II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Teori Kuantitas Uang
Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor
riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau
pendapatan nasional. Pengaruh uang hanyalah terhadap harga-harga barang.
Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Namun,
menurut kaum monetaris, uang mempunyai pengaruh terhadap sektor riil.
2.2.1. Teori Irving Fisher
Fisher berusaha untuk mengobservasi hubungan antara kuantitas uang M
(jumlah uang beredar) dengan jumlah total pengeluaran pada komoditi akhir
(barang dan jasa) P x Y (Mishkin, 2001). Konsep yang menyediakan hubungan antara M dengan P x Y sering disebut sebagai kecepatan uang (velocity of money), yaitu tingkat perputaran uang atau seberapa banyak rata-rata satu unit rupiah yang
] 1 ( [ 1 0 / 1 1 + × + + = = t r c c M M mm ] 1 ( [ 1 0 / 2 2 + × + + + = = t r c t c M M mm
dibelanjakan dalam bentuk barang dan jasa yang diproduksi (final goods) dalam ekonomi. Velocity of money(V) didefinisikan lebih tepat sebagai pengeluaran total
(PxY) dibagi dengan kuantitas uang (M) atau
(2.6)
Dengan mengalikan kedua sisinya dengan M, persamaan untuk pertukaran (equation of exchange) adalah sebagai berikut :
(2.7)
Persamaan (2.7) di atas menggambarkan bahwa jumlah kuantitas uang
dikali dengan seberapa banyak uang tersebut dibelanjakan dalam satu periode
harus sama dengan pendapatan nasional nominal. Persamaan (2.7) juga bisa
disebut persamaan identitas, yang artinya bahwa secara definisi memang
dibenarkan. Persamaan tersebut tidak menjelaskan apakah pada saat M berubah, pendapatan nominal (P x Y) akan berubah ke arah yang sama; peningkatan M
misalnya harus diimbangi dengan penurunan V sehingga perkalian antara M
dengan V (M x V) tidak berubah. Agar persamaan identitas tersebut dapat dijadikan teori dalam melihat bagaimana pendapatan nominal ditentukan, perlu
memahami faktor-faktor yang menjadi penentu dalam velocity.
Irving Fisher mengemukakan bahwa velocity dipengaruhi oleh institusi yang ada dalam ekonomi tersebut, yang mana setiap individu dapat melakukan
transaksi. Jika masyarakat lebih banyak menggunakan kartu kredit atau kartu debit
dalam melakukan transaksi, maka konsekuensinya penggunaan uang secara tunai
dalam aktivitas ekonomi akan berkurang. Fisher berpandangan bahwa
M
Y
P
V=( × )/
Y
P
V
M× = ×
institusional dan fasilitas teknologi dalam perekonomian akan berdampak pada
velocity hanya pada jangka panjang.
Pandangan Fisher bahwa velocity adalah konstan dalam jangka pendek menjabarkan kondisi persamaan (2.7) di atas. Ketika kuantitas uang M meningkat dua kali lipat, M x V juga akan meningkat sebesar dua kali lipat, begitu juga dengan P x Y (nilai dari pendapatan nominal). Oleh karena para ekonom klasik (termasuk Irving Fisher) berpikiran bahwa tingkat upah (wages) dan tingkat harga (prices) bergerak fleksibel (completely flexible), mereka percaya bahwa tingkat output agregat Y yang diproduksi pada keadaan normal akan tetap berada pada tingkat full employment. Dengan demikian, variabel Y dalam persaman (2.7) dapat diperlakukan konstan dalam jangka pendek. Teori kuantitas uang menyatakan
bahwa jika M meningkat dua kali lipat, P juga harus meningkat sebesar dua kali lipat karena V dan Y konstan. Bagi para ekonom klasik, teori kuantitas uang menyediakan penjelasan mengenai pergerakan tingkat harga. Pergerakan pada
tingkat harga menghasilkan perubahan hanya pada kuantitas uang (Mishkin,
2001).
Pada saat pasar uang berada pada kondisi keseimbangan, kuantitas uang M
yang dipegang oleh masyarakat akan sama dengan kuantitas uang yang diminta
(Md). Dengan demikian, variabel M dalam persamaan (2.7) dapat diganti dengan
Md. Apabila menggunakan k untuk mempresentasikan nilai (1/V), persamaan (2.7) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
(2.8)
PY k Md = ×
Persamaan (2.8) menjelaskan bahwa oleh karena k adalah konstan, tingkat
transaksi yang dihasilkan oleh PY uang tetap menentukan kuantitas uang Md yang diminta masyarakat. Dengan demikian, teori kuantitas uang yang dikemukakan
oleh Fisher memberi kesan bahwa tingkat permintaan uang merupakan fungsi
pendapatan murni, dan tingkat harga tidak memiliki dampak terhadap tingkat
permintaan uang.
Fisher mendapatkan kesimpulan ini karena dia percaya bahwa masyarakat
memegang uang hanya untuk melakukan transaksi dan tidak memiliki kebebasan
untuk menentukan berapa banyaknya uang yang ingin dipegang. Tingkat
permintaan uang ditentukan oleh :
1. Tingkat transaksi yang ditentukan oleh pendapatan nominal PY.
2. Institusi yang terdapat dalam ekonomi tersebut, yang mempengaruhi cara
masyarakat melakukan transaksi yang dapat menentukan velocity dan juga k.
2.2.2. Pendekatan Cambridge
Marshall memandang persamaan Irving Fisher dengan sedikit berbeda. Dia
tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode melainkan pada bagian dari pendapatan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas. Walaupun
pada akhirnya persamaan mereka menghasilkan hal yang sama dengan Fisher
(Md = k x PY), pendekatan mereka berbeda secara signifikan. Pendekatan mereka tidak melihat bahwa tingkat permintaan uang hanya ditentukan transaksi.
Sebaliknya, para ekonom Cambridge juga menyatakan bahwa seberapa banyak uang yang ingin dipegang oleh masyarakat ikut berpengaruh terhadap Md.
Dalam model yang dikembangkan oleh ekonom Cambridge terdapat dua alasan mengapa orang ingin memegang uang, yaitu :
1. Medium of exchange. Fungsi uang sebagai alat pertukaran yang dapat digunakan masyarakat dalam bertransaksi dan komponen transaksi Md
proporsional terhadap pendapatan nominal.
2. Store of wealth. Fungsi uang yang kedua ini memberi ide kepada ekonom
Cambridge bahwa tingkat kekayaan seseorang juga berpengaruh terhadap tingkat permintaan uang. Ketika kekayaan meningkat, orang tersebut perlu
menyimpannya ke dalam kuantitas aset yang lebih besar-salah satunya dalam
bentuk uang. Oleh karena pihak Cambridge percaya bahwa kekayaan (nominal) proporsional terhadap pendapatan (nominal), mereka juga percaya
bahwa kekayaan merupakan komponen dari permintaan uang yang
proporsional terhadap pendapatan nasional.
Terlihat bahwa kelompok Cambridge setuju dengan pendapat Fisher yang menyatakan tingkat suku bunga tidak memiliki peranan atas tingkat permintaan
uang dalam jangka pendek. Walaupun ekonom Cambridge sering memperlakukan
k sebagai variabel yang konstan dan setuju dengan Fisher bahwa pendapatan nominal ditentukan oleh kuantitas uang, pendekatan mereka memperbolehkan tiap
individu untuk memilih seberapa banyak uang yang akan dipegangnya. Keadaan
ini memperbolehkan kemungkinan variabel k untuk berfluktuasi dalam jangka pendek. Sebab, keputusan tentang penggunaan uang untuk menyimpan kekayaan
akan bergantung pada hasil dan ekspektasi imbal balik pada aset lain yang juga
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pandangan Fisher berbeda
dari kelompok Cambridge dalam hal faktor teknologi dan tidak adanya pengaruh tingkat bunga terhadap permintaan uang dalam jangka pendek. Ekonom
Cambridge lebih memfokuskan pada pilihan tiap individu dan menyatakan secara implisit bahwa tingkat bunga tidak berpengaruh terhadap permintaan akan uang.