40 A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan – perusahaan yang terdaftar
dalam peringkat LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dan secara konsisten berada
dalam peringkat tersebut selama periode penelitian. Periode penelitian yang
dilakukan yaitu selama 3 (tiga) tahun mulai periode 2011 s/d 2013. Data yang
diperoleh diambil melalui website www.idx.co.id. Jenis laporan keuangan yang
digunakan antara lain Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi
Komprehensif.
B. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing
variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel dependen maupun
variabel independen. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif berikut
dalam Tabel 4.1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: jumlah
sampel (n), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta
standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel. Dalam penelitian ini, sampel
diolah dengan menggunakan program SPSS versi 19. Berikut tabel hasil
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber: Data diolah
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 84 sampel. Data mengenai ke-84 sampel tersebut
diambil dari Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan dalam peringkat LQ45
yang tercatat di BEI periode 2011 hingga 2013 (3 tahun). Oleh karena itu
banyaknya sampel perusahaan yang diteliti adalah sebanyak 84 sampel
perusahaan.
Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan manajemen
(KPM) diperoleh rata-rata sebesar 0,68754 dengan standar deviasi sebesar
International Tbk. pada tahun 2012, sedangkan nilai KPM terbesar adalah
0,922 yang dimiliki oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. pada tahun 2012 dan
2013. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan
manajemen yang lebih besar terindikasi sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
manajemen perusahaan.
Good Corporate Governance dengan proksi kepemilikan institusional
(KPI) diperoleh rata – rata sebesar 0,25073 dengan standar deviasi sebesar
0,134412. Nilai KPI terkecil sebesar 0,040 yang dimiliki oleh PT. Bumi
Resource, Tbk. pada tahun 2011 – 2013. Sedangkan nilai KPI terbesar dimiliki
oleh PT. Astra International, Tbk. pada tahun 2012 dan PT. Bank Central Asia,
Tbk. pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai
kepemilikan institusional yang lebih besar terindikasi sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pihak – pihak institusi.
Profitabilitas diukur dengan menggunakan proksi tingkat pengembalian
aset (ROA), yang dilihat dari besarnya presentase laba bersih (Net Income)
tahun berjalan dibandingkan dengan total aset tahun berjalan, sehingga
diperoleh rata-rata sebesar 0,33883 dengan nilai standar deviasi sebesar
0,144103. Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa angka ROA terendah sebesar
0,130 yang dimiliki oleh PT Vale Indonesia, Tbk. pada tahun 2013. Sementara
nilai ROA terbesar dimiliki oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. pada tahun 2013
sebesar 0,846. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai
profitabilitas terkecil terindikasi kurang maksimal dalam mengembalikan
Beban Pajak Tangguhan (DTE) diperoleh rata – rata sebesar 0,05246
dengan standar deviasi 0,020345. Nilai DTE terkecil adalah sebesar 0,032 yang
diperoleh PT Adaro Energy, Tbk. tahun 2011, PT Bank Central Asia, Tbk.
tahun 2011 – 2013, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. tahun 2011 –
2013, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. tahun 2011 dan 2013, PT
Charoen Pokphan Indonesia, Tbk. tahun 2011, PT Indo Tambangraya Megah,
Tbk. tahun 2011, PT Jasa Marga (Persero), Tbk. tahun 2011, PT Kalbe Farma,
Tbk. tahun 2011, PT Lippo Karawaci, Tbk. tahun 2011 – 2013, PT Semen
Gresik (Persero), Tbk. tahun 2011, PT Astra Agro Lestari, Tbk. tahun 2012, PT
Bank Danamon, Tbk. tahun 2012 - 2013, PT Bank Mandiri (Perseri), Tbk.
tahun 2012 - 2013, PT Gudang Garam, Tbk tahun 2012 - 2013, PT Harum
Energy, Tbk. tahun 2012, PT London Sumatera Plantation, Tbk. tahun 2013.
Sementara, nilai DTE terbesar adalah 0,118 yang diperoleh PT Bumi
Resources, Tbk. pada tahun 2011 dan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan dengan beban pajak tangguhan terkecil terindikasikan bahwa
perusahaan tersebut menangguhkan pajaknya jauh lebih kecil daripada
perusahaan dengan beban pajak tangguhan yang nilainya lebih besar.
Manajemen Laba (EM) diperoleh rata-rata sebesar 0,14146 dengan
standar deviasi sebesar 0,087005. Nilai EM terkecil sebesar 0,032 yang
diperoleh PT Astra Agro Lestari, Tbk pada tahun 2012 dan PT Bank Danamon,
Tbk. pada tahun 2013. Nilai EM terbesar sebesar 0,442 yang diperoleh PT
Bumi Resources, Tbk. pada tahun 2012, yang mengindikasikan bahwa
C. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian
Penelitian dengan menggunakan model empiris ini dapat juga disebut
sebagai uji prasyarat dari model regresi linier berganda yang akan diujikan.
Model regresi yang baik harus menghasilkan estimator linier tidak bias yang
terbaik (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Untuk melakukan uji asumsi
sering terdapat beberapa alternatif metode sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk melakukan
pengujian normalitas data, penulis menggunakan analisis statistik melalui
Uji Kolmogorov Smirnov. Data yang terdistribusi normal akan
memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Model regresi yang baik
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis statistic seperti pada
tabel
Tabel 4.2
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 84
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,08003662 Most Extreme Differences Absolute ,093 Positive ,093 Negative -,051 Kolmogorov-Smirnov Z ,854 Asymp. Sig. (2-tailed) ,460
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah
Pengujian Kolmogrov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai residual
terdistribusi normal hal ini ditunjukan dengan nilai 0,460 yang berada
diatas nilai 0,05 atau 5% dengan jumlah data yang diteliti 84 sampel. Hal
ini menunjukan bahwa pada pengujian normalitas residual berdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai
variance inflation factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing
variabel. Adapun hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) ,269 ,068 3,940 ,000 KA -,053 ,032 -,188 -1,645 ,104 ,831 1,203 KPM -,141 ,059 -,304 -2,369 ,020 ,659 1,516 KPI -,164 ,081 -,253 -2,021 ,047 ,690 1,450 ROA ,013 ,070 ,021 ,184 ,854 ,804 1,244 DTE ,998 ,489 ,233 2,042 ,044 ,831 1,203 a. Dependent Variable: EM
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika
mempunyai nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF di bawah 10.
Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa semua variabel bebas memiliki nilai
Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Dengan
demikian dalam model ini tidak ada masalah multikolinieritas.
Kesimpulan ini didukung dengan hasil koefisien korelasi antar variabel
seperti terlihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Besaran Korelasi antar Variabel
Coefficient Correlationsa
Model DTE KA KPI ROA KPM
1 Correlations DTE 1,000 ,215 ,194 -,267 -,071 KA ,215 1,000 ,164 -,335 ,253 KPI ,194 ,164 1,000 -,246 ,503 ROA -,267 -,335 -,246 1,000 -,249 KPM -,071 ,253 ,503 -,249 1,000 Covariances DTE ,239 ,003 ,008 -,009 -,002 KA ,003 ,001 ,000 -,001 ,000 KPI ,008 ,000 ,007 -,001 ,002 ROA -,009 -,001 -,001 ,005 -,001 KPM -,002 ,000 ,002 -,001 ,004 a. Dependent Variable: EM
Sumber : data diolah
Melihat besaran (koefisien) korelasi antar variabel di atas, tampak
bahwa variabel KPM mempunyai korelasi yang cukup tinggi terhadap
Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan
bahwa model ini tidak terjadi multikolinearitas yang serius.
3. Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan nilai Durbin
Watson. Cara mendeteksi apakah model yang digunakan mengalami
gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai statistik Durbin Watson.
Hasil dari nilai Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,392a ,154 ,100 ,082562 2,162 a. Predictors: (Constant), DTE, KA, KPI, ROA, KPM
b. Dependent Variable: EM
Sumber : Datadiolah
Berdasarkan hasil pengolah data diperoleh nilai Durbin Watson
(D-W) sebesar 2,162. Sedangkan besarnya nilai DW-tabel dengan n =84 dan
k=5 didapat angka dl (batas luar) = 1,5219 dan du (batas dalam) =
1,7732. Oleh karena nilai D-W hitung > du atau 1,7732< 2,162< 2,2268
(4-du), maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi antar
residual.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
nilai absolut residual terhadap variabel independen sehingga diperoleh
hasil sebagai berikut
Tabel 4.6
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,146 ,041 3,556 ,001 KA -,030 ,019 -,175 -1,549 ,125 KPM -,120 ,036 -,427 -3,363 ,081 KPI -,095 ,049 -,242 -1,949 ,055 ROA ,055 ,042 ,150 1,303 ,197 DTE ,530 ,294 ,204 1,803 ,075 a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber: Data diolah
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tidak ada
satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini
terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 0,05
atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas.
D. Pengujian Hipotesis
a. Uji F - Test
Uji F pada dasarnya menunjukkan kemungkinan semua variabel
serentak terhadap variabel dependennya. Hasil perhitungan uji F dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression ,097 5 ,019 2,835 ,021a
Residual ,532 78 ,007 Total ,628 83
a. Predictors: (Constant), DTE, KA, KPI, ROA, KPM b. Dependent Variable: EM
Sumber : Datadiolah
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa variabel
independen secara serentak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar
2,835 dengan nilai signifikan 0,021 sehingga secara simultan variabel
kualitas audit (KA), good corporate governance baik dengan proksi
kepemilikan manajemen (KPM) maupun kepemilikan institusional (KPI),
profitabilitas (ROA), beban pajak tangguhan (DTE) berpengaruh
terhadap variabel manajemen laba (EM) karena terdistribusi dengan
normal atau lebih kecil dari 0,05.
b. Uji T – Test
Berdasarkan output SPSS, secara parsial pengaruh dari kelima
variabel independen yaitu kualitas audit, kepemilikan manajemen,
terhadap Manajemen Laba adalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji T
Sumber : data diolah
Berdasarkan output yang diperoleh pada tabel 4.8 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel return on assets (ROA) dan beban pajak
tangguhan (DTE) memiliki koefisien dengan arah positif, sedangkan 3 variabel
lainnya yaitu kualitas audit (KA), kepemilikan manajemen (KPM) dan
kepemilikan institusi (KPI) memiliki koefisien yang arahnya negatif. Hal ini
dapat diartikan juga bahwa return on assets (ROA) dan beban pajak tangguhan
(DTE) akan cenderung memperlihatkan nilai manajemen laba (EM) yang
tinggi, sedangkan kualitas audit (KA), kepemilikan manajemen (KPM) dan
kepemilikan institusi (KPI) akan cenderung memperlihatkan nilai manajemen
laba (EM) yang rendah. Dari hasil uji tersebut dapat kita lakukan uji hipotesis
1) Pengujian Hipotesis 1
H1 : Kualitas Audit (KA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Manajemen Laba (EM)
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kualitas audit
memiliki nilai t sebesar -1,645 dengan tingkat signifikan 0,104 yaitu
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,104 > 0,05). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kualitas audit
tidak berpengaruh dalam menentukan ada tidaknya manajemen laba di
dalam sebuah perusahaan. Meskipun audit yang dilakukan dinilai
berkualitas karena dilakukan oleh KAP Big Four, namun tetap saja
potensi manajemen laba dapat saja terjadi dalam sebuah perusahaan
2) Pengujian Hipotesis 2
H2 : Good Corporate Governance dengan proksi Kepemilikan
Manajemen (KPM) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Manajemen Laba (EM)
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
manajemen (KPM) memiliki nilai t sebesar -2,369 dengan tingkat
signifikan 0,020 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,020
< 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial
variabel kepemilikan manajemen (KPM) berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap manajemen laba (EM). Dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya kepemilikan manajemen di dalam saham perusahaan
kepemilikan manajemen dalam perusahaan dapat dijadikan alat untuk
mengukur besar kecilnya atau ada tidaknya manajemen laba di dalam
perusahaan tersebut.
3) Pengujian Hipotesis 3
H3 : Good Corporate Governance dengan proksi Kepemilikan
Institusional (KPI) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Manajemen Laba (EM)
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
institusi (KPI) memiliki nilai t sebesar -2,021 dengan signifikan sebesar
0,047 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,047 < 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kepemilikan
institusional memiliki pengaruh terhadap manajemen laba (EM) yang
pengaruhnya dinyatakan secara negatif. Dapat disimpulkan bahwa
perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dapat
mengatasi ataupun mengurangi adanya tindakan manajemen laba yang
dilakukan oleh pihak manajemen.
4) Pengujian Hipotesis 4
H4 : Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Manajemen
Laba (EM)
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
dengan proksi tingkat pengembalian aset (ROA) memiliki nilai t sebesar
0,184 dengan signifikansi 0,854 yaitu lebih besar dari nilai probabilitas
parsial variabel profitabilitas dengan proksi tingkat pengembalian aset
(ROA) tidak berpengaruh terhadap manajemenlaba (EM). Dapat
disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian aset yang
tinggi tidak dapat diasumsikan bahwa perusahaan terindikasi melakukan
manajemen laba di dalamnya.
5) Pengujian Hipotesis 5
H5 : Beban Pajak Tangguhan (DTE) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Manajemen Laba (EM)
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel beban pajak
tangguhan (DTE) memiliki nilai t sebesar 2,042 dengan signifikansi
0,044 yaitu lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,044 < 0.05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel beban pajak
tangguhan berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba (EM).
E. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Dari hasil pengujian pada hipotesis pertama pada table 4.8,
menunjukkan bahwa variabel kualitas audit berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian penelitian
ini menyatakan bahwa kualitas audit tidak dapat dijadikan alat untuk
mengindikasi ada tidaknya manajemen laba dalam perusahaan, maka
hipotesis H1 dalam penelitian ini ditolak. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antonius Herusetya (2012)
kualitas audit dan manajemen laba. Artinya, tidak dapat dipastikan bahwa
perusahaan – perusahaan yang auditnya berkualitas karena diaudit oleh
KAP Big Four tidak terindikasi melakukan praktik manajemen laba,
karena isi laporan keuangan yang diaudit oleh KAP bukan menjadi
tanggung jawab KAP, melainkan tanggung jawab manajemen.
2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Dari hasil pengujian pada hipotesis kedua pada table 4.8,
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajemen berpengaruh
secara negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, kepemilikan
manajemen dapat dijadikan alat dalam mendeteksi manajemen laba di
perusahaan, sehingga hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima.
Semakin besar persentase kepemilikan saham manajemen dalam
perusahaan, maka semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba
dilakukan karena manajemen dalam posisi ini secara bersamaan juga
sebagai pemilik/ pemegang saham sehingga tentu saja manajemen tidak
akan melakukan tindakan – tindakan yang merugikan terhadap laba yang
nantinya akan diatribusikan kepada pemilik/ pemegang saham. Hasil ini
juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Welvin I
Guna dan Arleen Herawaty (2010), Dhamar, dkk. (2010), Dimas, dkk.
(2013), Hikmah (2013) dan Domas, dkk. (2014).
3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Dari hasil pengujian pada hipotesis ketiga pada table 4.8,
secara negatif terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis H3 dalam
penelitian ini diterima. Semakin besar persentase kepemilikan institusi
dalam perusahaan, maka semakin kecil kecenderungan manajemen
meakukan tindakan manajemen laba. Hal ini dikarenakan pihak institusi
dianggap tidak mudah tertipu oleh tindakan – tindakan yang dilakukan
oleh manajemen terhadap labanya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Welvin I Guna dan Arleen Herawaty (2010),
Dhamar, dkk. (2010), Dimas, dkk. (2013), Hikmah (2013) dan Domas,
dkk. (2014).
4. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Dari hasil pengujian pada hipotesis keempat pada table 4.8,
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dengan proksi tingkat
pengembalian aset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Maka,
hipotesis H4 dalam penelitian ini ditolak. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dhamar, dkk. (2010) dan Dimas, dkk.
(2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak dapat dijadikan alat
pengukuran manajemen laba di dalam perusahaan.
5. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Kelima
Dari hasil pengujian pada hipotesis kelima pada table 4.8,
menunjukkan bahwa variabel Beban Pajak Tangguhan berpengaruh
secara positif terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis H5 dalam
penelitian ini diterima. Beban Pajak Tangguhan seringkali dimanfaatkan
pajak yang ditangguhkan, maka semakin kecil laba. Hal ini yang sangat
disukai manajemen, sehingga tindakan menangguhkan beban pajak dapat
terindikasi tindakan manajemen laba pula. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2004) dan Yana Ulfah (2013).
F. Analisis Regresi Linear Berganda
Dengan melihat table 4.8 diatas, dapat disusun persamaan linear
berganda sebagai berikut.
EM = 0,269 – 0,053KA – 0,141KPM – 0,164KPI + 0,013ROA + 0,998DTE
Persamaan regresi diatas memiliki makna:
1. Kualitas Audit mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar
-0,053. Hal ini berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variabel
kualitas audit akan menyebabkan variabel manajemen laba mengalami
penurunan sebesar 0,053 persen.
2. Kepemilikan manajemen mempunyai koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar -0,141. Hal ini berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen
dari variabel kepemilikan manajemen akan menyebabkan variabel
manajemen laba mengalami penurunan sebesar 0,141 persen
3. Kepemilikan Institusional mempunyai koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar -0,164. Jika diasumsikan, hal ini berarti setiap kenaikan
kepemilikan institusional sebesar 1 persen maka manajemen laba akan
mengalami penurunan sebesar 0,164 persen.
4. Profitabilitas dengan proksi tingkat pengembalian aset mempunyai
bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari variabel profitabilitas akan
menyebabkan variable manajemen laba mengalami kenaikan sebesar
0,013 persen.
5. Beban Pajak Tangguhan mempunyai koefisien regresi dengan arah
positif sebesar +0,998. Hal ini berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen
dari variable beban pajak tangguhan akan menyebabkan variabel
manajemen laba mengalami kenaikan sebesar 0,998 persen.
G. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011:97). Hasil perhitungan koefisien determinasi
penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,392a ,154 ,100 ,082562 2,162 a. Predictors: (Constant), DTE, KA, KPI, ROA, KPM
b. Dependent Variable: EM
Sumber: Data diolah
Berdasarkan hasil regresi, diproleh besarnya nilai R square adalah 0,154,
dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel bebas yaitu KA, KPM, KPI, ROA,
DTE hanya sebesar 15,4%, sedangkan sisanya sebesar 84,6% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain di luar model, seperti ukuran perusahaan, bentuk – bentuk
Good Corporate Governance lainnya seperti independensi auditor, komite