BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ayam pedaging merupakan suatu jenis varietas unggul saat ini. Hal ini dikarenakan jenis ayam ini mampu berproduksi 4 x lebih cepat dibandingkan jenis ayam kampung. Ayam ras (ayam pedaging) dapat dikembangkan secara tradisional maupun secara modern. Pengembangan secara tradisional yang dimaksud adalah dengan pemeliharaan yang dilakukan sebagai usaha sambilan tanpa memperhitungkan untung-rugi dan tidak menggunakan teknologi maju dalam pemeliharaannya. Sedangkan pengembangan secara modern merupakan sistem yang aspek pemeliharaannya dilakukan secara intensif, meliputi upaya seleksi dalam pengadaan bibit, perkadangan, vaksinasi, sosial ekonomi serta dari segi aspek hukum. Sistem pemeliharaan merupakan suatu aspek penting dalam pengembangan usaha ini. Karena dengan pemeliharaan yang baik, pastilah tumbuh kembang ternak ini akan jauh berbeda dengan sistem pemeliharaan yang kurang baik. Perbedaan tersebut akan tampak dari output produksi yang dihasilkan. Dalam dunia bisnis, memperoleh keuntungan besar dalam waktu yang cepat merupakan target utama pengelolanya. Hal ini akan tercapai jika pengelola mampu memanajemen seluruh aspek produksi se-efisien mungkin. Pengelolaan yang baik tersebut meliputi banyak hal. Sebagai contoh dalam pengelolaan usaha ternak ayam pedaging, peternak dituntut untuk benar-benar menguasai konsep ilmu dasar dalam pengembangan usaha yang hendak dikembangkan tersebut. Hal ini bertujuan agar alur kemajuan usaha dapat tercapai sesuia target yang ia inginkan. Adapun konsep ilmu dasar dalam pemeliharaan ayam pedaging ini adalah : 1. Pengetahuan tentang penggolongan zat makanan , 2. Pengetahuan tentang fisiologi pencernaan dalam ilmu makanan seperti: a. Jenis dan kapasitas sistem pencernaan; b. Anatomi dan jenis sistem pencernaan; c. Penyerapan zat-zat makanan oleh ternak;
1.2 Tujuan
Materi dan Metode 2.1 Materi
2.1.1 Tempat dan lama praktikum
Kandang ternak terletak di kampus Gunung Gede Diploma IPB bentuk kandang ternaknya adalah kandang terbuka praktikum dilakukan setiap hari rabu jam 07.00 sampai 11.00. diluar jam tersebut dilakukan pemberian pakan pada sore dan malam hari.
2.1.2Alat dan bahan 1. Alat
No Nama alat Ukuran Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tempat pakan - Nampan - Gantung Tempat minum - Gallon kecil - Gallon besar Tirai Chick guard Brooder Sekat Timbangan -Duduk 1 kg 5 kg 3 liter 7 liter 15 x 2 m 3,2 m 1 m 6 m 5 kg 10 20 8 20 2 1 1 1 1
8. 9. 10. 11. 12. -Gantung Tali Rafia Alat tulis Alat hitung Ember Bak 50 kg 1 gulung -10 liter 30 liter 1 1 1 1 1 1 2. Bahan
NO NAMA BAHAN JUMLAH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. DOC Pakan Sekam Kapur Gula merah Vaksin - ND HB1 15 ekor 18 sak 1 sak 3 bungkus 1 kg 3 botol ( 100 ekor )
8. 9. 10. 11. - Gumboro - ND lasota Vitamin -vita chick Obat - Neo meditril Desinfektan 3 botol (100 ekor ) 3 botol ( 100 ekor ) 2 bungkus 1 botol 100 cc 2.2 Metode 2.2.1 Persiapan Kandang
2.2.2 Persiapan Chick in dan chick in 2.2.3 Pemeliharaan
Rekapitulasi Hasil Pemeliharaan Ayam Broiler Kelompok 4 N
o
Peubah M0 M1 M2 M3 M4
1 Jumlah Ayam (ekor)
15 ekor 15 ekor 15 ekor 15 ekor 15 ekor 2 Bobot Badan Total (g) 627 g 2.820 g 7.706 g 13.55 0 g 21.290 g Individu (g/ekor) 41,8 g 188 g 513,7 g 903,3 g 1419,3 g
3 Konsumsi Pakan Total (g) 3.150 g 5.434 g 9.840 g 12.946, 5 g Individu (g/ekor) 210 g 362,26 g 656 g 863,1 g 4 Konversi Pakan (FCR) 1,1 1,1 1,3 1,47 5 Mortalitas (%) 0% 0% 0% 0% 0% 6 Keseragaman 80% 93,33 % 66,67 % 53,3% 46,6% 7 Suhu Kandang (°C) Pagi Siang Sore
Perhitungan Feed Convertion Rate (FCR) FCR 1=Σ konsumsi pakan(g) Bobot Badan(g) FCR2= konsumsi pakan (g) ∆ BB−PBB Minggu 1 FCR1 = 3150 g2820 g = 1,1 FCR2 = 2820 g−627 g3150 g
= 1,4
Minggu 2 FCR1 = 5434 g+3150 g7706,2 g= 1,1
FCR2 = 7706,2 g−2820 g5434 g= 1,1
Minggu 3 FCR1 = 9840 g+5434 g+3150 g13.550 g= 1,3
FCR2 = 13550 g−7706,2 g9840 g
= 1,68
Minggu 4
FCR1 = 12.946,4 g+9840 g+5434 g +3150 g21.290 g
= 1,47
FCR2 = 21.290 g−13.550 g12.946,4 g
= 1,67
Data Penimbangan Bobot Badan Ayam Broiler No Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 1 37 g 190 g 592,5 g 965 g 1200 g 2 46 g 170 g 595,5 g 910 g 1435 g 3 34 g 175 g 550,5 g 750 g 1665 g 4 49 g 175 g 510,1 g 1035 g 1615 g 5 42 g 200 g 481,9 g 975 g 1440 g 6 42 g 195 g 533,5 g 850 g 1730 g 7 41 g 195 g 474,8 g 1090 g 1440 g 8 39 g 195 g 550,3 g 960 g 1515 g 9 42 g 220 g 559,9 g 920 g 1315 g 10 41 g 200 g 442,2 g 1030 g 1455 g 11 46 g 175 g 529,4 g 1015 g 1650 g 12 40 g 190 g 476,7 g 965 g 1670 g 13 42 g 170 g 549,7 g 885 g 1555 g 14 42 g 185 g 417,2 g 630 g 960 g 15 44 g 185 g (sakit) 442 (sakit) 510 g (sakit) 645 g (sakit) Σ 627 g 2.820 g 7.706,2 g 13.550 g 21.290 g x 41,8 g 188 g 513,74 g 903,33 g 1.419,33 g
Perhitungan Keseragaman Minggu 0
Jumlah bobot badan = 627 g Rata-rata = 41,8 g 10% rata-rata = 4,18 g BA = 41,8 g + 4,18 g = 45,98 g BB = 41,8 g – 4,18 g = 37,62 g Persentase Keseragaman = 1315 x 100
= 86,6 %
Minggu 1Jumlah bobot badan = 2.820 g Rata-rata = 188 g 10% rata-rata = 18,8 g BA = 188 g + 18,8 g = 206,8 g BB = 188 g – 18,8 g = 169,2 g Persentase Keseragaman = 1415x 100
= 93,3 %
Minggu 2Jumlah bobot badan = 7.706,2 g Rata-rata = 513,74 g
10% rata-rata = 51,374 g
BA = 513,74 g + 51,374 g = 565,114 g BB = 41,8 g – 4,18 g = 462,366 g
Persentase Keseragaman = 1015 x 100
= 66,67 %
Minggu 3
Jumlah bobot badan = 13.550 g Rata-rata = 903,33 g 10% rata-rata = 90,333 g BA = 903,33 g + 90,333 g = 993,663 g BB = 903,33 g – 90,333 g = 812,997 g Persentase Keseragaman = 158 x 100
= 53,3 %
Minggu 4Jumlah bobot badan = 21.290 g Rata-rata = 1419,33 g
10% rata-rata = 141,933 g
BA = 1419,33 g + 141,933 g = 1561,263 g BB = 1419,33 g – 141,933 g = 1277,397 g
Persentase Keseragaman = 157 x 100
= 46,6 %
Data Pemberian Pakan Hari ke
-Pemberian Pakan Konsumsi Pakan
Disediakan (g)
Sisa (g) Total (g) Per Ekor (g)
1 450 216,5 233,6 15,57
2 450 49,5 400,5 26,7
3 450 + 88,66 14,9 523,76 34,91
4 450 + 88,66 +
5 450 + 88,66 + 13,1 - 551,76 36,78 6 450 - 450 30 7 450 - 450 30 Jumlah 3150 210 8 512 - 512 34,1 9 596 - 596 39,7 10 683 - 683 45,5 11 773 - 773 51,5 12 864 - 864 57,6 13 956 - 956 63,7 14 1050 - 1050 70 Jumlah 5434 362,1 15 1140 - 1140 76 16 1230 - 1230 82 17 1320 - 1320 88 18 1405 - 1405 93,6 19 1500 - 1500 100 20 1580 - 1580 105,3 21 1665 - 1665 111 Jumlah 9840 656 22 1755 - 1755 117 23 1845 - 1845 123 24 1935 - 1935 129 25 2025 - 2025 135 26 2100 - 2100 140 27 2160 - 2160 144 28 1126,4 - 1126,4 75,1 Jumlah 12.946,4 863,1
BAB III Pembahasan 3.1 Ayam Broiler Ayam Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam cornish dari Inggris dengan ayam white play mounth Rock dari Ameirka (Sregar dan Sabrani, 1980). Pengertian Ayam Broiler Menurut Anggorodi (1985) Ayam broiler adalah ayam pedaging yang dipelihara hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5 kg pada umur 6 minggu. Ayam broiler merupakan ternak yang paling efisien menghasilkan daging dibandingkan ayam yang lain. Ayam ini mempunyai sifat antara lain ukuran badan besar penuh daging yang berlemak, bergerak lambat serta pertumbuhan badannya cepat (Suroprawiro, 1980) dengan daging yang dihasilkan bertekstur halus, lembut dan empuk ( Siregar at al, 1980) Rasyaf (1994) ( menyatakan bahwa pemeliharaan broiler terbagi dalam dua periode pemeliharaan akhir (Dinishe), periode pemeliharaan awal ini dimulai dari umur satu sampai tiga minggu dan periode pemeliharana akhir adalah setalah umur lebih dari 3 minggu. Pengertian Ayam Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 2845 hari dengan berat badan 1,2 1,9 kg/ekor (Priyatno, 2000). Menurut Haberman (1956 ) Broiler adalah ternak ayam yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain .Keceptan produksi daging ayam broiler mempunyai kelebihan .Dalam waktu relatif cepat dan singkat daging ayam bisa segera di peroleh , dipasarkan atau di komsumsi paling lama usia potong 12 minggu .
menurut Winter dan Funk (1960) Broiler adalah ternak ayam yang cepat pertumbuhanya ,ekonomis dalam pengolahan ,sehingga bisa memberi kepuasan konsumen.
Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan. Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan
untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro (Suprijatna et al., 2005)
3.2. Kandang
Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonimus, 1994).
ANALISA USAHA
1`.Mortalitas = 0 %
2.jumlah ayam hidup = 15 ekor 3. berat rata-rata perekor = 1,4 kg
4. total berat panen = 494,7 kg 5. harga jual = Rp 28.000 / kg
6. jumlah penerimaan = total berat panen x harga jual = 494,7 x 15.000
=Rp 7.420.500
7.keuntungan =penerimaan – total biaya = 7.420.500 – 6.735.000
= Rp 685.500
8.Return cost ratio =penerimaan Total biaya = Rp 7.420.500 6.735.000 = 1,1 9. profitabilitas =keuntungan x 100 % Total biaya = 685.500 x 100% 6.735.000 = 10,2 %
10. break even point
a. BEP Produksi = total biaya harga jual = 6.735.000
15.000 = 449 kg
b.Bep harga = total biaya total berat panen = Rp 6.735.000
494,7 kg = RP 13.633
11. feed convertion ratio ( fcr ) = jumlah pakan yang dihabiskan Total berat panen
= 900 kg 494,7 = 1,82
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Persiapan dalam perkandangan adalah : a. Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
b. Pergantian udara dalam kandang.
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.
c. Suhu udara dalam kandang.
Tabel 1. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah : Umur (hari) Suhu ( 0C )
01 - 07 34 – 32 08 - 14 29 – 27 15 - 21 26 – 25 21 - 28 4 – 23 29 - 35 23 – 21
d. Kemudahan mendapatkan sarana produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan. e. Kepadatan Kandang
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Pengaturan kepadatan kandang dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat kenyamanan ayam broiler (May dan Lott, 1992).
Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit 2.5.1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA B (Jahja, 2000).
Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi 2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang terbentuk. Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam yang telah divaksinasi diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi dapat diminimalisir.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000).
5.2.2. Penyakit dan pencegahannya
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu: 1) Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Pertama kali ditemukan oleh Kraneveld di Jakarta (1926). Setahun kemudian, virus tetelo ditemukan juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal sebagai newcastle disease (NCD) dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di India, penyakit ini dikenal dengan nama aanikhet. Penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
a. Velogenik b. Mesogenic c. Lentogenik
1. Tipe Velogenik, yaitu Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
2. Tipe Mesogenic, Kematian tipe mesogenic pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakan gejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
3. Tipe Lentogenik, merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
Virus ini tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala: ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat, ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, tinja encer kehijauan kadang berdarah. Setelah 1 sampai 2 hari muncul gejala (tortikolis) syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan kepala ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang atau dengan melakukan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur 3-4 hari, umur 3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetap bersih. Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan. Dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
2) Penyakit cacar ayam
Dengan memberikan vaksinasi, mencungkil kutil-kutil dengan gunting dan diolesi dengan yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
Penyakit gumboro (Infectious Bursal Disease / IBD) ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit Gumboro merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Ayam yang terkena penyakit Gumboro akan menunjukkan gejala seperti hilangnya nafsu makan, gangguan saraf, merejan, suka bergerak tidak teratur, diare, tubuh gemetar, peradangan disekitar dubur, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. Penyakit Gumboro menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibodi ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Penyakit Gumboro sendiri sebenarnya memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi karena adanya infeksi sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena virus Avibirnavirus bersifat imunosupresif yang menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak bekerja sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi sekunder oleh bakteri. penyakit Gumboro merupakan penyakit yang dapat merusak morfologi dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa fabricius akan mengakibatkan suboptimalnya pembentukan antibodi terhadap berbagai program vaksinasi, sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit menjadi meningkat.. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
Penularan penyakit Gumboro atau IBD dapat melalui kontak langsung antara ayam yang muda dengan ayam yang sakit atau terinfeksi pada peternakan yang mempunyai ayam berbagai umur dapat mengakibatkan infeksi ini terus menyebar dan sangat sulit dikendalikan. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar.
Peralatan, kandang, air minum dan pakaian petugas yang terkontaminasi Gumboro dapat juga memperparah kejadian penyakit tersebut. Penyakit Gumboro tidak menular dengan perantaraan telur dan ayam yanng sudah sembuh tidak menjadi carrier.
Penanggulangan Gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi, dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Tips yang dapat digunakan untuk disinfeksi kandang ayam yang pernah tercemar virus gumboro. Disarankan penggunaan formalin 10 % (1 bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air) atau dengan 0,25% larutan soda api (2,5 gram soda api kedalam 1 liter air).
Pengobatan Gumboro dapat dengan pemberian obat-obat untuk gumboro, juga ada obat tradisional dengan penggunaan daun teh.
4) Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk
dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. Untuk ayam broiler atau ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki posisi pertama (yang sering menyerang ayam pedaging).
Berikut urutan penyakit yang sering menyerang ayam pedaging: 1. CRD komplek 20.32% 2. CRD 19.36% 3. Korisa 17.97% 4. Colibacillosis 14.12% 5. Gumboro 8.24 % 6. Koksi 4.49% 7 ND 3.85% 8. Leucocytozoonosis 3.21% 9. Kolera 2.14 % 10. AI 2.03%
Jadi kesimpulan dari data di atas bahwa penyakit CRD kompleks sangat berbahaya pada ayam dewasa tidak sampai menimbulkan kematian yang terlihat secara signifikan. walaupun
kadar kesakitan terhadap ayam tersebut sangat tinggi.
Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk ditangani karena dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan menjangkit secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di sebut dengan CRD komplek. Dan dalam penggunaan obat, sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode pemeliharaan, pemakaian obat-obatan atau antibiotik harus di lakukan penggantian, maksudnya untuk mencegah terjadinya resistensi obat pada ayam.
5) Berak Kapur (Pullorum)
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum (Anonimus, 2009).
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik (Anonimus, 2009). Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat
tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar.
Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun. Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
Cara penularan
Penularan penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu: -Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur. -Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
Gejala klinis
Nafsu makan menurun
Feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih Kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah kering Jengger berwarna keabuan
Mata menutup dan nafsu makan turun Badan anak ayam menjadi lemas Sayap menggantung dan kusam Lumpuh karena arthritis
Suka bergerombol
Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood plate aglutination test).
Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis. Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam adalah : Menjaga kebersihan lingkungan hidup ayam.
Menjaga kebersihan kandang dengan cara disucihamakan dengan menggunakan larutan kaporit ( takaran 1 : 1.000 ).
Pengapuran kandang.
Pembuangan kotoran ayam jauh dari lokasi peternakan. Perlindungan dari serangan berbagai macam hewan liar. Pengkarantinaan ayam yang terserang penyakit.
Pemusnahan bangkai ayam ( dibakar atau dipendam ).
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum.
Melakukan desinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%.
Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
6) Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
7) Pasteurellosis (Kolera unggas)
Kholera atau dikenal juga dengan nama fowl cholera, avian pasteurellosis dan avian hemorrhagic septicaemia merupakan salah satu penyakit infeksius yang banyak menyebabkan masalah di peternakan ayam dan kalkun. Kholera merupakan penyakit bakterial yang umum ditemukan pada peternakan kecil di Asia. Mortalitas dapat mencapai 80% terutama pada musim penghujan. Penyakit ini biasanya menyerang ayam diatas 6 minggu ditandai dengan adanya peningkatan angka kematian yang mendadak dan tidak terduga. Kholera banyak ditemukan pada ayam yang stress akibat sanitasi yang jelek, malnutrisi, kandang terlalu padat, dan adanya penyakit lain. Kalkun lebih rentan terhadap penyakit ini dibandingkan dengan ayam, dan ayam yang tua lebih rentan dibanding yang masih muda. Mengingat tingkat kerentanan dan pengelolaan peternakan, kasus kholera di Indonesia lebih banyak ditemukan pada ayam petelur dibandingkan dengan ayam pedaging. Hal ini terkait dengan masa pemeliharaan ayam pedaging yang cukup pendek, serta kebiasaan peternak yang akan memanen ayamnya lebih cepat apabila ditemukan kasus penyakit untuk mencegah kerugian yang besar. Kholera disebabkan oleh Pasteurella multocida, bakteri gram negatif yang ditemukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1880-an. P. multocida sangat rentan terhadap disinfektan biasa, sinar matahari dan panas. Akan tetapi masih bisa bertahan sekitar 1 bulan di kotoran, 3 bulan di karkas dan antara 2-3 bulan di tanah yang lembab. Infeksi dapat terjadi melalui rute mulut dan saluran pernafasan.
Kholera dapat masuk ke peternakan melalui burung, tikus, orang atau peralatan yang pernah kontak dengan penyakit. Penyebaran antar flok dapat disebabkan oleh minuman yang terkontaminasi, kotoran dan discharge hidung.
Pada kasus yang akut, kematian ayam merupakan gejala pertama yang nampak. Demam, turunnya konsumsi pakan, discharge dari mulut, diare dan gejala pernafasan dapat pula terlihat. Gejala lain termasuk sianosis dan pembengkakan jengger. Ayam yang bertahan hidup menjadi kronis atau dapat pula sembuh, sedangkan yang lain bisa mati karena dehidrasi. Pada kasus lebih lanjut, ayam akan menunjukan gejala penurunan berat badan dan pincang karena infeksi pada persendian.
Pada awal kasus angka kematian berkisar antara 5-15% bahkan bisa lebih tinggi apabila terjadi bersamaan denga kasus penyakit lain. Angka kematian akan menurun sampai 2-5% ketika kasusnya menjadi kronis. Ayam yang tertular secara kronis dapat mati, tetap tertular dalam jangka waktu yang panjang atau sembuh. Persentase yang tinggi dari ayam di dalam flok akan menjadi carriers walaupun terlihat normal atau sehat dan merupakan sumber utama penularan. Penyebaran P multocida didalam flok terjadi melalui eksresi dari mulut, hidung, dan konjungtiva unggas yang sakit dan kemudian mengkontaminasi lingkungan. Selain dari ayam yang selamat dari bentuk akut, kasus kronis ditemukan pada ayam yang tertular agen yang tidak terlalu ganas.
Ayam yang tertular secara kronis akan mengeluarkan agen penyakit sepanjang hidupnya. P. multocida dapat ditemukan dalam semua jaringan pada unggas yang mati dengan gejala septicemia, sehingga praktek kanibalisme juga merupakan faktor penyebaran yang sangat penting bagi penyakit ini.
Diagnosa
Diagnosa positif hanya dapat dilakukan apabila dilakukan isolasi serta identifikasi P. Multocida di laboratorium. Diagnosa tentatif bisa dilakukan berdasarkan sejarah, gejala klinis dan patologi anatomi. Walaupun sejarah dan gejala klinis menunjukan kemungkinan ditemukannya kholera, agen penyebab sebaiknya tetap diisolasi sehinga isolat dapat diuji untuk tingkat kepekaannya terhadap antibiotik.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah melalui penerapan biosecuriti yang baik, kontrol rodensia, dan hygiene peternakan. Selain itu sebagai alat pencegahan, bacterin dapat digunakan pada umur 8 dan 12 minggu serta vaksin pada umur 6 minggu. Semua langkah dasar dari program biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya penyakit. Orang sebagai sumber penularan yang paling dominan harus dikontrol dengan baik. Hanya orang-orang yang perlu masuk kandang saja yang bisa masuk kedalam kandang dan inipun harus melalu prosedur pencucian tangan dengan sabun dan kalau memang memungkinkan untuk selalu memakai pakaian kandang yang baru dan sepatu boot yang bersih. Program sanitasi yang baik untuk kandang dan peralatan juga sangat penting, terutama ketika persiapan memasukan unggas baru. Hal yang paling penting adalah pembersihan dan disinfeksi peralatan pakan dan minum. Pengawasan yang ketat untuk tiap pemasukan pakan, peralatan kandang dan juga orang sangat diperlukan untuk mencegah masuknya kholera.
Berikut hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kasus kholera:
1. Ayam yang sakit dan mati di pisahkan dari ayam yang sehat untuk kemudian di musnahkan (disposal yang baik)
2. Apabila wabah telah terjadi, dilakukan depopulasi, pembersihan dan desinfeksi kandang serta peralatan kandang
3. Jeda waktu antara ayam tua yang di afkir dan penggantinya 4. Kontrol rodensia dan hama lainnya
5. Sumber air minum yang aman dan bersih
6. Mencegah kontak antara ayam dengan hewan lain dan burung liar 7. Bacterin dan vaksinasi
8. Pengobatan Jenis sulfa dan antibiotik (sulfadimethoxine, sulfaquinoxaline, sulfamethazine, sulfaquinoxalene, penicillin, tetracycline, erythromycin, streptomycin).
.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Sebenarnya beternak ayam itu mudah, apalagi kalau kita mengikuti langkah-langkah beternak itu dengan baik. Dalam beternak ayam kita harus banyak bersabar dan teliti dalam memelihara ayam apalagi kalau ayam itu dalam jumlah banyak. Kita harus memperhatikan makanannya, kandangnya dan kesehatan ayam itu sendiri. Apabila kita tidak memperhatikannya maka pasti kita tidak akan pernah berhasil dan tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Jangan biarkan ayam memakan makanan yang akan menyebabkan mereka sakit ataupun sampai membuat kematian pada ayam dan kandang. Sebaiknya disemprot dengan obat anti kuman agar ayam terhindar dari penyakit dan selalu bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyaf, Muhammad, Drs.MS. 1983. Beternak Ayam Pedaging. Bogor : Penebar Swadaya. http://www.slideshare.net/benmartmanalu/beternak-ayam-pedaging