Prof. H. SUGENG JUWONO MARDIHUSODO dr, DAP&E, MSc(TropMed).
E-mail: sugengjuwono2009@gmail.com 2014
parasit-inang (parasitisme), faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan dampak yang timbul terhadap kedua pihak organisme itu.
• Ada hewan parasitik (zooparasit) - termasuk ZOOLOGI
• Ada tumbuhan parasitik (fitoparasit) – termasuk BOTANI
PARASITOLOGI KHUSUS yang terkait dengan (1) Manusia:
Parasitologi Kedokteran Dasar Parasitologi Klinik
Parasitologi Kesehatan Masyarakat Parasitologi Keperawatan (2) Hewan:
Parasitologi Veteriner
Parasitologi Kedokteran Dasar merupakan bidang studi biomedis – menyangkut agen hayati (parasit) dan interaksinya dengan manusia inangnya yang kemudian menimbulkan masalah kedokteran (medis) dan kesehatan umum.
PARASITOLOGI
KESEHATAN MASYARAKAT
Parasitologi Kesehatan Masyarakat (PKM)
adalah ilmu yang mempelajari tentang zooparasit, agen penyebab penyakit pada manusia yang kemudian menjadi masalah kesehatan masyarakat baik pada skala lokal, nasional ataupun global.
Tujuan studi PKM adalah untuk aplikasinya pada
pencegahan maupun pengendalian-eliminasi penyakit parasitik di tingkat masyarakat dalam skala lokal, nasional atau global.
Ruang Lingkup studi PKM
Komponen Epidemiologis:• Agen -> Parasit – sebagai penyebab penyakit • Inang – manusia yang mengandung parasit bersama
komunitasnya yang menderita penyakit karena parasit dengan permasalahan kesehatan. Manusia bisa berlaku sumber penularan atau carrier agen penyakit. • Lingkungan – yang mempengaruhi baik agen (parasit),
kelompok manusia sehingga parasit bisa menular atau tertularkan di wilayah pemukiman dan menjadi endemis ataupun epidemis.
Ruang Lingkup studi PKM
MELIPUTI STUDI TENTANG (Pada komunitas manusia)
• ZOOPARASIT: Protozoa, Helminths dan Arthropoda, dengan
INANGnya manusia
• PARASITISME: hubungan interaktif antara zooparasit dan manusia
inangnya
• PARASITIASIS (INFEKSI dengan parasit pada manusia) • PARASITOSIS (PENYAKIT karena infeksi dengan parasit pada
manusia)
MELIPUTI JUGA ZOONOSIS:
penyakit parasitik pada hewan yang dapat ditularkan kepada komunitas manusia atau sebaliknya.
• ENDOPARASIT – obligat, permanen, fakultatif
• EKTOPARASIT – obligat, permanen • HELMINTHOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT Materi:
HELMINTHES penyebab parasitiasis dan parasitosis pada manusia
--Nematoda, Trematoda, Cestoda
• ENTOMOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT Materi:
(1)Arthropopda penyebab parasitiasis dan parasitosis
(2) Artrhropoda vektor penyakit pada manusia (3) Arthropoda berguna untuk kesehatan dan
kedokteran
PARASITOLOGI UMUM
Taksonomi dan Klasifikasi
• Taksonomi– pengetahuan tentang klasifikasi. Tujuan: menetapkan hubungan antara satu grup organisme dan yang lain
• Carolus Linnaeus (abad XVIII), dokter dan ahli Botani dari Swedia sbg Bp. Taksonomi, menciptakan
Nomenklatur Binomial – benda hidup (termasuk parasit) diberi dua nama: genus dan spesies
• Aturan diatas dikukuhkan dalam “The International Code of Zoological Numenclature”
• Nama genus dimulai dengan huruf kapital, spesies dg huruf kecil, keduanya dicetak miring (italik). Contoh: Entamoeba histolytica
(boleh disingkat: E. histolytica)
KLASIFIKASI
Hirarki penulisan sistem klasifikasi (The International Code of
Zoological Numenclature): Kingdom Filum Klas Ordo Famili Genus Spesies
Sistem Klasifikasi 5 Kingdom:
• MONERA (prokaryota,
uniselular)
• PROTISTA (eukaryota,
uniselular)
• FUNGI (eukaryota, uni- atau –
multiselular)
• PLANTAE (eukaryota,
multiselular)
• ANIMALIA (eukaryota,
multiselular)
Contoh Penulisan Hirarki Klasifikasi
dalam Protozoologi
Kingdom Protista
Filum Protozoa
Klas Rhizopoda
Famili Entamoebidae
Genus Entamoeba
Spesies Entamoeba histolytica
Schaudinn, 1903
hidupnya pada permukaan atau di dalam tubuh organisme satunya yang berlaku sebagai INANG
• KOMENSALISME: Kehidupan bersama dari dua spesies organisme, organisme yang satu menumpang (KOMENSAL) dan tidak
menggangu kelangsungan hidup pada INANG-nya
• PARASIT OBLIGAT: parasit yang mutlak bergantung kpd inangnya
• PARASIT FAKULTATIF: parasit yg hidup bebas tetapi juga dpt sbg parasit
• PARASIT AKSIDENTAL: parasit yang menyerang inang yang bukan biasanya
• PARASIT ABERAN: parasit yg yang masuk dan migrasi dlm tubuh inangnya pd suatu tempat, tetapi kemudian tidak bisa lanjut atau brkembang
• PARASIT PERMANEN: sejak awal masuknya tetap hidup sbg parasit sampai akhir hidupnya • PARASIT TEMPORERr: parasit yang sebentar
saja menghampiri inangnya untuk mendptkan makanannya lalu pergi lagi
• HIPERPARASIT: parasit yang di dalam tubuhnya juga ada parasit lain
PENGGOLONGAN INANG
• DEFINITIF: ditumpangi parasit yg reproduksinya secara seksual
• ANTARA: ditumpangi parasit stadium muda, atau dlm stadium perkembangan
• RESERVOIR: hewan terinfeksi yg juga menjadi sumber infeksi untuk inang lainnya
• PARATENIK: inang untuk parasit yg migrasi sesuai jalannya tetapi kemudian terhenti tidak bisa berkembang dan migrasi menuju ke habitatnya dalam inang tsb
• ALAMI: inang yg secara alami
diinfeksi dg spesies parasit tertentu
• AKSIDENTAL: inang yang biasanya
(alami) tidak terinfeksi dg parasit tsb
• PENGGANTI (Surrogate Host): inang
yang bukan biasanya digunakan
dalam laboratorium yang terbukti juga
cocok untuk parasit tertentu.
PARASITIASIS
• INFEKSI DENGAN PARASIT: mulaimenumpangnya – masuk ke dalam (ENDOPARASIT) atau menempel
(EKTOPARASIT) tubuh inangnya dan tetap hidup dan bereproduksi untuk seluruh atau sebagian waktu daur hidupnya.
• MASA INKUBASI BIOLOGIS (MIB): lamanya waktu dari saat awal infeksi s/d pertama kali dapat ditemukan parasit hidup dengan pemeriksaan diagnostik langsung. MIB ini sering sulit ditentukan.
ada tanpa menimbulkan keluhan dan gejala
penyakit
(3) INFEKSI ABORTIF - infeksi yang
hilang sendiri tanpa pengobatan, karena
tearatasi oleh imunitas alami inangnya)
Kebanyakan Arthropoda
- Mikroparasit, misal Tungau Scabies.
- Makroparasit, misal Pediculus, Caplak.
ENDOPARASIT
Protozoa - mikroparasit Helminth - makroparasit
EKTOPARASIT
Contoh: Pediculus humanus (kiri),
Caplak (kanan)
PARASITOSIS
• Penyakit sebagai lanjutan dari parasitiasis• Ada tanda-tanda klinis yang subyektif (keluhan) dan
obyektif (gejala klinis); mungkin ada sindrom, mungkin gejala klinisnya khas sewaktu akut kemudian tidak khas lagi setelah kronis.
• Masa inkubasi klinis: lamanya waktu dari awal infeksi sampai awal gejala klinis yang diagnostik
• Mungkin dengan komplikasi-komplikasi berat • Dengan akhir --- sembuh spontan, laten, kronis,
sembuh dengan squelae / kecacatan, memberat lalu meninggal
PATOGENISITAS PARASIT
PATOGENISITAS: hal kemampuan menimbulkan kondisi patologis (sakit)
EFEK faktor-faktor langsung (fisik dan kimia): • Trauma, misalnya oleh cacing kait, cacing
gelang, cacing pita besar;
• Nekrosis litik misalnya oleh E. histolytica; • Inflamasi misalnya oleh cacing Trichinella, dan
Leishmania;
• Toksin misalnya oleh E. histolytica, dan • Alergi misalnya karena visceral larva migrans
reaksi imunologis pada inangnya.
• Antigen endogen parasit ada dalam tubuh
inangnya sewaktu endoparasit mati
(analog dengan endotoksin)
perkembangan.
• Dosis, cara kerja, jalan yg ditempuh, dan
keberadaan dan presentasi antigen
menentukan tipe respon imun.
PENULARAN
PENYAKIT PARASITIK
• Penularan secara HORIZONTAL ---
1) alami, antar dua individu manusia
secara
a) langsung – hubungan seksual, kissing;
b) tidak langsung – lewat media hidup
(serangga vektor) atau benda mati (air,
tanah, udara, dll)
2) aksidental – lewat suntikan, transfusi
darah
• Penularan secara VERTIKAL – antar
individu (induk, ibu) kepada individu lain
(janin) sewaktu dalam kandungan ---
disebut TRANSPLASENTAL atau
KONGENITAL
FAKTOR-FAKTOR YG TERKAIT
IMUNITAS INANG THD INFEKSI
Pertahanan tubuh bisa
1. Non-spesifik: thd sembarang agen penyakit (first line defance
mechanism)
2. Spesifik: thd agen penyakit tertentu (second line defence
mechanism)
3. Inflamasi: radang – terkait dengan rekasi pertahanan tubuh non-spesifik dan non-spesifik dan berlaku sbg mediator antara keduanya
4. Dlm lingkungan (kondisi lingkungan) normal, ada
keseimbangan antara inang dan parasit
5. Kecenderungan parasit menekan imunitas inangnya
(imunosupresif), jika kalah inangnya akansakit.
6. Interaksi inang-parasit bersifat dinamis.
PENYAKIT-PENYAKIT PARASITIK YANG MENJADI PENYAKIT TROPIS UTAMA
MENURUT WHO • MALARIA • SCHISTOSOMIASIS • FILARIASIS LIMFATIK • ONCHOCERCIASIS • TRIPANOSOMIASIS AFRIKA
• TRIPANOSOMIASIS AMERIKA (Chagas’
disease)
RAJIN DAN TEKUN BELAJAR
SETIAP HARI SECARA RUTIN
TANPA LELAH
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
Kuliah Minggu-1 PARASITOLOGI 1b. PROTOZOA: Protozoa Usus
Prof. H. Sugeng Juwono Mardihusodo dr, DAP&E, MSc (Trop.Med.)
2014
PROTOZOOLOGI
PROTOZOOLOGI: - ilmu tentang Protozoa dengan segala aspeknya, sebagai cabang studi Zoologi (Biologi). PROTOZOOLOGI MEDIS (Medical Parasitology) - studi
tentang protozoa parasitik penyebab penyakit pada manusia yang jadi masalah kedokteran klinis. PROTOZOOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT – studi
tentang Protozoa yang agen parasitik pada manusia dan menjadi masalah kesehatan pada masyarakat untuk menjadi dasar pengetahuan rasional dalam pencegahan dan pemberantasannya.
PROTOZOA
PROTOZOA (Protos = sederhana, zoon (binatang) – adalah biota bersel tunggal (uniselular), bernukleus nyata dan berdinding (eukaryota). Protozoa termasuk Kingdom PROTISTA dan Filum
PROTOZOA.
Protozoa -- > 65.000 spesies, tersebar luas diberbagai ekosistem. Sebagian besar hidup bebas di alam; sekitar 10.000 spesies, hidup sebagai komensal, atau parasitik pada tumbuhan, binatang atau manusia.
PROTOZOA
(Protista: unicellular, eukaryote)
Struktur Protozoa
Terdiri atas sitoplasma dan inti (nukleus). Sitoplasma terdiri atas:(a) Ektoplasma-- jernih, transparan (b) Endoplasma – granular dengan berbagai
granula makanan (glikogen, lemak, protein, bakteria, pigmen, dsb.); di dalamnya juga ada mitokondria, vakuola makan dan vakuola ekskretori.
Inti terapung di dalam endoplasma, terdiri dari (a) nukleoplasma dan
(b) karyosoma (nukleolus).
Protozoa: organella lokomosi
pada beberapa klas
Rhizopoda Ciliophora Zoomastigophorea
Protozoa
Komensal atau Parasit Pada Manusia
• Protozoa di dalam tubuh manusia:
(a) Sebagai komensal – di saluran makanan (mulut, colon)
(b) Sebagai endoparasit yang obligat dan permanen, ada yang
-intraselular, di alam sel-sel (misal Plasmodium), atau
-ekstraselular, di luar sel-sel jaringan (misal
Trypanosoma)
• Mereka bisa hidup di dalam usus kecil, usus besar, atrial (vagina/urethra), sel darah merah, plasma darah, jaringan retikulo endotelial (RET) dalam berbagai jenis organ.
Klasifikasi Protozoa
Pada Manusia
Berdasarkan atas perbedaan bentuk, ukuran, cara reproduksi, tipe organela lokomosi, Filum Protozoa pada manusia dibagi menjadi 4 klas dengan organela lokomosi dan cara reproduksi sbb:
1. Rhizopoda: pseudopodia, cara reproduksi belah biner. 2. Ciliophora: Silia, reproduksi belah biner dan
konyugasi.
3. Zoomastigophorea: flagella, reproduksi belah biner 4. Telosporea: tanpa alat gerak, reproduksi secara
aseksual (skizogoni dan sprogoni), dan seksual (singami).
Protozoa pada Manusia
Menurut habitat (lokasi) infeksi dasarnya,
Mereka ada yang di dalam organ-organ:
1. Usus kecil (intestinum tenue)
2. Usus besar (colon)
3. Urogenital
4. Serebral
-
Protozoa Usus
Pada Manusia
Protozoa usus (PU) berhabitat di dalam usus kecil, atau usus besar, baik di dalam lumennya, melekat ke permukaan mukosa, atau di dalam dinding mukosa sebagai komensal, parasit
oportunistik atau patogen.
PU berbeda-beda dalam stadium, morfologi, ukuran, struktur morfologis, daur hidup, sifat patogenisitas, dan cara penularannya dari manusia ke manusia.
Bentuk atau stadium PU
1. Trofozoit – bentuk vegetatif, gerak aktif, makan,metabolisme aktif, rentan terhadap lingkungan luar, mengalami reproduksi belah biner (klas-klas Rhizopoda, Ciliophora, Zoomastigophorea), atau cara lain: konyugasi (Klas Ciliophora), singami, skizogoni dan sporogoni (Klas Telosporea).
2. Sista – bentuk stasioner, tidak makan, metabolisme melambat, resisten terhadap lingkungan luar, tidak bereproduksi (pada beberapa spesies pada bentuk sista masih mengalami pembelahan inti, misal pada
Macam-macam spesies PU
Berdasarkan klasifikasinya, PU yang meliputi:
1. Klas Rhizopoda:
1) Entamoeba histolytica (parasit patogenik, ada bentuk trofozoit dan sista)
2) Entamoeba coli (non-patogenik, komensal, ada bentuk trofozoit dan sista)
3) Endolimax nana (non-patogenik, komensal,
ada bentuk trofozoit dan sista).
4) Iodamoeba buetschlii (non-patogenik, komensal,
ada bentuk trofozoit dan sista)
5) Dientamoeba fragilis (semi-patogenik, hanya ada
bentuk trofozoit).
2. Klas Ciliophora:
Ada satu spesies saja: Balantidium coli
(parasit patogenik, ada bentuk trofozoit dan sista)
3. Klas Zoomastigophorea:
1) Giardia lamblia (parasit patogenik, ada bentuk trofozoit dan sista)
2) Trichomonas hominis (komensal, hanya ada bentuk trofozoit), dan masih ada beberapa lagi komensal yang tidak penting.
4. Klas Telosporea: Cryptosporidium sp.
Sebaran PU dalam Usus
1. PU patogenik:
a) Di dalam usus kecil: G. lamblia
Cryptosporidium* (semipatogenik) b) Di dalam usus besar:
Entamoeba histolytica Balantidium coli
Dientamoeba fragilis* (semipatogenik) 2. PU komensal:
a) Di dalam usus kecil:
Trichomnas hominis, Embadomonas, dll. b) Di dalam usus besar:
Entamoeba dispar, E. hartmanni, Entamoeba coli, Endolimax nana, Iodamoeba buetshlii
Arti Penting PU sebagai Penimbul
Masalah Kesehatan Pada Manusia
1. PU dengan sebaran luas di daerah tropis dan subtropis, penimbul penyakit akut, bisa jadi berat dengan komplikasi berat yang bisa fatal:
Entamoeba histolytica, penyebab amoebiasis
(disenteri, abses hati, abses otak).
2. PU dengan sebaran luas di daerah tropis dan subtropis, penyebab penyakit akut yang lalu jadi kronis, menimbulkan gangguan gizi dan tumbuh kembang pada anak: Giardia lamblia penyebab Giardiasis.
3. PU dengan sebaran luas, penyebab diare persisten: Cryptosporidium, penyebab kriptosporidiasis.
4. PU penyebab penyakit kronis yang melemahkan fisik jangka panjang – merugikan secara sosial-ekonomi: PU penyebab diare kronis
(E. histolytica, G. lamblia, Cryptosporidium). 5. PU penyebab penyakit diare saat daya tahan
tubuh manusia inang sangat rendah (misalnya pada penderita HIV/AIDS): Cryptosporidium penyebab kriptosporidiasis)
Amoeba: Entamoeba histolytica
Ektoplasma denganpseudopodium
Endoplasma granular dengan eritrosit (bentuk histolitika) Trofozoit bentuk minuta Sista masak (infektif)
Entamoeba histolytica:
penyebab Amoebiasis
PU ini mempunyai sebaran kosmopolitan di daerah tropis dan subtropis.
E. histolytica memiliki dua stadium (bentuk):
a) Trofozoit patogenik (bentuk histolitika) – ukuran rata-rata 15-30 mm; amoeba bergerak cepat dengan pseudopodium, ektoplasma jernih, endoplasma sedikit granular, mengandung eritrosit, berinti satu: bulat, butir-butir kromatin tersusun teratur di tepi dalam membran inti, karyosoma sentris.
b)
Sista (kista) – terbentuk dari dari – 1. stadium presista berinti 1-2 buah yangkemudian
2. sista masak (infektif) berinti 4; menjadi bulat, lebih kecil daripada trofozoit, ukuran rata-rata 12-15 mm;
Dalam sitoplasma presista ada benda kromatoid bentuk batang cerutu yang menghilang pada sista masak; ada vakuola glikogen kecil.
Daur hidup E. histolytica
Sista masak tertelan lewat mulut eksistasi di lambung usus kecil usus besar (habitatnya). Di dinding usus membentuk
koloni dengan perbanyakan belah biner. Terbentuk sista (ensistasi)
dalam lumen usus leluar bersama tinja mencemari sayuran, makanan, terbawa lalat rumah (musca domestica). Trofozoit bisa menyebar arah ekstraintestinal -> abses hati, abses otak, dsb.
Simptomatologi Amoebiasis
1. Asimptomatik (85-95%)
2. Simptomatik (5-15%)
a. Amoebiasis intestinal:
Subakut-kronik
Masa inkubasi 1-2 minggu
Disenteri amoebika
Appendisitis amoebika
Colitis amoebika
b. Amoebiasis ekstraintestinal:
Hepatitis amoebika
Amoebic liver abscess (ALA)
Amoebiasis paru
Abses otak (Cerebral abscess)
Amoebiasis kulit
b. Amoebiasis
ekstraintestinal
Amoebic liver abscess Amoebiasis cutis
Patologi
Trofozoit bentuk histolitika bersifat hematofagous, memiliki amoebapore mengeluarkan enzim protease dan bahan toksin yang melisiskan sel-sel epitel usus, dan enzim hialuronidase yang merenggangkan jaringan.
Membentuk koloni dengan cepat pada individu yang non-imun.
Terjadi inflamasi, ulserasi bentuk botol,
perdarahan, keluarnya mukosa ke lumen usus. Kondisi kronis, berdampak terjadinya amoeboma
di mukosa colon.
E. histolytica membentuk koloni dan menyebabkan
ulkus di dinding mukosa usus besar disenteri amoebika
Komplikasi terjadi ke arah:
1) Organ-organ vital spt hepar, paru, otak -- karena trofozoit bisa terbawa darah (hematogen),
2) atau karena perforasi usus -> Usus jebol. Amoeba masuk ke ruang tubuh peritoneum kulit perut -> ulkus pada kulit (amoebiasis cutis).
Penderita asimptomatik, atau simptomatik: akut sub akut kronis.
Keluhan: sakit kepala, dingin, nafsu makan kurang, mual.
Faktor-faktor risiko yang
memberatkan amoebiasis
• Stress
• Malnutrisi
• Lansia
• Ibu hamil
• Anak-anak
• Malignansi
• Pengobatan kortikosteroid jangka panjang
Diagnosis
Diagnosis klinis:
Riwayat ada demam kronis, disenteri dengan tinja berdarah dan berlendir, sakit kepala, anoreksia Diagnosis laboratoris:
Untuk penyakit akut:
-Pemeriksaan tinja yang masih segar (<4 jam) ) untuk deteksi trofozoit E. histolytica secara mikroskopis. Perlu 3 kali dalam waktu 3 hari berturut-turut.
.
Untuk penyakit kronis:
Mikroskopis, ditemukan sedikit trofozoit
dengan lebih banyak yang perlu
differential diagnosis dengan amoeba
usus yang komensal (non-patogenik)
seperti E. dispar, E. hartmanni,
Entamoeba coli, Endolimax nana, dan
Iodamoeba buetschlii.
Diagnosis lanjutan
(untuk keperluan riset epidemiologis)
• Untuk amoebiasis ekstraintestinal
- Periksa darah atau cairan tubuh untuk
a) Deteksi antigen (Antigen rapid test)
b) Deteksi antibodi (cara ELISA)
- Periksa aspirat dari abses hati, abses
paru, dsb
Sista bermacam-macam Amoeba usus
Sista muda E. histolytica
Sista masak E. histolytica
Sista muda E. coli
Sista masak E. coli
Sista masak Iodamoeba
buetschlii
Sista Endolimax nana
Struktur inti amoeba usus untuk differential diagnosis (DD), jika sediaan tinja dicat dengan lar. Lugol,
atau Trichrome 1. Entamoeba histolytica 2. Entamoeba coli 3. Endolimax nana 4. Iodamoeba buetschlii 5. Dientamoeba fragilis
Pengobatan
• Amoebiasis intestinal:
R/ Metronidazol
R/ Tinidazol
R/ Tetracycline
• Amoebiasis ekstraintestinal:
Aspirasi abses
R/ Metronidazol
R/ Antibiotik
Sebaran geografis
• Amoebiasis tersebar luas di wilayah tropis dansubtropis tetapi terabaikan (neglected disease) sebagai masalah kesehatan yang semestinya juga diatasi.
• Prevalensi dan insidensinya berkorelasi dengan kondisi penduduk yang miskin, kurang gizi, pemukiman padat, lingkungan kumuh, tidak ada fasilitas MCK, sanitasi di bawah standar, banyak tumpukan sampah organik dengan banyak lalat, kecoa, dsb.
Amoebiasis dan penyakit tropis lainnya tersebar luas di negara-negara ASEAN
Giardia lamblia
(Mastigophora: Protozoa)
G. lamblia tersebar luas di dunia tropis dan
subtropis, kebanyakan menginfeksi
anak-anak.
Punya dua bentuk: trofozoit, dan sista
Habitat dalam usus kecil: duodenum, ileum,
mungkin juga di ductus pancreaticus,
ductus choledochus.
Bentuk infektif: sista
Giardia lamblia
(Trofozoit, dari sisi ventral) ukuran panjang 10-20 mikrometer, lebar 6-15 mikrometer
Flagella anterior Nukleus Aksostil Parabasal body Flagella ventral Flagella posterior
Giardia lamblia:
Trofozoit, dan Sista (ukuran 8-14x6-10 mm)
Daur hidup G. lamblia: Manusia sebagai inang satu-satunya
Infeksi per oral dengan tertelannya sista. Eksistasi di lambung,
trofozoit melekat pada mukosa usus kecil.
Terjadi pembelahan biner.
Sista terbentuk keluar bersama tinja
Patologi
Penyebab Giardiasis:Klinis:
a) Asimptomatik, atau
b) Simptomatik dengan gejala klinis akut: diare dengan tinja berlendir. Jika kronis diare dengan tinja berlemak (steatorea), defisiensi vit. A berat badan turun.
Keluhan-keluhan: sakit kepala, dingin, nafsu makan kurang, kramp perut, mual/muntah.
Diagnosis
Klinis: gejala diare dengan steatorea, terutama pada anak-anak.
Laboratorium: pemeriksaan tinja secara langsung atau tak langsung; pada fase akut ditemukan trofozoit, pada fase kronis (asimptomatik) ditemukan sistanya.
Balantidium coli
Ada bentuk trofozoit dan sista dengan
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus besar bentuk ginjal, mikronukleus kecil aad dilekukan makronukleus.
Trofozoit besar dengan silia di sekujur dindingnya, ada sitostoma sitofaring mengarah ke sitoplasma (fungsi seperti mulut), dan sitopige sebagai lubang eksretori (fungsi seperti anus). Dalam sitoplasma ada vakuola makanan dan
vakuola kontraktil.
Balantidum coli:
Ciliata, dengan makronukleus dan mikronukleus. Merupakan protozoa usus terbesar pada manusia
Trofozoit Sista Ukuran: 42-60, 80-120 mm Ukuran 50-75 mm
Daur hidup
Penularan per oral -- karena menelan sista B. coli dalam tinja (asal manusia, atau babi) yang mencemari jari tangan, minuman/makanan. Eksistasi dalam lambung trofozoit usus kecil
usus besar (coecum).
Trofozoit berkoloni di dinding coecum ulserasi tak begitu dalam, terjadi pembelahan biner. Dalam lumen trozozoit menjadi sista keluar bersama tinja ke inang manusia, atau babi (sebagai inang reservoir).
Patologi
Penyebab Balantidiasis Dengan gejala disenteri akut dengan tinja ada sedikit darah dan lendir. Terjadi kramp perut, mual/muntah. Tidak menimbulkan
ulserasi dalam sampai menjebolkan usus seperti pada amoebiasis berat.
Diagnosis
Gejala klinis: diare dengan lendir darah,
mungkin ada demam.
Laboratoris: pemeriksaan tinja penderita,
sediaan tinja secara langsung dicat
dengan lugol, positif trofozoit, atau
pemeriksaan rutin tinja ditemukan sista
(pada penderita kronis, atau
asimptomatik).
Protozoa Usus lain yang oportunistik: Cryptosporidium (Telosporea), penyebab diare persisten, pada penderita imunodefisien
Anak panah: Cryptosporidium positif dalam sediaan tinja yang dicat dengan metode Ziehl-Nielsen
Penanggulangan
PU dan penyakitnya ditanggulangi dengan:
1) Pencegahan penularannya dengan
gerakan sanitasi lingkungan, promotif
mempraktekkan PHBS, penggunaan
MCK, kebiasaan cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, atau pulang dari
kebun, sungai, dsb.
2) Pengelolaan sampah organik supaya
bebas dari lalat rumah.
3) Penderita diobati sampai sembuh (klinis
dan lab.)
4) Juru-juru masak di restoran juga selalu
menjaga kebersihan tempat masak,
bahan makanan yang dimasak juga
dicuci bersih, dimasak dengan
temperatur > 70 derajat.
5) Gizi harus baik, supaya daya tahan tubuh
cukup kuat.
6) Pengelolaan sampah organik dan
melakukan sanitasi lingkungan intensif.
PERTOLONGAN
1. Bergantung kepada macam penyakit (diagnosis), berat ringannya penyakit, dengan komplikasi atau tidak. 2. Untuk pasien rawat inap:
a) Dengan dehidrasi berat – berikan infus sesuai protokol / petunjuk dokter
b) Berikan obat sesuai resep dokter dan pastikan obat dapat diminum / disuntikkan
c) Pantau keadaan umum, catat pada catatan rekam medis – laporkan setiap hari atau secara periodik kepada dokternya.
d) Ambil sampel darah, urine dan tinja untuk pemeriksaan rutin lab. untuk tujuan diagnostik, atau check up (sesuai petunjuk dokter).
PROTOZOOLOGI II
Protozoa Darah
Protozoa Darah dan Jaringan
Protozoa Atrial
SUGENG JUWONO MARDIHUSODO
Prof. dr, DAP&E, MSc (Trop Med)
PROTOZOA DARAH; PROTOZOA DARAH DAN JARINGAN
Protozoa darah meliputi
A. Sporozoa darah:
Plasmodium sp., penyebab Malaria
intrasel hati (hepatosit) dan, atau eritrosit Protozoa darah dan jaringan meliputi B. Flagellata darah:
1. Trypanosoma sp., penyebab tripanosomiasis,
dalam plasma darah
2. Leishmania sp. penyebab leishmaniasis, intraseluler dalam banyak macam jaringan.
Plasmodium
Parasit ini termasuk Kelas Sporozoa, Ordo
Coccidea, Famili Plasmodiidae.
Plasmodium yang menginfeksi manusia dan
menimbulkan gejala klinis Malaria ada 4
spesies: P. falciparum,
P. vivax,
P. malariae dan
P. ovale.
Plasmodium sp. disebut juga parasit malaria. P. falciparum penyebab malaria falsiparum atau m.
tertiana maligna.
P. vivax penyebab malaria vivaks atau m. tertiana
benigna
P. malariae penyebab malaria malariae atau
m.kuartana
P. ovale penyebab malaria ovale atau m. tertiana
ovale.
MORFOLOGI DAN HABITAT DALAM
TUBUH MANUSIA INANG (1)
1. Stadium eritrositik:a. Trofozoit muda – bentuk cincin, asal dari merozoit pecahan skizon dalam eritrosit, atau kriptozoit asal skizon dalam hepatosit. b. Trofozoit tua – asal dari trofozoit muda,
c. Skizon muda – asal dari trofozoit tua, telah ada pembelahan inti tapi belum diikuti pembelahan sitoplasma.
d. Skizon tua – asal dari skizon muda, di dalamnya ada sejumlah merozoit.
e. Gametosit jantan dan betina – bentuk seksual, tidak ada pembelahan inti seperti pada skizon.
Eritrosit yang terinfeksi tidak membesar (P. falciparum, P.
malariae), atau membesar bulat (P. vivax), atau membesar oval
( P. ovale).
Semua stadia eritrositik Plasmodium falciparum
trofozoit muda bentuk accole skizon muda skizon tua makrogametosit mikrogametosit
oleh nyamuk Anopheles. Daur hidupnya diteliti oleh Dr. Ronald Ross, pencetus ‘Hari Nyamuk’ tgl.
20 Agustus 1897
Plasmodium vivax
Eritrosit terinfeksi dua trofozoit, tampak mulai membesar.
Skizon tua dengan merozoit. Terlihat titik-titik Schuffner.
Kiri: mikrogametosit Kanan: makrogametosit
Perkembangan P vivax dalam eritrosit
Semua stadia eritrositik P. malariae
Semua stadia eritrositik P. ovale
MORFOLOGI DAN HABITAT
DALAM TUBUH MANUSIA INANG (2)
1. Stadium hepatositik (dalam sel hati), atau ekstra-eritrositik:
a. Trofozoit – bentuk cincin, amuboid, asal dari sporozoit yang diinokulasikan nyamuk vektor.
b. Skizon (muda -> tua) – bentuk bulat, telah ada pembelahan inti yang nantinya diikuti pembelahan sitoplasmanya;
c. Kriptozoit – bentuk seperti bulan sabit, asal dari skizon tua yang pecah.
DAUR HIDUP
Manusia (inang perantara) terinfeksi
sporozoit lewat gigitan nyamuk vektor
(Anopheles) stadium hepatositik
stadium eritrositik.
Daur hidup Plasmodium
MORFOLOGI DAN HABITAT DALAM TUBUH NYAMUK VEKTOR INANG DEFINITIF Dalam rongga lambung nyamuk:
1. Makrogametosit (betina) yang menjadi makrogamet.
2. Mikrogametosit (jantan) yang menjadi 8 buah mikrogamet.
3. Zygot -- hasil pembuahan makrogamet oleh salah satu
mikrogamet.
4. Ookinet – asal dari zygot, yang aktif lalu masuk menyelinap di antara sel-sel epithel lambung.
Dalam dinding lambung nyamuk:
5. Oosista – terbentuk dari ookinet, terletak di bawah lamina basalis dan epithel.
6. Sporosista – terbentuk dari oosista, dimana di dalamnya terbentuk ribuan sporosista.
MALARIA
Dari kata ‘mal’ artinya jelek, ‘-aria’ artinya udara, dinamakan demikian oleh Sir Horace Walpole (1740)
Disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina dari spesies-speises
tertentu.
Diketahui berkat jasa Dr. Ronald Ross sebagai founder dari ‘Mosquito Day’, Hari Nyamuk, tgl. 20 Agustus. (Dr. Ronald Ross menemukan oosista Plasmodium falciparum dalam lambung nyamuk Anopheles pada infeksi percobaan di India tgl. 20 Agustus 1897).
Malaria mempunyai sebaran luas di dunia.
Perhatikan peta berikut
GEJALA KLINIS MALARIA
(serangan primer)
Gejala klasik:
1. Hot stage –> 2-3 jam 2. Cold stage –> 2-3 jam 3. Sweating stage 2-4 jam
Keluhan-keluhan awal mirip dengan gejala sakit Flu: 1. sakit kepala
2. rasa lesu 3. mual 4. muntah
Pola demam khas malaria: malaria tertiana maligna (malaria falsiparum, malaria tertiana benigna (malaria
vivax), dan malaria kuartana (malaria malariae)
Masa inkubasi intrinsik
dan ekstrinsik
• Masa inkubasi intrinsik (dalam tubuh
manusia): Masa dari mulainya infeksi
sampai timbulnya gejala:
14-21 hari atau lebih dalam hitungan
bulan.
Masa inkubasi ekstrinsik (dalam tubuh
nyamuk vektor): 8-12 hari atau lebih.
Gejala malaria kronik
dengan serangan sekunder, tersier dst.
1. Splenomegali
– jelas sekali pada anak
umur 2-9 tahun.
2. Anemia
3. Gejala demam yang polanya agak beda
dari yang klasik (tidak begitu spesifik):
demam (badan panas, menggigil,
berkeringat) dengan sakit kepala, agak
mual, pinggang pegel, dsb.
CARA PENULARAN
1. Alami HORIZONTAL lewat gigitan nyamuk
vektor, vektor memasukkan sporozoit (penularan secara horizontal).
2. Alami vertikal secra kongenital –dari ibu hamil penderita malaria ke janin dalam kandungan.
3. Aksidental lewat transfusi darah lengkap,
atau lewat jarum suntik yang digunakan bergantian (antar pengguna narkoba).
4. Cara sengaja untuk terapi paralisis atau
kelumpuhan saraf.
KOMPLIKASI MALARIA
Malaria yang mula2 akut menjadi kronis.
Parasit malaria yang terbawa darah bisa
sampai ke otak malaria serebral (Pf)
yang bisa fatal.
Parasit malaria juga menyerang ginjal
dan tinggal di sana dalam waktu lama
nefrosis (Pm).
Gangguan ginjal yang berat juga terjadi
karena infeksi berat dgn Pf. gagal ginjal
fatal.
Disenteri bisa terjadi karena infeksi Pf
diare dehidrasi fatal.
Gangguan paru / pernafasan juga bisa
karena Pf sesak nafas fatal.
DIAGNOSIS
Periksa darah tepi ujung jari, cuping telinga dan darah vena.
Juga darah umbilikus (tali pusat) pada bayi, atau dari placenta untuk kemungkinan penularan secara kongenital.
Dibuat sediaan darah (SD) tebal dan tipis pada gelas benda, lalu dipulas dengan cat Giemsa. Juga secara imunologis dengan ELISA, IHA, atau
yang lain.
TERAPI
• Terapi dengan obat antimalaria:
a) Klorokuin ditujukan terhadap skizon
b) Primakuin ditujukan terhadap hipnozoit
dalam sel hati,
c) Sulfadoksin+ pirimetamin (Fansidar)
ditujukan terhadap skizon.
d) Dosisiklin ditujukan terhadap trofozoit.
• `
• Perawatan:
Rawat inap untuk kasus berat: shock, anemia berat, gagal ginjal, dehidrasi berat, malaria serebral dengan kejang-kejang, bayi dengan malaria kongenital.
Rawat jalan untuk kasus ringan, kronis dan tanpa komplikasi.
Cek kemungkinan parasit sudah resisten terhadap obat antimalaria dengan bantuan ahli parasitologi.
Perawatan
PENCEGAHAN/
PEMBERANTASAN
1.ELIMINASI PARASIT – dengan terapi obat
kimia (klorokina, pirimetamin+sulfadoksin,
ACT).
2. Reduksi populasi vektor dengan aplikasi
insektisida pembunuh nyamuk dewasa
(imagosida) spt: DDT, chlorpyrifos, dll
atau dengan ikan pemakan larva: kepala
timah (Panchax panchax), dll.
2. MENCEGAH KONTAK DENGAN
VEKTOR – penggunaan kelambu
(bednet), obat nyamuk bakar, dll.
atau penggunaan bahan repelen –
dietiltoluamid, bahan yg dioleskan atau
disemprotkan pada kulit untuk
menghindari gigitan nyamuk
TRYPANOSOMA
Penyebab Trypanosomiasis Pada manusia ada:1. Trypanosoma rhodesiense penyebab
Trypanosomiasis rhodesiense (East African Sleeping Sickness) vektornya lalat tse tse (Glossina sp.)
2. Trypanosoma gambiense penyebab
Trypanosomiasis gambiense (West African sleeping sickness), vektornya lalat tse tse (Glossina sp)
Trypanosoma Afrika
3. Trypanosoma cruzi penyebab
Trypanosomiasis cruzi (Chagas
disease), vektornya Triatoma sp dan
Rhodnius sp (Insecta: Hemiptera).
Ketiganya tidak terdapat di Indonesia
T. gambiense dan T. rhodesiense
Bentuk bervariasi.
Pada manusia dan reservoir ada 3 bentuk:
1. Tripomastigote yang langsing panjang 28 mm . Inti lonjong agak ke posterior, pinggir sitoplasma ada memberana undulans yang ke anterior berakhir memanjang sebagai sehelai flagellum. 2. Bentuk tripanosoma
metasiklik, lebih pendek, tanpa membrana undulans; 3. Bentuk amastigote, agak
membulat, 15 mm
Trypanosoma gambiense dan
T. rhodesiense
Kedua spesies berada dalam plasma darah, bisa sampai ke otak mempengaruhi sentrum tidur dan saraf pusat penderita terganggu ingatannya dan merasa mengantuk yang sulit bangun.
T. gambiense: diagram (kiri),
pada sediaan darah (kanan)
Macam-macam Stadia perkembangan
Trypanosoma Afrika
a. Promastigote b. Mastigote c. Tripanosoma metasiklik d. Trypomastigote e-h Amastigote (leishmanian)African trypanosomiasis
Distribusi geografis Trypanosomiasis Afrika
Daur hidup Trypanosoma di Afrika
Trypanosoma cruzi
penyebab penyakit Chagas
Tersebar di Amerika Latin dan Amerika TengahDaur hidup T. cruzi
LEISHMANIA
Leishmania adalah protozoa, termasuk Klas Flagellata, yang berhabitat dalam darah dan juga jaringan. Bentuk leishmanian (amastigote) berada intraselular. Bentuk promastigote berada dalam plasma darah.
Macam-macam Leishmania
Leishmania yang menginfeksi manusia:
1. L. tropica dan L. mexicana – penyebab
Cutaneous leishmaniasis
2. L. braziliensis complex – penyebab
Mucocutaneous leishmaniasis
3. L. donovani -- penyebab Leishmaniasis
donovani atau Kala Azar.
L. Tropica (promastigote) dalam
plasma darah
Daur hidup Leishmania
Biologi Leishmania
Phlebotomus (lalat pasir)
vektor Leishmania
Cutaneous leishmaniasis
Disebabkan oleh L. tropica dan L. mexicana. Leishmania ini berukuran 1-3 mm, ditularkan oleh
lalat Phlebotomus (lalat pasir). Parasit
di Eropa, Afrika dan Amerika
Melibat organ-organ visceral menyebabkan penyakit Kala Azar
Kasus Kala Azar dan Penularannya
PROTOZOA JARINGAN:
Toxoplasma gondii, penyebab Toksoplasmosis
T. gondii terdapat intraselular di dalam sel-sel retikuloendotelial termasuk makrofag. Menginfeksi 200 spesies burung,
reptilia dan mammalia. Sepertiga penduduk dunia terinfeksi
dengan prevalensi 1-80%. Penting karena menyebabkan kelainan pada foetus, dan masalah kesehatan tambahan pada penderita AIDS. T. gondii menjadi penyebab infeksi oportunistik. TACHIZOIT Perbanyakan diri dengan
endodyogeni (internal budding)
T. gondii: takhizoit (kiri) dengan pembelahan cepat, dan bradyzoit dalam pseudosista
(kanan) dengan pembelahan lambat.
Bentuk-bentuk T. gondii
1. Bentuk trofozoit:
a. Tachizoit – trofozoit yang bergerak cepat, cepat memperbanyak diri, dan cepat menyerang dan masuk sel-sel jaringan; ini terjadi pada fase akut.
b. Bradyzoit – trofozoit bergerak lamban dan lamban memperbanyak diri di dalam sel inangnya;
2. Bentuk pseudosista – ini terbentuk oleh bradyzoit yang membentuk koloni di dalam sel jaringan (makrofag, sel otot skelet, otot jantung, dsb).
Daur hidup T. gondii
Inang definitif adalah kucing: habitatnya di epitelusus. T. gondii mengalami daur aseksual (gametogoni, skizogoni, trofozoit)) dan daur seksual (sporogoni). Oosista keluar bersama tinja, infektif bagi manusia dan inang antara lain. Kucing terinfeksi karena makan daging
mammalia (tikus, daging kambing, dll), dan unggas.
Inang antara T. gondii adalah manusia, mammalia dan unggas.
Oosista Toxoplasma gondii
pada tinja kucing yan terinfeksi
Manusia terinfeksi karena menelan oosista asal kucing, atau daging kambing atau lainnya setengah matang (sate) yang mengandung pseudosista.
Dalam tubuh manusia T. gondii ada dalam bentuk aseksual: takhizoit, bradyzoit dan pseudosista dalam jaringan otot skelet, jantung dan otak. Dalam tubuh kucing yang memakan daging
terinfeksi juga terjadi bentuk takizoit, bradyzoit dan psudosista.
Daur hidup T. gondii
T. gondii penyebab
Toxoplamosis
Sumber infeksi adalah kucing.
Orang terinfeksi dengan cara:
1. Menelan oosista yang ada dalam tinja kucing. 2. Makan daging unggas,
mammalia, reptilia yang mengandung pseudosista. 3. Lewat plasenta (pada janin). 4. Transfusi darah (jarang). 5. Transplantasi organ Infeksi terjadi secara didapat
(acquired), atau kongenital (in utero, transplasental).
Keluhan dan Gejala Klinis
Umumnya penderita infeksi tanpa keluhan dangejala.
Gejala akut bagi penderita yang sangat rendah imunitasnya: demam dengan sedikit skin rash (disseminated toxoplasmosis).
Gejala lain meliputi: toksoplasmosis kongenital dengan hidrosefalus, dan mikrosefali; infeksi maternal waktu hamil, dan toksoplasmosis okular (chorioretinitis) pada remaja yang bisa menyebabkan kebutaan.
Adanya toksoplasmosis kongenital dengan
gejala:
hidrosefalus,
mikrosefali, dan adanya
chorioretinitis pada remaja yang bisa
menyebabkan kebutaan.
Chorioretinitis karena T. gondii
DIAGNOSIS
Dari gejala klinis yang ada, dengan riwayat
sering bermain dengan kucing dan tanah.
Hasil pemeriksaan ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay) serum darah
positif antigen dan titer antibodi yang
tinggi, misalnya dengan metode
Toxo-ISAGA, atau metode imunodiagnostik
lainnya.
TERAPI DAN PERAWATAN
Terapi obat antara lain dengan antibiotikasetilspiramisin (resep dokter). Penderita infeksi kongenital (bayi dengan
hidrosefalus) sebaiknya mondok di RS untuk mendapatkan terapi bedah neurologis. Rawat inap juga perlu untuk penderita
disseminated toxoplasmosis.
Untuk Chorioretinitis yang berat mungkin perlu rawat inap.
Pencegahan Toksoplasmosis
Hati hati dengan kucing – jaga sanitasi lingkungan dan jangan makan daging unggas, daging kambing, dll setengah matang atau mentah
PROTOZOA ATRIAL:
Trichomonas vaginalis
Ruang Atrial adalah bagian tubuh yang membuka ke arah luar seperti mulut, hidung, vagina atau uretra
Protozoa atrial yang penting (patogenik) adalah
Trichomonas vaginalis.
Manusia merupakan satu-satunya inang parasit ini.
Parasit ini pada wanita menyebabkan trikomoniasis vagina, sedangkan pada pria menyebabkan prostatitis.
T. vaginalis
T. vaginalis termasuk Flagellata.
Tv hanya mempunyai bentuk trofozoit.
Ukuran 7-25 mm.
Mempunyai 4 flagel anterior, dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi membran undulans. Membran ini pendek, sempit, tidak melewati lebar badannya. Membran ini diperkuat oleh kosta yang halus. Intinya lonjong.
Benda-benda volutin tersebar sepanjang kosta dan aksostil.
Trofozoit T. vaginalis
berhabitat di vagina
T. vaginalis juga menginfeksi pria,
umumnya di prostat
Penularan
Penularan umumnya terjadi secara
langsung yaitu lewat hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung juga
dilaporkan antar individu dalam rumah
yang banyak penghuninya, yaitu lewat
tempat dudukan toilet, dan lap mandi
(handuk).
Gejala Klinis
T v dalam jumlah cukup banyak yang masuk
dan berada dalam vagina akan cepat
bertambah banyak jika pH, flora bakteri
(Doderlein) cukup banyak, dan kondisi
fisiologis vagina sesuai.
T v menyebabkan radang (itis) pada mukosa
vagina, sehingga timbul discharge yang
banyak mengandung lekosit, parasit dan
sel-sel epitel vaginae yang lepas.
Pada stadium akut, sekret vagina mengalir
keluar cukup frekuen sehingga timbul
gejala keputihan (leukorea) atau fluor
albus.
Pada stadium kronis, gejala keputihan
berkurang, kadang mereda sendiri.
Pada pemeriksaan in speculo, tampak
kelainan berupa vaginitis; dinding vagina
dan porsio uteri tampak meradang, merah,
cairan vagina encer atau sedikit kental
pada infeksi campur bakteri, berwarna
putih kekuningan atau putih kelabu dan
berbusa, agak berbau. Banyaknya fluor
albus tergantung berat ringannya infeksi
dan stadium penyakit.
Keluhan tambahan berupa gatal-gatal
sekitar vagina dan vulva (pruritus
vaginae et vulvae), kadang dengan
disuria (rasa pedih waktu kencing).
Infeksi kadang menjalar ke uretra dan
menyebabkan uretritis.
Kadang infeksi terjadi tanpa gejala
(asimtomatik).
Pada pria, infeksi umumnya tanpa
gejala, atau dapat bergejala seperti
uretritis, prostatitis dan
prostato-vesikulitis.
Diagnosis
Diagnosis klinis berdasarkan keluhan
dan gejala keputihan dengan vaginal
discharge yang khas,
dibedakan dari candidiasis vaginae
(cairan vagina putih susu dan
lengket).
Pemeriksaan lab. secara langsung
ditemukan Tv pada sekret vagina, sekret
uretra, sekret prostat dan mungkin dalam
urin.
Kalau perlu dilakukan kultur dari sampel
sekret vagina yang mungkin mengandung
Tv.
Terapi dan Perawatan
Dilakukan pembersihan vagina dengan
bahan antiseptik dan cairan steril.
Pengobatan dilakukan per oral atau in
vaginam dengan metronidazol atau yang
lain.
Pasangan prianya juga diobati dan
mendapatkan perhatian perawatannya
untuk mencegah penularan satu sama
lain.
PENCEGAHAN
1. Jaga kesucian alat kelamin
2. Kalau sakit – obati sampai sembuh total
3. Tidak hubungan kelamin dulu sewaktu
sakit dan selama dalam pengobatan dan
belum sembuh.
Fardhiasih Dwi Astuti,SKM.,MSc.
Helmintologi
1. Nemathelminthes (cacing gilik) (nema=benang/bulat) -Nematoda
2. Platyhelminthes (cacing pipih) - Trematoda (cacing daun) - Cestoda (cacing pita)
Nematoda
Cacing yang bentuknya bulat Bilateral simetris
Mempunyai saluran cerna Jantan dan betina terpisah
Ukuran jantan lebih kecil dari betina Panjang bervariasi
Nematoda usus
1. Ascaris lumbricoides 2. Trichuris trichiura 3. Enterobius vermicularis 4. Ancylostoma duodenale 5. Necator americans 6. Strongyloides stercoralisAscaris lumbricoides
cacing usus,cacing perut, cacing gelang
Morfologi: Cacing Dewasa :
Bentuknya silindris, anterior meruncing Ukuran betina 20 -35 cm : jantan 15 -31 cm Mempunyai tiga buah bibir terdapat kelenjar yang
menghasilkan askaron Telur
Bentuk ovale, mempunyai lapisan dinding tebal albuminoid,hialin , viteline.
Ukuran 75x50µm
Patologi
Infeksi Ascaris lumbricoides Ascariasis Patogenesis
terjadi respon imun
efek migrasi larvapneumonitis Ascaris / Sindrome loefler
efek mekanik cacing dewasa obstruksi usus defisiensi gizi
Diagnosis
Pemeriksaan tinja telur /dewasa Pemeriksaan sputum Larva
Pengobatan
Perorangan dan massal Epidemiologi
-Tertinggi pada anak-anak 60-90% -Kurang pemakain jamban
-Tanah liat, kelembaban tinggi, suhu 25- 35C faktor penting untuk berkembang biak telur
Hospes; manusia trikuriasis Distribusi geografik: kospmopolit Morfologi
Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm
Bagian anterior spt cambuk 3/5 dr panjang seluruhnya; posterior lebih gemuk
Cacing dewasa hidup di kolon
Betina3000-10000 butir/hari
Trichuris trichura (cacing cambuk)
Stadium telur
Bentuk seperti tongMempunyai tutup pada kedua ujungnya. Mengandung ovum yang tidak bersegmen Mengapung dalam larutan garam jenuh
Cacing dewasa dan Telur
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
anterior
Posterior
Life Cycle Trichuris trichura
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus timbul iritasi, perdarahan kronis sehingga menyebabkan anemia
Pada infeksi berat dapat menimbulkan prolapsus rekti.
Epidemiologi/Penyebaran
Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi dengan tinja.
Frekuensi di pedesaan antara 30-90%
Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan MebebdasolPencegahan:
Memperbaiki sanitasi lingkungan Mengurangi populasi vektor mekanik Tidak BAB di tanah
Cucitangan sebelum makan
Menjaga makanan/ minuman agar tidak terkontaminasi
Anak anak dilarang main tanah
Hospes : Manusia
Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis Distribusi geografik
Kospololit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin dengan daerah panas
Daerah dingin jarang mandi/mengganti baju dalam
Enterobius vermicularis
(Cacing Kremi)
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing betina 8-13 mm; jantan 2-5 mm Habitat daerah sekum
Makanannya isi usus
Telur 11.000-15.000 butir matang setelah 6 jam dikeluarkan
Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin hidup 13 hari
Telur diletakkan di perianal dan di kulit perineum
Waktu untuk siklus hidup 2 minggu s/d 2 bulan Dapat sembuh sendiri bila tidak reinfeksi
Life Cycle Enterobius vermicularis
Cara penulararan
Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) Debu Yang mengandung telur cacing (inhalasi) Retroinfeksi melalui anus: larva dari anus yg
menetas kembali ke masuk ke usus
Gejala Klinis
Rasa gatal pada anusIritasi pada daerah anus, perinium dan vagina bermigrasi cacing betina menggarus anus pada malam hari
Gelisah , imsomnia , mimpi buruk dan kadang kadang kejang kejang
Teknik Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan
Cacing tambang
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Sejarah Cacing tambang di Eropa dulu ditemukan pada pekerja tambang Hospes: manusia
Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis Distribusi Geografik
Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan perkebunan
Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi
Cacing dewasa jantan panjang 7 – 11 mm Ancylostoma dewasa > Necator melekat pada
mukosa usus dengan mulutnya
Ancylostoma duodeale bentuk gigi kerucut Necator americanus bentuk lempengan Pada bagian mulut terdapat kelenjar yang
menghasilkan Zat anticoagulant
N.americanus darah 0,005-0,1cc/hari/ekor A. duodenale darah 0,08-0,34 cc/hari/ekor
Telur
OvaleAda ruang jernih diantara embrio dengan kulit telur yang tipis
Telur di tempat yang lembab, teduh dan tanah yang hangat menetas menjadi larva 1-2 hari
Larva Rabditiform 5-8 hari menjadi larva filariform Larva filariform dapat tetap hidup ditanah beberapa
minggu
Telur Necator americanus atau
Ancylostoma duodenale
Larva
Life Cycle Necator americanus and Ancylostoma duodenale
Gejala klinis
Larva menembus kulit rasa gatal berkembang vesikel dari ruam papula eritromatosa” Graund itch” Pneumonitis karena migrasi larva
Lemah , nausea, muntah , sakit perut diare dengan tinja hitam atau merah, lesu dan pucat
Infeksi kronis anemia defisiensi besi
Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan pirantel pamoat (Combantrin) Pencegahan :Mengobati sumber infeksi Memperbaiki lingkungan Memakai alas kaki Pengobatan massal / selektif Tidak BAB sembarang tempat
Strongyloides stercoralis
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilusduodenum dan yeyunum penyebab strongiloidiasis. Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak
berwarna dan panjangnya kira-kira 2mm. Cara berkembang biaknya adalah secara
parthenogenesis.
Telur bentuk parasitic diletakkan di mukosa usus, kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.
Strongyloides stercoralis
Merupakan nematoda intestinal paling pendek Telur berbentuk oval 55x 30 mikron, telah
mengandung larva.
Telur menetas di usus: larva rabditiform, keluar bersama feses dan berkembang menjadi larva filariform
Larva filariform merupakan bentuk infektif dapat hidup diluar hospes
Siklus hidup
Perjalanan dalamtubuh manusia
Larva filariform menembus kulit, ikut aliran darahmenuju ke jantungparu-paru saluran nafas saluran pencernaan sampai usus halus berkembang menjadi dewasa
Diparu paru menimbulkan loefler syndrome (stadium larva)
Gejala klinis
Dermatitis dan pneumoniaStadium dewasa: diare disertai darah dan mucus Diagnosis: pemeriksaan feses penderita menemukan
larva rabditiform. Pengobatan: Tiobendasole
Pencegahan :
mengobati sumber infeksi memperbaiki lingkungan memakai alas kaki
Nematoda
filaria
Fardhiasih Dwi Astuti, SKM, MSc.
Nematoda Filaria
Wucereria bancrofti Brugia malayi Onchocerca volvulus Manzonella ozzardi Mansonella perstans Mansonella streptocercaHabitat
Sistem limfatik SubkutanJaringan ikat dalam
Bentuk filaria dewasa betina menghasilkan mikrofilaria
Periodisitas
Nokturna sebagian besar mikrofilaria dapat ditemukan pada malam hari Non periodik atau diurna mikrofilaria
dapat ditemukan secara tetap pada malam atau siang
Subperiodik nokturna mikrofilaria dapat ditemukan di siang hari namun pada malam hari diperedaran darah lebih banyak
Karakteristik mikrofilaria pada
manusia
spesies Area geografik vektor Lokasi
mikrofilaria Periodisitas
Wucereria
bancrofti Tropik subtropik Nyamuk Darah, hidrocel Nocturna subperiodisita s Brugia malayi Asia Tenggara Nyamuk Darah Nocturna Onchocerca
volvulus Afrika, Amerika tengah dan selatan
Lalat hitam Darah -
Manzonella
ozzardi Amerika tengah dan selatan Lalat kecil Darah - Mansonella
perstans Afrika , amerika selatan Lalat kecil Darah -
Wucereria bancrofti
Morfologi W.bancrofti
Dewasa seperti benang Ovovivipar
Mampu hidup 5 – 10 th. pada pembuluh limfe di kaki. Mikrofilaria mempunyai selubung, ruang kepala panjang = lebar.
Ujung posterior tidak di temukan di inti.
Perodik nokturnal
Mikrofilaria
Larva dapat ditemukan di nyamuk culex atau anopheles stadium larva 1, 2 dan
3 Larva stadium 3 Merupakan bentuk infektif Mikrofilaria masuk tubuh nyamuk berubah menjadi larva berlangsung selama 1-2 pekan
Stadium larva
Lingkaran hidup
Hospes devinitive manusia
Hospes antara: Culex quengue fasciatus dan Anopheles (periodisitas nocturna) Aedes (periodisitas subperiodik)
Habitat : saluran limfe/kelenjar limfe
masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangusng selama 11 bulan.
Cara infeksi: gigitan nyamuk yang mengandung larva stadium 3
Gejala klinis
Asimtomatis : sebagian besar penduduk daerah endemis
Simtomatis :
akut: panas hilang timbul,
peradangan kelenjar /saluran limfe/ alat genital
kronis : odema pada kaki, alat genital membengkak
Brugia malayi
Penyebaran paling banyak Daerah berawa rawa, persawahan Banyak nyamuk Mansonia/ Anopheles
Mikrofilaria
memiliki selubung
Ruang kepala panjang 2 x lebar Inti mengelompok
Ujung posterior ditemukan inti
Sifat periodisitas: nocturnal, subperiodik nocturna, non periodic.
Lingkaran hidup
Hospes devinitive manusia
Hospes reservoar: kucing dan kera (presbytis) Hospes antara: Mansonia dan Anopheles Habitat : saluran limfe/kelenjar limfe
masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangusng selama 3,5 bulan.
Cara infeksi: gigitan nyamuk yang mengandung larva stadium 3
Gejala klinis
Asimtomatis : sebagian besar penduduk daerah endemis
Simtomatis :
akut: panas hilang timbul, peradangan pada inguinal (alat kelamin normal), abses pecah menjadi ulkus
kronis : odema pada kaki/ tangan, alat genital normal
Brugia timori
Daerah penyebaran Indonesia bagian timur (kepulauan Timor).
Gejala klinis: hampir sama dengan B.malayi
Hospes antara : Anopheles. Bentuk infektif larva stadium 3.
Diagnosis
Pemeriksaan darah sesuai periodisitasnya
pencegahan
:Mengobati sumber infeksi
Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk Memperbaiki lingkungan : menghilangkan
Oncocerca volvulus
Penyakit : Onchocerciasis, or River Blindness Vektor : blackflies genus Simulium. Gejala : nodule di bawah kulit, trakhoma
yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Morfologi
Jantan 19 – 42mm Betina 33 – 50 cm
Berada di subcutaneus nodules Menghasilkan mikrofilaria ± 9 tahun
Blackflies genusSimulium
Gejala
Leopard skin Nodul subcutan
Nodul subcutan
Mikrofilaria pada mata
Pencegahan
Penggunaan repellen
Menggunakan baju tertutup agar tidak digigit lalat
Pengobatan : DEC / dietil carbamasin, suramin, mebendasole , flubendasol
Manzonella ozzardi
Mansonella perstans
Mansonella streptocerca
Mansonellosis
Penularan : Culicoides spp. atau black fly (Simulium
amazonicum for M. ozzardi
Manzonella ozzardi
Morfologi Mansonella ozzardi
Jantan: 38 x0,2 mm bagian posterior membengkak dan melengkung keventral Betina : 65 -81 mmx 0,21-0,25 diliputi oleh
kutikula halus, pada bagian kaudal nampak sepasang lipatan yang mengkilat.
Mikrofilaria : 88 mm, tidak bersarung, non periodisitas, memiliki karakteristik ekor melengkung (Button hook)
Mansoella ozzardi
M. ozzardi
Patogenesis dan manifestasi
Manifestasi klinis tidak berarti Tidak ada reaksi jaringan dari infeksi
cacing dewasa
Hidrokel yang disertai pembesaran kelenjar limfe, pruritus, eosinofilia atau lesi pada kulit
Mansonella perstans
Morfologi Mansnella perstans
Dewasa cavum cerosa (Pleura, peritoneum pericardium) bentuk filamen kekuningan degan kuticula halus Jantan 45 mmx 60µm
Betina 70 -80mmx 120µm
Mikrofilaria tidak bersarung, non periodik
Patogenesis dan manifestasi
Asimtomatik
Pembengkakan seperti calabar swelling Reaksi inflamasi karena cacing dewasa di
Mansonella streptocerca
Morfologi
Cacing dewasa habitat di bawah permukaan kulit.
Filamen berwarna putih kekuningan Mikrofilaria tidak bersarung dan non
periodik dapat ditemukan di kulit dan darah.
Mikrofilaria nukleus sampai ujung terminal, gambaran kait penggembala (Shepherd’s crook)
Patogenesis dan manifestasi
Dermatitis pruritis disertai makula hipopigmentasi Limfadenopati inguinal
M. perstans
Pencegahan dan
pengobatan
DEC MebendasolPencegahan pengendalian vektor dengan insektisida
Pemakaian kelambu, pakaian tebal penggunaan repellant