ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP
BUSINESS CYCLE
INDONESIA
OLEH SITI MASYITHO
H14102062
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
SITI MASYITHO. H14102062. Analisis Pengaruh Uang Terhadap Business Cycle Indonesia (dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR).
Permasalahan dalam pengendalian uang beredar sebagai target stabilitas ekonomi makro merupakan masalah utama yang sering dialami oleh setiap negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah uang beredar sangat erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mengakibatkan inflasi. Sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit, maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Kondisi tersebut diharapkan dapat menerangkan fluktuasi perekonomian atau business cycle yang terjadi di Indonesia.
Adanya perdebatan mengenai berpengaruh tidaknya jumlah uang beredar terhadap siklus bisnis yang terjadi di suatu negara, membuat penelitian mengenai pengaruh uang terhadap siklus bisnis menjadi semakin penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh uang terhadap
business cycle Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (i) menganalisis korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi, (ii) mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi permintaan uang di Indonesia, (iii) menganalisis pengaruh uang terhadap siklus bisnis.
Penelitian ini mencoba mendokumentasikan fakta empirik business cycle
dengan menggunakan Hodrick-Prescott filter, di mana komponen trend dan siklikal dari data deret waktu telah dipisahkan (de-trended). Analisis pola dan karakteristik business cycle berdasarkan cross correlation. Koefisien korelasi silang dapat memperlihatkan leading, lagging ataupun co-incident suatu variabel terhadap variabel referensi. Pengaruh uang terhadap business cycle dianalisis menggunakan pendekatan VAR yang dikombinasikan dengan VECM yang dilihat dari hasil uji VD (Variance Decomposition) dan IRF (Impulse Response Function).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian yaitu tahun 1990.I-2005.III korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia berbentuk leading indicator, dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,60. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan adanya perbedaan besaran koefisien korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi terjadi. Korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia sebelum krisis ekonomi terjadi berbentuk leading indicator. Sementara, setelah krisis ekonomi terjadi, korelasi antara uang dengan siklus bisnis berbentuk co-incident indicator
dengan nilai koefisien korelasinya berturut-turut adalah 0,41 dan 0,46.
luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari hasil VD yang menunjukkan bahwa pada jangka panjang, suku bunga luar negeri (US Treasury Bills Rate 3 Month) lebih banyak berpengaruh terhadap permintaan uang. Dari hasil ini, dapat pula menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan perekonomian terbuka kecil, di mana kebijakan dari negara lain masih akan sangat berpengaruh terhadap perekonomiannya.
Guncangan permintaan uang menyebabkan PDB menurun selama 2 triwulan pertama sebesar 1 persen, kemudian ekspansi kembali hingga triwulan ke-15, selanjutnya PDB menurun kembali. Dalam jangka panjang, PDB mencapai ekuilibrium setelah 20 triwulan. Setiap peningkatan sebesar 1 standar deviasi permintaan uang akan menurunkan PDB sebesar 0,8 persen dalam jangka panjang.
Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa kebijakan moneter melalui uang beredar masih cukup efektif dalam mencapai sasaran akhir yaitu tingkat output. Sementara itu, kebijakan moneter melalui uang beredar tidak efektif dalam mencapai sasaran akhir tingkat harga. Oleh karena itu, perlu sekali adanya fokus dari sasaran atau tujuan makroekonomi yang ingin dicapai oleh pemerintah, apakah kestabilan harga atau pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga kebijakan yang diambil nantinya akan lebih efektif dalam mempengaruhi tingkat output maupun tingkat harga.
ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP
BUSINESS CYCLE
INDONESIA
Oleh SITI MASYITHO
H14102062
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Siti Masyitho
Nomor Registrasi Pokok : H14102062
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Uang Terhadap Business Cycle Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec NIP. 131 803 656
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Siti Masyitho lahir pada tanggal 31 Januari 1985 di
Jakarta. Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Syamsul Bachri
dan Sri Wahyuningsih. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan,
penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Larangan Selatan 1, kemudian
melanjutkan ke SLTP Negeri 11 Tangerang dan lulus pada tahun 1999. Pada
tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 32 Jakarta dan lulus pada tahun
2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
IPB) pada tahun 2002. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul
skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Uang Terhadap Business Cycle Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc, yang telah memberikan bimbingan dan arahan
baik secara teknik maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MSc, yang telah menguji hasil karya ini. Semua
saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, MSi, terutama atas perbaikan tata cara
penulisan skripsi ini.
4. Kedua orang tua penulis serta saudara-saudara penulis (Sinta dan Fachry).
Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Yogi Alwan Fauzi yang tanpa lelah dan selalu bersedia memberi bantuan,
masukan, dan motivasi kepada penulis.
6. Yati Nuryati, SPi, MSi, yang telah banyak memberi bantuan secara teknik
dalam proses pengolahan data.
7. Mela Setiana yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil
penelitian skripsi penulis dan banyak memberikan masukan yang sangat
8. Teman-teman seperjuangan, Ulan dan Diana, terima kasih atas kebersamaan,
diskusi, saran, kritik, dan segala bentuk bantuan yang telah diberikan dengan
ikhlas.
9. Sahabat dan teman-teman penulis, atas segala dukungan dan bantuan bahkan
tanpa diminta saat penulis membutuhkan, serta pihak-pihak lain yang telah
sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.
Bogor, Juli 2006
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Teori Penawaran Uang... 8
2.1.1. Definisi Uang Beredar... 8
2.1.2. Jenis-jenis Uang Beredar... 8
2.1.3. Mekanisme Penciptaan Uang Beredar ... 9
2.1.4. Hubungan Uang Primer dengan Uang Beredar... 11
2.2. Teori Kuantitas Uang ... 12
2.2.1. Teori Irving Fisher ... 12
2.2.2. Pendekatan Cambridge... 15
2.3. Teori Permintaan Uang Keynes ... 17
2.4. Modern Quantity Theory (Monetarist View) ... 18
2.5. Inventory Theoritic Approach ... 18
2.6. Definisi Business Cycle... 21
2.7. Teori Business Cycle... 21
2.7.1. Teori Real Business Cycle... 22
2.7.2. Teori New Keynesian ... 23
2.7.3. Teori Business Cycle Moneter ... 24
2.8. Metode Penelitian Empirik Business Cycle... 24
ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP
BUSINESS CYCLE
INDONESIA
OLEH SITI MASYITHO
H14102062
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
SITI MASYITHO. H14102062. Analisis Pengaruh Uang Terhadap Business Cycle Indonesia (dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR).
Permasalahan dalam pengendalian uang beredar sebagai target stabilitas ekonomi makro merupakan masalah utama yang sering dialami oleh setiap negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah uang beredar sangat erat kaitannya dengan kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mengakibatkan inflasi. Sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit, maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Kondisi tersebut diharapkan dapat menerangkan fluktuasi perekonomian atau business cycle yang terjadi di Indonesia.
Adanya perdebatan mengenai berpengaruh tidaknya jumlah uang beredar terhadap siklus bisnis yang terjadi di suatu negara, membuat penelitian mengenai pengaruh uang terhadap siklus bisnis menjadi semakin penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh uang terhadap
business cycle Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (i) menganalisis korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi, (ii) mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi permintaan uang di Indonesia, (iii) menganalisis pengaruh uang terhadap siklus bisnis.
Penelitian ini mencoba mendokumentasikan fakta empirik business cycle
dengan menggunakan Hodrick-Prescott filter, di mana komponen trend dan siklikal dari data deret waktu telah dipisahkan (de-trended). Analisis pola dan karakteristik business cycle berdasarkan cross correlation. Koefisien korelasi silang dapat memperlihatkan leading, lagging ataupun co-incident suatu variabel terhadap variabel referensi. Pengaruh uang terhadap business cycle dianalisis menggunakan pendekatan VAR yang dikombinasikan dengan VECM yang dilihat dari hasil uji VD (Variance Decomposition) dan IRF (Impulse Response Function).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian yaitu tahun 1990.I-2005.III korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia berbentuk leading indicator, dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,60. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan adanya perbedaan besaran koefisien korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi terjadi. Korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia sebelum krisis ekonomi terjadi berbentuk leading indicator. Sementara, setelah krisis ekonomi terjadi, korelasi antara uang dengan siklus bisnis berbentuk co-incident indicator
dengan nilai koefisien korelasinya berturut-turut adalah 0,41 dan 0,46.
luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari hasil VD yang menunjukkan bahwa pada jangka panjang, suku bunga luar negeri (US Treasury Bills Rate 3 Month) lebih banyak berpengaruh terhadap permintaan uang. Dari hasil ini, dapat pula menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan perekonomian terbuka kecil, di mana kebijakan dari negara lain masih akan sangat berpengaruh terhadap perekonomiannya.
Guncangan permintaan uang menyebabkan PDB menurun selama 2 triwulan pertama sebesar 1 persen, kemudian ekspansi kembali hingga triwulan ke-15, selanjutnya PDB menurun kembali. Dalam jangka panjang, PDB mencapai ekuilibrium setelah 20 triwulan. Setiap peningkatan sebesar 1 standar deviasi permintaan uang akan menurunkan PDB sebesar 0,8 persen dalam jangka panjang.
Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa kebijakan moneter melalui uang beredar masih cukup efektif dalam mencapai sasaran akhir yaitu tingkat output. Sementara itu, kebijakan moneter melalui uang beredar tidak efektif dalam mencapai sasaran akhir tingkat harga. Oleh karena itu, perlu sekali adanya fokus dari sasaran atau tujuan makroekonomi yang ingin dicapai oleh pemerintah, apakah kestabilan harga atau pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga kebijakan yang diambil nantinya akan lebih efektif dalam mempengaruhi tingkat output maupun tingkat harga.
ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP
BUSINESS CYCLE
INDONESIA
Oleh SITI MASYITHO
H14102062
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Siti Masyitho
Nomor Registrasi Pokok : H14102062
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Uang Terhadap Business Cycle Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec NIP. 131 803 656
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Siti Masyitho lahir pada tanggal 31 Januari 1985 di
Jakarta. Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Syamsul Bachri
dan Sri Wahyuningsih. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan,
penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Larangan Selatan 1, kemudian
melanjutkan ke SLTP Negeri 11 Tangerang dan lulus pada tahun 1999. Pada
tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 32 Jakarta dan lulus pada tahun
2002. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
IPB) pada tahun 2002. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul
skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Uang Terhadap Business Cycle Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc, yang telah memberikan bimbingan dan arahan
baik secara teknik maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MSc, yang telah menguji hasil karya ini. Semua
saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, MSi, terutama atas perbaikan tata cara
penulisan skripsi ini.
4. Kedua orang tua penulis serta saudara-saudara penulis (Sinta dan Fachry).
Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Yogi Alwan Fauzi yang tanpa lelah dan selalu bersedia memberi bantuan,
masukan, dan motivasi kepada penulis.
6. Yati Nuryati, SPi, MSi, yang telah banyak memberi bantuan secara teknik
dalam proses pengolahan data.
7. Mela Setiana yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil
penelitian skripsi penulis dan banyak memberikan masukan yang sangat
8. Teman-teman seperjuangan, Ulan dan Diana, terima kasih atas kebersamaan,
diskusi, saran, kritik, dan segala bentuk bantuan yang telah diberikan dengan
ikhlas.
9. Sahabat dan teman-teman penulis, atas segala dukungan dan bantuan bahkan
tanpa diminta saat penulis membutuhkan, serta pihak-pihak lain yang telah
sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.
Bogor, Juli 2006
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Teori Penawaran Uang... 8
2.1.1. Definisi Uang Beredar... 8
2.1.2. Jenis-jenis Uang Beredar... 8
2.1.3. Mekanisme Penciptaan Uang Beredar ... 9
2.1.4. Hubungan Uang Primer dengan Uang Beredar... 11
2.2. Teori Kuantitas Uang ... 12
2.2.1. Teori Irving Fisher ... 12
2.2.2. Pendekatan Cambridge... 15
2.3. Teori Permintaan Uang Keynes ... 17
2.4. Modern Quantity Theory (Monetarist View) ... 18
2.5. Inventory Theoritic Approach ... 18
2.6. Definisi Business Cycle... 21
2.7. Teori Business Cycle... 21
2.7.1. Teori Real Business Cycle... 22
2.7.2. Teori New Keynesian ... 23
2.7.3. Teori Business Cycle Moneter ... 24
2.8. Metode Penelitian Empirik Business Cycle... 24
2.8.2. Cross Correlation... 24
2.8.3. Indikator Business Cycle ... 25
2.9. Penelitian Terdahulu ... 25
2.10. Kerangka Pemikiran Konseptual... 27
2.11. Hipotesis... 29
III. METODE PENELITIAN... 30
3.1. Dokumentasi Fakta Empirik Business Cycle... 30
3.2. Analisis Pola dan Karakteristik Business Cycle... 31
3.3. Metode Analisis Business Cycle Indonesia... 32
3.3.1. Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) ... 32
3.3.2. Uji Unit-Root... 35
3.3.3. Penentuan Lag Optimal ... 36
3.3.4. Uji Hubungan Kointegrasi ... 37
3.3.5. Vector Error Correction Model ... 39
3.3.6. Variance Decomposition ... 40
3.3.7. Impulse Response Function ... 40
3.3.8. Jenis dan Sumber Data ... 41
3.3.9. Model Penelitian VAR ... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
4.1. Trend dan Siklikal Business Cycle Indonesia ... 44
4.1.1. Trend dan Siklikal Variabel Referensi ... 44
4.1.2. Trend dan Siklikal IHK... 48
4.1.3. Trend dan Siklikal Variabel Luar Negeri... 50
4.1.4. Trend dan Siklikal Agregat Moneter ... 52
4.2. Karakteristik dan Pola Business Cycle Indonesia ... 58
4.3. Hasil Pengujian Awal... 60
4.4. Tingkat Lag Optimal ... 63
4.5. Kointegrasi ... 64
4.6. Hasil Uji Kausalitas Multivariat... 66
4.8. Impulse Response Function (IRF) ... 72 4.8.1. Respon Business Cycle Indonesia terhadap
Guncangan Kebijakan Bank Sentral AS ... 73
4.8.2. Respon Business Cycle Indonesia terhadap
Guncangan Output ... 76
4.8.3. Respon Business Cycle Indonesia terhadap
Guncangan Permintaan Uang ... 79
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 83
5.1. Kesimpulan ... 83
5.2. Saran... 84
5.3. Saran Untuk Penelitian Lanjutan ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Indikator Dasar Makroekonomi Indonesia 1997-2004……… 2
2. Neraca Otoritas Moneter di Indonesia 1997-2004 ...………... 10
3. Korelasi Silang Komponen Siklikal dengan Siklus Pengeluaran Periode
1990.I-2005.III...……… 59
4. Pola Fluktuasi Siklikal Ekonomi Indonesia……… 59
5. Korelasi Uang dengan Siklus Bisnis Sebelum dan Setelah Krisis
Ekonomi ...……… 59
6. Uji Akar Unit (Level) ...……… 61 7. Uji Akar Unit (First Difference)...……… 62 8. Perhitungan SIC (Schwarz Information Criterion)………. 63 9. Test Johansen’s Trace Statistic ...……… 65 10. Hasil Estimasi VECM untuk Variabel Suku Bunga AS Didasarkan pada
Kointegrasi VAR(3) ………... 65
11. Hasil Estimasi VECM untuk Variabel PDB Didasarkan pada Kointegrasi VAR(3) ………... 66
12. Hasil Estimasi VECM untuk Variabel Nilai Tukar Didasarkan pada
KointegrasiVAR(3) ………... 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2) di Indonesia... 3
2. Kerangka Pemikiran Konseptual ...……… 28
3. Grafik log PDB riil Indonesia Triwulanan...……... 45
4. Grafik Trend PDB... 46
5. Grafik Siklikal PDB... 46
6. Grafik Trend Indeks Harga Konsumen... 49
7. Grafik Siklikal Indeks Harga Konsumen... 49
8. Grafik Trend Nilai Tukar... 51
9. Grafik Siklikal Nilai Tukar... 51
10. Grafik Trend Uang Kartal... 53
11. Grafik Siklikal Uang Kartal... 53
12. Grafik Trend Uang Giral... 54
13. Grafik Siklikal Uang Giral... 54
14. Grafik Trend M2... 55
15. Grafik Siklikal M2... 55
16. Grafik Trend Suku Bunga Domestik... 56
17. Grafik Siklikal Suku Bunga Domestik... 56
18. Respon Suku Bunga AS terhadap Kebijakan Suku Bunga AS... 73
19. Respon PDB terhadap Kebijakan Suku Bunga AS... 73
20. Respon Nilai Tukar terhadap Kebijakan Suku Bunga AS... 74
21. Respon Permintaan Uang terhadap Kebijakan Suku Bunga AS... 74
22. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Kebijakan Suku Bunga AS... 74
23. Respon PDB terhadap Guncangan Output ... 77
24. Respon Permintaan Uang terhadap Guncangan Output ... 77
25. Respon Nilai Tukar terhadap Guncangan Output ... 78
26. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Guncangan Output ... 78
28. Respon PDB terhadap Guncangan Permintaan Uang ... 80
29. Respon Nilai Tukar terhadap Guncangan Permintaan Uang ... 81
30. Respon Permintaan Uang terhadap Guncangan Permintaan Uang ... 81
31. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Guncangan Permintaan Uang.... 81
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data yang digunakan dalam penelitian ... 88
2. Uji Stasioneritas Data ... 91
3. Estimasi VAR dengan Menggunakan Log M2 ... 103
4. Uji Stabilitas VAR ... 105
5. Penentuan Lag Optimal... 106 6. Uji Kointegrasi Johansen dengan Asumsi “Summary” ... 107
7. Uji Kointegrasi Johansen dengan Asumsi “1” ... 108
8. Hasil VECM... 112
9. Grafik Impulse Response Function... 114 10.Hasil Variance Decomposition... 117 11.Uji Kausalitas Multivariat ... 121
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Uang beredar merupakan salah satu indikator penting dalam proses
pengambilan kebijakan ekonomi. Hal ini karena hampir semua kegiatan ekonomi
seperti produksi, konsumsi, dan investasi selalu melibatkan uang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa uang beredar mempunyai peran yang tidak terpisahkan
dalam perekonomian suatu negara. Bahkan, keterkaitan antara kegiatan ekonomi
dan uang ibarat dua sisi dari satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan
demikian, sangatlah sulit mempelajari dan memahami perkembangan
perekonomian tanpa mempelajari dan memahami peranan uang.
Pentingnya peranan uang menyebabkan perlunya mempelajari
perkembangan serta perilakunya dalam suatu perekonomian. Uang beredar sering
dikaitkan dengan suku bunga, pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga, siklus
bisnis, dan sebagainya. Salah satu hubungan tersebut terlihat dari peranan uang
dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak
dapat mengakibatkan inflasi seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998, di mana
tingkat inflasi di Indonesia mencapai angka dua digit yaitu hampir 77,6 persen
(Bank Indonesia, 2004).
Inflasi yang terjadi pada tahun 1998 tersebut bukan semata-mata
diakibatkan oleh banyaknya jumlah uang beredar yaitu sebesar Rp 449.824
milyar, tetapi juga disebabkan oleh jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang
dollar menjadi Rp 10.088 per US dollar, banyaknya utang luar negeri yang jatuh
tempo, dan tingkat suku bunga yang tinggi (Bank Indonesia, 1998). Sebaliknya,
apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit, maka kelesuan ekonomi akan terjadi.
Oleh karena itu, jumlah uang beredar perlu diatur agar sesuai kapasitas ekonomi,
yaitu diupayakan agar tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak boleh terlalu sedikit.
Pada Tabel 1 di bawah ini terlihat indikator dasar makroekonomi dari
tahun 1997 hingga 2004. Akibat adanya krisis moneter yang melanda sebagian
besar negara-negara di Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun langsung turun
drastis, yaitu yang semula sebesar 4,65 persen menjadi -13,2 persen. Tidak hanya
itu, tingkat inflasi juga sangat tinggi yaitu sebesar 77,6 persen, padahal
sebelumnya hanya sebesar 11,6 persen (Bank Indonesia, 1998). Indonesia
termasuk negara yang paling lama mengalami krisis moneter dibandingkan
negara-negara Asia lainnya, tetapi berangsur-angsur perekonomian Indonesia
pulih dari keterpurukannya akibat krisis moneter.
Tabel 1. Indikator Dasar Makroekonomi Indonesia 1997-2004
Keterangan 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Pertumbuhan
ekonomi (%)
4,65 -13,20 0,20 4,90 3,40 3,70 4,14 5,00
Tingkat inflasi (%)
11,60 77,60 2,00 9,35 12,60 10,03 5,06 6,40
Neraca pembayaran %)
-2,30 4,30 4,00 5,00 4,70 4,00 4,70 5,10
Nilai Tukar (%) 4.650 10.088 7.850 8.400 10.225 9.316 8.572 9.120
Sumber : Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, berbagai edisi.
Berkaitan dengan proses penciptaan uang dalam perekonomian, banyak
penelitian dilakukan untuk menjelaskan proses penciptaan uang beredar dalam
perekonomian dengan menggunakan berbagai model ekonometrika. Sebagian
perekonomian. Fungsi uang tidak terlepas dari interaksi para pelaku ekonomi
yaitu otoritas moneter, bank-bank umum, dan masyarakat. Proses penciptaan uang
pada dasarnya dipengaruhi atau ditentukan oleh permintaan uang dari ketiga
pelaku ekonomi tersebut.
Otoritas moneter membutuhkan uang untuk membantu pemerintah
melaksanakan pembangunan, sedangkan bank-bank umum membutuhkan uang
untuk membiayai sektor riil dan sektor usaha kecil dan menengah. Sementara
masyarakat membutuhkan uang untuk membiayai kegiatan ekonominya di sektor
riil, seperti produksi, investasi, dan konsumsi. Oleh karena kebutuhan uang dari
ketiga pelaku ekonomi dari tahun ke tahun semakin bertambah, sehingga tidak
mengherankan apabila uang yang dicetak oleh Bank Indonesia setiap tahunnya
semakin besar, seperti terlihat pada Gambar 1.
Sumber : Laporan Triwulanan Keuangan dan Moneter, Bank Indonesia (berbagai edisi).
Pada Gambar 1 di atas, terlihat bahwa setiap tahun terdapat kenaikan
jumlah uang beredar yang dicetak oleh Bank Indonesia, peningkatan yang
signifikan terjadi pada Januari 1998 yang semula berjumlah Rp 355.643 milyar
menjadi Rp 603.325 milyar pada Januari 1999. Kondisi tersebut melatarbelakangi
upaya-upaya yang dilakukan oleh otoritas moneter suatu negara dalam
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian dengan menggunakan
kebijakan moneter. Kegiatan pengendalian jumlah uang beredar merupakan salah
satu bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas
moneter. Sesuai dengan tujuan kebijakan moneter, pengendalian jumlah uang
beredar pada umumnya ditujukan untuk menjaga kestabilan nilai uang dan
mendorong kegiatan ekonomi.
Pengendalian jumlah uang beredar ini mempunyai peranan yang strategis
dalam kerangka kebijakan ekonomi makro. Hal ini disebabkan oleh keterkaitan
yang erat antara uang dengan variabel-variabel ekonomi lainnya, seperti suku
bunga, output, dan harga. Dengan mengendalikan jumlah uang beredar tersebut
otoritas moneter akan dapat mempengaruhi nilai uang sehingga perkembangannya
akan mampu mendorong perekonomian ke arah yang diinginkan sesuai dengan
sasaran akhir yang ditetapkan, seperti inflasi rendah dan atau pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Permasalahan dalam pengendalian uang beredar sebagai target stabilitas
ekonomi makro merupakan masalah utama yang sering dialami oleh setiap negara
berkembang termasuk Indonesia. Jumlah uang beredar sangat erat kaitannya
menghasilkan suatu output perekonomian. Jadi, uang beredar sangat erat
kaitannya dengan output perekonomian suatu negara. Uang memiliki fungsi
sangat penting di dalam suatu perekonomian. Uang akan meningkatkan efisiensi
ekonomi dengan penghematan atas biaya-biaya informasi. Jumlah uang beredar
memainkan peran penting di dalam menentukan tingkat inflasi suatu negara.
Kondisi di atas mengindikasikan bahwa jumlah uang beredar diharapkan
dapat menerangkan fluktuasi ekonomi atau siklus bisnis yang terjadi di suatu
negara. Fluktuasi yang terlalu besar dalam penawaran uang akan menyebabkan
berbagai masalah bagi perekonomian suatu negara. Fluktuasi dalam penawaran
uang berkorelasi dengan fluktuasi output. Oleh karena itu analisis terhadap uang
dan siklus bisnis menjadi semakin penting untuk dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan tentang jumlah uang beredar merupakan permasalahan yang
sangat rumit, karena jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi kelangsungan perekonomian suatu negara, sehingga dapat menggeser kondisi
perekonomian dari kondisi baik (tingkat inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi
tinggi) ke kondisi buruk, atau sebaliknya. Mekanisme yang mengatur hubungan
antara uang dan siklus bisnis merupakan satu topik yang paling diperdebatkan di
dalam makroekonomi. Beberapa ekonom memandang uang semata-mata pasif,
dengan korelasi positif dengan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Sementara
yang penting, barangkali yang paling dominan, sebagai sumber utama dari
fluktuasi ekonomi atau siklus bisnis.
Adanya perdebatan mengenai berpengaruh tidaknya jumlah uang beredar
terhadap siklus bisnis yang terjadi di suatu negara, membuat penelitian mengenai
hubungan uang dengan siklus bisnis menjadi semakin penting untuk dilakukan.
Dari penjelasan di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum
dan setelah krisis ekonomi?
2. Faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi permintaan uang di
Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh uang terhadap siklus bisnis?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan
setelah krisis ekonomi.
2. Mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi permintaan uang
di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Memperlihatkan korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia apakah
leading, lagging atau co-incident kepada para pengambil keputusan sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan.
2. Memberikan gambaran dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan uang di Indonesia kepada masyarakat luas.
3. Menambah wawasan dan tambahan pengetahuan penulis tentang uang dan
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Penawaran Uang Definisi Uang Beredar
Uang beredar adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam ilmu ekonomi
moneter. Sebelum sampai pada konsep atau pengertian uang beredar perlu
dipahami terlebih dahulu penggunaan uang dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Ada tiga jenis uang yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari yaitu : uang
kartal, uang giral, dan uang kuasi.
Otoritas moneter (bank sentral) dan bank umum adalah lembaga yang
dapat menciptakan uang. Bank sentral mengeluarkan dan mengedarkan uang
kartal sedangkan bank umum mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta
uang kuasi. Kedua lembaga ini disebut sebagai lembaga yang termasuk dalam
sistem moneter. Dengan mengeluarkan dan mengedarkan uang berarti sistem
moneter mempunyai kewajiban kepada sektor swasta domestik. Berdasarkan
pengertian tersebut, uang beredar didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter
terhadap sektor swasta domestik.
Jenis-jenis Uang Beredar
Berbagai negara menggunakan uang beredar dengan jenis yang beragam.
Jenis-jenis uang beredar tersebut secara resmi didefinisikan berdasarkan
komponen yang tercakup di dalamnya. Komponen tersebut adalah tiga jenis uang
yang telah dikenal pada bagian sebelumnya, yaitu uang kartal, uang giral dan uang
uang beredar pun beragam, mulai dari pengertian atau definisi yang paling sempit
sampai yang paling luas.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, uang beredar didefinisikan
sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik. Di Indonesia
saat ini kita hanya mengenal dua macam uang beredar saja, yaitu (Bank Indonesia,
2002) :
1. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1, didefinisikan
sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang
terdiri dari uang kartal (C)dan uang giral (D).
2. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai likuiditas
perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem
moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C),
uang giral (D) dan uang kuasi (T). Dengan kata lain M2 adalah M1 ditambah
dengan tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek,
termasuk rekening pasar uang dan pinjaman semalam antar bank.
2.1.3. Mekanisme Penciptaan Uang Beredar
Berdasarkan peranannya, secara umum dikelompokkan tiga pelaku utama
dalam proses penciptaan uang, yaitu (i) otoritas moneter, (ii) bank umum, dan (iii)
masyarakat atau sektor swasta domestik. Secara sederhana dapat diuraikan :
otoritas moneter menciptakan uang kartal, sementara bank umum menciptakan
diciptakan oleh otoritas moneter dan bank umum tersebut untuk melakukan
kegiatan ekonomi.
Sebagai pelaksana fungsi otoritas moneter, bank sentral mempunyai
wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal. Selain
menciptakan uang kartal, dalam prakteknya Bank Indonesia juga menerima
simpanan giro bank umum. Uang kartal dan simpanan bank umum di bank sentral
selanjutnya disebut sebagai uang primer (base money). Dalam praktek uang primer tersebut diberi simbol M0.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi uang primer perlu
diketahui terlebih dahulu Neraca Otoritas Moneter. Di Indonesia, neraca tersebut
secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2. Neraca Otoritas Moneter di Indonesia
Aktiva Pasiva
Aktiva Luar Negeri Bersih (ALNB) Aktiva Dalam Negeri Bersih (ADNB)
• Tagihan bersih pada pemerintah pusat • Tagihan pada sektor swasta domestik • Tagihan pada bank umum
Aktiva Lainnya Bersih
M0
Uang Kartal
• Di masyarakat (C) • Di bank umum (R) Saldo giro
• Milik bank umum • Milik masyarakat
M0
Sumber : Solikin dan Suseno, 2002.
Secara garis besar, sisi pasiva Neraca Otoritas Moneter memuat
komponen-komponen uang primer, yaitu terdiri dari : (i) uang kartal, dan (ii)
saldo rekening giro atau cadangan milik bank umum dan masyarakat di Bank
mempengaruhi uang primer yaitu (i) aktiva luar negeri bersih, (ii) aktiva dalam
negeri bersih, dan (iii) aktiva lainnya bersih.
2.1.4. Hubungan Uang Primer dengan Uang Beredar
Untuk mengetahui hubungan antara uang primer (M0) dengan uang
beredar (M1 dan M2) maka perlu diketahui terlebih dahulu konsep pengganda
uang (money multiplier). Konsep ini muncul sejalan dengan kondisi bahwa dalam menciptakan uang giral dan uang kuasi, bank tidak harus menjamin sepenuhnya
uang tersebut dengan uang tunai yang ada di kasnya.
Berdasarkan Neraca Otoritas Moneter, diketahui bahwa secara umum,
uang primer (M0)terdiri dari uang kartal (C) dan saldo giro bank umum di bank
sentral (R). Sementara itu, uang beredar dalam arti sempit (M1)terdiri dari uang
kartal (C)dan uang giral (D), sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2)terdiri
dari M1 ditambah uang kuasi (T). Konsep tersebut dapat diformulasikan sebagai
berikut (Solikin dan Suseno, 2002) :
(2.1)
(2.2)
(2.3)
Dengan mendefinisikan sebagai (currency ratio), (time and saving deposit ratio), dan (reserve ratio), maka didapat angka pengganda uang untuk masing-masing dan (yang disimbolkan dengan
mm1 dan mm2) yang dapat menggambarkan interaksi antara otoritas moneter, bank umum, dan masyarakat, yaitu :
R C M0= +
D C M1= +
T D C M2= + +
c D
C/ = T/D=t
r T D R/( + )=
1
(2.4)
(2.5)
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa naik turunnya angka
pelipat ganda uang dipengaruhi oleh ketiga determinan angka pelipat ganda uang,
yaitu currency ratio, time and saving deposit ratio, dan reserve ratio. Angka pelipat ganda uang senantiasa berubah-ubah sejalan dengan pola interaksi antara
otoritas moneter, bank umum, dan masyarakat.
2.2. Teori Kuantitas Uang
Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor
riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau
pendapatan nasional. Pengaruh uang hanyalah terhadap harga-harga barang.
Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Namun,
menurut kaum monetaris, uang mempunyai pengaruh terhadap sektor riil.
2.2.1. Teori Irving Fisher
Fisher berusaha untuk mengobservasi hubungan antara kuantitas uang M
(jumlah uang beredar) dengan jumlah total pengeluaran pada komoditi akhir
(barang dan jasa) P x Y (Mishkin, 2001). Konsep yang menyediakan hubungan antara M dengan P x Y sering disebut sebagai kecepatan uang (velocity of money), yaitu tingkat perputaran uang atau seberapa banyak rata-rata satu unit rupiah yang
dibelanjakan dalam bentuk barang dan jasa yang diproduksi (final goods) dalam ekonomi. Velocity of money(V) didefinisikan lebih tepat sebagai pengeluaran total
(PxY) dibagi dengan kuantitas uang (M) atau
(2.6)
Dengan mengalikan kedua sisinya dengan M, persamaan untuk pertukaran (equation of exchange) adalah sebagai berikut :
(2.7)
Persamaan (2.7) di atas menggambarkan bahwa jumlah kuantitas uang
dikali dengan seberapa banyak uang tersebut dibelanjakan dalam satu periode
harus sama dengan pendapatan nasional nominal. Persamaan (2.7) juga bisa
disebut persamaan identitas, yang artinya bahwa secara definisi memang
dibenarkan. Persamaan tersebut tidak menjelaskan apakah pada saat M berubah, pendapatan nominal (P x Y) akan berubah ke arah yang sama; peningkatan M
misalnya harus diimbangi dengan penurunan V sehingga perkalian antara M
dengan V (M x V) tidak berubah. Agar persamaan identitas tersebut dapat dijadikan teori dalam melihat bagaimana pendapatan nominal ditentukan, perlu
memahami faktor-faktor yang menjadi penentu dalam velocity.
Irving Fisher mengemukakan bahwa velocity dipengaruhi oleh institusi yang ada dalam ekonomi tersebut, yang mana setiap individu dapat melakukan
transaksi. Jika masyarakat lebih banyak menggunakan kartu kredit atau kartu debit
dalam melakukan transaksi, maka konsekuensinya penggunaan uang secara tunai
dalam aktivitas ekonomi akan berkurang. Fisher berpandangan bahwa
M
Y
P
V
=
(
×
)
/
Y
P
V
institusional dan fasilitas teknologi dalam perekonomian akan berdampak pada
velocity hanya pada jangka panjang.
Pandangan Fisher bahwa velocity adalah konstan dalam jangka pendek menjabarkan kondisi persamaan (2.7) di atas. Ketika kuantitas uang M meningkat dua kali lipat, M x V juga akan meningkat sebesar dua kali lipat, begitu juga dengan P x Y (nilai dari pendapatan nominal). Oleh karena para ekonom klasik (termasuk Irving Fisher) berpikiran bahwa tingkat upah (wages) dan tingkat harga (prices) bergerak fleksibel (completely flexible), mereka percaya bahwa tingkat output agregat Y yang diproduksi pada keadaan normal akan tetap berada pada tingkat full employment. Dengan demikian, variabel Y dalam persaman (2.7) dapat diperlakukan konstan dalam jangka pendek. Teori kuantitas uang menyatakan
bahwa jika M meningkat dua kali lipat, P juga harus meningkat sebesar dua kali lipat karena V dan Y konstan. Bagi para ekonom klasik, teori kuantitas uang menyediakan penjelasan mengenai pergerakan tingkat harga. Pergerakan pada
tingkat harga menghasilkan perubahan hanya pada kuantitas uang (Mishkin,
2001).
Pada saat pasar uang berada pada kondisi keseimbangan, kuantitas uang M
yang dipegang oleh masyarakat akan sama dengan kuantitas uang yang diminta
(Md). Dengan demikian, variabel M dalam persamaan (2.7) dapat diganti dengan
Md. Apabila menggunakan k untuk mempresentasikan nilai (1/V), persamaan (2.7) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
(2.8)
Persamaan (2.8) menjelaskan bahwa oleh karena k adalah konstan, tingkat
transaksi yang dihasilkan oleh PY uang tetap menentukan kuantitas uang Md yang diminta masyarakat. Dengan demikian, teori kuantitas uang yang dikemukakan
oleh Fisher memberi kesan bahwa tingkat permintaan uang merupakan fungsi
pendapatan murni, dan tingkat harga tidak memiliki dampak terhadap tingkat
permintaan uang.
Fisher mendapatkan kesimpulan ini karena dia percaya bahwa masyarakat
memegang uang hanya untuk melakukan transaksi dan tidak memiliki kebebasan
untuk menentukan berapa banyaknya uang yang ingin dipegang. Tingkat
permintaan uang ditentukan oleh :
1. Tingkat transaksi yang ditentukan oleh pendapatan nominal PY.
2. Institusi yang terdapat dalam ekonomi tersebut, yang mempengaruhi cara
masyarakat melakukan transaksi yang dapat menentukan velocity dan juga k.
2.2.2. Pendekatan Cambridge
Marshall memandang persamaan Irving Fisher dengan sedikit berbeda. Dia
tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode melainkan pada bagian dari pendapatan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas. Walaupun
pada akhirnya persamaan mereka menghasilkan hal yang sama dengan Fisher
(Md = k x PY), pendekatan mereka berbeda secara signifikan. Pendekatan mereka tidak melihat bahwa tingkat permintaan uang hanya ditentukan transaksi.
Dalam model yang dikembangkan oleh ekonom Cambridge terdapat dua alasan mengapa orang ingin memegang uang, yaitu :
1. Medium of exchange. Fungsi uang sebagai alat pertukaran yang dapat digunakan masyarakat dalam bertransaksi dan komponen transaksi Md
proporsional terhadap pendapatan nominal.
2. Store of wealth. Fungsi uang yang kedua ini memberi ide kepada ekonom
Cambridge bahwa tingkat kekayaan seseorang juga berpengaruh terhadap tingkat permintaan uang. Ketika kekayaan meningkat, orang tersebut perlu
menyimpannya ke dalam kuantitas aset yang lebih besar-salah satunya dalam
bentuk uang. Oleh karena pihak Cambridge percaya bahwa kekayaan (nominal) proporsional terhadap pendapatan (nominal), mereka juga percaya
bahwa kekayaan merupakan komponen dari permintaan uang yang
proporsional terhadap pendapatan nasional.
Terlihat bahwa kelompok Cambridge setuju dengan pendapat Fisher yang menyatakan tingkat suku bunga tidak memiliki peranan atas tingkat permintaan
uang dalam jangka pendek. Walaupun ekonom Cambridge sering memperlakukan
k sebagai variabel yang konstan dan setuju dengan Fisher bahwa pendapatan nominal ditentukan oleh kuantitas uang, pendekatan mereka memperbolehkan tiap
individu untuk memilih seberapa banyak uang yang akan dipegangnya. Keadaan
ini memperbolehkan kemungkinan variabel k untuk berfluktuasi dalam jangka pendek. Sebab, keputusan tentang penggunaan uang untuk menyimpan kekayaan
akan bergantung pada hasil dan ekspektasi imbal balik pada aset lain yang juga
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pandangan Fisher berbeda
dari kelompok Cambridge dalam hal faktor teknologi dan tidak adanya pengaruh tingkat bunga terhadap permintaan uang dalam jangka pendek. Ekonom
Cambridge lebih memfokuskan pada pilihan tiap individu dan menyatakan secara implisit bahwa tingkat bunga tidak berpengaruh terhadap permintaan akan uang.
2.3. Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes mengesampingkan teori klasik yang menyatakan bahwa velositas
uang itu konstan dan mulai mengembangkan teori tentang uang yang menekankan
pentingnya tingkat suku bunga (interest rate) (Mishkin, 2001). Keynes mengembangkan dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keputusan orang dalam memegang uang. Postulasinya menghasilkan tiga motif
tentang permintaan akan uang, yaitu : motif transaksi, motif berjaga-jaga dan
motif spekulasi.
Tingkat permintaan uang berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga.
Jika suku bunga meningkat, tingkat permintaan uang akan turun. Dalam
menggabungkan ketiga motif di atas, Keynes membedakan antara kuantitas
nominal dengan kuantitas riil. Rumus yang diberikan adalah sebagai berikut :
Md/P = f (i, Y) - +
Tanda negatif di bawah i menunjukkan bahwa permintaan terhadap uang
riil berhubungan negatif terhadap tingkat suku bunga; tanda positif di bawah Y
menunjukkan permintaan terhadap uang riil berhubungan positif dengan
2.4. Modern Quantity Theory (Monetarist View)
Teori ini diperkenalkan oleh Milton Friedman yang merupakan versi baru
dari The Quantity Theory. Friedman menekankan kepada hubungan antara jumlah uang dan harga, memandang money supply sebagai determinan utama terhadap tingkat harga. Aliran monetarist ini tidak lagi percaya perubahan-perubahan pada jumlah uang beredar hanya mempengaruhi tingkat harga. Peranan uang bisa lebih
luas daripada itu. Dalam jangka pendek uang adalah determinan yang penting
dalam kegiatan ekonomi. Friedman menganggap bahwa secara umum mau
memegang uang karena uang adalah salah satu bentuk aktiva (aset) yang memberikan manfaat karena merupakan sumber daya beli yang likuid.
Dalam perumusan fungsi permintaan uang, Friedman melakukan beberapa
penyederhanaan. Dia menganggap bahwa pemilik kekayaan dapat memilih lima
bentuk kekayaan untuk dipegang, yaitu : uang tunai (M), obligasi (B), saham-saham (E), barang-barang fisik bukan manusiawi (G), serta kekayaan manusiawi
(H). Dalam bentuk persamaan, maka permintaan akan uang tunai dari seseorang individu adalah :
2.5. Inventory-theoritic Approach
Pendekatan ini diperkenalkan oleh Boumol dan Tobin yang merupakan
dua tokoh utama pengembangan Teori Keynes dari segi permintaan uang untuk
transaksi yang melihat permintaan uang dari segi individu. Masalahnya adalah
penentuan berapa besarnya uang kas yang harus dipegang setiap saat yang )
, , ,% % %
, % , , ,
(W P R R R R R P P K u
f
memiliki biaya (opportunity cost) paling rendah. Hal ini dilakukan mengingat bahwa kekayaan individu tersebut selain berupa uang kas dapat berupa surat
berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya biaya untuk menukarkan surat
berharga dengan uang kas (Nopirin, 2000).
Masalah penentuan jumlah uang kas yang optimum (dengan biaya paling
rendah) dapat dijelaskan sebagai berikut, misalkan :
T : Nilai riil pendapatan selama satu periode (satu bulan)
R : Tingkat bunga (satu bulan)
B : Biaya perantara (broker’s fee) yang besarnya tetap
c : Nilai riil surat berharga yang ditukarkan dengan uang yang setiap kali diambil dari tabungan seandainya semua pendapatan yang diperoleh
ditabung.
Jadi besarnya volume transaksi selama satu bulan adalah T/C, yakni jumlah pendapatan dibagi dengan besarnya uang kas yang setiap saat akan
dipegang. Sementara biaya perantaranya sebesar bT/C. Karena individu tersebut memegang uang kas sebesar C setiap periode yang dibelanjakan secara merata selama satu periode dan menjual surat berharga (atau mengambil tabungan) lagi
ketika uang kasnya habis, maka rata-rata jumlah uang kas yang dipegang setiap
saat sebesar C/2 (Nopirin, 2000). Dengan demikian, biaya total untuk memegang uang kas (TC) terdiri dari biaya perantara ditambah biaya bunga (rC/2) :
2
Jumlah uang kas (C) yang optimal, dengan biaya yang paling rendah diperoleh dengan mencari turunan pertama dari persamaan di atas terhadap C dan sama dengan nol :
Maka persamaan permintaan uang kas riil dapat dinyatakan sebagai berikut :
Secara ringkas, pendapatan total dari kepemilikan obligasi selama satu
tahun terdiri dari tingkat bunga ditambah keuntungan dari perubahan nilai (capital gain) yang diformulasikan sebagai berikut (Nopirin, 2000) :
di mana e : pendapatan total yang diharapkan; r : tingkat bunga; g : % keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai obligasi; re: tingkat bunga yang diharapkan pada masa yang akan datang.
Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut, apabila
e > 0, maka investor akan mewujudkan kekayaan dalam bentuk obligasi. Sebaliknya jika e < 0, maka investor akan memilih kekayaan dalam bentuk uang kas. Dengan demikian, jelas bahwa permintaan uang untuk tujuan spekulasi
berbanding terbalik dengan tingkat bunga yang berlaku, sesuai dengan pernyataan
Keynes tentang harapan (expectation) yang ditentukan oleh tingkat suku bunga normal. Kesimpulan dari Teori Tobin ini dapat dipandang sebagai penyempurnaan
r bT C = 2
r bT C
P
Md 2
2 1 2 = =
I r
r r g r
teori Keynes, yaitu dengan mengemukakan adanya anggapan ketidakpastian
(uncertainty) dan diversifikasi aset.
Ide dasar dari analisis Boumol dan Tobin adalah adanya keuntungan dari
biaya kesempatan memegang uang (opportunity cost of holding money) berupa suku bunga yang bisa diperoleh dari menyeimbangkan aset-aset lain. Hal tersebut
merupakan keuntungan lain dari memegang uang akibat menghindari biaya
transaksi. Ketika suku bunga meningkat, masyarakat berusaha bertindak ekonomis
dalam memegang uang untuk tujuan transaksi karena biaya kesempatan
memegang uang meningkat (Nopirin, 2000).
2.6. Definisi Business Cycle
Business cycle didefinisikan sebagai fluktuasi dalam aktivitas ekonomi agregat yang berulang tetapi non periodik (kurun waktunya tidak sama),
disebabkan oleh perubahan kondisi permintaan. Hal ini dicerminkan oleh fluktuasi
GNP riil di sekitar garis trend (Supriana, 2004). Kajian penelitian business cycle
modern umumnya bertujuan untuk menentukan penyebab terjadinya fluktuasi.
Penyebab terjadinya fluktuasi ini disebut guncangan (shocks). Deviasi output riil agregat dari trend digunakan sebagai definisi untuk fluktuasi ini.
2.7. Teori Business Cycle
Teori Business Cycle dikemukakan untuk mencari sumber penyebab terjadinya siklus. Teori yang menyebutkan bahwa guncangan eksogen merupakan
business cycle eksogen terdiri dari teori Real Business Cycle (RBC), Keynesian,
dan Monetarist.
2.7.1. Teori Real Business Cycle
Teori siklus bisnis riil menyatakan bahwa deviasi dari tingkat alami tidak
signifikan dan kebanyakan fluktuasi seharusnya dianggap sebagai perubahan
dalam tingkat output alami atau keseimbangan (Mankiw, 2000). Menurut teori
siklus bisnis riil, fluktuasi ekonomi jangka pendek seharusnya dijelaskan sambil
mempertahankan asumsi model klasik, yang digunakan untuk mempelajari jangka
panjang. Teori siklus bisnis riil mengasumsikan bahwa harga sepenuhnya
fleksibel, bahkan dalam jangka pendek.
Teori ini konsisten dengan dikotomi klasik : dalam teori ini,
variabel-variabel nominal, seperti penawaran uang dan tingkat harga, tidak mempengaruhi
variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja. Teori siklus bisnis riil
menekankan perubahan-perubahan riil dalam perekonomian, seperti perubahan
dalam teknologi produksi, yang dapat mengubah tingkat alamiah perekonomian.
“Riil” dalam teori siklus bisnis riil mengacu pada pengenyampingan teori variabel
nominal dalam jangka pendek.
Menurut teori siklus bisnis riil, guncangan terhadap kemampuan kita untuk
memproduksi barang dan jasa mengubah tingkat output dan kesempatan kerja
alamiah. Guncangan ini tidak diinginkan, tapi tak dapat dihindari. Begitu
guncangan terjadi, GDP, kesempatan kerja, dan variabel-variabel makroekonomi
Teori siklus bisnis riil mengasumsikan bahwa perekonomian kita
mengalami fluktuasi dalam teknologi, yang menentukan kemampuan kita untuk
mengubah input (modal dan tenaga kerja) menjadi output (barang dan jasa), dan
bahwa fluktuasi dalam teknologi ini menyebabkan fluktuasi dalam output dan
kesempatan kerja. Teori siklus bisnis riil sering menjelaskan resesi sebagai
periode “kemunduran teknologi.” Menurut model ini, output dan kesempatan
kerja turun selama resesi karena teknologi produksi menurun, yang mengurangi
output dan insentif untuk bekerja.
2.7.2. Teori New Keynesian
Sebaliknya, ilmu ekonomi Keynesian baru didasarkan pada premis bahwa
market-clearing model teori siklus bisnis riil tidak dapat menjelaskan fluktuasi ekonomi jangka pendek. Keynes menekankan bahwa permintaan agregat adalah
determinan primer pendapatan nasional dalam jangka pendek. Menurut logika,
output perekonomian dapat berfluktuasi baik karena tingkat output alami (natural rate of output) berfluktuasi atau karena output perekonomian menyimpang dari tingkat alamiahnya.
Teori New Keynesian menekankan pentingnya ketidakstabilan permintaan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi makro. Teori ini sama
dengan teori business cycle moneter, menyatakan bahwa guncangan permintaan uang penting terhadap fluktuasi ekonomi. Namun guncangan moneter bukan
merupakan satu-satunya penyebab fluktuasi seperti pendapat business cycle
2.7.3. Teori Business Cycle Moneter
Teori business cycle moneter menekankan pentingnya guncangan permintaan, khususnya uang terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam
jangka pendek. Dalam business cycle moneter dan Keynesian uang mempengaruhi output, sebaliknya teori RBC menyatakan bahwa output yang mempengaruhi
uang.
2.8. Metode Penelitian Empirik Business Cycle 2.8.1. Hodrick Prescott Filter
Hodrick-Prescott filter (HPF) merupakan pendekatan statistik yang secara khusus mengestimasi trend dan komponen siklikal atau untuk menghilangkan
komponen trend dan siklikal dalam suatu data deret waktu (time series). Fakta secara empiris (stylized fact) menunjukkan bahwa business cycle Indonesia dianalisis dengan memisahkan komponen trend dan komponen siklikal dari data
time series makroekonomi. Dalam analisis Hodrick Prescott filter, komponen siklikal variabel makroekonomi dapat dilihat pola dan karakteristiknya dengan
melihat korelasinya dengan variabel referensi.
2.8.2. Cross Correlation
Cross Correlation merupakan suatu pendekatan untuk melihat de-trended
berdasarkan lag (periode ke belakang) dan lead (periode ke depan). De-trended
lag detrended dan lead detrended antara suatu variabel. Cross Correlation
menunjukkan detrended dengan komponen siklikal mempunyai korelasi atau tidak.
2.8.3. Indikator Business Cycle
Indikator Business Cycle (BCI) dibagi ke dalam tiga kelompok indikator :
leading, co-incident dan lagging indicator. Falsafahnya adalah, leading indicator
akan mencapai titik balik sebelum the rest of economy sehingga indikator ini dikatakan memiliki daya prediksi (predictive power). Informasi tentang leading indicator dapat membantu investasi dan keputusan perencanaan lainnya. Co-incident indicator bergerak pada waktu bersamaan dengan ekonomi dan lagging indicator menunjukkan bahwa ekonomi telah melampaui titik balik.
2.9. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengenai jumlah uang
beredar. Penelitian mengenai jumlah uang beredar pernah dilakukan Angela
(2004), studi yang dilakukan mengambil topik tentang pengaruh perkembangan
perbankan terhadap permintaan uang di Indonesia dan implikasi hasil penelitian
terhadap kebijakan moneter di Indonesia. Dalam penelitian kali ini yang
digunakan adalah uang dalam arti luas yaitu M2. Pada penelitian ini melihat pengaruh jumlah bank yang ada di Indonesia terhadap permintaan uang di
Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam mengolah datanya adalah Vector
perbankan di Indonesia dapat meningkatkan permintaan uang. Selain itu
perkembangan perbankan dapat meningkatkan suku bunga dan menurunkan
investasi, akibatnya output dan harga menjadi turun. Turunnya harga tersebut
dapat membantu tercapainya target kebijakan moneter di Indonesia.
Ireland (2001) dalam papernya yang berjudul Money’s Role In The
Monetary Business Cycle menggunakan maximum likelihood untuk mengestimasi parameter model. Tetapi masih menyatakan bahwa uang memainkan suatu peran
minimal di dalam monetary business cycle. Suatu model struktural kecil menyangkut monetary business cycle, menyiratkan real money balances, dengan
forward-looking kurva Philips. Model tersebut juga menyiratkan ukuran empiris dari real balances harus disesuaikan untuk pergeseran dalam uang menuntut dengan teliti mengisolasikan dan mengukur efek dinamis uang atas inflasi dan
output.
Siregar (2001) dalam disertasinya yang berjudul Empirical Evaluation of Rival Theories of The Business Cycle : Applications of Structural VAR Models to The New Zealand Economy. Sasaran dari disertasinya ini akan menyelesaikan
empirical test untuk tiga rival teori siklus bisnis dengan menggunakan data makroekonomi New Zealand. Ada tiga rival teori siklus bisnis dalam disertasi ini
yaitu, Real Business Cycle (RBC), New Keynesian (NK), dan Monetary Business Cycle (MBC). Hasil penelitian ini menemukan bahwa guncangan pada sisi permintaan sama pentingnya seperti guncangan teknologi. Guncangan pada nilai
tukar riil merupakan sumber fluktuasi yang paling utama dari sisi permintaan.
bunga domestik, jam kerja dan permintaan uang. Sumber fluktuasi dominan lain
adalah guncangan ketenagakerjaan, di dalam model NK-SVAR digambarkan
sebagai suatu kenaikan harga jual yang timbul akibat guncangan dari suatu
struktur pasar persaingan tidak sempurna.
2.10. Kerangka Pemikiran Konseptual
Dengan sejumlah permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam
penelitian ini, secara garis besar tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan,
maka sebagai langkah awal dilakukan studi literatur melalui berbagai sumber
mengenai teori-teori ekonomi dan hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan
uang dan business cycle. Kemudian dibuat suatu hipotesis berdasarkan studi literatur tersebut.
Hipotesis tersebut akan diuji dengan membandingkannya terhadap data
yang telah dianalisis sesuai dengan permasalahan. Hasil analisis terhadap data
tersebut kemudian dibandingkan dengan hipotesis. Sehingga pada akhirnya akan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual DATA
Adjusting for seasonality
HPF :
•Estimasi komponen trend •Estimasi komponen siklikal
Detrended :
Pemisahan komponen trend dan siklikal
Cross Correlation
Bentuk Korelasi Variabel dengan Variabel Referensi
VAR yang dikombinasikan dengan VECM
Estimasi VECM
VD dan IRF
Kesimpulan dan Saran Permasalahan :
1. Bagaimana bentuk korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi?
2. Faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi permintaan uang di Indonesia?
2.11. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan besaran koefisien korelasi antara jumlah uang beredar dan
siklus bisnis sebelum dan setelah krisis.
2. Jumlah uang beredar secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat output.
3. Jumlah uang beredar secara signifikan berpengaruh terhadap siklus bisnis
III. METODE PENELITIAN
3.1. Dokumentasi Fakta Empirik Business Cycle
Pemisahan komponen trend dan komponen siklikal dari data deret waktu
(time series) ekonomi makro digunakan untuk menganalisis fakta empirik yang telah teruji (stylized fact) business cycle Indonesia. Komponen siklikal variabel ekonomi makro ini kemudian dianalisis pola dan karakteristiknya dengan melihat
korelasinya dengan variabel referensi yakni PDB. Pendekatan statistik khusus
untuk mengestimasi trend dan komponen siklikal yang diaplikasikan dalam
penelitian ini adalah Hodrick-Prescott filter.
Hodrick-Prescott filter digunakan untuk menghitung deret waktu τ Ct ke
dalam komponen trend τt dan komponen siklikal Ct. Komponen trend yang
bersifat stokastik dan berubah secara kontinu secara alamiah sepanjang waktu.
Komponen trend dan komponen siklikal merupakan dua komponen yang tidak
berkorelasi.
Trend diperoleh dengan mengasumsikan bahwa jumlah total kuadrat
turunan kedua dari τt adalah kecil. Jika τt adalah trend dari data deret waktu (time
series) yt, maka secara formal estimasi τt dapat diperoleh dengan meminimisasi
fungsi kerugian (loss function) sebagai berikut (Supriana, 2004) :
(3.1)
di mana : [yt- τt] merupakan komponen siklikal dalam Hodrick-Prescott filter.
Masalah optimisasi ini dapat diselesaikan melalui syarat kecukupan (necessary condition) di bawah ini :
2 1 2 ) 2 1 )] ( ) [( ) ( }
min{ t t
T t t t t T t t
t y τ λ y τ τ τ
τ
∑
− +∑
− − −= −
(3.2)
Melalui aljabar sederhana dapat diperoleh :
(3.3)
di mana L adalah lag operator dan F(L) adalah bentuk polinomial dari lag
operator. Komponen siklikal [yt- τt] dapat dihitung melalui :
(3.4)
di mana C(L) adalah bentuk polinomial dari lag operator. Nilai λ yang digunakan untuk data triwulanan adalah 1600 (Supriana, 2004).
Secara operasional dekomposisi dengan Hodrick-Prescott filter dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Microfit.
3.2. Analisis Pola dan Karakteristik Business Cycle
Fluktuasi siklikal dideskripsi berdasarkan struktur korelasi silang (cross correlation) dari komponen siklikal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui fakta empirik variabel ekonomi makro yang diobservasi. Jika komponen siklikal dari
variabel ekonomi makro Xt, t = 1,...,t, maka koefisien korelasi silang antara Xt
dengan komponen siklikal PDB dalam t, adalah ρ(j), jε ( 0,±1,±2,...). Nilai ρ(j) untuk j = 0, memberikan informasi arah dan tingkat hubungan dari variabel relatif terhadap PDB.
[
( ) ( )]
2 ) (
2 − + − −1 − −1− −2
− yt τt λ τt τt τt τt
0 )] ( ) [( 2 )] ( ) [(
4 1− − − 1 + 2− 1 − 1− =
−
λ
τ
t+τ
tτ
tτ
t−λ
τ
t+τ
t+τ
t+τ
tt
t L L L L
y =(λ −2−4λ −1+(6+1)−4λ +λ 2)τ
⎣
λ(1 L) (1 L ) 1⎦
τt2 1
2 − +
−
= −
t
L F( )τ =
[
][
]
tHP
t F L F L y
Untuk j=0, koefisien korelasi silang dapat menunjukkan fase pergerakan
(phase shift) komponen siklikal variabel Xj relatif terhadap siklikal PDB. Xj
disebut leading (lagging) siklikal terhadap PDB jika ׀ ρ(j) ׀mencapai maksimum