• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kajian Teori

1.1.1 Hakekat Supervisi

Pengertian supervisi secara etimologi berasal dari 2 suku kata yaitu “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyasa, 2013: 239). Lebih lanjut Sahertian (dalam Mulyasa, 2013: 239) mengemukakan bahwa supervisi merupakan usaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap siswa secara kontinu sehingga dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.

Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2004: 13) bahwa sedikitnya terdapat tiga fungsi supervisi yaitu: (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran, (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pembelajaran, (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing. Sehingga hakikat supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu

(2)

pembinaan yang kontinu, pengembangan profesional personel, perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu atau membina guru-guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan dan peningkatan kemampuan profesional guru. Peningkatan kemampuan kemudian ditransfer dalam perilaku mengajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik untuk memperoleh kualitas peserta didik yang lebih baik dan maksimal.

1.1.2 Hakekat Supervisi Klinis

Menurut Sullivan & Glanz (2005) Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran.Menurut Mulyasa (2013: 253) Supervisi klinis adalah pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap kependidikannya khususnya guru, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Lebih lanjut Mulyasa (2013: 253) mengemukakan bahwa supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan guru.

(3)

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

Dalam pelaksanaannya, supervisi klinis mengacu pada langkah-langkah yang terdiri dari tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu (1) tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap pertemuan balikan, hal ini dikemukakan oleh Alexander Mackie College of advanced Education (1981) dan Mantja (1984). Pelaksanaan supervisi klinis seperti gambar berikut.

(4)

Gambar 2.1. Pelaksanaan Supervisi Klinis

Prinsip utama implementasi supervisi klinis adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini tentunya supervisi klinis memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan karakteristik guru.

Gambar 2.2. Karakteristik Guru

Keterkaitan supervisi klinis dengan karakteristik guru atau perilaku guru dalam proses pembelajaran diuraikan pada peta pikir (mind map) berikut.

(5)

Gambar 2.3. Guru Drop-Out

Dengan adanya supervisi klinis diharapkan guru memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran. Mengingat kemampuan mengelola pembelajaran sebagai salah satu dari 4 kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh guru. sebagaimana dalam UU Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10, menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi padagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Niam, 2006: 17).

1.1.3 Tips Keberhasilan Supervisi Klinis

Terdapat beberapa tips dan trik yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis. Mulyasa (2002: 256-257) menyebutkan tips dalam supervisi klinis sebagai berikut.

1. Membangun kesadaran 2. Meningkatkan pemahaman

(6)

3. Kepedulian 4. Komitmen

1.1.4 Teknik Supervisi Kunjungan Kelas

Supervisi Kunjungan kelas yakni suatu kunjungan yang dilakukan supervisor (kepala sekolah) ke dalam suatu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah selama mengadakan kegiatan pembelajaran. Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang mengajar di suatu kelas. Selama berada di kelas supervisor melakukan pengamatan yang teliti, dengan menggunakan instrumen tertentu, terhadap suasana kelas yang diciptakan dan dikembangkan oleh guru latih selama jam pelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.

Teknik kunjungan dan observasi kelas ini dapat dilakukan dengan 3 (tiga) pola, yaitu: 1) kunjungan dan observasi kelas tanpa memberi tahu guru yang akan dikunjungi, 2) kunjungan dan observasi kelas dengan terlebih dahulu memberi tahu guru, 3) kunjungan dan observasi kelas atas dasar undangan guru. Ketiga pola tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, pola mana yang akan dipilih harus disesuaikan

(7)

dengan tujuan utama kunjungan kelas dan observasi kelas (Mulyasa, 2013: 246).

Pada teknik kunjungan kelas ini kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekirannya perlu diperbaiki. Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat tahap yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pengamatan selama kunjungan, 3) Tahap akhir kunjungan, 4) Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut. 1.1.5 Perilaku Supervisor yang diharapkan

Menurut pendapat dan harapan Supervise atau para guru yang disupervisi mereka membutuhkan Supervisor yang dapat memberikan bantuan kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Kesulitan-kesulitan guru yang perlu dibantu oleh supervisor antara lain dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan. Guru perlu dibantu untuk memahami standar isi dan menurunkannya menjadi silabus mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Adapun yang diharapkan oleh supervise kepada supervisor adalah hendaknya supervisor :

1) Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan di sekolah 2) Bersifat simpatik yang tinggi terhadap murid dan guru

dalam pembelajaran

(8)

4) Mempunyai daya humor yang mendidik 5) Percaya diri

6) Tidak terlalu mencari masalah-masalah kecil

7) Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu pada yang di supervisinya

8) Kritis dan luas pengetahuannya

9) Dapat mengemukakan ide-ide baru yang konstruktif

10) Fisik sehat dan terpelihara, serta berpakaian rapi dengan tampilan yang menarik (Dadang, 2010: 25).

1.2 Penelitian Relevan

Ni Nengah Widyani (2011) dalam penelitian yang berjudul Teknik Supervisi Kunjungan Kelas sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan dan Profesionalisme Guru SD 3 dan 10 Kesiman Denpasar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) untuk SD No 3 Kesiman kemampuan guru awal 58,33, pada siklus I naik menjadi 73,33, dan pada siklus II naik menjadi 95,00. Profesionalisme guru awal masih pada kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A; 2) untuk SD No. 10, kemampuan guru awal 56,66, pada siklus I naik menjadi 71,66, dan pada siklus II naik menjadi 90,00. Sedangkan profesionalisme guru awal masih kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan

(9)

keterampilan dan profesionalisme guru SD No 3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.

Wahjanto, Edi. (2007). Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah, Kompetensi Guru dan Kinerja Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri se Kota Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Pertama, prestasi belajar siswa merupakan refleksi keberhasilan siswa dalam belajar, secara bersama-sama dipengaruhi oleh supervisi kunjungan kelas, kompetensi guru dan kinerja guru diperoleh R2 = 0,674. Ini berarti prestasi belajar siswa SMA Negeri se Kota Magelang sebesar 67,4% dipengaruhi oleh supervisi kunjungan kelas, kompetensi guru dan kinerja guru. Sedangkan 32,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar supervisi kunjungan kelas, kompetensi guru dan kinerja guru. Namun pengaruh secara langsung masing-masing variabel bebas terhadap prestasi belajar siswa bervariasi. Kinerja guru mempunyai pengaruh langsung paling besar dengan koefisien standar beta sebesar 0,380, sedangkan yang paling kecil pengaruhnya terhadap prestasi belajar adalah supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dengan koefisien standar beta sebesar 0,200. Kedua, pengaruh tidak langsung terhadap kinerja kepala sekolah juga ditemukan dari supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompetensi guru masing-masing mempunyai sumbangan efektif sebesar 9,9%, dan 23,0%. Hal ini berarti prestasi belajar siswa SMA Negeri

(10)

se Kota Magelang secara tidak langsung variasinya sebesar 9,9% dipengaruhi oleh supervisi kunjungan kelas, 23,0% oleh kompetensi guru. Ketiga, pengaruh langsung terhadap kinerja guru juga ditemukan dari supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah dan kompetensi guru masing-masing dengan sumbangan efektif sebesar 30,6% ditemukan dari supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah, dan kompetensi guru masing-masing dengan sumbangan efektif sebesar 30,6% dan 47,3%. Hal ini bisa disimpulkan bahwa pada temuan tersebut, kompetensi guru mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan variabel supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah.

Manas Ranjan Panigrahi. 2012. Implementation of Instructional Supervision in Secondary School: Approaches, Praspects and Problems. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) waktu yang memadai harus dialokasikan untuk pengawasan instruksional di kelas oleh Pemimpin sekolah, 2) pengawasan instruksi harus dijadwalkan, terencana dan sering dipraktekkan/tindak lanjut sehingga menghasilkan output (kinerja guru) yang maksimal.

Norhasni Zainal Abiddin (tt). Exploring Clinical Supervision to Facilitate the Creative Process of Supervision. Artikel ini meninjau literatur tentang supervisi klinis yang menggambarkan praktek terbaik dalam supervisi klinis, dan menetapkan hak dan

(11)

tanggung jawab dari para mahasiswa dan supervisor mereka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan beberapa panduan yang berguna bagi siswa dan pengawas (tidak hanya untuk siswa klinis) untuk mendorong pengembangan hubungan di tempat pertama. Oleh karena itu, tinjauan literatur mengenai supervisi klinis diharapkan untuk membantu semua peserta dalam proses pengawasan untuk mengartikulasikan harapan jelas mereka, sehingga mengurangi potensi masalah dan untuk memfasilitasi proses kreatif pengawasan.

1.3 Kerangka Berpikir

Untuk menyederhanakan pemikiran penelitian ini, bisa dilihat sebagaimana kerangka berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Pengelolaan kelas masih rendah Pelaksanaan supervisi klinis (kunjungan kelas) Faktor Pendukung

Faktor penghambat Hasil

(12)

Gambar

Gambar 2.2. Karakteristik Guru
Gambar 2.3. Guru Drop-Out

Referensi

Dokumen terkait

1. Tingginya rasa kepedulian guru terhadap pencapaian visi dan misi sekolah. Tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar.. Besarnya rasa tanggung jawab

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, proses pengeboran pada sumur FZH- 10 trayek 12¼” menggunakan sistem sirkulasi lumpur Kla Shield (HPWBM) yang terdapat Ultrahib

Based on the above background exposure, the integration of a pluralistic society that in this case the indigenous ethnic communities and ethnic Chinese in Indonesia is required

Lebih lagi, corak ukiran yang terdapat pada Tongkonan yang melambangkan status sosial masyarakat Toraja berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

memenuhi komitmen yang telah ditentukan untuk 1 kali siklus penyaluran bantuan (3 bulan berturut-turut) dengan memblokir dana yang ada pada rekening untuk bantuan Non Tunai.

antara perusahaan dengan konsumen, yang menganggap bahwa konsumen bukan hanya sebagai objek, tetapi juga sebagai mitra, akan menimbulkan hubungan timbal balik yang

Buchimgae atau Jeon adalah jenis kudapan yang dibuat dari kimchi atau makanan laut yang dicampur dengan adonan tepung dan digoreng menjadi seperti

Hubungan antara kepercayaan dengan loyalitas pelanggan adalah ketika seorang pelanggan menggunakan produk atau jasa yang diberikan oleh pihak perusahaan yaitu pada