• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7. Variance Decomposition (VD)

Dalam bab sebelumnya telah disebutkan bahwa penting untuk dapat

mencirikan struktur dinamis antar variabel dalam VECM. Hal ini dapat dilakukan

baik melalui VD di mana pola VD ini dapat mengindikasikan sifat dari kausalitas

multivariat diantara variabel dalam model VEC, maupun melalui Impulse Response Function (IRF) di mana dapat ditelusuri respon variabel terhadap kejutan dalam variabel lainnya.

Namun, VD dan IRF sangat sensitif terhadap pengurutan variabel. Doan

dalam Nurdin (2003) menyarankan pengurutan variabel yang didasarkan pada

faktorisasi Choleski, dengan catatan variabel yang relatif paling sulit dipengaruhi oleh variabel lain diletakkan paling awal, sementara variabel yang tidak memiliki

nilai prediksi terhadap variabel lain diletakkan di belakang, sedangkan variabel

yang memiliki korelasi prediksi terhadap variabel lain diletakkan berdampingan

satu sama lain. Suku bunga luar negeri cenderung sulit dipengaruhi oleh variabel

lain, oleh karena itu diletakkan paling awal, kemudian diikuti oleh PDB, PDB

tidak diletakkan paling belakang karena jika PDB diletakkan paling belakang

nilainya akan cenderung berfluktuasi. Setelah PDB, kemudian nilai tukar, suku

Tabel 14. Variance Decomposition terhadap Output

Periode S.E. TB LPDB LER IDEP LM2 LIHK

1 0.003882 0.842862 99.15714 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 5 0.014800 12.93508 19.27906 30.39927 10.41768 8.971676 17.99723 10 0.021935 11.06135 6.737950 41.47650 13.14192 6.013646 21.56863 15 0.026759 11.64756 5.788967 37.79244 13.78858 6.270921 24.71153 20 0.030560 14.13975 5.330304 33.72705 13.94404 6.348943 26.50992 25 0.033679 17.53865 4.929025 30.59009 13.62848 6.168069 27.14568 30 0.036354 21.48197 4.659533 27.88615 13.03871 5.891905 27.04173 35 0.038692 25.63091 4.401436 25.63440 12.32065 5.551965 26.46064 40 0.040769 29.71515 4.161033 23.74581 11.56307 5.193926 25.62101 45 0.042638 33.58875 3.939656 22.14684 10.81945 4.843479 24.66182 50 0.044335 37.17537 3.736427 20.78716 10.11816 4.513395 23.66948 55 0.045888 40.44826 3.551882 19.62298 9.471896 4.209782 22.69520 60 0.047321 43.40953 3.385201 18.61995 8.884322 3.934260 21.76674

Hasil VD terhadap output dapat dilihat pada Tabel 14 di atas, dan

selengkapnya pada Lampiran 10. Untuk output terlihat bahwa pada tahap pertama

ke depan varians output disebabkan oleh inovasi di dalam output sendiri sebesar

99,16 persen. Sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh cukup dominan

terhadap varians output adalah inovasi pada nilai tukar yaitu dari 30,40 persen

pada tahap ke 5 sampai 41,47 persen pada tahap ke 10. Inovasi pada nilai tukar

mempunyai pengaruh paling dominan terhadap varians output mulai tahap ke 5

hingga tahap ke 35. Sementara itu, inovasi pada suku bunga luar negeri

mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap varians output yaitu sekitar

26,46 persen pada tahap ke 36 hingga 43,41 persen pada tahap ke 60. Hasil VD

terhadap output tersebut mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang, varians

Tabel 15. Variance Decomposition terhadap Uang Beredar

Periode S.E. TB LPDB LER IDEP LM2 LIHK

1 0.017920 0.619433 1.356481 62.90407 0.077124 35.04289 0.000000 5 0.065040 11.28437 15.21643 54.07579 1.219137 15.07600 3.128277 10 0.079968 39.80117 13.19861 32.36116 1.048429 11.26616 2.324460 15 0.089473 61.15407 9.471134 18.12848 0.777904 8.910417 1.557997 20 0.095722 73.13279 7.145984 10.91470 0.631559 7.104787 1.070182 25 0.101782 80.31092 5.630906 7.020672 0.516016 5.782334 0.739155 30 0.106834 84.79673 4.618966 4.801345 0.431611 4.828765 0.522586 35 0.111169 87.74730 3.919206 3.461973 0.369018 4.122366 0.380141 40 0.114945 89.78145 3.412602 2.613981 0.321007 3.585481 0.285482 45 0.118229 91.23670 3.033066 2.056440 0.283514 3.168029 0.222255 50 0.121113 92.31061 2.740241 1.678837 0.253650 2.836634 0.180024 55 0.123660 93.12386 2.508650 1.417185 0.229449 2.568811 0.152046 60 0.125923 93.75324 2.321689 1.232672 0.209546 2.348970 0.133880

Hasil VD terhadap uang beredar dapat dilihat pada Tabel 15 di atas, dan

selengkapnya pada Lampiran 10. Untuk uang beredar terlihat bahwa pada tahap

pertama ke depan varians uang beredar disebabkan oleh inovasi di dalam uang

beredar sendiri hanya sebesar 35, 04 persen. Variabel yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap varians uang beredar adalah inovasi pada nilai tukar yaitu dari

62,90 persen pada tahap pertama hingga 36,42 persen pada tahap ke 9. Sedangkan

variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah inovasi pada suku

bunga luar negeri yaitu dari 39,80 persen pada tahap ke 10 sampai 93,75 persen

pada tahap ke 60. Hasil VD terhadap output dan uang beredar tersebut

mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang, varians output dan varians uang

beredar di Indonesia, dominan dipengaruhi oleh inovasi pada suku bunga luar

Tabel 16. Variance Decomposition terhadap Harga

Periode S.E. TB LPDB LER IDEP LM2 LIHK

1 0.034366 0.024533 0.618839 21.87577 7.029122 28.00138 42.45037 5 0.101219 0.573653 12.99652 68.81273 4.094626 3.180770 10.34170 10 0.159263 5.197173 15.73550 67.64070 2.884752 1.767648 6.774228 15 0.220798 10.82409 15.82524 64.16672 2.360602 1.490540 5.332813 20 0.288894 16.26421 15.72063 60.30135 2.087580 1.290102 4.336129 25 0.361655 22.32750 15.33758 55.76441 1.859902 1.142715 3.567892 30 0.437479 28.42496 14.78269 51.11411 1.677504 1.031846 2.968897 35 0.515487 34.26293 14.15256 46.62975 1.524665 0.940718 2.489383 40 0.595061 39.70625 13.49196 42.44338 1.392849 0.864232 2.101328 45 0.675707 44.66592 12.83765 38.63282 1.278846 0.799050 1.785710 50 0.757046 49.12435 12.21055 35.21482 1.179694 0.742872 1.527718 55 0.838768 53.09919 11.62169 32.17592 1.093177 0.694136 1.315880 60 0.920616 56.62622 11.07610 29.48745 1.017481 0.651624 1.141127

Hasil VD terhadap tingkat harga dapat dilihat pada Tabel 16 di atas, dan

selengkapnya pada Lampiran 10. Inovasi pada output hanya mempunyai pengaruh

yang kecil terhadap tingkat harga, yaitu sekitar 0,62 persen hingga 11,08 persen.

Inovasi pada nilai tukar mempunyai pengaruh yang cukup besar, yaitu 21,88

persen pada tahap pertama sampai 41,65 persen pada tahap ke 41. Sementara itu,

variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat harga adalah

suku bunga luar negeri, yaitu 41,75 persen pada tahap ke 42 hingga 56, 63 persen

pada tahap ke 60. Hasil VD terhadap tingkat output, uang beredar dan tingkat

harga dominan dipengaruhi oleh suku bunga luar negeri.

4.8. Impulse Response Function (IRF)

Impulse Response Function adalah respon sebuah variabel endogen jika mendapatkan shock atau inovasi variabel eksogen sebesar satu standar deviasi.

Penelitian ini akan melihat respon dinamik business cycle Indonesia terhadap beberapa guncangan ekonomi.

4.8.1. Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Kebijakan Bank Sentral AS

Pengaruh guncangan kebijakan suku bunga AS sebesar 1 standar deviasi

terhadap business cycle Indonesia dapat dilihat pada Gambar 18-22.

Gambar 18. Respon Suku Bunga AS terhadap Kebijakan Suku Bunga AS

Gambar 19. Respon PDB terhadap Kebijakan Suku Bunga AS

.003 .004 .005 .006 .007 .008 10 20 30 40 50 60 Response of TB to Cholesky One S.D. TB Innovation .00 .01 .02 .03 .04 .05 10 20 30 40 50 60 Response of LPDB to Cholesky One S.D. TB Innovation

Gambar 20. Respon Nilai Tukar terhadap Kebijakan Suku Bunga AS

Gambar 21. Respon Permintaan Uang terhadap Kebijakan Suku Bunga AS

Gambar 22. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Kebijakan suku bunga AS

-.02 .00 .02 .04 .06 .08 .10 .12 .14 10 20 30 40 50 60

Response of LER to Cholesky One S.D. TB Innovation -.04 .00 .04 .08 .12 .16 .20 10 20 30 40 50 60 Response of LM2 to Cholesky One S.D. TB Innovation -.010 -.005 .000 .005 .010 .015 .020 10 20 30 40 50 60

Response of IDEP3BLN to Cholesky One S.D. TB Innovation

Guncangan kebijakan suku bunga AS mengakibatkan suku bunga AS

meningkat pada awal guncangan sebesar 0.3 persen. Meningkat selama 5 triwulan,

dan kemudian turun pada triwulan berikutnya. Suku bunga AS akhirnya menurun

tajam mencapai keseimbangannya sesudah triwulan ke 58. Guncangan ini

menyebabkan PDB Indonesia mengalami ekspansi sampai triwulan ke-5 sejak

adanya guncangan, mendatar selama 2 triwulan. Kemudian terkontraksi selama 5

triwulan berikutnya. Ekspansi kembali dalam persentase yang jauh lebih besar

dari kontraksinya.

Meningkatnya suku bunga AS akan menyebabkan menurunnya suku

bunga domestik selama 3 triwulan pertama. Kemudian meningkat tajam sampai

triwulan ke 9, kontraksi kembali selama 7 triwulan dan ekspansi kembali dalam

persentase yang jauh lebih kecil dari besar kontraksinya. Keseimbangan dicapai

setelah 55 triwulan. Guncangan kebijakan suku bunga AS sebesar satu standar

deviasi menyebabkan suku bunga domestik meningkat sebesar 2 persen hingga

triwulan ke 9 dan menurun kembali, dalam jangka panjang meningkat sekitar 0,9

persen.

Peningkatan suku bunga domestik dan suku bunga AS ini menyebabkan

permintaan agregat meningkat, sehingga PDB mengalami ekspansi. Guncangan

ini menyebabkan suku bunga AS menurun setelah triwulan ke-5 untuk kembali

pada keseimbangan yang baru. Hal ini tidak diikuti dengan turunnya suku bunga

domestik, hanya laju peningkatannya saja yang berkurang. Keadaan ini juga

menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga AS akan diikuti oleh kenaikan suku

menurunkan suku bunga domestik, tetapi ada lag beberapa triwulan hingga kemudian suku bunga domestik mulai mengikuti trend turunnya suku bunga AS.

Guncangan kebijakan suku bunga AS menyebabkan nilai tukar meningkat

selama 8 triwulan, mendatar selama 3 triwulan dan meningkat lagi untuk akhirnya

kembali pada keseimbangan jangka panjang. Permintaan uang meningkat sebesar

17 persen dalam jangka panjang. Permintaan uang meningkat tajam sejak awal

terjadinya guncangan. Meningkatnya suku bunga AS akan mengakibatkan suku

bunga domestik juga naik secara proporsional.

4.8.2. Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Output

Pengaruh guncangan output sebesar 1 standar deviasi diuraikan pada

Gambar 23-27. Guncangan ini pada awalnya memang menurunkan PDB tetapi

akhirnya PDB meningkat setelah 7 triwulan pertama sebesar 0,6 persen. Hal ini

menunjukkan adanya lag antara guncangan dengan pengaruh yang terjadi. Dalam jangka panjang PDB mencapai ekuilibrium setelah 50 triwulan dan PDB

meningkat sebesar 0,8 persen. Suku bunga domestik meningkat pada 4 triwulan

pertama setelah guncangan, kemudian menurun tajam hingga 7 triwulan

berikutnya, kemudian meningkat kembali selama 6 triwulan, mendatar selama 2

triwulan dan menurun kembali sampai triwulan ke-20.

Satu-satunya variabel yang dapat menjadi penyebab turunnya PDB ketika

terjadi guncangan adalah variabel suku bunga domestik. Meningkatnya suku

bunga domestik akan meningkatkan suku bunga riil, investasi akan turun akibat

menyebabkan menurunnya PDB. Guncangan output sebesar satu standar deviasi

akan meningkatkan PDB sebesar 0,8 persen. Guncangan output tidak berpengaruh

terhadap suku bunga domestik dalam jangka panjang.

Gambar 23. Respon PDB terhadap Guncangan Output

Gambar 24. Respon Permintaan Uang terhadap Guncangan Output

.000 .004 .008 .012 .016 .020 10 20 30 40 50 60 Response of LPDB to Cholesky One S.D. LPDB Innovation .000 .004 .008 .012 .016 .020 .024 10 20 30 40 50 60 Response of LM2 to Cholesky One S.D. LPDB Innovation

Gambar 25. Respon Nilai Tukar terhadap Guncangan Output

Gambar 26. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Guncangan Output

Gambar 27. Respon Harga terhadap Guncangan Output

.03 .04 .05 .06 .07 .08 .09 10 20 30 40 50 60

Response of LER to Cholesky One S.D. LPDB Innovation -.008 -.004 .000 .004 .008 .012 .016 10 20 30 40 50 60

Response of IDEP3BLN to Cholesky One S.D. LPDB Innovation .000 .005 .010 .015 .020 .025 .030 10 20 30 40 50 60

Response of LIHK to Cholesky One S.D. LPDB Innovation

Guncangan output menyebabkan peningkatan permintaan uang sebesar 2,2

persen pada 4 triwulan pertama. Permintaan uang ekspansi tajam mencapai 2 kali

lebih tajam dari peningkatan jangka panjangnya. Pada saat yang sama permintaan

uang terkontraksi dan meningkat kembali tetapi tidak setajam pada saat awal

terjadinya guncangan. Permintaan uang akhirnya menurun stabil. Dalam jangka

panjang peningkatan output sebesar 1 standar deviasi menyebabkan permintaan

uang meningkat sebesar 2 persen.

Guncangan output menyebabkan peningkatan nilai tukar sekitar 8,6 persen

pada 3 triwulan pertama. Selanjutnya turun selama 7 triwulan berikutnya,

kemudian meningkat kembali sekitar 5,7 persen setelah triwulan ke-15

selanjutnya turun dan meningkat kembali. Dalam jangka panjang nilai tukar

mencapai ekuilibrium setelah 25 triwulan. Harga meningkat tajam sampai 6

triwulan pertama akibat adanya guncangan output, kemudian menurun selama 6

triwulan tetapi dalam persentase yang jauh lebih kecil dibanding dengan

peningkatan saat terjadi guncangan. Selanjutnya meningkat kembali dan stabil

setelah 20 triwulan. Setiap peningkatan sebesar 1 standar deviasi output

meningkatkan harga 2,9 persen dalam jangka panjang.

4.8.3. Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Permintaan Uang

Respon guncangan 1 standar deviasi terhadap permintaan uang disajikan

pada Gambar 28-32. Guncangan ini menyebabkan PDB menurun selama 2

triwulan pertama sebesar 1 persen. Turunnya PDB disebabkan karena suku

meningkatkan suku bunga riil, investasi akan turun akibat adanya peningkatan

suku bunga riil tersebut. Menurunnya investasi akan menyebabkan menurunnya

PDB. Ketika nilai tukar terdepresiasi setelah triwulan ke-3, PDB ekspansi kembali

hingga triwulan ke 15, selanjutnya PDB menurun kembali. Dalam jangka panjang,

PDB mencapai ekuilibrium setelah 20 triwulan. Setiap peningkatan sebesar 1

standar deviasi permintaan uang akan menurunkan PDB sebesar 0,8 persen dalam

jangka panjang. Guncangan permintaan uang mengakibatkan nilai tukar

terapresiasi selama 3 triwulan pertama, nilai tukar terdepresiasi pada triwulan

berikutnya, terapresiasi kembali pada triwulan ke-7 kemudian nilai tukar

terapresiasi sebesar 0,19 persen setelah triwulan ke-10 selanjutnya terdepresiasi

dan terapresiasi kembali. Dalam jangka panjang nilai tukar mencapai ekuilibrium

setelah 35 triwulan.

Gambar 28. Respon PDB terhadap Guncangan Permintaan Uang -.012 -.010 -.008 -.006 -.004 -.002 .000 10 20 30 40 50 60 Response of LPDB to Cholesky One S.D. LM2 Innovation

Gambar 29. Respon Nilai Tukar terhadap Guncangan Permintaan Uang

Gambar 30. Respon Permintaan Uang Terhadap Guncangan Permintaan Uang

Gambar 30. Respon Permintaan Uang terhadap Guncangan Permintaan Uang

Gambar 31. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Guncangan Permintaan Uang

-.024 -.020 -.016 -.012 -.008 -.004 .000 10 20 30 40 50 60

Response of LER to Cholesky One S.D. LM2 Innovation .014 .015 .016 .017 .018 .019 .020 .021 10 20 30 40 50 60 Response of LM2 to Cholesky One S.D. LM2 Innovation -.001 .000 .001 .002 .003 .004 .005 .006 10 20 30 40 50 60

Response of IDEP3BLN to Cholesky One S.D. LM2 Innovation

Gambar 32. Respon Harga terhadap Guncangan Permintaan Uang

Guncangan permintaan uang menyebabkan suku bunga domestik

meningkat selama 2 triwulan pertama sebesar 0,5 persen, kemudian turun tajam

setelah triwulan ke-2 sekitar 0,3 persen selanjutnya meningkat dan turun kembali.

Dalam jangka panjang suku bunga domestik mencapai keseimbangan setelah 30

triwulan. Guncangan ini juga menyebabkan tingkat harga meningkat tajam selama

3 triwulan pertama sebesar 1,1 persen, kemudian turun setelah triwulan ke-3

sekitar 0,5 persen selanjutnya meningkat dan turun kembali. Tingkat harga

mencapai keseimbangan setelah 60 triwulan. .005 .006 .007 .008 .009 .010 .011 .012 10 20 30 40 50 60

Response of LIHK to Cholesky One S.D. LM2 Innovation

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian yaitu

tahun 1990.I-2005.III korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia

berbentuk leading indicator, dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,60. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan adanya perbedaan besaran koefisien korelasi

antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi

terjadi. Korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia sebelum krisis

ekonomi terjadi berbentuk leading indicator. Sementara, setelah krisis ekonomi terjadi, korelasi antara uang dengan siklus bisnis berbentuk co-incident indicator

dengan nilai koefisien korelasinya berturut-turut adalah 0,41 dan 0,46.

Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang paling

dominan dalam mempengaruhi permintaan uang di Indonesia adalah suku bunga

luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari hasil VD yang menunjukkan bahwa pada

jangka panjang, suku bunga luar negeri (US Treasury Bills Rate 3 Month) lebih banyak berpengaruh terhadap permintaan uang. Dari hasil ini, dapat pula

menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan perekonomian terbuka kecil, di

mana kebijakan dari negara lain masih akan sangat berpengaruh terhadap

perekonomiannya.

Guncangan permintaan uang menyebabkan PDB menurun selama 2

triwulan pertama sebesar 1 persen, kemudian ekspansi kembali hingga triwulan

ekuilibrium setelah 20 triwulan. Setiap peningkatan sebesar 1 standar deviasi

permintaan uang akan menurunkan PDB sebesar 0,8 persen dalam jangka

panjang.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa kebijakan moneter melalui

uang beredar masih cukup efektif dalam mencapai sasaran akhir yaitu tingkat

output. Sementara itu, kebijakan moneter melalui uang beredar tidak efektif dalam

mencapai sasaran akhir tingkat harga. Oleh karena itu, perlu sekali adanya fokus

dari sasaran atau tujuan makroekonomi yang ingin dicapai oleh pemerintah,

apakah kestabilan harga atau pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga

kebijakan yang diambil nantinya akan lebih efektif dalam mempengaruhi tingkat

output maupun tingkat harga.

Pemerintah masih harus memperhatikan kebijakan yang diambil oleh

negara lain, dan diharapkan kebijakan yang diambilnya telah disesuaikan dengan

kebijakan negara lain, agar dampak kebijakan tidak saling meniadakan. Karena

berdasarkan hasil VD terhadap output dan uang beredar, mengindikasikan bahwa

dalam jangka panjang, varians output dan varians uang beredar di Indonesia,

5.3. Saran Untuk Penelitian Lanjutan

Dalam kajian ini jenis uang beredar yang digunakan adalah uang beredar

dalam arti luas, yaitu M2. Untuk masa yang akan datang, maka kajian dapat

diperluas dengan memasukkan jenis uang beredar dalam arti sempit, yaitu M1

maupun M0 (base money). Kajian ini juga hanya melihat pengaruh uang terhadap

business cycle Indonesia. Guncangan yang diakibatkan oleh tingkat harga dan tingkat suku bunga domestik belum dikaji. Penelitian tentang pengaruh tingkat

harga dan tingkat suku bunga domestik terhadap business cycle Indonesia juga perlu dilakukan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

---. 2005. Eviews Training 2005. Hipotesa, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Angela, C. 2004. Pengaruh Perkembangan Perbankan Terhadap Permintaan Uang di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bank Indonesia. 1990-2005. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta.

Christiano, L.J., M. Eichenbaum, dan C.L. Evans. 1998. “Modeling Money.” NBER Working Paper. No. 6371.

Desk Penelitian dan Pengembangan Urusan Ekonomi dan Statistik. 1995.

Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia. Kertas Kerja Staf. Bank Indonesia. Jakarta.

Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second Edition. Wiley, USA. Farmer, R.E.A. 1996. “Money in a Real Business Cycle Model”. Journal of

Money, Credit and Banking. Volume 29: 568-611.

International Monetary Fund (IMF). International Financial Statistics (IFS).

www.imf.org [6 Februari 2006]

Ireland, P.N. 2001. “Money’s Role in the Monetary Business Cycle.” NBER Working Paper. No. 8815.

Johansen, S. 1995. Likelihood-Based Inference in Cointegrated Vector Autoregressive Models. Oxford University Press, US.

Laksani, C.S. 2004. Netralitas Uang di Indonesia Melalui Analisis Efektifitas Uang Beredar Dalam Mencapai Tujuan Makroekonomi [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lipsey, et all. 1995. Pengantar Makroekonomi. Jaka W., Kirbrandoko, Budijanto [penerjemah]. Binarupa Aksara, Jakarta.

Mankiw, N.G. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi ke-4. Erlangga, Jakarta.

Mishkin, F.S. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Edisi ke-6. Columbia University, New York.

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi ke-4. BPFE, Yogyakarta.

Nurdin, I. 2003. Hubungan Kausalitas Antara Uang Beredar, Pendapatan Nasional dan Tingkat Harga Penerapan Metodologi VAR [skripsi]. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.

Pasaribu, S.H. 2004. Eviews untuk Analisis Runtut Waktu. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siregar, H. 2001. Empirical Evaluation of Rival Theories of The Business Cycle : Applications of Structural VAR Models To The New Zealand Economy

[disertasi]. Lincoln University. New Zealand.

Siregar, H., dan B. D. Ward. 2001. ”Long Run Money Demand, Long Run Spending Balance and Macro-Economic Fluctuation: Application of A Cointegrating SVAR Model To The Indonesian Macroeconomy.”

International Economics. Genova.

Siregar, H., dan B. D. Ward. 2002. “Can Monetary Policy/Shock Stabilise Indonesian Macroeconomic Fluctuations?” Monetary and Financial Management in Asia in the 21st Century. World Scientific. New Jersey. Solikin dan Suseno. 2002. Uang : Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya

dalam Perekonomian. Pusat Penelitian dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia. Jakarta.

Solikin dan Suseno. 2002. Penyusunan Statistik Uang Beredar. Pusat Penelitian dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia. Jakarta.

Supriana, T. 2004. Dampak Guncangan Struktural Terhadap Fluktuasi Ekonomimakro Indonesia: Suatu Kajian Business Cycle Dari Sisi Permintaan [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thomas, R.L. 1997. Modern Econometrics An Introduction. Addison Wesley Longman Limited, England.

Lampiran 1. Data yang digunakan dalam penelitian

obs UK UG M2 ER iDEP TB IHK PDB

1990:1 7780 14375 64,367 1823 0.1623 0.0787 27.5917 1810.617 1990:2 8279 14926 70,125 1844 0.1608 0.0774 28.203 1832.5 1990:3 8930 14050 76,907 1864 0.1836 0.0738 29.3223 1871.102 1990:4 9094 14725 84,630 1901 0.21 0.0681 29.8551 1820.861 1991:1 9026 14544 81,124 1932 0.2421 0.0591 30.1914 1952.112 1991:2 8824 15785 87,757 1954 0.2501 0.056 30.8856 1981.506 1991:3 9025 16780 93,328 1968 0.2261 0.0525 31.9968 2033.547 1991:4 9346 16996 99,059 1992 0.2188 0.0412 32.7243 1979.11 1992:1 11025 16293 100,796 2017 0.2129 0.0405 33.1556 2009.947 1992:2 9944 16900 106,922 2033 0.2009 0.037 33.73 2038.69 1992:3 10440 17186 113,487 2038 0.1848 0.0297 34.0215 2159.605 1992:4 11478 17301 119,052 2062 0.1672 0.0325 34.3582 2139.693 1993:1 12324 18268 123,161 2071 0.1571 0.0297 36.2094 2142.593 1993:2 12386 19177 124,340 2088 0.1519 0.031 36.927 2178.108 1993:3 13106 21935 136,387 2108 0.1376 0.0296 37.3651 2288.874 1993:4 14431 22605 145,202 2110 0.1179 0.0308 37.868 2277.385

1994:1 15652 22800 148,829 2144 0.1153 0.0352 39.0731 2251.651 1994:2 15825 24281 152,798 2160 0.1207 0.0418 39.7303 2340.481 1994:3 17555 24853 162,900 2181 0.1335 0.0464 40.6891 2452.991 1994:4 18637 26985 174,512 2200 0.1427 0.0564 41.5158 2443.479 1995:1 18902 26006 181,701 2219 0.1592 0.0573 42.6545 2497.814 1995:2 19186 27859 192,127 2246 0.1709 0.055 43.8955 2543.951 1995:3 19564 29417 206,079 2276 0.176 0.0526 44.4768 2633.283 1995:4 20807 31870 222,638 2308 0.1715 0.0516 45.168 2638.66 1996:1 21121 32041 232,493 2336 0.1729 0.0496 47.1806 2597.042 1996:2 21271 35177 249,445 2342 0.1735 0.0511 47.401 2718.213 1996:3 21055 38629 259,928 2340 0.1725 0.0515 47.6118 2876.178 1996:4 22487 41602 288,631 2383 0.1703 0.0487 48.0414 3002.681 1997:1 23312 40253 294,581 2419 0.1647 0.0514 49.2843 2958.366 1997:2 23754 46196 312,839 2450 0.1593 0.0492 49.7123 3005.413 1997:3 23916 42342 329,074 3275 0.2622 0.0497 50.6412 3223.699 1997:4 28424 49919 355,643 4650 0.2392 0.0516 52.4484 3227.019 1998:1 38196 60074 449,824 8325 0.2726 0.0503 62.8489 3463.131 1998:2 44924 64556 565,785 14900 0.4063 0.0499 74.3726 3124.632

1998:3 42725 59838 550,404 10700 0.4738 0.0474 89.2947 3062.477 1998:4 41394 59803 577,381 8025 0.4923 0.0442 93.5622 2844.183 1999:1 44682 61023 603,326 8685 0.3485 0.0448 98.0121 2808.092 1999:2 43530 62434 615,411 6726 0.2739 0.0459 97.3621 2789.545 1999:3 46424 71700 652,289 8386 0.1588 0.0473 95.176 2916.26 1999:4 58353 66280 646,205 7100 0.1295 0.0523 95.1095 2895.105 2000:1 51197 73466 656,451 7590 0.124 0.0572 97.4509 3327.132 2000:2 55831 78001 684,335 8735 0.1169 0.0574 98.4338 3416.652 2000:3 56844 78586 686,455 8780 0.1284 0.0599 100.628 3585.314 2000:4 72371 89815 747,027 9595 0.1324 0.05833 103.494 3560.013 2001:1 60114 88261 766,812 10400 0.1486 0.045 106.558 3734.642 2001:2 66201 93941 796,441 11440 0.15 0.034775 109.409 3876.071 2001:3 69047 95190 783,104 9675 0.1616 0.0287 113.47 3823.962 2001:4 76342 101389 844,054 10400 0.1724 0.01715 116.579 3674.255 2002:1 69716 96457 831,410 9655 0.1702 0.018113 122.053 3722.932 2002:2 71975 102042 838,635 8730 0.1585 0.01705 123.146 3791.613 2002:3 72757 109034 859,706 9015 0.1436 0.01631 125.241 3920.681 2002:4 80686 111253 883,908 8940 0.1363 0.01197 128.557 3776.162

2003:1 72323 108916 877,776 8908 0.129 0.01123 131.506 3791.051 2003:2 77091 117787 894,554 8285 0.1155 0.0094 131.772 3814.847 2003:3 81118 126469 911,223 8389 0.0858 0.00941 132.893 3938.371 2003:4 94542 129257 955,692 8465 0.0714 0.00893 135.688 3771.395 2004:1 86881 132205 935,248 8587 0.0611 0.00938 137.925 3850.832 2004:2 97574 136152 975,166 9415 0.0631 0.01284 140.645 3979.729 2004:3 99505 141406 986,806 9170 0.0661 0.016675 142.146 4151.098 2004:4 109265 144553 1,033,528 9290 0.0671 0.022038 144.35 4102.702 2005:1 98584 151908 1,020,693 9480 0.0693 0.027563 148.591 4227.605 2005:2 106125 161510 1,073,746 9713 0.0719 0.029963 151.397 4367.841 2005:3 114998 158956 1,150,451 10310 0.0851 0.03455 154.104 4564.943

Lampiran 2. Uji Stasioneritas Data Log Uang Kartal pada Level

Null Hypothesis: LUK has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.541895 0.8751 Test critical values: 1% level -3.540198

5% level -2.909206

10% level -2.592215

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LUK)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:05 Sample(adjusted): 1990:2 2005:3

Included observations: 62 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LUK(-1) -0.005185 0.009567 -0.541895 0.5899

C 0.097379 0.099030 0.983321 0.3294

R-squared 0.004870 Mean dependent var 0.043891 Adjusted R-squared -0.011715 S.D. dependent var 0.062811 S.E. of regression 0.063178 Akaike info criterion -2.653992 Sum squared resid 0.239488 Schwarz criterion -2.585375 Log likelihood 84.27375 F-statistic 0.293650 Durbin-Watson stat 1.937298 Prob(F-statistic) 0.589898

Log Uang Kartal pada 1st Dif

Null Hypothesis: D(LUK) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.550592 0.0000 Test critical values: 1% level -3.542097

5% level -2.910019

10% level -2.592645

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LUK,2)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:09 Sample(adjusted): 1990:3 2005:3

Included observations: 61 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LUK(-1)) -0.977878 0.129510 -7.550592 0.0000

C 0.041989 0.009873 4.253080 0.0001

R-squared 0.491429 Mean dependent var -0.000433 Adjusted R-squared 0.482810 S.D. dependent var 0.088165 S.E. of regression 0.063405 Akaike info criterion -2.646326 Sum squared resid 0.237188 Schwarz criterion -2.577117 Log likelihood 82.71294 F-statistic 57.01144 Durbin-Watson stat 2.003965 Prob(F-statistic) 0.000000

Log Uang Giral pada Level

Null Hypothesis: LUG has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.067387 0.9479 Test critical values: 1% level -3.542097

5% level -2.910019

10% level -2.592645

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LUG)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:04 Sample(adjusted): 1990:3 2005:3

Included observations: 61 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LUG(-1) -0.000595 0.008831 -0.067387 0.9465 D(LUG(-1)) -0.213755 0.129753 -1.647407 0.1049

R-squared 0.045475 Mean dependent var 0.038742 Adjusted R-squared 0.012561 S.D. dependent var 0.053338 S.E. of regression 0.053002 Akaike info criterion -2.989045 Sum squared resid 0.162934 Schwarz criterion -2.885232 Log likelihood 94.16589 F-statistic 1.381617 Durbin-Watson stat 1.967125 Prob(F-statistic) 0.259314

Log Uang Giral pada 1st Dif

Null Hypothesis: D(LUG) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.481978 0.0000 Test critical values: 1% level -3.542097

5% level -2.910019

10% level -2.592645

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LUG,2)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:09 Sample(adjusted): 1990:3 2005:3

Included observations: 61 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LUG(-1)) -1.214571 0.128093 -9.481978 0.0000

C 0.047130 0.008388 5.619030 0.0000

R-squared 0.603782 Mean dependent var -0.000351 Adjusted R-squared 0.597066 S.D. dependent var 0.082790 S.E. of regression 0.052553 Akaike info criterion -3.021754 Sum squared resid 0.162947 Schwarz criterion -2.952545 Log likelihood 94.16350 F-statistic 89.90791 Durbin-Watson stat 1.966549 Prob(F-statistic) 0.000000

Log M2 pada Level

Null Hypothesis: LM2 has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.583807 0.4847 Test critical values: 1% level -3.542097

5% level -2.910019

10% level -2.592645

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LM2)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:03 Sample(adjusted): 1990:3 2005:3

Included observations: 61 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LM2(-1) -0.009598 0.006060 -1.583807 0.1187 D(LM2(-1)) 0.253571 0.125952 2.013238 0.0487

C 0.156329 0.079023 1.978277 0.0527

R-squared 0.130697 Mean dependent var 0.045738 Adjusted R-squared 0.100721 S.D. dependent var 0.042793 S.E. of regression 0.040581 Akaike info criterion -3.523118 Sum squared resid 0.095514 Schwarz criterion -3.419304 Log likelihood 110.4551 F-statistic 4.360050 Durbin-Watson stat 1.990993 Prob(F-statistic) 0.017217

Log M2 pada 1st Dif

Null Hypothesis: D(LM2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.639893 0.0000 Test critical values: 1% level -3.542097

5% level -2.910019

10% level -2.592645

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LM2,2)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:08 Sample(adjusted): 1990:3 2005:3

Included observations: 61 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LM2(-1)) -0.696201 0.123442 -5.639893 0.0000

C 0.031759 0.007743 4.101885 0.0001

R-squared 0.350280 Mean dependent var -0.000275 Adjusted R-squared 0.339268 S.D. dependent var 0.050558 S.E. of regression 0.041096 Akaike info criterion -3.513565 Sum squared resid 0.099645 Schwarz criterion -3.444356 Log likelihood 109.1637 F-statistic 31.80839 Durbin-Watson stat 2.027029 Prob(F-statistic) 0.000001

Log ER pada Level

Null Hypothesis: LER has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.072714 0.7212 Test critical values: 1% level -3.542097

5% level -2.910019

10% level -2.592645

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LER)

Method: Least Squares Date: 06/24/06 Time: 16:01 Sample(adjusted): 1990:3 2005:3

Included observations: 61 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LER(-1) -0.026244 0.024465 -1.072714 0.2878 D(LER(-1)) 0.307302 0.124729 2.463761 0.0167

C 0.240157 0.205921 1.166256 0.2483 R-squared 0.105041 Mean dependent var 0.028244

Adjusted R-squared 0.074180 S.D. dependent var 0.142977 S.E. of regression 0.137571 Akaike info criterion -1.081417 Sum squared resid 1.097702 Schwarz criterion -0.977604 Log likelihood 35.98322 F-statistic 3.403702 Durbin-Watson stat 2.037429 Prob(F-statistic) 0.040022

Log ER pada 1st Dif

Dokumen terkait