• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DILUENT ARGON TERHADAP REAKSI PEMBAKARAN GAS ALAM ( CNG )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DILUENT ARGON TERHADAP REAKSI PEMBAKARAN GAS ALAM ( CNG )"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH DILUENT ARGON TERHADAP REAKSI PEMBAKARAN

GAS ALAM ( CNG )

Iwan Gunawan

Universitas Khairun, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Indonesia ABSTRAK

Gas Alam disusun sebagian besar oleh metana dan sejumlah gas lain dalam jumlah kecil seperti etana, propana, butana. Dalam pengujian ini kita gunakan gas CNG,dimana heating value dari minyak dan gas semisal CNG berbeda jauh, dimana heating value dari CNG (Compressed Natural Gas) lebih tinggi dibandingkan dengan minyak (premium). Hal ini akan memberikan dampak bahwa jika terjadi kecelakaan akibat kesalahan manusia maupun kesalahan alat akan menyebabkan terjadinya ledakan, sehingga penting sekali untuk mengetahui flammability limit dari campuran CNG dengan oksigen. Pada penelitian ini campuran untuk bahan bakar adalah gas hidrogen dan oksidiser berupa gas oksigen digunakan sebagai bahan bakar pada driver untuk inisiasi awal, sedang pada driven digunakan bahan bakar CNG dengan oksidiser oksigen. Campuran bahan bakar tersebut diuji pada pipa uji flammability limit horisontal berpenampang lingkaran dengan panjang total 6000 mm (1000 mm pada bagian driver dan 5000 mm pada bagian driven), diameter dalam pipa 50 mm pada suhu ruangan dan tekanan pada driver 100 kPa. Pada driven tekanannya tetap 100 kPa dan konsentrasi CNG bervariasi serta tekanan total campuran 100 kPa. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa daerah flammability limit CNG-oksigen antara 2 kPa pada lower flammability limit dan 70 kPa pada upper flammability limit, pada lebar flammability limit ini terjadi detonasi. Pada range 2 kPa dan 70 kPa CNG tidak terjadi reaksi pembakaran, dan pada range 2-10 dan 50-70 terjadi pembakaran deflagrasi serta 20-40 terjadi detonasi, terlihat bahwa reaksi pembakaran akan terjadi penurunan dengan penambahan diluent argon sehingga sifat reaktifnya akan berkurang.

Kata kunci: flammability limit, upper flammability limit, lower flammability limit, detonasi, deflagrasi

PENDAHULUAN

Kita ketahui bahwa heating value dari premium dan gas semisal CNG berbeda jauh, dimana heating value dari CNG (Compressed Natural Gas) lebih tinggi dibandingkan dengan minyak (premium). Hal ini akan memberikan dampak bahwa jika terjadi kecelakaan akibat kesalahan manusia maupun kesalahan alat akan menyebabkan terjadinya ledakan. Oleh sebab itu, penggunaan alat pengaman di tabung gas mutlak diperlukan agar dapat menghentikan atau menggagalkan ledakan yang mungkin terjadi.

Flammability limit adalah batas reaksi pembakaran dari suatu campuran bahan bakar dengan Oksidisernya. Phenomena yang terjadi pada proses flammability limit sangat penting diamati karena melibatkan banyak hal dalam mekanisme pembakaran bahan bakar gas. Pada penelitian ini pengamatan dititikberatkan pada perubahan kecepatan api laminar (laminar burning velocity) menjadi kecepatan api turbulen (turbulent flame) yang diakibatkan oleh pengaruh equivalence ratio, konsentrasi dan tekanan awal

campuran bahan bakar gas CNG-udara dan Argon sebagai diluent. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menginvestigasi pola dan karakteristik Flammability limit dari gas CNG, seperti Liao et al. (2003) meneliti juga pengaruh dari equivalence ratio pada

kecepatan laminar pembakaran. Pada penelitian tersebut digunakan campuran natural gas-udara dengan equivalence ratio dari 0.6 hingga 1.4. dari penelitian ini didapatkan bahwa semakin equivalence ratio mendekati satu maka kecepatannya semakin

(2)

2 tinggi. Berdasarkan penelitian tersebut campuran natural gas-Udara mencapai kecepatan 39.1 cm/s untuk equivalence ratio sama dengan satu. Liao S.Y. et al. ( 2005 ) melakukan eksperimen flammability limit natural gas dengan Udara, Lower Flamability Limit (LFL) didapat 5% dan Upper Flamability Limit (UFL) adalah 15,6% . Liao S.Y. et al. (2005) melakukan eksperimen dengan menggunakan variasi campuran natural gas dengan oksidiser udara

, dengan meneliti efek kenaikan tekanan dan temperatur mempengaruhi peningkatkan daerah flamability limit, dan ternyata daerah flamabilitynya lebih besar dari pada gas Propana ( C3H8 ). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi dari campuran CNG – oksigen, equivalence ratio terhadap flammability limit pada campuran bahan bakar CNG – oksigen serta batas dari flammability limit campuran gas CNG-oksigen.

METODE PENELITIAN

Eksperimen ini menggunakan alat Pipa Uji Detonasi (PUD) dengan panjang total 6 meter dan diameter dalam 50 mm dibagi dalam 2 bagian, bagian pertama disebut driver tube dan bagian kedua

disebut test tube. Driver tube berfungsi untuk memberikan energi inisiasi yang besar ke dalam test tube. Detonation wave akan merambat dari driver tube ke arah dump tank. (Gambar 1).

Gambar 1. Instalasi Alat Uji Satu sensor tekanan yang dipasang

di sepanjang test tube dimana sensor tekanan dipasang di daerah downstream (P2)

dari model. Untuk mendeteksi proses pembakaran pada suatu posisi, duat buah

sensor ionisasi juga dipasang pada test tube yang posisinya berlawanan dengan posisi sensor tekanan. Dengan menggunakan sensor-sensor diatas, kecepatan dari detonation wave akan dapat dihitung.

(3)

3 Sensor tekanan dan sensor ionisasi tersebut dihubungkan dengan amplifier dan digital data recorder untuk memperoleh data yang dapat diolah dan divisualisasikan di komputer. Busi (spark plug) dan unit coil dari kendaraan bermotor digunakan sebagai sumber energi untuk mengawali proses pembakaran dalam driver tube. Medan aliran dari proses pembakaran di daerah downstream dari model direkam dengan teknik soot track record untuk mendapatkan gambaran sel detonasi di sekitar model, sehingga mekanisme dari flammability limit dapat dipahami. Gas uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah gas CNG, Oksigen dan Argon dengan equivalence ratio yang bervariasi dan campuran bahan bakar tersebut disimpan selama minimal 12 jam sebelum digunakan untuk eksperimen guna menjamin homogenitas yang baik.

Proses pengisian (filling) campuran bahan bakar gas ( premixed gas ) ke dalam detonation tube dikontrol dengan high-precision digital pressure gage (Festo) sehingga didapatkan keakuratan tekanan awal (initial pressure) campuran bahan bakar gas di dalam detonation tube. Tekanan awal campuran bahan bakar di dalam detonation tube tetap yaitu 100 kPa, tekanan pada driven tube tetap 100 kPa dan di driven tube divariasikan persentase volume dari CNG, Oksigen dan Argon yang mengacu kondisi yang umum digunakan pada sistem saluran bahan bakar roket cair. Sedangkan temperatur dimana eksperimen ini dilaksanakan berada pada temperatur ruangan yaitu sekititar 27 – 32 oC.

Tabel 1 Experimental Condition

Parameter Driver Driven

Fuel Hidrogen CNG

( % Vol ) Oxidizer Oksigen Oksigen

( % Vol ) Equivalence 1 Variasi ratio (Stoichiometry) Initial Pressure ( kPa) 100 100

Temperature Suhu ruangan Suhu ruangan

Diluent - Argon

( % Vol ) mixing Premixed Direct

Mixing

Tekanan awal campuran bahan bakar di dalam detonation tube tetap yaitu 100 kPa, tekanan pada driven tube tetap 100 kPa dan di driven tube divariasikan persentase volume dari CNG , Oksigen dan Argon yang mengacu kondisi yang umum digunakan pada sistem saluran bahan bakar roket cair. Sedangkan temperatur dimana eksperimen ini dilaksanakan berada pada temperatur ruangan yaitu sekititar 27 – 32

o

C. Secara detail, bahan bakar dan kondisi eksperimen ditampilkan pada Tabel 1. Dari tahapan Tabel 1 diharapkan parameter-parameter yang mempengaruhi mekanisme flamability limit pada campuran bahan bakar CNG, Oksigen, Argon dalam pipa dapat diketahui.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2a, 2b dan 2c menunjukkan rekaman tekanan shock wave dan reaction front disepanjang bagian driven. Gambar 2a menunjukkan terjadinya kondisi tanpa reaksi pembakaran dimana sensor ion probe tidak menunjukkan adanya pergerakan sensornya, kondisi ini akan bisa berubah apabila ignition energy lebih besar lagi jika mencapai titik auto ignition pada bahan bakar CNG. Gambar 2b menunjukkan adanya deflagrasi yang menunjukkan shock wave berada di depan reaction front yang diukur melalui ion probe. Kondisi pada gambar 2b kemungkinan bisa terjadi

(4)

4 detonasi apabila tabung pipa uji flammability limit semakin panjang.

(a)

(b)

Gambar 2c menunjukkan adanya detonasi yang menunjukkan shock wave dan reaction front berimpit.

(c)

Gambar 2. Profil tekanan pada (a) tidak terjadi pembakaran pada konsentrasi 10% CNG, 10 % oksigen, 80% Argon (b) deflagrasi pada konsentrasi 20% CNG, 60 % oksigen, 20% Argon (c) detonasi pada konsentrasi 20% CNG, 80 % oksigen.

Gambar 3. Grafik pengaruh variasi CNG dan variasi Argon dengan oksidiser Udara terhadap perubahan kecepatan gelombang reaksi.

Dari Gambar 3. terlihat bahwa grafik pada garis 0% Ar menunjukkan garis yang mengalami kenaikan kecepatan dari kondisi deflagrasi kemudian berubah menjadi detonasi dan selanjutnya kecepatannya turun menjadi deflagrasi. dalam kondisi ini Argon berperan sebagai gas diluent dimana semakin

(5)

5 banyak Argon ditambahkan maka besar kecepatannya berkurang demikian juga lebar mampu bakarnya juga menyempit hal ini disebabkan Gas Argon mengurangi konsentrasi dari Gas CNG dalam ruang uji.

Gambar 4. Grafik pengaruh variasi CNG dan variasi Argon dengan oksidiser Udara terhadap perubahan tekanan.

Dari Gambar 4. terlihat bahwa grafik pada garis 0% Ar menunjukkan garis yang mengalami kenaikan tekanan dari kondisi deflagrasi kemudian berubah menjadi detonasi dan selanjutnya tekanan turun menjadi deflagrasi. dalam kondisi ini Argon berperan sebagai gas diluent dimana semakin banyak Argon ditambahkan maka besar tekanan berkurang hal ini disebabkan Gas Argon mengurangi konsentrasi dari Gas CNG dalam ruang uji.

Dalam Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak tambahan gas diluent Argon maka lebar flammability limit semakin kecil atau terjadi penyempitan batas pembakaran. Pada campuran ini menggunakan oksidiser murni Oksigen di mana sifat Oksigen adalah mudah bereaksi dengan bahan bakar CNG berbeda apabila ditambahkan gas Argon yang mana

akan mengurangi sifat reaktif dari campuran bahan bakar CNG dan oksigen.

Pada pembakaran hidrokarbon, api akan merambat lebih cepat ketika konsentrasi bahan bakar pada kondisi stoikiometris atau keadaan sedikit campuran kaya bahan bakar (rich mixture) sampai pada batas Upper Flamability Limit (UFL) akan terquencing begitu pula sebaliknya, jika campuran miskin bahan bakar maka api akan melambat sampai pada Lower Flamability Limit (LFL) dan kemudian tidak dapat merambat dan terquencing. Pada keadaan campuran sangat kaya (rich) atau sangat miskin (lean), api tidak akan merambat karena terlalu sedikitnya bahan bakar atau oksidiser untuk mempertahankan gelombang deflagrasi yang konstan.

Detonasi, merupakan premixed flame dimana kecepatan rambat reaction zone atau api yang terjadi adalah kecepatan supersonic. Api bermula dari sumber panas dan merambat dengan lapisan tipis. Api akan terus merambat dengan kecepatan laminer atau deflagrasi. Di dalam reaction zone radikal-radikal aktif akan terbentuk dan akan terdifusi memanaskan campuran bahan bakar yang belum terbakar. Jika perambatan api ini dilakukan pada tabung dengan ujung terbuka maka api akan terus merambat dengan kecepatan konstan dan tidak akan dipercepat menjadi detonasi. Namun jika pembakaran dilakukan pada tabung dengan ujung tertutup maka gas panas yang bereaksi akan seperti piston yang mendorong api ke gas yang belum terbakar. Api seperti ini akan dipercepat dan berubah menjadi detonasi. Perubahan keadaan dari deflagrasi menjadi detonasi bermula dari rusaknya bentuk halus dari api laminar dan menjadi bergelombang. Bentuk seperti ini akan mengakibatkan lebih besarnya permukaan efektif dari api, dan kecepatan api akan dipercepat terhadap campuran yang belum terbakar. Radikal-radikal hasil pembakaran

(6)

6 akan menghasilkan turbulensi dan tekanan yang rendah yang akan bergerak lebih cepat dari reaction zone secara perlahan akan memanaskan gas didepan api. Gas yang terus menerus dipanaskan suatu saat akan mencapai titik autoignition temperaturnya dan ketika keadaan itu tercapai akan terjadi local explosions. Gelombang yang bergerak lebih cepat dari api merupakan gelombang detonasi disebut gelombang retonasi. Pada saat perambatan api sudah mencapai detonasi, kecepatan api meningkat menjadi sekitar 1000 kali dari kecepatannya ketika masih bergerak dalam keadaan laminar. Kecepatan detonasi ini lebih besar untuk campuran fuel-oxygen mixture dibandingkan fuel-air mixture karena adanya gas inert didalam Udara. Sedangkan untuk tekanan, pada saat detonasi sudah terbentuk tekanan yang terjadi adalah 25 sampai 35 kali lebih besar dari tekanan awal campuran.

Gambar 5. Pemetaan flammability limit pada segitiga api untuk campuran CNG-Oksigen-Argon.

Luasan detonasi diperoleh dengan menghubungkan titik titik hitam sehingga diperoleh luasan detonasi, luasan deflagrasi diperoleh dengan menghubungkan titik titik

jingga sehingga diperoleh luasan deflagrasi. Titik yang berada di daerah kuning berarti titik tersebut mengandung konsentrasi campuran gas yang berada pada kondisi deflagrasi, sedangkan titik yang berada pada daerah putih berarti titik tersebut mengandung konsentrasi campuran gas yang berada dalam kondisi tanpa reaksi.

Di sini muncul daerah warna warna Ungu dikarenakan bahwa pada campuran ini menggunakan Oksigen murni sehingga reaksinya menjadi sangat reaktif ssehingga daerah yang berada pada stiokiometri dan disekitarnya terjadi detonasi dimana kondisi ini mempunyai tekanan shock wave dan kecepatan reaction wave yang besar. Untuk oksidiser murni Oksigen tanpa tambahan Argon merupakan campuran yang sangat reaktif sehingga berakibat timbul shock wave dan reaction wave sehingga tekanannya dan kecepatannya besar. Apabila Argon kita tambahkan maka sifat reaktifnya akan menurun diakibatkan kadar Oksigennya akan berkurang sehingga luas daerah deflagrasi dan detonasi juga menjadi menurun.

Gambar 6. Batas flammability limit campuran CNG - Oksigen dan gas Argon Pada campuran CNG-Oksigen-Argon maka semakin kadar Argon bertambah maka upper

(7)

7 flammability limit semakin menyempit mulai dari penambahan 10% Argon sampai 70% Argon, selanjutnya pada 80% Argon tidak terjadi pembakaran. Dari keterangan diatas bisa kita katakan bahwa gas Argon yang merupakan gas mulia merupakan gas diluents yang baik untuk menurunkan flammability limit dari gas CNG kususnya dan bahan bakar gas pada umumnya. Hal inilah yang membuat mengapa grafik untuk osidiser Udara lebih sempit dibanding dengan yang menggunakan Oksigen murni

sehingga fenomena penyempitan

flammability limit, munculnya detonasi, tekanan sock wave tinggi dan kecepatan reaction wave adalah dikarenakan dalam oksidiser kadar Oksigennya berbeda sehingga pengujian ini menggunakan Argon sebagai usaha untuk menurunkan sifat reaktif campuran yang menggunakan bahan bakar hidrokarbon seperti CNG.

Pengaruh difusivitas termal terhadap kecepatan perambatan api dapat dilihat dari pene litian oleh Clingman et al. (diambil dari Kuan-yun Kuo, 1986), grafik berikut merupakan hasil dari penelitian tersebut.

Gambar 7. Pengaruh difusivitas termal terhadap kecepatan perambatan api

Dari Gambar 7 tersebut dapat dilihat bahwa

kecepatan perambatan api campuran argon (Ar)-udara lebih rendah dibandingkan campuran helium (He)-udara. Hal ini disebabkan oleh lebih besarnya nilai difusivitas termal dari helium dibandingkan argon karena berat molekul helium lebih ringan. Pada perbandingan nitrogen (N2)

dengan argon, argon memiliki kecepatan perambatan yang lebih besar dibandingkan nitrogen. Hal ini terjadi karena argon merupakan gas monoatomik yang memiliki kalor jenis yang lebih rendah dibandingkan gas diatomik, sehingga menyebabkan suhu api yang dihasilkan oleh argon lebih besar pula daripada nitrogen.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan sensor tekanan, sensor ionisasi dan soot track record, maka pengaruh perubahan konsentrasi dari campuran CNG- udara terhadap flammability limit sehingga diperoleh karakteristik dan pola perambatan api di dalam pipa diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

a. Tanpa reaksi, kondisi tidak terjadi reaksi pembakaran dalam bagian driven dengan ditandai tidak terjadinya perambatan reaction wave.

b. Deflagrasi, kondisi terjadi proses pembakaran pada bagian driven dimana perambatan shock wave diikuti dengan perambatan reaction wave pada jarak yang relatif jauh.

c. Detonasi, kondisi yang menunjukkan shock wave dan reaction wave berimpit, pada kondisi ini tekanan yang ditimbulan sangat besar antara 25 -35 kali tekanan awal. sehingga semakin banyak diluent yang kita tambah pada reaksi pembakaran maka semakin berkurang sifat reaktifnya atau sifat reaktifnya menjadi menurun.

(8)

8 DAFTAR PUSTAKA

[1] Ciccarelhi Ginsberg T, Boccio JL, 1997, The Influence of Initial Temperature on the Detonability Characteristics of Hydrogen-Air-Steam Mixture, Combustion Science and Technology; 128:181-196

[2] Stamps D.W. and S.R. Tieszen, 1991, The Influence of Initial Pressure and Temperature on Hydrogen-air-diluent Detonatios, Combust Flame, 83(3):353-364

[3] Schultz E., E. Wintenberger, J. Sphered, Investigation of Deflagration to Detonation Transition for Application to Pulse Detonation Engine Ignition System, California Institute of Technology Pasadena, CA 91125 USA [4] Gary L. Borman, Kenneth W.

Ragland, 1998, Combustion

Engineering, McGraw-Hill Book Co-Singapure

[5] Guirao CM, Knystautas R, Lee JH, Benedick W, Berman M, 1982, Hydrogen-Ai Detonations, Proceeding of the 19th Combustion Institute, 583-590

[6] Ishak, M.S. 2008. Determination of explosion parameters of LPG-air mixtures in the closed vessel. Universiti Malaysia Pahang

[7] Kenneth Kuan-yun Kuo, 1986, Principle of Combustion, John Wiley & Sons, New York

[8] Liao S.Y., D.M. Jiang a, Z.H. Huanga, Q. Chengb, J. Gaoa, Y. Hua, 2005, Approximation of Flammability Region for Natural Gas–Air–Diluent mixture, Elsevier

[9] Michael Liberman, 2003, Flame, Detonation, Explosion-When, Where and How They Occur, 3rd Int. Disposal Conf, Karlskoga, Sweden

[10] Mishra D.P., Rahman A.,2002, An Experimental Study of Flamability Limits of LPG/AirMixtures,Elsevier [11] Qiao L., Y. Gan. Nishiie, W.J.A.

Dahm, E.S.Oran, 2007, Extinction of premixed methane/air flames in micrografity by diluents : Effects of radiation and Lewis number, Elsevier. [12] Sentanuhady .J, 2008,Batas Detonasi

dari Campuran Hidrogen-Udara dan Argon, UGM,Indonesia

[13] Stephen R. Turns,2000, An

Introduction to Combustion, McGraw-Hill USA.

[14] Yiguang Ju , Sergey Minaev, 2002, Dynamics and Flamability Limit of Stretched Premixed Flames Stabilized By A Hot Wall, Volume 29 / pp. 949–956

[15] Yunus A. Cengel, Michael A. Boles, 1998, Thermodynamics An Engineerig Approach, McGraw-Hill USA.

[16] Mihalik T.A, Lee J.H.S., 2002, The Flammability Limit of Gaseous

Mixtures in Porous Media,

Departement of Mechanical

Engineering McGill, University, Montreal, Canada.

Gambar

Gambar 1.  Instalasi Alat Uji  Satu  sensor  tekanan   yang dipasang
Tabel 1 Experimental Condition  Parameter  Driver  Driven
Gambar  2c  menunjukkan  adanya  detonasi  yang  menunjukkan  shock wave  dan  reaction  front berimpit
Gambar 4. Grafik pengaruh variasi CNG dan  variasi  Argon  dengan  oksidiser  Udara  terhadap perubahan tekanan
+3

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,