129 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI
SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014
Maiyaliza
Universitas Swadaya Gunung Jati
ABSTRAK
Untuk melakukan investasi dalam saham maka diperlukan analisis, salah satunya adalah analisis fundamental. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor fundamental tersebut, antara lain : pertumbuhan penjualan (growth sales), likuiditas (current ratio), penjualan / aktiva lancar (SALCA) dan saldo laba / total aktiva (RETA) secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 – 2014, dengan sampel sebanyak delapan perusahaan.
Hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan (growth sales), likuiditas (current ratio), penjualan / aktiva lancar (SALCA) dan saldo laba / total aktiva (RETA) secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kata Kunci: faktor fundamental, harga saham
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Globalisasi membuat setiap orang dibelahan dunia mempunyai kemampuan mengakses segala informasi, pasar modal diharapkan dapat memiliki peran penting dalam perkembangan dunia usaha dan kegiatan perekonomian di suatu negara yang telah menjadi sumber pendanaan alternatif bagi suatu perusahaan sebagai sumber pembiayaan modern. Perkembangan pasar modal sudah sangat pesat dan tidak mengenal status perekonomian suatu negara karena animonya tidak hanya berkembang di negara maju saja melainkan di negara berkembangpun sudah sangat pesat. Negara maju dan negara berkembang memiliki kepentingan yang sama, didasari oleh
kerjasama saling menguntungkan. Negara maju memiliki modal dan teknologi yang canggih, sedangkan negara berkembang memiliki SDA dan SDM yang melimpah. Hal ini dapat memberikan kerjasama yang saling menguntungkan karena negara berkembang membutuhkan modal dan teknologi untuk mengelola SDA dan SDM, sedangkan negara maju membutuhkan tempat investasi agar modalnya dapat berkembang dengan baik.
Jumlah perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) semakin meningkat, dengan berkembangnya pasar modal menimbulkan kebanggaan karena mampu menarik perusahaan memanfaatkan dananya dari Bursa Efek. Dengan banyaknya perusahaan yang
130 telah go public dan telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) salah satu diantaranya adalah perusahaan manufaktur (industri barang konsumsi). Alasan obyek penelitian ini pada perusahaan manufaktur (industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman) karena perusahaan tersebut hampir tidak terpengaruh oleh fluktuasi perekonomian melainkan perusahaan tersebut akan tetap eksis dan bertahan, disebabkan oleh produk yang dihasilkannya. Permintaan akan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur akan tetap stabil walaupun ada suatu penurunan tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal.
Menurut Akhmad Nurcahyadi dalam (www.vivanews.com, 28 Januari 2009), mengatakan prospek industri barang - barang konsumsi (consumer
goods) yang masih menjanjikan dapat
berdampak positif bagi pergerakan saham di sektornya, termasuk PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang memiliki sudut pandangan positif terhadap industri consumer goods di Indonesia karena Mayora mampu membuktikan kinerja yang cukup baik di tengah kondisi kekhawatiran pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan manufaktur (industri barang konsumsi) mampu memberikan dampak yang positif terhadap pergerakan saham terbukti dengan semakin banyaknya perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Salah satu kegiatan investasi disuatu perusahaan adalah dengan
menerbitkan saham dan
memperdagangkannya di pasar modal
maka saham tersebut mempunyai harga. Dimana harga dari suatu produk didasarkan pada definisi klasik yaitu gambaran titik temu antara sisi penawaran dan sisi permintaan Pasaribu (2008). Tetapi dalam menentukan harga saham tidak cukup dilihat dari sisi permintaan dan penawaran melainkan ada beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga saham.
Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau
overvalue. Saham dikatakan undervalue
bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya menurut Anastasia (2003).
Penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara faktor fundamental (rasio keuangan) dengan harga saham menunjukkan hasil yang variatif, baik itu yang berpengaruh signifikan Fakhrurozie (2007) dan Pasaribu (2008) atau tidak berpengaruh sama sekali Kesuma (2009). Dari hasil penelitian yang variatif dan fenomena yang terjadi mendorong untuk dilakukannya penelitian lanjutan tentang hubungan atau pengaruh faktor - faktor fundamental (rasio keuangan) dengan harga saham. Walaupun disadari bahwa faktor - faktor fundamental itu sangat luas cakupannya tidak saja meliputi kondisi internal perusahaan tetapi juga kondisi fundamental makro ekonomi yang berada diluar kendali perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi
131
Ha1
Ha2
Ha3
Ha4
hanya menganalisis faktor - faktor fundamental perusahaan yang meliputi rasio pertumbuhan penjualan (growth
sales), rasio likuiditas (current ratio), rasio penjualan / aktiva lancar (SALCA) dan saldo laba / total aktiva (RETA). Dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan akan dapat diketahui kinerja dan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Berdasarkan kajian teori di atas, jurnal ekonomi dan review penelitian terdahulu mengenai harga saham maka penelitian ini mengambil judul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
FUNDAMENTAL TERHADAP
HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR INDUSTRI BARANG
KONSUMSI SUB SEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014”.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, terdapat permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan (Growth Sales) terhadap harga saham ?
2. Bagaimana pengaruh likuiditas (Current ratio) terhadap harga saham ?
3. Bagaimana pengaruh penjualan / aktiva lancar (SALCA) terhadap harga saham ?
4. Bagaimana pengaruh saldo laba / total aktiva (RETA) terhadap harga saham ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, disusun tujuan penelitian ini sebagai berikut adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan penjualan (Growth
Sales) terhadap harga saham.
2. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas (Current ratio) terhadap harga saham.
3. Untuk menganalisis pengaruh penjualan / aktiva lancar (SALCA) terhadap harga saham.
4. Untuk menganalisis pengaruh saldo laba / total aktiva (RETA) terhadap harga saham.
Kerangka Pemikiran
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
Ha1 = Pertumbuhan penjualan (Sales
Growth) mempunyai pengaruh
terhadap harga saham.
Ha2 = Likuiditas (Current ratio) mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Ha3 = Penjualan / aktiva lancar (SALCA) mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Ha4 = Saldo laba / total aktiva (RETA) mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dan verifikatif, dengan jenis pendekatan studi kasus yaitu dengan melihat fenomena permasalahan yang
F A K T O R F U N D A M E N T A L Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) Likuiditas (Current Ratio) Penjualan / Aktiva Lancar (Sales to Current Saldo Laba / Total Aktiva (Retained Earnings to Total Assets) HARGA SAHAM (Y)
132 ada di perusahaan sehubungan dengan
masalah yang diteliti. Operasionalisasi Variabel a. Variabel Independen (X)
1) Pertumbuhan Penjualan (Growth
Sales) (X1)
2) Likuiditas (Current Ratio) (X2) 3) Penjualan / Aktiva Lancar (SALCA) (X3)
4) Saldo Laba / Total Aktiva (RETA) (X4)
b. Variabel Dependen (Y)
Harga saham adalah harga suatu perusahaan yang terdapat di pasar modal atau bursa efek yang nilainya tersebut ditentukan oleh investor (pelaku pasar).
Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 – 2014 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 - 2014, dengan teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive
judgement sampling, yaitu populasi yang
akan dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria - kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang diinginkan peneliti dan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Adapun sampel yang diambil harus memenuhi kriteria - kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2014.
b. Perusahaan yang melaporkan secara publik laporan keuangan tahunan
dalam tahun fiskal yang berakhir 31 Desember yang telah diaudit.
c. Perusahaan memiliki saldo laba (retained earnings) yang positif. d. Mempunyai data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
Berdasarkan kriteria diatas, maka diperoleh delapan perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini, antara lain : PT Akasha Wira International Tbk, PT Cahaya Kalbar Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Multi Bintang Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Sekar Laut Tbk, PT Siantar Top Tbk dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company. METODE ANALISIS STATISTIK Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel penelitian (growth
sales, current ratio, sales to current
assets/SALCA, dan retained earning to
total assets/RETA. Statistik deskriptif
yang digunakan adalah nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian persamaan regresi berganda harus memenuhi persyaratan uji asumsi klasik, yaitu bahwa pengambilan keputusan melalui uji t tidak boleh bias. Asumsi klasik ini bermaksud untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar - benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi asumsi: terjadi normalitas, tidak terdapat multikolinearitas, tidak terdapat autokolerasi, dan tidak terdapat heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh variabel growth
sales, current ratio, sales to current
assets/SALCA, dan retained earning to
total assets/RETA terhadap harga saham
133 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman periode 2010 – 2014. Berikut ini nama - nama perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Daftar Sampel Penelitian
Perusahaan Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan dan Minuman
Tahun 2010 – 2014 No Kode
Saham Nama Emiten Tanggal IPO 1 ADES PT Akasha Wira
International Tbk 13 Juni 1994 2 CEKA PT Cahaya Kalbar
Tbk 9 Juli 1996
3 INDF PT Indofood Sukses
Makmur Tbk 14 Juli 1994 4 MLBI PT Multi Bintang Tbk 17 Jan 1994 5 MYOR PT Mayora Indah Tbk 4 Juli 1990 6 SKLT PT Sekar Laut Tbk 8 Sept 1993 7 STTP PT Siantar Top Tbk 16 Des 1996 8 ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
2 Juli 1990 Sumber : Data diolah
Deskripsi Hasil Penelitian 1. Harga Saham
Tabel 2 Harga Saham
Perusahaan Industri Barang Konsumsi Sub Sektor Makanan dan Minuman
Tahun 2010 – 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 1.105,00 1.232,50 1.344,16 2.995,83 1.712,92 2 CEKA 1.097,40 977,38 1.730,83 1.340,69 1.709,07 3 INDF 3.775,58 4.693,03 4.785,59 6.463,54 6.652,67 4 MLBI 7,34 12,15 625,73 3.947,28 11.298,45 5 MYOR 6.137,61 10.645,38 16.878,58 25.059,38 27.841,94 6 SKLT 133,02 133,35 154,73 176,46 383,37 7 STTP 306,25 525,83 751,67 1.353,33 2.740,42 8 ULTJ 923,76 1.159,32 1.168,04 3.765,46 4.036,46 NO KODE SAHAM HARGA SAHAM (Rp)
Sumber : data diolah
2. Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) Tabel 3
Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) Perusahaan Industri Barang Konsumsi
Sub Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2010 – 2014 No KODE PERU SAHA AN
GROWTH SALES RATIO (%)
2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 62,71 36,87 59,19 5,43 15,18 2 CEKA -39,88 72,40 -9,26 125,35 46,21 3 INDF 2,69 18,04 10,43 11,12 14,33 4 MLBI 10,76 3,83 -15,70 127,31 -16,10 5 MYOR 51,22 30,86 11,18 14,34 17,90 6 SKLT 13,69 9,64 16,63 41,15 20,17 7 STTP 21,61 34,76 24,88 32,07 28,06 8 ULTJ 16,51 11,80 33,65 23,15 13,19
Sumber : data diolah
3. Likuiditas (Current Ratio) Tabel 4
Likuiditas (Current Ratio) Perusahaan Industri Barang Konsumsi
Sub Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2010 – 2014 No KODE PERU SAHA AN CURRENT RATIO (%) 2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 151,14 170,88 194,16 180,96 153,53 2 CEKA 167,23 168,69 102,71 163,22 146,56 3 INDF 203,65 190,95 200,32 168,31 180,74 4 MLBI 94,50 99,42 58,05 97,75 51,39 5 MYOR 258,08 221,87 276,11 240,21 208,99 6 SKLT 235,72 174,10 141,48 122,75 118,38 7 STTP 170,92 95,24 99,74 114,24 148,42 8 ULTJ 200,07 416,76 789,98 247,01 334,46 Sumber : data diolah
4. Penjualan / Aktiva Lancar (Sales to
Current Assets)
Tabel 5
Penjualan / Aktiva Lancar (Sales to Current Assets) Perusahaan Industri Barang Konsumsi
Sub Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2010 – 2014 No KODE PERUSA HAAN SALCA RATIO (%) 2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 165,87 232,40 248,91 255,41 240,26 2 CEKA 111,52 199,97 200,54 298,91 351,45 3 INDF 191,27 185,02 191,04 169,73 155,12 4 MLBI 299,74 283,33 338,83 504,35 366,02 5 MYOR 269,07 230,85 197,81 186,90 217,69 6 SKLT 332,39 327,58 319,68 367,46 407,01 7 STTP 261,80 327,05 225,22 247,70 271,50 8 ULTJ 196,81 232,73 234,85 221,03 238,52 Sumber : data diolah
5. Saldo Laba / Total Aktiva (Retained
Earnings to Total Assets)
Tabel 6
Saldo Laba / Total Aktiva (Retained Earnings to Total Assets)
134 Perusahaan Industri Barang Konsumsi
Sub Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2010 – 2014 No KODE PERUSA HAAN RETA (%) 2010 2011 2012 2013 2014 1 ADES 9,76 8,18 21,43 12,62 6,14 2 CEKA 3,48 11,70 5,68 8,50 7,58 3 INDF 14,23 9,13 8,06 7,87 8,39 4 MLBI 39,12 41,56 39,36 65,72 35,63 5 MYOR 17,58 11,48 13,93 13,44 8,66 6 SKLT 2,42 2,79 3,19 3,79 4,97 7 STTP 6,33 4,57 5,97 7,78 7,26 8 ULTJ 5,34 5,89 14,60 11,56 9,71 Sumber : data diolah
Berikut ini adalah ringkasan statistik deskriptif secara keseluruhan dari kelima variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 7
Hasil Statistik Deskriptif N Minim um Maximum Mean Stat istic Statisti c
Statistic Statistic Std. Error
Harga_ Saham 40 7.34 27841.94 4044.287 994.9795 Growth 40 -39.88 127.31 25.1843 5.02008 Current_ Ratio 40 51.39 789.98 188.9672 19.09220 SALCA 40 111.5 504.35 257.5835 12.25589 RETA 40 2.42 65.72 13.1350 2.08387 Valid N (listwise) 40
Sumber : data diolah (Output SPSS)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 40. Dapat dilihat bahwa harga saham dari 8 perusahaan industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 - 2014 terdapat nilai minimum sebesar Rp. 7,34 dan nilai maksimum sebesar Rp. 27.841,94, dengan rata-rata sebesar Rp. 4.044,2875. Pada pertumbuhan penjualan (Growth), nilai minimum sebesar -39,88 dan nilai maksimum sebesar 127,3, dengan nilai rata - rata sebesar 25,1843. Pada likuiditas (Current Ratio), nilai minimum sebesar 51,39 dan nilai maksimum sebesar 789,98, dengan nilai rata - rata sebesar 188,9672. Penjualan / aktiva lancar (SALCA) bahwa terdapat nilai minimum sebesar 111,52, nilai maksimum sebesar 504,35, serta nilai rata - rata sebesar 257,5835. Saldo laba / total aktiva (RETA) bahwa terdapat nilai minimum 2,42, nilai maksimum sebesar
65,72, serta nilai rata - rata sebesar 13,1350.
Pengujian Hipotesis
Uji parsial (uji-t) dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas (growth sales, current
ratio, sales to current assets/SALCA,
dan retained earning to total
assets/RETA) terhadap variabel harga
saham secara individual pada perusahaan industri barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 - 2014. Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis dengan tingkat signifikansi (α=0,05).
1. Pertumbuhan Penjualan (Growth
Sales)terhadap Harga Saham
Tabel 8
Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Model Unstandardized Coefficients Stand ardiz ed Coeffi cients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Consta nt) 4604.582 1284.771 3.584 .001 Growth -22.248 31.949 -.112 -.696 .490 a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : data diolah (output SPSS)
Dari tabel 8 dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel pertumbuhan penjualan (growth sales) sebesar -0,696 dengan nilai signifikan 0,490. Hasil uji statistik tersebut dapat menyimpulkan t hitung (-0,696) < t tabel (2,0281), maka pertumbuhan penjualan (growth sales) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,490 > 0,05), maka Ho1 diterima dan Ha1 ditolak, artinya pertumbuhan penjualan (growth sales) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
2. Likuiditas (Current Ratio )terhadap Harga Saham
135 Tabel 9
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici ents t Sig. B Std. Error Beta 1 (Const ant) 3052.90 1879.368 1.624 .113 Current _Ratio 5.246 8.411 .101 .624 .537 a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : data diolah (output SPSS)
Dari tabel 9 dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel likuiditas (current ratio) sebesar -0,696 dengan nilai signifikan 0,624. Hasil uji statistik tersebut dapat menyimpulkan t hitung (0,624) < t tabel (2,0281), maka likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,537 > 0,05), maka Ho2 diterima dan Ha2 ditolak, artinya likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
3. SALCA terhadap Harga Saham Tabel 10
Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Model Unstandardized Coefficients Stand ardiz ed Coeffi cients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Consta nt) 8963.817 3439.575 2.606 .013 SALCA -19.099 12.800 -.235 -1.492 .144 a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : data diolah (output SPSS)
Dari tabel 10 dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel penjualan / aktiva lancar (SALCA) sebesar -1,492 dengan nilai signifikan 0,144. Hasil uji statistik tersebut dapat menyimpulkan t hitung (-1,492) < t tabel (2,0281), maka SALCA tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,144 > 0,05), maka Ho3 diterima dan Ha3 ditolak, SALCA tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
4. RETA terhadap Harga Saham Tabel 11
Hasil Pengujian Hipotesis Keempat Model Unstandardized Coefficients Stand ardiz ed Coeffi cients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Cons tant) 3754.791 1430.637 2.625 .012 RETA 22.040 77.373 .046 .285 .777 a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : data diolah (output SPSS)
Dari tabel 11 dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel salda laba / total aktiva (RETA) sebesar -1,492 dengan nilai signifikan 0,285. Hasil uji statistik tersebut dapat menyimpulkan t hitung (0,285) < t tabel (2,0281), maka RETA tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,777 > 0,05), maka Ho4 diterima dan Ha4 ditolak, RETA tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka hasil pembahasan penelitian ini dari faktor - faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 - 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hipotesis 1 (Ha1) : Pertumbuhan
penjualan (growth sales) mempunyai berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan (Growth Sales) mempunyai nilai signifikansi > 0,05 maka Ho1 diterima sehingga Ha1 ditolak. Oleh karena itu, variabel pertumbuhan penjualan (growth sales) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2009) bahwa pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh terkecil diantara
136 variabel penelitiannya terhadap harga
saham, yaitu hanya sebesar 12% dan penelitian Aziz (2005) yang menyatakan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan secara simultan tehadap harga saham.
Dari hasil penelitian ini, pertumbuhan penjualan suatu produk dari emiten tergantung dari daur hidup produk (product life cycle), hal ini disebabkan produk yang dihasilkan perusahaan telah masuk ke tahap kedewasaan tumbuh (growth maturity), dimana tingkat pertumbuhan penjualan mulai menurun. Maka, dengan adanya penurunan pertumbuhan penjualan diharapkan banyak produsen mempunyai banyak produk untuk dijual. Hal tersebut dikarenakan atas kebutuhan konsumen terhadap suatu produk berbeda - beda. Oleh karena itu, dengan naik atau turunnya tingkat pertumbuhan penjualan belum tentu dapat menaikkan harga saham. Karena bisa jadi dengan naiknya tingkat penjualan tetapi harga saham tetap stabil atau sebaliknya.
b. Hipotesis 2 (Ha2) : Likuiditas
(Current Ratio) mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa variabel Likuiditas (Current Ratio) mempunyai nilai signifikansi > 0,05 maka Ho2 diterima sehingga Ha2 ditolak. Oleh karena itu, variabel Likuiditas (Current
Ratio) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) bahwa rasio likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.
Current Ratio biasanya
digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Current Ratio
perusahaan yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu mengelola money to create
money, yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampulabaan perusahaan. Llikuiditas tinggi akan
mempermudah investor untuk membeli dan menjual saham tersebut namun
Current Ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan apabila terdapat saldo kas yang kelebihan, jumlah piutang dan persediaan terlalu besar. c. Hipotesis 3 (Ha3) : Penjualan /
aktiva lancar (Sales to Current
Assets) mempunyai pengaruh
terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa variabel penjualan / aktiva lancar (Sales to
Current Assets) mempunyai nilai
signifikansi > 0,05 maka Ho3 diterima sehingga Ha3 ditolak. Oleh karena itu, variabel penjualan / aktiva lancar (Sales
to Current Assets) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handojo (2001) bahwa SALCA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Dari hasil penelitian ini, membuktikan bahwa perusahaan industri barang konsumsi kurang begitu baik menggunakan Sales to Current Assets (SALCA), karena kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar tidak mampu menghasilkan suatu penjualan sehingga menyebabkan kurangnya dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, tingkat efisiensi yang dihasilkan dari penjualan terhadap aktiva lancar belum tentu menimbulkan suatu persepsi bagi para investor bahwa perusahaan tersebut mampu memanfaatkan aktiva lancarnya dalam menghasilkan suatu penjualan. Tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak sektor industri lainnya yang menjadi pertimbangan dalam menjelaskan SALCA, seperti industri dasar dan kimia dan industri pertambangan. karena hasil penelitian
137 terhadap sektor industri lainnya telah
dibuktikan oleh Pasaribu (2008), yang menunjukkan bahwa Sales to Current
Assets (SALCA) berpengaruh secara
dominan terhadap harga saham di sektor industri pertanian.
d. Hipotesis 4 (Ha4) : Saldo laba / total
aktiva (Retained Earnings to Total
Assets) mempunyai pengaruh
terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa variabel saldo laba / total aktiva (RETA) mempunyai nilai signifikansi > 0,05 maka Ho4 diterima sehingga Ha4 ditolak. Oleh karena itu, variabel saldo laba / total aktiva (RETA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Handojo (2001), bahwa Retained earnings to total asset (RETA) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham.
Dari penelitian ini, membuktikan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi belum tentu mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan saldo laba yang dimilikinya, karena ada kecenderungan perusahaan masih membutuhkan hutang dari pihak luar. Memang tidak dipungkiri bahwa perusahaan yang memiliki saldo laba yang tinggi biasanya tergolong perusahaan yang sudah beroperasi cukup lama sehingga para investor yakin pada kinerja perusahaan yang baik kemudian mempertimbangkan menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut sehingga harga saham akan terus meningkat, tetapi apabila kinerja perusahaan buruk dapat menyebabkan penurunan usaha atau kebangkrutan dan akan berpengaruh terhadap turunnya harga saham perusahaan tersebut. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Simpulan
Berikut adalah simpulan yang dapat diberikan berdasarkan analisis terhadap data penelitian:
1. Diperoleh hasil t hitung (-0,696) < t tabel (2,0281), maka pertumbuhan penjualan (growth sales) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,490 > 0,05), maka Ho1 diterima dan Ha1 ditolak, artinya pertumbuhan penjualan (growth
sales) tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga saham. 2. Diperoleh hasil t hitung (0,624) < t
tabel (2,0281), maka likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,537 > 0,05), maka Ho2 diterima dan Ha2 ditolak, artinya likuiditas (current
ratio) tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga saham. 3. Diperoleh hasil t hitung (-1,492) < t
tabel (2,0281), maka SALCA tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,144 > 0,05), maka Ho3 diterima dan Ha3 ditolak, SALCA tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Diperoleh hasil t hitung (0,285) < t
tabel (2,0281), maka RETA tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 (0,777 > 0,05), maka Ho4 diterima dan Ha4 ditolak, RETA tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Implikasi
Beberapa implikasi yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, bila ingin menarik di mata investor maka harus bisa menjaga kinerja perusahaan dari senua sisi baik faktor fundamental maupun faktor diluar fundamental sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
138 2. Investor yang berminat melakukan
investasi sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan karena kalau hanya mengnalisis dari sebagian saja tidak akan mampu mewakili penilaian terhadap perusahaan secara keseluruhan. 3. Penelitian ini masih memiliki
keterbatasan karena hanya menganalisis empat variabel saja, Sebaiknya, bagi peneliti selanjutnya, lebih memperhatikan faktor - faktor eksternal perusahaan (tingkat inflasi, pergerakan nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, kondisi politik, kondisi keamanan negara) dan ekspektasi (kondisi ekonomi regional) serta variabel - variabel independen lain yang lebih memiliki pengaruh terhadap harga saham, karena setiap perusahaan memiliki suatu kepentingan perusahaan masing - masing dalam menentukan rasio yang paling cocok atau mendukung perusahaan tersebut dalam menganalisis laporan keuangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2005. Analisis Investasi, Salemba Empat. Jakarta
Agnes Sawir.2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka. Jakarta
Anastasia, Njo, dkk. 2003. “Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5, No. 2, Hal. 123 - 132.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta. Jakarta.
Arifin, Ali. 2004. Membaca Saham. Andi Offset. Yogyakarta.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2006. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab, Edisi kedua. Salemba Empat. Jakarta.
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen. Cetakan Pertama USU Press. Medan.
Fabozzi, J. Frank. 2000. Manajemen Investasi. Buku II. Salemba Empat. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Harahap, Zulkifli dan Pasaribu Agusni. 2007. “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Mepa Ekonomi.
Kesuma, Ali. 2009. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11, No. 1, Hal.38 - 45.
Manahan P. Tampubolon, 2005.
Manajemen Keuangan, Ghalia
Indonesia. Jakarta
Martono dan Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Keenam. EKONISIA. Yogyakarta.
Natarsyah, Syahib. 2000. “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko
139 Sistematik terhadap Harga Saham
(Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, volume 15/3. Pasaribu, Rowland Bismark Fernando.
2008. ”Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di BEI”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 2, No. 2, Hal 101-103.
Santoso, Singgih. 2007. Statistik Deskriptif: Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Exel dan SPSS. ANDI. Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis Cetakan Keenam Belas. CV Alfabeta. Bandung.
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi pertama. Kanisius (anggota IKAPI). Yogyakarta. Yuniningsih. 2002. Interdepensi antara
Kebijakan Devidend Payout Ratio, Financial Leverage, Investasi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Ekonomi Strata 1, Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang.
www.bapepam.go.id www.idx.co.id www.vivanews.com www.yahoofinance.com