• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata, baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata, baik"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. Seiring perkembangan wisata di Indonesia, berbagai macam wisata baru mulai dicari oleh wisatawan yang menginginkan kegiatan wisata dengan pengalaman baru. Munculnya jenis wisata baru dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utamanya ialah keinginan wisatawan untuk berwisata seorang diri atau membentuk grup-grup kecil demi kenyamanan atau privasi. Faktor lainnya ialah keinginan wisatawan untuk menyalurkan kesenangannya dengan bentuk wisata sesuai kepribadian atau hobinya. Jenis wisata ini dikenal dengan wisata minat khusus. Pariwisata minat khusus berkaitan dengan petualangan. Dalam pariwisata petualangan, wisatawan secara fisik mengeluarkan atau menguras tenaga dan ada unsur tantangan. Terkadang ada bahaya yang harus dihadapi oleh wisatawan tersebut. Bentuk wisata petualangan ini antara lain safari di daerah terpencil, trekking, pendakian gunung, susur sungai, penelusuran gua, dan berperahu. Berburu dan memancing di laut juga dapat dikategorikan sebagai bentuk pariwisata minat khusus dan pariwisata petualangan.

Wisata minat khusus dan wisata petualangan tidak memerlukan fasilitas yang mahal dan pengembangan infrastruktur dalam skala besar. Oleh sebab itu, wisata minat khusus diberikan banyak istilah seperti perjalanan aktif yang memberi pengalaman baru, perjalanan ke pedalaman untuk bertemu masyarakat

(2)

terasing atau wisata sosial, wisata pendidikan, wisata berbasis alam atau wisata yang bertujuan untuk pelestarian alam.

Wisata ini cenderung menggunakan tempat tertentu atau menampilkan atraksi wisata yang unik, menantang, dan spesifik. Ada beberapa kriteria yang digunakan sebagai pedoman dalam penetapan bentuk wisata minat khusus, yaitu adanya unsur learning (pembelajaran), yaitu kegiatan wisata yang mengarah pada unsur pembelajaran; rewarding (penghargaan), yaitu kegiatan wisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan atau mengagumi keindahan/ keunikan kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan; enriching

(pengkayaaan), yaitu pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengayaan

pengetahuan masyarakat; dan adventuring (petualangan), yaitu pariwisata yang dirancang sebagai wisata petualangan (Fandeli, 1992: 110).

Dengan berbagai motivasi, wisatawan memilih wisata minat khusus sebagai alternatif berwisata. Salah satu wisata minat khusus yang mempunyai daya tarik dan menawarkan pengalaman baru adalah pendakian Gunung Merapi. Hal ini menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Maka dari itu, peneliti mengangkat judul “Analisis Karakteristik dan Motivasi Wisatawan dalam Wisata Minat Khusus Pendakian Gunung Merapi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(3)

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan wisatawan saat mendaki Gunung Merapi?

2. Bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke wisata minat khusus pendakian Gunung Merapi?

3. Apa motivasi wisatawan berkunjung ke wisata minat khusus pendakian Gunung Merapi?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Objek material penelitian dibatasi pada pendakian Gunung Merapi via Selo-Boyolali.

2. Responden adalah pengunjung yang mendaki Gunung Merapi.

3. Penelitian hanya difokuskan untuk pengunjung yang telah berusia 15 tahun ke atas karena dianggap dapat memahami pertanyaan yang diberikan peneliti.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui kegiatan yang dilakukan wisatawan saat melakukan pendakian Gunung Merapi.

2. Mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke wisata minat khusus pendakian Gunung Merapi.

3. Mengetahui motivasi wisatawan yang berkunjung ke wisata minat khusus pendakian Gunung Merapi.

(4)

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari hasil peelitian ini adalah sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan instrumen penelitian terhadap studi pariwisata tentang karakteristik dan jenis-jenis motivasi yang mendorong wisatawan dalam memilih perjalanan wisata dan mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan dalam wisata pendakian Gunung Merapi.

1.5.2 Manfaaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelolaan jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merapi via Selo-Boyolali dalam meningkatkan kunjungan wisatawan dan pengembangan destinasi agar wisatawan mendapatkan kenyamanan dalam berwisata.

1.6 Tinjauan Pustaka

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan locus (wisata minat khusus) yang sama. Selain itu peneliti juga menemukan beberapa penelitian dengan focus (motivasi dan karakteristik) yang sama, di antaranya adalah sebagai berikut.

Penelitian pertama yaitu tesis yang ditulis oleh Sasongko (2007) dengan judul “Analisis Terhadap Profil, Motif dan Tujuan Perjalanan Wisatawan Asal

(5)

DIY”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar wisatawan asal DIY memilih daerah tujuan wisata di Pulau Jawa dan Bali dengan tujuan utama dan motivasi berlibur, mengunjungi saudara, pendidikan, bisnis, dan kesehatan. Sebagian besar wisatawan tersebut lebih memilih wisata alam daripada atraksi budaya dan buatan.

Penelitian kedua yaitu skripsi yang ditulis oleh Wardani (2014) dengan judul “Analisis Karakteristik dan Motivasi Wisatawan dalam Upaya Pengembangan Atraksi Wisata Taman Kyai Langgeng Kota Magelang”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa segmentasi dan target pasar Taman Kyai Langgeng ialah wisatawan pelajar yang datang bersama rombongannya. Karakteristik wisatawan Taman Kyai Langgeng didominasi oleh wisatawan berjenis kelamin laki-laki, karena Taman Kyai Langgeng merupakan destinasi bersifat outdoor. Motivasi fantasi menjadi hal yang dominan dengan alasan melepaskan diri dari rutinitas keseharian yang menjemukan karena banyaknya atraksi hiburan.

Penelitian ketiga yaitu skripsi yang ditulis Isniyati (2014) dengan judul “Karakteristik dan Motivasi Wisatawan di Pantai Somandeng Kabupaten Gunung Kidul”. Penelitian tersebut berisi analisis karakteristik serta motivasi wisata. Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Pantai Somandeng berasal dari luar DIY, paling banyak berjenis kelamin laki-laki, didominasi oleh usia muda dengan pendidikan terakhir SMA, dan pekerja wiraswasta yang datang secara rombongan. Motivasi mereka mengunjungi Pantai Somandeng didominasi oleh motivasi fisik, yaitu liburan, bersantai, berbelanja dan menikmati pemandangan alam yang indah di Pantai Somandeng, Kabupaten Gunung Kidul.

(6)

Penelitian keempat yaitu skripsi yang ditulis oleh Raditya (2014) dengan judul “Motivasi Kunjungan Wisatawan Terhadap Agrowisata Merapi Farma Herbal di Dusun Sidorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, D.I. Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Merapi Farma Herbal memiliki ketertarikan terhadap wisata herbal. Tujuannya ialah untuk pemulihan dan pembaharuan jiwa diikuti dengan keinginan bebas dari penyakit dan memperoleh kebahagiaan dari berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di Merapi Farma Herbal. Faktor pendorong wisatawan mengunjungi Merapi Farma Herbal ialah keinginan untuk sembuh dari penyakit, beristirahat dari rutinitas sehari-hari, dan pemulihan fisik, jiwa, maupun pikiran. Daya tarik utamanya ialah adannya jamu godhog yang merupakan minuman tradisonal yang menyehatkan dan lokasi dengan suasana menyegarkan serta fasilitas dan pelayanan yang memadai.

Penelitian kelima yaitu skripsi yang ditulis oleh Vincent (2015) dengan judul “Analisis Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Goa Maria Sendangsono”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Goa Maria Sendangsono memiliki latar belakang yang meliputi daerah asal, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan serta jumlah kunjungan ke Sendangsono. Latar belakang tersebut dapat dijadikan data dasar untuk melakukan pengembangan. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Sendangsono memiliki motivasi untuk mencari rasa tenang dan juga untuk mencari keindahan.

Penelitian-penelitian di atas hanya berfokus pada motivasi dan karakteristik wisatawan, sedangkan penelitian ini menambahkan pembahasan tentang kegiatan

(7)

yang dilakukan pendaki. Penelitian ini berbasis pada motivasi dan kegiatan wisatawan dalam memilih wisata minat khusus pendakian Gunung Merapi berdasarkan karakteristik wisatawan. Selain itu, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Ada sekitar 208 buah kuesioner yang disebar peneliti untuk mendapatkan data yang akan dipaparkan secara deskriptif menggunakan aplikasi SPSS 22 (Statistical Product and Service Solutions) dalam perhitungannya. Hal tersebut membuktikan bahwa penelitian ini berbeda dan belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

1.7 Landasan Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teori sebagai landasan dasar penelitian yang berkaitan dengan pembahasan tentang konsep dasar karakteristik wisatawan dan konsep dasar motivasi wisatawan. Landasan teori yang ada diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti dalam menganalisis data.

1.7.1 Konsep Dasar Karakteristik Wisatawan

Wisatawan merupakan orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di berbagai tempat tujuan. Pembicaraan tentang wisatawan tidak pernah lepas dari kata tanya siapa, dari mana, mau kemana, dengan apa, dengan siapa, mengapa ke sana. Wisatawan sangat beragam, ada tua-muda, miskin-kaya, asing-domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan harapan yang berbeda-beda. Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip

(8)

descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan

Bennet, 1996:31).

1. Trip Descriptor

Karakteristik ini mengacu pada kegiatan dan tujuan wisatawan melakukan sebuah perjalanan wisata. Wisatawan akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukan. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996:31). Murphy (1985:22) menambahkan tentang evolusi jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok-kelompok yang diuraikan di atas. Jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, dan besar pengeluaran finansial. Kegiatan yang dilakukan wisatawan akan memberikan kepuasan tersendiri apabila wisatawan mampu mencapainnya karena sebuah kegiatan yang dilakukan dalam perjalanan wisata akan memberikan kenangan baik berupa cerita, foto maupun penghargaan yang dapat menarik wisatawan lain untuk berkunjung.

2. Tourist Descriptor

Karakteristik ini berfokus pada wisatawan yang digambarkan dengan pertanyaan “Who wants what, why, when, where and how

(9)

much?”. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa

karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut. a. Karakteristik Sosio-Demografis

Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan

“who wants what?”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling

sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 2002:257). Yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu sama lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang berkaitan dengan pekerjaan yang dimiliki dan tingkat pendapatannya, usia berkaitan dengan status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini relevan dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan jenis wisata yang dipilih. Jenis pekerjaan seseorang dan tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki orang tersebut serta kemampuan finansial dalam menjangkau tempat wisata tertentu.

(10)

b. Karakteristik Geografis

Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya. Biasanya dibedakan menjadi desa, kota, provinsi, dan negara asal. Pembagian ini dikelompokkan berdasarkan ukuran kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut, dan lain-lain.

c. Karakteristik Psikografis

Karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama bisa saja memiliki profil psikografis yang sangat berbeda. Keragaman karakteristik dan latar belakang wisatawan mempengaruhi keragaman keinginan dan kebutuhan wisatawan akan suatu produk wisata. Pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, kesetiaannya terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Karakteristik psikografis dapat dilihat dari sumber penghasilan wisatawan. Hal ini berpengaruh dalam pemilihan perjalanan wisata.

(11)

1.7.2 Konsep Dasar Motivasi Wisatawan

Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor penarik (pull factors). Faktor pendorong dan penarik ini merupakan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan wisata.

Adanya faktor pendorong mengakibatkan seseorang ingin melakukan perjalanan wisata dan adanya berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh DTW (daerah tujuan wisata) akan menyebabkan orang tersebut memilih DTW tertentu. Ryan (dalam Pitana, 2005:66) menjelaskan bahwa faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata diantarannya escape, relaxation, play, strengthening

family bonds dan prestige.

Faktor penariknya ialah cuaca/ iklim, transportasi dan akses, atraksi pariwisata, amenities, keterlibatan lembaga pariwisata dalam mendukung kelayakan destinasi wisata untuk dikunjungi.

Sebelum melakukan perjalanan wisata, seseorang digerakkan oleh motivasi untuk melakukan wisata. Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata. Menurut Seaton dan Bannet dalam bukunya yang berjudul The Marketing of Tourisms

(12)

wisata dikelompokan menjadi empat kelompok besar, yaitu motivasi fisik

(physycal motivation), motivasi budaya (cultural motivasion), motivasi

sosial atau interpersonal (Social or Interpersonal motivation), dan motivasi status dan prestise (status and prestige motivation). Keempat motivasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Motivasi Fisik (Physycal Motivation)

Motivasi fisik berhubungan dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, berolah raga, dan pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali. Motivasi ini dilandasi kebutuhan untuk memperbaiki kondisi fisik dengan berwisata, bersantai, dan bersenang-senang.

2. Motivasi Budaya (Cultural Motivation)

Motivasi budaya erat hubunganya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui budaya negara lain, keadaan penduduk, tata cara hidup, kesenian, serta adat istiadat yang berbeda dengan negara lainnya. Motivasi ini ada karena keinginan untuk melihat, mengetahui lebih banyak hal tentang budaya negara lain. Motivasi ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan potensi budaya suatu daerah. 3. Motivasi Sosial atau Interpersonal (Social or Interpersonal Motivation)

Motivasi sosial atau interpersonal didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi keluarga, kawan-kawan, dan ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman baru, dan lain-lain. Secara singkat, motivasi ini erat hubungannya dengan

(13)

keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan sehari hari. Tujuan dari motivasi ini adalah bersosialisasi dan mendapatkan pengalaman baru. 4. Motivasi Status dan Prestise (Status and Prestige Motivation)

Motivasi status dan prestise didorong oleh keinginan seseorang untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya, dan statusnya dalam masyarakat tertentu demi prestise pribadinya. Jadi, sifat perjalanan di sini sangat emosional dan adakalanya dihubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain. Motivasi ini bertujuan agar seseorang tersebut dihargai, dihormati, dan dikagumi dalam rangka memenuhi ambisi pribadinya.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi, pendakian via Selo-Boyolali periode Oktober sampai dengan Desember 2015.

1.8.1 Jenis penelitian yang digunakan

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah salah satu metode penelitian yang spesifikasinya bersifat sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal. Penelitiannya didesain untuk mengukur suatu permasalahan dengan tujuan utama menjelaskan masalah guna menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu.

(14)

Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan dalam menggali informasi yang dibutuhkan.

1.8.2 Operasionalisasi Konsep Motivasi

Penelitian ini mengadopsi jenis-jenis motivasi menurut Seaton dan Bannet (1996:70). Mereka membagi motivasi berwisata ke dalam empat kelompok besar, yaitu motivasi fisik (physycal motivation), motivasi budaya (cultural motivation), motivasi sosial atau interpersonal (Social or

Interpersonal motivation), dan motivasi status dan prestise (status and

prestige motivation).

a. Motivasi Fisik (Physycal Motivation)

Motivasi fisik berkaitan dengan tujuan seseorang untuk memperbaiki kondisi fisik dengan bersantai dan bersenang-senang dalam perjalanan wisata. Contoh pernyataan dalam motivasi fisik adalah sebagai berikut.

1. Saya mendaki Gunung Merapi karena ingin berolahraga. 2. Saya mendaki Gunung Merapi untuk menyegarkan pikiran. 3. Saya mendaki Gunung Merapi untuk bersenang-senang. b. Motivasi Budaya (Cultural Motivasion)

Motivasi budaya erat hubunganya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata guna mengetahui budaya negara lain. Contoh pernyataan dalam motivasi budaya adalah sebagai berikut.

(15)

1. Saya mendaki Gunung Merapi untuk mengetahui potensi wisata budaya.

2. Saya mendaki Gunung Merapi karena ingin melihat tradisi dan adat istiadat masyarakat setempat.

3. Saya mendaki Gunung Merapi untuk mengetahui mitos yang berkembang dalam masyarakat setempat.

c. Motivasi sosial atau interpersonal (Social or Interpersonal motivation) Motivasi sosial atau interpersonal adalah motivasi yang erat hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan dan rutinitas sehari-hari dengan tujuan mendapatkan suasana baru atau pengalaman baru. Contoh pernyataan dalam motivasi sosial atau interpersonal adalah sebagai berikut.

1. Saya mendaki Gunung Merapi karena keinginan saya sendiri. 2. Saya menyukai perjalanan secara berkelompok.

3. Saya mendaki Gunung Merapi untuk mendapatkan teman baru. d. Motivasi status dan prestise (status and prestige motivation)

Motivasi status dan prestise adalah motivasi yang berkaitan dengan kedudukan dan status sosial seseorang. Tujuan utamanya agar seseorang tersebut dihargai, dihormati, dan dikagumi dalam rangka memenuhi ambisi pribadinya. Contoh pernyataan dalam motivasi status dan prestise adalah sebagai berikut.

1. Saya mendaki Gunung Merapi untuk kepuasan diri. 2. Saya ingin menjadi pelaku wisata.

(16)

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penelitian ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat gejala-gejala yang diteliti dalam penelitian secara sistematis. Data diperoleh dengan melihat situasi dan kondisi dengan terjun secara langsung di lapangan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2015. Tempat observasi berada di Taman Nasional Gunung Merapi, Resort Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung terhadap pengelola Taman Nasional Gunung Merapi Resort Selo, penjaga barak Bahameru, wisatawan domestik yang berkunjung/ mendaki Gunung Merapi, dan masyarakat setempat. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan sejarah, profil, data kunjungan wisatawan, dan pendakian Gunung Merapi. Pertanyaan tersebut diajukan pada hari Senin, 11 Oktober 2015. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data dalam penelitian ini. Pertanyaan tersebut diberikan kepada tokoh-tokoh yang mengetahui seluk beluk Taman Nasional Gunung Merapi sesuai dengan pembahasan penelitian.

(17)

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat riset atau survei yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis dengan tujuan mendapatkan jawaban atas penelitian yang dilakukan. Perolehan data dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada wisatawan domestik. Pertanyaan yang diajukan di antaranya adalah pemahaman motivasi wisatawan, karakteristik wisatawan, dan kegiatan yang dilakukan wisatawan dalam rangka pendakian Gunung Merapi. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan formula Rumus Slovin sebagai berikut.1 Keterangan: n= Sampel N= Populasi

e= margin eror yang digunakan adalah 7%.

Ukuran populasi diambil dari laporan tahunan Taman Nasional Gunung Merapi pada tahun 2014. Dari laporan tersebut diketahui jumlah pengunjung sebanyak 18.029. Margin error yang digunakan adalah 7%.

1 http://analisis-statistika.blogspot.co.id/2012/09/menentukan-jumlah-sampel-dengan-rumus.html

(18)

= 201,797361 = 202

Peneliti menyebarkan 208 kuesioner kepada pendaki Gunung Merapi. Pembagian sampel menggunakan teknik incidental sampling, yaitu penentuan sampel secara acak kepada para pendaki yang dijumpai oleh peneliti.

1.8.4 Analisis Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif melalui format deskriptif, yaitu dengan mencari dan menganalisis masalah. Kemudian, data yang diambil di lapangan dirumuskan sebagai suatu masalah mengenai kondisi individu dan kelompok tertentu berdasarkan fakta. Selanjutnya, kegiatan, karakteristik dan motivasi wisatawan dalam wisata minat khusus pendakian Gunung Merapi dijabarkan dalam bentuk grafik dan tabel. Data yang diperoleh dengan menyebarkan 208

(19)

kuesioner diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 22 (Statistical Product

and Service Solutions) dalam perhitungannya.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas empat bab yang masing-masing dijabarkan sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Gambaran umum Taman Nasional Gunung Merapi berisi tentang sejarah dan profil, potensi wisata kawasan Gunung merapi (atraksi wisata, aksesbilitas dan amenitas), visi dan misi, kelembagaan/organisasi pengelola Taman Nasional Gunung Merapi dan Prosedur Pendakian Gunung Merapi (pengajuan pendaftaran pendakian, jalur pendakian, tiket masuk dan data kunjungan wisatawan).

Bab III : Pembahasan berisi tentang kegiatan yang dilakukan wisatawan saat mendaki Gunung Merapi, karakteristik wisatawan yang berkunjung ke wisata minat khusus Gunung Merapi, dan jenis motivasi wisatawan yang berkunjung ke wisata minat khusus Gunung Merapi.

Referensi

Dokumen terkait

Pola pergerakan kapal rawai tuna saat melakukan kegiatan alih muatan dapat diidenti- fikasi dari hasil tracking VMS dengan menandai hanya dua pola kecepatan kapal yang berbeda

Penelitian ini mengadaptasi kategori dari dimensi tiga alat ukur yaitu Dyadic Adjustment Scale (Spanier 1976), ENRICH marital satisfaction (Fowers & Olson 1993), dan

 Kode 4: Rumah Tangga Baru adalah kondisi dimana rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi tidak tercantum dalam Daftar SUPAS2015-P, pada umumnya

POB ini digunakan untuk proses administrasi yang berkaitan dengan persiapan agenda untuk semua rapat rutin KEPK-FK Unpad dan dibagi ke dalam 3 (tiga) tahap, yaitu

1) Mengembangkan aktivitas keagamaan di lingkungan sekolah, sehingga semua warga sekolah memiliki rasa keimanan dan ketaqwaan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2)

Berdasarkan pengamatan dan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa IPAL komunal gerbang Lingkungan IV Kelurahan Malendeng Kecamatan Paal Kota Manado dikatakan kurang

Karena itu perancangan Youth Center di Manado dengan konsep Regionalisme dimaksudkan untuk mendesain bangunan Youth Center di Manado yang lebih mampu memfasilitasi

Sehingga meskipun jumlah pasien menurun pada tahun 2011 namun jumlah pasien umum (bayar) meningkat sebagai salah satu indikator tingkat kemandirian masyarakat