan jabatan
untuk melakukan tindak pidana pencucian
uang,dia yang seharusnya melakukan
perbuatan penegakn hukum tetapi dia yang
melakukan pelanggaran hukum.
Berdasarkan putusan hakim diatas,
bahwa pembuktian yang diberikan oleh pusat
pelaporan dan analisis transaksi keuangan
(PPATK) memiliki peran, hakim
menjatuhkan hukuman dengan
Undang-undang no. 31 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan undang-undang no 20 tahun
2001 tentang tindak pidana korupsi. Hakim
Menjatuhkan putusan salah satunya
didasarkan laporan PPATK dan didukung
oleh alat bukti yang lain.
Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Ibu Dwi Astuti Palupi S.H., M.H.
selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Bung Hatta.
2. Ibu Dr. Sanidjar Pebrihariati, S.H.,
M.H. selaku Wakil Dekan Fakultas
Hukum Universitas Bung Hatta
3. Ibu Yetisma Saini, S.H., M.H. selaku
Ketua Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Bung
Hatta
4. Ibu Dr. Uning Pratimaratri, S.H.,
M.Hum. selaku Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan tenaga
untuk memberikan ilmu pengetahuan,
ide, dan semangat dalam penulisan
5. Ibu Syafridatati, S.H., M.H selaku
Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk
memberikan ilmu pengetahuan, ide,
dan semangat dalam penulisan skripsi
ini.
6. Ibu Deswita Rosra, S.H., M.H selaku
Pembimbing Akademi Fakultas
Hukum Universitas Bung Hatta.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas
Hukum Universitas Bung Hatta.
8. Seluruh Staf dan Karyawan dan
karyawati Fakultas Hukum
Universitas Bung Hatta.
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Mamoedin, 1997.Analisis
Kejahatan Perbankan, Cetakan
1. Jakarta:Rafflesia, hlm. 295-297.
Bambang Poernomo, 2001. Money
Laundering Persepsi Hukum
Nasional, FH Jayabaya, Jakarta
Darwan Prinst, 2002. Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi,
Bandung, halaman 31.
Evi Hartanti, 2007.Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Sinar
grafika, Jakarta, hlm.9.
Gerry Muhamad Rizki, 2008.
KUHP&KUHAP Permata Press.
Yogyakarta.
Hari Sasangka dan Lily Rosita. 2003.
Hukum Pembuktian Dalam
Perkara Pidana, Mandar Maju,
Bandung
Hartono, 2012 Penyidikan & Penegakan
Hukum Pidana, Sinar Grafika
offset, Jakarta
Jur. Andi Hamzah, 2005. Pemerantasan
Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasioanal.
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Leden Marpaung, (2009), Proses
Penanganan Perkara Pidana
(Penyelidikan & Penyidikan),
Sinar Grafika, Jakarta
Mohammad Taufik Makarao, Suhasril, 2004. Hukum Acara Pidana
dalam Teori dan Praktek, Ghalia
Indonesia, Jakarta
Martiman Prodjohamidjojo, 1983.
Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, Ghalia Indonesia
Ratna Nurul Afiah, 1989. Barang Bukti
dalam Proses Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji,1985 Penelitian Hukum
Normatif, PT Raja Grafindo
Subekti, 2001. Hukum Pembuktian, Pradnya Paramitha, Jakarta
Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, 2011.
Hukum Pidana: Horizon Baru
Pasca Reformasi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm.63
Yunus Husein, 2008. Negeri Sang
PencuciUang, Cetakan 1.
Jakarta: PustakaJuandaTigalima,
Waluyadi, 2004.Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana untuk
Mahasiswa dan Praktisi.
Bandung :MandarMaju.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
Humas PPATK, Tinjauan umum PPATK,
http://ppatk.go.id/index.php?id=1, diakses pada tanggal 26 September 2016, pukul 19.45 WIB.
Landasan teori, Pengertian PPATK Tugas Wewenang Kedudukan dan Perana dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang,
http://www.landasanteori.com/2015
/10/pengertian-ppatk-tugas-wewenang. html, diakses tanggal 26 September 2016, pukul 20.00 wib
Suprapta Adi, Identifikasi
Undang-Undang Tindak Pidana Khusus,
http://mabuk-hukum.blogspot.co.id/2011/06/iden tifikasi-undang-undang-tindak. html, diaksespadatanggal 26 September 2016, pukul 23.15
IndraWijaya, PPATK Lapor 10
Transaksi Mencurigakan ke
Kejaksaan,
https://m.tempo.co/read/news/2014/ 12/02/063625929/ppatk-lapor-10-
transaksi-mencurigakan-ke-kejaksaan diakses pada tanggal 30 September 2016 jam 17:43 WIB