• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVOLUSI SOSIAL DI SUMATERA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVOLUSI SOSIAL DI SUMATERA TIMUR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Revolusi Sosial Sumatera Timur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Revolusi Sosial Sumatera Timur adalah gerakan sosial di Sumatra Timur oleh rakyat terhadap penguasa kesultanan Melayu yang mencapai puncaknya pada bulan Maret 1946. Revolusi ini dipicu oleh gerakan kaum komunis yang hendak menghapuskan sistem kerajaan dengan alasan antifeodalisme. Revolusi melibatkan mobilisasi rakyat yang berujung pada pembunuhan anggota keluarga kesultanan Melayu yang dikenal Belanda namun juga golongan menegah pro-Republik dan pimpinan lokal administrasi pro-Republik Indonesia. [1]

[sunting] Latar belakang

Karena sulitnya komunikasi dan transportasi, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus baru dibawa oleh Mr. Teuku Muhammad Hasan selaku Gubernur Sumatra dan Mr. Amir selaku Wakil Gubernur Sumatra dan diumumkan di Lapangan Fukereido (sekarang Lapangan Merdeka), Medan pada tanggal 6 Oktober 1945. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan. Kedatangan pasukan AFNEI ini diboncengi oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan dan membebaskan tawanan perang orang-orang Belanda di Medan.[2] Pada pertengahan abad ke-19,

perkebunan tembakau tumbuh dengan pesat di wilayah kesultanan Deli [5] sehingga

mengakibatkan migrasi buruh (koeli) perkebunan yang diangkut oleh Belanda. Pada awal abad ke-20, hampir separuh penduduk Sumatra Timur adalah buruh pendatang yang banyak

dieksploitasi oleh Belanda.

Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia karena setelah Jepang masuk, pemerintah Jepang mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan diambil alih oleh para buruh. Kaum bangsawan tidak merasa senang dan berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik. Sementara itu pihak pro-republik mendesak kepada komite nasional wilayah Sumatera Timur supaya daerah istimewa seperti Pemerintahan swapraja/kerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat sesuai dengan semangat perjuangan kemerdekaan. Namun pihak pro-repbulik sendiri terpecah menjadi dua kubu; kubu moderat yang menginginkan pendekatan kooperatif untuk membujuk kaum bangsawan dan kubu radikal yang mengutamakan jalan kekerasan dengan penggalangan massa para buruh perkebunan.[3]

(2)

Amir Hamzah salah satu korban Revolusi Sumatra Timur

Di Tanjung Balai, Asahan 3 Maret 1946 sejak pagi ribuan massa telah berkumpul. Mereka mendengar bahwa Belanda akan mendarat di Tanjung Balai. Namun kerumunan itu berubah haluan mengepung istana Sultan Asahan. Awalnya gerakan massa ini dihadang TRI namun karena jumlahnya sedikit, massa berhasil menyerbu istana sultan. Besoknya, semua bangsawan Melayu pria di Sumatera Timur ditangkap dan dibunuh. Hanya dalam beberapa hari, 140 orang kedapatan mati, termasuk para penghulu, pegawai didikan Belanda, dan sebagian besar kelas tengku. Di Tanjung Balai dan di Tanjung Pasir hampir semua kelas bangsawan mati terbunuh. Sedangkan di Simalungun, Barisan Harimau Liar membunuh Raja Pane. Gerakan ini juga memakan korban yang terjadi di Tanah Karo. Di daerah kesultanan besar, Deli, Serdang, dan Langkat Persatuan Perjuangan mendapat perlawanan. Serdang yang memang dalam sejarahnya anti-Belanda tidak terlalu dibenci masyarakat dan juga terlindung karena ada markas pasukan TRI di Perbaungan. Sedangkan istana Sultan Deli terlindung karena adanya benteng pertahanan tentara sekutu di Medan sedangkan istana Langkat juga terlalu kuat untuk diserbu. Pergolakan sosial berlanjut pada 8 Maret. Sultan Bilah dan Sultan Langkat ditangkap lalu dibunuh. Berita yang paling ironis adalah pemerkosaan dua orang putri Sultan Langkat, pada malam jatuhnya istana tersebut, 9 Maret 1946 dan dieksekusinya penyair terkemuka Tengku Amir Hamzah. Meskipun pemerkosa ditangkap dan dibunuh namun revolusi telah melenceng jauh. [3]

Gerakan itu begitu cepat menjalar ke seluruh pelosok daerah Sumatera Timur oleh para aktivis PKI, PNI dan Pesindo. Puluhan orang yang berhubungan dengan swapraja ditahan dan

dipenjarakan oleh lasykar-lasykar yang tergabung dalam Volksfront. Di Binjai, Tengku Kamil dan Pangeran Stabat ditangkap bersama beberapa orang pengawalnya. Istri-istri mereka juga

ditangkap dan ditawan ditempat berpisah. [4]

(3)

[

sunting

] Referensi

1. ^ Nationalism and Revolution in Indonesia, George McTurnan Kahin, Cornell University Press, 2003 (cetak pertama 1952), hal.412, ISBN 0877277346

2. ^ Kalender Peristiwa 6 Oktober 1945 Sejarah TNI [1]

3. ^ab Patologi Sebuah Revolusi: Catatan Anthony Reid tentang Revolusi Sosial di Sumatera Timur Maret 19461, Wara Sinuhaji, Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra USU, Historisme, Edisi No. 23/Tahun XI/Januari 2007 [2]

4. ^ Sejarah Kabupaten Karo [3]

5. ^ Revolusi Sosial di Sumatra Timur oleh Fandy Harwinanto [4]

Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Sosial_Sumatera_Timur"

Kategori: Sejarah Indonesia | Lembaran Hitam dalam sejarah Indonesia

Kategori tersembunyi: Rintisan bertopik sejarah Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

 Halaman

 Pembicaraan

Varian

Tampilan

 Baca

 Sunting

 Versi terdahulu

Tindakan

(4)

Cari

Navigasi

Halaman Utama

Perubahan terbaru

Peristiwa terkini

Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi

Portal komunitas

Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia

Perubahan terkait Istimew a:Pencari

(5)

Halaman istimewa

Pranala permanen

Kutip halaman ini

Halaman ini terakhir diubah pada 07:07, 8 Januari 2011.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Referensi

Dokumen terkait

1. Analisis yang dilakukan terhadap naskah berita terkait revolusi sosial yang terjadi di Sumatera Timur menunjukkan bahwa perubahan sosial yang terjadi mengakibatkan banyak

Revolusi sousial di Kesultanan Langkat bukan hanya berhasil menghapus wewenang pemerintahan, namun juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup

Selain itu, raja Panei juga menerima informasi tentang revolusi sosial tersebut dari Tuan Nagapanei, yang me- nyebutkan bahwa pasukan yang akan merevolusi kerajaan

Kedua buku ini sangat banyak menjelaskan tentang bagaimana keadaan di Tanah Alas pada masa Revolusi terutama ketika rakyat dari Sumatera Timur yang bergabung dengan rakyat Alas

Banyak sejarah penting mengiringi perjalanan Sumatera Timur.Dan yang paling meninggalkan jejak karena dianggap sebagai peristiwa paling kejam hingga saat ini adalah Revolusi

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kondisi perusahaan perkebunan teh Kemuning pada masa revolusi sosial di Surakarta tahun 1945-1946.. Penelitian ini menggunakan

Kesultanan Melayu Islam ini pada kenyataannya merupakan semacam peniruan dalam skala yang lebih kecil dari kerajaan-kerajaan Islam di Aceh dan di semenanjung Melayu. Masyarakat

Dari penelitian ini, tergambarkan bahwa latar belakang politis kental menjadi sebab-musabab terjadinya gerakan sosial ini.Struktur politik yang berbentuk keresidenan atau