Tim Redaksi Suar Demokrasi
Penasehat Muchtar Taufiq Penaggung Jawab
Ardhana Ulfa Azis Pengarah
Hj Siti Aminah, Abdul Salam, Munandar Nugraha Penyunting/Editor
Dwi Rinatama, Vito Dixit Putra Desain Grafis/Layout
Fathurrahman Fotografer
Achmad Maulana, Andika Permana Sekretariat
Afifuddin, SKM, M.Si Pembuat Artikel
Dwi Rinatama, Vito Dixit Putra, Fathurrahman, Andika Permana, Achmad Maulana, Kartika Putri TIM REDAKSI
1 SALAM REDAKSI
AssalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh
Salam Awas, Kawal Demokrasi! Syukur alhamdulillah segala puji Bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin dan kehendak-Nya, Bulletin SUAR DEMOKRASI edisi perdana tahun 2020 ini bisa tersaji di hadapan para pembaca yang budiman.
Bulletin SUAR DEMOKRASI adalah bentuk tanggung jawab kehumasan di Divisi Hukum,
Humas, dan Data Informasi
Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk menyajikan informasi terkait pengawasan pemilu dan
kelembagaan Badan Pengawas
Pemilu di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Peristiwa, opini, kiprah, dan aktualisasi pengawasan pemilu menjadi rangkaian narasi yang penting untuk disampaikan ke publik.
Pasca pemilu serentak 2019,
pengawas pemilu selanjutnya
bergegas untuk menghadapi
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah tahun 2020. Terdapat 270
daerah yang akan melakukan
pilkada baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota. DKI Jakarta adalah daerah yang tidak termasuk wilayah yang menyelenggarakan pilkada di tahun 2020 ini. Oleh karenanya, Badan Pengawas Pemilu di wilayah DKI Jakarta lebih melakukan
penguatan kapasitas dan
kelembagaan Badan Pengawas
Pemilu.
Edisi perdana Bulletin SUAR
DEMOKRASI, mengetengahkan
tajuk utama tentang penguatan
kelembagaan Bawaslu Jakarta
Selatan sebagai lembaga permanen
atas amanah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang baru berusia setahun. Menyajikan opini dari stakeholder terkait upaya penguatan
kelembagaan Bawaslu, review
kegiatan Bawaslu Jakarta Selatan pada Pemilu Serentak 2019 menjadi bahasan dalam bulletin ini. Selain itu juga menyampaikan informasi tentang kegiatan Bawaslu Jakarta Selatan di tengah pandemi virus Covid-19 yang melanda seluruh
dunia termasuk wilayah DKI
Jakarta. Dan yang selalu menarik dari program Bawaslu adalah kegiatan pengawasan partisipatif, dengan kegiatan yang ter-update adalah kegiatan Sekolah Kader Pengawas Pemilu (SKPP) yang juga tersaji dengan apik.
Selamat membaca rubrik-rubrik
bulletin SUAR DEMOKRASI,
semoga bermanfaat. “Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama
Bawaslu Tegakkan Keadilan
Pemilu”
Wassalamu’alaikum
2
Sumber Daya Manusia dan
Kasekretariatan merupakan modal utama suatu organisasi atau lembaga terkhusus bagi Lembaga Pengawas Pemilu. Masa depan dan kelestarian Lembaga Pengawas
Pemilu bergantung pada
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi SDM yang kelak akan jadi basis penggerak roda organisasi sehingga mampu mengelola secara efektif segala hal yang berkaitan dengan pengawasan. Tidak cukup sekedar dukungan sarana dan prasarana khususnya sokongan dana yang memadai, SDM yang handal mesti jadi prioritas sebab jika tidak, segala bentuk sokongan itu jadi sebuah pemborosan dan kiranya tidak berlebihan jika kita menyebut makan gaji buta.
SDM pada Lembaga Pengawas Pemilu merupakan kekayaan tak ternilai. Untuk menjamin hasil
pengawasan yang memenuhi
kriteria jujur, adil, akuntabel dan tentunya mempunyai “SIM P” yakni Soliditas, Integritas, Mentalitas, dan Profesionalitas sebagai seorang
Pengawas Pemilu, maka
perencanaan, pengembangan dan pembinaan SDM pada Lem-baga Pengawas Pemilu sangat diperlukan dan mesti di-perhatikan.
Sumber Daya Manusia adalah
potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya. Daniel
Zuchron di buku Menggugat
Manusia Dalam Konsitusi (2017) menulis: “Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses
mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, manusia adalah makhluk Tuhan yang kompleks dan unik serta diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak berdiri sendiri yaitu tubuh (fisik/jasmani) sebagai unsur materi dan jiwa yang bersifat non materi.” Hubungan kerja paling intensif di lingkungan organisasi adalah antara pemimpin dengan para pekerja (staf) yang ada di bawahnya. Hubungan kerja semakin penting artinya dalam usaha organisasi
mewujudkan eksistensinya di
lingkungan tugas yang lebih luas dan kompetetif pada masa yang akan datang. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Bagaimana jika Sumber Daya Manusia ini tidak memenuhi kualifikasi organisasi? Bisakah kualitas sebuah Lembaga
meningkat dan mendapat
kepercayaan publik? Tentu
jawabannya “Tidak.” Maka oleh sebab itu, penulis di sini akan mencoba merefleksikan ketentuan aturan teoritik dengan aplikatif lapangan tentang kelembagaan Bawaslu untuk dijadikan bahan diskusi dan perbaikan bersama. Bawaslu memiliki struktur yang
besar namun jadi tampak miskin fungsi, maka diperlukan kapasitas
SDM yang kapabel dalam
mendukung kerja-kerja kepemiluan
untuk mewujudkan struktur
birokrasi yang efisien. Pimpinan Pengawas di setiap tingkatan
bertugas untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan
terhadap Pengawas Pemilu dan tim kesekretariatan di bawahnya. Masih perlu di-tekankan lagi bagaimana membuat setiap Lembaga Pengawas secara hirarki menjadi serius sebagai satu kesatuan, demi hasil pengawasan di setiap tahapan yang bisa diolah dan menjadi sesuatu yang berharga dan fungsional sebagai lembaga. Selanjutnya, perlu ada sinkronisasi antara kemampuan, desain (rencana strategis) dan supporting system. Jika tidak didukung sumber daya yang kuat dalam rangka mewujudkan rencana program dan sinkronisasi dengan supporting system di atas, maka seleksi yamg terbuka adalah pintu
utama dalam menguatkan
kelembagaan di semua tingkatan. Untuk penguatan SDM secara ke-seluruhan perlu di-pertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. record integritas Pengawas; b. kompetensi
ilmu hukum c. pengalaman
kepemiluan; d. menjunjung
obyektivitas; e. hindari kesan bagi-bagi jatah (afiliasi terhadap lembaga
ke masyarakatan maupun
kepentingan individu); f. untuk kesekretariatan, Kepala/Kordinator Sekretariat perlu berkoordinasi dengan Pemda/Pemkab setempat
MEREFLEKSIKAN SDM KESEKRETARIATAN BAWASLU KAB/KOTA
MENYONGSONG SOTK BARU
PENGANTAR PIMPINAN
3 untuk mencari staf yang memahami
kepemiluan; g. membangun
semangat untuk melayani; h.
melakukan inovasi untuk
peningkatan pengetahuan
kepemiluan; i. perlu melakukan upaya menghilangkan disparitas PNS dan non-PNS; j. menciptakan suasana nyaman dalam bekerja secara berjenjang; k. penguatan
koordinasi dengan Bawaslu
Provinsi; l. koordinasi antara setiap anggota dengan setiap koordinator divisi supaya tidak ada terjadi disparitas di setiap koordinator divisi, perlu ada sinergisitas di antara semua koordinator divisi; dan
m. membangun kebersamaan
dengan staf.
Adapun bentuk dukungan kesekretariatan dalam lembaga
Pengawas Pemilu setidaknya
beberapa poin di bawah ini bisa menjadi gambaran yang dinukil dari beberapa pasal sesuai regulasi yang berlaku;
a. Membangun hubungan antar
lembaga
b. Menyiapkan bahan teknis untuk kebutuhan pengawasan Pemilu c. Mengelola data dan bahan hasil
pengawasan Pemilu
d. Menyiapkan surat permohonan salinan data dari instansi/pihak terkait
e. Menggali/Menyiapkan data dan dokumen terkait dari sumber sumber lain misalnya; kliping media
f. Mengumpulkan data untuk
kebutuhan pengawasan tahapan pemilu
g. Membuat klasifikasi data dan menyajikannya kepada anggota Bawaslu
h. Menertibkan pengarsipan data yang telah dianalisis
i. Membantu anggota Panwaslu dalam melakukan identifikasi stakeholder dan
j. Membangun komunikasi dan kerja sama
k. Menyiapkan data profil
Lembaga lembaga terkait
dengan pengawasan pemilu l. Membantu anggota melakukan
komunikasi intensif dengan lembaga terkait
m.Membantu anggota menyiap-kan kerangka kerja sama (bila diperlukan)
Peran penting dukungan
kesekretariatan mutlak adanya.
Tanpa adanya dukungan
kesekretariatan dalam proses pengawasan Pemilu, tentu tidak akan berjalan optimal dan cacat hukum. Undang-undang, Peraturan Persiden, Peraturan Bawaslu dan Peraturan Teknis Sekjen Bawaslu telah mengamanatkan kepada kita,
bahwa kesekretariatan hanya
memberikan dukungan secara
internal, bekerja men-support secara administratif terhadap Pimpinan Pengawas Pemilu di setiap tingkatan, apapun kebutuhan administrasi yang diperlukan oleh jajaran Pimpinan Pengawas Pemilu wajib untuk difasilitasi selagi tidak keluar dari aturan main yang ada.
Namun dalam penerapannya masih ada praktik inkonvensional di beberapa sub bagian, tentu hal ini menjadi masalah akan lemahnya Integritas personil kesekretariatan yang seharusnya sudah tidak lagi
diragukan, karena kenapa?
Bagaimana tidak diragukan, secara individu kesekretariatan terlebih Kepala/Koordinator sekretariat maupun kepala bagian dan kepala sub bagian adalah notabene barasal dari PNS organik Bawaslu sendiri
maupun yang fasilitasi
Pemkab/Pemda setempat yang
sudah malang melintang di dunia kepemerintahan, yang seharusnya
memahami dan mempunyai
kapasitas, integritas dan kapabilitas yang cukup dan cakap.
Disisi lain adanya Staf Teknis dan Pendukung yang mana masing-masing diseleksi dengan metode seleksi yang ketat sesuai peraturan perundang-undangan, kompetensi staf ini harus memenuhi kebutuhan
standar kerja Bawaslu yang
notabene harus paham tentang hukum Pemilu, selebihnya paham tentang administrasi kepemiluan dan pemerintahan serta paham
tentang penggunaan keuangan
anggaran pemebelanjaan daerah
maupun pusat. Staf Bawaslu
direkrut dari masyarakat sipil yang
harus memenuhi kemampuan
disiplin ilmu tertentu, mulai dari disiplin Ilmu Hukum, disiplin Ilmu
Administrasi, disiplin Ilmu
Komunikasi dan disiplin Ilmu Ekonomi/Keuangan serta disiplin ilmu lainnya.
Di bawah ini Penjabaran Posisi dan Peran Staf Kesekretariatan
Pengawas Pemilu Tingkat
Kab/Kota sesuai aturan yang ada; Secara Umum:
a. Memberikan dukungan teknis
dan administratif dalam
pelaksanaan pengawasan
Pemilu. Secara Khusus:
a. Membantu anggota Pengawas
Pemilu yang membidangi
setiap Divisi dalam: menyusun dan menetapkan program dan kegiatan pengawasan Pemilu;
b. Menyiapkan bahan teknis
untuk kebutuhan pengawasan Pemilu
c. Mengelola data dan bahan hasil pengawasan Pemilu; dan d. Lain-lain tugas yang ditetapkan
oleh kepala sekretariat
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Dari penjabaran di atas, yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan, penggerak, dukungan dan supporting system yakni Kepala/Koordinator Sekretariat.
Maka, sangat diperlukan
kemampuan manajerial organisasi, kecakapan pengelolaan administrasi dan keuangan, harus memiliki jiwa leadership yang baik dan kapasitas
pemahaman kepemiluan yang
mumpuni. Kadang ketimpangan dari kualitas kesekretariatan dalam
mengelola dan memfasilitasi
administrasi yang kurang cakap bisa berakibat fatal terhadap proses
berjalannya tahapan
Pemilu/Pilkada. Bisa dibayangkan
dalam proses penanganan
pelanggaran maupun proses
sengketa Pemilu dukungan
administrasi dan pemahaman
subtansi kepemiluan dari
kesekretariatan yang gagap atau kurang cakap, bisa berakibat fatal pada kredibiltas Pimpinan bahkan lembaga Bawaslu itu sendiri.
Kembali pada Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2020 di mana terdapat norma yang mengatur tentang pola hubungan sekretariat dengan komisioner di lingkungan Bawaslu. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Eka Rahmawati Koordinator Divisi Organisasi
4 Bawaslu Provinsi Jawa Timur
dalam acara Sosialisasi Perbawaslu No. 1 Tahun 2020 di Hotel Arya
Sentra Surabaya dan sudah
dipublikasikan di website Bawaslu Provinsi Jawa Timur pada tanggal
29 Januari 2020. Perlu
digarisbawahi tugas dan kewajiban sekretariat untuk memberikan dukungan administrasi dan teknis, dalam Pasal 74 dijelaskan bahwa bilamana sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota tidak melakukan
tugas memberikan dukungan
administrasi dan teknis, maka Bawaslu Provinsi akan melaporkan
terhadap Bawaslu RI untuk
melakukan evaluasi kinerja. Di mana dalam evaluasi kinerja dapat dilakukan pemantauan kinerja dan klarifikasi. Untuk selanjutnya hasil evaluasi akan dituangkan dalam rapat pleno dan diserahkan kepada Sekretaris Jenderal Bawaslu. Dan dalam pasal 75 juga dijelaskan bahwa sekretariat Bawaslu di tingkat Kabupaten/Kota yang tidak mampu melakukan tugasnya sesuai dengan perundang-undangan, maka Bawaslu Kabupaten/Kota perlu melapor ke Bawaslu Provinsi untuk evaluasi kinerja.
Jadi, bilamana selama ini ada ketidak jelasan dari sekretariat yang bertanggung jawab secara fungsional kepada komisioner, maka Perbawaslu ini sudah jelas
mengatur tentang bagaimana
seharusnya pertanggungjawaban kinerja kepala sekretariat di semua tingkatan. Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2020 ini akan memperjelas bukan hanya pola hubungan antara komisioner dengan sekretariat, namun juga makna undang-undang tentang frasa “Kepala Sekretariat
bertanggung jawab secara
fungsional kepada Ketua Bawaslu.” Artinya secara subtansi jangan ada lagi Kepala Sekretariat/Koorsek misalnya yang hanya memberikan laporan keuangan secara umum besaran sekian serapan sekian, sementara POK atau RAB yang mestinya semua pegang susah sekali saat diminta.
Masih menurut Eka,
pertanggungjawaban fungsional diartikan ketua Bawaslu di
masing-masing Kabupaten/Kota
bertanggung jawab terhadap seluruh unit kerja sehingga harus tahu
seluruh persoalan kelembagaan termasuk kesekretariatan. Apa artinya jika sekretariat melapor hanya serapan semata tapi Ketua
tidak tidak diperkenankan
mengetahui masalah di sekretariat dan lainnya. Jelaslah dengan Perbawaslu Nomor 3 tahun 2020, bila memang sekretariat di-temukan impoten melaksanakan tupoksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, harus dievaluasi dengan cara melaporkan kinerja Kepala Sekretariat/Koorsek
Kabupaten/Kota ke Provinsi dan
seterusnya untuk melakukan
pembinaan bahkan pencopotan jika dari hasil evaluasi ditemukan pelanggaran baik etik, administrasi
maupun pidana. Dengan hal
tersebut, mudah-mudahan tidak ada persoalan terkait fungsi fasilitasi dari dua kamar yang berbeda ini.
Seperti kata pribahasa: karena nila setitik, rusak susu sebelanga, karena inkompatibilitas Kepala/Koordinator Sekretariat lembaga dalam manajerial SDM, tidak hanya berimbas secara horizontal dalam ruang lingkup kelembagaan Bawaslu, pun akan berpengaruh secara vertikal dalam ruang yang lebih luas yaitu
kepercayaan publik terhadap
lembaga Bawaslu itu sendiri. Kita akan diingatkan kembali pada peristiwa 24 Mei 2019 tahun lalu di mana Bawaslu didemo besar-besaran oleh masyarakat karena
kepercayaan mereka dilukai.
Terlepas dari isu yang diangkat para demonstran, kita seharusnya hadir
sebagai wakil mereka untuk
mengawasi dan menjaga jalannya Pemilu yang jujur, adil, langsung, umum, bebas, rahasia dan berkala. Tentu untuk mengabulkan prinsip Pemilu yang dianut negara kita ini lagi-lagi kita mesti sepakat pada hal yang vital yaitu Sumber Daya Manusia dalam hal ini Sumber Daya Manusia di lingkungan Bawaslu.
Perbawasalu Nomor 3
Tahun 2020 perubahan dari
perbawaslu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Tata Kerja dan Pola
Hubungan Organisasi ini
berimpilkasi juga terhadap
perubahan divisi yang ada di internal Bawaslu. Bahwa dalam struktur organisasi terutama terkait
nomenklatur divisi terdapat
perubahan penting khususnya untuk Bawaslu Kota Jakarta Selatan. Terdapat 3 divisi terdampak yaitu Divisi Pengawasan yang semula
hanya menangani persoalan
pengawasan saja, kini berubah menjadi Divisi Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga (PHL). Kedua, Divisi Hukum yang awalnya Divisi Hukum, Hubungan Antar Lembaga dan Informasi menjadi Divisi Hukum, Data dan Informasi (Hudatin). Ketiga, Divisi Organisai, Sumber Daya Manusia dan Data menjadi Divisi Organisai dan Sumber Daya Manusia (OSDM).
Perubahan divisi ini
membawa implikasi kelembagaan terkait tugas setiap divisi yang akan dijalankan. Penyesuaian dibutuhkan
karena sudah berjalan dan
perubahan berulangkali sehingga
semua divisi harus kembali
beradaptasi untuk menjalankan Perbawaslu Nomor 3 Tahun 2020 atas perubahan dari Perbawaslu Nomor 1 Tahun 2020. Hal ini tentunya sering terjadi ego sektoral divisi di mana tugas yang dijalankan di satu divisi tidak di-backup oleh divisi lain, atau sebaliknya Koordiv. yang bersangkutan tidak berkenan untuk memberi ruang saran dan
masukan. Padahal pada
substansinya tugas dan wewenang
Pengawas Pemilu di tingkat
Pimpinan bersifat kolektif kolegial, di mana semua tugas, wewenang dan kewajiban menjadi tanggung jawab setiap individu komisioner yang secara parksis harus saling melengkapi, mem-backup satu sama lain agar tidak ada beban kerja yang timpang (overworked).Pengelolaan organisasi seperti ini tentu tidak akan sehat maka dari itu perlunya sebuah kesadaran, inisisasi, kreativitas individu Pimpinan akan pentingnya tugas, tanggung jawab dan wewenng yang diamanatkan
oleh Undang-Undang bahwa
Pimpinan Bawaslu memiliki
peranan vital untuk mengelola
lembaga secara menyeluruh
berdasarkan pada kerja kolektif kolegial. Struktur jabatan ketua, anggota dan koordinator divisi hanya sebatas pembagian kerja agar memudahkan teknis pekerjaan di Lembaga Bawaslu.
Tidak menutup kemungkinan saat persoalan basis yaitu Sumber Daya
5
Manusia selesai,
persoalan-persoalan yang kelak dihadapi oleh Bawaslu secara fungsional akan lebih mudah ditangani. Ibarat suatu destinasi yang ingin dituju tapi
komponen-komponen kendaraan
dirakit dengan keliru --meski dana telah memadai,-- sudah dipastikan jalannya terseok-seok dan sungguh lucu berharap bisa sampai ke tujuan.
Selain terkesan dipaksakan,
martabat kita sebagai
penyelenggara dan amanah yang dititipkan masyarakat kepada kita, secara terang-terangan telah dizalimi. Jangan harap idealitas dari
aturan main (Undang-Undang,
Perbawaslu, Persekjen, SE
Bawaslu, SK Bawaslu) untuk menuju penguatan kelembagaan penerapan SOTK baru akan tercapai jika kepentingan Individu masih mendominasi di atas kepentingan Lembaga. Allahhummaghfir lahum warhamhum wa'aafihi wa'fu anhum..
MUCHTAR TAUFIQ
6 Genap sudah 12 tahun usia Badan
Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) dalam melakukan tugas dan fungsinya untuk mengawal proses demokrasi yang ada di negara kita. Peringatan hari ulang tahun ke 12 ini berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan adanya pandemi virus Covid-19 yang melanda seluruh wilayah yang ada di Indonesia bahkan seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, perayaan kali ini dilakukan dengan cara yang berbeda untuk mencegah penyebaran virus
Covid-19. Dengan hanya
melakukan video conference
pemotongan tumpeng Bawaslu RI moment ini juga digunakan untuk berbagi dengan masyarakat dan mengadakan bakti sosial oleh seluruh kantor Bawaslu yang ada di Indonesia dari tingkat nasional hingga tingkat kota. Dalam kegiatan HUT ke 12 Bawaslu ini, Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan juga turut melakukan pemotongan tumpeng dan doa bersama yang dihadiri oleh pimpinan Bawaslu Kota Administsai Jakarta Selatan (Muchtar Taufiq, Hj. Siti Aminah, Ardhana Ulfa Azis, Munandar Nugraha, dan Abdul Salam) serta
beberapa staf Bawaslu Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Dalam kesempatan ini, Muchtar Taufiq selaku ketua Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan menyampaikan sambutan yang di mana yang intinya bahwa selama masa pandemi yang disebabkan oleh virus covid 19 ini tidak
membuat Bawaslu untuk
kehilangkan jati dirinya untuk melakukan pengawasan terhadap
proses demokrasi yang ada. Dalam bakti sosialnyA, Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan kegiatan sosial dengan membagikan makan siang selama sepekan kepada masyarakat terkena dampak covid 19, membagikan paket sembako dan masker gratis kepada warga sekitar kantor Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan. Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan juga melakukan sosialisi kepada warga masyarakat untuk menggunakan masker apabila melakukan kegiatan rumah, jaga jarak (physical distancing), dan
hindari keluar rumah atau
berkumpul apabila tidak keperluan
mendesak untuk mencegah
penularan dan memutus rantai penularan virus Covid-19. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan
slogan HUT ke-12 Bawaslu
“Bawaslu membagun solidariatas
kebangsaan mencegah virus Covid -19”. -Dwi Rinatama-
BAWASLU JAKARTA SELATAN PERINGATI HUT KE 12 BAWASLU
DENGAN KEGIATAN BERBAGI KESESAMA
HUT K E 1 2 BA WA SL U DEN G AN K EG IATA N BE RB AGI K ES E SAM A HEADLINE NEWS
7
Virus corona (Covid-19)
merupakan virus yang sedang menyerang kesehatan seluruh dunia. Bahkan Covid-19 telah memakan banyak korban jiwa yang. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa virus tersebut merupakan pandemi global. Virus ini menyerang paru-paru yang kemudian menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Covid-19 menyebar melalui percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin), menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi, menyentuh mata,
hidung, atau mulut setelah
memegang barang yang terkena percikan air liur pengidap virus corona. Penyebaran virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Proses penyebaran sangat cepat dalam beberapa minggu dan kemudian menyebar luas di seluruh penjuru dunia.
Indonesia juga menjadi salah satu negara yang “tertular” oleh virus Covid-19. Kasus pertama yang terjadi di Tanah Air menimpa dua warga Depok, Jawa Barat. Hal ini diumumkan langsung Presiden
Joko Widodo di Istana
Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020). Sejak adanya kasus pertama yang ditemukan di Depok, penyebaran virus Covid-19 sangat cepat meluas di kota-kota yang ada di Indonesia. Hal ini menyebabkan pemerintah pusat dan daerah melakukan antisispasi cepat dengan
melakukan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB).
Pembatasan sosial di masyarakat
dilakukan sebagai bentuk
kewaspadaan terhadap virus yang mematikan ini. Semua tempat
umum seperti perkantoran,
pertokoan, mall, tempat wisata, dan tempat lainnya ditutup. Bahkan dunia pendidikan juga ditutup dan melakukan pembelajaran jarak jauh
hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan pun melakukan hal yang sama dengan menerapkan Work From Home (WFH) untuk
mencegah penularan Covid-19
sebagaimana yang telah tertuang dalam Surat Edaran Bawaslu RI Nomor:
0706/BAWASLU/SJ/KP/10.00/III/ 2020 tanggal 12 Maret 2020. Menindaklanjuti surat edaran tersebut, para pimpinan Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan pun mulai menerapkan jadwal piket setiap harinya. Untuk staf tetap
melakukan aktivitas dan
pekerjaanya di rumah, dan apabila
ke kantor tetap harus
memperhatikan protokol kesehatan yand ada. Untuk absensi bagi para pimpinan dan staf yang bekerja di
rumah menggunakan virtual
conference.
Di masa pandemi ini Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan kegiatan bakti sosial
dengan memberikan bantuan
kapada masyarakat yang
membutuhkan atau yang terkena dampak pandemi ini. Kegiatan ini
berlangsung sepekan dan
puncaknya pada saat perayaan hari ulang tahun ke 12 Bawaslu. Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam masa pandemi ini juga tetap melakukan tugas dan fungsinya sebagai pengawas, dalam hal ini dapat dilihat dengan adanaya
SKPP Daring Bawaslu yang
diadakan oleh Bawaslu RI. Antusias warga masyarakat untuk ikut serta dan berperan aktif dalam dapat dilihat dari banyak nya peserta yang mendaftar untuk ikut sebagai peserta SKPP Daring Bawaslu.
Bawaslu Kota Administrasi
Jakarta Selatan juga ikut
mensosalisasikan protokol
kesehatan dengan menyediakan hand-sanitizer di lingkungan kantor, menggunakan masker pada saat bekerja di kantor, tidak
menggunakan mesin absen
fingerprint, menyemprot
disinfektan di dalam dan luar kantor, dan kegiatan lainnya yang
dilakukan untuk mencegah
penularan Covid-19. Sosialisasi juga dilakukan dalam bentuk poster dan video yang di posting ke semua akun sosial media Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan.
-Dwi Rinatama-
BAWASLU JAKARTA SELATAN DI TENGAH COVID
8 Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) resmi meluncurkan
Sekolah Kader Pengawas
Partisipatif (SKPP) pertama melalui jaringan (daring) pada Kamis, 9 April 2020 di “markas besarnya” yang berada di Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Sebelumnya, SKPP Bawaslu ini telah dilaksanakan beberapa kali secara tatap muka yang bertujuan untuk membentuk pengawas partisipatif baik dalam pemilihan umum (pemilu) maupun pemilihan kepala daerah (pilkada).
Namun, dikarenakan
adanyapandemi Covid-19 yang
melanda wilayah Indonesia, SKPP Bawaslu dilakukan secara daring. Nantinya SKPP Daring Bawaslu ini
akan menjadi program yang
berkesinambungan untuk
membangun semangat pengawasan partisipatif oleh masyarakat. Para peserta pada SKPP Daring Bawaslu nantinya akan diberikan materi terkait dengan kepemiluan. Dalam kelas SKPP Daring Bawaslu, akan ada 11 (sebelas) topik besar yang akan disampaikan dalam bentuk teks dan audio visual. Materi yang disampaikan di antaranya mengenai hukum pemilu, pengawasan pemilu,
kerawanan pemilu hingga
pemantauan pemilu. Materi-materi tersebut ditujukan untuk menunjang para peserta SKPP Daring Bawaslu
untuk memahami bagaimana
pengawasan itu berjalan sesuai dengan aturan.
Proses pendaftaran SKPP Daring
Bawaslu dilakukan melalui
beberapa tahap, mulai dari seleksi dokumen. Dokumen administrasi meliputi ijazah dan usia minimal 17 maksimal 30 tahun. Di wilayah Jakarta Selatan calon peserta SKPP daring yang mendaftar sejumlah
253 yang terdiri dari Laki-laki 159 orang perempuan sejumlah 94
orang, kemudian yang tidak
memenuhi syarat sejumlah 13 orang, memenuhi syarat 238 orang. Bawaslu Tentu verifikasi berbagai tahap yaitu tahap verifikasi berkas, usia minimal dan usia maksimal yaitu minimal 17 tahun dan maksimal 30 tahun. Berdasarkan hasil verifikasi berkas dan usia
minimal dan maksimal, yang
dilakukan oleh Bawaslu Jakarta Selatan. Hasil Verifikasi Peserta yang lulus tersebut berhak dan akan mengikuti tahap Audio Visual pada tanggal yang telah ditentukan oleh Bawaslu RI. Peserta yang lulus
dalam Tahap Audio Visual
sejumlah 238 peserta yang terdiri
dari 144 laki-laki dan 94
perempuan. Jumlah peserta tersebut telah dinyatakan lolos melalui beberapa seleksi yang dilakukan oleh Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Para peserta yang lolos
administrasi tersebut diarahkan untuk masuk aplikasi SKPP Daring yang yang disediakan oleh Bawaslu RI, peserta selanjutnya diwajibkan login untuk mengikuti materi,
menonton video kemudian
menjawab pertanyaan dan
mengajukan pertanyaan yang
disediakan oleh para Narasumber Bawaslu. Dengan begitu Bawaslu akan memberikan nilai apabila peserta menjawab Pertanyaan yang
disediakan atau mengajukan
pertanyaan lewat Audio Visual yang disediakan oleh Bawaslu.
Jumlah peserta yang login pada aplikasi SKPP Daring Bawaslu sejumlah 94 peserta dan yang tidak login 144 peserta. peserta yang dinyatakan lulus dalam tahap audio
visual berjumlah 69. Dari 69 peserta akan di- cluster berdasarkan nilai kelulusan dengan minimal skor 244. yaitu 36 peserta lolos murni tanpa remedial sejumlah 36 dan 33 peserta lolos melalui remedial. Dari 69 peserta tersebut berhak mengikuti kelas diskusi daring pada tanggal 7 Juni 2020 sampai dengan tanggal 11 juni 2020. Peserta yang telah mengikuti Tahapan Diskusi daring
dan memperoleh nilai yang
memenuhi syarat maka akan lanjut tahapan ujian. Setelah dinyatakan lulus dalam tahapan ujian peserta
akan mendapatkan atau
memperoleh sertifikat Daring Bawaslu RI.
Namun, sebelumnya ada hal unik yang cukup membuat kami
geleng-geleng kepala. Pada saat
pendaftaran SKPP Daring Bawaslu ini dibuka, para calon peserta mengira SKPP Daring adalah lowongan kerja. Bahkan, SKPP
Daring ini masuk ke bursa
lowongan kerja di aplikasi pencari lowongan pekerjaan. Padahal, SKPP Daring ini adalah sekolah yang dibuat oleh Bawaslu untuk
membentuk kader pengawas
partisipatif yang nantinya akan
menjadi kepanjangan tangan
Bawaslu mulai pusat sampai tingkat kabupaten/kota dalam mengawasi pilkada. Setelah SKPP daring ini, maka Kader Pengawas Partisipatif bisa menjadi relawan pengawasan Atau bisa jadi penyelenggara Dan pastinya semakin banyak pihak
mengerti pengawasan, maka
semangat membumikan
pengawasan pemilu semakin mudah diwujudkan sesuai dengan harapan kita Bersama yaitu Pemilu yang jujur, adil dan transparan.
(Fathurrahman) HEADLINE NEWS
9 1. Regulasi
Bawaslu sebagai Lembaga
eksistensinya, hadir melalui regulasi disetiap pemilu, yang berbeda-beda, dan terus mengalami perbaikan yang significant, sejak
pemilu tahun 2004 pasca
amandemen UUD 1945, Pemilu dilaksanakan oleh suatu badan yang bersifat nasional tetap dan mandiri.
Dimana electoral management
body,
secara mandiri melaksanakan tugas menyelenggarakan pemilu secara regular, berkala setiap lima tahunnya
Hal menarik adalah setiap
pemilu penguatan Lembaga
pengawas Pemilu beserta tugas kewenangan dan kewajiban yang terus bertambah, pada pemilu 2009, Bawaslu bersifat tetap ditingkat Nasional melalui Undang-Undang nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, pada Pemilu 2014 Bawaslu bersifat tetap di tingkat nasional sampai dengan tingkat Provinsi melalui Undang-undang Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, dan pada Pemilu 2019 Bawasu bersifat tetap ditingkat nasional sampai dengan Kabupaten/kota melalui Undang-Undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, dengan memperkuat penambahan
kewenangan pencegahan,
pengawasan dan penindakan
dengan produk putusan dimana memutus penindakan pelanggaran administrasi serta memutus dan mengadili sengketa proses melalui
adjudikasi, demikian pula
penguatan peran masyarakat untuk mengawasi setiap tahapan pemilu, baik oleh Lembaga pemantau yang akreditasinya dilakukan oleh Bawaslu, dan oleh komponen masyarakat secara luas. Penguatan
kelembagaan Bawaslu tidak lepas dari kebutuhan akan terwujudnya integritas pemilu, keinginan untuk
mewujudkan demokrasi yang
substansial tidak hanya sekedar
menggugurkan kewajiban
prosedural serta masih maraknya potensi dugaan pelanggaran di
setiap tahapan pemilu,
mengharuskan seluruh komponen harus berbenah untuk mewujudkan pemilu yang bersih, jujur dan adil. Penyelenggara, Pemerintah, peserta pemilu/Kontestan/calon/pasangan calon, dan Pemilih/konstituen harus
bersinergi untuk mewujudkan
pemilu yang berintegritas.
Penguatan kelembagaan Bawaslu, sebagai organisasi publik yang ditopang secara regulasi ini, harus terus meningkatkan kapabilitas dan kompetensi SDM dan organisasi
dalam mengemban tugas,
wewenang dan kewajiban yang semakin bertambah di setiap pemilu. Orientasi Kelembagaan dan SDM Bawaslu sebagai organisasi
publik yang memiliki
pertanggungjawaban publik, harus memilikipelaksanaan kebijakan stra tegis yang konsisten dan secara umum mengarah pada pemberian layanan yang baik dan terwujudnya tujuan yang ditentukan, serta manfaat yang diharapkan bagi publik, sesuai dengan tupoksi dan kewenangan yang telah diberikan undang-undang. Suatu keharusan
untuk membangun kapasitas,
efisiensi, efektivitas, integritas, akuntabilitas, dan daya tanggap sektor publik untuk mencapai berbagai tujuan serta meningkatkan kualitas tata Kelola pengawasan pemilu, bukan sekadar aspek kuantitatifnya.
Tidak ada strategi tanpa eksekusi, melalui eksekusi, rencana standar, sebagai hipotesis, diuji dan ditinjau di mana diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan
dengan cara yang paling efisien (Childress, 2013). Bawaslu dalam merancang rencana strategi yang selaras dengan visi misi secara kelembagaan, harus terus berupaya mewujudkan strategi dalam upaya penguatan peran kelembagaan.
Childress (2013) memandang
strategi dan eksekusi tidak dapat
dipisahkan, berbeda, tetapi
terhubung erat, seperti dua sisi mata uang, ketika dipisahkan, mereka tidak bekerja; strategi sebagai
organisme hidup yang hanya
mengekspresikan dirinya melalui proses penyampaian. (De Flander, 2010) mendefinisikan eksekusi strategi sebagai “ semua tindakan yang diperlukan untuk mengubah strategi anda menjadi sukses.
Pada konteks organisasi
Bawaslu, perlunya strategi yang matang dan eksekusi terhadap strategi yang dijalankan oleh SDM
Bawaslu yang ditopang oleh
Komisioner dan Sekretariat dikamar
terpisah yang harus saling
bersinergi, dalam menjalankan tupoksi kelembagan, secara internal tuntutan para pengawas pemilu harus Pengawas pemilu harus
memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk menjadi pengawas pemilu yang cakap, tuntutan untuk memahami peraturan KPU sebagai basis pengawasan dalam setiap tahapan, pengetahuan pemahaman peraturan Bawaslu sebagai alat kerja dalam
mengemban tugas pencegahan,
pengawasan, penyelesaian sengketa
proses melalui mediasi dan
adjudikasi serta penindakan
terhadap setiap dugaan pelanggaran pemilu.
Keberhasilan dan daya saing
organisasi mana pun sangat
tergantung pada karyawan yang
dianggap sebagai tulang
punggungnya. Dengan demikian, Strategi MSDM telah menjadi
Bawaslu in Stratex Vital
(Memperkuat kelembagaan Bawaslu)
Sitti Rakhman, SP.,MM
10 konsep penting untuk meningkatkan
kemampuan strategis organisasi dengan memastikan ketersediaan tenaga kerja yang berkomitmen, termotivasi dan terampil. Selain itu, organisasi yang berinvestasi pada
orang-orang mereka perlu
menjamin bahwa investasi ini tidak hilang, melalui pengembangan strategi untuk mempertahankan staf cukup lama untuk mendapatkan pengembalian yang dapat diterima atas investasi mereka dalam keterampilan dan pengetahuan karyawan. Dalam konteks Bawaslu investasi negara bersumber dari APBN/APBD. Dengan demikian, kebijakan Strategi SDM dapat dianggap sebagai sumber utama untuk mencapai retensi staf di
semua lembaga, baik negeri
maupun swasta. Strategi MSDM memiliki tiga prinsip dasar:
karyawan dipandang sebagai
pemangku kepentingan utama,
fokus pada misi dan tujuan utama organisasi serta tanggapan efektif
terhadap tekanan lingkungan
(Fahim, 2018).
Organisasi publik cenderung
menjadi penguasa
terbesar. pekerjaan sektor publik dicirikan sebagai padat karya, kualitas kesejahteraan negara dan kesejahteraan bangsa tergantung
pada kinerja karyawan
publik. Namun, organisasi sektor
publik di berbagai negara
mengalami pengurangan sumber daya dan meningkatnya tuntutan untuk menunjukkan akuntabilitas
dan meningkatkan kualitas
layanan. organisasi publik sekarang dituntut untuk lebih efisein.
Adopsi Manajemen Publik Baru (NPM/New Public Management ) telah menghasilkan perubahan dramatis dalam MSDM dalam organisasi sektor publik. Struktur dan operasi pemerintah yang berubah, sejalan dengan adopsi NPM, konsep MSDM menggeser budaya “ terkendali ” menjadi “ ber basis kinerja ” Namun demikian,
periode reformasi publik
sebelumnya telah menunjukkan bahwa kinerja sektor publik tidak dapat ditingkatkan dengan hanya meniru sektor swasta. Misalnya,
karena akuntabilitasnya
untuk tujuan publik, MSDM dalam organisasi publik dihadapkan pada
beberapa kontradiksi yang harus diselesaikan dengan memberikan kesempatan secara demokratis sambil memperoleh kompetensi, yang sama sekali berbeda dari kasus institusi swasta. Pengenalan NPM telah menghasilkan pendekatan strategis untuk MSDM di sektor publik. Ide dasar Strategi MSDM adalah bahwa mengelola SDM yang tepat strategis untuk kemampuan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya.
Bukti empiris menunjukkan bahwa tidak semua praktik MSDM cocok untuk diterapkan di sektor publik, mengingat sifat layanan yang diberikan, atribut karyawan publik, dan fakta bahwa organisasi publik bertanggung jawab atas cara mereka membelanjakan dana public. Banyak organisasi sektor publik telah mengadopsi kumpulan kegiatan SDM dan peningkatan peluang, tetapi yang lebih sedikit meningkatkan motivasi (Kalleberg, Marsden, Reynolds, & Knoke, 2006); Praktik Sumber Daya yang kompatibel dengan tujuan humanistik perusahaan milik negara, yang bertujuan untuk memperkuat
karyawan ' keterampilan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Manajemen secara luas di antara lembaga-lembaga publik dan swasta tidak serupa, dan bahwa studi tentang perusahaan bisnis mungkin memiliki hasil yang berbeda. Strategi MSDM memiliki dampak positif pada motivasi karyawan dan umpan balik kinerja
secara positif mempengaruhi
kesejahteraan karyawan, yang berfungsi sebagai mediator yang signifikan dalam hubungan antara
umpan balik dan kinerja,
kesejahteraan karyawan
menyumbang 41,8 persen dari kinerja pekerjaan, agar manajer sektor publik mempertimbangkan
elemen umpan balik dan
meningkatkan kesejahteraan
karyawan untuk meningkatkan
kinerja pekerjaan (Johanim,
2019).Pada konteks organisasi
Bawaslu, Strategi MSDM
merupakan hal yang harus terus
dilakukan perbaikan dan
peningkatan ber-kelanjutan, sebagai organisasi publik yang juga bertumpu pada manajemen kinerja
bertanggungjawab kepada publik melalui kinerja SDM sebagai satu rangkaian utuh secara hirarkis,
nasional sampai tingkat
kabupaten/kota sebagai lembaga permanen dan badan adhoc di setiap tahapan pemilu/pemilihan.
2. Stratex Vital
Model MERIL-DE
meng-integrasikan "sembilan komponen stratex vital" yang
diidentifikasi dari
-kepemimpinan, perencanaan
strategis, manajemen proyek, penyelarasan, MERIL (Ukur, Evaluasi, Laporkan, Tingkatkan
dan Pelajari), dorongan,
keterlibatan, risiko, dan
manajemen pemangku
kepentingan. Analogi mobil menunjukkan integrasi ini
secara praktis. Model
konseptual harus digunakan
sebagai panduan dalam
menyesuaikan model MERIL-DE yang unik atau Mobil Stratex untuk setiap organisasi sektor publik (PSO/public sector organization), sesuai dengan konteksnya yang unik. Merancang "Stratex Car" yang dirancang khusus berdasarkan model MERIL-DE, diyakini dapat menutup celah secara signifikan. Kerangka kerja eksekusi strategi disajikan sebagai alat untuk menilai total kapasitas pelaksanaan strategi (TSEC/total strategy execution) dari PSO. model konseptual baru untuk konteks sektor publik yang unik, dengan fokus pada keberhasilan pelaksanaan strategi di sektor public (Olivier & Schwella, 2018).
Bawaslu sebagai organisasi
publik, patut melakukan
pembedahan penyusunan dan
pelaksanaan strategi dengan
menggunakan komponen vital
peranan dalam analogi mobil posisi dalam model MERIL-DE dengan deskripsi elemen sebagai berikut: a. Leadership/kepemimpinan, dalam analagi mobil sebagai driver/sopir, dengan visi dan perencanaan strategis, komponen yang paling penting, pemimpin
yang berkomitmen penuh
diperlukan untuk pelaksanaan strategi, yang memimpin dari depan
11 dan dari atas ke bawah. Pemimpin
yang dapat membawa organisasi ini dalam perjalanan sukses yang ditandai dengan tujuan, arah, sumber daya, kemajuan, dan kohesi. delapan tuas ke-pemimpinan untuk pelaksanaanstrategi:
envision/membayangkan untuk
menentukan arah tujuan organisasi; mendidik untuk memberikan kejelasan bertindak sebagai kepala; memberi energi dengan komitmen (hati); menggunakan energi melalui
perencanaan; memberdayakan
orang-orang melalui proses, dan kapasitas teknologi; terlibat melalui partisipasi; melaksanakan dengan integritas; dan memastikan melalui kontrol.
Dalam konteks organisasi
Bawaslu, kepemimpinan
dibutuhkan secara hirarkis oleh
ketua dan anggota selaku
komisioner atau pimpinan dalam organisasi, kepala sekretariat yang membawahi staf sebagai supporting system, memastikan seluruh elemen kepemimpinana dapat diperankan agar peran eksternal sesuai dengan tupoksi dapat dijalankan oleh komisioner secara menyeluruh
dimasing-masing tingkatan
Bawaslu sesuai dengan tupoksi dan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
b. Strategic
planning/perencanaan
strategis, dalam analagi mobil adalah sebagai road map/peta
jalan; dibuat melalui
kepemimpinan,
mempertimbangkan arah
politik. Rencana strategis yang baik jelas meletakkan dasar untuk pelaksanaan strategi yang baik, termasuk mengalir ke kartu penilaian unit dan perjanjian kinerja. Rencana strategis yang buruk akan menyebabkan eksekusi yang buruk. Karakteristik rencana strategis yang baik meliputi:
fokus; keseimbangan;
integrasi; dipahami dan
diterima; SMART/specific, measurable, achievable, relevant & timebound; akuntabilitas yang jelas dan tunggal untuk mencapai tujuan; dan inisiatif terperinci dengan uraian inisiatif, tanggung
jawab, jadwal, dan perkiraan biaya yang jelas.
Dalam konteks organisasi Bawaslu perencanaan strategis yang setiap tahunnya dirumuskan bagi pelaksanaan tujuan, patut terus
ditingkatkan, agar dapat
dirumuskan secara maksimal
meminimalkan revisi dan dapat dilaksanakan agar secara spesifik terukur dan meningkatkan kinerja individu, unit dan organisasi. c. Project
management/manajemen proyek dalam analagi mobil adalah
sebagai wheels/roda.
Laksanakan dalam mekanisme. "rencana dan laksanakan" terkait dengan perencanaan strategis. Strategi dijalankan melalui
proyek. Manajemen proyek
adalah penerapan pengetahuan, keterampilan, peralatan, dan teknik untuk kegiatan proyek untuk memenuhi persyaratan proyek dan tujuan strategis; bersama dengan perencanaan strategis, manajemen proyek
membentuk mekanisme
"merencanakan dan
melaksanakan". Lima kelompok proses dan sepuluh bidang
pengetahuan (PMI, 2013):
proyek dimulai, direncanakan, dilaksanakan, dipantau dan dikendalikan, dan akhirnya ditutup; termasuk sepuluh bidang pengetahuan yang ruang lingkup, waktu, biaya dan kualitas, sumber daya manusia, komunikasi, risiko, pengadaan,
dan manajemen pemangku
kepentingan; semuanya
digabungkan melalui
manajemen integrasi yang
melaluinya rencana proyek dikembangkan, dijalankan, dan dikendalikan.
Dalam konteks organisasi
Bawaslu perancangan program dan
pelaksanaannya merupakan
manajemen proyek yang harus terus ditingkatkan, agar pelaksanaan
kegiatan terukur dalam
pelaksanaan, dampak dan manfaat
dari pelaksanaan setiap
programnya, demikian pula hal-hal
yang dilaksanakan secara
rutin/reguler ditentukan target maksimal agar tidak meleset dari
time line serta seyogyanya
mencapai target kinerja pencapaian 100 persen.
Alignment/keselarasan peranan dalam analagi mobil adalah sebagai chassis and body/sasis dan bodi. Alignment diposisikan di bagian biru, mewakili konteks organisasi. Strategi hanya dapat berhasil jika organisasi diselaraskan di sekitar
strategi dan sumber daya
dialokasikan dengan tepat; sumber daya organisasi yang mendukung dan selaras harus ditempatkan, termasuk struktur organisasi, orang, budaya, proses, teknologi, dan pendanaan. Struktur: dalam hal
koordinasi, komunikasi, dan
pengambilan keputusan; orang: staf dan keterampilan (internal atau outsourcing) harus tersedia dan dialokasikan untuk melaksanakan strategi; budaya: menggambarkan hubungan antara identitas/hati, pemikiran, sikap, perilaku dan hasil - menghubungkan budaya dengan hasil strategis; proses: diselaraskan
dengan strategi, misalnya,
manajemen kinerja dan proses manajemen proyek; teknologi: dapat menjadi penguat yang kuat untuk pelaksanaan strategi. Namun, jika tidak diselaraskan dengan baik, itu juga bisa menjadi hambatan. misalnya, mendukung manajemen
kinerja; penting untuk
menghubungkan teknologi dengan proses dan orang, sesuai dengan urutan PPT (people, processes and technology); pendanaan: sistem penganggaran dan pendanaan yang selaras; tanpa dana yang cukup pada waktu yang tepat, strategi tidak dapat diimplementasikan; inisiatif harus secara jelas diprioritaskan dan dialokasikan untuk tahun keuangan tertentu.
Dalam konteks organisasi
Bawaslu keselarasan menjadi
sangat penting, SDM, proses, teknologi dan keuangan, strukur, mengokohkan budaya dilingkungan
Bawaslu, menciptakan budaya
positif bagi organisasi Bawaslu Kabupaten/Kota yang baru berumur
satu tahun, menyelarasakan
keseluruhan strategi dan
pelaksanaannya agar dapat
memperkuat Bawaslu secara
internal dan memperkuat eksistensi dan kinerja kelembagaan secara eksternal
d. MERIL (Measure, Evaluate,
Report, Improve And
12 dalam analogi mobil sebagai
dashboard/dasbor; diskusi; setir mobil dimana membentuk lima gigi MERIL di tengah model; roda gigi ini saling terkait dalam urutan secara umum. Diperlukan siklus manajemen kinerja reguler
yang dilembagakan untuk
menawarkan kemampuan "rasa dan respons" yang saling melengkapi. Lima komponen utama berikut dari sistem atau siklus manajemen kinerja, yaitu,
MERIL (mengukur,
mengevaluasi, melaporkan,
meningkatkan, dan belajar). Measure/ukur: lensa di mana orang "melihat" atau "merasakan" apa yang terjadi dengan organisasi
mereka dan lingkungannya,
menciptakan dasar bagi manajemen yang efektif; pengukuran kinerja dilakukan secara internal (untuk tujuan dan inisiatif) serta eksternal
(untuk menentukan risiko
lingkungan, pengaruh pemangku kepentingan dan praktik terbaik dengan kompetisi).
Evaluate/mengevaluasi:
mengikuti pengukuran dan
memasukkan analisis, sintesis, dan interpretasi data kinerja untuk menghasilkan informasi, yaitu
menafsirkan dan memahami
informasi untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat dan untuk memutuskan respon terbaik; sebagian besar dilakukan melalui dialog dan memanfaatkan laporan teknologi pendukung:
Report/melaporkan:
dokumentasi dan komunikasi
kinerja berbasis bukti saat dianalisis, disintesis, dan ditafsirkan serta keputusan yang diambil dan rincian tindakan yang harus diambil; memberikan jejak audit atas hasil kinerja, keputusan, tindakan peningkatan, dan hasil; sumber belajar yang berharga; biasanya berdasarkan pada rencana manajemen komunikasi; pelaporan pada tingkat perusahaan, unit, atau
individu untuk pemangku
kepentingan internal dan eksternal. Improve/meningkatkan: fokus
pelaksanaan strategi dan
manajemen kinerja dalam
menanggapi masalah dan peluang yang diidentifikasi dan dievaluasi; tindakan perbaikan dapat berupa
salah satu atau lebih dari berbagai
intervensi pengembangan
organisasi dan dapat ditargetkan
untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, unit, dan/atau individu;
perubahan bisa bertahap,
inkremental, atau transformasional. Learn/belajar: peningkatan dan pembelajaran berjalan bersama, membuat organisasi sistem rasional
adaptif yang belajar dari
pengalaman, dari memahami
kinerja (keberhasilan dan
kegagalan) dan hubungannya
dengan perilaku, sikap, pemikiran, dan dialog, dengan dukungan sistem manajemen pengetahuan
Dalam konteks organisasi
Bawaslu manajemen kinerja
dibutuhkan dan perlu ditingkatkan dalam upaya proses pembelanjaran dalam organisasi sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan, diukur, dievalusi, dilaporkan, ditingkatkan dan terus belajar, hal ini berguna bagi peningkatana kinerja individu, tim dan organisasi secara luas. e. Drive/berkendara dalam
analogi mobil sebagai engine and fuel/mesin dan bahan bakar, di pusat model, sebagai motivasi terletak di pusat seseorang, mewakili kekuatan pendorong di belakang model, energi yang membuat semua roda gigi bergerak dan roda bergerak maju ke arah yang ditentukan oleh kepemimpinan dalam rencana strategis.
Pengaruh pribadi/internal, sosial, dan struktural (termasuk
imbalan moneter) yang
memotivasi/memperkuat perilaku yang benar dan memperbaiki perilaku yang salah (dengan fokus
pada kelompok dan bukan
individu); sistem imbalan tidak hanya merespons dengan baik kinerja yang baik, tetapi juga mengambil tindakan untuk kinerja yang buruk.
Dorongan berasal dari enam elemen atau pendorong PAAMAA (Purpose, Action plan, Autonomy - authority – accountability, Mastery, Acknowledgment, Achievement) sebagai berikut: Purpose/tujuan: memiliki pemahaman yang jelas tentang strategi, prioritasnya, dan tujuan dan ingin mencapai tujuan sebagai hal yang berharga. Dengan
mencapainya akan mendapat
manfaat secara pribadi.
Action plan/rencana tindakan: langkah-langkah tindakan dan rencana tindakan jelas, tahu apa yang harus dilakukan setiap hari untuk mencapai tujuan strategis. Memiliki rencana tindakan/rencana proyek yang terperinci yang
memungkinkan melakukan
pekerjaan dengan baik.
Autonomy - authority – accountability/otonomi - otoritas - akuntabilitas: puas dengan tingkat
otonomi dan otoritas serta
akuntabilitas terkait, dan seimbang. merasa cukup memiliki kebebasan untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang diyakini adalah cara
terbaik, yaitu bagaimana
melakukannya, kapan
melakukannya, dan dimana
melakukannya.
Acknowledgment/penguasaan: secara teratur menguasai atau mempelajari keterampilan baru di tempat kerja dan benar-benar tumbuh sebagai pribadi.
Achievement/engakuan:
menerima pengakuan, dan
penghargaan reguler atas kontribusi serta merasa diterima di organisasi.
Dalam konteks organisasi
Bawaslu, berkendara harus dimiliki oleh seluruh komponen dalam organisasi, menjadikan sebagai tempat nyaman, bersilaturahami dengan baik dan saling memberikan kontribusi, berbahagia dalam menjalankan tugas, berkesempatan untuk mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan bagi
pegembangan diri dan organisasi. f. Engage/keterlibatan dalam
analogi mobil sebagai gears engaging, with lubricants/gigi penarik, dengan pelumas. Di tengah-tengah model MERIL-DE di sekitar "drive", melibatkan semua komponen atau roda vital di sekitarnya.
Terlibat adalah salah satu dari delapan tuas kepemimpinan dan fungsi kepemimpinan penting; eksekusi strategi yang sukses tidak
mungkin dilakukan tanpa
melibatkan pemangku kepentingan, terutama karyawan dan anggota tim proyek; tanpa menggunakan "roda gigi", tidak mungkin ada gerakan apa pun. Roda gigi membutuhkan
13 pelumasan (oli) untuk terus
bergerak dalam waktu lama; cara terbaik untuk melibatkan pemangku kepentingan adalah melalui dialog.
Dialog adalah inti budaya dan unit kerja dasar; bagaimana orang berbicara satu sama lain sangat
menentukan seberapa baik
organisasi akan berfungsi; jenis komunikasi khusus dalam suatu
organisasi, berdasarkan
kepercayaan, rasa hormat, kerja tim, keterbukaan, ketulusan, kesediaan untuk berbagi dan belajar, dan akuntabilitas; namun membutuhkan waktu, upaya, dan komitmen.
Dalam konteks organisasi
Bawaslu keterlibatan perlu
ditingkatkan, berkomunikasi
dengan baik, memupuk
kepercayaan, rasa hormat, soliditas
tim, sharing knowledge,
keterbukaan, ketulusan, komitmen,
professional dalam bekerja,
menunjukkan integritas dalam mengemban tugas, menguatkan mentalitas untuk siap bekerja dalam situasi/kondisi yang mendesak dan menekan secara internal maupun eksternal organisasi.
g. Risk management/manajemen risiko dalam analogi mobil
sebagai 4x4
ability/kemampuan 4x4: sifat jalan sektor publik lebih
banyak hambatan dan
ketidakpastian, membutuhkan ground clearance/perizinan yang lebih tinggi, bumper dan airbag khusus, kecepatan lebih lambat, dan pemberhentian yang lebih teratur untuk inspeksi. Sebagian besar di luar organisasi, tetapi juga ketidakpastian internal terkait dengan "ukuran" untuk mengintegrasikan manajemen risiko dengan siklus MERIL. Penyebab risiko dapat berupa siklus atau perubahan politik, perubahan ekonomi atau sosial, pengaruh pemangku kepentingan, atau bahkan internal organisasi, seperti sumber daya yang tidak memadai dan strategi yang tidak
selaras dengan keseluruhan
organisasi. Karena kompleks,
dinamis, dan ketidakpastian
konteks sektor publik, sistem
manajemen risiko formal
diperlukan untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespons risiko secara berkala. Dalam manajemen risiko, upaya dilakukan untuk membuat pelaksanaan strategi lebih "antipeluru" untuk mencegah kegagalan dan memaksimalkan peluang untuk berhasil.
Manajemen risiko bertujuan
untuk mencegah atau
meminimalkan serangan, gangguan, penggelinciran, atau gangguan pada perjalanan pelaksanaan strategi.
Rencana manajemen risiko:
manajemen risiko mencakup
identifikasi risiko, analisis risiko
kualitatif dan kuantitatif,
perencanaan respons risiko, dan pengendalian risiko. Respons terhadap risiko negatif dapat dengan
menghindari / mencegah,
memitigasi, mentransfer, atau menerima risiko. Kemungkinan respons terhadap risiko positif adalah dengan mengeksploitasi,
meningkatkan, berbagi, atau
menerima risiko.
Dalam konteks organisasi Bawaslu, manajemen resiko harus terus ditingkatkan, terutama tantangan akan redsign kelembagaan fungsi pengawasan/pencegahan dan fungsi adjudikasi, yang sekarang masih menjadi bagian dari tugas fungsi dan kewenangan Bawaslu, dimana secara kelembagaan sangat kuat yaitu memainkan peran dari hulu ke hilir. Tantangan kelembagaan yang juga harus dijawab oleh penguatan SDM agar dalam menjalankan tugas
senantiasa tidak
menyalahgunakan/melampaui kewenangan yang dimiliki. h. Stakeholder
management/manajemen
pemangku kepentingan dalam analogi mobil orang yang memiliki kepentingan dalam mobil dan perjalanan termasuk
masyarakat/warga (yang
sebenarnya memiliki mobil), sponsor, pelanggan, dan mitra. Stakeholder eksternal dan internal; secara langsung meng-hubungkan dengan "laporan"
untuk mengintegrasikan
-manajemen pemangku
kepentingan dan kolaborasi dengan siklus MERIL, dengan pengaruh dua arah antara
manajemen pemangku
kepentingan dan pelaporan.
i. Sektor publik lebih terbuka, lebih terlihat, dan lebih dipengaruhi oleh para pemangkukepentingan,
seperti publik, pelanggan,
kelompok kepentingan khusus, politisi, badan pengawas atau pengatur, mitra, dan karyawan. Manajemen pemangku kepentingan mencakup pengelolaan pengaruh dari dan ke pemangku kepentingan. Aspek penting adalah kolaborasi sektor swasta, seringkali melalui
manajemen pengadaan/kontrak.
Manajemen pemangku kepentingan dilakukan sesuai dengan rencana
manajemen komunikasi dalam
"laporan," tetapi membawanya
lebih jauh dalam manajemen
hubungan yang proaktif dan reaktif menuju keberhasilan pelaksanaan strategi dari rencana manajemen pemangku kepentingan dan rencana manajemen komunikasi.
Dalam konteks organisasi Bawaslu, manajemen pemangku kepentingan harus terus ditingkatkan, penguatan
pengawasan partisipatif
masyarakat, agar masyarakat secara luas dapat secara penuh aktif
melakukan pengawasan dalam
setiap tahapan pemilu untuk memberikan koreksi dan masukan guna perbaikan pemilu/pemilihan demi tegaknya prinsip keadilan dan kejujuran, termasuk didalamnya
memastikan bahwa pemangku
kepentingan dapat memberikan masukan perbaikan bagi kinerja Bawaslu yang lebih baik dalam mengemban tugas cegah awasi dan
tindak dalam setiap
pemilu/pemilihan.
Daftar Pustaka
Childress, J. R. (2013). FASTBREAK: The CEO’s
guide to strategy execution. Principia Associates.
De Flander, J. (2010). Strategy Execution Heroes.
Brussels, Belgium: The Performance Factory.
Fahim, M. G. A. (2018). Strategic human resource management and public employee retention. Review of
Economics and Political Science.
Johanim, J. (2019). Job characteristics, employee well-being, and job performance of public sector employees in Malaysia. International Journal of
Public Sector Management, 32(1), 102–119. https://doi.org/10.1108/IJPSM-09-2017-0257 Kalleberg, A. L., Marsden, P. V, Reynolds, J., & Knoke, D. (2006). Beyond profit? Sectoral differences in high-performance work practices. Work and
Occupations, 33(3), 271–302.
Olivier, A. J., & Schwella, E. (2018). Closing the strategy execution gap in the public sector.
International Journal of Public Leadership, 14(1), 6–
32.
PMI, A. (2013). guide to the project management body of knowledge (PMBOK guide). In Project
14 Pada 9 April 2020 lalu
genap 12 tahun usia Badan Pengawas Pemilu di negeri ini. Apa itu Bawaslu? Sejak kapan negeri ini
memiliki pengawas pemilu?
Bagaimana Bawaslu mengawal
proses pemilu? Apa kaitannya
dengan upaya pencapaian
demokrasi substantif? Pertanyaan-pertanyaan ini akan coba kita elaborasi dalam tulisan ini.
Tahukan anda? Istilah pengawas pemilu mulai dikenal dinegeri sejak pemilu 1982 dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980. UU ini dilatarbelakangi
adanya “kecuri-gaan” tentang
kecurangan-kecurangan pemilu
oleh pemerintah orde baru. Poin penting dari UU ini adalah, masuknya unsur partai politik dalam
struktur Panitia Pemilihan
Indonesia (PPI - KPU pada masa itu) dan adanya unsur Panitia
Pengawas Pelaksanaan Pemilu
(Panwaslak Pemilu). Sebelumnya, PPI hanya diisi oleh unsur pemerintah secara berjenjang.
Strukturnya, Panwaslak Pemilu Pusat, Panwaslak Pemilu Daerah Tingkat I, Panwaslak Pemilu Daerah Tingkat II dan Panwaslak \
Pemilu Kecamatan, berturut-turut sesuai dengan tingkatannya terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua merangkap Anggota yang dijabat oleh pejabat Pemerintah serta beberapa orang Anggota dari unsur Pemerintah, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, Golkar dan ABRI. UU ini berlaku hingga pemilu 1997 yang menghasilkan terpilih kembali Soeharto sebagai Presiden hingga 1998 terjadi gerakan reformasi dan diselenggarakan pemilu 1999.
Transformasi Bawaslu di Era Reformasi
Pertama, Pemilu 1999 berdasarkan pada UU No. 3 1999 tentang Pemilu. UU ini me-rombak struktur penyelenggara pemilu yang hampir 17 tahun berjalan, yaitu sejak tahun 1982. Dengan semangat reformasi yang luar biasa, terjadi trasformasi yang tidak kalah penting pada lembaga pengawas pemilu. Dibentuk Panitia Pengawas di
Tingkat Pusat, Propinsi,
Kabupaten/Kota, dan Tingkat
Kecamatan. Keanggotaan Panitia Pengawas Tingkat Pusat, Tingkat I, dan Tingkat II, terdiri dari Hakim, Unsur Perguruan Tinggi, dan Unsur
Masyarakat. Sedangkan
Keanggotaan Panitia Pengawas Tingkat Kecamatan terdiri dari unsur Perguruan Tinggi dan unsur
masyarakat. Dimana susunan
Panitia Pengawas ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung untuk Tingkat Pusat, Ketua Pengadilan Tinggi untuk Tingkat I, Ketua Pengadilan Negeri untuk Tingkat II dan Tingkat Kecamatan.
Hal lain dari transformasi penyelenggara pemilu di 1999 adalah penguatan Panwaslu yang
melibatkan unsur peradilan
(lembaga yudikatif – MA, PT, PN), unsur perguruan tinggi dan unsur masyarakat yang diproyeksikan
dapat memberikan hasil
pengawasan yang optimal dalam mendorong proses demokratisasi tanpa adanya kecurangan.
Kedua, Pemilu 2004. Pemilu ini menjadi pemilu pertama yang memilih presiden secara langsung, konsekuensi dari amandemen UUD 1945. Pemilu 2004 berdasarkan pada UU NO 12 tahun 2003 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD dan UU NO 23
tahun 2003 Tentang Pemilu
Presiden Dan Wakil Presiden. Lalu
bagaimana perkembangan