1
ANALISIS DETERMINAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE 1993-2014
Oleh:
Gustiva Andri
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia 55183
Email: [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika periode 1993-2014. Penelitian ini dibagi menjadi lima periode yaitu periode sebelum krisis ekonomi Asia, periode ketika krisis ekonomi Asia, periode pasca krisis ekonomi Asia, periode ketika krisis ekonomi global, dan periode pasca krisis ekonomi global. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar memiliki pengaruh yang berbeda pada lima periode tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah ekspor, inflasi dan jumlah uang beredar. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat olah data E-Views 7.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekspor, inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas nilai tukar Rupiah pada keseluruhan periode dari tahun 1993-2014. Dari hasil uji analisis per periode, didapatkan kesimpulan bahwa ketiga faktor yang mempengaruhi volatilitas nilai tukar Rupiah tersebut secara simultan memiliki pengaruh yang berbeda pada lima periode tersebut.
Kata Kunci: Nilai Tukar Rupiah, Ekspor, Inflasi, Jumlah Uang Beredar
ABSTRACT
The research aims to analyze the volatility determinants of Indonesian exchange rate to the US Dollar period 1993-2014. The research is divided into five periods, which are the pre- Asian 1998 economic crisis, Asian economic crisis, post-Asian economic crisis, global 2008 economic crisis, and post-global economic crisis. The objective of the research is to discover whether the influential factors of the exchange rate possess different influences in those five periods. Those factors are export, inflation, and the liquidity of money. The data which are used in this research are secondary data gained from Bank Indonesia. The research method is Multiple Linear Regression with E-Views7 as the data processing tool.
The result of the research shows that export, inflation, and liquidity of money possess significant influence toward the volatility of Rupiah exchange rate in the period of 1993- 2014. Based on the outcome each period, it can be concluded that those three simultaneously
2
influencing factors of the volatility of Rupiah exchange rate have different influences in each period from all five examined periods.
Keywords: Rupiah Exchange Rate, Export, Inflation, Liquidity of Money
PENDAHULUAN
Nilai tukar merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi suatu negara.
Dengan adanya nilai tukar, suatu negara dapat mengukur harga mata uangnya dibandingkan dengan harga mata uang negara lain. Melalui nilai tukar juga dapat dilihat apakah suatu negara itu termasuk negara yang kuat atau tidak. Negara yang memiliki nilai tukar yang kuat dan stabil bisa dikatakan bahwa negara tersebut termasuk negara yang kuat di dunia.
Pentingnya peranan nilai tukar mata uang bagi suatu negara, mengharuskan dilakukannya berbagai upaya untuk menjaga agar posisi nilai tukar mata uang suatu negara tetap stabil. Nilai tukar mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik. Stabilitas nilai tukar mata uang suatu negara dapat dipengaruhi oleh faktor dalam negeri (internal) dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar negeri (eksternal). Stabilitas nilai tukar rupiah sangat perlu dijaga agar tidak terjadi krisis mata uang yang lebih lanjut akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.
Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami dua periode krisis yang cukup berdampak bagi perekonomian Indonesia, baik dampaknya kecil maupun besar. Yang pertama, krisis ekonomi tahun 1998 atau sering juga disebut dengan krisis ekonomi Asia.
Disebut krisis Asia dikarenakan krisis ekonomi tahun 1998 ini melanda beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Krisis pada periode ini berawal dari jatuhnya nilai Bath Thailand, diikuti dengan jatuhnya nilai Won Korea, dan kemudian menjalar ke Indonesia, Malaysia, Filiphina dan beberapa negara Asia lainnya. Indonesia diantara negara yang terkena dampak krisis Asia termasuk negara yang paling parah terkena dampak. Hal ini terbukti dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi dengan sangat tajam sampai menyentuh angka Rp14.900,00 pada bulan Juni 1998. Selanjutnya fluktuasi nilai tukar rupiah dapat dijelaskan oleh gambar 1.1.
3 Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
GAMBAR 1.1.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1997-1999
Gambar 1.1. menunjukkan perkembangan nilai tukar rupiah periode tahun 1997-1999.
Selama tahun 1997 nilai tukar Rupiah menunjukkan fluktuasi yang cukup stabil meskipun memperlihatkan kecenderungan melemah akan tetapi tidak terlalu signifikan. Pada Januari 1998 nilai tukar rupiah mulai melemah cukup tajam ke angka Rp10.375,00 dari angka sebelumnya yaitu sebesar Rp4.650,00. Kemudian nilai tukar sempat menguat kembali sampai pada bulan April 1998, namun setelah itu nilai tukar rupiah kembali melemah sampai ke angka tertinggi pada periode ini yaitu sebesar Rp14.900,00 pada bulan Juni 1998. Ini merupakan angka depresiasi nilai tukar rupiah terburuk pada periode ini. Selanjutnya nilai tukar rupiah kembali menguat dan berfluktuasi pada kisaran Rp6.000,00-Rp8.000,00.
Kemudian krisis yang kedua yaitu krisis ekonomi global 2008. Krisis ekonomi global yang berasal dari ketidakstabilan perekonomian Amerika Serikat mulai dirasakan dampaknya di seluruh dunia, termasuk negara-negara berkembang tidak terkecuali Indonesia pada tahun 2008. Amerika Serikat sebagai negara adikuasa, krisis di Amerika Serikat tentunya menyebabkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian negara-negara di dunia. Imbas krisis mulai dirasakan Indonesia pada kuartal III 2008. Perekonomian Indonesia mulai tertekan dan hal ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, turun di level 6 persen, dan nilai tukar rupiah juga mengalami depresiasi meskipun tidak separah depresiasi ketika krisis 1998.
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Jan-97 Mar-97 Mei-97 Jul-97 Sep-97 Nop-97 Jan-98 Mar-98 Mei-98 Jul-98 Sep-98 Nop-98 Jan-99 Mar-99 Mei-99 Jul-99 Sep-99 Nop-99
4 Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
GAMBAR 1.2.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2007-2009
Gambar 1.2. menunjukkan perkembangan nilai tukar Rupiah periode 2007-2009.
Selama tahun 2007 hingga kuartal ketiga 2008, nilai tukar Rupiah masih stabil yaitu berada pada kisaran Rp8.000,00-Rp9.000,00 per Dollar Amerika. Namun pada bulan Oktober 2008 nilai tukar Rupiah melemah ke angka Rp10.995,00 dan kembali melemah pada bulan November ke angka Rp12.151,00, angka ini merupakan depresiasi nilai tukar Rupiah terburuk pada periode ini. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia juga merasakan dampak dari krisis ekonomi global tahun 2008, meskipun tidak terlalu parah. Kemudian pada pertengahan tahun 2009 nilai tukar Rupiah kembali bergerak menguat menuju titik stabilnya.
Nilai tukar Rupiah terus mengalami fluktuasi yang beragam setiap tahunnya. Dari data Bank Indonesia, saat ini nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika berada pada kisaran Rp13.000,00 per Dollar Amerika.
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
GAMBAR 1.3.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2010-2015
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
Jan-07 Mar-07 Mei-07 Jul-07 Sep-07 Nop-07 Jan-08 Mar-08 Mei-08 Jul-08 Sep-08 Nop-08 Jan-09 Mar-09 Mei-09 Jul-09 Sep-09 Nop-09
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
5
Gambar 1.3. menunjukkan perkembangan nilai tukar rupiah selama tahun 2010 sampai 2015. Pada tahun 2010 sampai 2012 fluktuasi nilai tukar Rupiah cenderung stabil, yaitu berada pada kisaran Rp9000,00 per Dollar Amerika. Namun sejak pertengahan tahun 2013 nilai tukar Rupiah mulai menembus angka Rp10.000,00 per Dollar Amerika. Pada bulan Juli 2013 nilai tukar Rupiah berada pada angka Rp10.278,00 per Dollar Amerika. Kemudian nilai tukar Rupiah terus mengalami depresiasi pada bulan-bulan berikutnya. Nilai tukar Rupiah pada akhir tahun 2013 sampai 2014 berada pada kisaran Rp11.000,00-Rp12.000,00 per Dollar Amerika. Memasuki tahun 2015 nilai tukar Rupiah mulai menembus angka Rp13.000,00 yaitu pada bulan Maret nilai tukar Rupiah sebesar Rp13.084,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar rupiah sempat menguat pada bulan April yaitu sebesar Rp12.937 per Dollar Amerika. Namun setelah itu nilai tukar Rupiah terus mengalami depresiasi sampai bulan September 2015. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada bulan September yaitu sebesar Rp14.657, ini adalah depresiasi nilai tukar terburuk selama tahun 2015. Bahkan pada tanggal 29 September 2015, nilai tukar Rupiah sempat menyentuh angka Rp14.728, ini merupakan depresiasi nilai tukar terburuk setelah krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1998.
Dilihat dari data Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika cenderung mengalami pelemahan tiap tahunnya. Walaupun pada beberapa periode juga sempat menguat. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk meneliti mengenai faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar Rupiah ketika krisis ekonomi maupun dalam keadaan normal.
Dalam penelitian ini, penulis akan membagi periode fluktuasi nilai tukar Rupiah menjadi lima periode yaitu: periode sebelum krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode pasca krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi global tahun 2008, dan periode pasca krisis ekonomi global tahun 2008.
Kemudian juga akan dilihat bagaimana fluktuasi nilai tukar rupiah pada keseluruhan periode yaitu dari tahun 1993-2014. Pelitian ini akan mencoba membandingkan apakah terdapat perbedaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada lima periode tersebut, dan melihat periode mana yang fluktuasi nilai tukar Rupiahnya cukup ekstrim.
Karena itu penulis mencoba mengambil judul “Analisis Determinan Volatilitas Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Periode 1993-2014”
6 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh ekspor, inflasi dan jumlah uang beredar (M1) terhadap nilai tukar Rupiah selama periode sebelum krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode pasca krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi global tahun 2008, periode pasca krisis ekonomi global tahun 2008, dan keseluruhan periode dari tahun 1993-2014.
2. Mengetahui perbedaan pengaruh ketiga variabel independen tersebut terhadap variabel dependen selama periode sebelum krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode pasca krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi global tahun 2008, periode pasca krisis ekonomi global tahun 2008, dan keseluruhan periode dari tahun 1993-2014.
TINJAUAN PUSTAKA Nilai tukar
Nilai tukar (kurs) yaitu harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya, dan juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset (asset price), sehingga prinsip-prinsip pengaturan harga aset-aset lainnya juga berlaku dalam pengaturan kurs (Salvatore, 1997).
Ekspor
Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual ke luar negeri. Ekspor mengakibatkan masuknya aliran valuta asing dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan demikian penawaran Dollar di masyarakat akan meningkat dan mengakibatkan nilai tukar rupiah menguat (Mankiw, 2000). Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produk ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang ditinjau dari popolasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam perkembangan ekspor (Kotler dan Amstrong, 1996).
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus- menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila
7
kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut inflasi (Boediono, 1998).
Jumlah Uang Beredar
Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran, bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang “mendekati” uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (saving deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya juga merupakan daya beli potensial bagi pemiliknya, meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya (Boediono, 1994).
Hipotesis Penelitian
a. Ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah periode sebelum krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode pasca krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi global tahun 2008, dan periode pasca krisis ekonomi global tahun 2008.
b. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah periode sebelum krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode pasca krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi global tahun 2008, dan periode pasca krisis ekonomi global tahun 2008.
c. JUB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah periode sebelum krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode pasca krisis ekonomi Asia tahun 1998, periode ketika krisis ekonomi global tahun 2008, dan periode pasca krisis ekonomi global tahun 2008.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (dikumpulkan dan dicatat oleh pihak-pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
8
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang diperoleh. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber. Data kurs diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) di website Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id dan dari buku laporan bulanan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang tersedia di Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta. Data ekspor diperoleh dari Special Data Dissemination Standard (SDDS) Bank Indonesia. Data inflasi diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI). Kemudian data jumlah uang beredar (M1) juga diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI).
Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Satu-satunya variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap dollar Amerika. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah ekspor, inflasi, dan jumlah uang beredar (M1).
1. Nilai Tukar (kurs)
Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997).
Data nilai tukar Rupiah menggunakan data bulanan dari tahun 1993 sampai tahun 2014.
Dalam penelitian ini kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dinyatakan dalam satuan Rupiah.
2. Ekspor
Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual ke luar negeri (Mankiw, 2000). Ekspor merupakan salah satu sumber devisa bagi suatu negara. Untuk mampu mengeskpor, negara tersebut harus mampu menghasilkan barang- barang dan jasa yang mampu bersaing di pasar Internasional. Data ekspor dalam penelitian ini menggunakan data bulanan dari jumlah ekspor secara keseluruhan (ekspor migas dan non-migas) dengan satuan juta US$.
3. Inflasi
Inflasi diartikan dengan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus pada periode waktu tertentu. Data inflasi yang dipakai adalah data inflasi bulanan dari Bank Indonesia dan dinyatakan dalam satuan persen.
9 4. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran, bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang
“mendekati” uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (saving deposits) pada bank-bank. Data jumlah uang beredar yang digunakan adalah data bulanan M1 dari Statistik Ekonomi Keuangan Indosensia (SEKI) yang dinyatakan dalam satuan volume yaitu milyar.
Uji Asumsi Klasik Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel yang ada pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien (Gujarati, 2003). Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi salah satunya dapat dilihat dalam pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW) yang dibandingkan dengan nillai ttabel.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan white heteroscedasticity yang tersedia dalam program Eviews.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linear (Gujarati, 1991). Untuk mendeteksi multikolinearitas menggunakan Eviews dapat dilakukan dengan cara melihat korelasi antara variabel bebas (Correlation Matrix).
10 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen.
Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung < ftabel, maka H0 diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen . Dengan kata lain, uji ini untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik
Uji Autokorelasi
Tabel 1. Hasil Uji Autokorelasi
F-statistic 60.10539 Durbin-Watson stat 1.768684 Prob(F-statistic) 0.000000
Pada hasil uji autokorelasi, nilai Durbin Watson sebesar 1,768684, dengan nilai dL=1,74 dan dU=2,3 pada n=264 dan k=3 dengan alfa 5%, menunjukkan bahwa tidak ada masalah autokorelasi dalam penelitian ini.
11 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
F-statistic 2.315589 Prob. F(3,260) 0.0762 Obs*R-squared 6.870082 Prob. Chi-Square(3) 0.0762 Scaled explained SS 12.86693 Prob. Chi-Square(3) 0.0049
Dari hasil pengujian heteroskedastisitas diatas diperoleh nilai probabilitas Obs*R- squared sebesar 0,0762 nilai ini lebih besar dari alfa 5 persen, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dan data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat homoskedastisitas.
Uji Multikolinearitas
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
LOG(KURS) LOG(EKSPOR) INFLASI LOG(JUB) LOG(KURS) 1.000000 0.626108 0.078187 -0.910575 LOG(EKSPOR) 0.626108 1.000000 -0.172833 -0.339227 INFLASI 0.078187 -0.172833 1.000000 -0.114875 LOG(JUB) -0.910575 -0.339227 -0.114875 1.000000
Pengujian multikolinearitas didapatkan dari matrik korelasi (correlation matrix).
Dari hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh hasil koefisien korelasi kurang dari 0,9 dan tidak ada nilai koefisien korelasi yang lebih dari 0,9. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian bebas dari multikolinearitas.
Periode Sebelum Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Tabel 4. Hasil Estimasi Periode Sebelum Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.396948 0.082745 65.22411 0.0000
LOG(EKSPOR) 0.065808 0.022017 2.989022 0.0046 INFLASI 0.001986 0.002181 0.910585 0.3675 LOG(JUB) 0.165265 0.013747 12.02223 0.0000 R-squared 0.963185 Mean dependent var 7.701297 Adjusted R-squared 0.960674 S.D. dependent var 0.045284 S.E. of regression 0.008980 Akaike info criterion -6.507930 Sum squared resid 0.003548 Schwarz criterion -6.351997 Log likelihood 160.1903 Hannan-Quinn criter. -6.449003 F-statistic 383.7165 Durbin-Watson stat 0.678194 Prob(F-statistic) 0.000000
12
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai probabilitas variabel ekspor sebesar 0,0046, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel ekspor signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ekspor terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel inflasi sebesar 0,3675, lebih besar dari alfa 5 persen, maka variabel inflasi tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel jumlah uang beredar (JUB) sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel jumlah uang beredar (JUB) signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar (JUB) terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai R-square sebesar 0,963 (96,3%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 96,3%, dan sisanya sebesar 3,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Periode Ketika Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Tabel 5. Hasil Estimasi Periode Ketika Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.587108 2.629954 2.124413 0.0415
LOG(EKSPOR) 0.501676 0.319353 1.570913 0.1260 INFLASI 0.035773 0.010473 3.415725 0.0017 LOG(JUB) -0.167600 0.011442 -14.64748 0.0000 R-squared 0.905649 Mean dependent var 8.699143 Adjusted R-squared 0.896804 S.D. dependent var 0.565498 S.E. of regression 0.181661 Akaike info criterion -0.468906 Sum squared resid 1.056027 Schwarz criterion -0.292960 Log likelihood 12.44031 Hannan-Quinn criter. -0.407496 F-statistic 102.3867 Durbin-Watson stat 0.817374 Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai probabilitas variabel ekspor sebesar 0,1260, lebih besar dari alfa 5 persen, maka variabel ekspor tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel inflasi sebesar 0,0017, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel inflasi signifikan di alfa 5 persen dan berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel jumlah uang beredar (JUB) sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel jumlah uang beredar (JUB) signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai tukar
13
rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar (JUB) terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai R-square sebesar 0,905 (90,5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 90,5%, dan sisanya sebesar 9,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Periode Pasca Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Tabel 6. Hasil Estimasi Periode Pasca Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.159896 0.390320 23.46765 0.0000
LOG(EKSPOR) -0.048351 0.069127 -0.699449 0.4863 INFLASI 0.022598 0.008320 2.716160 0.0081 LOG(JUB) 0.069352 0.056621 1.224841 0.2242 R-squared 0.108584 Mean dependent var 9.126560 Adjusted R-squared 0.075156 S.D. dependent var 0.082623 S.E. of regression 0.079457 Akaike info criterion -2.180746 Sum squared resid 0.505077 Schwarz criterion -2.064993 Log likelihood 95.59133 Hannan-Quinn criter. -2.134214 F-statistic 3.248289 Durbin-Watson stat 0.448641 Prob(F-statistic) 0.026120
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai probabilitas variabel ekspor sebesar 0,4863, lebih besar dari alfa 5 persen, maka variabel ekspor tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel inflasi sebesar 0,0081, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel inflasi signifikan di alfa 5 persen dan berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel jumlah uang beredar (JUB) sebesar 0,2242, lebih besar dari alfa 5 persen, maka variabel jumlah uang beredar (JUB) tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini.
Berdasarkan tabel 5.3. diatas diperoleh nilai R-square sebesar 0,108 (10,8%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 10,8%, dan sisanya sebesar 89,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Periode Ketika Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
Tabel 7. Hasil Estimasi Periode Ketika Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.836828 0.617605 15.92737 0.0000
LOG(EKSPOR) -0.413396 0.071797 -5.757864 0.0000 INFLASI -0.003180 0.018214 -0.174606 0.8625
14
LOG(JUB) 0.521739 0.078636 6.634875 0.0000 R-squared 0.695467 Mean dependent var 9.182060 Adjusted R-squared 0.666917 S.D. dependent var 0.087647 S.E. of regression 0.050584 Akaike info criterion -3.025917 Sum squared resid 0.081880 Schwarz criterion -2.849970 Log likelihood 58.46651 Hannan-Quinn criter. -2.964507 F-statistic 24.35964 Durbin-Watson stat 1.119688 Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai probabilitas variabel ekspor sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel ekspor signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ekspor terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel inflasi sebesar 0,8625, lebih besar dari alfa 5 persen, maka variabel inflasi tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel jumlah uang beredar (JUB) sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel jumlah uang beredar (JUB) signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar (JUB) terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini.
Berdasarkan tabel 5.4. diatas diperoleh nilai R-square sebesar 0,695 (69,5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 69,5%, dan sisanya sebesar 30,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Periode Pasca Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
Tabel 8. Hasil Estimasi Periode Pasca Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 10.38146 0.667297 15.55750 0.0000
LOG(EKSPOR) -0.484399 0.074859 -6.470836 0.0000 INFLASI -0.014915 0.013126 -1.136299 0.2607 LOG(JUB) 0.529814 0.040250 13.16315 0.0000 R-squared 0.765590 Mean dependent var 9.197350 Adjusted R-squared 0.753033 S.D. dependent var 0.120389 S.E. of regression 0.059828 Akaike info criterion -2.730334 Sum squared resid 0.200448 Schwarz criterion -2.590711 Log likelihood 85.91003 Hannan-Quinn criter. -2.675720 F-statistic 60.96599 Durbin-Watson stat 0.519460 Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai probabilitas variabel ekspor sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel ekspor signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
15
ekspor terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel inflasi sebesar 0,2607, lebih besar dari alfa 5 persen, maka variabel inflasi tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel jumlah uang beredar (JUB) sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel jumlah uang beredar (JUB) signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar (JUB) terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini.
Berdasarkan tabel 5.5. diatas diperoleh nilai R-square sebesar 0,765 (76,5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 76,5%, dan sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Keseluruhan Periode dari Tahun 1993 sampai 2014
Tabel 9. Hasil Estimasi Keseluruhan Periode
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.753988 0.164462 41.06717 0.0000
LOG(EKSPOR) 0.398782 0.016983 23.48108 0.0000 INFLASI 0.022335 0.006321 3.533592 0.0005 LOG(JUB) -0.211910 0.004265 -49.68376 0.0000 R-squared 0.945477 Mean dependent var 8.832794 Adjusted R-squared 0.944848 S.D. dependent var 0.600035 S.E. of regression 0.140915 Akaike info criterion -1.066280 Sum squared resid 5.162852 Schwarz criterion -1.012099 Log likelihood 144.7489 Hannan-Quinn criter. -1.044508 F-statistic 1502.871 Durbin-Watson stat 0.323039 Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai probabilitas variabel ekspor sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel ekspor signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ekspor terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel inflasi sebesar 0,0005, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka variabel inflasi signifikan di alfa 5 persen dan berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini. Nilai probabilitas variabel jumlah uang beredar (JUB) sebesar 0,0000, lebih kecil dari alfa 5 persen, maka
16
variabel jumlah uang beredar (JUB) signifikan di alfa 5 persen dan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar (JUB) terbukti mempengaruhi nilai tukar rupiah pada periode ini.
Berdasarkan tabel 5.6. diatas diperoleh nilai R-square sebesar 0,945 (94,5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 94,5%, dan sisanya sebesar 5,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Pembahasan
Periode Sebelum Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Dari hasil uji hipotesis dalam penelitian, pada periode ini variabel independen yang terbukti signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah ekspor dan jumlah uang beredar.
Sementara variabel inflasi tidak terbukti mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada periode ini.
Hal ini terjadi karena adanya panic behavior dari pelaku ekonomi akan ekspektasi terjadinya krisis ekonomi tahun 1998.
Variabel ekspor mempunyai pengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah.
Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila ekspor meningkat maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar rupiah akan melemah (depresiasi). Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor memiliki hubungan negatif terhadap kurs. Pengaruh positif ekspor terhadap kurs ini disebabkan oleh, menurut Laporan Perekonomian Indonesia yang terdapat di Bank Indonesia pada periode ini kenaikan ekspor juga diikuti oleh aliran dana keluar (capital outflow) yang cukup besar, sehingga peningkatan ekspor tidak mampu mendorong menguatnya nilai tukar Rupiah pada periode ini. Hal ini terbukti dengan arus lalu lintas modal yang mengalami defisit sebesar $5,4 miliar pada periode ini.
Variabel jumlah uang beredar (JUB) mempunyai pengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila jumlah uang beredar meningkat, maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan melemah (depresiasi). Penelitian ini sesuai dengan Model Meese dan Rogoff dalam Wibowo dan Amir (2005), bahwa mata uang negara dengan jumlah uang beredar lebih tinggi akan terdepresiasi, sebaliknya mata uang negara dengan jumlah uang beredar lebih rendah akan terapresiasi.
17 Periode Ketika Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Dari hasil uji hipotesis dalam penelitian, pada periode ini variabel independen yang terbukti signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah inflasi dan jumlah uang beredar (JUB). Sementara variabel ekspor tidak terbukti mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada periode ini. Hal ini terjadi karena transmisi moneter terganggu karena adanya krisis ekonomi 1998.
Variabel inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah.
Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila inflasi meningkat maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan melemah (depresiasi). Penelitian ini sesuai dengan teori purchasing power parity yang menjelaskan bahwa penurunan daya beli mata uang domestik (ditunjukkan oleh kenaikkan tingkat harga domestik) akan diiringi dengan depresiasi mata uang secara proporsional dalam pasar valuta asing.
Variabel jumlah uang beredar (JUB) mempunyai pengaruh negatif terhadap peregerakan nilai tukar Rupiah. Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila JUB meningkat maka akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan manguat (apresiasi). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan antara JUB dan kurs berbanding lurus atau positif. Hal ini terjadi karena periode ini adalah periode ketika krisis yang membuat beberapa variabel menjadi bias atau tidak sesuai dengan pengaruh yang sebenarnya, sehingga pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tukar menjadi tidak sesuai dengan hipotesis.
Periode Pasca Krisis Ekonomi Asia Tahun 1998
Dari hasil uji hipotesis dalam penelitian, pada periode ini variabel independen yang terbukti signifikan mempengaruhi nilai tukar hanya inflasi. Sementara itu variabel ekspor dan jumlah uang beredar (JUB) tidak terbukti mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada periode ini.
Hal ini disebabkan oleh, menurut Laporan Perekonomian Indonesia yang terdapat di Bank Indonesia pada periode ini fluktuasi nilai tukar Rupiah lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal atau faktor-faktor dari luar negeri. Hal ini terbukti dengan besar nilai R-square pada periode ini yang hanya sebesar 0,108 saja. Artinya pada periode ini variabel independen hanya mampu mempengaruhi nilai tukar rupiah sebesar 10,8% saja, sementara sisanya sebesar 89,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
18 Periode Ketika Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
Dari hasil uji hipotesis dalam penelitian, pada periode ini variabel independen yang terbukti signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah ekspor dan jumlah uang beredar (JUB). Sementara variabel inflasi tidak terbukti mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada periode ini. Hal ini terjadi karena transmisi moneter terganggu karena adanya krisis ekonomi 2008.
Variabel ekspor mempunyai pengaruh negatif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah.
Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila ekspor meningkat maka akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan menguat (apresiasi). Hasil peneltitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dede Misbahudin (2008), bahwa setiap kenaikan ekspor sebesar 1% maka nilai tukar Rupiah akan menurun atau nilai tukar rupiah akan menguat (apresiasi).
Variabel jumlah uang beredar (JUB) mempunyai pengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila jumlah uang beredar meningkat, maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan melemah (depresiasi). Penelitian ini sesuai dengan Model Meese dan Rogoff dalam Wibowo dan Amir (2005), bahwa mata uang negara dengan jumlah uang beredar lebih tinggi akan terdepresiasi, sebaliknya mata uang negara dengan jumlah uang beredar lebih rendah akan terapresiasi.
Periode Pasca Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
Dari hasil uji hipotesis dalam penelitian, pada periode ini variabel independen yang terbukti signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah ekspor dan jumlah uang beredar (JUB). Sementara variabel inflasi tidak terbukti mempengaruhi nilai tukar Rupiah pada periode ini. Hal ini terjadi karena dampak krisis tahun 2008 masih mengganggu transmisi moneter.
Variabel ekspor mempunyai pengaruh negatif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah.
Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila ekspor meningkat maka akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan menguat (apresiasi). Dengan kata lain korelasi antara ekspor dan kurs berbanding terbalik, dan sesuai dengan hipotesis. Hasil peneltitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
19
Dede Misbahudin (2008), bahwa setiap kenaikan ekspor sebesar 1% maka nilai tukar Rupiah akan menurun atau nilai tukar rupiah akan menguat (apresiasi).
Variabel jumlah uang beredar (JUB) mempunyai pengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila jumlah uang beredar meningkat, maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan melemah (depresiasi). Dengan kata lain korelasi antara jumlah uang beredar dan kurs berbanding lurus dan sesuai dengan hipotesis. Penelitian ini sesuai dengan Model Meese dan Rogoff dalam Wibowo dan Amir (2005), bahwa mata uang negara dengan jumlah uang beredar lebih tinggi akan terdepresiasi, sebaliknya mata uang negara dengan jumlah uang beredar lebih rendah akan terapresiasi.
Keseluruhan Periode dari Tahun 1993 sampai 2014
Pada keseluruhan periode dari tahun 1993 sampai 2014, seluruh variabel independen yaitu ekspor, inflasi dan jumlah uang beredar (JUB) terbukti signifkan mempengaruhi nilai tukar Rupiah.
Variabel ekspor mempunyai pengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah.
Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila ekspor meningkat maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar rupiah akan melemah (depresiasi). Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor memiliki hubungan negatif terhadap kurs. Hal ini disebabkan karena dalam jangka panjang, ekspor yang terlalu besar juga akan melemahkan nilai tukar Rupiah pada akhirnya. Ekspor yang terus meningkat akan membuat nilai tukar Rupiah akan terus menguat. Terus menguatnya nilai tukar Rupiah ini akan mengakibatkan harga barang-barang dalam negeri menjadi mahal dimata para importir dari luar negeri. Dalam jangka panjang hal ini kemudian akan menurunkan ekspor itu sendiri dan pada akhirnya menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah kembali.
Variabel inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap peregrakan nilai tukar Rupiah.
Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila inflasi meningkat maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan melemah (depresiasi). Penelitian ini sesuai dengan teori purchasing power parity yang menjelaskan bahwa penurunan daya beli mata uang domestik (ditunjukkan oleh kenaikkan tingkat harga
20
domestik) akan diiringi dengan depresiasi mata uang secara proporsional dalam pasar valuta asing.
Variabel jumlah uang beredar (JUB) mempunyai pengaruh negatif terhadap peregerakan nilai tukar Rupiah. Dengan demikian secara fungsional dapat dikatakan bahwa apabila JUB meningkat maka akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar Rupiah atau nilai tukar Rupiah akan manguat (apresiasi). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan antara JUB dan kurs berbanding lurus. Hal ini terjadi karena selama periode 1993-2014 terjadi dua periode krisis yaitu krisis ekonomi Asia Tahun 1998 dan krisis ekonomi global tahun 2008 yang membuat beberapa variabel menjadi bias atau tidak sesuai dengan pengaruh yang sebenarnya, sehingga pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tukar menjadi tidak sesuai dengan hipotesis.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai determinan volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika periode 1993-2014, maka dapat diambil kesimpulan sebagia berikut:
1. Dari hasil analisis periode sebelum krisis ekonomi Asia diketahui bahwa ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan ekspor akan menyebabkan kenaikan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah. Hal ini desebabkan karena pada periode tersebut kenaikan ekspor juga diikuti oleh aliran modal keluar yang cukup besar, sehingga kenaikan ekspor tidak mampu mendorong menguatnya nilai tukar Rupiah. Kemudian variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai tukar Rupiah pada periode ini. Selanjutnya variabel JUB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan JUB akan menyebabkan kenaikan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah
2. Dari hasil analisis periode ketika krisis ekonomi Asia diketahui bahwa ekspor tidak berpengaruh terhadap nilai tukar Rupiah. Sementara inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan inflasi akan menyebabkan nilai tukar Rupiah meningkat atau Rupiah melemah. Kemudian JUB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan JUB akan menyebabkan nilai tukar Rupiah menurun atau Rupiah menguat. Hal ini
21
terjadi karena periode ini adalah periode ketika krisis yang membuat beberapa variabel menjadi bias atau tidak sesuai dengan pengaruh yang sebenarnya, sehingga pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tukar menjadi tidak sesuai dengan hipotesis.
3. Dari hasil analisis periode pasca krisis ekonomi Asia diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah hanya inflasi (berpengaruh positif), sedangkan ekspor dan JUB tidak berpengaruh. Hal ini disebabkan karena pada periode ini fluktuasi nilai tukar Rupiah lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal atau faktor-faktor dari luar negeri.
4. Dari hasil analisis periode ketika krisis ekonomi global diketahui bahwa ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan ekspor akan menyebabkan menurunnya nilai tukar Rupiah atau Rupiah menguat.
Sementara itu inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai tukar Rupiah pada periode ini.
Kemudian JUB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan JUB akan menyebabkan kenaikan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah.
5. Dari hasil analisis periode pasca krisis ekonomi global diketahui bahwa ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan ekspor akan menyebabkan menurunnya nilai tukar Rupiah atau Rupiah menguat.
Sementara itu inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai tukar Rupiah pada periode ini.
Kemudian JUB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan JUB akan menyebabkan kenaikan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah.
6. Dari hasil analisis keseluruhan periode dari tahun1993-2014 diketahui bahwa ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan ekspor menyebabkan kenaikan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah. Hal ini disebabkan karena dalam jangka panjang, ekspor yang terus menerus meningkat juga akan melemahkan nilai tukar Rupiah pada akhirnya, karena nilai tukar yang terus menguat membuat harga barang dalam negeri menjadi lebih mahal bagi para importir yang akhirnya akan menurunkan ekspor dan Rupiah akan melemah. Kemudian inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, yang berarti kenaikan inflasi akan menyebabkan nilai tukar Rupiah meningkat atau Rupiah melemah.
Sementara itu JUB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah,
22
yang berarti kenaikan JUB akan menyebabkan nilai tukar Rupiah menurun atau Rupiah menguat.
7. Berdasarkan hasil analisis per periode, diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara ekspor, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar Rupiah pada masing-masing periode.
Saran
1. Pemerintah (dalam hal ini Bank Indonesia) harus mampu menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah agar tidak terjadi lagi krisis keuangan yang kemudian akan mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lain diluar variabel yang ada dalam penelitian ini yang mungkin lebih berpengaruh terhadap nilai tukar Rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, Ferdy, 2014, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Tahun 1990-2013, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Atmaja, A. S., 2002, Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 4.
Bank Indonesia, 1993-2014, Laporan Perekonomian Indonesia, Berbagai Edisi, Bank Indonesia, Jakarta.
_____________, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Berbagai Edisi, Bank Indonesia, Jakarta.
_____________, Special Data Dissemination Standard (SDDS), www.bi.go.id/sdds/, Diakses Tanggal 20 September 2015.
Boediono, 1982, Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta ________, 1998, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta.
Deliarnov, 1995, Pengantar Ekonomi Makro, UI-Press, Jakarta.
Goeltom, Miranda, S & Zulverdi, Doddy, 1998, “manajemen Nilai Tukar di Indonesia dan Permasalahannya”, Buletin Ekonomi dan Perbankan, Jakarta.
Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometri Dasar, Terjemahan: Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta.
23
Hady, Hamdy, 2001, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta.
____________, 2006, Manajemen Keuangan Internasional, Mitra Wacana Media. Jakarta.
Herlambang, S & Brastoro, 2001, Ekonomi Makro Teori Analisis dan Kebijakan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Joesoef, R. J., 2008, Pasar Uang & Pasar Valuta Asing, Salemba Empat, Jakarta.
Kemenetrian Keuangan, 2015, Laporan Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan, www.kemenkeu.go.id, Diakses Tanggal 14 Januari 2015
Kementerian Perdagangan, 2014, Kinerja Ekspor Indonesia, www.kemendag.go.id, Diakses Tanggal 14 Januari 2015
Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld, 1992, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan, Rajawali Pers Jakarta.
Kuncoro, M., 2009, Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis?, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
_______, 2011, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Kusumadewi, R. R., 2014, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah di Indonesia periode 2000-2003, Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada.
Mankiw, N. G., 2000, Macroeconomics, Fourth Edition, Terjemahan, Worth Publishers Inc, New York
___________, 2006, Makroekonomi, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.
___________, 2004, Principles of Economics, Third Edition. Thomson South-Western, United States of Amerika.
Misbahudin, Dede, 2008, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kurs Rupiah Sebelum dan Setelah Diterapkannya Free Floating Exchange Rate System”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah.
Muchlas, Zainul, 2015, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Pasca Krisis (2000-2010)”, Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1, STIE Asia Malang.
Nopirin, 1997, Ekonomi Moneter, Buku I, BPFE, Yogyakarta.
______, 1999, Ekonomi Internasional, BPFE, Yogyakarta.
______, 2011, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, Edisi Pertama, Cetakan Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.
24
Prawoto, N., dkk., 2014, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Publikasi Karya Ilmiah, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, UPFE UMY, Yogyakarta.
Salvatore, Dominick, 1997, Ekonomi Internasional, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Samuelson, A. P., and Nordhaus, W. D., 1985, Economics, Twelfth Edition, McGraw-Hill, Inc, Singapore.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
________, 2008, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Cetakan Kesebelas, Alfabeta, Bandung.
Sukirno, S., 2000, Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru, Edisi 1, Cetakan 2, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tambunan, T. T. H., 2012, Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan Analisis Empiris, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.
Wibowo, Tri & Amir, Hidayat, 2005, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah”, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Departemen Keuangan.
Widarjono Agus, 2013, Ekonometrika “Pengantar dan Aplikasinya”, Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Wimanda R. E., dkk, 2014, “Evaluasi Transmisi Bauran Kebijakan Bank Indonesia”, Working Paper No. 3, Bank Indonesia.
www.bappenas.go.id www.bps.go.id
www.dsnmui.or.id, Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf), diakes tanggal 15 Maret 2016.
www.kemenperin.go.id