• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT (Survei Pada Bank Indonesia Periode )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT (Survei Pada Bank Indonesia Periode )"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

DOLLAR AMERIKA SERIKAT

(Survei Pada Bank Indonesia Periode 2013-2018)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unversitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

ILMAN HAIRULLAH 150907138

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERAUTARA MEDAN

2019

(2)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Ilman Hairullah

NIM : 150907138

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis

Judul : Pengaruh Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (Survei Pada Bank Indonesia Periode 2013-2018) Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Panitia Penguji

Ketua Penguji : Prof.Marlon Sihombing, M.A (……….) NIP. 195908161986011003

Penguji 1 : Umar Hamdan Nasution, SE, M.Si (……….) NIDN: 0112027701

Penguji 2 : Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si (……….) NIP. 197401162014041001

(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Ilman Hairullah NIM : 150907138

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Pengaruh Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (Survei Pada Bank Indonesia Periode 2013- 2018)” Merupakan hasil karya dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar sesuai ketentuan, Apabila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Medan, April 2019

Ilman Hairullah

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : Ilman Hairullah

NIM : 150907138

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis

Judul : Pengaruh Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (Survei Pada Bank Indonesia Periode 2013-2018)

Medan, April 2019

Pembimbing Ketua Penguji

Umar Hamdan Nasution, SE, M.Si Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

NIDN: 0112027701 NIP: 195908161986111003

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP: 197409302005011002

(5)

ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

DOLLAR AMERIKA SERIKAT

(Survei Pada Bank Indonesia Periode 2013-2018)

Nama : Ilman Hairullah

NIM : 150907138

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Umar Hamdan Nasution, SE, M.Si

Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi suatu negara untuk bisa bertransaksi dengan dunia luar karena dengan menggunakan kurs, transaksi dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik. Inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Tingkat inflasi yang tinggi disuatu negara akan menyebabkan harga barang produksi dalam negeri menjadi lebih mahal, selain itu tingkat inflasi yang tinggi juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi akibat diperlukannya lebih banyak uang untuk kepentingan transaksi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah, untuk mengetahui pengaruh antara inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah. dan untuk mengetahui pengaruh antara Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder. Teknik analisis data dengan cara mengumpulkan data time series bulanan yang dipublikasikan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Uang Beredar (X1) adalah sebesar 13,992 dimana nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel yaitu 1,667 dapat disimpulkan bahwa Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif. Inflasi (X2) adalah 3,952, dimana nilai t tabel yaitu sebesar 1,667 dapat disimpulkan bahwa inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap Nilai Tukar Rupiah. Nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 148,90 dimana nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel yaitu sebesar 3,130, sehingga dapat disimpulkan bahwa Jumlah Uang Beredar dan Inflasi berpengaruh secara positif terhadap Nilai Tukar Rupiah.

Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah

(6)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE AMOUNT OF MONEY AND INFLATION ON RUPIAH EXCHANGE RATE ON

DOLLAR OF THE UNITED STATES

(Survey on Bank Indonesia for the 2013-2018 Period)

Name : Ilman Hairullah

Student Registration Number : 150907138

Study Program : Business Administration

Faculty : Social and Political Sciences

Advisor : Umar Hamdan Nasution, SE, M.Si

Currency exchange rates or rate of exchange is one way for a country to be able to transact with the outside world because by using rate of exchange, transactions with foreign countries can work well. Inflation is the process of increasing the general price of goods continuously for a certain period. A high inflation rate in a country will cause the price of domestically produced goods to be more expensive, besides the high inflation rate is also followed by the growth of a high money supply due to the need for more money for transaction purposes.

The purpose of this research is to find out the effect of the Amount of Money Circulating on Rupiah Exchange Rate, to determine the effect of inflation on Rupiah Exchange Rates. To find out the effect of the Circulating Money Amount and Inflation on the Rupiah Exchange Rate.

The type of research used in making this research is quantitative research with an associative approach. Data collection techniques using secondary data.

Data analysis techniques by collecting monthly published time series data.

The results of the study show that the amount of money in circulation (X1) is 13.992 where the value of t count is greater than the value of the t table, which is 1.667. It can be concluded that the amount of money supply has a positive effect. Inflation (X2) is 3.952, where the value of t table is equal to 1.667. It can be concluded that inflation has a positive effect on the Rupiah Exchange Rate. The calculated F value obtained is 148.90 where the calculated F value is greater than the F table value which is equal to 3.130, so it can be concluded that the Amount of Money Supply and Inflation positively influences the Rupiah Exchange Rate.

Keywords: Amount of Money Supply, Inflation, Rupiah Exchange Rate

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat (Survei Pada Bank Indonesia Periode 2013- 2018)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh Gelar Sarjana Adminsitrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Saya sebagai penulis sepenuhnya sadar bahwa sebuah keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini adalah rahmat yang diberikan Allah SWT dan juga bantuan, dukungan, uluran tangan dan pikiran dari semua pihak yang selama ini selalu ada bersama penulis. Oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis atas arahan dan bimbingannya selama saya kuliah.

3. Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

4. Bapak Umar Hamdan Nasution, SE, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan membimbing saya selama proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Selwendri, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing akademik bagi penulis selama menempuh pendidikan di Ilmu Administrasi Bisnis.

(8)

6. Bapak Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si selaku Dosen yang dapat dikatakan menjadi penyemangat mahasiswa, bukan hanya saya tapi hampir seluruh mahasiswa Administrasi Bisnis FISIP USU.

7. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, M.SP selaku staf Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang selalu ada dan membantu saya dalam banyak hal.

8. Bang Farid, S.H selaku staf Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang selalu ada dan membantu saya dalam banyak hal.

9. Seluruh Dosen dan Staf Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saya air suci keilmuan.

10. Orang tua saya tercinta, atas kasih sayang, doa restu, didikan, arahan, dukungan moril dan finansial serta kesabaran yang selama ini dengan tulus diberikan kepada penulis.

11. Seluruh sahabat angkatan 2015 kelas B Program Studi Administrasi Bisnis yang telah memberikan memori indah bagi penulis selama masa perkuliahan 12. Terutama kepada semua orang yang telah membantu hingga terselesaikannya

skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT.

(9)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna maka dengan segala kerendahan hati penuis menyampaikan maaf sebesarnya serta berharap adanya kritik dan saran agar membangun penulis.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, April 2019

Penulis,

Ilman Hairullah NIM : 150907138

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Nilai Tukar Rupiah ... 8

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar (Kurs) ... 8

2.1.2 Sistem Nilai Tukar ... 9

2.1.3 Kebijakan Nilai Tukar Rupiah... 10

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar ... 11

2.2 Jumlah Uang Beredar ... 12

2.2.1 Uang ... 12

2.2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar ... 13

2.2.3 Laju Pertumbuhan dan Posisi Uang Beredar ... 14

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar .. 14

2.3 Inflasi ... 15

2.3.1 Pengertian Inflasi ... 15

2.3.2 Laju Pergerakan Inflasi ... 16

2.3.3 Jenis-Jenis Inflasi... 17

2.3.4 Dampak yang Ditimbulkan dari Inflasi ... 19

2.3.5 Faktor- Faktor yang Menyebabkan Inflasi ... 20

2.4 Penelitian Terdahulu ... 21

2.5 Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Bentuk Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel ... 26

3.4 Jenis Data ... 27

3.5 Hipotesis ... 27

3.6 Definisi Konsep ... 28

(11)

3.7 Definisi Operasional... 28

3.8 Metode Analisis Data ... 29

3.8.1 Uji Asumsi Klasik Regresi ... 30

3.8.1.1 Uji Normalitas ... 30

3.8.1.2 Uji Autokorelasi ... 30

3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 31

3.8.1.4 Uji Multikolinearitas ... 31

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 31

3.8.3 Uji Hipotesis ... 32

3.8.3.1 Uji Parsial (Uji t) ... 32

3.8.3.2 Uji Simultan (Uji F) ... 33

3.8.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 35

4.1.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ... 35

4.1.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar ... 36

4.1.3 Perkembangan Inflasi ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 39

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 39

4.2.1.2 Uji Autokorelasi ... 40

4.2.1.3 Uji Heterokedastisitas ... 41

4.2.1.4 Uji Multikolinearitas ... 42

4.2.2 Uji Regresi Linear Berganda ... 43

4.2.3 Uji Hipotesis ... 44

4.2.3.1 Uji Parsial (Uji t) ... 44

4.2.3.2 Uji Simultan (Uji F) ... 45

4.2.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46

4.3 Pembahasan ... 47

4.3.1 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah ... 47

4.3.2 Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah ... 48

4.3.3 Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah ... 48

BAB V PENUTUP ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Tukar Rupiah Periode 2013-2018 ... 2

Tabel 1.2 Tingkat Inflasi Periode 2013-2018 ... 3

Tabel 1.3 Jumlah Uang Beredar Tahun 2013-2018 ... 4

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 29

Tabel 4.1 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 40

Tabel 4.2 Uji Durbin Watson (D-W) ... 41

Tabel 4.3 Uji Glejser ... 42

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ... 43

Tabel 4.5 Uji Regresi Linear Berganda... 44

Tabel 4.6 Uji Parsial (Uji t) ... 44

Tabel 4.7 Uji Simultan (Uji F) ... 46

Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 47

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 25

(14)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Periode 2013-2018 ... 35 Grafik 4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Periode 2013-2018 ... 37 Grafik 4.3 Perkembangan Inflasi Periode 2013-2018 ... 38

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Variabel Penelitian ... 55

Lampiran 2. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 57

Lampiran 3. Uji Durbin Watson (D-W) ... 57

Lampiran 4. Uji Glejser ... 57

Lampiran 5. Uji Multikolinearitas ... 57

Lampiran 6. Uji Regresi Linaer Berganda ... 58

Lampiran 7. Uji Parsial (Uji t) ... 58

Lampiran 8. Uji Simultan (Uji F) ... 58

Lampiran 9. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 59

Lampiran 10. Tabel Durbin-Watson ... 59

Lampiran 11. Tabel T ... 59

Lampiran 12. Tabel F ... 59

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai tukar atau kurs mеrupakan salah satu indikator yang mеnunjukkan bahwa pеrеkonomian suatu nеgara lеbih baik dari nеgara lain. Kurs berperan penting dalam tingkat perdagangan sebuah negara yang merupakan sesuatu yang paling penting bagi mayoritas pelaku ekonomi yang mencari keuntungan (spekulan) pada pasar bebas di dunia. Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi suatu negara untuk bisa bertransaksi dengan dunia luar karena dengan menggunakan kurs, transaksi dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik (Yeniwati dalam Demak, dkk. 2018:182). Kurs menjadi pokok pembicaraan penting dalam perdagangan luar negeri yang melibatkan penggunaan mata uang negara yang berbeda.

Kurs valuta asing adalah harga dari sebuah mata uang terhadap mata uang lain pada waktu tertentu. Tingkat kurs mata uang menetapkan pasar perdagangan luar negeri pada pasar dengan mata uang yang berbeda diperdagangkan. Adanya perbedaan mata uang yang digunakan baik di negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang. Mata uang yang dijadikan sеbagai pеmbanding dalam tukar mеnukar mata uang adalah dollar Amеrika Sеrikat (USD) yang mеrupakan salah satu mata uang yang kuat dan mеrupakan mata uang acuan bagi sеbagian bеsar nеgara bеrkеmbang.

Nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dollar Amerika Serikat (USD) mengalami perubahan setiap tahunnya, pergerakan penurunan dan kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dapat dilihat pada tabel berikut:

(17)

2

Tabel 1.1

Nilai Tukar Rupiah Periode 2013-2018 Tahun Nilai Tukar Rupiah

2013 10.562,67

2014 11.884,50

2015 13.457,58

2016 13.329,83

2017 13.398,17

2018 14.267,33

Sumber: Bank Indonesia, diolah (2019)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dollar Amerika Serikat (USD) dalam kurun waktu tahun 2013-2018 mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 nilai tukar rupiah sebesar Rp.10.,562,27 per satu dollar. Pada tahun 2014 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar Rp.1.321,83 menjadi Rp.11.884,50. Pada tahun 2015 masih mengalami depresiasi menjadi Rp.13.457,58. Pada tahun 2016 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar Rp.127,75 menjadi Rp.13.329,83. Pada tahun 2017 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar Rp.13.398,17. Pada tahun 2018 merupakan nilai tukar rupiah tertinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp.14.267,33 per satu dollar. Banyak faktor yang bisa menyebabkan pelemahan rupiah ini, salah satunya adalah inflasi.

Inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu (Nopirin dalam Demak, dkk. 2018:183). Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk bagi perdagangan yang menyebabkan barang-barang di suatu negara tidak dapat bersaing di pasar internasional. Maka ekspor pun akan menurun. Sebaliknya harga-harga produksi dalam negeri yang

(18)

semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor menjadi relatif lebih murah.

Tabel 1.2

Tingkat Inflasi Periode 2013-2018

Tahun Inflasi (%)

2013 6,97

2014 6,42

2015 6,38

2016 3,53

2017 3,81

2018 3,2

Sumber: Bank Indonesia, diolah (2019)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 tingkat inflasi sebesar 6,97%. Pada tahun 2014 tingkat inflasi mengalami penurunan menjadi 6,42%. Pada tahun 2015 masih mengalami penurunan menjadi 6,38%. Pada tahun 2016 tingkat inflasi mengalami penurunan yang drastis sebesar 2,85% menjadi 3,53%. Pada tahun 2017 naik kembali menjadi 3,81%. Pada tahun 2018 tingkat inflasi mengalami penurunan kembali menjadi 3,2%. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013. Penyebab utamanya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dengan premium menjadi Rp 6.500/liter dan solar Rp 5.500/liter (Finance.detik.com, 2013).

Tingkat inflasi yang tinggi di suatu nеgara akan mеnyеbabkan harga barang produksi dalam nеgеri mеnjadi lеbih mahal, sеhingga barang-barang tеrsеbut kurang kompеtitif di pasar intеrnasional. Tingkat inflasi domеstik yang lеbih tinggi dari luar nеgеri maka akan lеbih mеnguntungkan untuk mеngimpor barang dari luar nеgеri yang lеbih murah. Sеmеntra itu, jika dilihat dalam

(19)

4

pеrspеktif pеndеkatan monеtеr, tingkat inflasi yang tinggi juga diikuti olеh pеrtumbuhan jumlah uang bеrеdar yang tinggi akibat dipеrlukannya lеbih banyak uang untuk kеpеntingan transaksi. Pеrtumbuhan jumlah uang bеrеdar yang bеrlеbihan dapat mеnimbulkan kеtidaksеimbangan dalam pasar uang dan mеmicu dеprеsiasi nilai tukar.

Jumlah Uang Beredar (Money Supply) dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Tabel 1.3

Jumlah Uang Beredar Tahun 2013-2018

Tahun Jumlah Uang Beredar (M2)

2013 3.465.705,27

2014 3.868.128,99

2015 4.357.519,48

2016 4.698.476,66

2017 5.163.295,28

2018 5.518.114,04

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah (2019)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah uang beredar setiap tahunnya mengalami kenaikan dalam enam tahun terakhir. Pada tahun 2013 jumlah uang beredar sebesar Rp.3.465.705,27 milyar. Pada tahun 2014 naik menjadi Rp.3.868.128,99 milyar. Pada tahun 2015 jumlah uang beredar mengalami kenaikan yang cukup drastis sebesar Rp.489.390,49 milyar menjadi

(20)

Rp.4.357.519,48 milyar. Pada tahun 2016 jumlah uang beredar meningkat kembali menjadi Rp.4.698.476,66 milyar. Pada tahun 2017 jumlah uang beredar mengalami kembali kenaikan sebesar Rp.464.818,62 milyar menjadi Rp.5.163.295,28 milyar. Pada tahun 2018 jumlah uang beredar mengalami kenaikan sebesar Rp.354.818,76 milyar dari tahun sebelumnya menjadi Rp.5.518.114,04 milyar. Sehingga selisih jumlah uang beredar dari tahun 2013- 2018 naik mencapai 2.052.408,77 milyar.

Jumlah uang bеrеdar mеmеgang pеran pеnting dalam pеrеkonomian suatu nеgara. Jika jumlah uang bеrеdar yang bеrlеbihan dalam pеrеkonomian suatu nеgara akan mеmbеrikan tеkanan pada nilai tukar mata uangnya tеrhadap mata uang asing. Naiknya pеnawaran uang atau jumlah uang bеrеdar akan mеnaikkan harga barang yang diukur dengan term of money sеkaligus akan mеnaikkan harga valuta asing yang diukur dеngan mata uang domеstik (Triyono dalam Musyaffa’, 2017:20).

Pentingnya nilai tukar sebagai salah satu indikator ekonomi menjadikan hal yang menarik untuk dibahas dan dilihat perubahan yang dapat dipengaruhi dari berbagai faktor. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat”. Jumlah uang beredar dan inflasi sebagai variabel independen dan nilai tukar rupiah sebagai variabel dependen.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dijabarkan di atas maka dengan ini penulis menentukan bahwa rumusan masalah dari pembahasan kali ini, sebagai berikut:

(21)

6

1. Bagaimana pеngaruh yang signifikan sеcara parsial antara Jumlah Uang Bеrеdar tеrhadap Nilai Tukar Rupiah.

2. Bagaimana pеngaruh yang signifikan sеcara parsial antara Inflasi tеrhadap Nilai Tukar Rupiah.

3. Bagaimana pеngaruh yang signifikan sеcara simultan antara Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh antara Jumlah Uang Bеrеdar tеrhadap Nilai Tukar Rupiah.

2. Untuk mengatahui pengaruh antara Inflasi tеrhadap Nilai Tukar Rupiah.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini menambah wawasan dan pemahaman penulis berkaitan dengan Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah.

2. Bagi Pengusaha dan Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan dan wawasan bagi pengusaha yang melakukan transaksi terkait valuta asing serta dengan diketahuinya pengaruh dari jumlah uang beredar dan inflasi terhadap nilai

(22)

tukar rupiah, maka pemerintah dapat membuat kebijakan kebijakan yang berkenaan dengan jumlah uang beredar dan inflasi sehingga pengaruh yang telah terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan baik.

3. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan yang berguna bagi mahasiswa/i dalam melakukan penelitian dengan objek maupun masalah yang sama sehingga mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Tukar Rupiah

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Simorangkir dan Suseno (2004:4) nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Kebijakan suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing disebut dengan revaluasi, sedangkan kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang asing tersebut devaluasi. Nilai tukar yang kita kenal dalam pengertian sehari-hari adalah nilai tukar nominal.

Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Nilai tukar juga mengenal istilah nilai tukar riil. Nilai tukar riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (tingkat harga). Nilai tukar riil tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sederhana sebagai berikut:

Q = S P/P*

Q : Nilai tukar riil S : Nilai tukar nominal

P : Tingkat harga di dalam negeri P* : Tingkat harga di luar negeri

Rumus di atas digunakan untuk menghitung nilai tukar riil dari dua negara (bilateral).

(24)

Kurs dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing dikenal ada empat jenis, sebagai berikut:

1. Kurs Jual (Selling Rate)

Kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing pada saat tertentu.

2. Kurs Tengah (Middle Rate)

Kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional yang ditetapkan oleh Bank Sentral pada saat tertentu.

3. Kurs Beli (Buying Rate)

Kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing pada saat tertentu.

4. Kurs Flat (Flat Rate)

Kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque.

Kurs tersebut sudah diperhitungkan termasuk biaya promosi dan biaya‐biaya lainya.

2.1.2 Sistem Nilai Tukar

Menurut Dehoutman Saragih dan Nugroho (2014:25) ada lima mekanisme pasar untuk mengatur nilai tukar, sebagai berikut:

1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Rate)

Nilai tukar pada sistem mengambang bebas akan sangat ditentukan oleh interaksi antar permintaan dan penawaran mata uang. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh level perubahan harga, perbedaan tingkat suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi.

(25)

10

2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)

Nilai tukar dalam sistem ini untuk mengurangi ketidakpastian ekonomi yang berhubungan dengan sistem mengambang bebas. Intervensi dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali ini ditujukan untuk mencegah perubahan pada nilai kurs mata uang yang dapat mempengaruhi perdagangan atau menstabilkan mata uang pada saat inflasi yang tinggi.

3. Pengaturan Zona Target

Sistem zona target ini suatu negara menyesuaikan kebijakan ekonominya untuk mempertahankan nilai tukar pada suatu margin yang spesifik di sekitar nilai tukar sentral yang telah ditetapkan. Sistem ini telah berjalan untuk mata uang Eropa pada sistem moneter Eropa.

4. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)

Nilai tukar dalam sistem ini pemerintah berkomitmen untuk mempertahankan nilai tukar sesuai target. Bank Sentral secara aktif membeli atau menjual mata uang pada pasar valuta asing. Koordinasi dari kebijakan moneter ini meyakinkan bahwa seluruh negara anggota memiliki tingkat inflasi yang sama.

2.1.3 Kebijakan Nilai Tukar Rupiah

Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar yang ditetapkan sesuai dengan sistem nilai tukar yang dianut (Abdullah dan Tantri, 2014:88). Penetapan nilai tukar oleh pemerintah dalam bentuk keputusan Presiden berdasarkan usul Bank Indonesia. Kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan nilai tukar ini, sebagai berikut:

(26)

1. Sistem nilai tukar tetap berupa devaluasi atau revaluasi terhadap mata uang asing.

2. Sistem nilai tukar mengambang berupa intervensi pasar.

3. Sistem nilai tukar mengambang terkendali berupa penetapan nilai tukar harian serta besar tingkat intervensi.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Nilai tukar atau kurs antara dua negara berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Menurut Simorangkir dan Suseno (2004:6) ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar, sebagai berikut:

1. Permintaan Valuta Asing a. Faktor Pembayaran Impor

Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah.

Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.

b. Faktor Aliran Modal Keluar (Capital Outflow)

Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.

c. Kegiatan Spekulasi

Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan (pelaku di pasar valas yang bertujuan mendapatkan keuntungan dari

(27)

12

melemahnya nilai tukar) maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.

2. Penawaran Valuta Asing

a. Faktor Penerimaan Hasil Ekspor

Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.

b. Faktor Aliran Modal Masuk (Capital Inflow)

Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing, dan investasi langsung pihak asing.

2.2 Jumlah Uang Beredar 2.2.1 Uang

Uang merupakan suatu alat pembayaran yang sah yang diterbitkan oleh pemerintah (Bank Sentral) baik berbentuk kertas maupun logam yang memiliki nilai tertentu yang tertera pada kertas atau logam yang penggunaannya diatur atau dilindungi oleh Undang-Undang. Uang juga sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum untuk transaksi. Alat tukar tersebut diterima secara luas oleh masyarakat sebagai penukar barang dan jasa.

(28)

Secara garis besar, uang dapat dikategorikan dalam berbagai pengertian (Mukhlis, 2015:19), sebagai berikut:

1. Base Money

Base Money didefinisikan sebagai simpanan pada Bank Sentral ditambah notes dan coin.

2. Narrow Money

Narrow Money didefinisikan sebagai uang yang digunakan untuk kegiatan transaksi.

3. Broad Money

Broad Money didefiniskan uang sebagai media penyimpanan kekayaan.

2.2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar merupakan uang yang yang berada di tangan masyarakat. Menurut Latumaerissa (2017:37) uang terdiri dari dua bagian, yaitu semua uang kartal (uang logam dan uang kertas) dan uang giral (saldo rekening bank yang digunakan untuk cek, giro, atau surat perintah lainnya). Uang kartal dan uang giral dalam istilah moneter disebut M1. M1 inilah disebut sebagai uang beredar. Setiap uang beredar yang ada dapat digunakan sebagai alat pembayaran, ada pula jenis uang yang tidak dapat dipakai setiap saat dalam alat pembayaran karena keterikatan waktu, yaitu deposito berjangka, tabungan, dan valuta asing milik swasta domestik. Uang yang tidak beredar ini disebut uang kuasi (QM).

Jumlah uang beredar dan uang kuasi disebut likuiditas perekonomian.

Penjelasan diatas dapat dirangkum melalui persamaan berikut:

(29)

14

M2 = M1 + QM Keterangan :

M2 : Likuiditas perekonomian, yaitu uang berdar dalam arti luas atau board money.

M1 : Uang Beredar = uang kartal = uang giral atau narrow money.

QM : Uang kuasi = deposito berjangka = tabungan + valuta asing milik swasta domestik.

2.2.3 Laju Pertumbuhan dan Posisi Uang Beredar

Laju pertumbuhan uang beredar (M1) dalam indikator perekonomian Indonesia sering dikaitkan dengan tingkat inflasi. Semakin tinggi laju pertumbuhan M1, maka semakin tinggi pula tingkat inflasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan M1(Latumaerissa, 2017:39):

Keterangan:

: Pertumbuhan uang beredar tahun × (%)

: Jumlah uang beredar tahun sebelumnya

: Jumlah uang beredar tahun x

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar setiap minggu, bulan, atau tahun selalu mengalami perubahan. Menurut Latumaerissa (2017:40) penyebab perubahan jumlah uang beredar, sebagai berikut:

1. Aktiva Luar Negeri Bersih (Cadangan Devisa)

(30)

2. Tagihan Sektor Pemerintah (tagihan pemerintah pusat, BUMN, dan rekening khusus)

3. Tagihan pada perusahaan dan perseorangan 4. Deposito dan tabungan

5. Faktor lainnya

Dengan demikian perubahan M1 dapat dihitung dengan cara:

Keterangan:

: Perubahan jumlah uang beredar

: Aktiva luar negeri bersih (cadangan devisa)

: Tagihan sektor pemerintah (tagihan pemerintah pusat, BUMN, dan rekening khusus)

: Tagihan pada perusahaan dan perseorangan

: Deposito berjangka dan tabungan : Faktor Lainnya

2.3 Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus (Nopirin dalam Demak 2018:185). Inflasi adalah ciri yang pada umumnya dirasakan dan ditandai dengan adanya suasana harga barang yang tinggi secata mayoritas, dimana seolah-olah kita kehilangan keseimbangan antara daya beli dibandingkan dengan pendapatan sampai pada periode tertentu, biasanya

(31)

16

dirasakan masyarakat secara keselurahan (Amalia, 2007:143). Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi, dan akibat adanya ketidaklancaran distribusi. Kenaikan dari satu atau dua barang jenis barang saja tidak bisa disebut inflasi, misalnya menjelang Lebaran, Natal, dan Tahun Baru (Abdullah, 2014:60).

2.3.2 Laju Pergerakan Inflasi

Menurut Rahardja dalam Musyaffa’ dan Sulasmiyati (2017:21) terdapat beberapa indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode, sebagai berikut:

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

IHK merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

2. Indeks Harga Produsen (IHP)

IHP merupakan indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

3. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

IHPB merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

(32)

2.3.3 Jenis-Jenis Inflasi

Menurut Latumaerissa (2017:57) inflasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, sebagai berikut:

1. Menurut Parah Tidaknya Inflasi

a. Inflasi Ringan (di bawah 10% setahun)

Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga berjalan lambat dengan peresentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

b. Inflasi Sedang (antara 10%-30% setahun)

Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang relatif cepat atau perlu diwaspadai dampaknya terhadap perekonomian.

c. Inflasi Berat (antara 30%-100% setahun)

Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan berjalan dalam waktu yang yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan sebelumnya.

d. Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

Inflasi ini merupakan inflasi ini paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan mencetak uang.

2. Menurut Penyebab dari Inflasi

a. Inflasi Permintaan (Demand Pull Inflation).

Inflasi ini timbul akibat karena permintaan masyarakat pada berbagai macam barang terlalu kuat.

(33)

18

b. Inflasi Biaya Produksi (Cost Push Inflation)

Inflasi ini timbul akibat kenaikan biaya produksi atau berkurangnya penawaran suatu barang. Pada cost pull inflation tingkat penawaran lebih rendah dibanding tingkat permintaan.

3. Menurut Asal-usul Inflasi

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation).

Inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal, dan sebagainya.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri di negara- negara langganan berdagang. Inflasi dari luar negeri adalah kenaikan harga barang-barang yang diimpor mengakibatkan:

1) Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang- barang teracakup di dalamnya berasal dari impor.

2) Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor (Cost Inflation).

3) Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri, karena kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah atau swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tesebut (Demand Inflation).

(34)

2.3.4 Dampak yang Ditimbulkan dari Inflasi

Menurut Latumaerissa (2017:61) inflasi tidak selalu buruk bagi perekonomian negara. Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian.

1. Dampak Inflasi terhadap Pendapatan

Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Inflasi dapat mendorong pengusaha memperluas produksinya, dengan demikian akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Masyarakat yang memiliki penghasilan yang tetap, inflasi akan menyebabkan kerugian bagi mereka karena jika penghasilan tetap ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.

2. Dampak Inflasi terhadap Ekspor

Inflasi membuat daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang eksporberkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang.

Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.

3. Dampak Inflasi tehadap Minat Masyarakat untuk Menabung

Masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataanya berkurang karena laju inflasi. Minat para penabung berkurang untuk menabung ke bank dalam bentuk deposito karena bunga yang ditawarkan kecil atau menurun dari biasanya akibat inflasi.

(35)

20

4. Dampak Inflasi terhadap Sektor Riil

Dampak inflasi terhadap sektor riil akan menghambat atau mengganggu proses pertumbuhan di sektor riil. Hal ini terjadi karena inflasi, yaitu tingkat pembelian masyarakat akan mengalami penurunan dan akan menyebabkan pihak produsen harus mengurangi tingkat produksi (output) yang berujung kepada pemutusan hubungan kerja dan bertambahnya penganguran.

Inflasi yang tinggi juga mengakibatkan suku bunga yang ditetapkan otoritas moneter juga meningkat. Oleh karena itu, sektor riil pada saat suku bunga tinggi mengalami kesulitan dana, baik untuk meningkatkan produksi atau mengembangkan usaha karena semakin tingginya dalam biaya modal.

2.3.5 Faktor- Faktor yang Menyebabkan Inflasi

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan inflasi, antara lain (Amalia, 2007:144):

1. Defisit Financing

Diadakannya pengeluaran-pengeluaran dalam rangka untuk memperbesar kapasitas produksi (investasi) yang dapat menghasilkan tambahan produk (output) yang memakai tabungan atau defisit financing. Pendapatan masyarakat bertambah, sedangkan output masih belum bertambah atau tidak bertambah karena situasi permintaan lebih besar dari penawaran.

2. Terjadinya Surplus Ekspor

Dengan terjadinya surplus ekspor maka pendapatan bertambah sedangkan jumlah barang berkurang. Ini mengakibatkan permintaan terhadap barang- barang bertambah, sedangkan penawaran barang-barang berkurang.

3. Inflasi yang diimpor dari Luar Negeri

(36)

Ketika impor dilakukan dari negara yang sedang mengalami inflasi, maka terpaksa harus mengimpor dengan harga-harga yang tinggi.

4. Terjadinya Surplus Impor

Dalam hai ini, suatu negara memerlukan devisa untuk membayar kelebihan impor tersebut kepada luar negeri. Dengan demikian akan memperbesar permintaan negara terhadap valuta asing. Permintaan yang besar terhadap devisa maka akan meningkatkan kurs valuta asing.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

1. Demak, dkk (2018) melakukan peneilitian berjudul, “Pengaruh Suku Bunga Deposito, Jumlah Uang Beredar, dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang dan jangka pendek suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap nilai tukar. Dalam jangka panjang jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar sedangkan dalam jangka pendek jumlah uang beredar berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap nilai tukar. Hal ini dikarenakan pertambahan jumlah uang beredar tidak secara langsung mempengaruhi nilai tukar melainkan harus melalui proses dari sistem

(37)

22

perbankan ke berbagai sektor karena pertambahan jumlah uang beredar membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tangan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor yang membuat kurs terapresiasi. Dalam jangka panjang inflasi berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap nilai tukar, sedangkan dalam jangka pendek inflasi beperngaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap nilai tukar. Dalam jangka pendek inflasi tidak signifikan secara statistik terhadap nilai tukar dikarenakan masyarakat tidak serta merta dalam jangka pendek langsung merubah perilaku belanjanya dari barang dalam negeri yang mahal ke barang luar negeri yang lebih murah.

2. Musyaffa’ dan Sulasmiyati (2017) melakukan penelitian berjudul, “Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (Studi Pada Bank Indonеsia Pеriodе 2011-2015)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sеcara bеrsama-sama jumlah uang bеrеdar (M2), tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi IHK bеrpеngaruh signifikan tеrhadap nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika periode 2011-2015.

Jumlah uang bеrеdar (M2) mеmpunyai pеngaruh signifikan dеngan arah positif tеrhadap nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika 2011-2015.

Sеhingga jumlah uang bеrеdar (M2) yang mеningkat akan mеndеprеsiasi nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika. Tingkat suku bunga SBI mеmpunyai pеngaruh signifikan dеngan arah positif tеrhadap nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika. Sеhingga tingkat suku bunga yang tinggi akan mеndеprеsiasi nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika. Tingkat inflasi IHK mеmpunyai pеngaruh yang tidak signifikan dеngan arah positif

(38)

tеrhadap nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika. sеhingga tingkat inflasi yang tinggi akan mеndеprеsiasi nilai tukar rupiah tеrhadap dollar Amеrika.

3. Firmansyah (2016) melakukan penelitian berjudul, “Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Ekspor dan Impor Yang Mempengaruhi Terhadap Jumlah Uang Yang Beredar di Indonesia 2010 – 2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, nilai tukar, ekspor dan impor berpengaruh secara simultan terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia 2010 sampai 2014, sedangkan secara parsial bahwa nilai tukar dan impor merupakan variabel yang mempengaruhi terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia periode 2010 sampai 2014.

4. Marina dan Amiruddin (2016) melakukan penelitian berjudul "Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar Rupiah Di Indonesia". Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh secara statistik terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia selama periode 1999-2013, untuk perubahan 1% inflasi maka nilai tukar juga akan meningkat sebesar 192,51 satuan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. Variabel jumlah uang beredar juga berpengaruh secara statistik terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia selama periode 1999-2013, bahwa setiap perubahan satuan jumlah uang beredar, maka nilai tukar rupiah akan mengalami peningkatan sebesar 0,00075 satuan.

5. Puspitaningrum, dkk (2014) melakukan penelitian berjudul, “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Nilai Tukar Rupiah (Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun

(39)

24

2003-2012)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh sebesar 42% terhadap perubahan nilai tukar rupiah yang ditunjukkan oleh hasil pengujian koefisien deteminasi (R2). Sedangkan sisanya 58% perubahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Melalui pengujian uji f (simultan) menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh simultan (bersama-sama) terhadap nilai tukar rupiah. Berdasarkan Pengujian hipotesis uji t (parsial) dapat diketahui bahwa variabel tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI, keduanya berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

6. Haryadi (2014) melakukan penelitian berjudul, “Pengaruh Inflasi Suku Bunga Jumlah Uang Beredar dan Pendapatan Nasional Terhadap Nilai Tukar Rupiah Per Us Dollar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar adalah variabel inflasi dan jumlah uang beredar, sedangkan variabel suku bunga dan pendapatan nasional tidak berpengaruh signifikan. Koefisien ECT sebesar -2.5563, berarti bahwa proporsi keseimbangan dan perkembangan exchange rate pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah sebesar -255.63%.

(40)

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskam teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan variabel dependen (Priadana dan Muis dalam Islam, 2018:57).

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Jumlah Uang Beredar (X1)

Nilai Tukar Rupiah (Y)

Inflasi (X2)

Sumber: Penulis (2019)

Jumlah Uang beredar (X1) berkaitan terhadap Nilai Tukar Rupiah (Y).

Begitu pula dengan Inflasi (X2) yang juga memiliki keterkaitan dengan Nilai Tukar Rupiah. Perubahan Nilai Tukar Rupiah pun memiliki keterikatan terhadap Jumlah Uang Beredar dan Inflasi.

Simultan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel-variabel terkait dеngan pеndеkatan asosiatif.

Pеnеlitian ini juga akan mеnjеlaskan hubungan antara Jumlah Uang Bеrеdar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah tеrhadap Dollar Amеrika Serikat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data diperoleh pada website Bank Indonesia di www.bi.go.id periode 2013-2018. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 24 Januari 2019 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Martono (2016:76) populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data time series bulanan selama periode 2013-2018.

3.3.2 Sampel

Menurut Martono (2016:76) sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel juga didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasi. Agar dapat menggambarkan

(42)

secara tepat variabel yang diteliti, maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampelnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampel jenuh (Census Sampling). Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sabagai sampel (Martono, 2016:81). Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, diperoleh jumlah sampel (n) dari data time series bulanan selama periode Januari 2013 – Desember 2018 sebanyak 72 sampel.

3.4 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data diukur dengan skala numeric (angka). Data ini berbentuk time series yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu.

Penelitian ini dilakukan menggunakan data sekunder. Data yang digunakan untuk mengukur perubahan variabel Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah adalah data per bulan yang telah dipublikasikan sehingga perubahan data akan lebih tepat.

3.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara yang masih perlu di uji kebenarannya melalui fakta-fakta (Irianto, 2016:97). Peneliti merumuskan hipotesis sebagai kesimpulan sementara atas masalah-masalah yang diajukan.

Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah:

H1 : Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif secara parsial terhadap Nilai Tukar Rupiah.

H2 : Inflasi berpengaruh positif secara parsial terhadap Nilai Tukar Rupiah.

(43)

28

H3 : Jumlah Uang Beredar dan Inflasi berpengaruh positif secara simultan terhadap Nilai Tukar Rupiah

3.6 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan ide abstrak yang digunakan dalam penggambaran kejadian secara abstrak, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian yang pada umumnya dinyatakan dalam suatu istilah atau rangkaian kata. Untuk mendapatkan masalah yang jelas dari setiap konsep, maka penulis mengemukakan definisi konsep penelitian, sebagai berikut:

1. Jumlah Uang Beredar (X1)

Jumlah uang beredar merupakan semua uang kartal (uang logam dan uang kertas) dan uang giral (saldo rekening bank yang digunakan untuk cek, giro, atau surat perintah lainnya). (Latumaerissa, 2017:37)

2. Inflasi (X2)

Inflasi merupakan proses kenaikan harga umum barang-barang secara terus- menerus (Nopirin dalam Demak, 2018:185).

3. Nilai Tukar Rupiah (Y)

Nilai Tukar Rupiah merupakan harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Simorangkir dan Suseno, 2004:4).

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini diukur dengan dua variabel independen terdiri dari jumlah uang beredar dan inflasi serta variabel dependen yaitu nilai tukar rupiah.

(44)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Indikator

1. Jumlah Uang Beredar

Semua uang kartal (uang logam dan uang kertas) dan uang giral (saldo rekening bank yang digunakan untuk cek, giro, atau surat perintah lainnya). (Latumaerissa, 2017:37)

Perubahan jumlah uang beredar beredar yang dipakai dalam penelitian ini adalah M2 selama periode 2013-2018.

2. Inflasi Proses kenaikan harga umum barang-barang secara terus- menerus. (Nopirin dalam Demak, 2018:185)

Perubahan angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia periode 2013-2018.

3. Nilai Tukar Rupiah

Harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. (Simorangkir dan Suseno, 2004:4)

Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia periode 2013- 2018.

Sumber: Penulis (2019) 3.8 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda karena variabel independen dalam penelitian lebih dari satu. Sebelum melakukan analisis

(45)

30

regresi berganda, diperlukan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk memastikan apakah model tersebut tidak terdapat masalah autokorelasi, normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik Regresi 3.8.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisi parametrik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2014:69). Jika data tidak berdistribusi normal maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Penelitian ini dalam uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov- Smirnov dengan menggunakan bantuan program statistik. Dalam metode Kolmogorov-Smirnov, jika nilai sig (signifikansi) ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal (Priyatno, 2014:74).

3.8.1.2 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota observasi yang disusun menurut waktu dan tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (Priyatno, 2014:106). Pengambilan keputusan dalam uji Durbin Watson sebagai berikut:

1. dU < DW < 4 – dU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi 2. DW < dL atau DW > 4 – dL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi 3. dL < DW < dU atau 4 – dU < DW < 4 – dL , artinya tidak ada kepastian atau

kesimpulan yang pasti.

(46)

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson.

3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi (Priyatno, 2014:108). Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan metode uji Glejser.

Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresi antara variabel independen dengan nilai absolute residual. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual ≥ 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Priyatno, 2014:115).

3.8.1.4 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas merupakan antar variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya (Priyatno, 2014:99).

Cara untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflatiom Factor (VIF) dan Tolerance (T), apabila nilai VIF ≤ 10 dan nilai T ≥ 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linier antara dua variabel independen dengan satu variabel dependen (Priyatno, 2014:148). Analisis regresi berganda mempunyai langkah yang sama dengan analisis regresi sederhana, hanya saja analisisnya sedikit

(47)

32

kompleks karena melibatkan banyak variabel bebas (Irianto, 2016:193). Bentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Nilai Tukar

X1 = Jumlah Uang Beredar

X2 = Inflasi

a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien

3.8.3 Uji Hipotesis 3.8.3.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji t (uji koefisien regresi secara parsial) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari Jumlah Uang Beredar dan Inflasi secara parsial terhadap Nilai Tukar Rupiah. Pengujian menggunakan tingkat signifikamsi 0,05. Prosedur uji t dihitung sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis

a. Ho1 : b1 = b2 = 0, artinya Jumlah Uang Beredar tidak berpengaruh positif terhadap Nilai Tukar Rupiah.

b. Ha1 : b1 = b2 = 0, artinya Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap Nilai Tukar Rupiah.

2. Kriteria pengujian

(48)

a. Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima .

b. Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak.

3. Menentukan keputusan uji t hitung

a. Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima.

b. Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan Ho diterima, sebaliknya Ha ditolak.

3.8.3.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji F (uji koefisien regresi secara bersama-sama) untuk menguji signifikasi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Prosedur uji F dihitung sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

a. Ho : b1 = b2 = 0, artinya tidak ada pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah.

b. Ha : b1 = b2 = 0, artinya ada pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah.

2. Kriteria Pengujian

a. Jika F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima.

b. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak.

3. Menentukan keputusan uji F hitung

a. Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, sebaliknya Ha ditolak.

(49)

34

b. Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima.

3.8.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya variabel-variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 ≤ R≤ 1). Semakin besar nilai R2 maka semakin besar variabel- variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen.

Sebaliknya, semakin kecil nilai R2 maka semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Kurs merupakan nilai mata uang dari suatu negara yang diukur dalam mata uang lainnya. Kurs memegang peranan penting dalam suatu negara dalam membuat keputusan-keputusan dalam suatu kebijakan, sebab kurs dapat menerjemahkan harga dari berbagai negara. Kurs yang dipakai dalam penelitian ini kurs jual periode Januari 2013 sampai Desember 2018 yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Grafik 4.1

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Periode 2013-2018

Sumber: Bank Indonesia, data diolah (2019)

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 rupiah mengalami depresiasi tertinggi pada bulan Desember sebesar Rp.12.189,00 dan terendah pada bulan Februari sebesar Rp.9.667,00. Pada tahun 2014 rupiah

(51)

36

mengalami apresiasi tertinggi sebesar Rp. 11.404,00 dan kembali depresiasi pada bulan Desember Rp.12.440,00. Pada tahun 2015 rupiah mengalami depresiasi tertinggi pada September sebesar Rp.14.657,00 dan terendah pada bulan Januari sebesar Rp.12.625,00. Pada tahun 2016 rupiah mengalami depresiasi pada bulan Januari sebesar Rp.13.846,00 dan terendah pada bulan September sebesar Rp.12.998,00.

Pada tahun 2017 rupiah terus mengalami depresiasi tertinggi pada bulan Oktober sebesar Rp.13.572,00 dan terendah terjadi pada bulan Juni sebesar Rp.13.319,00. Pada tahun 2018 rupiah mengalami depresiasi tertinggi pada bulan Oktober sebesar Rp.15.227,00 dan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar Rp.13.413,00. Selama periode penelitian, nilai rupiah tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2018 sebesar Rp.15.227,00 dan nilai rupiah terendah pada bulan Februari 2013 sebesar Rp.9.667,00. Penyebab utama nilai tukar rupiah tertinggi pada bulan Oktober 2018 kerena adanya penurunan cadangan devisa negara yang dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global (Finance.detik.com, 2018).

4.1.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Uang beredar dalam isitilah moneter didefinisikan dalam dua arti, dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 mencakup uang kartal yang saat ini dipegang oleh masyarakat dan uang giro yang berbentuk saldo rekening bank dan surat-surat berharga. Sedangkan M2 mencakup M1, uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh sektor moneter yang dimiliki oleh sektor swasta domestik. Uang beredar yang dipakai pada penelitian ini M2 periode Januari 2013 sampai Desember 2018 yang akan dijelaskan sebagai berikut:

(52)

Grafik 4.2

Perkembangan Jumlah Uang Beredar Periode 2013-2018

Sumber: Kementrian Perdagangan, data diolah (2019)

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah uang beredar mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah uang beredar terbesar pada bulan Desember sebesar 3.730.197,02 milyar dan terendah pada bulan Januari sebesar 3.268.789,15 milyar. Pada tahun 2014 jumlah uang beredar terbesar pada bulan Desember 4.173.326,50 milyar dan terendah pada bulan Februari sebesar 3.643.059,46 milyar. Pada tahun 2015 jumlah uang beredar terbesar pada bulan Desember sebesar 4.546.743,03 milyar dan terendah pada bulan Januari sebesar 4.174.825,91 milyar.

Pada tahun 2016 jumlah uang beredar terbesar pada bulan Desember sebesar 5.004.976,79 milyar dan terendah pada bulan Januari sebesar 4.498.361,28 milyar. Pada tahun 2017 jumlah uang beredar terbesar pada bulan Desember sebesar 5.419.165,05 milyar dan terendah pada bulan Januari sebesar 4.936.881,99 milyar. Pada tahun 2018 jumlah uang beredar di masyarakat

(53)

38

dan terendah pada bulan Februari sebesar 5.351.650,33 milyar. Selama periode penelitian, nilai jumlah uang beredar tertinggi pada bulan Desember 2018 sebesar 5.758.356,18 milyar dan terendah pada bulan Januari 2013 sebesar 3.268.789,15 milyar. Jumlah uang beredar tertinggi pada bulan Desember 2018 mengalami pertumbuhan melambat 6,3% menjadi Rp5.758.356,78 milyar. Pertumbuhan tersebut diakui BI lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang mencapai 6,6%.

Pertumbuhan yang melambat terutama dipengaruhi oleh penurunan aktiva luar negeri bersih yang turun lebih dalam menjadi -6,4% dari bulan sebelumnya sebesar -2,4% (Wartaekonomi.co.id, 2019).

4.1.3 Perkembangan Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum yang berlagsung secara terus-menerus. Inflasi dapat menggambarkan keadaan perkenomian suatu negara atau daerah. Adapun data mengenai inflasi periode Januari 2013 sampai Desember 2018 sebagai berikut:

Grafik 4.3

Perkembangan Inflasi Periode 2013-2018

Sumber: Bank Indonesia, data diolah (2019)

Gambar

Gambar 2.1    Kerangka Berpikir
Tabel 3.1    Definisi Operasional
Tabel 4.1    Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.3    Uji Glejser  Coefficients a
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa variabel dewan komisaris independen berpengaruh

Maka pada tahun 1162 M dengan menyiapkan pasukan yang cukup besar Abdul Mu’min bermaksud memperluas kembali wilayah kekuasaannnya jatuh ke Spanyol yang dikusai

Dari hasil perhitungan fuzzy tsukamoto untuk setiap wilayah kota dan kabupaten bogor di dapat nilai z untuk kota bogor 0,1 sampai dengan 0,39 sedangkan nilai z untuk kabupaten

Terdapat 2 jenis pompa yang dibutuhkan pada sistem kali ini, yaitu pompa yang digunakan untuk mendinginkan air menuju ke chiller , dan pompa yang digunakan

Situasi dan kondisi yang digambarkan oleh masing-masing karya Rusdie, Nasreen, Ki Pandijkusmin, dan Kazanzakis hanya ada dan berlaku dalam dunia imajinatif -juga

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENDETEKSI KERUSAKAN PADA MESIN MOBIL DIESEL DENGAN METODE

1) Menambah wawasan dan pengetahuan yang luas tentang bagaimana strategi peningkatan kualitas pelayanan kepada anggota BMT , apa aja strategi yang dilakukan dalam

Dene Koentjaraningrat (1990:257) menehi andharan yen discovery bisa dadi invention yen masyarakat wis ngakoni, nampa, lan ngecakake panemu kang anyar kasebut.