• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Pedoman Pembelajaran SMK 310317

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 Pedoman Pembelajaran SMK 310317"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PEMBELAJARAN

(PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN)

PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasional

Perubahan pada bidang teknologi terjadi sangat cepat di awal abad 21, dan ini terjadi selaras dengan tekanan globalisasi seperti perubahan tatanan ketanagakerjaan, dimana peluang kerja tidak lagi dibatasi oleh batas-batas suatu negara. Konsekwensi dari perubahan tersebut sangat berdampak terhadap kemampuan tenaga kerja yang tidak dapat mempertahankan kompetensi yang dimilikinya, atau kompetensi kerja suatu jabatan tetap statis.

Kompetensi kerja suatu jabatan perlu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik berkaitan penerapan teknologi, organisasi kerja maupun regulasi-regulasi pemberlakuan pasar bebas tenaga kerja seperti MEA pada tingkat ASEAN. Ini sejalan dengan pernyataan King, pada William Borgen, 2001 (Techical and Vocational Education and Trainning/TVET in the First Century) “dewasa ini kestabilan pekerjaan telah berubah, dimana digantikan oleh kontek fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan pengalihan keterampilan esensial”.

Perkembangan pada dunia kerja tentu harus diikuti oleh lembaga pendidikan yang menyiapkan tenaga kerja seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana pendekatan pengembangan sekolah kejuruan diantaranya adalah market driven. Penggunaan pendekatan tersebut memungkinkan terjadinya kesesuaian antara proses pembelajaran di sekolah dengan yang terjadi pada proses di dunia kerja atau dunia usaha, demikian juga akan terjadi

(3)

keselarasan antara penguasaan kompetensi dari lulusan SMK dengan kebutuhan tenaga kerja.

SMK memiliki tujuan menyiapkan lulusannya untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Ini menunjukkan SMK sebagai institusi menyiapkan lulusannya secara komprehensif dan inklusif, membantu peserta didik menumbuhkembangkan capaian hasil pendidikannya secara bermakna berdasarkan potensi yang dimilikinya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat dimana mereka hidup kelak setelah menyelesaikan pendidikan.

Tugas SMK terutama mengantarkan lulusan untuk mencapai kemampuan seperti yang diutarakan di atas, yaitu menguasai kompetensi sesuai tuntutan keterampilan kerja abad 21, yakni keterampilan berfikir tingkat tinggi yang meliputi berfikir kreatif, berfikir kritis, memecahkan masalah. Adapun untuk membangun kemamuan yang lainnya yakni keterampilan literasi dan informasi teknologi, keterampilan untuk hidup mandiri sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipelajarinya, serta kemamuan menyesuaikan diri dengan tuntutan organisasi kerja (antara lain komunikasi dan kolaborasi), diperlukan pengalaman belajar kontekstual dalam berbagai bentuk model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang dipelajarinya. Atas dasar itulah pada uraian berikut, selanjutnya akan dibahas tentang model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan dan karakteristik pembelajaran pada pendidikan SMK.

(4)

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut dalam undang-undang tersebut dikemukakan:

a. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 Butir 1).

b. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 Butir 20).

c. Pasal 15 UU Sisdiknas menjelaskan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Selanjutnya pada Pasal 18 ayat (2) pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Sedangkan pada penjelasan Pasal 15 ditegaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu.

(5)

d. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (UU Sisdiknas, Pasal 39 ayat 2).

2. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, salah satu isinya menegaskan Kementrian Perindustrian untuk mendorong industri memberikan dukungan dalam pengembangan teaching factory dan infrastruktur.

3. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan; untuk mewujudkan pengetahuan dan keterampilan perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

4. Sistem Pendidikan Nasional mengatur tentang perlunya

dikembangkan standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang standar pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan

(6)

mengenai standar nasional pendidikan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Bab I Ketentuan Umum butir 6 dijelaskan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

C. Tujuan

Pedoman pembelajaran SMK (model-model pembelajaran) bertujuan memberikan informasi dan petunjuk kepada para pengguna yang memiliki kaitan dengan PMK, khususnya Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru-guru SMK agar dapat:

1. Menggunakan model-model pembelajaran yang diutamakan sesuai Standar Proses Permendikbud No...Tahun... sesuai Kurikulum 2013 SMK Perbaikan dan karakteristik PMK dengan tidak menafikan model pembelajaran yang lain.

2. Menganalisis pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang diampuh. 3. Menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan sintaks model dan

pendekatan saintifik (Kegiatan Inti pada RPP) menggunakan matrik perancah.

D. Hasil yang Diharapkan

1. Adanya kesepahaman antara Dinas Pendidikan, Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru-guru dalam penggunaan model

(7)

pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 SMK Perbaikan.

2. Contoh penggunaan model pembelajaran dalam RPP dapat digunakan guru sebagai dasar pengembangan strategi pembelajaran yang lebih kreatif.

(8)

BAB II

PEMBELAJARAN DI SMK A. Konsep Pembelajaran di SMK

Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selaras dengan itu pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.

Ada beberapa konsep pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sandaran dalam mengembangkan pembelajaran di SMK, antara lain sebagai berikut.

1. Secara konseptual pembelajaran pada pendidikan kejuruan (Techical and Vocational Education and Trainning/TVET) dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memiliki wawasan kerja, keterampilan teknis bekerja, empoyability skills, dan melakukan transformasi diri terhadap perubahan tuntutan dunia kerja (Putu Sudira, 2016).

2. Konsep pertama yang diutarakan oleh Charles A. Prosser (1950: 217) yakni “pendidikan kejuruan akan menjadi efisien bila pembelajarannya (peserta didik dilatih) dengan cara mengimitasi/ mereplikasi lingkungan kerja semirip mungkin dengan yang terjadi di tempat pekerjaan yang sebenarnya”.

(9)

3. Konsep kedua dari Charles A. Prosser (1950:218) “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan dapat efektif jika pelatihan dilakukan dengan cara yang sama seperti di dunia kerja termasuk penggunaan peralatan dan mesin”.

4. Konsep ketiga dari Charles A.Prosser (1950:220) “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan akan efektif sesuai proporsinya, jika pembelajaran dilatihkan secara langsung dan secara individu pada peserta didik dalam kebiasaan berfikir dan diperlukan habit memanipulasinya dalam kompetensi keahlian itu sendiri”.

5. Konsep pembelajaran abad 21 yakni model relasi sain dan rekayasa yang dikembangkan oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009, disadur dari Putu Sudira).

Pembelajaran dengan pereplikaan seperti konsep di atas hampir mirip dengan Teaching Factory atau Production Based Trainning/Production Based Education and Trainning yang merupakan pembelajaran dari bentuk rekayasa dan teknologi sebagai strategi perancangan dan penemuan solusi atas problematika kehidupan. Adapun pada konsep sains lebih menekankan metoda penyelidikan dan penemuan untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(10)

Gb. 1 Konsep Relasi sains dengan Rekayasa dan Teknologi

B. Prinsip Pembelajaran di SMK

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PMK maka prinsip pembelajaran yang digunakan sebagai berikut.

1. Prinsip umum

a. Pembelajaran sepanjang hayat; b. Menerapkan pendekatan ilmiah;

c. Menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

d. Menerapkan pembelajaran secara terpadu dan tuntas (mastery learning);

e. Memperhatikan keseimbangan antara hard skills dan soft skills;

f. Menggunakan berbagai sumber belajar;

g. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi;

h. Menerapkan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mempertimbangkan karakteristik peserta didik; dan

(11)

i. Menerapkan strategi pembelajaran berbasis kompetensi, dan model-model belajar inkuiri, discovery learning, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis produk dan pembelajaran berbasis proyek.

2. Prinsip khusus

a. Menekankan pada keterampilan aplikatif;

b. Berlangsung di rumah, sekolah/madrasah dan masyarakat/ Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI);

c. Iklim belajar merupakan simulasi dari lingkungan kerja di DUDI;

d. Berdasarkan pada pekerjaan nyata, otentik dan sarat nilai melalui teaching factory untuk mendapatkan pembiasaan berpikir dan bekerja dengan kualitas seperti di tempat kerja; e. Berdasarkan permintaan pasar kerja;

f. Melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman di bidangnya untuk memperkuat pembelajaran dengan cara pembimbingan saat praktik kerja lapangan dan PSG, dan

g. Menerapkan sistem penyelenggaraan pendidikan terbuka (Multi Entry-Multi Exit System/MEMES) dan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).

C. Tujuan Pembelajaran Di SMK

Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan kemampuan dari suatu keadaan yang ingin dicapai sebagai hasil perubahan dari yang peserta didik pelajari atau pernyataan sebagai hasil dari pendidikan dan pelatihan. Agar tujuan pembelajaran di SMK efektif, maka perumusannya dapat menggunakan beberapa pertanyaan dasar

(12)

yang berkaitan dengan pembelajaran yakni: “kemana kita akan pergi; bagaimana kita akan mencapainya; dan bagaimana kita mengetahui bahwa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan” (Mager,1984:24). Secara umum tujuan pembelajaran pada SMK adalah sebagai berikut.

1. Memahami persyaratan kompetensi kerja; 2. Melakukan pekerjaan rutin;

3. Menguasai prosedur kerja sehari-hari; 4. Menerapkan standar keamanan kerja; 5. Meningkatkan produktifitas;

6. Mampu bekerja dalam tim kolaboratif;

7. Melek digital dan simbol-simbol dalam pekerjaan; 8. Memperhatikan kualitas, efisiensi;

9. Menerapkan etika, moralitas kerja; 10. Memahami perubahan nasional, dan

11. Memiliki jiwa kewirausahaan (Putu Sudira, 2016).

D. Karakteristik Pembelajaran di SMK

Pembelajaran di SMK memiliki kekhasan tersendiri karena memiliki tujuan yang utama menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Untuk itu guru SMK dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan karakteristik sebagai berikut.

1. Pembelajaran pada pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja;

2. Pembelajaran pada pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja;

3. Fokus isi pembelajaran pada pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja;

(13)

4. Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on, heart-on, hands-on” atau cara cara pikir, sikap dan keterampilan kerja di dunia usaha atau produksi;

5. Pembelajaran pada pendidikan kejuruan harus melibatkan dunia kerja sebagai kunci keberhasilan pendidikan kejuruan;

6. Pembelajaran pada pendidikan kejuruan harus responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi;

7. Pembelajaran pada pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing”, dan

8. Pembelajaran pada pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas praktik sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

Karakteristik di atas yang di adopsi dari Crunkilton (1984) sejalan dengan pernyataan Charles A. Prosser (1950:215), bahwa karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan secara proporsi hanya menyiapkan peserta didik secara nyata untuk melakukan pekerjaan dengan menetapkan (establish) habit berfikir yang benar dan bekerja dengan tepat, melalui pembelajaran atau pelatihan yang berulang-ulang pada lingkup kompetensi keahlian yang dipelajarinya.

E. Model-model Pembelajaran Berpendekatan Saintifik

1. Konsep Saintifik

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, prosedur, hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

(14)

mengumpulkan data, menganalisis data, menarik simpulan, dan mengomunikasikan.

2. Makna Langkah-langkah Saintifik

Proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan langkah berpikir saintifik, mengandung 5 (lima) langkah yang tidak selalu harus berurut dan seluruhnya ada dalam satu kali pertemuan pembelajran, yaitu sebagai berikut.

a. Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.

b. Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang

ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif

(15)

dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatan menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan

hipotesis.

c. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi

sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.

d. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam

bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan

(16)

menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan

hasil kajian dari hipotesis.

e. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa dapat

memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pross dan hasil pembuktian hipotesis.

3. Model-Model Pembelajaran

Guna memperkuat pendekatan saintifik daan pendekatan rekayasa-teknologi serta mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual maupun kelompok, maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model-model pembelajaran penyingkapan (inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pelatihan berbasis produk (production based training), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) serta teaching factory.

a. Konsep model-model pembelajaran

1) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk

(17)

mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice & Wells). Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.

2) Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu: a) Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta

atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.

(18)

d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto, 2010).

(19)

BAB III

PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Jenis dan Sintaksis Model Pembelajaran

1. Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning))

Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilan keputusan/kesimpulan). Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai Contoh penerapan model ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi dalam n sektor yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah...;

a. Tujuan pembelajaran model Discovery Learning

1) Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran;

(20)

2) Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak;

3) Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan;

4) Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain;

5) Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna;

6) Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru.

b. Sintak model Discovery Learning

1) Pemberian rangsangan (Stimulation)

Langkah ini dilakukan dapat berupa cerita atau gambar dari suatu kejadian sehingga memberikan arahan pada persiapan menemukan suatu konsep/prinsip atau formulasi.

2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)

Tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan masalah dari kejadian dan selanjutnya dikembangkan jawaban sementara atau hipotesis terhadap konsep/prinsip atau formulasi.

(21)

Dapat berupa observasi terhadap objek atau uji coba dalam kaitan hipotesis

4) Pembuktian (Verification)

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan verifikasi data terhadap hipotesis.

5) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization)

Melakukan generalisasi konsep/prinsip atau formulasi yang sudah dibuktikan.

2. Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains

Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).

Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan. Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.

a. Tujuan model pembelajaran Inquiry

Untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental.

(22)

b. Sintak/tahap model inkuiri terbimbing 1) Orientasi masalah

Memberikan suatu permasalahan pada peserta didik yang harus dipecahkan seperti: contoh bola lampu putus.

2) Pengumpulan data dan verifikasi

Pada tahapan ini peserta didik mengumpulkan data berkaitan dengan bahan/bagian/kondisi yang berhubungan dengan permasalahan.

3) Pengumpulan data melalui eksperimen

Peserta didik melakukan pengumpulan data dengan memeriksa fungsi bahan/bagian dan kondisi.

4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi

Pada tahap ini peserta didik melakukan perumusan atau formulasi berdasarkan hasil eksperimen berkaitan dengan permasalah.

5) Analisis proses inkuiri

Pada tahap ini peserta didik melakukan generalisasi berkaitan dengan permasalahan.

c. Sintak/tahap model inkuiri Sains (Biology) 1) Siswa disajikan suatu bidang penelitian

Pada tahap ini peserta didik disajikan bidang penelitian seperti contoh: “pencemaran sungai”, termasuk metodologi yang digunakan pada penelitian tersebut.

(23)

Peserta didik diajak untuk mengembangkan masalah dan mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang harus mereka atasi, seperti interpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.

3) Mengidentifikasi masalah dalam penelitian

Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.

4) Menyelesaikan kesulitan/masalah

Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan/masalah, dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data dan mengembangkan konstruk. 3. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruksivistik yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek, problem-problem nyata dilakukan menggunakan pendekataan studi kasus, penelitian dan penetapan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111). Untuk itu pembelajaran model ini belajarnya diawali dengan

(24)

permasalahan dan diupayakan sebagai permasalahan yang nyata atau real sebagai penggerak proses pembelajaran.

a. Tujuan pembelajaran PBL

Untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan secara aktif mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan belajar (Norman and Schmidt, 1992). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Brasford and Stein dalam David H. Jonanssen (2011:3) menguraikan “belajar pemecahan masalah adalah seperangkat proses pengidentifikasian potensi masalah, penentuan masalah, mengembangkan strategi pemecahan yang tepat, melaksanakan pemecahan dan memeriksa ulang serta mengevaluasi pengaruh dari pelaksanaan pemecahan”. Pembelajaran pendekatan pemecahan masalah akan memberikan pengalaman belajar pada peserta didik yang lebih mendalam terhadap kompetensi yang dipelajarinya dibanding dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tradisional. Kemampuan memecahkan masalah merupakan kecerdasan beralasan yang menuntut dan digunakannya kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh

(25)

peserta didik. Untuk itu peserta didik ditempatkan dalam situasi permasalahan, yang selanjutnya peserta didik akan menggunakan memorinya untuk mengingat kembali aturan-aturan atau konsep yang sesuai dan menerapkannya dalam usaha menemukan solusi pemecahan permasalahan.

b. Prinsip-prinsip pembelajaran PBL

Terdapat sejumpah prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan oleh pengajar dalam penggunaan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah baik digunakan melalui pengajaran di kelas maupun pengajaran dengan setting berbasis komputer. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut.

1) Pemecahan masalah yang berkaitan dengan keterampilan kerja atau pekerjaan pada dunia nyata (real job), penekanan pengajarannya harus dilakukan secara tepat dalam hal pengidentifikasian pengetahuan deklarative (konsep/ prinsip) dan pengetahuan prosedural.

2) Dalam langkah pendahuluan berkaitan dengan kontek pemecahan masalah, pengajaran bisa dilakukan dengan cara penyajian pengetahuan prosedural atau pengetahuan deklarative lebih awal, atau juga dapat dilakukan dengan cara pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut (pengetahuan deklarative dan prosedural).

3) Ketika mengajar pengetahuan deklaratif , penekanan dilakukan pada model mental yang sesuai dengan pemecahan masalah yang akan dihadapi melalui cara penjelasan struktur pengetahuan dan menanyakan kepada

(26)

peserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi atau penjelasan mengapa sesuatu itu terjadi.

4) Menekankan pada pengajaran pemecahan masalah bentuk struktur moderat dan struktur tidak beraturan sejauh pembahasannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5) Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sesuai

dengan kontek yang akan digunakan peserta didik. Menggunakan masalah-masalah yang otentik, juga dalam praktek dan penilaiannya baik dalam skenario belajar berbentuk simulasi atau proyek.

6) Gunakan strategi mengajar deduktif untuk pengetahuan deklarative dan bentuk pemecahan masalah terstruktur/ sistimatis

7) Gunakan strategi mengajar induktif untuk meningkatkan model berpikir sintesis dan bentuk pembelajaran pemecahan masalah moderat serta struktur tidak beraturan (ill structured) .

8) Menggunakan latihan permasalahan, langkah ini akan membantu peserta didik memahami tujuan dan membantu mereka menguraikan kedalam tujuan-tujuan antara.

9) Gunakan kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dalam pemecahan masalah sebagai bukti konsepsi yang tidak tepat dan menebak-nebak. Jika dimungkinkan tentukan konsepsi yang salah dan konsepsi yang tepat. 10) Ajukan pertanyaan dan berikan saran tentang

strategi untuk meningkatkan peserta didik melakukan refleksi pada strategi pemecahan masalah yang sedang

(27)

mereka gunakan. Langkah ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah peserta didik melakukan tindakan pemecahan masalah.

11) Memberikan latihan dengan strategi pemecahan masalah yang hampir sama dalam berbagai kontek untuk meningkatkan pegeneralisasian.

12) Ajukan pertanyaan yang dapat meningkatkan peserta didik dalam menyerap keterampilan megeneralisasi dalam berbagai permasalahan dengan materi yang berbeda. 13) Gunakan berbagai jenis kontek, masalah dan gaya mengajar yang akan meningkatkan keingin tahuan, motivasi, percaya diri, ketekunan dan pengetahuan tentang diri serta mereduksi kehawatiran peserta didik.

14) Rencanakan serangkaian pembelajaran yang menumbuhkan hingga kesempurnaan dari tingkat pemula hingga pemahaman tingkat akhli/kompeten dari struktur pengetahuan yang digunakan.

15) Jika mengajar bentuk pemecahan masalah dengan struktur tersusun baik (well structure problem), yakinkan peserta didik dapat mengikuti pembelajaran pemecahan masalah dengan baik. Jika prosedur belajar tersebut dilakukan terus menerus oleh peserta didik pada bentuk pembelajaran pemecahan yang hampir sama, maka akan terbentuk kemampuan yang otomatis.

16) Jika mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur moderat, dorong peserta didik menggunakan pengetahuan deklaratifnya untuk

(28)

mengembangkan strategi yang sesuai dengan kontek dan permasalahannya. Mengikuti berbagai banyak strategi yang tepat untuk mencapai solusi dan mereka dapat membandingkannya hingga mana yang paling efektif dan efisien.

17) Jika mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur yang tidak beraturan (Ill structure problem), dorong peserta didik menggunakan pengetahuan deklaratifnya untuk menetapkan tujuan dengan solusi yang dapat diterima dan dikembangkan. Ikuti strategi pemecahan dan solusi yang tepat kemudian bandingkan oleh peserta didik hingga mana yang paling efektif dan efisien dari berbagai strategi dan solusi tersebut. c. Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and

Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas: 1) Mengidentifikasi masalah

Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian masalah melalui curah pendapat dari kasus yang diberikan.

2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan

Pada tahap ini peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah, dan pengetahuan-pengetahuan yang harus diketahui (pengetahuan-pengetahuan deklaratif berupa konsep dan prinsip) berkenaan dengan masalah. 3) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian

alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang

(29)

Pada tahap ini peserta didik diajak berfikir untuk mengembangkan pemecahan masalah melalui berfikir prosedur untuk melakukan penelaahan letak penyebab masalah melalui pengumpulan imformasi dari setiap langkah melalui pemeriksaan hingga ditemukan penyebab utama masalah.

4) Melakukan tindakan strategis

Peserta didik diajak mengembangkan tindakan strategis yang didasarkan atas temuan untuk memecahkan masalah.

5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan

Peserta didik diajak memeriksa pengaruh hasil tindakan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam sistem, dengan menggunakan rujukan seperti contoh service manual hingga sistem bekerja secara normal sesuai tuntutan rujukan.

d. Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:

1) Merumuskan uraian masalah

Pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada kasus, mengidentifikasi masalah dan merumuskan kemungkinan penyebab masalah.

(30)

Pengembangan kemungkinan penyebab dilakukan berdasarkan observasi dan pemeriksaan terhadap fungsi yang di dasarkan konsep atau prinsip.

3) Mengetes penyebab atau proses diagnosis

Menganalisis data-data hasil pemeriksaan dan menentukan penyebab utama menggunakan berfikir prosedur serta melakukan perlakuan/perbaikan.

4) Mengevaluasi

Memeriksa hasil perlakuan/perbaikan dan membandingkannya dengan acuan rujukan atau service manual untuk menentukan kasus/permasalahan telah dapat diatasi.

4. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron, 2011).

a. Kriteria Penerapan PjBL

Model pembelajaran ini akan efektif apabila memenuhi tiga kriteria yakni:

1) Kompetensi Dasar yang akan diajarkan dari kurikulum kompetensi keahlian di konstruk dalam permasalahan kontektual yang menekankan pada keterampilan kognitif

(31)

(higher order thingking skill) dan pengetahuan pada bentuk metakognitif.

2) pembelajaran dikembangkan berpusat pada peserta didik (Student Centre Learning) dalam bentuk grup-grup kecil yang aktif dimana guru berfungsi sebagai fasilitator.

3) Hasil pembelajaran difokuskan pada pengembangan keterampilan, motivasi dan penumbuhan belajar sepanjang hayat (life long learning).

b. Tujuan Project Based Learning

Meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).

c. Sintak model pembelajaran Project Based Learning

1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question)

Pada tahap ini peserta didik secara kelompok/individu dihadapkan pada bagaimana cara mengatasi permasalahan dan menentukan projek yang paling tepat cara mengatasi masalah.

2) Mendesain perencanaan proyek

Peserta didik merancang projek yang telah di tentukan baik desain/perencanaan, gambar, bahan maupun teknis pengerjaannya.

3) Menyusun jadwal (Create a Schedule)

Tahap ini peserta didik menyusun jadwal (waktu pelaksanaan), distribusi kerja dan presentasi.

(32)

4) Memonitor kemajuan proyek (Monitor the Progress of the Project)

Tahap ini peserta didik mengerjakan projek sesuai rancangan dan distribusi kerja serta menyampaikan progres/kemajuan pengerjaan projek.

5) Menguji hasil (Assess the Outcome)

Peserta didik memeriksa hasil projek dengan membandingkan dengan rancangan dan pendidik menilai kemajuan peserta didik.

6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)

Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

5. Model pembelajaran Production Based Training/Production Based Education and Training

Model ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.

a. Tujuan

Menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerja sama (berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja. b. Sintaks model pembelajaran Production Based Trainning

(33)

Membuat perencanaan produk dapat berupa benda hasil produksi/layanan jasa/perencanaan pertunjukan yang dapat dilakukan dari mulai menggambar detail/membuat pamflet (berisi tgl waktu pertunjukan,isi cerita), perhitungan kebutuhan bahan/kostum, peralatan, dan teknik pengerjaan serta alur kerja/koordinasi kerja.

2) Melaksanakan proses produksi

Pada sintak ini peserta didik diajak melakukan tahapan produksi berdasarkan rencana produk benda/layanan jasa/perencanaan pertunjukan, alur kerja/koordinasi kerja serta memonitor proses produksi.

3) Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu)

Pada langkah ini peserta didik diajak untuk memeriksa hasil produk melalui membandingkan dengan tuntutan pada perencanaan teknis.

4) Mengembangkan rencana pemasaran

Peserta didik diajak mempersiapkan rancangan pemasaran baik dalam jejaring (daring) maupunluar jejaring (luring) berbentuk brosur/pamflet dan mempresentasikannya. (Diadaptasi dari Ganefri; 2013, G.Y. Jenkins, 2005). 6. Model pembelajaran Teaching Factory

a. Konsep Teaching Factory pada SMK

Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan Teaching

(34)

Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaan Teaching Factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:

1) Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.

2) Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh. 3) Model ketiga, Production Based Education and Training

(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan

(35)

memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).

4) Model keempat, Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.

b. Tujuan pembelajaran Teaching Factory

1) Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;

2) Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;

3) Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing; 4) Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia

kerja;

5) Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;

6) Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;

7) Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.

Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah sebagai berikut.

1) Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri;

(36)

2) Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen;

3) Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu;

4) Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.

c. Sintaksis Teaching Factory

Atas dasar uraian di atas, sintaksis pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly - San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin : 2001) dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian :

1) Merancang produk

Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/ cipta resep atau produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods)/merancang pertunjukan kontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.

2) Membuat prototype

Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.

3) Memvalidasi dan memverifikasi prototype

Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuat untuk mendapatkan persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.

(37)

4) Membuat produk masal

Peserta didik mengembangkan jadwal dan jumlah produk/ pertunjukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.

1) Menerima order

Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel. 2) Menganalisis order

Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.

3) Menyatakan Kesiapan mengerjakan order

Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.

(38)

Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswa sebagai pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan

5) Mengevaluasi produk

Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/ layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.

6) Menyerahkan order

Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.

B. Analisis Pemilihan Model Pembelajaran

Pemilihan suatu model pembelajaran sangat ditentukan oleh isi rumusan Kompetensi Dasar dan atau materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu pula. Rumusan KD yang mengarah pada pembentukan penguasaan konsep dan prinsip tentu sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry atau model pembelajaran

(39)

Discovery Learning, karena kedua model pembelajaran tersebut membentuk kemampuan eksplanasi terhadap konsep phenomena alam dan sosial yang terjadi. Seorang pengajar pada saat akan memilih model pembelajaran perlu melakukan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Menganalisis rumusan pernyataan setiap KD; 2. Memahami tujuan dari setiap model pembelajaran;

3. Menentukan apakah rumusan KD cenderung pada pembentukan konsep/prinsip atau pada pembentukan hasil karya;

4. Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1) dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/ prinsip yang membentuk kemampuan eksplanasi sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry/Discovery Learning sebagai fondasi untuk mempelajari mata pelajaran kelompok Kompetensi Keahlian (C3).

5. Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Kompetensi Keahlian (C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil karya, dapat menggunakan model belajar Problem Based Learning, Production Based Trainning, Project Based Learning dan Teaching Factory.

Berdasarkan rambu-rambu pemilihan model di atas dapat digunakan tabel pemilihan model belajar sebagaimana contoh di bawah ini.

(40)

Tabel 1

PENENTUAN MODEL PEMBELAJARAN Mata Pelajaran: Simulasi dan Komunikasi Digital

Kelas: XI

No. Kompetensi Dasar PembelajaranModel Keterangan 1. KD 3.2 Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (Online). Model Pembelajaran Discovery Learning a. KD 3.2 Menitikberatkan pada pembentukan pengetahuan konseptual dan prosedural. b. KD 4.2 Pernyataan pada taksonomi keterampilan

kongkret pada gradasi membiasakan gerakan atau manipulasi. KD 4.2 Melakukan pengelolaan informasi digital melalui komunikasi daring (Online).

C. Penyusunan Kegiatan Pembelajaran (menggunakan matrik perancah)

Penyusunan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sangat dipengaruhi oleh bentuk kemampuan yang ingin dibentuk dari setiap langkah mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan. Langkah-langkah tersebut harus diselaraskan dengan langkah-langkah belajar (sintaksis) dari setiap model belajar sehingga antara pembentukan kemampuan saintifik dengan langkah-langkah belajar terjadi keselarasan dan keterpaduan dalam bentuk pengalaman belajar atau aktivitas belajar yang berpusat pada peserta didik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kegiatan pembelajaran diusahakan

(41)

kegiatan pengalaman balajar yang dilakukan peserta didik harus mencapai indikator pembelajaran.

Untuk memudahkan pemaduan pendekatan saintifik dengan model belajar serta Kompetensi Dasar dalam hal ini indikator yang akan dicapai sebagai tahapan-tahapan hasil belajar dapat digunakan matrik perancah seperti format berikut ini.

(42)

Tabel 2

MATRIKS PERANCAH PEMADUAN SINTAK MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROSES BERPIKIR ILMIAH (SAINTIFIK)

PADA MAPEL SIMULASI DAN KOMUNIKASI DIGITAL

1. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, operasional lanjut, dan metakognitif secara multidisiplin sesuai dengan bidang dan lingkup kajian simulasi dan Komunikasi

Digital pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

2. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan lingkup kajian simulasi dan Komunikasi Digital. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.

(43)

Menunjukkan keterampilan memper-sepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadika ngerak alami, sampai dengan tindakan orisinal dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan

Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan 3.2.Menerapka n pengetahu an pengelolaa n informasi digital melalui pemanfaat an komunikas i daring (online).  Menerangka n komunikasi daring asinkron.  Menerangka n komunikasi daring sinkron. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat : a. Menyebut kan bentuk komunika si daring asinkron b. Menjelask an prinsip komunika si daring asinkron c. menjelask 1. Pemberia n stimulus terhadap siswa.  Guru meminta siswa untuk melihat berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring/onlin e) melalui bahan tayangan.  Guru menugaskan siswa membaca buku untuk meng identifikasi berbagai jenis

(44)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan an 2 jenis pengelolaa n informasi digital melalui komunika si daring online dengan santun Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat: a. menjelask an proses terjadinya komunika si daring sinkron b. menentuk an komunikasi dalam jaringan (daring)  Siswa melihat bahan tayang yang disajikan oleh Guru.  Siswa membaca buku berkaitan dengan berbagai jenis komukasi jaringan(darin g)  Siswa berdiskusi tentang berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring).  Siswa

(45)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan kebutuha n pokok fasilitas yang diperluka n untuk pengelola an informasi digital daring online secara mandiri. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan cara melakukan komunikasi daring mengidentifi kasi ciri-ciri komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron dari hasil diskusi dan buku.  Siswa menentukan komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron.

(46)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan online dengan percaya diri.  Menerangk an kewargaan digital.  Menentuka n prosedur komunikasi daring asinkron dan komunikasi daring sinkron 2. Identifika si masalah  Guru menugaskan siswa untuk menentukank asi masalah utama apa dalam membuat komunikasi daring sinkron dan asinkron serta syarat-syarat seseorang dikatakan warga digital.  Siswa mengidentifik asi masalah – masalah melalui contoh yang didemonstrasi ka n oleh guru

(47)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan mengenai e-mail, (komunikasi asinkron) dan chatting (komunikasi sinkron).  Siswa membaca buku untuk mendapatkan informasi tentang syarat- syarat dikatakan temasuk warga digital seseorang  Siswa mendiskusika n syarat-syarat seseorang dikatakan termasuk warga digital.  Berdasarkan hasil

(48)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan membaca buku dan diskusi siswa merumuskan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menjadi warga digital meliputi kebaikan, keurukan, dan undang-undang ITE.  Guru meminta siswa untuk menentukan prosedur komunikasi daring asinkron dan sisnkron sesuai aturan melalui buku siswa dan

(49)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan hasil diskusi  Siswa menggali informasi prosedur tentang informasi komunikasi daring asingkron dan sinkron  Siswa mendiskusika n untuk menentukan prosedur daring asingkron dan sinkron  Siswa menyampaika n pada kelompok lain dan menanggapiny a berkaitan prosedur komunikasi

(50)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan daring asinkron dan sinkron 4.2 Melakuka n pengelola an informasi digital melalui komunika si daring (online).  Mengikuti komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarka n contoh.  Mendemon strasikan komunikasi daring asinkron dan Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet, peserta didik akan dapat melakukan komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan contoh dengan percaya diri Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan 3. Pengump

ulan data  Guru meminta

siswa untuk mencoba melakukan komunikas daring asinkron dan sinkron sesuai dengan aturan– aturan dalam berkomunika si daring sebagai pembuktian rumusan masalah/hipo tesis  Siswa mencoba

(51)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan sinkron berdasarka n tugas. internet, peserta didik akan dapat mendemonst rasikan komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas sesuai prosedur dengan percaya diri membuat akun pada Gmail dan Yahoo sesuai dengan aturan seperti contoh sebagai pembuktian rumusan masalah/hipo tesis  Siswa mencoba mengirimkan e-mail kepada guru atau temannya menggunakan akun e-mail (G-mail dan Yahoo) sesuai dengan aturan seperti contoh Guru sebagai pembuktian rumusan

(52)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan masalah/hipo tesis  Siswa mencoba melakukan chatting sesuai dengan aturan sesuai contoh guru sebagai pembuktian rumusan masalah/hipo tesis 4. Pembukti an  Guru menugaskan siswa untuk menilai hasil komunikasi dengan daring asinkron (e-mail) dan sinkron (chatting) kepada

(53)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan siswa dikomputer menggunaka n format penilaian.  Siswa menilai hasil komunikasi daring asinkron(e-mail) menggunaka n format penilaian etika berkomunik asi daring.  Siswa menilai hasil komunikasi daring sinkron(chat ting) menggunaka n format penilaian etika berkomunik

(54)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan asi daring.  Guru menugaskan kepada siswa untuk mengirim e-mail dan chatting kepada guru berdasarkan perintah.  Siswa mengirim tugas via e-mail.  Siswa berkomunik asi tentang pelajaran via chatting. 5. 6. Menarik kesimpul an/ generalis asi  Guru menugaskan siswa untuk menyajikan cara-cara serta kesimpulan berkomunik

(55)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan asi daring asinkron dan sinkron.  Siswa membuat bahan presentasi tentang berkomunik asi daring asinkron dan sinkron dalam bentuk PPT.  Siswa menyajikan tentang berkomunik asi daring asinkron dan sinkron.  Siswa lain memberikan tanggapan terhadap presentasi.  Siswa menerima

(56)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Discovery Learning

Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik) Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulkan

Informasi Menalar Mengomuni-kasikan tanggapan dari siswa lain dan guru.  Siswa memperbaiki hasil presentasi dan membuat simpulan berkomunik asi daring asinkron dan sinkron .

(57)

Tabel 3

MATRIK PERANCAH PEMADUAN SINTAKSIS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING DAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA MAPEL KIMIA Kelas XI

1. KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

(58)
(59)

Kompetensi

Dasar IPK

Sintaksis model Inquiry Learning

Pendekatan Saintifik Tujuan Mengamati Menanya Mengumpulka

n Informasi Menalar Mengomuni-kasikan 3.2. Memaha mi proses pembent ukan dan teknik pemisaha n fraksi-fraksi minyak bumi serta kegunaan nya. Menjabarkan proses pembentuka n minyak bumi dan gas alam.. Melalui penggalian informasi, dan diskusi kelompok siswa mampu menjabarka n proses pembentuk an minyak bumi dan gas alam sesuai buku pegangan siswa dengan teliti, dan Kerja sama 1. Orientasi

masalah.  menanyakGuru an “Apa yang kalian ketahui tentang proses pembentuk an minyak bumi dan gas alam?”  Siswa menjawab sesuai dengan apa yang diketahuin ya  Siswa menggali informasi dari buku siswa dan berbagai literatur yang relevan dengan materi proses pembentuk an minyak bumi dan gas alam  Siswa mendiskus ikan hasil bacaannya yang berkaitan

(60)
(61)

Tabel 4

MATRIK PERANCAH PEMADUAN SINTAKSIS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA MAPEL KELISTRIKAN ALAT BERAT

1. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, procedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

(62)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Problem Based Learning Pendekatan Saintifik Tujuan Pembelajara n Mengamati (mengidentifikasi masalah) Menanya (merumuskan masalah/hipot esis) Mengumpulka n Informasi (menguji hipotesis) Menalar (menyimpulk an hasil dr hipotesis) Mengomunikasik an (memformulasik an pembuktian hipotesis) 3.3 Menentu kan teknik perbaika n ringan pada sistem penerang an alat berat. 1. Mengurut kan teknik perbaikan ringan pada sistem peneranga n alat berat. 1. Melalui menggali informasi dari referensi dan diskusi siswa dapat mengurut kan teknik perbaikan ringan pada sistem peneranga n alat berat sesuai buku literatur dengan 1. Merumuska n uraian masalah.  Guru menyampai kan permasalah an tentang tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.  Guru menanyaka n dan menugaska n untuk mengobserv asi apa yang menyebabk an

(63)

Kompetensi Dasar IPK Sintaksis model Problem Based Learning Pendekatan Saintifik Tujuan Pembelajara n Mengamati (mengidentifikasi masalah) Menanya (merumuskan masalah/hipot esis) Mengumpulka n Informasi (menguji hipotesis) Menalar (menyimpulk an hasil dr hipotesis) Mengomunikasik an (memformulasik an pembuktian hipotesis) teliti, santun, bekerjasa ma dan mengharg ai pendapat orang lain. kemungkin an lampu-lampu tersebut tidak menyala.  Siswa memperhati kan permasalah an yang disampaika n oleh guru.  Siswa secara berkelompo k mengobserv asi gangguan yang terjadi pada sistem penerangan

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan alat musik tradisional Jawa Tengah yang dimainkan untuk menghasilkan dengungan rendah atau gema, Slenthem juga menjadi salah satu instrumen gamelan yang terdiri

2010 2015 Memberikan kesempatan kepada dosen dan mahasiswa Manajemen untuk melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, misalnya dalam bentuk

Terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP) dan, angkutan kota dalam propinsi (AKDP), Angkutan kota (AK) dan

Tahapan pembuatan karya pada penciptaan busana cocktail dengan sumber ide tanaman bambu ini antara lain persiapan bahan (meliputi pengadaan bahan hingga terbentuk kain tenun

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya serta petunjuk dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmi ah

Kisar pada ulir tunggal kisar pada ulir tunggal adalah sama dengan jarak bagi nya, sedangkan untuk ulir ganda dan tripal besar nya kisar berturut – turut sama dengan dua kali

Berdasarkan pada tugas KPPU tersebut, jelaskan bahwa tugas melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berupa